0% found this document useful (0 votes)
63 views13 pages

2902 8443 1 PB PDF

This document summarizes a study that investigated the antioxidant capacity and total phenolic content of crude extracts of the brown algae Sargassum cristaefolium collected from Sumenep Madura, Indonesia. The algae was extracted using methanol and n-hexane solvents. Total phenolic content was highest in the methanol extract, and antioxidant capacity as measured by the DPPH method was also highest in the methanol extract. Identification tests showed the presence of steroid compounds in the methanol crude extract. The extracts showed moderate antioxidant capacity compared to ascorbic acid and BHT. Overall, the study evaluated the antioxidant properties and phenolic content of S. cristaefolium algae to determine its potential for use
Copyright
© © All Rights Reserved
We take content rights seriously. If you suspect this is your content, claim it here.
Available Formats
Download as PDF, TXT or read online on Scribd
0% found this document useful (0 votes)
63 views13 pages

2902 8443 1 PB PDF

This document summarizes a study that investigated the antioxidant capacity and total phenolic content of crude extracts of the brown algae Sargassum cristaefolium collected from Sumenep Madura, Indonesia. The algae was extracted using methanol and n-hexane solvents. Total phenolic content was highest in the methanol extract, and antioxidant capacity as measured by the DPPH method was also highest in the methanol extract. Identification tests showed the presence of steroid compounds in the methanol crude extract. The extracts showed moderate antioxidant capacity compared to ascorbic acid and BHT. Overall, the study evaluated the antioxidant properties and phenolic content of S. cristaefolium algae to determine its potential for use
Copyright
© © All Rights Reserved
We take content rights seriously. If you suspect this is your content, claim it here.
Available Formats
Download as PDF, TXT or read online on Scribd
You are on page 1/ 13

ALCHEMY, Vol.3 No.

1 Maret 2014, hal 18 - 30

KAPASITAS ANTIOKSIDAN DAN KANDUNGAN TOTAL SENYAWA


FENOLIK EKSTRAK KASAR ALGA COKLAT Sargassum cristaefolium
DARI PANTAI SUMENEP MADURA

Ahwalul Lailiyah, Tri Kustono Adi, Abdul Hakim, Eriyanto Yusnawan


Jurusan Kimia, Fakultas Sains dan Teknologi, UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

ABSTRACT

Marine resources are natural resources that have great opportunities to be exploited. One
such resource is the sea algae. This study aims to determine the antioxidant capacity and total
phenolic content in the extract of the brown algae Sargassum cristaefolium collected from
Sumenep Madura and to identify the class of compounds in the highest antioxidant capacity
extract. Brown algae extraction was conducted by maceration method using two variations of the
solvent methanol and n-hexane. Total phenolic content in the crude extract of brown algae was
determined using the Folin-Ciocalteu method, while antioxidant capacity was measured using the
DPPH (1,1-diphenyl-2-pikrilhidrazil). Identification of class of compounds is applied using a
qualitative test reagents.The results showed that the methanol crude extract had a total phenolic
content of 74.63 mg GAE / g sample, higher than n-hexane crude extract (35.85 mg GAE / g
sample). Antioxidant capacity of methanol crude extract was 80.78%, higher than the n-hexane
extract (74.98%). The second extract has antioxidant capacity were moderate comparing with the
powerful antioxidant, ascorbic acid (99.26%) and BHT (99.09%). Identification of the compound
using the reagent test showed the presence of compounds of steroids in methanol crude extract.

Key Words: Brown Algae Sargassum cristaefolium, Total Fenolic, Folin-Ciocalteau,


Antioxidant, DPPH, Steroid, TLC.

ABSTRAK

Sumberdaya kelautan merupakan kekayaan alam yang memiliki peluang besar untuk
dimanfaatkan. Salah satu sumber daya alam laut tersebut adalah alga. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui kapasitas antioksidan dan kandungan fenolik total pada ekstrak alga coklat
Sargassum cristaefolium dari pantai Sumenep Madura serta mengetahui golongan senyawa yang
memiliki kapasitas antioksidan tertinggi. Ekstraksi alga coklat dilakukan dengan metode maserasi
menggunakan dua variasi pelarut yakni metanol dan n-heksana. Kandungan fenolik total ekstrak
kasar dalam alga coklat ditentukan menggunakan metode Folin-Ciocalteu, sedangkan kapasitas
antioksidannya diukur menggunakan metode DPPH (1,1-difenil-2-pikrilhidrazil). Identifikasi
golongan senyawa dilakukan dengan menggunakan uji reagen secara kualitatif. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa ekstrak kasar metanol memiliki kandungan fenolik total sebesar 74,63 mg
GAE/g sampel, lebih tinggi daripada ekstrak kasar n-heksana (35,85 mg GAE/g sampel).
Kapasitas antioksidan ekstrak kasar metanol sebesar 80,78 %, lebih besar dibandingkan dengan
ekstrak n-heksana (74,98 %). Kedua ekstrak tersebut memiliki kapasitas antioksidan yang
tergolong sedang, jika dibandingkan dengan antioksidan kuat, asam askorbat (99,26 %) dan BHT
(99,09 %). Identifikasi golongan senyawa dengan menggunakan uji reagen pada alga coklat
menunjukkan keberadaan senyawa golongan steroid di dalam ekstrak kasar metanol.

