i
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN....................................................................................2
BAB 2 GAGASAN...............................................................................................4
2.1. Pemicu Gagasan............................................................................................4
2.3. Solusi yang Ditawarkan.................................................................................5
2.4. Pihak-pihak yang dapat Berkontrobusi Implementasi Gagasan....................5
2.5 Langkah Strategis Merealisasikan Gagasan...................................................5
BAB 3 PEMBAHASAN.......................................................................................6
3.1. Teknik isolasi enzim......................................................................................6
3.2. Penentuan kadar optimum enzim..................................................................6
3.3. Penentuan suhu optimum..............................................................................6
3.4. Teori tentang enzim dan substrat...................................................................7
BAB 4 KESIMPULAN........................................................................................9
4.1. Kesimpulan....................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................10
LAMPIRAN-LAMPIRAN................................................................................11
4.3 Lampiran 1. Biodata Ketua, Anggota, dan Dosen Pendamping...................11
4.8 Lampiran 2. Susunan Organisasi Tim Peneliti dan Pembagian Tugas.........21
4.9 Lampiran 4. Surat Pernyataan Ketua Tim Pelaksana...................................22
1
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu negara tropis yang memiliki
keanekaragaman hayati baik flora maupun fauna, diantara jenis fauna yang
sangat potensial untuk dikembangkan di Indonesia adalah lebah yang dapat
memproduksi madu. Manfaat bagi manusia, yaitu menghasilkan madu,
pollen, dan lilin lebah. Madu umumnya mempunyai rasa manis yang
dihasilkan oleh lebah madu dari sari bunga tanaman (floral nektar) atau
bagian lain dari tanaman (ekstra floral nektar) atau ekskresi serangga [2].
Madu merupakan salah satu sumber makanan yang baik karena mengandung
asam amino, karbohidrat, protein, vitamin serta mineral yang mudah diserap
oleh sel-sel tubuh. Madu mengandung sejumlah mineral seperti magnesium,
kalium, potasium, sodium, klorin, sulfur, besi, fosfat dan vitamin, seperti
vitamin e, vitamin c, vitamin B1, B2 dan B6. Madu memiliki efek antibakteri
dan bermanfaat dalam menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus
aureus yang merupakan penyebab keracunan makanan, infeksi kulit,
endokarditis, dan Meningitis [4]. Madu mengandung potensi antikanker dan
antioksidan serta memiliki pengaruh dalam penurunan gula darah penderita
Diabetes militus. Berbagai manfaat madu tidak hanya dalam bidang
kesehatan melainkan untuk kelestarian alam juga dapat meningkatkan hasil
produksi pertanian, peternak madu, dan menjaga kelestarian hutan melalui
penyerbukan yang dibantu oleh lebah (Pusat Perlebahan Nasional, 2013).
Produksi madu Indonesia pada tahun 2014 mencapai 3841.5 ton dan
belum mampu memenuhi konsumsi yang mencapai 3902.4 ton. Sedangkan,
pada tahun 2015 terjadi penurunan produksi madu mencapai 1567.9 ton
dengan tingkat konsumsi sebesar 2372.6 ton. Penurunan ini disebabkan
karena adanya beberapa faktor antara lain: kekurangan pakan lebah atau
paceklik pakan terjadi ketika musim hujan, karena sangat sedikit tanaman
yang dapat berbunga dan ketika tanaman tersebut berbunga nektarnya akan
dibilas oleh air hujan, sehingga nektar tersebut tidak dapat dikumpulkan oleh
lebah madu. Selain itu, adanya penyakit yang dapat merusak perkembangan
koloni di dalam sarang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penyakit yang
banyak dihadapi oleh peternak lebah apis mellifera di kecamatan
gunungwungkal, pati, jawa tengah adalah penyakit kutu yang disebabkan oleh
varroa destructor. Berdasarkan permasalahan tersebut, perlu adanya upaya
untuk mengatasi permasalahan peternakan lebah, umumnya pada musim dan
sediaan bunga di alam.
