0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
16 tayangan16 halaman

Makalah

Makalah
Hak Cipta
© © All Rights Reserved
Kami menangani hak cipta konten dengan serius. Jika Anda merasa konten ini milik Anda, ajukan klaim di sini.
Format Tersedia
Unduh sebagai DOCX, PDF, TXT atau baca online di Scribd
0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
16 tayangan16 halaman

Makalah

Makalah
Hak Cipta
© © All Rights Reserved
Kami menangani hak cipta konten dengan serius. Jika Anda merasa konten ini milik Anda, ajukan klaim di sini.
Format Tersedia
Unduh sebagai DOCX, PDF, TXT atau baca online di Scribd
Anda di halaman 1/ 16

MAKALAH

SURROGACY

DOSEN PENGAMPU: Ervina Mulia Siregar S.Keb,.SKM.MPH

Disusun Oleh:
1. Miranda (2303009)
2. Laila Hasanah Sembiring (2303004)
3. Rina Wulandari (2303012)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PALUTA HUSADA


PRODI S1 KEBIDANAN GUNUNG TUA

TAHUN AJARAN 2024

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan berbagai

kemudahan, petunjuk serta karunia yang tak terhingga sehingga penyusun dapat

menyelesaikan makalah tentang “surrogacy” ini tepat pada waktunya.

Penyusun berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para

pembaca. Namun terlepas dari itu, dalam penulisan dan penyelesaian makalah ini

penyusun tidak terlepas dari dorongan dari berbagai pihak terutama dosen pembimbing

yaitu ibu Ervina Mulia Siregar S.Keb,.SKM,MPH Penyusun memahami bahwa makalah

ini masih jauh dari kata sempurna, sehingga penyusun sangat mengharapkan kriktik serta

saran yang bersikap membangun demi terciptanya makalah selanjutnya yang lebih baik

dan penulis akan terbuka terhadap saran dan masukan dari semua pihak, akhir kata

penyusun mengucapkan terima kasih

Gunung tua, Mey 2024

Penyusun

i
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI..................................................................................................................................ii

BAB I...............................................................................................................................................1

PENDAHULUAN..........................................................................................................................1

1.1 Latar Belakang.....................................................................................................................................1


1.2 Rumusan Masalah................................................................................................................................2
1.3 Tujuan..................................................................................................................................................2
BAB II.............................................................................................................................................3

PEMBAHASAN.............................................................................................................................3

2.1 Pengertian surrogacy......................................................................................................................3


2.2 kasus “Ibu Yang Hampir Kehilangan Anak Kandungnya Akibat Sewa Rahim Atau
Surrogacy”...................................................................................................................................3
2.3 surrogacy atau ibu pengganti ditinjau dari hukum olrh indonesia.................................................3
2.4 ........................................................................................................................................................3

BAB III.........................................................................................................................................13

PENUTUP....................................................................................................................................13

3.1 Kesimpulan..................................................................................................................................13
3.2 Saran...........................................................................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA……………………...……………………………………………………

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Memiliki keturunan adalah impian untuk setiap pasangan yang sudah


