0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
39 tayangan8 halaman

Analisis Finansial Usaha Budidaya Lebah 09778b70

Ringkasan dokumen tersebut adalah: 1. Dokumen tersebut membahas analisis finansial usaha budidaya lebah madu Apis cerana Fabr. di Desa Buana Sakti, Lampung Timur 2. Hasil analisis menunjukkan bahwa usaha tersebut layak secara finansial dengan nilai rasio penerimaan/biaya lebih besar dari 1 3. Jumlah stup yang harus diproduksi untuk mencapai titik impas adalah 75 stup
Hak Cipta
© © All Rights Reserved
Kami menangani hak cipta konten dengan serius. Jika Anda merasa konten ini milik Anda, ajukan klaim di sini.
Format Tersedia
Unduh sebagai PDF, TXT atau baca online di Scribd
0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
39 tayangan8 halaman

Analisis Finansial Usaha Budidaya Lebah 09778b70

Ringkasan dokumen tersebut adalah: 1. Dokumen tersebut membahas analisis finansial usaha budidaya lebah madu Apis cerana Fabr. di Desa Buana Sakti, Lampung Timur 2. Hasil analisis menunjukkan bahwa usaha tersebut layak secara finansial dengan nilai rasio penerimaan/biaya lebih besar dari 1 3. Jumlah stup yang harus diproduksi untuk mencapai titik impas adalah 75 stup
Hak Cipta
© © All Rights Reserved
Kami menangani hak cipta konten dengan serius. Jika Anda merasa konten ini milik Anda, ajukan klaim di sini.
Format Tersedia
Unduh sebagai PDF, TXT atau baca online di Scribd
Anda di halaman 1/ 8

Jurnal Sylva Lestari ISSN 2339-0913

Vol. 1 No. 1. September 2013 (29—36)

ANALISIS FINANSIAL USAHA BUDIDAYA LEBAH MADU Apis cerana Fabr.


DI DUSUN SIDOMUKTI DESA BUANA SAKTI KECAMATAN BATANGHARI
KABUPATEN LAMPUNG TIMUR
(FINANCIAL ANALYSIS OF HONEY BEE (Apis cerana Fabr.) ENTERPRISES AT
SUB VILLAGE SIDOMUKTI VILLAGE BUANA SAKTI SUB DISTRICT
BATANGHARI EAST LAMPUNG)

Nanda Kurnia Sari, Rommy Qurniati, dan Rudi Hilmanto


Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Lampung
Alamat : Jl. Pof. Dr. Sumantri Brojonegoro No. 1 Bandar Lampung 35145
E-mail : [email protected]

ABSTRAK

Konsumsi madu di Indonesia 10 gr/kapita/tahun, namun produksi madu hanya memenuhi


3 gr/kapita/tahun (Murtidjo, 2011). Karena tingginya permintaan terhadap madu maka
pengembangan usaha budidaya lebah madu perlu dilakukan. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui kelayakan finansial dari usaha budidaya lebah madu yang dilakukan di Dusun
Sidomukti Desa Buana Sakti Kecamatan Batanghari Kabupaten Lampung Timur. Penelitian
dilakanakan pada bulan Maret -- April 2012 menggunakan metode wawancara dengan
kuisioner dan observasi langsung. Perhitungan dianalisis berdasarkan analisis R/C Ratio dan
Break Event Point. Hasil penelitian menunjukkan bahwa usaha budidaya lebah madu
menggunakan stup dan glodok. Berdasarkan umur ekonomis stup dan glodok selama dua
tahun maka secara finansial usaha budidaya lebah madu layak dilakukan menggunakan stup
dengan nilai R/C Ratio > 1 yaitu Rp 1,616 dengan jumlah yang harus diproduksi agar berada
pada titik impas sebanyak 75 stup atau Rp 174.807,94/stup sehingga petani lebah memperoleh
keuntungan dari usaha budidaya lebah madu Apis cerana Fabr. yang dilakukan.