Rekayasa enzimetis pada lebah secara laboratorium merupakan langkah
strategis untuk keberlangsungan produksi madu di Indonesia. Rekayasa
enzimatis dapat dilakukan dengan cara mengisolasi enzim pada indung lebah
2
yang kemudian ditambahkan dari substrat berupa gula sukrosa. Berdasarkan
penelitian mengenai isolasi enzim pada Apis mellifera, enzim pada indung
lebah terdiri atas enzim invertase, diastase, peroksidase, serta protease. Enzim
invertase berperan dalam mengkatalis sukrosa menjadi madu yang memiliki
banyak kandungan yang bermanfaat untuk tubuh manusia. Selama ini,
penelitian tentang isolasi enzim terbatas pada tanaman misalanya isolasi
enzim papain sedangkan penelitian tentang insolasi enzim pada lebah, belum
banyak dilakukan (referensi). Dengan demikian. Isolasi enzim pada lebah
merupakan langkah yang strategis untuk meningkatkan produksi lebah dalam
skala laboratorium yang harapanya produksi madu tidak terbatas pada musim.
1.2 Tujuan
Mengetahui factor-faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan
metode isolasi enzim pada Apis mellifera untuk meningkatkan
produksi madu tanpa bergantung pada musim dan keterbatasan
nectar bunga.
1.3 Manfaat
Manfaat Teoritis
1. Meningkatkan pengetahuan mengenai metode isolasi enzim
pada Apis mellifera yang optimum untuk meningkatkan
produksi madu tanpa bergantung pada musim dan
keterbatasan nectar bunga.
Manfaat Praktis
1. Bagi Penulis
Meningkatkan wawasan pengetahuan dan pengalaman,
serta studi lanjutan mengenai metode isolasi enzim pada
Apis mellifera yang optimum dalam meningkatkan jumlah
produksi madu skala laboratorium.
2. Bagi Masyarakat
Memberikan pengetahuan dan informasi terbaru mengenai
metode isolasi enzim pada Apis mellifera yang optimum
dalam meningkatkan jumlah produksi madu.
3
BAB 2 GAGASAN
2.1. Pemicu Gagasan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa permasalahan yang dihadapi oleh 15
orang peternak lebah madu Apis mellifera di Kecamatan Gunungwungkal,
Pati, Jawa Tengah terdiri dari masalah pakan, penyakit, lahan, ratu lebah, dan
pemeliharaan lebah. Pakan merupakan salah satu faktor yang sangat penting
dalam budidaya lebah madu secara umum termasuk lebah Apis mellifera
yang dibudidayakan oleh peternak di Kecamatan Gunungwungkal, Pati, Jawa
Tengah.
Keterbatasan tanaman pakan yang dapat berbunga sepanjang tahun di
Kecamatan Gunungwungkal, Pati, Jawa Tengah menjadi masalah yang sangat
besar bagi keberlanjutan produksi madu, bee pollen, dan royal jeli. Selain itu,
kekurangan pakan lebah atau paceklik pakan terjadi ketika musim hujan,
karena sangat sedikit tanaman yang dapat berbunga dan ketika tanaman
tersebut berbunga nektarnya akan dibilas oleh air hujan, sehingga nektar
tersebut tidak dapat dikumpulkan oleh lebah madu.
Dalam budidaya lebah madu Apis mellifera tidak terlepas dari masalah hama
dan penyakit yang dapat merusak perkembangan koloni di dalam sarang.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penyakit yang banyak dihadapi oleh
peternak lebah Apis mellifera di Kecamatan Gunungwungkal, Pati, Jawa
Tengah adalah penyakit kutu yang disebabkan oleh varroa destructor dan
biasanya peternak lebah Apis mellifera segera memberi obat yang
mengandung bahan aktif fluvalinate, amitraz, dan asam format untuk
mengendalikan kutu tersebut.
Untuk masalah kelangkaan pakan ketika musim hujan atau musim paceklik
pakan dapat dilakukan dengan memberikan pakan tambahan seperti gula yang
dilarutkan dengan air. Air gula tersebut diberikan ke lebah dengan
memasukkannya ke dalam feeder frame (bingkai khusus untuk pakan),
sehingga memudahkan lebah tersebut untuk menyedot cairan gula tersebut.
