MAKALAH EVIDENCE BASED NURSING PRACTICE (EBNP)
PENERAPAN TERAPI RELAKSASI BENSON TERHADAP PENURUNAN
NYERI PADA PASIEN KANKER
Oleh :
LELA GITA RAMADHANI
G3A023078
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
2024/2025
BAB I
PENDAHALUAN
1. Latar Belakang
Leukemia adalah suatu penyakit keganasan pada jaringan pembentuk sel darah yang ditandai
dengan penggantian elemen sumsum tulang normal oleh sel darah abnormal atau sel leukemik. Hal ini
dikarenakan oleh ploriferasi yang tidak terkontrol dari sel darah imatur yang berasal dari sel induk
hematopoetik. Sel leukemik ini ditemukan juga dalam darah perifer dan sering mengenai jaringan
retikuloendotelial seperti limpa, hati, dan kelenjar limfe
Di Indonesia median usia saat didiagnosis leukemia mieloid kronis adalah 34-35 tahun. Leukemia
mieloid kronis ditemui sekitar 15% dari semua leukemia dan 7- 20% dari leukemia pada dewasa. Pria
lebih sering ditemukan dibandikan wanita (Lawrenti, 2017).
Terdapat beberapa macam leukemia yang ditemukan yakni leukemia limfositik akut, leukemia
mieloid akut, leukemia limfositik kronis, dan leukemia mieloid kronis. Dikatakan leukemia akut atau
kronis yakni tergantung pada sebagian besar sel-sel abnormal yang ditemukan. Jika sel-sel lebih
menyerupai sel punca (imatur) maka dikatakan akut, namun bila sel-sel lebih menyerupai sel normal
(matur) maka dikatakan kronis. Pada leukemia akut, sel-sel imatur selalu memperbanyak diri dan tidak
dapat menjadi matur seperti seharusnya
Salah satu tanda dan gejala dari leukemia adalah perdarahan. Tanda gejala perdarahan yang
sering muncul seperti petekie, purpura atau ekimosis, terjadi pada 40-70% penderita leukemia akut
pada saat didiagnosis. Tempat perdarahan yang kerap muncul yakni pada kulit, mata, membran mukosa
hidung, gusi, dan saluran cerna.
BAB II
KONSEP DASAR
A. Pengertian
Leukemia Myeloid Chronic (CML) adalah gangguan mieloproliferatif yang
ditandai dengan produksi berlebihan sel mieloid (sel granulosit) yang relatif matang.
LMK mencakup 20% leukemia dan paling sering dijumpai pada orang dewasa usia
pertengahan (40 – 50 tahun). Abnormalitas genetik yang dinamakan kromosom
philadelphia ditemukan pada 90 – 95% penderita LMK. Sebagian besar penderita LMK
akan meninggal setelah memasuki fase akhir yang disebut fase krisis blastik yaitu
produksi berlebihan sel muda leukosit, biasanya berupa mieloblast/promielosit, disertai
produksi neutrofil trombosit dan sel darah merah yang amat kurang.
B. Etiologi
Etiologi chronic myeloid leukemia diketahui berhubungan dengan paparan
benzena dan radiasi. Radiasi dapat menyebabkan mutasi, delesi, atau translokasi DNA.
Hal ini dibuktikan dengan meningkatnya insiden leukemia akut pada kelompok yang
berhasil selamat dari bom atom dan radiografer yang terpapar radiasi tinggi.
C. Patofisiologi
Leukemia merupakan proliferasi tanpa batas sel – sel darah putih yang imatur
dalam jaringan tubuh yang membentuk darah. Sel – sel imatur ini tidak sengaja
menyerang dan menghansurkan sel darah normal atau jaringan vaskular (Betz &
Sowden , 2020).
Walaupun bukan suatu tumor, sel – sel leukemia memperlihatkan sifat neoplastik yang
sama seperti sel – sel kanker yang solid. Oleh karena itu, keadaan patologi dan
menifestasi klinisnya disebabkan oleh infiltrasi dan penggantian setiap jaringan tubuh
dengan sel – sel leukemia nonfungsional.