Kata kunci : analisis finansial, Apis cerana Fabr., lebah madu

ABSTRACT

Honey consumption in Indonesia 10 gr/capital/year, nevertheleses the honey production only


3 gr/capital/year (Murtidjo, 2011). Due to the highest demand of honey so it is needed honey
bee entrerprises. The purpose of this research was to know on financial feasibility of the Apis
cerana Fabr. honey bee enterprises. The research was conducted at Sub Village Sidomukti
Village Buana Sakti Sub District Batanghari East Lampung on March -- April 2012 used
method interview with questionnaires and observation directly used R/C Ratio and BEP
(Break Event Point). The results showed that the Apis Cerana Fabr. honey bee enterprises in
Sub Village Sidomukti using stup and glodok (traditional stup). Based on economic life stup
and glodok for two years so financially viable honey bee enterprises performed using stup
media with the value of R/C ratio> 1 is 1,616 with number to be produced to reach the break
event point were 75 stup or at price Rp Rp 174.807,94/stup so the honey bee farmers will get
benefit of Apis cerana Fabr. honey bee enterprises.

Key words : Apis cerana Fabr., financial analysis, honeybee

29
Jurnal Sylva Lestari ISSN 2339-0913
Vol. 1 No. 1. September 2013 (29—36)

PENDAHULUAN

Budidaya lebah madu sudah dikenal oleh masyarakat pedesaan ataupun masyarakat
sekitar hutan. Hal ini dibuktikan dari tulisan Dr. D. Horst bangsa Belanda pada tahun 1861
yang menceritakan cara-cara pengambilan madu dari sarang lebah hutan, pada tahun 1864
juga ada tulisan tentang cara beternak lebah madu di Lampung, sedangkan Hoekman pada
tahun 1929 menuliskan tentang peternakan lebah madu di Indonesia (Warisno, 2011).
Usaha budidaya lebah madu merupakan usaha pengembangan dan penjualan produk
hasil budidaya lebah madu. Usaha tersebut dilakukan untuk memenuhi kebutuhan produk
madu yang terus meningkat. Besarnya permintaan terhadap madu belum dapat diimbangi
oleh kemampuan industri perlebahan dalam meningkatkan produksi madu, sehingga untuk
mengatasi kondisi tersebut maka pengembangan usaha lebah madu perlu dilakukan (Adalina,
2008). Pengembangan usaha budidaya lebah madu dilakukan oleh masyarakat di Dusun
Sidomukti Desa Buana Sakti Kecamatan Batanghari Kabupaten Lampung Timur sejak tahun
2006 sampai sekarang. Masyarakat di Dusun Sidomukti menjadikan hasil perkebunan dan
pertanian sebagai sumber pendapatan utama, kemudian masyarakat mengkombinasikannya
dengan usaha budidaya lebah madu sebagai usaha sampingan.
Kurangnya pengetahuan dan keyakinan masyarakat mengenai potensi pengembangan
usaha budidaya lebah madu yang dilakukan menyebabkan usaha tersebut belum berkembang
secara optimal. Oleh karena itu, perlu dilakukannya analisis finansial terhadap usaha
budidaya Lebah Madu Apis cerana Fabr. yang dilakukan Kelompok Karya Tani Sejahtera di
Dusun Sidomukti Desa Buana Sakti Kecamatan Batanghari Kabupaten Lampung Timur untuk
mengetahui apakah usaha budidaya lebah madu secara finansial layak atau tidak layak untuk
dikembangkan.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini telah dilaksanakan di Dusun Sidomukti Desa Buana Sakti Kecamatan
Batanghari Kabupaten Lampung Timur pada bulan Maret sampai April 2012 dengan objek
dalam penelitian ini adalah masyarakat yang terdiri dari anggota Kelompok Karya Tani
Sejahtera yang membudidayakan lebah madu. Data yang diperlukan dalam penelitian berupa
data umum rumah tangga, potensi ekonomi, biaya variabel (biaya operasional), dan biaya
tetap (biaya investasi) yang diambil menggunakan metode wawancara dan observasi.
Penentuan responden petani lebah madu sebanyak 23 responden yang dilakukan dengan
menggunakan metode sensus penduduk. Sensus penduduk merupakan teknik penentuan
responden yang dipilih karena jumlah populasi kurang dari 100 orang (Arikunto, 2002).
Perhitungan dianalisis kelayakan berdasarkan analisis R/C Ratio yaitu perbandingan
antara total penerimaan dengan total biaya dan Break Event Point (BEP) yaitu untuk
mengetahui titik pulang pokok dimana total revenue sama dengan total cost. Sehingga dapat
diketahui bahwa usaha budidaya lebah madu Apis cerana Fabr. layak atau tidak untuk
dilakukan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Usaha budidaya lebah madu di Dusun Sidomukti menggunakan stup dan glodok sebagai
sarang buatan untuk lebah madu. Glodok yang digunakan terbuat dari batang pohon kelapa
atau randu yang pucuknya dibelah dengan panjang 50–60 cm. Isi di bagian tengahnya
diambil sebagian supaya bila belahan batang pohon kelapa dijadikan satu akan terlihat
berongga. Biasanya petani lebah membeli dengan harga Rp 25.000,-/glodok. Stup terbuat
dari kayu akasia berbentuk seperti peti persegi dengan ukuran tutup 45 cm x 35 cm x 30 cm

