829-Article Text-2995-1-10-20191223
829-Article Text-2995-1-10-20191223
ABSTRACT
This research aimed to examine the effect of profitability, asset structure, growth opportunity, non-debt tax shield
and business risk on the capital structure through annual financial statement of Mining company on Indonesia
Stock Exchange (IDX). The data collection technique used purposive sampling. While, the population was mining
company which was listed on Indonesia Stock Exchange (IDX) 2013-2016. Moreover, there were 12 mining
companies as sample. Furthermore, the data analysis technique used multiple linear regression. The research result
in general, from significance test, concluded profitability, asset structure, growth opportunity, non-debt tax shield,
and business risk simultaneously had significant effect on the capital structure. In addition, based on the
hypothesis test, it concluded profitability, growth opportunity, non-debt tax shield, had negative and significant
effect on the capital structure. On the other hand, the asset structure had positive but insignificant effect on the
capital structure. Meanwhile, business risk had negative and insignificant effect on the capital structure.
Keywords: profitability, asset structure, growth opportunity, non-debt tax shield, business risk, capital structure
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh profitabilitas, struktur aset, growth opportunity, non
debt tax shield, dan risiko bisnis terhadap struktur modal melalui laporan keuangan tahunan yang telah
disusun oleh Perusahaan Pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Populasi dalam
penelitian ini menggunakan metode purposive sampling pada Perusahaan Pertambangan yang terdaftar
di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama periode tahun 2013 sampai dengan 2016. Berdasarkan kriteria
yang telah ditentukan maka diperoleh sampel sebanyak 12 perusahaan pertambangan. Metode analisis
yang digunakan adalah analisis regresi linier berganda. Hasil penelitian uji kelayakan model
menunjukkan bahwa profitabilitas, struktur aset, growth opportunity, non debt tax shield, dan risiko bisnis
secara simultan berpengaruh signifikan terhadap struktur modal. Berdasarkan hasil uji hipotesis
menunjukkan bahwa profitabilitas, growth opportunity dan non debt tax shield berpengaruh negatif
signifikan terhadap struktur modal. Sementara itu, Struktur aset berpengaruh positif tidak signifikan
terhadap struktur modal. Sedangkan, risiko bisnis berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap
struktur modal.
Kata kunci: profitabilitas, struktur aset, growth opportunity, non-debt tax shield, risiko bisnis, struktur
modal
PENDAHULUAN
Perekonomian Indonesia yang berkembang pesat dengan adanya globalisasi,
teknologi, serta didukung perekonomian dunia, sehingga menciptakan persaingan bisnis
antar perusahaan. Pada tahun 2013 melemahnya ekonomi dunia telah membuat demand
(permintaan) komoditas tambang menurun, berdampak pada menurunnya harga jual
komoditas tambang. Selain harga komoditas tambang, ada faktor lain, yaitu Pemerintah
akan membatasi ekspor hasil tambang mentah mulai 1 Januari 2014, serta menerapkan
Permen (Peratuaran Mentri) tentang pembangunan smelter yang beroperasi pada tahun
2015. Tujuan tersebut agar industri pengolahan komoditas tambang di dalam negeri bisa
hidup Ini.com (2013). Namun, industri tambang dalam negeri masih ragu-ragu dalam
membangun smelter (pabrik pengolahan tambang), karena dibutuhkan modal besar, dan
Pengaruh Profitabilitas, Struktur...- Nur Afifah Dawud; Imam Hidayat 2
listrik berkapasitas tinggi untuk pengolahan komoditas tambang. Pada tahun 2016 hasil
riset Pricewaterhouse Coopers (PwC) menyebutkan 40 perusahaan tambang global (dunia)
mengalami kerugian terbesar dari tahun 2013-2015. Pricewaterhouse Coopers (PwC)
merupakan kantor jasa professional terbesar di dunia.
Menurunnya perekonomian dunia menyebabkan perekonomian di Indonesia
mengalami kondisi serupa. Pada tahun 2016, perusahaan pertambangan dunia menderita
kerugian US$ 27 milliar dengan kurs Rp 13.500 per US$, setara dengan Rp 364,5 triliun.
Hal ini juga terjadi pada perusahaan pertambangan di Indonesia, dengan harga
komoditas tambang pada tahun 2016 kembali turun sebesar 25%. Beberapa usaha yang
dilakukan perusahaan pertambangan di Indonesia yaitu, berfokus pada produktivitas,
pengurangan biaya, dan disiplin modal. Tetapi ada juga perusahaan pertambangan yang
melepas aset atau menutup usahanya. Menurunnya perekonomian dunia berdampak
menurunnya permintaan komoditas tambang dari Cina, mengakibatkan menurunnya
harga komoditas tambang, dan hal ini berdampak bagi kinerja keuangan perusahaan
pertambangan dalam negeri. Krisis di perusahaan pertambangan membuat Penerimaan
Negara Bukan Pajak (PNBP) sektor mineral, dan batubara menurun. Kondisi ini
dipengaruhi oleh harga komoditas tambang global (dunia) yang berfluktuasi karena
dinamika volume penawaran, dan permintaan Kompas.com (2016).
Pada kuartal 1 tahun 2016, komoditas tambang secara keseluruhan mengalami
penurunan harga. Pada kuartal 4 tahun 2016 terjadi kenaikan harga komoditas tambang
batubara, minyak bumi, nikel, emas, bijih besi dan lainnya. Sampai pada kuartal 1 tahun
2017 yang memberikan dampak kenaikan produksi komoditas tambang, dan investasi
barang modal perusahaan tambang termasuk kontraktornya Kompas.com (2016).
Menurut Linkedin.com (2017) peraturan mengenai pertambangan di Indonesia diatur
pada: (1) Undang-Undang Nomer 4 Tahun 2009 (UU Minerba No.4/2009) Tentang
Pertambangan Mineral Dan Batubara. Pertambangan adalah sebagian atau seluruh
tahapan kegiatan dalam rangka penelitian, pengelolaan, dan pengusahaan mineral atau
batubara, yang meliputi penyelidikan umum, eksplorasi, studi kelayakan, konstruksi,
penambangan, pengolahan dan pemurnian, pengangkutan dan penjualan, serta kegiatan
pascatambang. (2) Peraturan Mentri Energi Dan Sumber Daya Mineral Nomer 7 Tahun
2012 (Permen No.7/2012) Tentang Peningkatan Nilai Tambah Mineral Melalui Kegiatan
Pengolahan Dan Pemurnian Mineral. Implikasi Permen adalah (i) Kewajiban perusahaan
tambang untuk melakukan pengolahan bahan galian tambang di Dalam Negeri. (ii)
Pelarangan ekspor bijih mentah, atau hasil tambang yang belum dilakukan pengolahan.