menikah, tetapi tidak bisa disangkal bahwa ada keadaan tertentu di mana
seorang istri tidak dapat hamil karena kelainan di rahimnya atau ada faktor
lain yang mebuat seorang istri tidak dapat hamil. Teknologi kedokteran telah
menemukan solusi untuk pasangan yang mempunyai masalah sulitnya
mendapatkan keturunan tersebut misalnya dengan inseminasi buatan atau
dengan teknologi fertilisasi invitro yang dikenal dengan bayi tabung. Dalam
perkembangannya program bayi tabung dapat dilakukan dengan
menggunakan ibu pengganti atau dikenal dengan istilah Surrogate mother.
Secara Ilmu kedokteran Praktik Surrogacy bisa dilakuan, bisa dijelaskan
secara ilmiah dan memenuhi kaidah-kaidah kelmuan. Nmaun demikian segala
sesuatu yang bisa dilakukan bukan berarti boleh secara etika, hukum dan
aturan agama. Praktik Surrogacy pada kenyataannya banyak menimbulkan
perdebatan dan kontroversi terutama ditinjau dari etika, hukum dan agama
baik di Indonesia maupun negara lain. Meskipun ada juga beberapa negara
yang membolehkan praktik ini seperti India, Thailand, Inggris, Amerika dan
Australia. Praktik Surrogacy dalam Peraturan Hukum indonesia dilarang hal
ini sesuai dengan pasal 16 UU No. 23 Tahun 1992 Tentang kesehatan dan
Keputusan Menteri Kesehatan No. 72 / Menkes / Per/II/1999 tentang
Penyelenggaraan teknologi Reproduksi Buatan dan mengatur tentang hukum
pelaksanaan bayi tabung. Praktik Surrogacy menurut tinjauan etika moral juga
bertenatangan dengan nilai-nilai kemanusiaan bahkan menurut European
Centre for Law and Justice tahun 2012 menyatakan bahwa Surrogate mother
adalah kekerasan terhadap hak asasi manusia karena mengeksploitasi anak
dan wanita, menjadikan mereka sebagai komoditi bisnis. Praktik Surrogacy
juga dilarang secara tegas oleh berbagai ajaran agama seperti Islam, Kristen,
katolik, Hindu dan Budha.
1.2 Rumusan Masalah
a. Apa pengertian dari surrogacy atau Ibu pengganti
b. Bagaimana kasus ibu yang hampir kehilangan anak kandungnya akibat sewa rahim
atau surrogacy
c. Bagaimana peninjauan perspektif hukum tentang surrogacy atau Ibu pengganti di
Indonesia
d. bagaimana status hukum anak yang lahir dari surga atau Ibu pengganti
1.3 Tujuan
a. mengetahui Apa pengertian dari surrogacy atau Ibu pengganti
b. mengetahui bagaimana kasus ibu yang hampir kehilangan anak kandungnya
akibat sewa
rahim atau surrogacy
c. mengetahui bagaimana peninjauan perspektif hukum tentang surrogacy atau
Ibu pengganti
di Indonesia
d. mengetahui bagaimana status hukum anak yang lahir dari surga atau Ibu
pengganti

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian

Ibu pengganti adalah seorang wanita yang setuju, biasanya dengan kontrak dan
dengan bayaran, untuk melahirkan seorang anak untuk pasangan yang tidak
memiliki anak karena istrinya tidak subur atau secara fisik tidak mampu
membawa janin yang sedang berkembang. Seringkali ibu pengganti adalah ibu
kandung anak, mengandung dengan cara inseminasi buatan dengan sperma dari
suami. Pada ibu pengganti gestasional, istri subur tetapi tidak mampu membawa
janin yang sedang tumbuh; anak dikandung melalui fertilisasi in vitro
menggunakan telur istri dan sperma suaminya, dan embrio yang dihasilkan
ditanam di rahim ibu pengganti (Febry,2013).

Dalam praktek yang dilakukan ada dua jenis sewa rahim tersebut yaitu : 1)
Sewa rahim semata (gestational surrogacy) Embrio yang lazimnya berasal dari
sperma suami dan sel telur istri yang dipertemukan melalui teknologi IVF,
ditanamkan dalam rahim perempuan yang disewa. 2) Sewa rahim dengan
keikutsertaan sel telur (genetic surrogacy) Sel telur yang turut membentuk embrio
adalah sel telur milik perempuan yang rahimnya disewa itu, sedangkan sperma
adalah sperma suami. Walaupun pada perempuan pemilik rahim itu adalah juga
pemilik sel telur, ia tetap harus menyerahkan anak yang dikandung dan
dilahirkannya kepada suami istri yang menyewanya. Sebab, secara hukum, jika
sudah ada perjanjian, ia bukanlah ibu dari bayi itu. Pertemuan sperma dan sel
telur pada tipe kedua dapat melalui inseminasi buatan, dapat juga melalui
persetubuhan antara suami dengan perempuan pemilik sel telur yang rahimnya
disewa itu (Selian M.A.H, 2017).

Terdapat beberapa sebab yang akan menyebabkan sewa Rahim dilakukan,


antaranya: 1) Seseorang wanita tidak mempunyai harapan untuk mengandung

3
secara biasa kerana ditimpa penyakit atau kecacatan yang menghalangnya dari
mengandung dan melahirkan anak; 2) Rahim wanita tersebut dibuang karena
pembedahan; 3) Wanita tersebut ingin memiliki anak tetapi tidak mau memikul
bebanan kehamilan, melahirkan dan menyusukan anak dan ingin menjaga
kecantikan tubuh badannya dengan mengelakkan dari terkesan akibat kehamilan;
4) Wanita yang ingin memiliki anak tetapi telah putus haid (menopause); dan 5)
Wanita yang ingin mencari pendapatan dengan menyewakan rahimnya kepada
orang lain (Selian M.A.H, 2017).

