Academic Challenges in Fisher Families
Academic Challenges in Fisher Families
DOI R.P. Ajisuksmo & Doddy Tri Surya, Efikasi Diri dan Strategi Motivasi Sebagai Prediktor Prestasi Akademis Siswa dari Keluarga
: 10.24832/jpnk.V4i1.1232
Nelayan Tradisional
Abstract: Lack of capital and advance technology have caused traditional fisherman to lose
the competition, so that they become poor and marginalized. Poverty affects low aspirations
for their children’s education, and indirectly influenced low children’s motivation to learn.
The aim of this study was to measure the contribution of self-efficacy and motivational
strategies in predicting students’ academic achievement. This study applied quantitative
approach, by implementing General Self-Efficacy Scale (GSE) to measure self-efficacy, and
Motivated Strategies for Learning Questionnaire (MSLQ) to measure motivation to learn.
Academic achievement score was collected from mean of cumulative scores of students’
academic report. A non-random sampling technique was applied in sample selection. In
total, 103 adolescents (Female 64%; Male 36%; Age 15-19 years; Mean age =16.10) who
come from traditional fisheries families and still study in the senior high school in Cilincing
District, North Jakarta participated in this study. The study revealed that self-efficacy and
motivation to learn was not significantly contribute to students’ academic achievement.
Abstrak: Keterbatasan modal dan teknologi menyebabkan nelayan tradisional kalah bersaing,
sehingga mereka menjadi miskin dan termarjinalkan. Kemiskinan memengaruhi aspirasi
yang rendah terhadap pendidikan anak mereka, dan secara tidak langsung ikut memengaruhi
motivasi belajar anak yang rendah. Penelitian ini bertujuan untuk mengukur kontribusi
efikasi diri dan strategi motivasi dalam memprediksi prestasi akademik siswa. Penelitian ini
menggunakan pendekatan kuantitatif dengan menerapkan General Self-Efficacy Scale (GSE)
untuk mengukur efikasi diri, dan Motivated Strategies for Learning Questionnaire (MSLQ)
untuk mengukur motivasi belajar. Skor prestasi akademik dikumpulkan dari rata-rata skor
kumulatif laporan akademik siswa. Teknik pengambilan sampel nonacak diterapkan dalam
pemilihan sampel. Secara total, 103 remaja (Perempuan 64%; Laki-laki 36%; Usia 15-19
tahun; Meanusia= 16,10) yang berasal dari keluarga nelayan tradisional dan masih belajar di
sekolah menengah atas di Kecamatan Cilincing, Jakarta Utara berpartisipasi dalam penelitian
ini. Studi ini menunjukkan bahwa efikasi diri dan motivasi untuk belajar tidak berkontribusi
secara signifikan kepada prestasi akademik siswa.
kurang mengenai arti penting pendidikan berlangsung guna mencapai tujuan belajar yang
membuat para nelayan tidak terpikir untuk telah ditetapkan. Semakin kuat motivasi belajar,
menyekolahkan anak mereka ke jenjang yang maka prestasi belajar yang dihasilkan juga
lebih tinggi. Para nelayan membiarkan anak semakin baik, dan sebaliknya semakin rendah
mereka tidak sekolah, tetapi melaut, membantu kekuatan motivasi untuk belajar, misalnya malas
orang tuanya mencari ikan untuk membantu untuk belajar, maka prestasi belajar juga akan
ekonomi keluarga (Siregar 2016). Hal ini sejalan menjadi rendah atau menurun.
dengan penelitian dari Hikmah, Quraisy dan Arifin Menurut Pintrich dan de Groot (dalam
(2016), yang melaporkan bahwa anak putus Jaafar, Awaludin & Bakar, 2014), motivasi belajar
sekolah karena orang tua tidak mampu memiliki lima komponen penting, yaitu percaya
membiayai anaknya sekolah dan anak terpaksa diri, nilai intrinsik, tingkat kecemasan, regulasi
bekerja untuk membantu ekonomi keluarga. diri, dan strategi kognitif. Dalam kaitannya
Ajisuksmo (2009) menyatakan bahwa dengan komponen percaya diri, motivasi belajar
dengan pengetahuan serta keterampilan yang yang tinggi akan ditandai dengan rasa percaya
terbatas maka anak melakukan aktivitas kerja diri yang tinggi, jadi ada perasaan mampu untuk
serabutan di sektor informal. Faktor kelelahan melakukan tugas-tugasnya. Ketika seseorang
setelah bekerja dan nilai ekonomis yang merasa yakin bahwa dirinya mampu melakukan
diperoleh setelah bekerja, berdampak pada tugas-tugas tersebut, maka akan meningkatkan
menurunnya motivasi anak untuk belajar. usaha dalam menyelesaikan tugas-tugas yang
Padahal, motivasi belajar merupakan pendorong dimilikinya. Kepercayaan diri tumbuh melalui
dan salah satu faktor yang menentukan kualitas keyakinan yang dimiliki dari dalam diri sendiri,
hasil belajar (Dalyono, 2009; Nasution, 2010). maupun dengan membandingkan dirinya dengan
Menurut Brophy (dalam Corrigan, Klein dan orang lain. Siswa yang memiliki kepercayaan
Isaacs, 2010), motivasi untuk belajar adalah diri tinggi merasa bahwa dirinya lebih baik
“a student tendency to find academic activities daripada teman-teman sekelasnya, sehingga
meaningful and worthwhile and to try to derive menjadikan dirinya ingin selalu menjadi terbaik
the intended academic benefits from them”. dengan terus memperoleh nilai yang baik.