Dengan adanya Permen, maka perusahaan tambang berkewajiban untuk melakukan
pembangunan smelter (pabrik pengolahan tambang). Regulasi yang berimplikasi pada
bisnis tambang adalah DMO (Domestic Market Obligation yaitu penjualan komoditas
tambang di dalam negeri), dan royalti (fee yaitu pembayaran kepada pemerintah sesuai
dengan aturan dalam Permen). (3) Peraturan Pemerintah Nomer 23 Tahun 2010 (PP
No.23/2010) Tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral Dan Batubara.
Pada awal tahun 2017 dikeluarkan Peraturan Pemerintah (PP) 1/2017 tentang
pelaksanaan kegiatan usaha pertambangan mineral dan batubara, serta peraturan untuk
melakukan divestasi saham hingga 51% secara bertahap.
Perekonomian global (dunia) yang terjadi mengakibatkan perusahaan harus bisa
menggunakan pengambilan keputusan keuangan yang berbeda dan sesuai dengan
keadaan perusahaan, untuk mencapai tujuan perusahaan. Dalam struktur pengambilan
keputusan keuangan harus berdasarkan pada teori keuangan. Teori keuangan
menjelaskan alasan suatu fenomena terjadi, dan alasan keputusan keuangan perlu
diambil untuk menghadapi persoalan keuangan perusahaan. Setelah memahami teori
keuangan, perusahaan dapat melaksanakan manajemen keuangan. Menurut Husnan dan
Pudjiastuti (2002:4) manajemen keuangan menyangkut kegiatan perencanaan, analisis,
Jurnal Ilmu dan Riset Manajemen : Volume 8, Nomor 2, Februari 2019 3
dan pengendalian terhadap kegiatan keuangan. Kegiatan keuangan dilakukan oleh para
pemimpin puncak (Direktur Keuangan, Manajer Keuangan, Kepala Bagian Keuangan,
dan sebagainya). Untuk pengambilan keputusan keuangan, dan kegiatan keuangan yang
akan dijalankan di sebuah perusahaan merupakan tugas Manajer Keuangan. Kegiatan
keuangan dikelompokan dalam dua kegiatan utama, yaitu kegiatan menggunakan
pendanaan, dan mencari pendanaan. Sedangkan keputusan pendanaan perusahaan,
yaitu tentang berapa banyak utang, dan modal yang akan digunakan perusahaan.
Menurut Sartono (2017:225) struktur modal merupakan bagian dari struktur keuangan.
Struktur modal adalah perimbangan jumlah utang (jangka pendek yang bersifat
permanen dan utang jangka panjang) dengan modal sendiri dari (saham preferen dan
saham biasa). Faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal yaitu, profitabilitas,
struktur aset, tingkat pertumbuhan (growth opportunity), variabel laba dan perlindungan
pajak (non debt tax shield), dan risiko bisnis.
Penelitian struktur modal sudah banyak diteliti oleh para peneliti terdahulu.
Berdasarkan hasil penelitian terdahulu, peneliti menemukan hasil dan pendapat yang
berbeda-beda dari peneliti sebelumnya yaitu terdapat variabel yang berpengaruh dan ada
variabel yang tidak berpengaruh. Oleh karena itu, ketidak konsistenan hasil penelitian
terdahulu membuat peneliti ingin meneliti kembali untuk membuktikan konsistensi dari
penelitian terdahulu. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dari
profitabilitas, struktur aset, growth opportunity, non debt tax shield, dan risiko bisnis
terhadap struktur modal (studi kasus perusahaan pertambangan di Bursa Efek Indonesia
periode 2013-2016).
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka peneliti dapat
mengambil rumusan masalah sebagai berikut: (1) Apakah terdapat pengaruh
profitabilitas terhadap struktur modal pada perusahaan pertambangan di Bursa Efek
Indonesia? (2) Apakah terdapat pengaruh struktur aset terhadap struktur modal pada
perusahaan pertambangan di Bursa Efek Indonesia? (3) Apakah terdapat pengaruh
growth opportunity terhadap struktur modal pada perusahaan pertambangan di Bursa Efek
Indonesia? (4) Apakah terdapat pengaruh non debt tax shield terhadap struktur modal pada
perusahaan pertambangan di Bursa Efek Indonesia? (5) Apakah terdapat pengaruh risiko
bisnis terhadap struktur modal pada perusahaan pertambangan di Bursa Efek Indonesia?
Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: (1) Untuk mengetahui pengaruh profitabilitas
terhadap struktur modal pada perusahaan pertambangan di Bursa Efek Indonesia. (2) Untuk
mengetahui pengaruh struktur aset terhadap struktur modal pada perusahaan pertambangan
di Bursa Efek Indonesia. (3) Untuk mengetahui pengaruh growth opportunity terhadap struktur
modal pada perusahaan pertambangan di Bursa Efek Indonesia. (4) Untuk mengetahui
pengaruh non debt tax shield terhadap struktur modal pada perusahaan pertambangan di
Bursa Efek Indonesia. (5) Untuk mengetahui pengaruh risiko bisnis terhadap struktur modal
pada perusahaan pertambangan di Bursa Efek Indonesia.
TINJAUAN TEORITIS
Teori Struktur Modal
Sartono (2017:225) menyatakan bahwa struktur modal adalah perimbangan jumlah
utang (jangka pendek yang bersifat permanen dan utang jangka panjang) dengan modal
sendiri (saham preferen dan saham biasa). Sementara itu struktur keuangan adalah
perimbangan antara total utang dengan modal sendiri. Struktur modal merupakan bagian
dari struktur keuangan. Menurut Sitanggang (2013:71) perusahaan membutuhkan modal
yang bersumber dari utang, dan modal sendiri. Sumber pembiayaan dibedakan menjadi
struktur keuangan, dan struktur modal. Struktur modal digunakan untuk menentukan
besarnya masing-masing sumber pembiayaan utang tergantung tujuan perusahaan yaitu
Pengaruh Profitabilitas, Struktur...- Nur Afifah Dawud; Imam Hidayat 4
untuk menetapkan modal optimal. Rasio utang terhadap modal sendiri (Debt to Equity
Ratio-DER) digunakan untuk menetapkan modal optimal dengan rumus sebagai berikut:
Total Utang
DER = x 100%
Modal Sendiri
Komponen struktur modal terdiri dari utang (utang jangka pendek dan utang jangka
panjang) serta modal sendiri. Utang jangka pendek yaitu perjanjian yang telah disepakati
untuk mengembalikan utang tidak lebih dari 1 tahun. Utang jangka panjang yaitu
perjanjian yang telah disepakati untuk mengembalikan utang lebih dari 1 tahun atau
sampai batas waktu yang ditentukan, seperti obligasi, saham preferen dan saham biasa.