Kata Kunci : Alga Coklat Sargassum cristaefolium, Fenolik Total, Folin-Ciocalteau, Antioksidan,
DPPH, Steroid, KLT.
yang memiliki peluang besar untuk
I. PENDAHULUAN dimanfaatkan oleh manusia.
Laut adalah lambang dari Indonesia merupakan negara
kesuburan sekaligus kemakmuran kepulauan terbesar di dunia, yang
(Djamil, 2004). Sumber daya memiliki 17.504 pulau dan garis
kelautan merupakan kekayaan alam pantai lebih dari 81.000 Km dengan

18
ALCHEMY, Vol. 3 No. 1 Maret 2014, hal 18 - 30

luas perairan laut sekitar 5,8 juta lipid. Untuk menghindari timbulnya
Km2 (70 % dari total wilayah reaksi tersebut di dalam tubuh, kita
Indonesia) (Sandrasari, 2008). membutuhkan suatu senyawa penting
Di Indonesia, alga merah yang dapat menghentikan ataupun
terdiri dari 452 jenis alga, dan alga menghambat reaksi radikal bebas
coklat 134 jenis (Moosa, 1999). yaitu antioksidan.
Menurut Aslan (1998), rumput laut Antioksidan merupakan
mengandung komponen penting senyawa pemberi elektron (elektron
yang dibutuhkan dalam proses donor) atau reduktan. Senyawa
fisiologis hewan dan manusia. antioksidan memiliki berat molekul
Rumput laut kaya akan karbohidrat, kecil, tetapi mampu menginaktivasi
protein, lipid dan mineral. Temuan berkembangnya reaksi oksidasi
terakhir membuktikan bahwa rumput dengan cara mencegah terbentuknya
laut berpotensi sebagai antivirus radikal. Antioksidan juga merupakan
(Manilal, dkk., 2009), antibakteri senyawa yang dapat menghambat
(Izzati, 2007), antijamur (Khazanda, reaksi oksidasi, dengan mengikat
dkk., 2007) antitumor (Zandi, dkk., radikal bebas dan molekul yang
2010) dan antioksidan (Lestario, sangat reaktif (Winarsi, 2007).
dkk., 2008). Antioksidan dapat berasal dari
Manusia sebagai mahluk berbagai sumber bahan alam atau
yang berakal memiliki kewajiban dibuat secara sintesis dalam
untuk menjaga dan memanfaatkan laboratorium. Antioksidan sintetik
alam dengan bijaksana. Manusia BHA (Butylated hydroxyanisole),
akan dituntun pengetahuannya untuk BHT (Butylated hydroxytoluene),
menemukan obat-obat bagi penyakit- PG (Propyl Gallate) dan TBHQ (tert-
penyakit yang ada di bumi, antara butyl hydroquinone) sering
lain kanker, jantung, katarak, digunakan untuk mengontrol
penuaan dini serta penyakit terjadinya oksidasi. Akan tetapi,
degeneratif lainnya yang disebabkan tidak menutup kemungkinan
reaksi radikal bebas di dalam tubuh antioksidan tersebut menyebabkan
(Amarowicz dalam Rohman dan efek karsinogenik. Antioksidan alami
Riyanto, 2005). lebih aman untuk dikonsumsi dan
Radikal bebas adalah atom lebih mudah diserap oleh tubuh dari
atau molekul apa saja yang memiliki pada antioksidan sintesis (Madhavi,
satu atau lebih elektron tak dkk., 1996).
berpasangan. Radikal bebas Pemanfaatan alga sebagai
dianggap berbahaya karena bersifat antioksidan telah dilakukan oleh
tidak stabil dan menjadi sangat beberapa peneliti yaitu Omar, dkk.,
reaktif dalam upaya mendapatkan (2007) dalam Hijaz, (2009) meneliti
pasangan elektronnya sehingga alga coklat jenis Padina antillarium
menyebabkan terbentuknya radikal dan menghasilkan ekstrak fukoidan
baru. Radikal bebas menggangu (polisakarida kompleks pada dinding
keutuhan sel karena dapat bereaksi sel alga) nilai EC50 sebesar 0,337
dengan komponen sel. Pembentukan g/mL dengan metode DPPH (1,1-
radikal baru ini dapat menimbulkan difenil-2-pikrilhidrazil). Cristiane,
kerusakan berbagai komponen sel dkk., (2007) meneliti alga coklat
tubuh seperti DNA, dan juga dapat jenis Fucus vesiculosus yang
menyebabkan terjadinya peroksidasi menghasilkan ekstrak fukoidan