Dari berbagai penelitian, dilaporkan bahwa Nilai intrinsik dalam motivasi dimaksudkan
motivasi belajar dapat menjelaskan keinginan, sebagai dorongan yang berasal dari dalam diri
arah dan intensitas individu dalam belajar. individu untuk melakukan suatu pekerjaan atau
Motivasi belajar juga dapat menjelaskan usaha tugas-tugas. Dorongan ini dapat berupa
individu untuk menyelesaikan tugas, menghadapi perasaan senang dengan materi pelajaran,
tantangan dalam mempelajari materi belajar suasana kelas, maupun dengan tugas-tugas
yang baru, dan bahkan bertahan pada tugas- menantang yang diberikan guru. Rasa senang
tugas yang sulit (Faizal, Kuswana & Permana, dalam diri siswa akan mendorong perilaku belajar
2016; Gbollie & Keamu, 2017; Riswanto & siswa dan meningkatkan kemampuan siswa
Aryani, 2017). Motivasi belajar terbentuk karena dalam belajar. Siswa yang memiliki dorongan
individu mempunyai keinginan, cira-cita dan intrinsik yang besar dalam belajar tidak akan
menyadari manfat belajar untuk dirinya (Anwar, merasa terbebani dan tidak merasa adanya
Prabandari & Emilia, 2013). Jadi, motivasi belajar paksaan dari pihak luar untuk melakukan
merupakan daya penggerak dalam diri siswa kegiatan belajar.
yang mengarahkan perilaku untuk memunculkan Sehubungan dengan tingkat kecemasan
kegi ata n bel ajar, d an menja ga a gar dalam motivasi, dijelaskan oleh Pintrich dan de
kelangsungan kegiatan belajar dapat terus Groot (dalam Jaafar, Awaludin & Bakar, 2014)
bahwa tingkat kecemasan dapat memengaruhi Menurut Baron dan Byrne (dalam Ghufron
keinginan atau dorongan seseorang untuk & Rini, 2010) efikasi diri juga merupakan evaluasi
melakukan sesuatu. Kecemasan yang dimaksud ses eora ng m engenai kema mpua n atau
adalah perasaan cemas atau takut terhadap kompetensi dirinya dalam melakukan suatu
hasil belajar atau prestasi belajar yang tugas, mencapai suatu tujuan, dan mengatasi
ditimbulkan dari ujian, maupun evaluasi yang hambatan. Jadi, efikasi diri adalah keyakinan
dilakukan oleh guru. Perasaan cemas tersebut diri individu terhadap kemampuannya dalam
dapat memengaruhi cara siswa belajar dalam belajar, untuk mencapai prestasi yang unggul.
mengerjakan ujian yang dihadapi. Regulasi diri Efikasi diri juga berperanan penting dalam
dalam motivasi berkaitan dengan kemampuan pencapaian tujuan. Hayati (2016) menyatakan
untuk melakukan penilaian diri dan kesadaran bahwa individu yang mempunyai efikasi diri tinggi
terhadap kemampuan diri. Hal ini membantu menunjukkan perilaku yang aktif dalam
siswa untuk memonitor proses belajar dan hasil menentukan tujuan dan menentukan standar,
belajarnya. Regulasi diri merupakan komponen gigih, kreatif dalam memecahkan persoalan.
metakognitif dari motivasi. Komponen penting Penelitian Hsiao, Chang, Tu dan Chen pada
lain dalam motivasi adalah strategi kognitif yang tahun 2011, serta Baumann dan Kerler pada
harus ditingkatkan siswa dalam proses tahun 2014 (dalam Hayati 2015), melaporkan
belajarnya. Strategi kognitif menjelaskan cara bahwa ada hubungan yang positif dan signifikan
siswa menggunakan strategi dalam belajar. Cara antara efikasi diri dengan inovasi kerja.