Modal sendiri yaitu sumber pembiayaan utama sebagai bentuk penyertaan dari pemilik
perusahaan, terdiri dari; modal saham preferen, modal saham biasa, dan laba ditahan.
Peneliti dalam menentukan struktur modal optimal dalam suatu perusahaan memilih
rasio Debt to Equity Ratio (DER), karena biaya optimal perusahaan diperoleh dari total
utang atas modal sendiri. Manfaat utang jangka pendek bersifat permanen digunakan
untuk biaya operasional perusahaan. Utang jangka panjang berupa obligasi, saham
preferen, dan saham biasa digunakan sebagai investasi perusahaan untuk
mengoptimalkan modalnya. Modal optimal dilihat dari perusahaan dalam membayar
risiko keuangan (bunga dan pengembalian utang).
Profitabilitas
Kasmir (2017:60) menyatakan bahwa rasio profitabilitas digunakan untuk menilai
kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan. Rasio profitabilitas memberikan ukuran
tingkat efektivitas manajemen perusahaan. Hal ini ditunjukkan oleh laba yang dihasilkan dari
penjualan, dan pendapatan investasi. Sehingga rasio profitabilitas menunjukkan efisiensi
suatu perusahaan. Rasio profitabilitas menurut Hanafi (2013:42) rasio yang digunakan untuk
mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan pada tingkat
penjualan. Net Profit Margin (NPM) menghitung sejauh mana kemampuan perusahaan
menghasilkan keuntungan laba bersih atas penjualan, sehingga menunjukkan laba relatif
terhadap perusahaan.
Laba Bersih
NPM = x 100%
Penjualan
Peneliti memilih menggunakan rasio Net Profit Margin (NPM) untuk mengukur kemampuan
perusahaan dalam menghasilkan keuntungan laba bersih terhadap penjualan, sehingga
menunjukkan laba relatif terhadap perusahaan. Dengan menggunakan rasio Net Profit Margin
(NPM) perusahaan lebih mengutamakan penjualan yang tinggi, sehingga memperoleh
pendapatan yang tinggi, dan perusahaan bisa menghasilkan laba yang maksimal bagi
perusahaan.
Struktur Aset
Riyanto (2011:298) menyatakan bahwa perusahaan industri sebagian besar dari modalnya
tertanam dalam aset tetap. Pemenuhan modal dilakukan dengan menggunakan modal
permanen yaitu modal sendiri, dan modal asing yaitu utang. Sebagian besar perusahaan
menggunakan utang jangka pendek untuk memenuhi kebutuhan modal aset lancar. Menurut
Sitanggang (2013:75) struktur aset perusahaan yang memiliki komposisi aset tetap yang
jumlahnya besar, akan mempunyai peluang untuk memperoleh tambahan modal utang,
karena aset tetap dapat dijadikan sebagai jaminan untuk memperoleh utang.
Aset Tetap
Struktur Aset = x 100%
Total Aset
Peneliti menggunakan rasio Struktur Aset untuk menentukan alokasi dana aset tetap terhadap
total aset. Aset tetap (tanah, bangunan, mesin, dan sebagainya) akan digunakan untuk
memperoleh utang jangka panjang sebagai jaminan. Modal utang yang diperoleh, digunakan
untuk mendanai kegiatan operasional, dan digunakan untuk membeli aset baru. Perusahaan
Jurnal Ilmu dan Riset Manajemen : Volume 8, Nomor 2, Februari 2019 5
yang memiliki aset tetap dengan jumlah besar akan lebih mudah mendapatkan akses ke
sumber dana dibandingkan dengan perusahaan dengan aset tetap kecil.
Risiko Bisnis
Hanafi (2013:321) menyatakan bahwa perusahaan yang mempunyai risiko default (gagal
bayar) yang tinggi sebaiknya menggunakan utang yang lebih kecil. Maka stabilitas dan
besarnya earning (pendapatan) yang diperoleh perusahaan, menentukan perusahaan tersebut
untuk menarik modal. Perusahaan dengan pendapatan yang stabil dapat memenuhi
kewajiban keuangan. Jika pendapatan perusahaan tidak stabil, maka perusahaan akan
menanggung risiko tidak mampu membayar beban bunga, dan angsuran-angsuran utang.
Menurut Sitanggang (2013:73) rencana penjualan tidak selalu sama dengan realisasinya.
Karena itu perlu dipertimbangkan risiko usaha yang dihadapi perusahaan yaitu risiko atas
Pengaruh Profitabilitas, Struktur...- Nur Afifah Dawud; Imam Hidayat 6
perubahan penjualan terhadap laba usaha ditandai dengan tingkat ungkitan operasional
(Degree Operating Leverage–DOL).
⧍ EBIT
DOL = x 100%
⧍ Penjualan
Peneliti menggunakan rasio Degree Operating Leverage (DOL) untuk menentukan beban
operasional bersifat tetap yang tidak berubah saat penjualan naik atau turun. Risiko bisnis
merupakan harapan atau realisasi perusahaan untuk meningkatkan penjualan, sehingga laba
perusahaan juga akan meningkat, maka modal perusahaan akan bertambah.
Rerangka Konseptual
Profitabilitas
(NPM)
Struktur Aset
(SA)
Risiko Bisnis
(DOL)
Gambar 1
Rerangka Konseptual
Penelitian Terdahulu
Penelitian menurut Prasetya dan Asandimitra (2014) dengan judul Pengaruh
Profitabilitas, Ukuran Perusahaan, Growth Opportunity, Likuiditas, Struktur Aset, Resiko
Bisnis, Dan Non Debt Tax Shield Terhadap Struktur Modal Pada Perusahaan Sub-Sektor Barang
Konsumsi. Hasil penelitian membuktikan profitabilitas berpengaruh signifikan terhadap
struktur modal. Sedangkan ukuran perusahaan, growth opportunity, likuiditas, struktur aset,
risiko bisnis, dan non debt tax shield tidak berpengaruh signifikan terhadap struktur modal.