30
Jurnal Sylva Lestari ISSN 2339-0913
Vol. 1 No. 1. September 2013 (29—36)

dan ukuran kotaknya 40 cm x 30 cm x 25 cm yang dicat putih dan didalamnya terdapat sisiran
berjumlah 6–7 sisiran. Menurut Warisno (2011) stup yang terbaik saat ini berupa bangunan
berbentuk peti dengan isi 6–12 sisiran. Sehingga stup yang digunakan sudah tergolong baik.
Petani lebah biasanya membeli dengan harga Rp 100.000,-/stup.
Pemasangan stup dan glodok diletakkan di bawah pohon atau di sekitar kandang ternak
dan pekarangan rumah dengan jenis pakan lebah yang terbatas yaitu jenis akasia (Accacia
mangium) dan cokelat (Theobroma cacao). Sedangkan lokasi yang memenuhi persyaratan
untuk memelihara lebah madu adalah daerah-daerah yang memiliki tanaman berbunga yang
disukai lebah madu dan tersedia sepanjang tahun (Murtidjo, 2011). Oleh karena itu
pemasangan stup dan glodok harus disesuaikan pada lokasi dengan pakan lebah yang
melimpah.
Pemeliharaan dilakukan dengan cara membersihkan stup dan glodok dari semut, kecoa,
cicak, dan hewan pengganggu lainnya. Menurut Murtidjo (2011) menjaga kebersihan stup
sangat penting agar kenyamanan koloni lebah tidak terganggu. Tetapi petani lebah di Dusun
Sidomukti hanya sebagian saja yang melakukan pemeliharaan. Sehingga banyak lebah yang
pergi dari stup dan glodok untuk mencari sarang yang lebi nyaman.
Pembibitan lebah madu dilakukan petani lebah di Dusun Sidomukti dengan cara
berburu koloni. Petani lebah belum memiliki pengetahuan untuk melakukan
perkembangbiakan lebah ratu sehingga petani lebah melakukan perburuan langsung di sekitar
aliran sungai. Berburu tidak dilakukan oleh seluruh petani lebah karena sebagian besar masih
takut untuk mendekati lebah.
Hasil dari usaha budidaya lebah madu di Dusun Sidomukti adalah madu dan koloni.
Produk lain seperti royal jelly, lilin lebah, propolis, dan tepung sari belum diproduksi karena
kurangnya pengetahuan petani lebah untuk melakukan pemanenan. Hasil madu yang
diperoleh stup yaitu 1 kg--1,5 kg/bulan sedangkan glodok hanya menghasilkan 2--3 ml/bulan.
Hal ini sesuai dengan Warisno (2011) yang menyatakan bahwa pemanenan madu dengan stup
hasilnya lebih banyak dibandingkan dengan glodok. Sehingga untuk memperoleh madu
dalam jumlah yang banyak maka petani lebah lebih baik menggunakan stup dibanding
menggunakan glodok.
Penjualan madu menggunakan botol atau plastik yang dikemas dalam satuan kilogram
dengan harga Rp 60.000,-/kg dan kadar air 25%-27%. Harga madu di Dusun Sidomukti
merupakan ketetapan kelompok yang sudah disesuaikan dengan harga madu yang saat ini
berlaku di pasaran. Sedangkan koloni dijual dengan harga Rp 50.000,-/glodok dan Rp
350.000,-/stup. Produk tersebut dijual kepada pengumpul atau konsumen yang datang
langsung sehingga petani lebah tidak mengeluarkan biaya pengangkutan.
Usaha pemeliharaan lebah madu memerlukan lokasi yang kaya tanaman pakan lebah.
Idealnya untuk tanaman seluas 1 ha hanya untuk satu koloni lebah dan dikelola secara tepat
guna (Murtidjo, 2011). Kenyataannya di Dusun Sidomukti pada tahun 2010--2011
memproduksi 230 koloni dengan total luas lahan penangkaran dan pekarangan petani lebah
kurang lebih 43 ha. Koloni tersebut terbagi atas 100 stup yang diletakkan pada lokasi
penangkaran seluas 26 ha dan 51 stup terbagi pada lokasi lahan pekarangan petani lebah yang
kisaran luasnya 0,5--1 ha dan diletakkan berdampingan dengan kisaran 3--10 stup. Sisanya
79 glodok diletakkan berdekatan dengan jarak antar media adalah 5--10 meter. Hal tersebut
menyebabkan terjadinya ketidakseimbangan antara jumlah koloni dengan ketersediaan pakan
yang ada karena tingginya tingkat persaingan lebah untuk mencari makan sehingga lebah
pergi meninggalkan stup atau glodok karena pakan lebah belum mencukupi kebutuhan lebah
madu untuk memproduksi madu dalam jumlah yang banyak. Jenis-jenis tumbuhan pakan
lebah yang terdapat di lokasi penelitian dapat dilihat pada Tabel 1.