D. Manifestasi Klinis
Hipermetabolisme, yang ditandai berat badan turun, nafsu makan berkurang,
keringat malam, kulit lembab, hangat.Infiltrasi organ (limfadenopati, splenomegali,
hepatomegali). Anemia, yang ditandai pucat, sesak nafas, berdebar Perdarahan kulit,
mimisan (Epistaksis)
Jika pasien menjalani tes laboratorium, maka berikut ini gambaran hasil lab leukemia
kronik: Darah tepi: Hb, Ht, jumlah eritrosit sedikit meningkat, Jumlah leukosit sangat
tinggi, Trombosit meningkat/normal/turun, Hapusan Darah Tepi: normositik normokrom,
lekosit semua stadium (CML), basofilia, eosinofili.
E. Penatalaksanaan
Medikamentosa Penatalaksanaan CML tergantung pada fase penyakit, yaitu :
a. Fase Kronik 1) Busulphan (Myleran), dosis : 0,1-0,2 mg/kgBB/hari. Leukosit
diperiksa tiap minggu. Dosis diturunkan setengahnya jika leukosit turun setengahnya.
Obat di hentikan jika leukosit 20.000/mm3 . Terapi dimulai jika leukosit naik menjadi
50.000/mm3 . Efek samping dapat berupa aplasia sumsum tulang berkepanjangan,
fibrosis paru, bahaya timbulnya leukemia akut
b. Imatinib (Gleevec), nilotinib (Tasigna), dasatinib (Sprycel) adalah obat tyrosine-
kinase inhibitor yang merupakan pengobatan standar bagi pasien CML pada fase
kronik.
c. Transplantasi sumsum tulang alogenik (stem cell transplantation, SCT) sebelum usia
50 dari saudara kandung yang HLA-nya cocok memungkinkan kesembuhan 70%
pada fase kronik dan 30% atau kurang pada fase akselerasi.
d. Terapi radiasi dengan menggunakan X-Rays dosis tinggi sinarsinar tenaga tinggi
secara external radiation therapy untuk menghilangkan gejala-gejala atau sebagian
dari terapi yang diperlukan sebelum transplantasi sumsum tulang
F. Pemeriksaan Penunjang
1. Complete blood count (CBC)
2. Pemeriksaan koagulasi
3. Pemeriksaan hapusan darah tepi dan sumsum tulang
4. Pengecatan sitokimia dan Immunophenotyping
5. Sitogenetik dan biologi molekuler
6. Pemeriksaan darah rutin dan evaluasi sediaan hapusan darah tepi adalah tes
penyaring pada leukemia
G. Komplikasi
Komplikasi CML dapat meliputi:
Hepatomegali dan/atau splenomegali
Memburuknya anemia
Perubahan jumlah trombosit menyebabkan komplikasi pembekuan atau perdarahan
Infeksi berulang
Sakit tulang
Demam
H. Konsep Leukemia Myeloid Chronic
1. Pengkajian Fokus
1. Biodata Klien :
1) Nama : Tn. T
2) Usia : 48 Tahun
3) Jenis kelamin : Laki-laki
4) Agama : Islam
5) Bangsa/suka : Indonesia/Jawa
6) Status perkawinan : Menikah
7) Pekerjaan : Swasta
8) Pendidikan terakhir : SLTA/Sederajat
9) Ruangan : Rajawali 5A RSUP dr. Kariadi
10) No. RM : D001616
11) Dx Medis : Chronic myeloid leukaemia
2. Biodata Penanggung Jawab
1) Nama : Ny. A
2) Usia : 47 tahun
3) Jenis kelamin : Perempuan
4) Hubungan dengan klien : Istri
2. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Kesehatan, Tn. T mengatakan nyeridi bagian perut seperti diremas, perut
terlihat membesar, badan terasa lemas semua, kaki bengkak dan susah digerakan,
Tn. T juga mengatakan pusing yang hilang timbul
b. Riwayat Kesehatan dahulu, Tn. T tidak memiliki Riwayat DM, asam urat,
maupun penyakit penyerta lainnya.
c. Riwayat penyakit keluarga, Tn. T mengatakan tidak mempunyai riwayat penyakit
keturunan dari keluarganya
3. Riwayat Fisik
1. Keadaan Umum
Kesadaran : Composmentis, GCS E4V5M6
Status Gizi
- TB : 160 cm
- BB : 46 kg
Tanda-tanda Vital
- TD : 72/52 mmHg
- HR : 97x/menit
- RR : 20x/menit
- Suhu : 36,3C
- Spo2 : 99%
2. Respirasi
Bentuk dada normal, irama nafas teratur, menggunakan nasal kanul
3. Kardiovaskuler
Tidak terdapat nyeri dada, irama jantung regular, tidak terdapat sianosis dan tidak
ada pembesaran JVP
4. Persyarafan
Kesadaran composmentis, orientasi baik, tidak terdapat kaku kejang, dan tidak
ada kelainan nervus cranialis. Istirahat dirumah ± 7 Jam, saat di RS ± 6 Jam, dan
sering terbangun karena nyeri perut dan pusing.
