Bab 1-2
Bab 1-2
PENDAHULUAN
tentang Apotek, Apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian yang pekerjaan kefarmasian
penyaluran obat, pengololaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi
obat, serta pengembangan obat, bahan obat, dan obat tradisional. Apoteker memiliki peran
untuk memberikan pelayanan langsung dan bertanggung jawab kepada pasien yang berkaitan
dengan sediaan farmasi dengan maksud untuk mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan
Apoteker merupakan sarjana farmasi yang telah lulus pendidikan profesi dan telah
satu tenaga kesehatan dalam bidang kefarmasian yang berhubungan langsung dengan
masyarakat, dituntut untuk dapat melakukan pelayanan kefarmasian terbaik pada masyarakat
agar masyarakat mampu untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup
sehat sehingga akan terwujud derajat kesehatan yang setinggi-tingginya sebagai investasi
bagi pembangunan sumber daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomi.
bergeser orientasinya dari drug oriented ke patient oriented yang mengacu kepada
1
Pharmaceutical care. Sebagai konsekuensi perubahan tersebut, perlu dilakukan penerapan
asuhan kefarmasian yang baik atau GPP (Good Pharmaceutical Practice) di Apotek yang
profesionalitas tenaga kesehatan maka Program Studi Profesi Apoteker Universitas Garut
mengadakan kegiatan PKPA (Praktek Kerja Profesi Apoteker) dijadikan sebagai bentuk
pendidikan dan latihan bagi calon Apoteker agar dapat memahami dan mengerti peran dan
tanggung jawab Apoteker di Apotek serta mengetahui segala kegiatan di Apotek. Untuk
mencapai hal tersebut, maka Program Studi Profesi Apoteker fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Universitas Garut sebagai Institusi Pendidikan bekerja sama dengan
Apotek Darmawan untuk menyelenggarakan Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA) bagi
calon Apoteker untuk siap menjadi Apoteker yang profesional, legal, dan beretika.
Tujuan dari PKPA yang diselenggarakan oleh Program Studi Profesi Apoteker
Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA) dilaksanakan pada tanggal 01 Juni – 27 juni
2025, di Apotek Darmawan yang berlokasi di kawasan Jl. Ahmad Yani Timur No. 05
Bunderan Suci Garut. Pembagian waktu PKPA di Apotek Darmawan dibagi menjadi 2
shift yaitu Pagi: 08.00 – 15.00 WIB dan Siang: 15.00 – 22.00 WIB.
3
BAB II
TINJAUAN UMUM
tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek, definisi Apotek adalah sebagai sarana
pelayanan kefarmasian di mana Apoteker melakukan praktik kefarmasian. Hal ini berarti
Apotek tidak hanya merupakan tempat untuk mendapatkan obat, tetapi juga sebagai pusat
pelayanan kefarmasian yang menyediakan berbagai layanan terkait pengelolaan obat dan
Selain itu, Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 9 Tahun 2017 tentang
Apotek juga mengonfirmasi bahwa Apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian di mana
Apoteker melakukan praktik kefarmasian. Hal ini menegaskan bahwa fungsi utama Apotek
adalah sebagai tempat di mana Apoteker bertanggung jawab dalam memberikan pelayanan
mulai dari pengadaan, penyimpanan, distribusi obat, pelayanan obat atas resep dokter, hingga
Secara keseluruhan, Apotek tidak hanya berfungsi sebagai tempat untuk memperoleh
obat, tetapi juga sebagai lembaga pelayanan kesehatan yang memiliki peran penting dalam
4
memastikan keamanan, efektivitas, dan ketersediaan obat yang dibutuhkan oleh masyarakat.
Peran Apoteker dalam Apotek sangat sentral dalam memberikan layanan kefarmasian yang
menjelaskan bahwa Apoteker dapat mendirikan Apotek dengan modal sendiri dan atau modal
dari pemilik modal baik perorangan maupun perusahaan dan juga Apoteker yang mendirikan
Apotek bekerjasama dengan pemilik modal maka pekerjaan kefarmasian harus tetap
dilakukan sepenuhnya oleh Apoteker yang bersangkutan. Pendirian Apotek harus memenuhi
persyaratan, yaitu:
1. Lokasi
kefarmasian.
