T4-MULAI DARI DIRI
Nama Nurhayati
NIM 124201560
Prodi PGSD B
Mata Kuliah Perancangan dan
Pengembangan Kurikulum
Kuis
1. Petakan apa yang Anda pikirkan atau sudah Anda ketahui. Apa yang Anda ketahui
tentang topik tersebut?
Jawab:
Apa yang saya ketahui tentang Pendidikan 2030 berdasarkan pengalaman di lapangan
selama PPL adalah bahwa konsep ini menekankan pendidikan yang inklusif, berkualitas,
dan berkelanjutan. Dalam praktiknya, ini berarti setiap peserta didik, tanpa memandang
latar belakang sosial, ekonomi, atau kondisi fisik, harus mendapatkan kesempatan belajar
yang sama.
Beberapa poin utama yang saya lihat di sekolah tempat saya PPL terkait dengan prinsip
Pendidikan 2030:
1. Inklusivitas dalam Pembelajaran
Ada upaya untuk memberikan pendidikan bagi semua peserta didik, termasuk mereka
yang memiliki kebutuhan khusus.
Beberapa guru mulai menerapkan diferensiasi pembelajaran, meskipun masih terbatas
karena keterbatasan sumber daya dan pelatihan.
2. Pendidikan Berkualitas dan Berorientasi Masa Depan
Kurikulum mulai berfokus pada pengembangan keterampilan abad ke-21, seperti
berpikir kritis dan kolaborasi.
Metode pembelajaran aktif, seperti diskusi dan proyek kelompok, sudah diterapkan,
tetapi masih ada tantangan dalam pelaksanaannya.
3. Akses Pendidikan yang Lebih Luas dengan Teknologi
Penggunaan teknologi dalam pembelajaran sudah mulai diterapkan, meskipun belum
merata.
Masih ada kendala dalam akses internet dan perangkat teknologi bagi peserta didik
dari keluarga kurang mampu.
2. Kembali ke masa lalu. Bagaimana topik tersebut muncul dalam berbagai
bentuk/konteks/tempat selama 10 tahun terakhir?
Jawab :
Selama sepuluh tahun terakhir, konsep Pendidikan 2030 telah berkembang dan muncul
dalam berbagai bentuk kebijakan pendidikan di Indonesia. Salah satu perkembangan
utamanya adalah implementasi Kurikulum 2013 (K-13) yang mulai diterapkan pada tahun
2013, dengan fokus pada penguatan karakter, keterampilan berpikir kritis, dan
pembelajaran aktif. Setelah Agenda Sustainable Development Goals (SDGs), khususnya
SDG 4 tentang pendidikan, diadopsi secara global pada tahun 2015, Indonesia mulai
menyesuaikan kebijakan pendidikannya agar lebih inklusif dan berkualitas. Pada tahun
2019, kebijakan Merdeka Belajar diperkenalkan untuk memberikan fleksibilitas bagi guru
dan peserta didikdalam metode pengajaran serta penilaian.
Selain itu, teknologi juga semakin berperan dalam dunia pendidikan. Sejak tahun 2016,
mulai berkembang berbagai platform pembelajaran berbasis digital, seperti aplikasi
edukasi dan e-learning. Transformasi digital ini semakin dipercepat akibat pandemi
COVID-19 pada tahun 2020, yang mendorong penggunaan Google Classroom, Zoom, dan
berbagai platform daring lainnya untuk memastikan keberlanjutan pembelajaran. Setelah
pandemi, banyak sekolah mulai menerapkan blended learning, yaitu kombinasi
pembelajaran tatap muka dan daring, sebagai bagian dari adaptasi terhadap perubahan.
Dalam aspek pendidikan inklusif dan kesetaraan akses, kesadaran akan pentingnya
pendidikan bagi semua anak mulai meningkat sejak tahun 2014. Banyak sekolah mulai
membuka akses bagi peserta didikberkebutuhan khusus dengan menyediakan program
inklusif. Pada tahun 2019, pemerintah juga meningkatkan dukungan bagi peserta didikdari
keluarga kurang mampu, seperti melalui bantuan kuota internet dan program beapeserta
didikpendidikan.