Persamaan penelitian saat ini dengan penelitian sebelumnya adalah sama-sama
menggunakan topik struktur modal sebagai penelitian, dan persamaan pada variabel
independen yaitu profitabilitas, struktur aset, growth opportunity, non debt tax shield, dan risiko
bisnis. Perbedaan penelitian sekarang dengan penelitian sebelumnya terletak pada variabel
yang digunakan, peneliti mengurangi variabel ukuran perusahaan, dan likuiditas sebagai
variabel independen.
Penelitian menurut Zuliani (2014) dengan judul Pengaruh Profitabilitas, Pertumbuhan
Penjulan, Struktur Aset, Dan Tingkat Pertumbuhan Terhadap Struktur Modal. Hasil
penelitian membuktikan profitabilitas berpengaruh signifikan terhadap struktur modal.
Sedangkan pertumbuhan penjualan, struktur aset, dan tingkat pertumbuhan tidak
berpengaruh signifikan terhadap struktur modal. Persamaan penelitian saat ini dengan
penelitian sebelumnya adalah sama-sama menggunakan topik struktur modal sebagai
penelitian, dan persamaan pada variabel independen yaitu profitabilitas, pertumbuhan
penjulan struktur aset, dan tingkat pertumbuhan. Perbedaan penelitian sekarang dengan
Jurnal Ilmu dan Riset Manajemen : Volume 8, Nomor 2, Februari 2019 7
Pengembangan Hipotesis
Hubungan Profitabilitas Terhadap Struktur Modal
Profitabilitas digunakan untuk menilai posisi laba perusahaan dengan menggunakan
rasio profitabilitas (Net Profit Margin) perusahaan; lebih mengutamakan penjualan yang
tinggi, sehingga menunjukkan laba relatif sebuah perusahaan. Dengan melihat penjualan
yang mampu mempengaruhi pendapatan, dan laba perusahaan. Menurut Prasetya dan
Asandimitra (2014), Zuliani (2014), dan Andika (2016) profitabilitas berpengaruh terhadap
struktur modal. Rasio profitabilitas memberikan ukuran tingkat efektivitas manajemen
perusahaan. Karena perusahaan lebih mengutamakan penjualan yang tinggi. Sehingga
memperoleh pendapatan yang tinggi dan perusahaan bisa menghasilkan laba yang maksimal
bagi perusahaan. Modal perusahaan semakin besar dan utang akan semakin kecil. Hal ini
menunjukkan bahwa profitabilitas berpengaruh negatif (tidak searah) dengan struktur modal.
H1 : Profitabilitas berpengaruh negatif signifikan terhadap struktur modal.
bagi pemegang saham. Maka modal sendiri akan lebih besar, dan utang akan lebih kecil. Hal
ini menunjukkan bahwa non debt tax shield berpengaruh negatif (tidak searah) dengan struktur
modal.
H4 : Non Debt Tax Shield berpengaruh negatif signifikan terhadap struktur modal.
METODE PENELITIAN
Jenis Penelitian dan Gambaran dari Populasi (Objek) Penelitian
Jenis Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif. Pengujian ini dimaksudkan untuk
menguji kebenaran dari hipotesis dengan menggunakan data sekunder. Data sekunder
merupakan sumber data penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui
media perantara. Populasi penelitian yaitu pada sektor perusahaan pertambangan yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Populasi awal dari perusahaan pertambangan
sebanyak 44 perusahaan.
Variabel Independen
Profitabilitas
Profitabilitas yaitu kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba sehingga
menentukan struktur modal perusahaan. Rasio Net Profit Margin (NPM) untuk menentukan
laba relatif perusahaan dengan rumus sebagai berikut:
Laba Bersih
NPM = x 100%
Penjualan
Rasio NPM menunjukkan bahwa perusahaan lebih mengutamakan penjualan yang tinggi.
Sehingga memperoleh pendapatan yang tinggi dan perusahaan bisa menghasilkan laba yang
maksimal bagi perusahaan, maka nilai NPM harus positif.
Struktur Aset
Struktur aset yaitu modal yang telah disusun sesuai dengan kondisi perusahaan. Rasio
struktur aset untuk menentukan komposisi aset tetap dengan rumus sebagai berikut:
Aset Tetap
Struktur Aset = x 100%
Total Aset
Perusahaan yang memiliki aset tetap dengan jumlah besar akan lebih mudah mendapatkan
akses ke sumber dana. Namun penggunaan utang dalam jumlah besar juga akan
mengakibatkan risiko keuangan meningkat.
Risiko bisnis
Risiko bisnis yaitu ketidakpastiaan pada perkiraan pendapatan operasi perusahaan di
masa depan. Rasio Degree Operating Leverage (DOL) menentukan beban operasional yang tidak
berubah saat penjualan naik atau turun menggunakan rumus sebagai berikut:
⧍ EBIT
DOL = x 100%
⧍ Penjualan
Beban operasional merupakan biaya yang digunakan untuk produksi. Jika selisih laba
Jurnal Ilmu dan Riset Manajemen : Volume 8, Nomor 2, Februari 2019 11
semakin kecil, maka perusahaan mengalami penurunan laba. Artinya laba operasi ditentukan
dari volume penjualan dan beban operasi yang digunakan.
Variabel Dependen
Struktur modal
Struktur modal yaitu pendanaan perusahaan yang menunjukkan perimbangan jumlah
utang dengan modal sendiri. Debt to Equity Ratio (DER) menentukan biaya optimal perusahaan
dengan rumus sebagai berikut:
Total Utang
DER = x 100%
Modal Sendiri
Biaya optimal diperoleh dari total utang terhadap modal sendiri dalam suatu perusahaan.
Utang jangka pendek bersifat permanen yang digunakan untuk biaya operasional
perusahaan, dan akan masuk dalam aset lancar. Adanya utang jangka panjang digunakan
sebagai investasi perusahaan untuk mengoptimalkan modalnya, sehingga mampu menambah
nilai perusahaan. Modal optimal dilihat dari seberapa seimbangnya perusahaan dalam
membayar risiko (bunga), dan pengembalian utang. Sehingga diperoleh struktur modal
optimal bagi perusahaan dengan adanya utang yang mengurangi beban pajak.