Bentuk-bentuk sewa Rahim 1) Benih isteri (ovum) disenyawakan dengan benih


suami (sperma), kemudian dimasukkan ke dalam rahim wanita lain. Kaedah ini
digunakan dalam keadaan isteri memiliki benih yang baik, tetapi rahimnya
dibuang karena pembedahan, kecacatan yang terus, akibat penyakit yang kronik
atau sebab-sebab yang lain; 2) Sama dengan bentuk yang pertama, kecuali benih
yang telah disenyawakan dibekukan dan dimasukkan ke dalam rahim ibu
tumpang selepas kematian pasangan suami isteri itu; 3) Ovum isteri
disenyawakan dengan sperma lelaki lain (bukan suaminya) dan dimasukkan ke
dalam rahim wanita lain. Keadaan ini apabila suami mandul dan isteri ada
halangan atau kecacatan pada rahimnya tetapi benih isteri dalam keadaan baik; 4)
Sperma suami disenyawakan dengan ovum wanita lain, kemudian dimasukkan ke
dalam rahim wanita lain. Keadaan ini berlaku apabila isteri ditimpa penyakit pada
ovari dan rahimnya tidak mampu memikul tugas kehamilan, atau isteri telah
mencapai tahap putus haid (menopause); dan Sperma suami dan ovum isteri
disenyawakan, kemudian dimasukkan ke dalam rahim isteri yang lain dari suami
yang sama. Dalam keadaan ini isteri yang lain sanggup mengandungkan anak
suaminya dari isteri yang tidak boleh hamil (Selian M.A.H, 2017).

Proses dan pelaksanaan sewa rahim Proses pembuahan yang dilakukan di luar
rahim oleh sepasang suami istri yang sah yang kemudian nanti akan di tanamkan
di rahim wanita lain memerlukan ovum (sel telur) dan juga sperma. Ovum
diambil dari tuba fallopi (kandung telur) seorang ibu dan sperma diambil dari

4
ejakulasi seorang ayah. Sperma tersebut diperiksa terlebih dahulu apakah
memenuhi persyaratan atau tidak. Begitu juga dengan sel telur seorang ibu, dokter
berusaha menentukan dengan tepat saat ovulasi (bebasnya sel telur dari
kandungan) dan memeriksa apakah terdapat sel telur yang masak atau tidak. Bila
pada ovulasi terdapat selsel yang benar-benar masak, maka sel itu dihisap dengan
sejenis jarum suntik melalui sayatan pada perut, sel itu kemudian diletakkan
didalam tabung kimia dan di simpan di laboratorium yang diberi suhu menyamai
panas badan seorang wanita agar sel telur tersebut tetap dalam keadaan hidup
(Selian M.A.H, 2017). (1) Surrogate Mother Ditinjau Dari Segi Etika, Dalam
perkembangan keilmuan, komisi etis diperlukan untuk mengendalikan
perkembangan suatu imu dan teknologi supaya hasil perkembagan ilmu tersebut
tidak merugikan manusia kelak kemudian hari dan hal inilah yang membedakan
manusia dengan mahkluk lain yaitu manusia memiliki akal dan nilai yang harus
dijunjung tinggi.

2.2 Kasus “Ibu Yang Hampir Kehilangan Anak Kandungnya Akibat Sewa
Rahim Atau Surrogacy”
Kasus ini terjadi di negara Amerika negara yang melegalkan Surrogacy sewa
rahim. Jane Ridley, seorang ibu yang bertempat tinggal di wilayah California ini
pernah mengalami kasus langka saat menjadi Surrogact. pada tahun 2015 tepatnya
saat musim gugur, Ia memutuskan untuk menjadi surrogate mother. Dengan
kesepakatan harga sebesar $US35.000 untuk sekitar 500 juta rupiah, ia pun
menyanggupi menyewakan rahimnya pada liu yang berasal dari Cina.
Dalam sembilan hari setelah proses transfer serta tes darah memastikan bahwa
dirinya hamil. sesuai kontrak, dirinya dan suami tidak melakukan hubungan
seksual sampai diberi izin oleh dokter ivf, yang merekomendasikan pengguna
kondom. Pada pemeriksaan Minggu ke enam, dokter itu "Saya melihat ada bayi
lagi". Dirinya sudah merasakan firasat yang tidak enak. Namun Liu sendiri sangat
senang bisa memiliki anak kembar. Pembayaran pun menjadi ditambah sebesar