Untuk masalah penyakit varroa destructor dapat diatasi dengan pemberian
obat kutu yaitu obat yang mengandung bahan aktif fluvalinate, amitraz, dan
asam format sehingga mengendalikan kutu tersebut.
Ratu lebah yang tidak berkualitas dapat diatasi dengan melakukan
penangkaran ratu lebah yang berasal dari telur lebah yang umurnya tidak
lebih dari 1 hari dan berasal dari koloni super dengan harapan dapat
mengikuti produktivitas tetua atau induknya.
4
sehingga menjadi dasar bahwa upaya meningkatkan produksi lebah madu
dengan pembuatan madu laboratorium. Sekarang banyak ditemukan
penelitian tentang isolasi enzim pada enzim. Isolasi enzim pada lebah dapat
memproduksi madu tanpa harus terganggu dengan adanya musim dan
keterbatasan nektar bunga.
2.3. Solusi yang Ditawarkan
Madu lebah skala pabrik. Untuk mengatasi kurangnya pasokan madu,
maka isolasi enzim pada lebah merupakan langkah yang strategis
mengembangkan.
2.4. Pihak-pihak yang dapat Berkontrobusi Implementasi Gagasan
Menteri pertanian, (cari paguyuban atau kelompok peternak lebah) desa
sentra peternak lebah (sebutkan dimana )
2.5 Langkah Strategis Merealisasikan Gagasan
Adapun langkah strategis untuk merealisasikan gagasan akan dijelaskan
sebagai berikut:
penentuan
penentuan kadar
isolasi enzim pada komposisi enzim
optimum enzim
indung lebah dan substrat
lebah
sukrosa
pembuatan madu
uji kandungan
dengan alat pemanenan
madu
inkubator
pembuatan madu
skala pabrik
5
6
BAB 3 PEMBAHASAN
3.1. Teknik isolasi enzim
Sebanyak 50 ml madu dilarutkan dalam 500 mL 0,1 M larutan buffer fosfat
pH 7. Campuran tersebut dibiarkan selama 2 jam pada suhu 4 oC, kemudian
disentrifus dengan kecepatan 4000 rpm pada suhu 4 oC selama 15 menit. Filtrat
yang diperoleh diendapkan dengan aseton 0-30% ; 30-50% ; 50-70%. Endapan
selanjutnya didialisis menggunakan membran selofan dan buffer fosfat 0,1 M pH
7. Proses dialisis dilakukan selama 24 jam, dan pergantian larutan buffer
dilakukan setiap 6 jam, kemudian dilakukan “freeze dried” pada larutan enzim
hasil dialisis
3.2. Penentuan kadar optimum enzim
Penentuan pH optimum Ke dalam 6 tabung reaksi masing-masing
dimasukkan 0,1 mL larutan enzim konsentrasi 0,1 g/mL, 0,5 mL kasein
konsentrasi 0,02 g/mL, dan 0,5 mL buffer 0,05 M dengan variasi pH 4, 5, 6, 7, 8,
dan 9. Sistem dikocok hingga homogen dan diinkubasi dalam penangas air
bersuhu 55 oC selama 10 menit. Selanjutnya ditambahkan TCA 0,1 M sebanyak 1
mL, vortex hingga homogen, dan inkubasi pada suhu 37 oC selama 10 menit,
kemudian disentrifus dengan kecepatan 3500 rpm selama 10 menit. Sebanyak
0,75 mL filtrat hasil sentrifugasi dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang berisi
2,5 mL Na2CO3 0,4 M dan 0,5 mL pereaksi Follin ciocalteu. Tabung divortex
hingga homogen dan diinkubasi pada suhu 37 oC selama 20 menit. Hasil diiukur
absorbansinya pada 578 nm. Proses diulang sebanyak 4 kali. Cara kerja tersebut
di atas diulangi untuk penentuan absorbansi larutan blanko dan larutan standar,
hanya pada penentuan absorbansi blanko dan standar penambahan larutan enzim
dilakukan setelah penambahan TCA.