Uji Normalitas
Ghozali (2016:154) menyatakan bahwa uji normalitas dilakukan untuk menguji apakah
dalam model regresi variabel-variabel dalam penelitian mempunyai variabel penganggu, atau
Pengaruh Profitabilitas, Struktur...- Nur Afifah Dawud; Imam Hidayat 12
residual memiliki distribusi normal. Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi data
normal, atau mendekati normal. Dasar pengambilan keputusan sebagai berikut: (1) Analisis
grafik normalitas dapat dideteksi dengan melihat penyebaran data (titik) pada sumbu
diagonal dari grafik. Jika data menyebar disekitar garis diagonal, dan mengikuti arah garis
diagonal menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi memenuhi asumsi
normalitas. Jika data menyebar jauh dari garis diagonal, atau tidak mengikuti arah garis
diagonal sehingga tidak menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi tidak
memenuhi asumsi normalitas. (2) Analisis statistik non-parametrik uji Kolmogrof-Smirnov
(KS). Apabila nilai signifikansi > 0,05 maka nilai residual berdistribusi normal. Apabila nilai
signifikansi < 0,05 maka nilai residual berdistribusi tidak normal.
Uji Multikolinearitas
Ghozali (2016:103) menyatakan bahwa uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji
apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas. Model regresi yang
baik tidak terjadi korelasi antara variabel independen. Multikolinearitas dilihat dari nilai
tolerance (TOL), atau variance inflation factor (VIF). (1) Jika nilai VIF < 10, atau nilai TOL > 0,10,
maka menunjukkan tidak adanya Multikolinearitas. (2) Jika nilai VIF ≥ 10, atau nilai TOL ≤
0,10, maka menunjukkan adanya Multikolinearitas.
Uji Autokorelasi
Ghozali (2016:107) menyatakan bahwa uji autokorelasi bertujuan untuk menguji adanya
korelasi yang tinggi antara kesalahan penganggu pada periode t dengan kesalahan pada
periode t-1 (sebelumnya). Model regresi yang baik tidak terjadi autokorelasi. (1) Jika, dU < d
< 4dU, maka H0 diterima, artinya tidak ada autokorelasi. (2) Jika, 4 – dL < d < 4, maka H0
ditolak, artinya ada autokorelasi negatif. (3) Jika, 0 < d < dL, maka H0 ditolak, artinya ada
autokorelasi positif. (4) Jika, dL ≤ d ≤ dU, atau 4 – dU ≤ d ≤ 4 – dL, maka H0 tidak ada
keputusan, artinya tidak ada kesimpulan.
Uji Heteroskedastisitas
Ghozali (2016:134) menyatakan bahwa uji heteroskedasitas bertujuan untuk menguji
apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan ke
pengamatan lain. Model regresi yang baik adalah tidak terjadi heterokedastisitas. Untuk
mendeteksi ada tidaknya heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan melihat ada tidaknya
pola tertentu pada grafik plot, antara nilai prediksi variabel terikat (dependen) yaitu ZPRED
dengan residualnya SRESID. (1) Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar secara
acak di atas, dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heterokedastisitas. (2)
Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu, yang teratur
(bergelombang, melebar, kemudian menyempit), maka terjadi heteroskedastisitas.
Tabel 1
Hasil Analisis Regresi Berganda
Coefficientsa
Unstandardized Standardized
Model Coefficients Coefficients t Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) 212.512 38.454 5.526 .000
Profitabilitas -8.341 1.595 -.620 -5.229 .000
Struktur aset 1.465 .993 .181 1.476 .147
Growth opportunity -.478 .133 -.446 -3.579 .001
Non debt tax shield -1.071 .529 -.242 -2.023 .049
Risiko bisnis -.067 .090 -.088 -.741 .463
Sumber : Data sekunder, diolah 2019
Berdasarkan hasil analisis regresi berganda pada Tabel 1 diperoleh persamaan regresi
yaitu:
Dari persamaan regresi dapat diuraikan sebagai berikut: (1) konstanta sebesar 212,512 artinya
jika variabel independen yang terdiri dari profitabilitas, struktur aset, growth opportunity, non
debt tax shield, dan risiko bisnis sama dengan 0, maka struktur modal sebesar 212,512. (2)
Koefisien regresi profitabilitas sebesar –8,341 menunjukkan arah hubungan negatif (tidak
searah) antara profitabilitas dengan struktur modal. Hal ini menunjukkan bahwa semakin
tinggi profitabilitas, maka struktur modal akan semakin menurun. Dengan asumsi bahwa SA,
MBVA, NDTS, dan DOL konstan. (3) Koefisien regresi struktur aset sebesar 1,465
menunjukkan arah hubungan positif (searah) antara struktur aset dengan struktur modal. Hal
ini menunjukkan bahwa semakin tinggi struktur aset, maka struktur modal akan semakin
meningkat. Dengan asumsi bahwa NPM, MBVA, NDTS, dan DOL konstan. (4) Koefisien
regresi growth opportunity sebesar –0,478 menunjukkan arah hubungan negatif (tidak searah)
Pengaruh Profitabilitas, Struktur...- Nur Afifah Dawud; Imam Hidayat 14
antara Growth Opportunity dengan struktur modal. Hal ini menunjukkan bahwa semakin
tinggi Growth Opportunity, maka struktur modal akan semakin menurun. Dengan asumsi
bahwa NPM, SA, NDTS, dan DOL konstan. (5) Koefisien regresi non debt tax shield sebesar –
1,071 menunjukkan arah hubungan negatif (tidak searah) antara non debt tax shield dengan
struktur modal. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi non debt tax shield, maka struktur
modal akan semakin menurun. Dengan asumsi bahwa NPM, SA, MBVA, dan DOL konstan.
(6) Koefisien regresi risiko bisnis sebesar –0,067 menunjukkan arah hubungan negatif (tidak
searah) antara risiko bisnis dengan struktur modal. Hal ini menunjukkan bahwa semakin
tinggi risiko bisnis, maka struktur modal akan semakin menurun. Dengan asumsi bahwa
NPM, SA, MBVA, dan NDTS konstan.
