MAKALAH
KERUSUHAN MEI 1998
GURU PEMBIMBING:
BAPAK ANDY CANDRA LESMANA, S.Pd.
DISUSUN OLEH:
1. ARDINA RASTI RAHMADHANI (05)
2. FAHTIMATUS ZAHRO (14)
3. NUR LAILI MAULIDYA (28)
SMA NEGERI 1 NGORO
TAHUN PELAJARAN 2022/2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan karunia-Nya
kepada kita semua, khususnya kepada kami selaku penulis makalah sehingga kami
dapat menyelsesaikan makalah ini guna memenuhi tugas kelompok pada mata pelajaran
Sejarah yang diampu oleh Bapak Andy Candra Lesmana, S.Pd. dengan judul
“Kerusuhan Mei 1998”.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari bantuan
banyak pihak yang dengan tulus memberikan doa, saran, dan kritik sehingga makalah
ini dapat terselesaikan.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini jauh dari sempurna dikarenakan
terbatasnya pengalaman dan pengerahuan yang kami miliki. Oleh karena itu, kami
mengharapkan segala bentuk kritik yang membangun dari berbagai pihak. Akhirnya,
kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi perkembangan
dunia pendidikan.
Ngoro, Januari 2023
Penulis.
ii
DAFTAR ISI
Halaman Judul .......................................................................................................... i
Kata Pengantar .......................................................................................................... ii
Daftar Isi ................................................................................................................... iii
BAB I Pendahuluan .......................................................................................... 1
BAB I A. Latar Belakang .............................................................................. 1
BAB I B. Rumusan Masalah ......................................................................... 1
BAB I C. Tujuan Penulisan ........................................................................... 2
BAB II Pembahasan .......................................................................................... 3
BAB I A. Penyebab ....................................................................................... 3
BAB I B. Kronologi ....................................................................................... 4
BAB I C. Pengusutan dan Penyelidikan ........................................................ 7
BAB I D. Penuntutan Amandemen Kitab Undang-undang Hukum Pidana .. 8
BAB I E. Dampak .......................................................................................... 8
BAB III Penutup ................................................................................................. 9
BAB I A. Kesimpulan ................................................................................... 9
BAB I B. Saran .............................................................................................. 10
Daftar Pustaka ........................................................................................................... 11
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kerusuhan Mei 1998 adalah kerusuhan rasial terhadap etnis Tionghoa yang
terjadi di Indonesia pada 13 Mei – 15 Mei 1998, khususnya di Ibu Kota Jakarta
namun juga terjadi di beberapa daerah lain. Kerusuhan ini diawali oleh krisis
finansial Asia dan dipicu oleh tragedi Trisakti di mana empat mahasiswa
Universitas Trisakti ditembak dan terbunuh dalam demonstrasi 12 Mei 1998. Hal
inipun mengakibatkan penurunan jabatan Presiden Soeharto, serta pelantikan B. J.
Habibie.
Penyebab pertama yang memicu terjadinya Kerusuhan Mei 1998 adalah
krisis finansial Asia yang terjadi sejak tahun 1997. Saat itu, banyak perusahaan
yang bangkrut, jutaan orang dipecat, 16 bank dilikuidasi, dan berbagai proyek
besar juga dihentikan. Krisis ekonomi yang tengah terjadi kemudian memicu
rangkaian aksi unjuk rasa di sejumlah wilayah di Indonesia. Dalam unjuk rasa
tersebut, ada empat korban jiwa yang tewas tertembak. Mereka adalah mahasiswa
Universitas Trisakti. Tewasnya keempat mahasiswa tersebut pun menambah
kemarahan masyarakat yang saat itu sudah terbebani dengan krisis ekonomi.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka rumusan masalahnya adalah
sebagai berikut:
1. Apa penyebab terjadinya Kerusuhan Mei 1998?
2. Bagaimana kronologi Kerusuhan Mei 1998?
1
2
3. Bagaimana pengusutan dan penyelidikan Kerusuhan Mei 1998?
4. Bagaimana penuntutan amandemen Kitab Undang-undang Hukum Pidana
pada Kerusuhan Mei 1998?
5. Apa dampak terjadinya Kerusuhan Mei 1998?
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah berdasarkan rumusan masalah
yang telah disebutkan, yakni sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui penyebab terjadinya Kerusuhan Mei 1998.
2. Untuk mengetahui kronologi Kerusuhan Mei 1998.
3. Untuk mengetahui pengusutan dan penyelidikan Kerusuhan Mei 1998.
4. Untuk mengetahui penuntutan amandemen Kitab Undang-undang Hukum
Pidana pada Kerusuhan Mei 1998.