3.3. Penentuan suhu optimum
Ke dalam 9 tabung reaksi masing-masing dimasukkan 0,1 mL larutan enzim
konsentrasi 0,1 g/mL, 0,5 mL kasein konsentrasi 0,02 g/mL, dan 0,5 mL buffer
0,05 M pH optimum enzim. Setiap tabung dikocok hingga homogen dan
diinkubasi dalam penangas air dengan variasi suhu 32 oC, 35 oC, 40 oC, 45 oC,
50 oC, 55 oC, 60 oC, 65 oC, 70 oC selama 10 menit. Selanjutnya ditambahkan
TCA 0,1 M sebanyak 1 mL dan 0,1 mL enzim, divortex hingga homogen, dan
diinkubasi pada suhu 37oC selama 10 menit. Kemudian disentrifus dengan
kecepatan 3500 rpm selama 10 menit. Filtrat hasil sentrifugasi sebanyak 0,75 mL
dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang berisi 2,5 mL Na2CO3 0,4 M dan 0,5
mL pereaksi Follin ciocalteu. Tabung divortex hingga homogen, dan diinkubasi
7
pada suhu 37 0C selama 20 menit, kemudian diukur absorbansinya pada 578
nm. Masing-masing pengukuran dilakukan 4 kali pengulangan. Cara kerja
tersebut di atas diulangi untuk penentuan absorbansi larutan blanko dan larutan
standar tirosin, hanya pada penentuan absorbansi blanko dan standar penambahan
larutan enzim dilakukan setelah penambahan TCA
3.4. Teori tentang enzim dan substrat
Kinetika enzim adalah proses bagaimana enzim mengikat suatu substrat
lalu mengubahnya menjadi produk. Kinetika enzim mengenal istilah substrat (S),
enzim (E), dan laju (V). Kinetika enzim dapat dibahas menggunakan rumus
Michaelis-Menten (Bairoch, 2000). Berdasarkan percobaan yang dilakukan
Michaelis-Menten, aktivitas enzim dapat dinyatakan berdasarkan suatu konstanta.
Konstanta ini disebut sebagai konstanta Michaelis-Menten (KM). Setiap enzim
memiliki nilai KM yang berbeda-beda. Nilai KM menunjukkan kekuatan ikatan
antara enzim dan substrat. Konstanta lain yang ditemukan adalah Kcat (turnover
number). Nilai Kcat memberikan nilai dan jumlah substrat yang terikat diap
detik. Nilai efektivitas suatu enzim diukur dengan rumus Kcat/KM (mangometri,
1993). Reaksi enzim berjalan dalam 2 tahap. Tahap pertama, enzim akan
membentuk kompleks dengan substrat (disebut E∙ S). Enzim kemudian bekerja
mengkatalis reaksi dan melepaskan produk. Kecepatan enzim membentuk
kompleks dengan substrat sebanding dengan kecepatan katalis enzim pada reaksi
hingga menghasilkan produk. Kecepatan maksimal (VMAX) dicapai.
3.5. Fungsi alat inkubator
Inkubator dapat digunakan untuk mempertahankan suhu optimum selama
periode pertumbuhan mikroba. Inkubator mempunyai prinsip kerja seperti oven,
dimana pengontrolan suhu dilakukan dengan menggunakan termostate. Dengan
demikian, suhu dapat diubah sesuai kebutuhan mikroba yang spesifik. Sebagian
besar inkubator menggunakan panas kering. Uap air disuplai dengan meletakkan
gelas Beaker berisi air dalam inkubator selama periode pertumbuhan. Kondisi
lembab mencegah terjadinya dehidrasi dari medium dan deangan demikian
menghindari terjadinya kesalahan hasil penelitian. Shaking waterbath adalah alat
yang digunakan untuk mengkultur mikroba. Alat ini dapat memanaskan dan
menggoyangkan. Keuntungan penggunaan alat ini adalah mempermudah dan
menyeragamkan penyebaran panas ke wadah kultur. Gerakan menggoyang
(agitation) dapat membantu meningkatkan proses aerasi sehingga mempercepat
pertumbuhan mikroba. Kerugian alat ini hanya dapat digunakan untuk mengkultur
mikroba dalam satu medium kaldu.