19
ALCHEMY, Vol.3 No. 1 Maret 2014, hal 18 - 30

(polisakarida kompleks pada dinding pemanfaatan bahan alam laut


sel alga) dengan nilai EC50 Indonesia.
sebesar2,341 g/mL dan Yan, dkk.,
(1999) dalam Lestario, dkk., (2008) II. METODE PENELITIAN
meneliti alga hijau yang memiliki
Bahan
aktivitas antioksidan kurang dari 20 Bahan yang digunakan dalam
% dan alga coklat dari spesies penelitian ini adalah metanol p.a, n-
Hijikia fusiformis yang memiliki heksana p.a, reagen DPPH, etanol
aktivitas antioksidan sampai 65 %. p.a, metanol 50 %, NaCO3 20 %,
Senyawa antioksidan alami asam galat, reagen Folin-Ciocalteu,
tumbuhan umumnya adalah senyawa kloroform, asam asetat anhidrat,
fenolik yang dapat berupa golongan H2SO4 pekat, pereaksi Dragendroff,
flavonoid, turunan asam sinamat,
pereaksi Mayer, Vitamin C, BHT
kumarin, dan asam-asam organik (Butylated hydroxytoluene).
polifungsional. Komponen ini
mampu menghambat reaksi oksidasi Alat
dan menangkap radikal bebas, hal ini Alat-alat yang digunakan
dikarenakan adanya gugus hidroksil dalam penelitian ini adalah
pada struktur kimianya (Daniels seperangkat alat gelas, bola hisap,
dalam Parwata, dkk., 2009) statif, oven, neraca analitik, mikro
Pada umumnya, dalam pipet, aluminium foil, shaker, vakum
menentukan kapasitas antioksidan buchner, kuvet, rotary evaporator,
juga ditentukan kandungan fenolik vaccum desikator, inkubator, multi-
total, seperti yang dilakukan oleh well, spektrofotometer UV-Vis
Lestario, dkk., (2008) meneliti alga Varian Cary, spektronik 20+,
merah Gracilaria verrucosa salinometer ATAGO PAL-06, dan
menghasilkan kadar fenolik total spektroskopi UV-Vis Varian Carry.
45,29 mg/g ekstrak, Sreenivasan, Pelaksanaan Penelitian
dkk., (2007) dalam Lestario, dkk., Analisis Kadar Air
(2008) meneliti alga merah Analisis kadar air dilakukan
Gracilaria changii menghasilkan pada alga, sebelumnya cawan yang
kadar fenolik total 5,0 mg/g ekstrak, akan digunakan dipanaskan dalam
Ganesan, dkk., (2008) dalam oven pada suhu 100-105 oC sekitar
Lestario, dkk., (2008) meneliti 30 menit untuk menghilangkan
Gracilaria edulis menghasilkan kadar kadar air cawan. Cawan didinginkan
fenolik total 16,26 mg/g ekstrak, dan selama 10 menit sampai ditimbang,
Cho, dkk., (2007) dalam Lestario, diulang sampai mendapatkan berat
dkk., (2008) meneliti alga coklat cawan konstan. Sebanyak 5 gram
Sargassum siliquastrum sampel alga yang sudah dipotong
menghasilkan kadar fenolik total kecil-kecil dimasukkan dalam cawan
127,4 mg/g ekstrak. porselen dan dikeringkan ke dalam
Penelitian tentang kapasitas oven pada suhu 100-105 oC selama
antioksidan dan kandungan kadar 15 menit, kemudian sampel
fenolik total alga coklat jenis S. didinginkan didesikator sekitar 10
cristaefolium yang berasal dari menit dan ditimbang. Sampel
Sumenep Madura dilakukan untuk tersebut dipanaskan kembali dalam
mengungkapkan sifat biologis dan oven 15 menit, diulang perlakuan
medis serta untuk mengoptimalkan ini sampai tercapai berat konstan.

20
ALCHEMY, Vol. 3 No. 1 Maret 2014, hal 18 - 30

Dihitung kadar air pada alga Ekstraksi


menggunakan rumus (AOAC, 1984): Ekstraksi pada alga coklat
jenis S. cristaefolium menggunakan
Kadar air = x % 100 metode maserasi. Serbuk Alga coklat
Dimana : jenis S. cristaefolium kering
= bobot cawan kosong ditimbang sebanyak 100 gram,
b= bobot sampel+cawan kemudian direndam dengan pelarut
sebelum dikeringkan metanol sebanyak 300 mL.
c= bobot cawan+sampel setelah Perendaman dengan pelarut metanol
dikeringkan selama 24 jam dan dibantu dengan
Penentuan Kadar Garam shaker selama 5 jam dengan
Alga coklat segar yang baru kecepatan 150 rpm, setelah itu
diambil dari laut ditimbang sebanyak disaring dengan menggunakan
5 gram dan diekstrak dengan corong buchner vakum. Ampas
menggunakan akuades 50 mL, dan dimaserasi kembali (3x pengulangan
diaduk selama 10 menit Ekstraksi dengan 300 mL). Dilakukan
diulangi sebanyak 3 kali pada sampel perlakuan yang sama dengan pelarut
agar garam dalam sampel larut dalam n-heksana. Pelarut metanol dan n-
akuades. Kemudian disaring heksana diuapkan dengan rotary
menggunakan penyaring vacum evaporator untuk memekatkan
buchner agar proses penyaringan ekstrak kasar, kemudian ekstrak
lebih maksimal. Ekstrak ditampung dimasukkan ke dalam lemari asam
dan dimasukkan ke dalam untuk menguapkan pelarut yang
erlenmeyer, kemudian diukur kadar masih tersisa.
garam dalam sampel sebanyak empat Uji Kapasitas Antioksidan
kali pengukuran dengan Menggunakan Metode DPPH
menggunakan alat salinometer Atago a. Penentuan Panjang
PAL-06S refraktometer, yaitu Gelombang Maksimum
dengan cara mengkalibrasi alat Larutan DPPH 0,2 mM
menggunakan blangko akuades, sebanyak 3 mL, didiamkam 10
kemudian larutan sampel diteteskan menit. Dicari maks larutan dan
pada lempengan alat tersebut lalu dicatat hasil pengukuran maks untuk
dilakukan pembacaan. (Sudarmaji, digunakan pada tahap selanjutnya
dkk., 1997). Perlakuan ini diulangi (Rahayu, dkk., 2010).
kembali untuk serbuk alga kering,
namun sebelum dikeringkan alga
b. Penentuan Waktu Kestabilan
yang masih segar dicuci terlebih
Pengukuran Antioksidan
dahulu dengan air
Dibuat larutan ekstrak 200
Preparasi Sampel ppm sebanyak 25 mL, kemudian
Alga coklat jenis S. diambil sebanyak 4,5 mL.
cristaefolium dicuci dengan air Ditambahkan 0,2 mM larutan DPPH
bersih untuk menghilangkan kotoran sebanyak 1,5 mL, kemudian dicari
yang terdapat pada sampel, waktu kestabilan setelah inkubasi
kemudian dipotong kecil-kecil dan dan sebelum inkubasi pada rentangan
dikering anginkan sampai kering. waktu 5 60 menit dengan interval 5
Kemudian di blender sampai menit. Sampel diukur pada maks dan
terbentuk serbuk.