5. Genetourinaria
Tidak dilakukan pemeriksaan secara langsung pada genitalia, namun data
diperoleh langsung tidak ada masalah di genital dan terpasang kateter.
6. Abdomen
Abdomen membesar, sering terasa nyeri dan kembung
7. Musculoskeletal dan integument
Tidak terdapat fraktur, tidak ada dislokasi, akral hangat, turgor kulit baik, ada
edema pada kedua kaki dan kaki agak susah digerakan.
8. Pengindraan
Pada mata tidak menggunakan alat bantu penglihatan dan pasien bisa melihat
dengan jelas, konjungtiva normal, sklera putih. Ketajaman penciuman normal,
tidak ada sekret dan mukosa hidung lembab. Pada telinga tidak ada keluhan.
Perasa normal ( bisa merasakan manis, pahit, asam, asin )
9. Endrokin
Pada pasien tidak ada pembesaran kelenjar thyroid dan tidak ada pembesaran
kelenjar parotis. Tidak terdapat luka gangren.
10. Kebutuhan aman nyaman
P = Nyeri timbul saat beraktivitas
Q = Nyeri seperti diremas
R = Nyeri diperut
S = dari 1-10 pasien mengatakan skor skala nyeri 3 (VAS)
T = Nyeri hilang timbul
11. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan merupakan suatu penilaian klinis mengenai respon pasien
terhadap masalah Kesehatan atau proses kehidupan yang dialaminya baik
berlangsung actual maupun potensial. Diagnosa keperawatan yang sering muncul
pada kasus Leukemia Myeloid Chronic sebagai berikut :
a. Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis (SDKI, D.0077)
b. Resiko perfusi perifer tidak efektif b.d penurunan konsentrasi hemoglobin (SDKI,
D.0015
c. Resiko defisit nutrisi b.d keenggan untuk makan (SDKI, D.0032)
Rencana Keperawatan
No Diagnosa Tujuan dan kriteria Intevensi
Keperawatan hasil
1. Nyeri Akut b.d Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nyeri
keperawatan selama 3 hari (I.08238, SIKI)
agen pencedera
diharapkan Tingkat Nyeri Tindakan
fisiologis dapat menurun dengan Observasi
(D.0077, SDKI) kriteria hasil : 1. Identifikasi Lokasi,
Tingkat Nyeri (L.08066, Karakteristik, durasi,
SLKI) frekuensi, kualitas,
1. Keluhan nyeri intensitas nyeri
semula meningkat 2. Identifikasi skala nyeri
(1) menjadi 3. Identifikasi faktor yang
menurun (5) memperberat dan
2. Gelisah semula meperingan nyeri
meningkat (1) Terapeutik
menjadi menurun 1. Kontrol lingkungan yang
(5) memperberat nyeri (mis.