3. Jangkau ke masa depan. Menurut Anda bagaimana topik ini akan berkembang 10
tahun ke depan?
Jawab :
Dalam 10 tahun ke depan, Pendidikan 2030 akan semakin berbasis teknologi dengan
penggunaan AI, pembelajaran adaptif, dan platform digital interaktif. Guru akan berperan
sebagai fasilitator, sementara blended learning berkembang menjadi hybrid learning yang
lebih fleksibel. Pendidikan akan lebih berorientasi pada keterampilan praktis dan proyek,
menyiapkan peserta didikmenghadapi dunia kerja yang dinamis. Inklusivitas juga akan
meningkat dengan subsidi teknologi dan beapeserta didikbagi kelompok kurang
terjangkau. Selain itu, pendidikan karakter dan literasi digital akan menjadi fokus utama
untuk membentuk individu yang cerdas, etis, dan siap menghadapi tantangan global.
4. Petakan bagaimana pemikiran Anda tentang topik tersebut telah berubah.
Bagaimana Anda memandang topik tersebut sekarang?
Jawab :
Pemikiran saya tentang Pendidikan 2030 telah berubah dari sekadar konsep global menjadi
sesuatu yang lebih nyata dan relevan dalam praktik di sekolah. Awalnya, saya melihatnya
hanya sebagai visi besar tentang pendidikan inklusif dan berkualitas. Namun, setelah
mengamati penerapannya di lapangan, saya menyadari bahwa konsep ini benar-benar
berdampak pada kebijakan pendidikan, seperti Merdeka Belajar, digitalisasi pembelajaran,
dan pendidikan inklusif. Sekarang, saya memahami bahwa Pendidikan 2030 bukan hanya
tentang akses ke pendidikan, tetapi juga tentang bagaimana pendidikan harus adaptif,
inovatif, dan relevan dengan kebutuhan masa depan. Teknologi, fleksibilitas dalam
pembelajaran, serta penguatan karakter menjadi aspek kunci dalam membentuk peserta
didikyang siap menghadapi tantangan global. Saya semakin melihat pentingnya peran guru
dalam menerapkan prinsip ini, tidak hanya dengan metode mengajar yang lebih kreatif,
tetapi juga dengan membimbing peserta didikagar mampu berpikir kritis dan mandiri.
5. Sebagai refleksi, apakah Anda terbiasa menggunakan pendekatan pembelajaran
berpusat pada guru ataukah berpusat pada peserta didik? Jelaskan apa yang
mencirikan pendekatan pembelajaran Anda sehingga sesuai dengan rancangan
pembelajaran (berpusat pada guru atau siswa).
Jawab :
Saya lebih cenderung menggunakan pendekatan pembelajaran yang berpusat pada peserta
didik karena saya percaya bahwa peserta didikharus aktif dalam proses belajar, bukan
sekadar menerima informasi dari guru. Dalam mengajar, saya berusaha menciptakan
suasana yang interaktif dan eksploratif, di mana peserta didikdidorong untuk berpikir
kritis, bertanya, berdiskusi, dan menemukan solusi sendiri. Beberapa ciri pendekatan saya
yang mencerminkan pembelajaran berpusat pada peserta didikadalah:
1. Metode aktif dan kolaboratif, seperti diskusi kelompok, studi kasus, dan pembelajaran
berbasis proyek.
2. Menggunakan teknologi dan media interaktif, seperti video pembelajaran, kuis daring,
atau simulasi untuk meningkatkan keterlibatan siswa.
3. Memberikan kebebasan berpikir dan bereksplorasi, misalnya dengan pertanyaan
terbuka yang mendorong peserta didikmenyusun argumen dan menyampaikan
pendapat mereka sendiri.
4. Menerapkan pembelajaran diferensiasi, di mana saya menyesuaikan metode dan
materi sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan masing-masing siswa.