Uji Normalitas
Ghozali (2016:154) menyatakan bahwa uji normalitas dilakukan untuk menguji apakah
dalam model regresi variabel-variabel dalam penelitian mempunyai variabel penganggu, atau
residual memiliki distribusi normal. Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi data
normal, atau mendekati normal. Menggunakan analisis sebagai berikut: (1) Analisis grafik
dilihat dari data menyebar disekitar garis diagonal, dan mengikuti arah garis diagonal
menunjukkan pola distribusi normal.
Gambar 2
Grafik Normal P-P Plot
Sumber : Data sekunder, diolah 2019
Berdasarkan pada Gambar 2 hasil analisis grafik normal P-P Plot dapat disimpulkan
bahwa titik-titik menyebar disekitar garis diagonal, dan penyebarannya mengikuti arah garis
diagonal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas. Artinya pada analisis regresi
layak digunakan, meskipun terdapat sedikit plot menyimpang dari garis diagonal. (2)
Analisis statistik non-parametrik uji Kolmogrof-Smirnov (KS) dilihat dari nilai signifikansi >
0,05 maka nilai residual berdistribusi normal.
Jurnal Ilmu dan Riset Manajemen : Volume 8, Nomor 2, Februari 2019 15
Tabel 2
Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 48
Normal Parametersa,b Mean .0000000
Std. Deviation 62.55710948
Most Extreme Differences Absolute .185
Positive .185
Negative -.086
Test Statistic .185
Asymp. Sig. (2-tailed) .000c
Exact Sig. (2-tailed) .064
Point Probability .000
Sumber : Data sekunder, diolah 2019
Berdasarkan hasil analisis pada Tabel 2 perhitungan nilai test statistic Kolmogorov-
Smirnov sebesar 0,185 dan nilai signifikansi sebesar 0,064 > 0,05 maka data residual
berdistribusi normal.
Uji Multikolinearitas
Ghozali (2016:103) menyatakan bahwa uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji
apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas. Pada model regresi
yang baik tidak terjadi multikolinearitas. Multikolinearitas dilihat dari nilai Tolerance (TOL),
atau variance inflation factor (VIF). Jika nilai VIF < 10, atau nilai TOL > 0,10, maka tidak ada
Multikolinearitas. Hasil uji Multikolinearitas adalah sebagai berikut:
Tabel 3
Uji Multikolinearitas
Coefficientsa
Collinearity Statistics
Model Keterangan
Tolerance VIF
1 (Constant)
Profitabilitas .897 1.115 Tidak Ada Multikolinearitas
Struktur aset .834 1.199 Tidak Ada Multikolinearitas
Growth opportunity .812 1.231 Tidak Ada Multikolinearitas
Non debt tax shield .882 1.134 Tidak Ada Multikolinearitas
Risiko bisnis .897 1.115 Tidak Ada Multikolinearitas
Sumber : Data sekunder, diolah 2019
Berdasarkan hasil analisis pada Tabel 3 perhitungan nilai tolerance (TOL) menunjukkan
bahwa semua variabel independen memiliki nilai tolerance (TOL) lebih dari 0,01 dan nilai
variance inflation factor (VIF) kurang dari 10, maka dapat disimpulkan bahwa model regresi
tidak terjadi gejala Multikolinearitas.
Uji Autokorelasi
Ghozali (2016:107) menyatakan bahwa uji autokorelasi bertujuan untuk menguji adanya
korelasi yang tinggi antara kesalahan penganggu pada periode t dengan kesalahan pada
periode t-1 (sebelumnya). Model regresi yang baik tidak terjadi autokorelasi. Uji Durbin-
Watson (DW) dengan pengambilan keputusan tidak adanya autokorelasi pada model regresi.
Jika nilai Durbin-Watson berada di antara dU hingga (4 – dU), maka model regresi tidak terjadi
autokorelasi. Nilai dl dan dU dapat dilihat pada Tabel Durbin-Watson, dengan n = ukuran
sampel dan K = jumlah variabel independen.
Pengaruh Profitabilitas, Struktur...- Nur Afifah Dawud; Imam Hidayat 16
Tabel 4
Uji Autokorelasi
Model Summaryb
Nilai Durbin-Watson
Model Durbin-Watson Dl dU 4 – dl 4 – dU
1 2.022 1.335 1.771 2.665 2.229
Sumber : Data sekunder, diolah 2019
Berdasarkan hasil analisis pada Tabel 4 nilai Durbin-Watson sebesar 2,022 terletak
diantara dU < d < 4 – dU. Dilihat dari Tabel Durbin-Watson dengan n = 48 dan K = 5 diperoleh
nilai dL dan dU pada Tabel di atas, sehingga diperoleh 1,771 < 2,022 < 2,229, artinya model
regresi tidak terjadi autokorelasi.
Uji Heteroskedastisitas
Ghozali (2016:134) menyatakan bahwa uji heteroskedasitas bertujuan untuk menguji
apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan ke
pengamatan lain. Pada model regresi yang baik tidak terjadi heterokedastisitas. Untuk
mendeteksi ada tidaknya heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan melihat ada tidaknya
pola tertentu pada grafik scatterplot, antara nilai prediksi variabel terikat (dependen) yaitu
ZPRED dengan residualnya SRESID. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar
secara acak di atas maupun di bawah angka 0 pada sumbu Y (Regression Studentized Residual),
maka berdasarkan uji heteroskedasitas menggunakan metode grafik tidak terjadi gejala
heterokedastisitas. Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu,
yang teratur (bergelombang, melebar, kemudian menyempit), maka mengindikasikan terjadi
heteroskedastisitas.
Gambar 3
Grafik Scatterplot
Sumber : Data sekunder, diolah 2019
Berdasarkan pada Gambar 3 hasil analisis grafik scatterplot dapat disimpulkan bahwa
tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar secara acak di atas, dan di bawah angka 0
pada sumbu Y, maka tidak terjadi heterokedastisitas. Artinya pada model regresi yang
terbentuk tidak terjadi gejala heteroskedastisitas.
Tabel 5
Uji Koefisien Determinasi (R2)
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate
1 .686a .471 .408 63.07184
Sumber : Data sekunder, diolah 2019
Berdasarkan hasil analisis pada Tabel 5 diketahui bahwa besarnya R Square sebesar 0,471
artinya bahwa profitabilitas, struktur aset, growth opportunity, non debt tax shield, dan risiko
bisnis dapat menjelaskan variabel struktur modal sebesar 47,1%, sedangkan sisanya sebesar
52,9% dipengaruhi oleh variabel lain.