siswa mengingat dan memahami bahan belajar Menurut Bandura (dalam Rustika, 2012) ada
(Jaafar, Awaludin & Bakar, 2014). beberapa faktor yang dapat memengaruhi efikasi
Selain motivasi belajar faktor lain dalam diri diri, yaitu (1) pengalaman berhasil (mastery
individu yang berperan dalam menentukan experience), (2) pengalaman orang lain
keberhasilan dalam belajar adalah efikasi diri (vicarious experience), (3) persuasi verbal
(Rustika, 2012). Efikasi diri mempunyai peran (verbal persuasion), dan (4) keadaan fisiologis
sangat penting dalam proses belajar siswa, dan (physiological state). Pengalaman diri (mastery
mendukung penggunaan seluruh potensi yang experience) merupakan hal yang dimiliki oleh
ada dalam diri siswa. Menurut Bandura (dalam masing-masing individu. Pengalaman yang dimiliki
Rustika, 2012 dan La Moma, 2014) efikasi diri merupakan dasar untuk membentuk efikasi diri.
dimaknai sebagai keyakinan individu terhadap Pengalaman atas keberhasilan yang diperoleh
kemampuan dirinya untuk berhasil dalam seseorang akan memengaruhi pembentukan
melakukan tugas-tugas tertentu, dan dapat efikasi diri ke arah yang positif atau tinggi.
menguasai situasi untuk menghasilkan sesuatu Pengalaman atas kegagalan akan memengaruhi
yang positif. Individu yang memiliki efikasi diri pembentukan efikasi diri yang negatif atau
yang tinggi akan menetapkan tujuan dan standar rendah terutama jika kegagalan tersebut terjadi
yang akan dicapai dalam belajar, merencanakan pada awal pengerjaan tugas dan bukan
dan mempersiapkan kegiatan belajar untuk disebabkan oleh kurangnya usaha atau karena
mencapai tujuan dan standar yang telah hambatan dari faktor eksternal. Keberhasilan
ditetapkan. Siswa yang mempunyai efikasi diri yang terjadi karena faktor eksternal dan bukan
akan menunjukkan kegiatan belajar yang aktif, berasal dari diri sendiri tidak memberikan
gigih, dan kreatif dalam memecahkan persoalan pengaruh terhadap peningkatan efikasi diri.
(Rustika, 2012; La Moma, 2014; Uchida, Michael, Efikasi diri dapat meningkat karena pengalaman
& Mori, 2018). atas keberhasilan yang berulang.
Selain pengalaman diri, pengalaman orang timbul. Informasi terkait dengan keadaan
lain (vicarious experience) juga mempunyai fisiologisnya tersebut, akan memengaruhi
peranan penting dalam membentuk efikasi diri. bagaimana ia memberikan penilaian terhadap
Hal ini terjadi ketika individu melihat atau kemampuan yang dimilikinya. Gejala-gejala
mengamati keberhasilan yang dialami orang lain somatik atau ketegangan yang timbul dalam
yang memiliki karakteristik mirip dengan dirinya situasi yang menekan, memberi pertanda bahwa
pada bidang tertentu. Melalui pengamatan ia tidak dapat menguasai keadaan atau
terhadap keberhasilan orang lain, individu akan mengalami kegagalan, dan keadaan ini akan
merasa yakin dan percaya bahwa ia dapat berpengaruh terhadap penurunan efikasi diri.
mencapai kesuksesan yang sama dengan orang Prestasi belajar siswa, yang pada umumnya
yang ia amati. Individu meyakinkan diri bahwa dinyatakan dalam angka atau huruf, merupakan
dirinya juga dapat melakukan dan memperoleh penilaian hasil belajar siswa. Prestasi belajar
keberhasilan sebagaimana yang ditunjukkan oleh merupakan cerminan dari hasil belajar siswa
orang yang diamatinya. Jika, orang yang diamati terhadap pelajaran tertentu pada periode
ternyata gagal meskipun sudah berusaha keras, tertentu. Prestasi belajar dijadikan tolok ukur
maka penilaian individu terhadap kemampuan untuk menentukan keberhasilan kegiatan belajar
dirinya akan berkurang atau menurun. Jadi, siswa. Penelitian Nursari, Adi dan Jaryanto
efikasi diri akan dipengaruhi oleh penilaian (2013) menunjukkan bahwa ada sembilan faktor
individu terhadap pengalaman orang lain. yang memengaruhi prestasi belajar. Kesembilan
Faktor lain yang memengaruhi pembentukan faktor tersebut adalah (1) faktor keluarga, (2)
efikasi diri adalah persuasi verbal. Persuasi faktor sekolah, (3) sikap dan pendekatan dalam
verbal (verbal persuasion) adalah memberikan bel ajar, (4) faktor fisiologis dan waktu
keyakinan kepada orang lain secara verbal pelaksanaa n pembel ajaran, (5) faktor
bahwa ia memiliki kemampuan yang memadai pendukung pembelajaran dan kematangan, (6)
dalam mencapai hasil yang di inginkan. faktor kesehatan dan keinginan siswa, (7) faktor
Seseorang yang berhasil diyakinkan secara tugas rumah, (8) faktor pergaulan, dan (9)
verbal akan menunjukkan usaha yang lebih faktor panca indera dan standar pelajaran.