2. Bangunan
dalam pemberian pelayanan kepada pasien serta perlindungan dan keselamatan bagi
semua orang termasuk penyandang cacat, anak-anak, dan orang lanjut usia. Bangunan
Apotek harus bersifat permanen dan juga dapat menjadi bagian dari pusat perbelanjaan,
apartemen, rumah toko, rumah, kantor, rumah susun, dan bangunan yang sejenis.
5
3. Sarana, Prasarana dan Peralatan
Penerimaan resep.
Konseling
Arsip.
Instalasi listrik.
pelayanan kefarmasian. Peralatan meliputi rak obat, alat peracikan, bahan pengemas obat,
lemari pendingin, meja, kursi, komputer, sistem pencatatan mutasi obat, formulir catatan
pengobatan pasien dan peralatan lain sesuai kebutuhan. Formulir catatan pasien
merupakan catatan mengenai riwayat penggunaan sediaan farmasi dan alat kesehatan atas
permintaan tenaga medis dan catatan pelayanan Apoteker yang diberikan kepada pasien.
Apotek dapat dibantu oleh Apoteker Iain. Tenaga Teknis Kefarmasian dan tenaga
6
administasi. Tenaga Teknis Kefarmasian wajib memiliki surat izin praktik sesuai
Menurut Peraturan Pemerintah No. 51 tahun 2009, tugas dan fungsi Apotek adalah
pemerintah dalam menyediakan obat secara merata dengan harga yang teiangkau
Izin pendirian apotek dilakukan berdasarkan sistem online single submission- risk
based approch (OSS RBA), yaitu pelayanann perizinan berusaha terintegrasi seacara
7
a. Pemohon mengajukan berkas permohonan, antara lain:
Fotokopi akta notaris pendirian perusahaan (bila ada), fotokopi sertifikat lain fungsi
bangunan.
BAP (Berita Acara Pemeriksaan) dari Dinas Kesehatan, mengisi surat- surat
b. Berkas pemohon yang telah lengkap selanjutnya dilakukan validasi dan meminta
diterima oleh DPMPT (Dinas Penanaman Modal dan Perizinan Satu Pintu) diajukam
draf izin.
undangan.
8
Setiap pendirian apotek wajib memiliki izin dari Menteri dan melimpahkan
kewenangan kepada pemerintah daerah Kabupaten/Kota. Izin yang dimaksud berupa Surat
Izin Apotek (SIA). Surat Izin Apotek ini berlaku 5 (lima) tahun dan dapat diperpanjang
Untuk memperoleh Surat Izin Apotek (SIA), berdasarkan Permenkes RI No 14, 2021
dilakukan secara online melalui OSS RBA (Online Single Submission Risk Base
Approach). Berikut adalah alur pengurusan SIA dengan menggunakan sistem OSS RBA :
orang yang sama, maka pengajuan bisa secara perorangan (PT. Perorangan). Namun jika
PSA dan Apotekernya adalah orang yang berbeda, maka pengajuannya harus dalam bentuk
badan hukum seperti (PT, Yayasan, ataupun koperasi). Syarat yang harus dipenuhi untuk
pengajuan diantaranya :
Lokasi, meliputi info geotag, informasi mengenai lokasi apotek, dan surat pernyataan
Bangunan, meliputi denah bangunan dengan ukuran yang jelas sesuai dengan
peraturan yang telah ditetapkan untuk Apotek seperti adanya ruang tunggu, display
9
Tahun 2021. Contohnya desain papan Apotek yang terdiri atas papan nama Apotek
serta papan nama Praktek Apoteker dengan ukuran yang sesuai dengan format IAI.
Sumber Daya Manusia. Informasi mengenai SDM ini bisa dibuat seperti struktur
organisasi, tugas pokok serta fungsi SDM, data APJ (Apoteker Penanggung Jawab)
Isi kode KBLI (Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia). Untuk memudahkan bisa
langsung isi kode dengan 47721 atau bisa langsung tulis Apotek
3. Mengurus SIPA
10
Apoteker lalu membuat akun NIB (Nomer Induk Berusaha) sebagai pengganti SIA
(Surat Izin Apotek) yang bekerja di fasilitas pelayanan kefarmasian dapat memiliki paling
banyak 3 SIPA untuk fasilitas pelayanan kefarmasian, semantara apoteker yang memiliki
SIA (Surat Izin Apotek), boleh memiliki paling banyak 2 SIPA di fasilitas pelayanan
kefarmasian lainnya.