5
US $ 30.000,termasuk biaya yang sudah diterima dan meningkat sebesar $ 5.000
untuk anak kedua.
Akhirnya, bayi-bayi tersebut lahir pada usia kehamilan 38 minggu pada 12
Desember 2016 di riverside community hospital di California. Dengan metode
sesar yang dilakukan, kedua bayi selamat titik reply Tak sedikitpun diberikan
waktu untuk melihat kedua bayi tersebut yang berarti Liu mengingkari perjanjian.
namun, di luar itu ada hal yang lebih mengejutkan. Pada tanggal 10 januari 2017,
reply menerima pesan-pesan dari Liu di Cina beliau mengirimnya foto bayi-bayi
itu dan berkata: "Mereka tidak sama, bukan?".
Untuk mengetahui kebenaran akhirnya tes DNA pun dilakukan: bayi yang
terlahir bernama Mike dan menjalani serangkaian tes DNA di California.
Hasilnya, Mike adalah pencocokan biologis dengan Liu sementara Max memiliki
gen ridley. kaget dan heran dengan hal yang terjadi kemarin segera
mengonsultasikan pada dokter. Ternyata, ia mengalami kasus langka yang disebut
superfetasi titik kondisi tersebut merupakan kehamilan secara alami, meski
menggunakan kondom setelah siklus fertilisasi in Vitro (IVF) ketika embrio
pasangan Liu dipindahkan ke rahim.
Setelah kebenaran yang terungkap, Liu menuntut dana kompensasi Atas
kejadian tersebut sebesar $US 18.000 hingga $US 22.000. Ridley yang sudah
menghabiskan sebagian besar uang pemberian untuk membeli rumah baru,
menjadi bingung dibuatnya Liu sendiri mengancam akan memasukkan Max ke
panti adopsi bila tuntutannya tidak dipenuhi. Perseteruan semakin memanas
ketika seorang pekerja sosial dari agen tersebut juga mengatakan bahwa reply
berhutang kepada $ US 7.000 untuk biaya yang dikeluarkannya untuk birokrasi
dan untuk menjaga anak mereka. Ridley sendiri menghabiskan $ UD 3.000 untuk
pengacara karena ada banyak negosiasi yang tegang antara pihak resley,
pengacara, dan pihak lainnya. Setelah ketegangan yang terjadi, reply pun
dipertemukan dengan Max yang telah ia ganti namanya menjadi Maleakhi.
2.3 Surrogacy atau ibu pengganti ditinjau dari hukum olrh indonesia

6
Surrogacy atau Ibu pengganti ditinjau dari hukum di Indonesia belum
mempunyai ketentuan khusus yang mengatur mengenai Surrogacy atau Ibu
pengganti. praktik hukum di Indonesia menyiratkan bahwa pelaksanaan surrogacy
dilarang dilakukan di Indonesia meskipun faktanya praktik surrogate mother
dilakukan secara diam-diam dan terjadi di beberapa-beberapa wilayah di
Indonesia.
Peraturan-peraturan yang dapat dikatakan secara tidak langsung menyangkut
mengenai surrogate mother atau Ibu pengganti dapat dilihat dari beberapa
ketentuan sebagai berikut :
1. undang-undang No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
Pasal 127 ayat 1 UU No. 36 Tahun 2009 tentang kesehatan,
mengatakan bahwa upaya kehamilan di luar secara alamiah hanya dapat
dilakukan oleh pasangan suami istri yang sah dengan ketentuan:
a. Hasil pembuahan sperma dan ovum dari suami istri yang bersangkutan
ditanamkan dalam rahim istri dari mana ovum berasal ;
b. Dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan
kewenangan untuk itu ;
c. Pada fasilitas pelayanan tertentu.
Pasal 72 huruf b UU no.36 tahun 2009 tentang kesehatan, mengatakan bahwa
setiap orang berhak menentukan kehidupan reproduksinya dan bebas dari
diskriminasi, paksaan, dan atau kekerasan yang menghormati nilai-nilai luhur
yang tidak merendahkan martabat manusia sesuai dengan norma agama.
2. Ketentuan pasal 40 ayat (1) dan ayat (2) peraturan Pemerintah No.61 tahun
2014 tentang Kesehatan Reproduksi berbunyi :
1. Reproduksi dengan bantuan atau kehamilan di luar cara alamiah hanya
dapat dilakukan pada pasangan suami istri yang terikat perkawinan yang
sah dan mengalami ketidaksuburan atau infertilitas untuk memperoleh.
2. Reproduksi dengan bantuan atau kehamilan di luar cara alamiah sebagai
dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan dengan menggunakan hasil