31
Jurnal Sylva Lestari ISSN 2339-0913
Vol. 1 No. 1. September 2013 (29—36)

Tabel 1. Jenis–jenis tumbuhan pakan lebah yang terdapat di lokasi penelitian.

No. Jenis Tumbuhan Nama Ilmiah


1 Akasia Acacia auliculiformis
2 Akasia Mangium Acacia mangium
3 Alang-Alang Imperata cylindrical
4 Alpukat Persea Americana
5 Babadotan Ageratum conyzoides
6 Bunga Kertas Rhododendron indicum
7 Coklat Theobroma cacao
8 Jagung Zea mays
9 Padi Oryza sativa
10 Karet Manihot glaziovii
11 Rambutan Nephelium lappacum, L
Sumber: Analisis data primer tahun 2012

Tabel 2. Analisis total biaya dan total penerimaan dari usaha budidaya lebah madu Apis
cerana Fabr. yang dilakukan Kelompok Karya Tani Sejahtera tahun 2010–2011
dalam satuan rupiah (Rp/periode).

Total Biaya Total Produksi Total Penerimaan


No. Jenis
(Rp/periode) (Rp/periode) (Rp/periode)
1. Stup Rp 29.396.000,- 151 Stup Rp 42.660.000,-
2. Glodok Rp 4.400.000,- 79 glodok Rp 3.825.000,-
Sumber: Analisis data primer tahun 2012

Tabel 3. Hasil perhitungan analisis BEP unit dan BEP harga dari usaha budidaya lebah madu
Apis cerana Fabr. yang dilakukan oleh Kelompok Karya Tani Sejahtera Tahun
2010–2011 dalam satuan rupiah (Rp).