keras. Persuasi verbal dapat dilakukan dengan Hardika, Sebayang, dan Sembiring (2013),
cara memberikan ucapan selamat, semangat, melakukan kajian terhadap sepuluh komponen
dan pesan-pesan persuasif yang bersifat positif yang merupakan faktor dominan dalam
agar individu tidak ragu-ragu terhadap menentukan prestasi belajar siswa. Kesepuluh
kemampuannya dan tidak hanya memikirkan komponen tersebut adalah (1) bakat, (2) minat,
kekurangan dirinya ketika menghadapi kesulitan. (3) motivasi siswa, (4) motivasi orang tua, (5)
Meskipun demikian, persuasi verbal memiliki fasilitas belajar di rumah, (6) kualitas pengajarn
keterbatasan dalam mendorong peningkatan guru, (7) fasilitas di sekolah, (8) esktrakurikuler,
efikasi diri, karena pada umumnya muncul dalam (9) les tambahan dan (10) pergaulan siswa.
bentuk kata-kata yang disampaikan tanpa Kedua kajian tersebut menunjukkan bahwa baik
alasan dan maksud yang jelas. faktor internal maupun eksternal siswa sangat
Pada saat individu memberikan penilaian berperan dalam menentukan kualitas belajar
terhadap kemampuan yang dimilikinya, individu siswa. Kedua kajian tersebut juga menunjukkan
akan menggunakan informasi dari keadaan bahwa faktor eskternal yang memengaruhi
fisiologisnya (physiological state). Dalam situasi prestasi belajar siswa sangat kontekstual, yaitu
yang menekan setiap individu akan merasakan sesuai dengan karakteristik lingkungan sekitar
gejala-gejala somatik atau ketegangan yang anak.
Dari uraian di atas, permasalahan yang butir pernyataan berbentuk skala Likert, dengan
diajukan dalam penelitian ini adalah apakah empat pilihan jawaban, yaitu dari “Sangat tidak
efikasi diri dan motivasi belajar memberi Setuju” hingga “Sangat Setuju”. Skor untuk
kontribusi terhadap keberhasilan atau prestasi GSE berkisar dari 1 sampai dengan 4 untuk
belajar siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) pernyataan yang favorable dan 4 sampai
yang berasal dari keluarga nelayan tradisional? dengan 1 untuk pernyataan yang tidak
Dari permasalahan tersebut, penelitian ini favorable. Responden diminta untuk menjawab
bertujuan untuk mengidentifikasi kontribusi dari pernyataan sesuai dengan situasi mereka pada
efikasi diri dan motivasi belajar terhadap prestasi saat dilakukan pengukuran. Tercakup dalam GSE,
belajar remaja dari keluarga nelayan tradisional. ada tiga domain efikasi diri yang diukur, yaitu
Dengan demikian hipotesis penelitian ini adalah 1) Level/magnitude yang dimaknai sebagai
efikasi diri dan motivasi belajar secara bersama keyakinan individu atas kemampuannya
memberikan kontribusi terhadap prestasi belajar terhadap tingkat kesulitan tugas, 2) Strength
siswa SMA yang orang tuanya bekerja sebagai yang dimaknai sebagai tingkat kekuatan
nelayan tradisional. keyakinan atau pengharapan individu terhadap
kemampuannya, dan 3) Generality yang
METODE dimaknai sebagai keyakinan individu akan
Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni 2015 kemampuannya melaksanakan tugas di berbagai
dengan menerapkan pendekatan kuantitatif aktifitas. Dari hasil uji reliabilitas terhadap GSE,
non-eksperimental. Tujuan penelitian ini adalah penelitian ini memperoleh koefisien Cronbach
mengkaji kontribusi dari efikasi diri dan motivasi sebesar 0.722.
untuk belajar terhadap prestasi belajar siswa Variabel motivasi untuk belajar didefinisikan
SMA yang orang tuanya bekerja sebagai sebagai dorongan dan rasa percaya diri siswa
nelayan tradisional di daerah Kecamatan dalam melakukan aktivitas belajar untuk memiliki
Cilincing, Jakarta Utara. Sampel penelitian adalah performa yang baik dalam menghadapi
remaja laki-laki maupun perempuan, berusia 17- tantangan ketika melakukan aktifitas belajar,
20 tahun yang berstatus masih duduk di bangku menujukkan usaha untuk mempelajari bahan
Sekolah Menengah Atas, dan orang tuanya belajar yang baru, dan mampu bertahan pada
bekerja sebagai nelayan tradisional di daerah saat menghadapi tugas yang sulit, sebagaimana
Kecamatan Cilincing Jakarta Utara. Sampel yang diukur oleh Motivated Strategies for
dipilih dengan teknik non-random sampling. Learning Quest ionn aire (MSLQ) yang
Secara keseluruhan penelitian ini melibatkan 103 dikembangkan oleh Pintrich dan Schunk (1996).