Apoteker persyaratannya yaitu: KTP, NPWP, STRA, Surat Rekomendasi, Pas Foto,
Surat Rekomendasi, Pas Foto, Surat Keterangan Praktik dari Apoteker dan Pimpinan
Siapkan berkas-berkas yang tertera diatas (sesuai dengan persyaratan) untuk di upload
pada sistem OSS RBA. Setelah semua berkas di upload, maka akan ada visitasi oleh Dinas
Kesehatan atau dapat langsung menghubungi pihak Dinas Kesehatan setempat untuk
(Sertifikat Standar) dan akan disetujui oleh pihak DPMPTSP (Dinas Penanaman Modal
Pelayanan Terpadu Satu Pintu) dan izin apotek akan terbit via OSS. Selanjutnya download
11
Standar pelayanan kefarmasian merupakan suatu tolak ukur yang digunakan
Kegiatan tersebut harus didukung oleh sumber daya manusia, sarana dan prasarana. Tujuan
c. Melindungi pasien dan masyarakat dari penggunaan obat yang tidak rasional dalam
Secara umun standar pelayanan kefarmasian di apotek diatur dalam Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia No. 73 tahun 2016 tentang standar pelayanan kefarmasian
di Apotek yang secara garis besar dibagi menjadi 2 yaitu, kegiatan yang bersifat
manajerial berupa pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis
1. Perencanaan
Bahan Medis Habis Pakai perlu diperhatikan pola penyakit, pola konsumsi, budaya dan
kemampuan masyarakat.
2. Pengadaan
12
3. Penerimaan
jumlah, mutu, waktu penyerahan dan harga yang tertera dalam surat pesanan dengan kondisi
4. Penyimpanan
Obat/ bahan obat harus disimpan dalam wadah asli dari pabrik. Dalam hal
pengecualian atau darurat dimana isi dipindahkan pada wadah lain, maka harus dicegah
terjadinya kontaminasi dan harus ditulis informasi yang jelas pada wadah baru. Wadah
sekurang kurangnya memuat nama obat, nomor bets dan tanggal kedaluwarsa.
a) Semua obat/ bahan obat harus disimpan pada kondisi yang sesuai sehingga terjamin
d) Pengeluaran obat memakai sistem FEFO (First Expire First Out) dan FIFO (First In
First Out).
5. Pemusnahan
Obat kedaluwarsa atau rusak harus dimusnahkan sesuai dengan jenis dan bentuk
oleh Apoteker dan disaksikan oleh tenaga kcfarmasian lain yang mcmiliki surat
izin praktik atau surat izin kerja. Pemusnahan dibuktikan dengan berita acara
pemusnahan. Resep yang telah disimpan melebihi jangka waktu 5 (lima) tahun
pemusnahan lain yang dibuktikan dengan Berita Acara (BA) Pemusnahan Resep
Pemusnahan dan penarikan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai
yang tidak dapat digunakan harus dilaksanakan dengan cara yang sesuai
penarikan oleh BPOM (mandatory recall) atau berdasarkan inisiasi sukarela oleh
pemilik izin edar (voluntary recall) dengan tetap memberikan laporan kepada
Kepala BPOM.
Penarikan Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai dilakukan terhadap
6. Pengendalian
kebutuhan pelayanan, melalui pengaturan sistem pesanan atau pengadaan, penyimpanan dan
persediaan dilakukan menggunakan kartu stok baik dengan cara manual atau elektronik.
Keschatan, dan Bahan Medis Habis Pakai meliputi pengadaan (surat pesanan, faktur),
penyimpanan (kartu stok), penyerahan (nota atau struk penjualan) dan pencatatan lainnya
disesuaikan dengan kebutuhan. Pelaporan terdiri dari pelaporan internal dan eksternal.
Apotek, meliputi keuangan, barang dan laporan lainnya. Pelaporan eksternal merupakan
pelaporan yang dibuat untuk memenuhi kewajiban sesuai dengan ketentuan peraturan
Petunjuk teknis mengenai pencatatan dan pelaporan akan diatur lebih lanjut oleh Direktur
Jenderal.
Kegiatan farmasi klinik di apotek meliputi beberapa aspek antara lain pengkajian resep
dan pelayanan resep, dispensing, pelayanan informasi obat, konseling, home care, PTO dan
MESO.
pertimbangan klinis.
15
Kajian administratif meliputi:
Nama pasien, umur, jenis kelamin, dan berat badan.