Tabel 6
Uji Kelayakan Model
ANOVAa
Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
1 Regression 148642.731 5 29728.546 7.473 .000b
Residual 167078.408 42 3978.057
Total 315721.139 47
Sumber : Data sekunder, diolah 2019
Berdasarkan hasil analisis pada Tabel 6 di bawah, diketahui bahwa nilai F sebesar 7,473
dengan nilai signifikansi 0,000 < 0,05, artinya bahwa variabel independen profitabilitas,
struktur aset, growth opportunity, non debt tax shield, dan risiko bisnis secara simultan
berpengaruh positif signifikan terhadap struktur modal.
Berdasarkan hasil analisis pada Tabel 7 diketahui bahwa uji t dijelaskan sebagai berikut:
(1) Pengujian Hipotesis 1: Profitabilitas berpengaruh negatif signifikan terhadap struktur
modal. Nilai koefisien (Unstandardized coefficients) sebesar -58,341 dan nilai signifikansi (0,000).
Pengaruh Profitabilitas, Struktur...- Nur Afifah Dawud; Imam Hidayat 18
Karena nilai signifikansi (0,000) < α(0,05), maka H0 ditolak dan H1 diterima, sehingga
pengaruh profitabilitas terhadap struktur modal terbukti signifikan dan positif. Artinya
profitabilitas berpengaruh signifikan bersifat negatif terhadap struktur modal. (2) Pengujian
Hipotesis 2: Struktur aset berpengaruh positif signifikan terhadap struktur modal. Nilai
koefisien (Unstandardized coefficients) sebesar 1,465 dan nilai signifikansi (0,147). Karena nilai
signifikansi (0,147) > α (0,05), maka H0 diterima dan H2 ditolak, sehingga pengaruh struktur
aset terhadap struktur modal terbukti tidak signifikan dan negatif. Artinya struktur aset
berpengaruh tidak signifikan bersifat positif terhadap struktur modal. (3) Pengujian Hipotesis
3: Growth opportunity berpengaruh negatif signifikan terhadap struktur modal. Nilai koefisien
(Unstandardized coefficients) sebesar -0,478 dan nilai signifikansi (0,001). Karena nilai
signifikansi (0,001) < α (0,05), maka H0 ditolak dan H3 diterima, sehingga pengaruh growth
opportunity terhadap struktur modal terbukti signifikan dan negatif. Artinya growth
opportunity berpengaruh signifikan bersifat negatif terhadap struktur modal. (4) Pengujian
Hipotesis 4: Non Debt Tax Shield berpengaruh negatif signifikan terhadap struktur modal.
Nilai koefisien (Unstandardized coefficients) sebesar -1,071 dan nilai signifikansi (0,049). Karena
nilai signifikansi (0,049) < α (0,05), maka H0 ditolak dan H4 diterima, sehingga pengaruh non
debt tax shield terhadap struktur modal terbukti signifikan dan negatif. Artinya non debt tax
shield berpengaruh signifikan bersifat negatif terhadap struktur modal. (5) Pengujian Hipotesis
5: Risiko bisnis berpengaruh negatif signifikan terhadap struktur modal. Nilai koefisien
(Unstandardized coefficients) sebesar -0,067 dan nilai signifikansi (0,463). Karena nilai
signifikansi (0,463) > α (0,05), maka H0 diterima dan H5 ditolak, sehingga pengaruh risiko
bisnis terhadap struktur modal terbukti tidak signifikan dan negatif. Artinya risiko bisnis
berpengaruh tidak signifikan bersifat negatif terhadap struktur modal.
Pembahasan
Pengaruh Profitabilitas Terhadap Struktur Modal
Profitabilitas dengan rasio Net Profit Margin (NPM) menentukan laba relatif perusahaan.
Data Net Profit Margin (NPM) menunjukkan penurunan harga jual, hal ini karena melemahnya
perekonomian dunia yang berdampak pada perekonomian regional serta penurunan
permintaan komoditas dari eksportir terbesar dunia (Cina). Dengan demikian, maka
perusahaan berusaha menjual komoditas tambang pada eksportir yang baru dengan harga
lebih murah untuk menutupi biaya operasional. Penurunan harga jual menyebabkan
pendapatan menurun, laba bersih perusahaan menurun sehingga, pertumbuhan modal
perusahaan kecil, modal perusahaan relatif kecil, perusahaan cenderung mengurangi utang
agar tidak menambah risiko keuangan. Artinya profitabilitas berpengaruh negatif signifikan
terhadap struktur modal. Hasil analisis ini konsisten dengan penelitian menurut
Prasetya dan Asandimitra (2014), Zuliani (2014), Andika (2016) profitabilitas berpengaruh
terhadap struktur modal. Namun hasil analisis ini tidak sejalan dengan penelitian menurut
Mahardika dan Aji (2017), dan Li dan Stathis (2017) profitabilitas tidak berpengaruh terhadap
struktur modal.
perusahaan bertambah kecil, dengan modal yang bertambah kecil maka struktur modal
menjadi berubah tidak signifikan (kecil). Sehingga struktur aset berpengaruh positif tidak
signifikan terhadap struktur modal. Hasil analisis ini konsisten dengan penelitian menurut
Dewi dan Dana (2017), dan Li dan Stathis (2017) struktur aset berpengaruh terhadap struktur
modal. Namun hasil analisis ini tidak sejalan dengan penelitian menurut Prasetya dan
Asandimitra (2014), Zuliani (2014), Andika (2016) dan Mahardika dan Aji (2017) struktur aset
tidak berpengaruh terhadap struktur modal.
biaya operasi, biaya operasi lebih rendah dari kompetitor menandakan kemampuan bersaing
tinggi (kompetitif). Karena melemahnya perekonomian dunia maka demand (permintaan)
menurun sehingga terjadi perang harga menyebabkan harga menjadi turun. Nilai penjualan
komoditas tambang cenderung mengalami penurunan karena perusahaan terpaksa menjual
komoditas tambang dengan harga yang lebih murah. Laba operasi sedikit menurun,
menurunnya laba operasi terlihat dari Net Profit Margin (NPM) menurun. Laba menurun maka
modal sendiri pertumbuhannya kecil. Sehingga risiko bisnis berpengaruh negatif tidak
signifikan terhadap struktur modal. Hasil analisis ini konsisten dengan penelitian menurut
Zuliani (2014), dan Andika (2016) risiko bisnis berpengaruh terhadap struktur modal. Namun
hasil analisis ini tidak sejalan dengan penelitian menurut Prasetya dan Asandimitra (2014)
risiko bisnis tidak berpengaruh terhadap struktur modal.