remaja nelayan tradisional, dengan rincian 37 Semakin tinggi skor MSLQ yang diperoleh
orang (36%) berjenis kelamin laki-laki, dan 66 responden, maka semakin tinggi pula motivasi
orang (64%) berjenis kelamin perempuan. belajar mereka. MSLQ dikonstruksikan oleh lima
Dalam penelitian ini variabel efikasi diri aspek yang diukur yaitu nilai intrinsik, percaya
dimaknai sebagai keyakinan remaja nelayan akan diri, tingkat kecemasan, penggunaan strategi,
kemampuannya dalam menghadapi dan dan manajemen sumber daya. MSLQ terdiri dari
menyelesaikan tugas sebagaimana yang diukur 44 butir pernyataan. Domain nilai intrinsik diukur
oleh General Self-Efficacy Scale (GSE) yang melalui tiga indikator, yaitu 1) siswa menyukai
dikembangkan oleh Schwarzer dan Jerusalem pelajaran yang diberikan di dalam kelas; 2) siswa
(1995). Semakin tinggi skor GSE yang diperoleh memandang belajar sebagai suatu kegiatan
responden penelitian, maka semakin tinggi pula penting; dan 3) siswa memilih tugas yang lebih
efikasi diri yang dimilikinya. Dalam GSE ada 10 menantang. Domain percaya diri diukur melalui
Orangtua SMA 0 0
PT 0 0
Tidak Sekolah 21 20.4
merupakan faktor penting dan kunci utama terhadap perkembangan efikasi diri siswa, dan
untuk meningkatkan motivasi belajar siswa yang efikasi diri akan memengaruhi prestasi akademik
mengalami kesulitan belajar. Skor korelasi yang siswa di masa yang akan datang. Dari hasil
rendah untuk motivasi belajar dan prestasi penelitian tersebut, Hwang dkk. (2016),
belajar, ada kemungkinan disebabkan oleh faktor merekomendasikan pentingnya intervensi dari
lain yang memengaruhi prestasi belajar misalnya sekolah kepada siswa mengenai pentingnya
gaya belajar. Sebagaimana yang dilaporkan oleh korelasi timbal balik antara efikasi diri dengan
Wulandari, Mulyani, dan Utomo (2013) yang prestasi belajar. Hasil penelitian ini menunjukkan
menunjukkan bahwa gaya belajar mempunyai bahwa skor korelasi efikasi diri dengan prestasi
peranan penting dalam menentukan prestasi belajar berbanding terbalik sebesar 0.044.
belajar. Dengan mengacu pada penelitian Hwang
Dalam penelitian Hwang, Choi, Lee, Culver dkk., faktor yang kemungkinan memengaruhi
dan Hutchison (2016), dilaporkan bahwa efikasi adalah tidak adanya intervensi dari sekolah
diri mempunyai hubungan timbal balik (resiprokal) mengenai pentingnya efikasi diri dalam proses
dengan prestasi belajar siswa. Prestasi akademik belajar siswa. Sekolah dapat mengarahkan siswa
siswa kelas 8 pada semester pertama, dapat untuk melihat kembali pengalaman prestasi yang
memprediksi efikasi diri siswa pada semester baik di masa lampau, yang dapat membangun
berikutnya, dan efikasi diri siswa kelas 8 pada efikasi diri positif. Guru atau konselor sekolah
semester kedua tersebut dapat menjadi dapat mendorong siswa untuk merefleksikan
prediktor prestasi akademik siswa pada semester keberhasilan mereka di masa lalu terkait dengan
pertama di kelas 9, dan selanjutnya sampai pada keterampilan dan bakat yang dimiliki siswa untuk
kelas 12. Penelitian Hwang dkk. menunjukkan merencanakan keberhasilan siswa di saat ini dan
pentingnya pengalaman prestasi di masa lampau masa yang akan datang.
Uji Hipotesis Penelitian: Uji Regresi sebesar 0.251. Hal ini berarti kedua variabel
Berganda tersebut berada di atas nilai signifikansi 0.05
Penelitian ini menguji hipotesis, efikasi diri, dan dan tidak memiliki pengaruh yang signifikan
motivasi belajar secara bersama memberikan terhadap prestasi belajar anak remaja nelayan.
kontribusi terhadap prestasi belajar siswa SMA Sebagaimana yang telah dinyatakan di atas
yang orang tuanya bekerja sebagai nelayan bahwa salah satu faktor yang memengaruhi
tradisional. Metode statistik yang digunakan prestasi akademis adalah gaya belajar
untuk menjawab hipotesis tersebut adalah (Wulandari, Mulyani dan Utomo, 2013). Dari
dengan menggunakan regresi berganda. Tabel penelitian Wulandari dkk. tersebut, dilaporkan
4 menunjukkan nilai R sebesar 0.123. Hal bahwa ada perbedaan pengaruh gaya belajar
tersebut menyatakan bahwa prestasi belajar siswa terhadap prestasi kogniti f siswa,
memiliki korelasi rendah dengan efikasi diri dan sedangkan gaya belajar tidak berpengaruh pada
motivasi belaj ar si sw a. Ni lai R squa re prestasi afektif siswa. Nursari, Adi dan Jaryanto
menunjukan skor sebesar 0.015 yang berarti (2013) juga menunjukkan bahwa ada sembilan
kontribusi efikasi diri dan motivasi belajar kepada faktor yang berasal dari dalam maupun luar diri
perubahan prestasi belajar hanya sebesar 1.5%. siswa yang memengaruhi prestasi belajar.