21
ALCHEMY, Vol.3 No. 1 Maret 2014, hal 18 - 30

waktu kestabilan yang telah Kemudian dibuat larutan standar


didapatkan. dengan variasi konsentrasi 25, 50,
c. Pengukuran Antioksidan pada 100, 200, 400, 600, 800 dan 1000
Sampel ppm.
Sampel ekstrak kasar metanol Pada masing-masing
dan n-heksana masing-masing konsentrasi dipipet 50 L ditambah
dilarutkan dalam pelarutnya dengan 3000 L akuades, kemudian
variasi konsentrasi 1, 5, 10, 25, 50, ditambahkan 250 L reagen Folin-
100, 200 dan 400 ppm. Masing- Ciocalteu lalu di kocok dengan
masing konsentrasi dari tiap-tiap vortek dan diinkubasi selama 5 menit
ekstrak diambil 4,5 mL dan pada suhu ruang. Selanjutnya pada
ditambahkan larutan DPPH sebanyak larutan ditambahkan natrium
1,5 mL (perbandingan ekstrak yang karbonat 20 % sebanyak 750 L, lalu
dilarutkan dengan konsentrasi ditambahkan kembali dengan
tertentu: larutan DPPH 3:1) dengan akuades 950 L hingga volume 5000
konsentrasi 0,2 mM dalam etanol 99 L dan diinkubasi kembali selama
% v/v. Setelah itu diinkubasi suhu 37 80 menit pada suhu ruang. Kemudian
o
C pada waktu kestabilan yang masing-masing konsentrasi dipipet
didapatkan pada tahap sebelumnya,
kembali 200 L dan dimasukkan ke
kemudian dimasukkan ke dalam
dalam mikroplate sebanyak tiga kali
kuvet untuk mengukur absorbansinya
pengukuran (triplo), lalu diukur
pada maks yaitu pada 515 nm. Tiap
serapannya pada panjang
sampel dilakukan pengukuran tiga
gelombang 655 nm. Sebagai blanko
kali (triplo). Data absorbansinya
digunakan cara yang sama akan
yang diperoleh dari tiap konsentrasi
tetapi sampel asam galat diganti
masing-masing ekstrak dihitung nilai
dengan buffer fosfat. Selanjutnya
% aktivitas antioksidannya. Nilai
dibuat kurva kalibrasi yang
tersebut diperoleh dengan rumus
menyatakan hubungan antara
(Arindah, 2010) :
konsentrasi asam galat (ppm)
dengan nilai absorbansinya.
% Aktivitas antioksidan = x
100%
Dimana, b. Pengukuran Absorbansi
Ao = Absorbansi kontrol Ekstrak Sampel
Ac = Absorbansi sampel Sampel ekstrak pekat metanol
Pembanding BHT dan dan n-heksana alga dilarutkan
Vitamin C diperlakukan seperti dengan pelarutnya, lalu dibuat variasi
sampel akan tetapi sampel diganti konsentrasi 400, 600, 800, 1000
dengan larutan BHT dan Vitamin C. ppm. Selanjutnya dipipet masing-
masing konsentrasi sebanyak 50 L
Pengukuran Kandungan Senyawa
ditambah 3000 L akuades,
Fenolik Total
kemudian ditambahkan 250 L
a. Pengukuran Absorbansi
reagen Folin-Ciocalteu lalu di
Larutan Standar Asam Galat
kocok dengan vortek dan diinkubasi
Pembuatan larutan standar
selama 5 menit pada suhu ruang.
asam galat mula-mula ditimbang 10
Selanjutnya larutan ditambahkan
mg asam galat dan dilarutkan dalam
dengan natrium karbonat 20 %
10 mL buffer fosfat untuk membuat
larutan stok asam galat 1000 ppm. sebanyak 750 L, lalu ditambahkan
kembali dengan akuades 950 L