Keterbatasan
Berdasarkan hasil penelitian yang sudah dilakukan, ada beberapa keterbatasan
antara lain, yaitu masih terdapat variabel yang mempengaruhi struktur modal yang tidak
digunakan dalam penelitian. Hal ini dapat ditunjukkan dari konstribusi variabel
profitabilitas, struktur aset, growth opportunity, non debt tax shield, dan risiko bisnis
terhadap struktur modal menjelaskan variabel struktur modal sebesar 47,1%, sedangkan
sisanya sebesar 52,9 % dipengaruhi oleh variabel lain. Penelitian selanjutnya diharapkan
menambah variabel lain diluar penelitian ini, seperti ukuran perusahaan, nilai tukar yang
dapat mempengaruhi struktur modal. Proksi untuk struktur modal bisa menggunakan
Debt to Total Asset Ratio (DTAR) menentukan biaya modal atau Equity Multiplier (EM)
menentukan nilai tambah ekonomis.
Saran
Berdasarkan hasil kesimpulan yang diperoleh, saran untuk penelitian selanjutnya,
yaitu: (1) Perusahaan pertambangan harus mempertahankan dan meningkatkan
profitabilitas untuk menambah investasi aset tetap dengan cara meningkatkan penjualan
dan pengendalian biaya. (2) Mengembangkan dan meningkatkan growth opportunity pada
prospek perusahaan pertambangan dengan cara meningkatkan penjualan, serta
pengendalian biaya operasi rendah meningkatkan nilai perusahaan. Meningkatnya nilai
perusahaan mengakibatkan semakin rendah risiko bisnis. (3) Meningkatkan non debt tax
shield agar perusahaan pertambangan mendapatkan perlindungan atas pajak perusahaan.
Namun dengan non debt tax shield yang terlalu tinggi juga akan menggurangi laba operasi,
mengakibatkan laba perusahaan menurun. (4) Meningkatkan struktur aset agar aset tetap
hasil investasi bertambah, maka volume produksi akan meningkat, penjualan komoditas
naik, perusahaan memperoleh laba yang besar dan modal perusahaan bertambah. Di
Jurnal Ilmu dan Riset Manajemen : Volume 8, Nomor 2, Februari 2019 21
samping itu dalam kondisi ekonomi yang lesu perusahaan berfokus pada pengendalian
biaya operasi perusahaan. (5) Meminimalisir risiko bisnis agar mampu mengendalikan
fluktuasi penjualan, karena penjualan ditentukan oleh konsumen dan kompetitor yang
merupakan faktor eksternal, tapi perusahaan harus mampu mengendalikan biaya
operasi, sehingga mampu bersaing dengan kompetitor.
DAFTAR PUSTAKA
Andika, P. A. 2016. Pengaruh Struktur Aktiva, Ukuran Perusahaan, Profitabilitas, dan Risiko
Bisnis terhadap Struktur Modal. Jurnal Ilmu dan Riset Akuntansi 5(9): 1-18.
Dewi, N. K. T. S. dan I. M. Dana. 2017. Pengaruh Growth Opportunity, Likuiditas, Non Debt
Tax Shield dan Fixed Asset Ratio terhadap Struktur Modal. E-Jurnal Manajemen Unud
6(2): 772-801.
Ghozali, I. 2016. Aplikas Analisis Multivariete dengan Program IBM SPSS 21. Cetakan Kedelapan.
Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Semarang.
Hanafi, M. M. 2013. Manajemen Keuangan. Edisi Pertama. Cetakan Keenam. BPFE-Yogyakarta.
Yogyakarta.
Husnan, S. dan E. Pudjiastuti. 2012. Dasar-dasar Manajemen Keuangan. Edisi Keenam. Cetakan
Pertama. UPP STIM YKPN. Yogyakarta.
Kasmir. 2017. Analisis Laporan Keuangan. Cetakan Kesepuluh. PT. Raja Grafindo Persada.
Jakarta.
Krisnanda, P. H. dan I. G. B. Wiksuana. 2015. Pengaruh Ukuran Perusahaan, Pertumbuhan
Penjualan, dan Non Debt Tax Shield terhadap Struktur Modal pada Perusahaan
Telekomunikasi di Bursa Efek Indonesia. E-Jurnal Manajemen Unud 4(5): 1434-1451.
Li, H. dan P. Stathis. 2017. Determinants of capital structure in Australia: an analysis of
important factors. Jurnal Keuangan Manajerial 43(8): 881-897.
Mahardika, I. P. K. dan T. S. Aji. 2017. Analisis Perbandingan Profitabilitas, Struktur Aset,
Growth Opportunity, dan Non Debt Tax Shield terhadap Struktur Modal. Jurnal Ilmu
Manajemen 5(3): 1-10.
Prasetya, B. T. dan N. Asandimitra. 2014. Pengaruh Profitabilitas, Ukuran Perusahaan, Growth
Opportunity, Likuiditas, Struktur Aset, Risiko Bisnis, dan Non Debt Tax Shield
terhadap Struktur Modal pada Perusahaan Sub-Sektor Barang Konsumsi. Jurnal Ilmu
Manajemen 2(4): 1341-1353.
Riyanto, B. 2011. Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan. Edisi Keempat. Cetakan Kesepuluh.
BPFE-Yogyakarta. Yogyakarta.
Sartono, A. R. 2017. Manajemen Keuangan Teori dan Aplikasi. Edisi Keempat. Cetakan
Kedelapan. BPFE-Yogyakarta. Yogyakarta.
Sitanggang, P. J. 2013. Manajemen Keuangan Perusahaan Lanjutan. Edisi Pertama. Mitra Wacana
Media. Jakarta.
Sugiyono. 2014. Metode penelitian manajemen. Edisi Pertama. Cetakan Kedua. IKAPI. Bandung.
Zuliani, S. 2014. Pengaruh Profitabilitas, Pertumbuhan Penjulan, Struktur Aset, dan Tingkat
Pertumbuhan terhadap Struktur Modal. Jurnal Ilmu dan Riset Akuntansi 3(7): 1-16.
www.ini.com. Diakses pada 7 November 2018 (09.00).
www.kompas.com. Diakses pada 7 November 2018 (12.00).
www.linkedin.com. Diakses pada 7 November 2018 (14.00).