3.6. Syarat pemanenan madu
8
Syarat Pemanenan Madu Hutan Hasil penelitian mengungkapkan bahwa
perlengkapan yang digunakan saat pemanenan madu berlangsung oleh kelompok
tani yaitu harus membawa pisau stainless untuk mengiris madunya, wadah untuk
menyimpan madu, penutup muka untuk menghindari sengatan lebah dan akar
menyadin (tebaok) dipakai untuk mengusir lebah supaya lari dari sarangnya.
Berdasarkan hasil penelitian yang tidak bergabung kelompok tani perlengkapan
yang dibawa saat proses panen yaitu membawa wadah, penutup muka, akar
menyadin (tebaok) dan yang tidak bergabung kelompok tani menggunakan pisau
biasa yang bukan stainless untuk mengiris madunya. •Proses Panen Madu Hasil
penelitian waktu yang digunakan untuk proses pemanenan madu kelompok tani
yaitu pada siang hari. Berdasarkan hasil penelitian waktu yang digunakan untuk
proses pemanenan madu yang tidak bergabung kelompok tani yaitu pada malam
hari.
3.7. Uji kandungan madu
Penelitian ini dilakukan untuk mengisolasi dan mengidentifikasi senyawa
aktif pada madu serta menguji aktivitas antioksidan senyawa aktif dari madu
hutan. Hasil penelitian menunjukkan ekstrak metanol memberikan hasil positif
pada flavonoid, tanin, saponin, steroid dan alkaloid dengan nilai IC50 metode
DPPH sebesar 683,153 µg/mL. Ekstrak DCM memberikan hasil positif tanin,
steroid dan alkaloid dengan nilai IC50 701,743 µg/mL. Ekstrak n-heksan positif
mengandung tanin dan alkaloid dengan nilai IC50 1709,536 µg/mL, ekstrak air
positif tanin, saponin, steroid, alkaloid dengan nilai IC50 1698,345 µg/mL.
Sampel madu positif mengandung semua aspek yang diujikan dengan nilai IC50
2826,471 µg/mL. Hal ini menunjukkan ekstrak dan sampel memiliki aktivitas
antioksidan yang sangat lemah.
3.8. Dampak Pembuatan madu skala pabrik
Untuk dampak di bidang kesehatan, produksi madu dalam skala besar
sangat menguntungkan bagi penderita diabetes. Di mana penderita diabetes dapat
mengonsumsi madu secara terus menerus tanpa khawatir akan keterbatasan
produksi madu. Dalaam bidang ekonomi, produksi madu skala besar dapat
menguntungkan bagi pihak produsen karena dapat meningkatkan keuntungan dari
hassil penjualan madu tersebut.
Dalam bidang kesejahteraan masyarakat produksi madu skala pabrik
masyarakat lebih sehat karena mengonsumsi madu setiap hari, mencegah diabetes
karena pada madu tersebut tidak mengandung glukosa terlalu tinggi, menambah
lapangan pekerjaan, serta enambah khasanah keilmuan.
9
BAB 4 KESIMPULAN
4.1. Kesimpulan
Jadi rekayasa enzim pada Apis mellifera dapat meningkatkan produksi madu
skala pabrik. Dalam merealisasikan ekayasa enzim tersebut, kita harus melakukan
beberapa prosedur seeperti mempelajari teori enzim dan substrat terlebih dahulu,
kemudian melakukan uji coba pada tahun pertama, pengembangan pada tahun
kedua, produksi pada tahun ketiga, dan kemudian pemanenan. Dampak produksi
madu skala pabrik snangat menguntungkan di segala bidang seperti Kesehatan,
perekonomian, dan kesejahteraan masyarakat.