5. Untuk mengetahui dampak terjadinya Kerusuhan Mei 1998.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Penyebab
Pada kerusuhan ini banyak toko dan perusahaan dihancurkan oleh amuk
massa terutama milik warga Indonesia keturunan Tionghoa. Konsentrasi
kerusuhan terbesar terjadi di Jakarta, Medan dan Surakarta. Dalam kerusuhan
tersebut, banyak warga Indonesia keturunan Tionghoa yang meninggalkan
Indonesia. Tak hanya itu, seorang aktivis relawan kemanusiaan yang bergerak di
bawah Romo Sandyawan, bernama Ita Martadinata Haryono, yang masih seorang
siswi SMU berusia 18 tahun, juga diperkosa, disiksa, dan dibunuh karena
aktivitasnya. Ini menjadi suatu indikasi bahwa kasus pemerkosaan dalam
Kerusuhan ini digerakkan secara sistematis, tak hanya sporadis.
Amuk massa ini membuat para pemilik toko di kedua kota tersebut
ketakutan dan menulisi muka toko mereka dengan tulisan "Milik pribumi" atau
"Pro-reformasi" karena penyerang hanya fokus ke orang-orang Tionghoa.
Beberapa dari mereka tidak ketahuan, tetapi ada juga yang ketahuan bukan milik
pribumi. Sebagian masyarakat mengasosiasikan peristiwa ini dengan peristiwa
Kristallnacht di Jerman pada tanggal 9 November 1938 yang menjadi titik awal
penganiayaan terhadap orang-orang Yahudi dan berpuncak pada pembunuhan
massal yang sistematis atas mereka di hampir seluruh benua Eropa oleh
pemerintahan Jerman Nazi.
Sampai bertahun-tahun berikutnya Pemerintah Indonesia belum mengambil
tindakan apapun terhadap nama-nama yang dianggap kunci dari peristiwa
kerusuhan Mei 1998. Pemerintah mengeluarkan pernyataan yang menyebutkan
bahwa bukti-bukti konkret tidak dapat ditemukan atas kasus-kasus pemerkosaan
tersebut, tetapi pernyataan ini dibantah oleh banyak pihak.
3
4
Orang-orang yang menjarah toko
etnis Tionghoa pada tanggal 14 Mei.
Sebab dan alasan kerusuhan ini masih banyak diliputi ketidakjelasan dan
kontroversi sampai hari ini. Namun umumnya masyarakat Indonesia secara
keseluruhan setuju bahwa peristiwa ini merupakan sebuah lembaran hitam sejarah
Indonesia, sementara beberapa pihak, terutama pihak Tionghoa, berpendapat ini
merupakan tindakan pembasmian (genosida) terhadap orang Tionghoa, walaupun
masih menjadi kontroversi apakah kejadian ini merupakan sebuah peristiwa yang
disusun secara sistematis oleh pemerintah atau perkembangan provokasi di
kalangan tertentu hingga menyebar ke masyarakat.
B. Kronologi
Pada tanggal 12 Mei 1998, sekitar pukul 11.00 – 13.00, ribuan mahasiswa
Universitas Trisakti melakukan aksi damai di dalam kampus. Setelah itu,
mahasiswa mulai turun ke Jalan S Parman dan hendak berangkat ke gedung MPR
atau DPR. Pukul 13.15, para mahasiswa sampai di depan kantor Walikota Jakarta
Barat. Melihat segerombolan mahasiswa di depan kantor tersebut membuat aparat
polisi menghadang laju mereka. Setelah itu, terjadi perundingan antara pihak
polisi dengan para mahasiswa. Kesepakatan yang dicapai ialah para mahasiswa
tidak melanjutkan aksi unjuk rasa mereka ke MPR atau DPR. 15 menit setelahnya,
pukul 13.30, para mahasiswa melakukan aksi damai di depan kantor Walikota
5
Jakarta Barat. Kondisi dan situasi saat itu dapat dibilang masih sangat tentang.
Tidak ada ketegangan sama sekali antara pihak aparat dan mahasiswa.
Sambil membawa poster bergambar empat wajah rekan mereka yang tewas
dalam tragedi Trisakti, ratusan mahasiswa Trisakti Jakarta berunjuk rasa di
Gedung Kejaksaan Agung, Senin 12 Mei 2008. Mereka menuntut pemerintah
agar menuntaskan kasus tragedi Trisakti serta Semanggi I dan II.
(KOMPAS/Totok Wijayanto).