Sikap protektif suhu ruangan,
yang semula pencahayaan, kebisinginan
meningkat (1) 2. Berikan teknik non-
farmakologis untuk
menjadi menurun mengurangi rasa nyeri
(5) (mis. Tarik napas dalam)
3. Fasilitasi istirahat dan tidur
Edukasi
1. Ajarkan teknik non-
farmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
2. Anjurkan memonitor nyeri
secara mandiri
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu
2. Resiko perfusi Setelah dilakukan tindakan Perawatan neurovaskuler
perifer tidak keperawatan selama 3 hari (I.06204,SIKI)
efektif b.d diharapkan keadekuatan Tindakan
penurunan aliran darah pembuluh Observasi
konsentrasi darah distal untuk 1. Monitor perubahan warna
hemoglobin menunjang fungsi jaringan kulit abnormal
(SDKI, dengan kriteria hasil : 2. Monitor keterbatasan gerak
D.0015) Perfusi perifer (L.02011, ekstremitas
SLKI)
3. Monitor adanya
1. Edema perifer
pembengkakan
menurun (5)
2. Kelemahan otot 4. Monitor tanda tanda vital
menurun (5) Terappeutik
3. Turgor kulit 1. Pertahankan kesejajaran
membaik (5) anatomis ekstremitas
4. Tekanan darah Edukasi
sistolik membaik Anjurkan menggerakan ekstremitas
(5)
secara rutin
5. Tekanan darah
diastolik membaik
(5)
3. Resiko defisit Setelah dilakukan tindakan Manajemen nutrisi (l.03119)
keperawatan selama 3 hari Tindakan
nutrisi b.d diharapkan asupan nutrisi Orientasi
keenggan terpenuhi dengan kriteria 1. Identifikasi status nutrisi
hasil : 2. Monitor asupan makanan
untuk makan Status nutrisi (L.03030) 3. Monitor hasil pemeriksaan
(SDKI, 1. Porsi makan yang laboratorium
dihabiskan Teraupetik
D.0032) meningkat (5) 1. Berikan makanan tinggi
2. Verbalisasi serat untuk mencegah
keingann untuk konstipasi
makan meningkat 2. Berikan makanan tinggi
(5) protei dan tinggi kalori
3. Perasaan cepat Edukasi
kenyang menurun 1. Anjurkan posisi duduk, jika
(5) mampu
Nyeri perut menurun (5) Kolaborasi
Kolaborasi dengan ahli gizi
Implementasi
Implementasi merupakan pelaksanaan dari rencana asuhan keperawatan yang telah
disusun selama fase perencanaan. Hal ini terdiri dari aktivitas perawat membantu
pasien mengatasi masalah kesehatannya dan juga untuk mencapai hasil yang
diharapkan dari pasien (Pangkey et al., 2021)
Evaluasi
TGL No.Dx JAM EVALUASI SUMATIF/SOAP PARAF
16/06/2024 D.0077 06.30 S : pasien mengatakan masih nyeri dibagian Gita
perut
O : keadaan umum baik, VAS 2
P = nyeri pada saat beraktivitas
Q = nyeri seperti diremas
R = ada nyeri dibagian perut
S = dari 1-10 pasien mengatakan skor skala
nyeri 2 (VAS)
T = hilang timbul
A : masalah nyeri akut belum teratasi
P : lanjutkan intervensi
16/06/2024 D.0041 06.30 S : pasien mengatakan badan masih terasa lemas, Gita
kaki susah digerakan
O : keadaan umum baik, TD : 93/60 mmHg, N:
103, Hemoglobin : 7.2 g/dL
A : masalah resiko perfusi serebral belum teratasi
P : lanjutkan intervensi
16/06/2024 D.0042 06.30 S : pasien mengatakan masih tidak nafsu makan
O : pasien tampak memakan 1/3 makanannya
A : masalah resiko defisit nutrisi belum teratasi
P : lanjutkan intervensi
BAB III
APLIKASI EVIDENCE BASED NURSING PRACTICE (RBNP)
A. Identitas pasien
3. Biodata Klien :
12) Nama : Tn. T
13) Usia : 48 Tahun
14) Jenis kelamin : Laki-laki
15) Agama : Islam
16) Bangsa/suka : Indonesia/Jawa
17) Status perkawinan : Menikah
18) Pekerjaan : Swasta
19) Pendidikan terakhir : SLTA/Sederajat
20) Ruangan : Rajawali 5A RSUP dr. Kariadi
21) No. RM : D001616
22) Dx Medis : Chronic myeloid leukaemia
4. Biodata Penanggung Jawab
5) Nama : Ny. A
6) Usia : 47 tahun
7) Jenis kelamin : Perempuan
8) Hubungan dengan klien : Istri
B. Data Fokus Pasien
DS :
- Tn.T mengatakan nyeri pada bagian perut
- Tn.T mengatakan kadang terbangun karena nyeri perut yang dirasakan
DO :
- VAS 3
- pasien tampak menahan nyeri
- pasien tampak kesuitan tidur
- TTV :
- TD : 72/52 mmHg
- HR : 97/menit
- RR : 20x/menit
- Suhu : 36,3 C
C. Diagnosa Keperawatan Yang Berhubungan Dengan Ebn Yang Diaplikasikan
Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis (SDKI, D.0077)
D. EBNP YANG DIBERIKAN PADA PASIEN
Pemberian Teknik relaksasi benson diruang Rajawali 5A kamar 3.6
BAB IV
PEMBAHASAN
A. JUSTIFIKASI PEMILIHAN TINDAKAN
Teknik benson merupakan salah satu dari beragam cara untuk menurunkan nyeri
dengan melakukan pengalihan perhatian pada relaksasi sehingga menyebabkan
berkurangnya kesadaran klien terhadap rasa sakit yang dideritanya. Dalam teknik Benson
ini merupakan bagian dari terapi spiritual healing. Teknik ini sangat fleksibel dan bisa
dilaksanakan menggunakan bimbingan, berkelompok ataupun secara individu. Teknik
Benson ini adalah usaha untuk memusatkan perhatian pada suatu faktor dengan
mengulangi kalimat ritual dan menghilangkan semua hal yang mengganggu pikiran..