4.2. Dampak Produksi Madu Skala Besar Bagi Bangsa dan Negara
Mampu mencukupi swasembada madu di masyarakat, dengan adanya
madu dengan skala pabrik akan dapat menggeser gula sukrosa yang dapat memicu
diabetes jika dikonsumsi, dengan memproduksi madu skala pabrik dapat
mengekspor madu ke luar negeri sehingga dapat menambah devisa negara
10
DAFTAR PUSTAKA
Fatriani, Rezekiah AA, dan Fitriani A. 2014. Analisa Usaha Lebah Madu Hutan Dan
Kualitasnya. Jurnal Hutan Tropis/Volume 2 No. 1.
Santoso, Imam. 2006. Eksistensi Kearifan Lokal Pada Petani Tepian Hutan Dalam
Memelihara Kelestarian Ekosistem Sumber Daya Hutan. Jurnal
Wawasan/Vol.11, No 3.
Sopyan, I., Maulana, R. S., Rahayu, D., & Jatinangor, S. (2011). Validasi Metode
Analisis Senyawa Cefotaxime dengan Standar Internal Cefadroxil secara
Kromatografi Cair Kinerja Tinggi.
11
12
LAMPIRAN-LAMPIRAN
4.3 Lampiran 1. Biodata Ketua, Anggota, dan Dosen Pendamping
1. Biodata Ketua
A. Identitas Diri
1 Nama Lengkap Yudhistian
2 Jenis Kelamin Laki-laki
3 Program Studi Pendidikan Biologi
4 NPM 1103210012
5 Tempat dan Tanggal Lahir Lamongan, 31 Oktober 2002
6 Alamat E-mail
[email protected] 7 Nomor Telepon/HP 085855726455
A. Kegiatan Kemahasiswaan Yang Sedang/Pernah Diikuti
Status dalam Waktu dan
No Jenis Kegiatan
Kegiatan Tempat
1 -
- -
B. Penghargaan yang Pernah Diterima
Pihak Pemberi
No. Jenis Penghargaan Tahun
Penghargaan
1 - - -
Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar
dan dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila di kemudian hari
ternyata dijumpai ketidaksesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima
sanksi. Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi
salah satu persyaratan dalam pengajuan PKM-GFT.
Tuban, 17 Maret 2022
Ketua Tim
(Yudhistian)
13
16
4.4 Biodata Anggota 1
A. Identitas Diri
1 Nama Lengkap Prapto Suwondo
2 Jenis Kelamin Laki-Laki
3 Program Studi Biologi
4 NPM 1103210009
5 Tempat dan Tanggal Lahir Tuban, 19 November 2002
6 Alamat E-mail
[email protected] 7 Nomor Telepon/HP 003195310196
B. Kegiatan Kemahasiswaan yang Sedang/Pernah Diikuti
Status dalam Waktu dan
No Jenis Kegiatan
Kegiatan Tempat
C. Penghargaan yang Pernah Diterima
Pihak Pemberi
No. Jenis Penghargaan Tahun
Penghargaan
1 - - -
Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan
dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila di kemudian hari ternyata
dijumpai ketidaksesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima sanksi.
Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu
persyaratan dalam pengajuan PKM-GFT.
Tuban, 17 Maret 2022
Anggota 1
(Prapto Suwondo)
14
17
4.5 Biodata Anggota 2
A. Identitas Diri
1 Nama Lengkap Nen’gy Dwi Mei Ratna Sari
2 Jenis Kelamin Perempuan
3 Program Studi Pendidikan Biologi
4 NPM 1103210003
5 Tempat dan Tanggal Lahir Tuban, 05 Mei 2003
6 Alamat E-mail
[email protected] 7 Nomor Telepon/HP 085855056165
A. Kegiatan Kemahasiswaan Yang Sedang/Pernah Diikuti
Status dalam Waktu dan
No Jenis Kegiatan
Kegiatan Tempat
1 - - -
2 - - -
B. Penghargaan yang Pernah Diterima
Pihak Pemberi
No. Jenis Penghargaan Tahun
Penghargaan
1
- - -
Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan
dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila di kemudian hari ternyata
dijumpai ketidaksesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima sanksi.
Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu
persyaratan dalam pengajuan PKM-GFT.
Tuban, 17 Maret 2022
Anggota 2
(Nen’gy Dwi Mei Ratna
Sari)
15
16
4.6 Biodata Dosen Pendamping
A. Identitas Diri
1 Nama Lengkap (dengan gelar) Ali Mustofa, M.Pd
2 Jenis Kelamin Laki-laki
3 Program Studi Pendidikan Biologi
4 NIP/NIDN -/0720129501
5 Tempat dan Tanggal Lahir Tuban, 20 Desember 1995
7 Nomor Telepon/HP 082228643056
A. Riwayat pendidikan
Tahunn
No Jenjang Bidang Ilmu Institusi
Lulus
Universitas
PGRI
1 Sarjana (S1) Pendidikan Biologi 2017
Ronggolawe
Universitas
2 Magister (S2) Pendidikan Biologi 2020
Negeri Malang
A. Rekam Jejak Tri Dharma PT
Pendidikan / Pengajaran
No Nama Mata Kuliah Wajib/Pilihan sks
1 Morfologi Tumbuhan Wajib 3
2 Anatomi Tumbuhan Wajib 3
3 Struktur Hewan Wajib 3
4 Evolusi Wajib 3
5 Perkembangan Peserta Didik Wajib 2
Penelitian
No Judul Penelitian Penyandang Dana Tahun
1 Analysis of Environment Mandiri 2020
Literacy and Awareness
Caring for the Environment
at the Junior High School
Student
2 Study of the Use of Block PT Semen Indonesia 2021
17
Compos on the Growth of Pabrik Tuban
Teak (Tectona grandis) in
Used Lands of Kapur Stone
3 Pengembangan Butir Soal Mandiri 2021
Higher Order Thinking Skill
(HOTS) Materi Sistem
Koordinasi Pada Siswa SMA
Kelas XI
4 Analysis of Student Mandiri 2021
Research Skill and
Affective Character in
Microbiogy Class Trough
Mini Research Based
Learning During Covid 19
Pandemic
18
4.7Pengabdian Kepada Masyarakat
Judul Pengabdian kepada
No Penyandang Dana Tahun
Masyarakat
Pemanfaatan Limbah
Pertanian Sebagai Bahan
Pembuatan Pakan Ternak di DIPA LPM –
1 Desa leran Wetan UNIROW 2014
Kecamatan Palang
Kabupaten Tuban
Pelatihan Pembuatan
Brownies Kukus dan
DIPA LPM –
2 Tortilla Chips Jagung di 2015
UNIROW
Posdaya Langgeng Jaya
Desa Lerankulon
Pelatihan Pembuatan Es
Krim Jagung di Desa DIPA LPM –
3 Cepokorejo Kecamatan 2016
UNIROW
palang Kabupaten Tuban
Pembuatan Pupuk Kompos
dari Kotoran Ayam di Desa DIPA LPM –
4 Cepokorejo Kecamatan 2017
UNIROW
Palang Kabupaten Tuban
Budidaya Tanaman secara LPM-UNIROW dan
5 Hidroponik di Kecamatan Kecamatan Kerek 2018
kerek Kabupaten Tuban Kabupaten Tuban
Pendampingan Manajemen LPM-UNIROW dan
6 Administrasi Program Kecamatan Kerek 2018
P2KP-PKPS Kabupaten Tuban
LPM-UNIROW dan
Pendampingan Manajemen
7 Kecamatan Kerek 2019
Administrasi program OPP
Kabupaten Tuban
Pendampingan Optimalisasi
Pekarangan dan DIPA LPM –
8 Pembentukan Bank Sampah 2019
UNIROW
di Kelurahan Ronggomulyo
9 Pelatihan Pembuatan DIPA LPM – 2020
19
Antiseptik dan Hand
Sanitizer dari Daun Sirih
Guna Pencegahan UNIROW
Penyebaran COVID-19 di
Desa Sekardadi
Pendampingan Pemasaran
Online Produk Ikan Asap DIPA LPM –
10 2021
Poklahsar Karangsari UNIROW
Pendampingan Manajemen
Administrasi program LPM-UNIROW dan
11 Pemenuhan Angka Kecamatan Kerek 2021
Kecukupan Gizi Perkapita Kabupaten Tuban