Nama dokter, nomor Surat Izin Praktik (SIP), alamat, nomor telepon, paraf.
Tanggal penulisan resep.
Stabilitas.
Reaksi Obat yang tidak diinginkan (alergi, efek samping obat, manifestasi klinis
lain).
Kontra indikasi.
Interaksi Obat.
2. Dispensing
16
nama obat, expired date dan keadaan fisik obat.
Menempelkan label "kocok dahulu” pada sediaan bentuk suspensi atau emulsi.
d. Memasukkan obat ke dalam wadah yang tepat dan terpisah untuk obat yang
berbeda untuk menjaga mutu obat dan menghindari penggunaan yang salah.
mengenai penulisan nama pasien pada etiket, cara penggunaan serta jenis dan
Memberikan informasi cara penggunaan obat dan hal-hal yang tcrkait dcngan
obat antara lain manfaat obat, makanan dan minuman yang harus dihindari,
1. Penyerahan obat kepada pasien hendaklah dilakukan dengan cara yang baik,
mengingat pasien dalam kondisi tidak sehat mungkin emosinya tidak stabil.
17
3. Membuat salinan resep sesuai dengan resep asli dan diparaf oleh Apoteker
(apabila diperlukan).
Apoteker di Apotek juga melayani obat non resep atau pelayanan swamedikasi.
Apoteker harus memberikan edukasi kepada pasien yang memerlukan obat non resep
untuk penyakit ringan dengan memilihkan obat bebas atau bebas terbatas yang sesuai.
Pelayanan Informasi Obat adalah aktivitas yang dilakukan oleh Apoteker untuk
menyediakan informasi tentang obat yang objektif, kritis, dan berbasis bukti terbaik.
Informasi ini diberikan kepada profesional kesehatan lainnya, pasien, atau masyarakat
umum. Obat yang dimaksud mencakup obat resep, obat bebas, dan obat herbal. Informasi
yang disampaikan mencakup berbagai aspek seperti dosis, bentuk sediaan, formulasi khusus,
cara dan metode pemberian, farmakokinetik, farmakologi, terapeutik dan alternatif, efikasi,
keamanan penggunaan pada ibu hamil dan menyusui, efek samping, interaksi, stabilitas,
ketersediaan, harga, serta sifat fisik atau kimia dari obat. Dokumentasi pelayanan informasi
obat sangat penting untuk memudahkan penelusuran kembali informasi dalam waktu yang
singkat.
4. Konseling
Konseling adalah proses interaktif antara Apoteker dan pasien atau keluarganya
yang dihadapi pasien. Pada awal konseling, Apoteker menggunakan tiga pertanyaan
utama untuk memastikan bahwa pasien atau keluarganya memahami obat yang
digunakan. Kriteria pasien atau keluarga pasien yang memerlukan konseling meliputi:
Pasien dengan kondisi khusus seperti pediatri, geriatri, gangguan fungsi hati dan/ atau
Pasien dengan terapi jangka panjang atau penyakit kronis seperti tuberkulosis (TB),
Pasien yang menggunakan obat dengan indeks terapi sempit seperti digoksin, fenitoin,
dan teofilin.
Pasien dengan polifarmasi, yaitu pasien yang menerima beberapa obat untuk indikasi
penyakit yang sama atau menerima lebih dari satu obat untuk penyakit yang biasanya
diberikan oleh apoteker melalui kunjungan ke rumah pasien, khususnya ditujukan bagi
kelompok lansia dan pasien dengan penyakit kronis. Jenis pelayanan kefarmasian di rumah
Proses Terapi Obat (PTO) adalah upaya untuk memastikan bahwa pasien menerima
terapi obat yang efektif dan terjangkau, dengan tujuan memaksimalkan efikasi dan
f. Pasien yang menerima obat yang sering diketahui menyebabkan reaksi merugikan
Monitoring Efek Samping Obat (MESO) adalah kegiatan pemantauan setiap respon
merugikan atau tidak diharapkan terhadap obat yang terjadi pada dosis normal yang
digunakan pada manusia untuk tujuan profilaksis, diagnosis, terapi, atau memodifikasi fungsi
fisiologis.
20
Kegiatan yang dilakukan dalam MESO meliputi:
a. Mengidentifikasi obat dan pasien yang memiliki risiko tinggi mengalami efek
samping obat.
21
22