No Jenis barang BEP unit (Rp) BEP harga (Rp)


1. Glodok 60 glodok Rp 55.696,20/glodok
2. Stup 75 stup Rp 174.807,94/stup
Sumber: Analisis data primer tahun 2012

Menurut Hilmanto (2010) sumber pakan lebah madu merupakan jenis multi flora pada
sistem agroforestri yaitu randu (Ceiba pentadra), karet (Havea brasiliensis), cengkeh
(Eugenia aromatic), durian (Durio zybethinus), kopi (Coffea canephora), kakao (Theobrama
cacao) rambutan (Nephellium lappaceum), mangga (Mangifera indica), kaliandra (Calliandra
callothyrsus), jambu air (Eugenia aquaea), mahoni (Swietenia mahagony), dan tanaman
pertanian. Sedangkan sistem agroforestri di Dusun Sidomukti hanya mengkombinasikan
tanaman kakao dengan tanaman kehutanan akasia mangium yang ditanam untuk membangun
hutan rakyat di Desa Buana Sakti. Biaya pembibitan yang dikeluarkan diluar dari total biaya
produksi dalam usaha budidaya lebah madu dan pemeliharaannya juga dilakukan oleh pemilik
lahan. Pemilihan bibit disesuaikan pada lokasi penanaman dengan harapan memperoleh
keuntungan di masa yang akan datang.
Selama ini petani lebah hanya menanam akasia mangium dan jati saja, padahal jenis
durian (Durio zibethinus), randu (Ceiba petandra), sengon (Albizia falcata), sonokeling
(Dalbergia latifolia), dan waru gading (Nyssa javanica) merupakan tanaman kehutanan yang

