0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
678 tayangan14 halaman

Skrip Cerita Tahap 1

Cerita rakyat tradisional mengisahkan tentang Si Tanggang, seorang anak muda yang meninggalkan ibunya yang miskin untuk mencari kekayaan di kota. Suatu hari ketika kapalnya singgah di desa kelahirannya, Si Tanggang menyangkal ibunya sendiri ketika ibunya mencoba bertemu dengannya. Ibunya menangis dan memohon belas kasihan dari Tuhan atas kelakuan durhaka anaknya, yang akhirnya menyebab

Diunggah oleh

Cikgu Firzah
Hak Cipta
© © All Rights Reserved
Kami menangani hak cipta konten dengan serius. Jika Anda merasa konten ini milik Anda, ajukan klaim di sini.
Format Tersedia
Unduh sebagai DOCX, PDF, TXT atau baca online di Scribd
0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
678 tayangan14 halaman

Skrip Cerita Tahap 1

Cerita rakyat tradisional mengisahkan tentang Si Tanggang, seorang anak muda yang meninggalkan ibunya yang miskin untuk mencari kekayaan di kota. Suatu hari ketika kapalnya singgah di desa kelahirannya, Si Tanggang menyangkal ibunya sendiri ketika ibunya mencoba bertemu dengannya. Ibunya menangis dan memohon belas kasihan dari Tuhan atas kelakuan durhaka anaknya, yang akhirnya menyebab

Diunggah oleh

Cikgu Firzah
Hak Cipta
© © All Rights Reserved
Kami menangani hak cipta konten dengan serius. Jika Anda merasa konten ini milik Anda, ajukan klaim di sini.
Format Tersedia
Unduh sebagai DOCX, PDF, TXT atau baca online di Scribd
Anda di halaman 1/ 14

SKRIP CERITA TAHAP 1

SI TANGGANG ANAK DERHAKA

Hei Perempuan tua, jangan engkau pandaipandai mengaku dirimu itu ibuku! Ibuku tidak
sekotor ini. Aku anak orang kaya. Lebih baik kau
berambus dari sini.

Pengawal, halau perempuan tua ini, hamba


benci melihatnya!

Para hadirin sekelian,


Begitulah kesombongan dan keangkuhan Si
Tanggang terhadap ibunya dalam kisah Si
Tanggang Anak Derhaka yang akan saya
ceritakan pada pagi yang berbahagia ini.

Pada zaman dahulu kala, di sebuah


kampung
yang
terpencil
terdapat
sebuah
keluarga yang miskin. Di dalam keluarga
tersebut tinggal Mak Umpit dan anak tunggalnya
yang bernama Si Tanggang. Kehidupan mereka
sehari-harian, bak kata pepetah kais pagi, makan
pagi, kais petang, makan petang.

Pada suatu hari, Si Tanggang berkata


kepada ibunya yang sedang menyapu di halaman
rumah...

Ibu, kehidupan kita ini sangat miskin.


Tanggang
rasa
eloklah
Tangggang
pergi
merantau di negeri orang mencari kekayaan.
Nanti... Tanggang akan dirikan mahligai yang
indah dan akan Tanggang kalungkan intan
permata pada tubuh ibu...

Alangkah
terkejutnya
Mak
Umpit
apabila
mendengar hasrat anak kesayangannya itu.

Apa??? Kau nak tinggalkan ibu...? Ibu


sudah tua Tanggang... kasihanilah ibu... jangan
tinggalkan ibu, Tanggang...

Segala rintihan dan rayuan Mak Umpit tidak


diendahkan
oleh
anaknya
Si
Tanggang..
Keesokan
harinya,
keluarlah
Si
Tanggang
meningggalkan ibunya yang tua di kampung
sendirian.

Setelah sekian lama berada di negeri orang,


dengan berkat kerajinan Si Tanggang, beliau
telah berjaya menjadi Datuk Nakhoda. Kini, Si
Tanggang sudah menjadi kaya raya dan telah

berkahwin dengan seorang puteri raja yang


cantik jelita. Akibat daripada kemewahan dunia
yang dimiliki Si Tanggang, kini ... beliau telah
lupa kepada ibunya yang tua dan miskin di
kampung.