Pukul 16.30, polisi mulai memasang garis polisi dan meminta para
mahasiswa untuk memberi jarak 15 meter dari garis tersebut. Tidak berselang
lama, pihak polisi pun meminta agar mahasiswa kembali ke dalam kampus.
Tanpa ada ketegangan apapun, mahasiswa membubarkan diri dengan tenang dan
tertib. Namun, tiba-tiba terjadi tembakan dari arah belakang barisan mahasiswa.
Mendengar suara tembakan tersebut, para mahasiswa lantas berlarian dan
berusaha menyelamatkan diri. Para mahasiswa berusaha berlindung dengan
masuk ke dalam gedung-gedung kampus, sementara aparat masih terus
menembakkan senapannya. Puluhan gas air mata juga dilemparkan ke dalam
kampus.
6
Sekitar pukul 17.15, situasi di kampus sangatlah mencekam. Beberapa
korban jiwa juga berjatuhan, salah satunya adalah empat mahasiswa Trisakti yang
tewas karena tertembak. Keempat mahasiswa Trisakti tersebut adalah Elang
Mulia Lesmana, Hafidin Royan, Heri Hartanto, dan Hendiawan Sie.
Ilustrasi: Kerusuhan Mei 1998(Arbain Rambey)
Pada 13 Mei 1998 pukul 01.30, dilakukan jumpa pers yang dihadiri oleh
Pangdam Jaya Mayjen TNI Sjafrie Sjamsoeddin di Mapolda Metro Jaya. Selain
itu, hadir juga Kapolda Mayjen Hamami Nata, Rektor Universitas Trisakti Prof Dr
Moedanton Moertedjo, dan dua anggota Komnas HAM AA Baramuli dan
Bambang W Soeharto. Beberapa jam kemudian, tepatnya pukul 10.00, mahasiswa
dari berbagai kota, yaitu Jakarta, Bogor, Tangerang, dan Bekasi berdatangan ke
Universitas Trisakti untuk menyatakan belasungkawa.
Dua jam setelahnya, pukul 12.00, kerusuhan massa mulai terjadi di Jakarta.
Berbagai aksi perusakan dan pembakaran bangungan serta kendaraan bermotor
terjadi. Mulanya, kerusuhan terjadi di kawasan sekitar Kampus Trisakti, tetapi
aksi perusakan dan pembakaran meluas hingga ke kawasan lainnya. Baca juga:
Kerusuhan Sambas 1999: Penyebab, Kronologi, dan Dampak 14 Mei 1998 Pada
tanggal 14 Mei 1998, aksi kerusuhan yang awalnya hanya terjadi di Jakarta mulai
7
merambah ke kota-kota lainnya, seperti Bogor, Tangerang, dan Bekasi.
Pembakaran, perusakan, serta penjarahan toko dilakukan oleh massa. Kota
Bogor, Tangerang, dan Bekasi saat itu sudah lumpuh total.
Pada 15 Mei 1998, Presiden Soeharto yang mengetahu peristiwa Kerusuhan
Mei 1998 bergegas kembali ke Tanah Air dari Kairo. Waktu itu, muncul isu
bahwa Presiden Soeharto bersedia untuk mundur dari jabatannya. Akan tetapi,
berita tersebut langsung ditampis oleh Menteri Penerangan Alwi Dahlan. Presiden
Soeharto membantah bahwa ia bersedia mengundurkan diri. Namun, jika
kepercayaan masyarakat terhadap Presiden Soeharto sudah hilang, maka Presiden
Soeharto bersedia untuk lengser dari jabatannya. Akhirnya, seminggu kemudian,
tepatnya tanggal 21 Mei 1998, Presiden Soeharto memutuskan untuk
mengundurkan diri dan mengalihkan kekuasaannya kepada BJ Habibie.
C. Pengusutan dan Penyelidikan
Tidak lama setelah kejadian berakhir dibentuklah Tim Gabungan Pencari
Fakta (TGPF) untuk menyelidiki masalah ini. TGPF ini mengeluarkan sebuah
laporan yang dikenal dengan "Laporan TGPF". Mengenai pelaku provokasi,
pembakaran, penganiayaan, dan pelecehan seksual, TGPF menemukan bahwa
terdapat sejumlah oknum yang berdasar penampilannya diduga berlatar belakang
militer. Sebagian pihak berspekulasi bahwa Pangab saat itu (Wiranto) dan
Pangdam Jaya Mayjen Sjafrie Sjamsoeddin melakukan pembiaran atau bahkan
aktif terlibat dalam provokasi kerusuhan ini. Pada 2004 Komnas HAM
mempertanyakan kasus ini kepada Kejaksaan Agung namun sampai 1 Maret 2004
belum menerima tanggapan dari Kejaksaan Agung.