Pada perhitungan anova, diperoleh skor F Kesembilan faktor tersebut adalah (1) faktor
sebesar 0.767 dengan tingkat signifikansi 0.467. keluarga, (2) faktor sekolah dan media massa,
Karena probabilitas lebih besar dari 0.05 maka (3) faktor sikap dan pendekatan belajar. (4)
model regresi tidak dapat digunakan untuk faktor fisiologis dan pelaksanaan waktu belajar,
memprediksi prestasi belajar, dengan kata lain (5) faktor pendukung pembelajaran dan
efikasi diri dan motivasi belajar tidak memiliki kematangan, (6) faktor kesehatan dan keinginan
pengaruh terhadap prestasi belajar. siswa, (7) faktor tugas rumah, (8) faktor
Pada tabel 4 juga ditunjukkan nilai t pada pergaulan, dan (9) faktor pancaindra dan
efikasi diri yang berbanding terbalik sebesar standar pelajaran. Faktor-faktor tersebut, tidak
0.892 dengan signifikansi koefisien sebesar menjadi pertimbangan dari penelitian ini, padahal
0.374. Sedangkan motivasi belajar memiliki nilai kesembilan faktor tersebut sangat relevan
t sebesar 1.155 dan signifikansi koefisiensi dengan kehidupan keluarga nelayan. Hal ini
Perhitungan ANOVA
SS Df Mean Square F Sig.
Regression 8.159 2 4.079 0.767 0.467
Residual 531.666 100 5.317
Total 539.825 102
Coefficients
Unstandardized Standardized T Sig.
Coefficients Coefficients
B Std. Error Beta
(Constant) 78.905 2.530 31.183 0.000
Efikasi diri -0.065 0.073 -0.098 -0.892 0.374
Motivasi Belajar 0.029 0.025 0.126 1.155 0.251
menjadi keterbatasan dari penelitian ini. Oleh keluarga nelayan tradisional memandang
karena itu, diharapkan bahwa pada penelitian pentingnya pendidikan anak mereka, dan
selanjutnya kesembilan faktor tersebut dijadikan bagaimana keluarga mendorong anaknya untuk
variabel yang dipertimbangkan. berprestasi lebih tinggi. Hal yang juga penting
untuk dilakukan terkait dengan pendidikan anak-
SIMPULAN DAN SARAN anak nelayan tradisional adalah apakah
Simpulan pendidikan untuk anak-anak nelayan sungguh
Penelitian ini menunjukkan bahwa efikasi diri dan tersedia, dan sungguh dapat diakses oleh
motivasi belajar berkorelasi secara signifikan, mereka. Di samping itu, dirasakan penting untuk
namun kedua variabel ini secara bersama-sama dilakukan penelitian mengenai bentuk-bentuk
tidak memberikan kontribusi pada prestasi intervensi seperti apa yang efektif dalam
belajar. Hal ini berarti bahwa hipotesis penelitian, membangun efikasi diri dan motivasi belajar
yaitu efikasi diri dan motivasi belajar secara siswa yang positif yang dapat mengarahkan
bersama memberikan kontribusi kepada prestasi pada prestasi akademis yang tinggi.
belajar tidak terbukti. Faktor yang menyebabkan
ditolaknya hipotesis penelitian ini adalah, karena Saran
sebaran skor prestasi belajar tidak normal. Skor Efikasi diri dan motivasi untuk belajar merupakan
prestasi belajar yang digunakan dalam penelitian aspek afektif dalam siswa yang mempunyai
ini adalah nilai rapor. Nilai rapor yang tercantum peranan penting dalam belajar. Terkait dengan
bukan nilai murni prestasi belajar siswa, karena hal tersebut guru mempunyai peranan penting
sudah dilakukan penyesuaian dengan mengacu untuk mendorong siswa agar mereka mempunyai
pada standar nasional pendidikan yang efikasi diri yang positif dan motivasi belajar yang
berkaitan dengan mekanisme, prosedur, dan tinggi. Pengalaman sukses pada semester
instrumen penilaian. Jadi prestasi belajar yang pertama sangat menentukan kesuksesan pada
tercantum dalam nilai rapor, tercakup nilai semester berikutnya. Oleh karena itu guru harus
ulangan harian, ulangan tengah semester, terus mendorong dan memfasilitasi siswa untuk
ulangan akhir semester, dan ulangan kenaikan mengalami kesuksesan pada setiap semesternya
kelas. Instrumen yang digunakan untuk selama proses belajar berlangsung. Dengan
mengukur keberhasilan belajar siswa, bervariasi demikian, guru harus mengondisikan proses
termasuk observasi, tes tertulis, dan tes lisan, belajar-mengajar yang dapat mendorong
penugasan kelompok maupun individual. terbentuknya efikasi diri dan motivasi belajar
Kemungkinan lain adalah faktor dari luar yang tinggi.