Pada suatu hari, isteri Si Tanggang telah ikut


serta bersam Si Tanggang dan anak-anak kapal
belayar berniaga. Dalam pelayaran tersebut
akhirnya kapal Si Tanggang telah berlabuh di
pantai berhampiran kampung kelahirannya.
Berita kedatangan kapal Si Tanggang telah
diketahui oleh orang-orang kampung... Ibu Si
Tanggang
sangat
gembira
dengan
berita
kepulangan anaknya kesayangannya itu. Tanpa
berlengah lagi Mak Umpit terus pergi berjumpa
Si Tanggang dengan mendayung sampan menuju
ke kapal Si Tanggang untuk berjumpa anak
kesayangannya itu.

Oh, Tanggang anakku! Tidakkah engkau


kenal lagi ibumu ini? Rindunya rasa hati ibu
semenjak kepemergianmu nak...

Si Tanggang terkejut dengan kedatangan


perempuan tua itu. Dia berasa malu kepada
isterinya untuk mengaku perempuan yang tua
dan hodoh itu ibu kandungnya. Lalu Si Tanggang
pun menghalau perempuan tua itu dari
kapalnya.

Hei Perempuan tua, jangan engkau pandaipandai mengaku dirimu itu ibuku! Ibuku tidak
sekotor ini. Aku anak orang kaya. Lebih baik kau
berambus dari sini.

Pengawal, halau perempuan tua ini, hamba


benci melihatnya!

Kerana terlalu sedih, Mak Umpit menangis


teresak-esak apabila dimaki dan dihalau oleh
anak
kandungnya
sendiri.
Lalu
dia
pun
mendayung semula sampannya ke pantai.
Setibanya Mak Umpit di pantai, dia terus
menadah tangan ke langit dan berseru lepada
Tuhan;

Oh, Tuhanku! Kalau benar Si Tanggang


itu adalah anakku yang kususui dari susuku ini
dan yang ku didik dari sebesar dua tapak jari ini,
tujukkanlah balasan Mu ke atas anak yang
durhaka!!!

Tidak semena-mena satu ribut yang amat dasyat


telah berlaku. Kilat dan guruh memecah langit
telah datang dengan tiba-tiba. Terdengarlah
suara anak kapal riuh rendah di dalam bahtera.
Dalam riuh rendah itu, terdengarlah suara Si
Tanggang melaung.....


Ibu....
Tanggang bu....

ibu....

ibu...ampunkan

dosa

Tanggang ini anak ibu........ ibu ampunkan


Tanggang bu.....
Ampunkan
Tanggang bu.....

Tanggang

bu....

ampunkan

Bahtera Si Tanggang semakin karam, pekik dan


lolong
orang-orang
di
dalamnya
semakin
hilang...... akhirnya..... Tanggang, isteri dan
anak-anak
kapalnya
menjadi
batu
akibat
daripada penghinaan dan penderhakaan Si
Tanggang terhadap ibunya....

Para hadirin sekelian;

Itulah balasannya kepada anak-anak yang tidak


mengenang budi dan dan menderhaka kepada
kedua orang tuanya yang telah bersusah payah
mendidik dan membesar dari kecil hingga ke
dewasa.

Terang bulan di malam sepi,


Cahaya memancar ke pohon kelapa,
Hidup di dunia buatlah bakti,
Kepada kedua ibu dan bapa.

Sekian, terima kasih.

SANG KANCIL DENGAN TALI PINGGANG SAKTI

Ha....ha...ha......, nampaknya hari ini engkau


akan menjadi makanan aku Sang Kancil,
ha...ha....ha......, ketawa Sang Harimau.
Wahai Sang Harimau, janganlah makan aku,
lepaskanlah aku, kasihanilah aku Sang Harimau
rayu Sang Kancil.

Ha, kawan-kawan hendak tahu apa kesudahan


ceritanya?
Dengarlah cerita saya pada hari ini yang bertajuk
Sang Kancil dengan Tali Pinggang Sakti.
Assalamualaikum Warahmatullah Hiwabarakatuh
dan Salam Sejahtera kepada barisan Hakim yang
arif lagi bijaksana, guru-guru dan rakan-rakan
sekalian.

Di dalam sebuah rimba, tinggal seekor Sang


Kancil yang cerdik lagi bijaksana.
Pada suatu hari, Sang kancil keluar mencari
makanannya, tiba-tiba dia ternampak Sang Ular
yang besar sedang tidur nyenyak di bawah
sebatang pokok.