32
Jurnal Sylva Lestari ISSN 2339-0913
Vol. 1 No. 1. September 2013 (29—36)

disukai oleh lebah. Hal ini sesuai dengan Murtidjo (2011) yang menyatakan bahwa durian
dan randu merupakan salah satu jenis tanaman pakan lebah yang menghasilkan 20 kg/ha pada
musim bunga bulan September-Oktober untuk durian dan randu pada bulan April-Juni.
Kesadaran petani lebah untuk melakukan penanaman baik tanaman pakan lebah atau
pun tanaman kehutanan masih rendah karena kurangnya pembinaan lanjutan terhadap petani
lebah dan usaha budidaya lebah madu merupakan usaha sampingan yang dilakukan hanya
untuk menambah penerimaan saat hasil pertanian dan perkebunan belum bisa diperoleh.
Padahal usaha pemeliharaan lebah madu memberikan dampak positif terhadap proses
kelangsungan pelestarian hutan untuk meningkatkan produktivitas tanaman hutan ataupun
perkebunan karena sifatnya membantu penyerbukan bunga (pollimer) (Murtidjo, 2011).
Perhitungan analisis kelayakan finansial dari usaha budidaya lebah madu menggunakan
R/C Ratio dengan membandingkan antara total penerimaan dengan total biaya yang
dikeluarkan berdasarkan umur ekonomis stup atau gelodok yang digunakan yaitu dua tahun
pada periode tahun 2010–2011. Dalam menganalisis ada dua jenis modal yang digunakan,
yaitu modal investasi (biaya tetap) dan modal kerja (biaya variabel). Modal investasi terdiri
dari stup, glodok dan peralatan kerja seperti standar kayu, sikat lebah, kurungan ratu, topi
masker, kawat baja, pisau madu, skrap buah dan sarung tangan. Sedangkan modal kerja
terdiri dari seluruh biaya operasional yang terdiri dari biaya tenaga kerja berburu koloni,
tenaga pemeliharaan, tenaga pemanenan, tenaga pengemasan yaitu biaya untuk karet, botol
dan plastik. Hasil perhitungan total biaya dan penerimaan dapat dilihat pada Tabel 2.
Total penerimaan yang dihitung dalam penelitian ini adalah semua produk stup, glodok
dan madu yang terjual sedangkan total biaya adalah seluruh biaya yang dikeluarkan dalam
usaha budidaya lebah madu tahun 2010-2011. Berdasarkan Tabel 2. diketahui total biaya
yang dikeluarkan dalam usaha budidaya lebah madu untuk stup adalah Rp 29.396.000,-
/periode dan glodok Rp 4.400.000,-/periode dengan total penerimaan di periode yang sama
untuk stup sebesar Rp 42.660.000,-/periode dan glodok Rp 3.825.000,-/periode. Walaupun
biaya pembuatan stup yang dikeluarkan relatif mahal dan sulit dibandingkan dengan glodok
tetapi stup dapat menghasilkan penerimaan lebih besar dibanding glodok.
Hasil perhitungan R/C Ratio untuk usaha budidaya lebah madu menggunakan glodok
adalah 0,869 sehingga sesuai dengan kriteria yang digunakan, jika R/C < 1 maka usaha tidak
layak untuk dilakukan. Sebagian besar petani lebah memang hanya memfokuskan untuk
menjual koloni lebah tanpa menjual madu karena hasil madu yang diperoleh relatif sedikit dan
petani lebah masih takut untuk mendekati lebah sehingga bila glodok sudah terisi oleh koloni
maka pada waktu satu sampai tiga bulan pemeliharaan kemudian dijual.
Hasil perhitungan R/C Ratio untuk usaha budidaya lebah madu yang menggunakan stup
bernilai Rp 1,616 artinya setiap biaya Rp 1,- yang dikeluarkan akan menghasilkan penerimaan
Rp 1,616 sehingga usaha layak dilakukan. Hasil yang diperoleh sesuai dengan hasil
penelitian sejenis mengenai analisis finansial usaha budidaya lebah madu Apis cerana Fabr. di
Dusun Selingkut Hulu yang layak dikembangkan karena R/C > 1 yaitu Rp 2,53 (Irza, 2007).
Perbedaan nilai R/C Ratio yang diperoleh antara usaha budidaya lebah madu di Dusun
Sidomukti dengan Dusun Selingkut Hulu dipengaruhi oleh jumlah pakan yang masih tersedia
cukup banyak dan hasil yang diperoleh dari usaha budidaya lebah madu tidak hanya madu
dan koloni, petani lebah juga sudah memproduksi lilin lebah. Berbeda dengan petani lebah di
Dusun Sidomukti yang hanya memproduksi koloni dan madu dengan jumlah pakan lebah
yang terbatas.
Hasil perhitungan terhadap BEP dari usaha budidaya lebah madu yang dilakukan oleh
Kelompok Karya Tani Sejahtera dapat dilihat pada Tabel 3.
Berdasarkan Tabel 3 agar produksi glodok berisi koloni mencapai titik impas, maka
petani lebah harus memproduksi 60 glodok dengan harga jual rata–rata sebesar Rp
55.696,20/glodok. Kenyataannya petani lebah sudah memproduksi 79 glodok selama dua