8
D. Penuntutan Amandemen Kitab Undang-undang Hukum Pidana
Pada bulan Mei 2010, Andy Yentriyani, Ketua Subkomisi Partisipasi
Masyarakat di Komisi Nasional Anti Kekerasan Terhadap Perempuan (Komnas
Perempuan), meminta supaya dilakukan amendemen terhadap Kitab Undang-
undang Hukum Pidana. Menurut Andy, Kitab UU Hukum Pidana hanya mengatur
tindakan perkosaan berupa penetrasi alat kelamin laki-laki ke alat kelamin
perempuan. Namun pada kasus Mei 1998, bentuk kekerasan seksual yang terjadi
sangat beragam. Sebanyak 85 korban saat itu (data Tim Pencari Fakta Tragedi
Mei 1998) mengalami pemerkosaan anal, oral, dan/atau disiksa alat kelaminnya
dengan benda tajam. Bentuk-bentuk kekerasan tersebut belum diatur dalam pasal
perkosaan Kitab UU Hukum Pidana.
E. Dampak
Mal Ratu Luwes di Surakarta yang terbakar. Banyak bangunan bisnis dan
pertokoan yang dibakar massa.
Angka resmi menunjukkan sebanyak 499 orang tewas dalam peristiwa
Kerusuhan Mei 1998. Selain itu, lebih dari 4.000 gedung juga hancur atau
terbakar. Kerugian fisik yang ditanggung oleh pemerintah Indonesia sendiri
adalah sebesar Rp 2,5 triliun.
9
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kerusuhan Mei 1998 merupakan kemarahan masyarakat terhadap
kebrutalan aparat kemanan yang menewaskan rekan aktivis saat menuntut
lengsernya Orde Baru. Amuk massa kemudian dialihkan kepada orang Indonesia
sendiri yang beretnis Tionghoa. Dikarenakan pada saat itu, mereka merupakan
kaum paling minoritas, sehingga mudah untuk dijadikan sasaran. Amuk massa
terjadi sepanjang siang dan malam hari. Kemarahan massa dimulai pada malam
hari tanggal 12 Mei 1998 dan semakin tidak terkendali pada tanggal 13 Mei 1998
siang setelah mendengar berita gugurnya mahasiswa yang tertembak aparat.
Sampai tanggal 15 Mei 1998, di Jakarta dan bayak kota besar lainnya di
Indonesia terjadi kerusuhan besar yang tak terkendali. Sehingga mengakibatkan
ribuan gedung, toko, maupun rumah di kota-kota Indonesia hancur lebur dirusak
dan dibakar oleh massa. Sebagian masahasiswa mencoba menenangkan
masyarakat, namun tidak dapat mengendalikan banyaknya massa yang marah.
Kerusuhan Mei 1998 meninggalkan ribuan korban jiwa, tidak terhitung
rumah dan bangunan serta sarana ekonomi yang hancur akibat peristiwa itu.
Belum lagi efek psikologis akibat peristiwa pembakaran, penganiayaan,
pemerkosaan terhadap etnis Tionghoa, maupun terpaksa kehilangan anggota
keluarganya saat kerusuhan terjadi.
9
10
B. Saran
Indonesia merupakan negara hukum yang seharusnya menjunjung tinggi
keadilan dalam penegakan Hak Azasi Manunsia (HAM) serta bertanggung jawab
atas korban pembunuhan, pemerkosaan, dan kekerasan lainnya yang terjadi dalam
kerusuhan Mei 1998. Adapun korban atas tragedi tersebut yang hingga saat ini
belum ada kejelasan atas tindakan hukum dan keadilan. Semoga peristiwa ini
dapat menjadi pembelajaran yang serius bagi pemerintah ataupun penegak hukum
di negara ini dalam melindungi korban yang tidak mendapatkan perlakuan
perikemanusiaan. Dan semoga peristiwa yang memilukan ini tidak akan terulang.
DAFTAR PUSTAKA
http://antonius92.blogspot.com/2015/04/kesimpulan-dan-saran-kasus-tragedi-98.html
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Kerusuhan_Mei_1998#:~:text=Kerusuhan%20ini%20di
awali%20oleh%20krisis,Soeharto%2C%20serta%20pelantikan%20B.%20J.%20H
abibie
https://www.kompas.com/stori/read/2021/11/15/150000579/kronologi-kerusuhan-mei-
1998?page=all
11