B. MEKANISME PENERAPAN
Tehnik ntuk melakukan relaksasi benson yaitu menganjurkan pasien mengambil posisi
nyaman, kemudian mengannjurkan pasien memejamkan mata dengan rileks, lalu
menginstruksikan klien melemaskan otot – otot tubuh dari kaki hingga kepala dengan cara
melakukan nafas dalam, setelah itu menganjurkan kepada pasien untuk untuk menarik nafas
panjang melalui hidung, ditahan selama 3 detik lalu hembuskan nafas perlahan sambil
mengucapkan kalimat yang telah ditentukan oleh pasien dan teruskan selama 15 menit.
C. HASIL YANG DICAPAI
Sebelum diberi teknik relaksasi benson pasien merasakan nyeri skala 3
Setealah diberi Teknik relaksasi benson selama 3 hari, nyeri pasien berkurang namun
timbul lagi. Jadi penerapan relaksasi benson dilakukan ketika pasien merasakan nyeri.
D. KELEBIHAN DAN KEKURANGAN ATAU HAMBATAN YANG DITEMUI
SELAMA APLIKASI EVIDANCE BASED NURSING PRACTICE
1. Kelebihan
Kelebihan pada Teknik relaksasi benson yaitu dapat dilakukan oleh pasien sendiri,
tidak memerlukan banyak alat, dan waktu.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Keberhasilan terapi relaksasi benson ini dipengaruhi oleh kemampuan pasien
dalam melakukan relaksasi nafas, kemampuan klien dalam melemaskan otot – otot
tubuhnya serta pasien mampu bersikap pasif pada hal – hal yang mengganggu dan
mengontrol fokusnya pada kalimat spiritual yang diucapkan berulang kali sehingga
fokus pasien pada nyeri itu berkurang yang menyebabkan rasa nyeri yang dirasakan
oleh klien pun ikut berkurang.
B. Saran
Diharapkan tindakan ini dapat diterapkan untuk mengurangi nyeri pada pasien
kanker. Untuk penelitian selanjutnya perlu memperhatikan kondisi linkungan yang
menunjang terapi salahsatunya lingkungan tenang dan nyaman.
DAFTAR PUSTAKA
Hari. Soetaryo. Kusuma. (2020). The Risk Factor of Urinary tract infection in patient with
leukimia. Berkala Ilmu Kedokteran, Volume 41, nomor 4. Diakses dalam
Jabbour E, Kantarjian H. Leukemia myeloid kronis: pembaruan 2018 tentang diagnosis, terapi, dan
pemantauan. Apakah J Hematol. Maret 2018
Pangkey, B. C. ., Hutapea, A. D., & Stanggang, I. S. Y. F. (2021). Dasar-dasar Dokumentasi
Keperawatan. Yayasan Kita Menulis.
Pinontoan, Eunike, dkk. (2020). Pengaruh Kemoterapi Terhadap Profil Hematologi Pada
Penderita Leukemia Limfoblastik Akut, jurnal Ilmu Kesehatan Anak FK UNSRAT
Manado.
Sari, N., Suza, D. E., & Tarigan, M. (2021). Terapi Komplementari Terhadap Penurunan Nyeri
Pada Pasien Kanker. Journal of Telenursing, 3, 759-770.