maupun dari dalam diri siswa yang mungkin Penelitian ini menggunakan nilai rapor
memberi kontribusi terhadap prestasi belajar sebagai skor prestasi belajar, dan menunjukkan
siswa, yaitu gaya belajar dan faktor-faktor lain distribusi yang tidak normal yang berakibat pada
yang mempunyai peranan penting dalam tidak signifikannya kontribusi variabel efikasi diri
menentukan prestasi belajar siswa. Terkait dan motivasi belajar terhadap prestasi belajar.
dengan hal tersebut penting untuk mengkaji lebih Pada penelitian selanjutnya, seharusnya tidak
lanjut mengenai bagaimana gaya belajar anak- menggunakan nilai rapor sebagai skor prestasi
anak dari keluarga nelayan tradisional. Faktor belajar. Harus dilakukan pengukuran tersendiri
keluarga mempunyai peranan penting dalam terhadap prestasi belajar, atau nilai harian saja,
menentukan prestasi belajar. Penting untuk ulangan tengah semester saja atau nilai ulangan
dilakukan penelitian lebih lanjut bagaimana akhir semester saja.
PUSTAKA ACUAN
Ajisuksmo, C.R.P. (2009). Gambaran pendidikan anak yang membutuhkan perlindungan khusus.
Makara, Sosial Humaniora, 13(2),91-99.
Ajisuksmo, C.R.P. (2016). Pendidikan untuk anak yang kurang beruntung. Dalam R. Djokopranoto
(Ed.). Beberapa Sumbangan Pemikiran APTIK untuk Perkembangan Gereja Katolik
Indonesia (hal. 61-88). Jakarta: Asosiasi Perguruan Tinggi Katolik.
Amiruddin, S. (2014). Jaringan sosial pemasaran pada komunitas nelayan tradisional Banten.
Journal Komunitas. Research and Learning in Sociology and Anthropology, 6 (1), 106-
114.
Anwar, I., Prabandari, Y.S. & Emilia, O. (2013). Motivasi dan strategi belajar siswa dalam
pendidikan pembelajaran berbasis masalah dan collaborative learning di Fakultas
Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin. Jurnal Pendidikan Kedokteran Indonesia, 2(3),
233-239.
Corrigan, M.W., Klein, T.J., & Isaacs, T. (2010). Trust us: Documenting the relationship of
students’ trust in teachers to cognition, character, and climate. Journal of Research in
Character Education, 8(2), 61–73.
Dalyono, M. (2009). Psikologi belajar mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Ersanli, C.Y. (2015). The relationship between students’ academic self-efficacy and language
learning motivation: A study of 8th graders. Procedia - Social and Behavioral Sciences.
199, 472 – 478. https://doi.org/10.1016/j.sbspro.2015.07.534Get rights and content.
Faizal, H.N.M., Kuswana, W.S. & Permana, T. (2016). Eksplorasi motivasi belajar siswa pada mata
pelajaran pemeliharaan sistem kelistrikan kendaraan ringan. Journal of Mechanical
Engineering Education, 3(2), 174-182.
Gbollie, C. & Keamu, H.P. (2017). Student academic performance: The role of motivation,
strategies, and perceived factors hindering Liberian Junior and Senior High School
students learning. Education Research International, 1-11. https://doi.org/10.1155/2017/
1789084.
Goso, G. & Anwar, S.M., (2017). Kemiskinan nelayan tradisional serta dampaknya terhadap
perkembangan kumuh, Jurnal Manajemen, 3(1), 25-36.
Hardika, J., Sebayang, D. & Sembiring, P. (2013). Penerapan analisis komponen utama dalam
penentuan faktor dominan yang mempengaruhi prestasi belajar siswa (Studi kasus: SMAN
1 Medan). Saintia Matematika, 1(6), 507–516.
Hayati, S. (2015). Peran efikasi diri, persepsi human resource management practices (HRMP)
terhadap inovasi kerja dengan sukses karir. Humanitas, 12(2), 118-129. DOI: http://
dx.doi.org/10.26555/humanitas.v12i2.3840.
Hikmah, L., Quraisy, H. & Arifin, J. (2016). Kemiskinan dan putus sekolah. Jurnal Equilibrium,
4(2),164-173.