7
pembuahan sperma dan ovum yang berasal dari suami istri yang
bersangkutan dan ditanamkan dalam rahim istri dari mana ovum berasal
2.4 Status hukum anak yanglahir daru surrogacy dan ibu pengganti
Suatu kehamilan yang mana sang wanita menyediakan sel telurnya untuk
dibuahi dengan inseminasi buatan kemudian mengandung atas janinnya serta
melahirkan anaknya untuk orang lain atau kehamilan yang berasal dari suatu
inseminasi buatan, di mana (ovum) telur berasal dari si wanita yang hamil dan
mengandung bayi tersebut dalam suatu jangka suatu kehamilan, kemudian
melahirkan anak untuk pasangan lain.
Seorang wanita yang menyetujui untuk mengandung anak atas nama pasangan
lain yang tidak dapat memiliki keturunan karena sang istri infertil atau secara fisik
tidak mampu membawa janin dalam kandungannya yang didasarkan atas sebuah
perjanjian atau pembayaran. Seringkali yang disebut sebagai surrogate mother
adalah sang ibu kandung yang mengandungnya melalui inseminasi buatan sperma
sang suami titik dalam gestasional surrogacy, sang istri subur namun tidak
mampu membawa janin dalam kandungannya.
Fred amelen menyatakan bahwa seorang wanita yang meningkatkan dirinya
melalui suatu ikatan perjanjian dengan pihak lain (suami dan istri) untuk menjadi
hamil setelah dimasukkannya penyatuan sel benih laki-laki dan sel benih
perempuan, yang dilakukan pembuahannya di luar rahim sampai melahirkan
sesuai kesepakatan yang kemudian bayi tersebut diserahkan kepada pihak suami
istri dengan mendapatkan imbalan berupa materi yang telah disepakati.
Anak yang lahir dari perjanjian surrogate mother mempunyai kemungkinan
yang unik terkait dengan siapa yang dapat disebut sebagai orang tua anak.
kombinasi orang tua adalah sebagai berikut :
1. 2 orang tua: si pemberi sel telur dan yang menjadi ibu kandung adalah
sama serta sang ayah kandung tanpa ikatan pernikahan.
2. 3 orang tua : si pemberi sel telur dan yang menjadi ibu kandung adalah
sama, ayah kandung, serta istri dari sang ayah kandung.

8
3. 4 orang tua : si pemberi sel telur, ibu kandung, ayah kandung, dan istri
dari sang ayah kandung.
4. 5 orang tua : si pemberi sel telur, pemberi sperma ibu kandung, Ayah
angkat, dan ibu angkat.
Dalam sistem hukum Indonesia terdapat pengaturan dalam pasal 42
undang-undang No.1 tahun 1974 tentang perkawinan Sebagaimana telah
diubah dengan undang-undang nomor 16 tahun 2019 tentang perubahan atas
undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang perkawinan (selanjutnya
disebut UU perkawinan) yang menyatakan bahwa anak yang sah adalah anak
yang dilahirkan dalam atau sebagai akibat perkawinan yang sah. Sedangkan
Pasal 43 UU perkawinan menyatakan bahwa anak yang dilahirkan di luar
perkawinan hanya mempunyai hubungan perdata dengan Ibunya dan keluarga
ibunya.
Terkait dengan anak yang lahir dari ibu pengganti atau surrogate
mother, maka apabila dihubungkan dengan peraturan di atas akan terjadi
status seperti berikut :
1. Apabila anak itu dilahirkan dari wanita surogate mother yang terikat
dalam perkawinan (mempunyai suami) maka anak tersebut akan
berkedudukan sebagai anak sah dari wanita tersebut dan suaminya.
2. Apabila anak itu lahir dari wanita surrogate mother yang tidak terikat
dalam perkawinan, maka anak tersebut akan berkedudukan sebagai anak
luar kawin dari wanita tersebut.
Selanjutnya berbicara mengenai donor ovum atau donor embrio dalam
proses implantasi, untuk donor ovum atau donor embrio dalam proses
implantasi di rahim seorang wanita di mana embrio tersebut berasal dari
wanita lainnya atau ovum yang sudah dibuahi digunakan untuk:
1. Semen/sperma yang dihasilkan oleh suami dari rahim wanita yang
ditanamkan
2. Semen/sperma yang dihasilkan oleh seorang pria selain dari suami yang
ditanamkan embrio di dalam rahimnya.