Per Tahun
Pengembangan Desain
Area Perkebunan Salak
Sebagai Potensi Ekowisata
DIPA LPM –
12 Unggulan Kampung Salak 2020
UNIROW
Di Desa Rengel Kecamatan
Rengel Kabupaten Tuban,
Jawa Timur
Pendampingan Kajian Uji
Biologi Produk Hasil Olah
Collaborative Grants
Salak Warga Kampung
Program Unirow-PT
13 Salak Desa Rengel 2020
Semen Indonesia
Kecamatan Rengel
(Persero) Tbk
Kabupaten Tuban, Jawa
Timur
Biopori Sebagai Rekayasa
Green Building Pada Lahan
Sempit Di Sekolah Dasar
DIPA LPM –
14 Calon Sekolah Adiwiyata 2021
UNIROW
Di Desa Rengel Kabupaten
Tuban
Aplikasi Vertical Garden
Sebagai Green Art Pada
Sekolah Dasar Calon DIPA LPM –
15 2021
Sekolah Adiwiyata Di Desa UNIROW
Rengel Kabupaten Tuban
20
Strategi Pengelolaan Potensi
Kerjasana
Desa Untuk Meningkatkan
16 Universitas 2021
Antusiasme Ekowisata Di Brawijaya
Masa Pandemi Covid 19
21
Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan
dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila di kemudian hari ternyata
dijumpai ketidaksesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima sanksi.
Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu
persyaratan dalam pengajuan PKM-GFT.
Tuban, 17 Maret 2022
Dosen Pendamping
(Ali Mustofa, M.Pd.)
22
4.8Lampiran 2. Susunan Organisasi Tim Peneliti dan Pembagian Tugas
Alokasi
Program Bidang
No Nama/NPM Waktu Uraian Tugas
Studi Ilmu
(jam/minggu)
1. Ketua
2. Memonitoring
Yudhistian /
tahapan
1103210012
Pendidik 12 persiapan
1 -
an jam/minggu 3. Memonitoring
Biologi tahapan
pelaksanaan
4. Mengevaluasi
tiap tahap
1. Sekretaris
2. Mencatat setiap
tahapan riset
Prapto dalam catatan
12
2 Suwondo / Pendidikan - harian
1103210009 Biologi jam/minggu 3. Merapikan
semua hal
administrati
yang
diperlukan
1. Bendahara
2. Mencatat dan
Nen’gy Dwi
Pendidik mengatur semua
Mwi 12
3 -an - biaya
Ratnasari / jam/minggu
Bahasa administratif
1103210003
Inggris 3. Melakukan
dokumentasi
kegiatan
23
SURAT PERNYATAAN KETUA TIM PELAKSANA
Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama Ketua Tim : Yudhistian
Nomor Induk Mahasiswa : 1103210012
Program Studi : Pendidikan Biologi
Nama Dosen Pendamping : Ali Mustofa, M. Pd.
Perguruan Tinggi : Universitas PGRI Ronggolawe
Dengan ini menyatakan bahwa proposal PKM-GFT saya dengan judul “Rekayasa
Enzimatis pada Apis mellifera sebagai Katalis Sukrosa untuk Mewujudkan
Indonesia Swasembada Madu Nasional” yang diusulkan untuk tahun anggaran
2022 adalah asli karya kami dan belum pernah dibiayai oleh lembaga atau sumber
dana lain.
Bilamana dikemudian hari ditemukan ketidaksesuaian dengan pernyataan ini,
maka saya bersedia dituntut dan diproses sesuai dengan ketentuan yang berlaku
dan mengembalikan seluruh biaya yang sudah diterima ke kas negara.
Demikian pernyataan ini dibuat dengan sesungguhnya dan dengan sebenar-
benarnya.
Tuban, 16 Maret
2022
Yang menyatakan,
Yudhistian
NPM. 1103210012