Aku harus berhati-hati dengan Sang Ular


itu, jikalau ia terjaga habislah aku dimakannya
nanti, bisik Sang Kancil di dalam hatinya. Tanpa
membuang masa Sang Kancil pun beredar dari
tempat itu.

Kemudian, Sang Kancil meneruskan


perjalanannya untuk mencari makanan,
tiba-tiba kedengaran bunyi riuh-rendah suara
binatang-binatang di dalam hutan itu.
Lari.... lari......... lari Sang Kancil, Sang
Harimau hendak makan kita, jerit Sang Arnab
dan Sang Monyet sambil berlari lintang pukang.
Belum sempat Sang Kancil melarikan diri, tibatiba Sang Harimau terus menerkam ke arah Sang
Kancil. Sang Kancil mengigil dan menangis
ketakutan.

Ha....ha...ha......, nampaknya hari ini engkau


akan menjadi makanan aku Sang Kancil,
ha...ha....ha......, ketawa Sang Harimau.
Wahai Sang Harimau, janganlah makan aku,
lepaskanlah aku, kasihanilah aku Sang Harimau
rayu Sang Kancil.

Sang Kancil mencari akal


untuk
melepaskan dirinya dan dia teringat akan Sang
Ular yang sedang tidur nyenyak di bawah
sebatang pokok.
Wahai Sang Harimau, aku mempunyai sebuah
tali pinggang sakti yang ku simpan di bawah
sebatang pokok, jika engkau memakainya sudah
tentu semua binatang akan tunduk dan hormat
pada engkau, kata Sang Kancil.

Apa... tali pinggang sakti?! Di manakah


tali pinggang sakti itu?! tanya Sang Harimau.
Tali pinggang sakti itu ada ku simpan di
bawah sebatang pokok tetapi engkau mestilah
melepaskan aku dahulu, kata Sang Kancil.
Baiklah Sang Kancil, aku lepaskan
engkau, tapi ingat!! Kalau kau tipu aku siaplah
engkau!!, herdik Sang Harimau.
Sang Kancil pun membawa Sang Harimau
ke tempat Sang Ular yang sedang tidur nyenyak
tadi.
Ha..itulah tali pinggang yang ku katakan tadi,
bisik Sang Kancil kepada Sang Harimau.
Tanpa membuang masa, Sang Harimau
pun terus memegang badan Sang Ular yang
sedang tidur nyenyak tadi dan melilitkan badan
Sang Ular itu ke pinggangnya.
Wah, hebat sungguh tali pinggang sakti ini!
Ha..ha...sekarang akulah raja di rimba ini, semua
binatang
akan
takut
kepada
aku,
ha....ha.....ha....., ketawa Sang Harimau.
Sang Ular yang sedang tidur nyenyak pun terjaga
apabila terdengar suara Sang Harimau itu tadi.
Apalagi Sang Ular berasa sangat marah lalu terus
membelit pinggang Sang Harimau dengan kuat.
Sang Harimau pun menjerit memnita
tolong. Tolong.... tolong.... tolong.... Sang
Harimau
meronta-ronta
untuk
melepaskan
dirinya.

Cis, berani engkau menipu aku Sang


Kancil, siaplah engkau, marah Sang Harimau.
Akhirnya, Sang Harimau pun mati dibelit oleh
Sang Ular. Selamatlah Sang Kancil daripada
dimakan oleh Sang Harimau.
Semua haiwan yang tinggal di dalam
rimba itu mengucapkan terima kasih kepada
Sang Kancil kerana telah menyelamatkan nyawa
mereka.

....Selesailah sudah... Kisah Sang Kancil... Yang


Sangat cerdik lagi bijaksanaberjaya menumpas
musuh yang ganasHidupan hutan Aman dan
gembira.

Hai kawan-kawan,
Dari cerita yang saya sampaikan tadi, dapatlah
kita semua teladan bahawa setiap masalah yang
kita hadapi pasti ada penyelesaian, jika kita
menggunakan akal seperti Sang Kancil tadi.

Sekian, terima kasih.