9
Status anak ketika seorang wanita yang menikahi hamil sebagai hasil
dari donor ovum atau donor embrio dalam proses implantasi di mana
semen/sperma yang digunakan untuk pembuahan ovum dihasilkan oleh
seorang laki-laki selain dari suami wanita yang menikah tersebut dan wanita
tersebut menjalani prosedur dengan persetujuan dari suaminya:
1. Suami harus, untuk tujuan apapun, menjadi ayah dari setiap anak dari
kehamilan baik yang lahir atau yang belum lahir.
2. Laki-laki yang menghasilkan semen/sperma harus, tidak menjadi ayah dari
setiap anak dari kehamilan baik yang lahir atau yang belum lahir.
Setiap wanita yang hamil sebagai hasil dari donor ovum atau donor
embrio dalam proses implantasi dan baik wanita itu tidak menikah atau
menikah yang mana telah menjalani prosedur donor tanpa persetujuan dari
suaminya.
1. Setiap anak dari kehamilan, baik yang lahir atau yang belum lahir, tidak
akan memiliki, hubungan dengan laki-laki yang menghasilkan semen
sperma yang digunakan di prosedur donor, hak dan kewajiban akan anak
itu setiap saat diberikan kepada suami dari wanita tersebut; dan
2. Laki-laki yang menghasilkan semen atau sperma yang digunakan tidak
akan memiliki hak dan kewajiban sebagai seorang ayah dari anak yang
dikandung, kecuali kalau laki-laki itu, atau sewaktu-waktu menjadi suami
dari wanita tersebut.
Ketika seorang wanita menjadi hamil sebagai hasil dari donor ovum
atau donor embrio dalam proses:
1. Wanita itu harus, menjadi Ibu dari setiap anak dari kehamilan, baik yang
lahir atau yang belum lahir; dan
2. Laki-laki yang menghasilkan semen atau sperma yang digunakan tidak
akan memiliki hak dan kewajiban sebagai seorang ayah dari anak yang
dikandung, kecuali kalau laki-laki itu, atau sewaktu-waktu menjadi suami
dari wanita tersebut.

10
Ketika seorang wanita menjadi hamil sebagai hasil dari donor ovum atau
donor embrio dalam proses implantasi:
1. Wanita itu harus kamu Menjadi ibu dari setiap anak dari kehamilan, baik
yang lahir atau yang belum lahir; dan
2. Wanita yang menggunakan ovum yang dari mana embrio itu berasal dan
yang digunakan dalam prosedur, untuk tujuan apapun, tidak Menjadi ibu
dari setiap anak dari kehamilan, baik yang lahir atau yang belum lahir.
Status Anak yang lahir dari surogatif mother dalam kaitan dengan peraturan
UU perkawinan, bahwa anak tersebut merupakan anak sah dari surrogate
mother bukan anak dari orang tua yang menitipkan benih di rahim surrogate
mother.

11
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Status anak-anak yang lahir dari ibu pengganti di Indonesia dalam kaitan

dengan pengaturan UU perkawinan bahwa anak tersebut merupakan anak sah dari

surga atau Ibu pengganti bukan anak dari pasangan suami istri atau orang tua yang

menitipkan benih di rahim ibu pengganti

3.2 Saran
Penyusun memahami bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna,
sehingga penyusun sangat mengharapkan kriktik serta saran yang bersikap
membangun demi terciptanya makalah selanjutnya yang lebih baik dan penulis akan
terbuka terhadap saran dan masukan dari semua pihak, akhir kata penyusun
mengucapkan terima.

12
DAFTAR PUSTAKA

1. Kusnadi, dkk, 2009, Bukar saku biologi SM4, Jokarta kawan pustaka.

13

Anda mungkin juga menyukai