22
ALCHEMY, Vol. 3 No. 1 Maret 2014, hal 18 - 30

sampai volume larutan mencapai jingga dan pada tabung II terbentuk


5000 L dan diinkubasi kembali endapan kekuning-kuningan,
selama 80 menit pada suhu ruang. menunjukkan adanya alkaloid.
Kemudian masing-masing Pemisahan dengan KLT
konsentrasi dipipet kembali sebanyak Pemeriksaan KLT dilakukan
200 L dan dimasukkan kedalam terhadap adanya senyawa yang
mikroplate, lalu diukur serapannya memberikan hasil positif pada
dengan spektrofotometer UV-Vis pemeriksaan menggunakan uji
pada panjang gelombang 655 nm, reagen.
kemudian ditentukan kadar fenol Larutan pengembang dilakukan
dalam ppm. dengan 5 variasi eluen yaitu
Identifikasi Golongan Senyawa campuran kloroform:metanol:air
dengan Uji Fitokimia (20:60:4) (Jaya, 2010), n-heksana:etil
a. Triterpenoid dan Stereoid asetat (7:3) (Handayani, 2008), n-
Ekstrak sampel dimasukan ke heksana:kloroform (1:1) (Sukadana
dalam tabung reaksi, ditambahkan dkk., 2007), n-heksana:etil asetat
0,5 mL kloroform. Kemudian (1:1) dan eluen n-heksana:etil aset:
ditambahkan 0,5 mL asam asetat NH4OH (66:33:11) (Inayah, 2012).
anhidrida dan 1-2 tetes H2SO4 pekat n-heksana:etil asetat (7:3)
melalui dinding tabung tersebut.
Apabila terbentuk cincin warna III. HASIL DAN PEMBAHASAN
coklat kecoklatan maka ekstrak Kandungan air pada sampel
sampel mengandung triterpenoid kering memiliki nilai yang rendah,
(Ayoola, dkk., 2008). Sedangkan jika hal ini diakibatkan sampel kering
terbentuk warna hijau kebiruan kehilangan kandungan air akibat
menunjukkan adanya steroid proses pengeringan pada sampel.
(Auterhoff dan Kovar 1987). Menurut Winarno (1992) dalam
Harjadi (1993), sampel yang baik
b. Flavonoid disimpan dalam jangka panjang
Ekstrak ditambahkan dengan adalah sampel yang memiliki kadar
air panas 1-2 mL metanol panas dan air kurang dari 10 %.
ditambah sedikit serbuk Mg. Dari hasil uji kadar garam
Kemudian ditambahkan 2 mL tetes alga S. cristaefolium bahwa
HCl pekat dan dikocok. Jika konsentrasi kadar garam dalam
menunjukkan merah atau jingga larutan sampel S. cristaefolium segar
maka ekstrak kasar positif lebih rendah daripada sampel kering,
mengandung flavonoid (Febriany, hal ini dikarenakan garam pada
2004). sampel segar masih banyak
mengandung air. Hasil uji kadar air
c. Alkaloid dan kadar garam dapat dilihat pada
Ekstrak sampel dimasukkan Tabel 1.
dalam tabung reaksi, ditambah 0,5
mL HCl 2 % dan larutan dibagi Tabel 1. Kadar air dan Kadar Garam
dalam dua tabung. Tabung I Kadar Kadar air S.
ditambahkan 0,5 mL tetes reagen garam (%) cristaefolium
Dragendroff, sedangkan tabung II (%)
ditambahkan 2-3 tetes reagen Mayer. 3% 80 % Segar
40,5% 8,58 % Kering
Jika tabung I terbentuk endapan

23
ALCHEMY, Vol.3 No. 1 Maret 2014, hal 18 - 30

Hasil rendemen menunjukkan murni yang dikandung memiliki


ekstrak tertinggi didapatkan pada aktivitas peredaman radikal bebas
pelarut metanol. Tingginya berat lebih kuat dibandingkan ekstraknya.
ekstrak yang diperoleh dengan Hasil pengujian dapat dilihat pada
menggunakan pelarut metanol Tabel 3 dan Gambar 1.
menunjukkan bahwa senyawa- Metode DPPH dipilih karena
senyawa pada S. cristaefolium sederhana, mudah, cepat dan peka
banyak yang bersifat polar dan serta hanya memerlukan sedikit
tertarik oleh metanol. Metanol sampel. Senyawa antioksidan akan
merupakan pelarut hidrokarbon yang bereaksi dengan radikal DPPH
sangat polar dengan berat molekul melalui mekanisme donasi atom
rendah. Alkohol dengan berat hydrogen dan menyebabkan
molekul rendah menggantikan terjadinya peluruhan warna DPPH
molekul-molekul air dalam jaringan dari ungu ke kuning yang diukur
(Hart, 1987 dalam Muawwanah, pada panjang gelombang 515 nm
1996). Hasil ekstraksi dapat dilihat (Rahayu,dkk., 2010) Pengujian
pada Tabel 2. antioksidan menggunakan inkubasi
(37 oC). Suroso (2011), menyatakan
Tabel 2. Hasil Rendemen bahwa sampel yang diinkubasi akan
Rendemen Vol. (mL) Pelarut lebih stabil dan memiliki penurunan
(%)(b/b) absorbansi yang lebih signifikan
5,524 900 Metanol
dibanding sampel yang tidak
1,002 900 n-heksana
diinkubasi. Pada suhu ini diduga
sampel antioksidan bereaksi
Sarrgassum merupakan salah
dengan baik dengan DPPH. Diduga
satu jenis alga laut dari kelompok
suhu yang telah terkondisikan ini
alga coklat (phaeophyceae) yang
dapat mempercepat terjadinya reaksi
mengandung pigmen klorofil dan
antara sampel antioksidan dengan
fukosantin. Klorofil merupakan
DPPH.
pigmen fotosintesis yang
memberikan warna hijau sedangkan
fukosantin memberikan warna coklat
atau hijau zaitun (Tjondronegoro,
dkk., 1989 dalam Muawwanah,
1996).
Uji aktivitas antioksidan
menggunakan metode DPPH
menunjukkan bahwa ekstrak metanol
S. cristaefolium memiliki nilai
kapasitas antioksidan yang tinggi
dibandingkan ekstrak n-heksana.
Apabila ekstrak metanol
dibandingkan dengan kapasitas
antioksidan vitamin C dan BHT,
aktivitas antioksidan ekstrak S.
cristaefolium masih lebih rendah.
Tetapi pada penelitian ini yang diuji
masih berupa ekstrak kasar, sehingga
masih ada kemungkinan senyawa

24
ALCHEMY, Vol. 3 No. 1 Maret 2014, hal 18 - 30

Tabel 3 Hasil pengukuran % aktivitas antioksidan ekstrak S. cristaefolium dan


pembanding

% Kapasitas Antioksidan (Y)


Konsentrasi
Sampel (ppm) Asam Ekstrak n- Ekstrak
BHT
askorbat heksana metanol

1 80,10 76,04 73,02 74,99


5 90,45 76,65 74,68 75,08
10 98,92 81,47 74,74 75,54
25 99,21 85,71 74,98 77,23
50 99,22 93,73 74,90 77,44
100 99,23 95,87 73,21 77,89
200 99,24 98,87 71,7 78,48
400 99,26 99,09 63,37 80,78