33
Jurnal Sylva Lestari ISSN 2339-0913
Vol. 1 No. 1. September 2013 (29—36)

tahun terakhir dengan harga rata–rata Rp 48.417,72 /glodok. Hal ini menunjukkan bahwa
produksi glodok sudah melewati titik impas namun harga yang ditetapkan belum mencapai
titik impas sehingga perlu adanya penetapan harga yang sesuai agar petani lebah tidak
mengalami kerugian.
Analisis perhitungan agar usaha budidaya lebah madu menggunakan stup mencapai titik
impas, maka petani lebah harus memproduksi 75 stup dengan harga Rp 174.807,94/stup.
Kenyataannya petani lebah sudah memproduksi 151 stup dengan harga jual Rp 350.000,-
/stup. Selain koloni, petani lebah juga menjual madu dari usaha budidaya lebah madu
menggunakan stup. Selama dua tahun terakhir petani lebah sudah menjual 221 kg madu yang
dijual dengan harga Rp 60.000 /kg. Hal ini menunjukkan bahwa produksi stup sudah
melewati titik impas sehingga petani lebah memperoleh keuntungan.
Perbedaan jumlah madu yang diperoleh petani lebah di Dusun Sidomukti dipengaruhi
oleh perbedaan dimensi ruang stup dan glodok yang digunakan sebagi media dalam usaha
budidaya lebah madu. Sehingga walaupun jumlah pakan melimpah jika ruang untuk
menyimpan madu kecil, maka madu yang diperoleh sedikit. Keberhasilan usaha budidaya
lebah madu sangat dipengaruhi juga oleh ketersediaan pakan lebah. Madu dapat dipanen
dalam jumlah yang besar pada lokasi yang kaya akan sumber pakan lebah dibandingkan yang
hanya diletakkan di sekitar kandang ternak yang jauh dari sumber air dan ketersediaan pakan
lebah yang sedikit.
Usaha budidaya lebah madu di Dusun Sidomukti sampai saat ini masih
mengembangkan usaha pembibitan lebah madu saja karena lebah yang dipelihara adalah jenis
lebah yang mudah kabur sehingga untuk mengurangi resiko lebah meninggalkan sarang,
petani lebah langsung menjualnya. Hal tersebut yang menyebabkan petani lebah tidak
memproduksi madu. Meskipun usaha budidaya lebah merupakan usaha sampingan, namun
jika petani lebah mengelolanya dengan tepat guna dan mulai memproduksi produk lebah
seperti madu, lilin lebah, propolis dan lainnya maka petani lebah akan memproleh
keuntungan. Karena selain potensi hutan rakyatnya, Desa Buana Sakti memiliki 43 jenis
tumbuhan, 37 jenis diantaranya merupakan sumber pakan lebah yang terdiri dari tanaman
perkebunan, pertanian, tanaman hias, tanaman kehutanan dan rumputan (Priyono, 2012).
Sehingga usaha budidaya lebah madu di Dusun Sidomukti Desa Buana Sakti akan
berkembang menjadi salah satu sentra produksi madu di Propinsi Lampung.

SIMPULAN

Usaha budidaya lebah madu Apis cerana Fabr. di Dusun Sidomukti menggunakan dua
jenis media yaitu glodok dan stup.
Berdasarkan umur ekonomis stup dan glodok selama dua tahun maka secara finansial
usaha budidaya lebah madu layak dilakukan menggunakan stup dengan nilai R/C Ratio>1
yaitu 1,616 dengan jumlah yang harus diproduksi agar berada pada titik impas sebanyak 75
stup atau Rp 174.807,94/stup. Usaha budidaya lebah madu yang menggunakan glodok nilai
R/C Ratio < 1 yaitu 0,869 dengan BEP unit 60 glodok atau Rp 55.696,20/glodok. Sehingga
glodok kurang layak secara finansial untuk digunakan.

DAFTAR PUSTAKA

Adalina, Y. 2008. Analisis finansial usaha lebah madu Apis mellifera L. Jurnal Penelitian
Hutan dan Konservasi Alam. Vol.V No.3:217-237 22 Juli 2008. Diakses pada tanggal
16 Desember 2011/22.23 wib. http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/
5308217237.pdf.

34
Jurnal Sylva Lestari ISSN 2339-0913
Vol. 1 No. 1. September 2013 (29—36)

Arikunto, S. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Buku. Aneka Cipta.
Jakarta.
Hilmanto, R. 2010. Analisis paket teknologi lokal dalam pengelolaan produk madu organik
untuk pasar global dan industri. Prosiding (Unila). Hal. A-74-A-82. ISBN: 978-979-
8510-19-9.
Irza, Y. 2007. Analisis hasil usaha lebah madu (Apis cerana) dan kontribusinya terhadap
pendapatan rumah tangga kelompok tani “Madu Jaya Lestari”, Dusun Selingkut Hulu
Pekon Sindang Pagar Kecamatan Sumber Jaya Kabupaten Lampung Barat. Skripsi
Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Bandar Lampung. Tidak
Dipublikasikan.
Murtidjo, B. A. 2011. Memelihara Lebah Madu. Buku. Kanisius. Yogyakarta. 64 hlm.
Warisno. 2011. Budidaya Lebah Madu. Buku. Kanisius. Yogyakarta. 51 hlm.

35
Jurnal Sylva Lestari ISSN 2339-0913
Vol. 1 No. 1. September 2013 (29—36)

Halaman ini sengaja dikosongkan

36

Anda mungkin juga menyukai