Hwang, M.H., Choi, H.C., Lee, A., Culver, J.D., & Hutchison, B. (2016). The relationship between
self-efficacy and academic achievement: A-5 year panel analysis. Asia Pacific
Educational Research, 25(1),89-98.
Jaafar, S., Awaludin, N.S. & Bakar, N.S. (2014). Motivational and self-regulated learning
components of classroom academic performance. E-proceedings of the Conference on
Management and Muamalah (CoMM 2014), 26-27 May 2014. Synergizing Knowledge on
Management and Muamalah, 128-135.
Lakstian, V.C.M. (2016). The contributions of literacy skills to national development. Leksema
Jurnal Bahasa dan Sastra, 1(2),111-118.
La Moma (2014). Peningkatan self-efficacy matematis siswa SMP melalui pembelajaran generatif.
Cakrawala Pendidikan, XXXIII (3), 434-444.
Nasution, S. (2010). Didaktik asas-asas mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.
Nursari, F., Adi, W. & Jaryanto (2013). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
Akuntansi Siswa Kelas XI IPS SMA Negeri Ponorogo. Jurnal Pendidikan UNS, 1(3), 106-
117.
Nwachukwu, C.O. (2012). Revisiting Science Education and National Development: Nigerian
Situation and the Way Forward. Kuwait Chapter of Arabian Journal of Business and
Management Review, 1(10), 1-21.
Peng, Y. & Lin, S. (2009). National culture, economic development, population growth and
environmental performance: The mediating role of education. Journal of Business Ethics,
90(2), 203-219. Retrieved from http://www.jstor.org/stable/27735237.
Pomeroy, R.S. (1987). The role of women and children in small scale fishing households: A case
study in Matalom, Leyte, Philippines. Philippine Quarterly of Culture and Society, 15(4),
353-360.
Republik Indonesia. (2003). Undang-Undang Republik Indoneia Nomor 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional.
Republik Indonesia. (1990). Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 1990
Tentang Pengesahan Convention On The Rights Of The Child (Konvensi Tentang Hak-Hak
Anak).
Riswanto, A. & Aryani, S. (2017) Learning motivation and student achievement: description
analysis and relationships both. COUNS-EDU The International Journal of Counseling and
Education, 2(1), 42-47.
Rusmiyati, C. & Purnama, A. (2016). Analisis kebutuhan pelayanan sosial bagi keluarga nelayan
miskin. Jurnal Penelitian Kesejahteraan Sosial, 15(3), 219-234.
Rustika, I.M. (2012). Efikasi diri: Tinjauan teori Albert Bandura. Buletin Psikologi, 20(1-2), 18-25.
DOI: 10.22146/bpsi.11945.
Sabarisman, M. (2017). Identifikasi dan pemberdayaan masyarakat miskin pesisir. Sosio Informa,
3(03), 216-235.
Siregar, N.S.S. (2016). Tingkat kesadaran masyarakat nelayan terhadap pendidikan anak. Jurnal
Ilmu Pemerintahan dan Sosial Politik, 4(1), 1-10.
Suryani, N., Amanah, S., dan Kusumastuti, Y.I. (2004) Analisis pendidikan formal anak pada
keluarga nelayan di desa Karangjaladri, Kecamatan Parigi, Kabupaten Ciamis, Provinsi
Jawa Barat. Buletin Ekonomi Perikanan, V(2), 33-43.
Tilaar, H.A.R. (2012). Kaleidoskop Pendidikan Nasional. Jakarta: PT Kompas Media Nusantara.
Tomáš, V. (2011). National cmpetitiveness and expenditure on education, research and
development. Journal of Competitiveness, (2), 3-10.
Trisiana, A. (2015). Action for citizenship education of character education using project citizen
model at senior high school iIn Indonesia. International Journal of Education and
Psychology in the Community, 5 (1 & 2), 42-53.
Uchida, A., Michael, R.B., Mori, K. (2018). An induced successful performance enhances
student self-efficacy and boosts academic achievement. Aera Open, 4(4), 1-9.
Ugbogbo, H.E.,Akwemoh, M.O. & Omoregi, C.B. (2013). The Role and Challenges of Education in
National Development (The Nigeria Experience). Journal of Educational and Social
Research, 3(10), 25-30. DOI: 10.5901/jesr.2013.v3n10p25.
Wulandari, D., Mulyani, S. & Utomo, S.B. (2013). Pembelajaran kimia berwawasan CET
(chemoedutainment) dengan eksperimen menggunakan laboratorium virtuil dan riil ditinjau
dari gaya belajar terhadap prestasi belajar siswa (pokok materi laju reaksi dan faktor-
faktor yang mempengaruhinya pada siswa kelas XI semester I SMA N 2 Sukoharjo tahun
ajaran 20011/2012). Jurnal Pendidikan Kimia, 2(1), 29-35.
Zulkarnaini, N. (2015) The quality of social environment and social accessibility of fishing
communities in West Sumatra, Indonesia. European Journal of Sustainable Development,
4(1), 1-8.