Gambar 1 Grafik aktivitas antioksidan (%) ekstrak S. cristaefolium dan


Pembanding

25
ALCHEMY, Vol.3 No. 1 Maret 2014, hal 18 - 30

Heo, dkk., (2005) melaporkan kapasitas taefolium memiliki nilai yang hampir sama
antioksidan ekstrak metanol sampel dengan sampel S. siliquastrum.
metanol S. coreanum (86,04 %), S. Hasil penelitian ini menunjukkan
fulvellum (67,44 %), S. horneri (23,91 %), bahwa pada sampel S. cristaefolium
S. piluliferum (93,67 %), S. siliquastrum kapasitas antioksidan berbanding lurus
(75,58 %), S. thunbergii (97,44 %). dengan total fenol yang dikandungnya.
Sandrasari (2008), menyatakan bahwa suatu
senyawa yang mempunyai kapasitas Tabel 4 Nilai kandungan fenolik total pada
antioksidan sangat kuat jika menghambat ekstrak S. cristaefolium dan
perkembangan radikal bebas lebih dari 80 kapasitas antioksidan.
%, sedang jika menghambat sebesar 50-80
Sampel Aktivitas Kandungan
%, dan lemah jika memiliki penghambatan
antioksidan fenol total
kurang dari 50 %. Kapasitas antioksidan
(%) (mg
pada ektrak n-heksana mengalami
GAE/g
penurunan kapasitas pada konsentrasi 100
sampel)
200. Hal ini menandakan kemampuan
Ekstrak 80,78 74,63
antioksidan mulai melemah pada
metanol
konsentrasi yang besar, kemungkinan yang
Ekstrak n- 74,98 35,85
terjadi adalah senyawa yang telah bersifat
heksana
prooksidan (suatu zat yang dapat
menyebabkan kerusakan oksidatif).
Senyawa fenolik pada ekstrak alga Kutsiyah (2012) juga melaporkan
coklat diukur dengan menggunakan reagen kandungan senyawa fenolik total dan
Folin-Ciocalteu pada panjang gelombang kapasitas antioksidan pada ekstrak metanol
655 nm. Hasil yang diperoleh dinyatakan E. spinosum adalah 82,78 mg GAE/g dan
sebagai ekivalen asam galat (EAG/g 84,60 %. Hal ini, menunjukkan adanya
sampel). Asam galat merupakan senyawa korelasi antara kapasitas antioksidan
untuk mengukur kandungan senyawa fenol dengan kandungan total fenol yang
dalam sampel pada makanan atau minuman. dikandung.
Pengujian ini dilakukan karena senyawa Penelitian Lee, dkk., (2006)
fenolik berkontribusi langsung terhadap menggunakan 25 macam jenis alga merah
kapasitas antioksidan. Nilai absorbansi yang menunjukkan kandungan fenolik total
yang terukur menyatakan intensitas tertinggi diantara 25 macam jenis alga
senyawa fenol yang terdapat pada sampel. merah tersebut terdapat pada ekstrak
Semakin besar nilai absorbansi yang metanol dari alga merah Polysiphonia
dihasilkan maka kandungan senyawa fenol japonica yaitu sebesar 176,90 mg/g.
pada ekstrak alga coklat semakin tinggi. Hasil uji fitokomia ekstrak metanol
Pengukuran kandungan total S. cristaefolium pada Tabel 5. Pada
senyawa fenol pada ekstrak kasar S. penelitian ini ekstrak S. cristaefolium yang
cristaefolium menunjukkan bahwa diduga mengandung steroid yang memiliki
kandungan fenol total tertinggi terdapat aktivitas antioksidan. Uji steroid ekstrak
pada ekstrak metanol. Hasil pengukuran kasar metanol S. cristaefolium ditandai
kadar fenolik total dapat dilihat pada Tabel dengan perubahan warna kuning kecoklatan
4. Heo, dkk., (2005) melaporkan kandungan menjadi biru kehijauan. Perubahan warna
fenol ekstrak metanol S. coreanum (38,11 ini disebabkan terjadinya reaksi oksidasi
mg GAE/g), S. fulvellum (7,56 mg GAE/g), pada golongan steroid melalui
S. horneri (6,81 mg GAE/g), S. piluliferum pembentukan ikatan rangkap terkonjugasi
(14,91 mg GAE/g), S. siliquastrum (75 mg (senyawa pentaenilik) (Sriwahyuni, 2010).
GAE/g), S. thunbergii (23,06 mg GAE/g). Studi fitokimia dan farmakologi
Hasil kandungan fenol sampel S. cres menyatakan bahwa steroid memiliki
26
ALCHEMY, Vol. 3 No. 1 Maret 2014, hal 18 - 30