Assalamualaikum

warahmatullahiwabarokatuh

dan Salam Sejahtera. Terima kasih Pengerusi


Majlis Yang saya hormati para hakim, guru-guru
dan

rakan-rakan

sekalian.

Saya

akan

menyampaikan sebuah cerita yang bertajuk


Singa yang Sombong.
Yang

terlena,

sedar-sedarkan.

Yang

tersedar,

dengar-dengarkan Yang terdengar fikir-fikirkan.


Dalam sebuah hutan, tinggal seekor singa yang
sombong.

Badannya

yang

besar

dan

kuat

menyebabkan semua haiwan takut kepadanya.


Banyak haiwan yang telah menjadi mangsanya.
Suatu

hari,

mengadakan

semua
satu

haiwan

di

rimba

perjumpaan.

telah

Mereka

berbincang bagaimana untuk menewaskan singa


yang ganas lagi sombong itu.
Kancil bangun dan bersuara.

Tiba-tiba Sang
Wahai

kawan-kawan, kehidupan kita sekarang semakin


terancam. Semakin lama, semakin ramai kawan
kita yang menjadi mangsa singa yang zalim itu.

Oleh

itu

marilah

kita

sama-sama

berfikir,

bagaimana hendak menewaskan singa itu.


Ya, kami sedia membantu jawab haiwan yang
lain.

Siapa ada cadangan, silakan kata

Sang Kancil

Semua terdiam. Tiba-tiba

tebuan bersuara, Wahai kawan-kawan, biarlah


saya cuba menewaskan singa itu.

Haiwan

lain ketawa sambil memperkecilkan kebolehan


Tebuan.

Selain saya, siapakah yang berani

menawarkan

diri,

silakan. Tebuan

mencabar

kawan-kawannya. Masing-masing tunduk diam.


Oleh kerana tidak ada haiwan lain yang berani
menentang

Singa,

marilah

kita

sama-sama

menyokong Sang Tebuan sebagai wira kita. Kata


Sang Kancil dan disambut dengan tepukan yang
gemuruh oleh penghuni rimba itu.
Pada keesokan harinya, semua penghuni rimba
keluar untuk menyaksikan pertarungan antara
Singa dan Tebuan. Tiba di suatu tempat, mereka
tenampak Singa masih tidur di bawah pokok.
Lalu Tebuan pun terbang menghampiri Singa.
Hai Singa yang zalim. Hari ini aku mencabar
engkau untuk berlawan denganku. Kata Tebuan

dengan berani. Engkau nak berlawan dengan


aku? Tanya Singa itu sambil ketawa. Belum
cuba,

belum

dengan

azam

tahu.Walaupun
yang

kuat,

aku
aku

kecil,
akan

tapi
dapat

menewaskan kemalasanmu yang besar. Jawab


Tebuan penuh semangat.

Baiklah, kalau

engkau berani, marilah. Kata Singa.


Dengan pantas, Tebuan terbang mengelilingi
Singa

itu.

Singa

itu

berpusing-pusing

untuk

menampar Tebuan tetapi tidak berjaya. Lama


kelamaan

Singa

itu

menjadi

letih.

Tebuan

mengambil kesempatan ini. Dengan pantas ia


masuk ke dalam lubang hidung singa yang luas
itu.

Lalu

menyengat

hidungnya.
bersin

Singa

itu

dari

lubang

Singa itu meraung kesakitan. Ia

beberapa

kali

tetapi

tidak

berjaya

mengeluarkan Tebuan. Semakin lama, semakin


kuat gigitan Tebuan itu.
Tidak

lama

kemudian,

Singa

itupun

mati

kesakitan yang amat sangat. Semua binatang


bersorak

kegembiraan.

keberanian tebuan itu.


Ingat kawan-kawan,

Mereka

menyanjung

1.

Orang yang besar tidak semestinya kuat dan

orang yang kecil tidak semestinya lemah.


2.

Kita

tidak

boleh

bersikap

malas

berusahalah
3.

Kita mesti berusaha jika ingin Berjaya

Sebelum mengundur diri mari kita fikirkan....


kecik

jangan

disangka

anak,

besar

jangan

disangka bapa... akal yang cerdik dan semangat


kental

dapat

mengalahkan

kekuatan

Sekian, terima kasih.

Copy and WIN : hhttp://bit.ly/copynwin

fizikal..

Anda mungkin juga menyukai