aktivitas antioksidan (Abad, dkk., 2011). eluen yang mampu menghasilkan


Beberapa golongan steroid dapat berfungsi pemisahan yang baik yaitu n-heksana:etil
sebagai antioksidan yang dapat asetat (7 : 3), hal ini dapat dilihat dengan
mendonorkan atom H terhadap radikal adanya noda yang terpisah dengan baik
bebas. Senyawaan steroid kebanyakan (tidak berekor) dan jumlah noda sebanyak 5
mengandung gugus OH yang sering noda yang terpisah di bawah sinar UV.
disebut dengan sterol, sehingga dengan Hasil KLT dari pemisahan steroid ekstrak
adanya substituen gugus hidroksil yang metanol ini dapat dilihat pada Tabel 6.
terikat pada rantai hidrokarbon maka Noda-noda ini terpisah berdasarkan tingkat
cenderung untuk mendonorkan atom kepolarannya.
hidrogennya kepada radikal bebas (Abad, Noda yang memiliki nilai Rf yang
dkk., 2011). Dugaan reaksi yang terjadi kecil spot 1 dan 2 diduga cenderung bersifat
antara senyawa steroid dengan DPPH yang polar dikarenakan noda tersebut lebih
berfungsi untuk menghambat radikal bebas terdistribusi ke fase diam yang cenderung
dapat ditunjukkan pada Gambar 2. bersifat polar. Noda yang memiliki Rf yang
Hasil pemisahan dengan KLT tinggi spot 3, 4 dan 5 cenderung
analitik senyawa steroid ekstrak metanol terdistribusi ke dalam fase gerak yang
alga coklat S. crictaefolium dilakukan kepolarannya lebih kecil dibandingkan
dengan 5 variasi eluen yaitu campuran dengan fase diamnya. Kristanti (2008)
kloroform:metanol:air (20:60:4) (Jaya, melaporkan bahwa senyawa steroid setelah
2010), n-heksana:etil asetat (7:3) disemprot pereaksi Liberman-Burchard
(Handayani, 2008), n-heksana:kloroform pada plat KLT menghasilkan warna biru.
(1:1) (Sukadana dkk., 2007), n-heksana:etil Hasil KLT pemisahan senyawa steroid pada
asetat (1:1) dan eluen n-heksana:etil aset: S. cristaefolium cenderung berwarna biru
NH4OH (66:33:11) (Inayah, 2012). yang ditunjukkan pada noda nomor 1, 2, 3,
Diantara 5 variasi eluen tersebut terdapat 1 dan 5.

Tabel 5. Hasil uji fitokimia ekstrak kasar metanol S. cristaefolium


Uji Fitokimia / Uji Reagen Ekstrak S.
Flavonoid Alkaloid Triterpenoid cristaefolium
Reagen Reagen Fraksi
Steroid
Dragendroff Mayer
- - - +++ - Metanol
- - - + - n-heksana
Keterangan : tanda +++ : terkandung banyak senyawa/terbentuk warna
tanda + : terkandung senyawa/berwarna pudar
tanda - : tidak terkandung senyawa/tidak terbentuk warna

Gambar 2 Dugaan reaksi senyawa steroid dengan radikal DPPH (Abad, dkk., 2011)

27
ALCHEMY, Vol.3 No. 1 Maret 2014, hal 18 - 30

Tabel 6. Hasil pemisahan golongan senyawa aktif steroid ekstrak S. cristaefolium


menggunakan KLT
Warna noda di bawah sinar UV pada 366 nm
Setelah disemprot reagen Sebelum disemprot reagen Rf tiap noda
Lieberman-Burchard Lieberman-Burchard
Biru Merah muda 0,14
Biru Merah muda 0,27
Biru Hijau kecoklatan 0,34
Hijau Merah muda 0,48
Biru Merah mudah 0,61

Noda-noda ini terpisah berdasarkan menghasilkan 5 noda (Rf:


tingkat kepolarannya. Noda yang memiliki 0,14;0,27;0,34;0,48;0,61)
nilai Rf yang kecil spot 1 dan 2 diduga SARAN
cenderung bersifat polar dikarenakan noda Saran untuk penelitian, diantaranya
tersebut lebih terdistribusi ke fase diam diperlukan penelitian lebih lanjut sampai
yang cenderung bersifat polar. Noda yang pada tahap pemisahan, pemurnian dan
memiliki Rf yang tinggi spot 3, 4 dan 5 identifikasi agar dapat mengetahui senyawa
cenderung terdistribusi ke dalam fase gerak yang berpotensi sebagai antioksidan.
yang kepolarannya lebih kecil dibandingkan
dengan fase diamnya. V. DAFTAR PUSTAKA
Kristanti (2008) melaporkan bahwa Arindah, D. 2010. Fraksinasi dan
senyawa steroid setelah disemprot pereaksi Identifikasi Golongan Senyawa
Liberman-Burchard pada plat KLT Antioksidan pada Daging Buah
menghasilkan warna biru. Hasil KLT Pepino (Solonum Muricatum aiton)
pemisahan senyawa steroid pada S. yang Berpotensi sebagai
cristaefolium cenderung berwarna biru yang Antioksidan. Skripsi. Malang:
ditunjukkan pada noda nomor 1, 2, 3, dan5. Jurusan Kimia Fakultas Sains dan
Teknologi Universitas Islam Negeri
IV. KESIMPULAN DAN SARAN (UIN) Maulana Malik Ibrahim
KESIMPULAN Malang.
Penelitian yang telah dilakukan Autorhoff, H., dan Kovar, K.A. 1987.
dapat disimpulkan bahwa kapasitas Identitas Obat. Bandung: ITB
antioksidan dari ekstrak kasar n-heksana Djamil, A. 2004. Al-Quran dan Lautan.
dan metanol alga coklat Sargassum Bandung Penerbit Arasy PT Mizan
cristaefolium masing-masing adalah 74,98 Pustaka
% dan 80,78 %. Kandungan fenolik total Heo, Soo-Jin., Sun-Heui Cha, Ki-Wan Lee,
dari ekstrak kasar n-heksana dan metanol Somi K. Cho1, You-Jin Jeon. 2005.
alga coklat Sargassum cristaefolium Antioxidant Activities of
masing-masing adalah 35,85 mg GAE/gr Chlorophyta and Phaeophyta from
sampel dan 74,63 mg GAE/gr sampel. Jeju Island. Journal Alga Volume
Ekstrak kasar metanol memiliki kapasitas 20(3): 251-260 .Faculty of Applied
antioksidan dan kandungan total fenolik Marine Science, Faculty of
yang tertinggi. Berdasarkan uji reagen, Biotechnology, Cheju National
golongan senyawa terkandung di dalam University, Jeju 690-756
ekstrak kasar metanol menunjukkan Hijaz, M.K. 2008. Uji Aktivitas
golongan steroid. Pemisahan ekstrak Antioksidan Karaginan dalam Alga
metanol dengan KLT menggunakan eluen Merah Jenis Eucheuma spinosum
n-heksana:etil asetat (7:3) dan dan gracillaria verrucosa. Skripsi.

28
ALCHEMY, Vol. 3 No. 1 Maret 2014, hal 18 - 30

Malang: Jurusan Kimia Fakultas Manilal. A., Sujith, S., Selvin, J., Kiran,
Sains dan Teknologi Universitas G.S., Shakir, C. 2009. In vivo
Islam Negeri Maulana Malik Antiviral Activity of Polysaccharide
Ibrahim Malang from the Indian Green Alga,
Izzati, M. 2007. Skreening Potensi Acrosiphonia orientalis (J. Agardh):
Antibakteri pada Beberapa Spesies Potential Implication in Shrimp
Rumput Laut terhadap Bakteri Disease Management. Journal of
Patogen pada Udang Windu. Jurnal Fish and Marine Sciences 1 (4):
BIOMA. Vol. 9, No. 2. 6267. 278-282. Department of
Jepara: Undip. Microbiology. India: Bharathidasan
Khazanda, K.A., Wazir, S.T.G., Samina, University
K., Shahzadi, S. 2007. Antifungal Moosa, M.K. Sumberdaya laut nusantara,
Activity, Elemental Analysis and keanekaragamanhayati laut dan
Determination Of Total Protein Of pelestariannya. Loka karya
Seaweed, Solieria Robusta Keanekaragaman Hayati Laut.
(Greville) Kylin From The Coast Of Pemanfaatan secara lestari dilandasi
Karachi. J. Bot., 39(3): 931-937, penelitian dan penyelamatan. Widy
2007. National Center of Excellence Graha LIPI. Jakarta 23 Pebruari
for Aanalytical Chemistry. Pakistan: 1999
University of Sindh. Muawwanah. 1996. Estraksi Antioksidan
Kutsiyah. 2012. Penentuan Kandungan dari Alga Laut Sargassum sp. dan
Senyawa Fenolik Total dan Efektivitasnya dalam menghambat
Kapasitas Antioksidan Alga Merah Awal Emulsi Minyak Ikan. Skripsi.
Eucheuma spinosum dari pantai Bogor: Program Studi Teknologi
Lobuk Madura. Skripsi. Malang: Hasil Perikanan Fakultas Perikanan
Jurusan Kimia Fakultas Sains dan ITB
Teknologi Universitas Islam Negeri Parwata, I.M.O.A., Wiwik, S.R. dan
(UIN) Maulana Malik Ibrahim Raditya, Y. 2009. Isolasi dan Uji
Malang Antiradikal Bebas Minyak Atsiri
Lee, K.W., Jeon, J.Y., Cha, S.H. dan Heo, Pada Daun Sirih (Piper betle, Linn)
S.J. 2006. Antioxidant Activities of Secara Spektroskopi Ultra Violet-
Red Algae from Jeju Island. Journal Tampak. Jurnal Kimia. Vol. 3 (1):
Algae. Volume 21(1): 149-156, 7-13. ISSN 1907-9850. Bukit
Faculty of Applied Marine Science. Jimbara: Jrusan Kimia FMIPA
Korea: Cheju National University, Universitas Udayana
Jeju 690-756. Rahayu, D.S., Dewi, K., Enny, F. 2010.
Lestario. L.N., Sugiarto, S., Timotius. 2008. Penentuan Aktivitas Antioksidan
Aktivitas Antioksidan dari Kadar dari Ekstrak Etanol Daun Ketapang
Fenolik Total dari Ganggang Merah (Terminalia catappa L) dengan
(Gracilaria verrucosa L.). Jurnal Metode 1,1 difenil 2 Pikrilhidrazil
Teknol dan Industri Pangan. (DPPH). Jurnal Kimia. Semarang:
Vol.XIX No.2 Th. 2008. Salatiga: Jurusan Kimia FMIPA Universitas
Fakultas Sains dan Matematika. Diponegoro
Universitas Kristen Satya Wacana. Rohman, A. dan Riyanto, S. 2005. Daya
Madhavi, D. L, S. S. Dhespande and D.K Antioksidan Ekstrak Etanol Daun
Salunka, 1996, Food Antioxidant Kemuning (Murraya paniculata (L)
Technological, Toxicologi and Healt Jack) Secara in vitro. Majalah
Perpectures. New York: Marcel Farmasi Indonesia, 16 (3), 136
Dekker Inc 140. Yogyakarta: Laboratorium
Kimia Analisis Bagian Kimia
29
ALCHEMY, Vol.3 No. 1 Maret 2014, hal 18 - 30

Farmasi Fakultas Farmasi 2010. In Vitro Antitumor Activity of


Universitas Gadjah Mada Gracilaria corticata (A Red Alga)
Sandrasari, D.A., 2008. Kapasitas Against Jurkat And Molt-4 Human
Antioksidan dan Hubungannya Cancer Cell Lines. Journal of
dengan Nilai Total Penol Ekstrak Biotechnology. 9(40): 6787-6790.
Sayuran Indigenous. Skripsi. Bogor: Bushehr Iran: University of Medical
Sekolah Pascasarjana Institut Sciences.
Pertanian Bogor Operation of SMB Bioreactor: Production
Sudarmadji, S., B. Haryono, dan Suhardi. of High Fructose Syrup by
1997. Prosedur Analisa untuk Isomerization of Glucose.
Bahan Makanan dan Pertanian. Biochemical Engineering Journal,
Yogyakarta: Liberty Vol: 21 No: 111121.
Zandi, K., Saeed, T. Iraj, N., Zahra, R.,
Forough, Y., Samin, S., Kohzad, S.

30

You might also like