Makalah Tpack Nurhidayah 98 Pil
Makalah Tpack Nurhidayah 98 Pil
                    Dosen Pengampu :
                    Dr. Sudarto, M. Pd
                      Disusun Oleh:
                     NURHIDAYAH
                      220407562013
                       Kelas 98 PIL
                                                       1
                             KATA PENGANTAR
         Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
rahmat dan karunia-Nya, makalah ini dapat diselesaikan dengan baik. Makalah ini
disusun untuk membahas konsep TPACK (Technological Pedagogical Content
Knowledge), sebuah model pengetahuan yang sangat penting dalam konteks
pendidikan abad ke-21. Dalam makalah ini, kami akan menguraikan definisi
TPACK, manfaat penerapannya dalam bidang pendidikan dan pembelajaran, serta
bagaimana TPACK berhubungan dengan peran guru dan calon guru dalam
menghadapi tantangan teknologi yang semakin berkembang.
Penulis
                                                                              ii
                                                 DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...........................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................1
     A. Latar Belakang...........................................................................................1
     B. Rumusan Masalah.....................................................................................2
     C. Tujuan........................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................3
     A. Menjelaskan Pengetian TPACK (TK, CK, dan PK).................................3
     B. Menjelaskan Manfaat TPACK di Bidang Pendidikan dan Pembelajaran. 13
     C. Hubungan TPACK dengan Peran Guru dan Calon Guru..........................26
BAB III PENUTUP...............................................................................................52
     A. Saran..........................................................................................................52
     B. Kesimpulan................................................................................................52
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................53
                                                                                                                          iii
                                     BAB I
                              PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
         Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah membawa
   perubahan besar dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk dalam dunia
   pendidikan. Seiring dengan kemajuan teknologi digital dan peralihan dari era
   Revolusi Industri 4.0 menuju Society 5.0, sistem pendidikan dituntut untuk
   lebih adaptif dalam menghadapi tantangan zaman. Konsep Society 5.0 sendiri
   menekankan pada integrasi teknologi dalam kehidupan manusia, termasuk
   dalam pembelajaran, guna menciptakan pendidikan yang lebih efisien,
   interaktif, dan sesuai dengan kebutuhan abad ke-21. Seiring dengan perubahan
   ini, paradigma dalam dunia pendidikan juga mengalami pergeseran dari
   metode pembelajaran konvensional menuju pendekatan yang lebih inovatif
   dan berbasis teknologi. Penggunaan teknologi dalam pembelajaran tidak lagi
   hanya bersifat sebagai alat bantu tambahan, tetapi menjadi bagian integral
   dalam mendukung efektivitas pengajaran. Oleh karena itu, guru dan tenaga
   pendidik   harus   mampu     mengadaptasi    dan   mengembangkan      strategi
   pembelajaran yang memadukan teknologi dengan pedagogi serta konten
   pembelajaran agar dapat menciptakan pengalaman belajar yang lebih efektif
   dan menarik bagi peserta didik.
         Salah satu pendekatan yang dapat diterapkan dalam pembelajaran
   modern adalah Technological Pedagogical Content Knowledge (TPACK).
   TPACK merupakan suatu kerangka kerja yang mengintegrasikan tiga elemen
   utama dalam pembelajaran, yaitu Technological Knowledge (TK) –
   Pengetahuan mengenai teknologi yang dapat digunakan dalam pembelajaran,
   seperti perangkat lunak, aplikasi pembelajaran, media interaktif, dan berbagai
   alat digital lainnya. Pedagogical Knowledge (PK) – Pengetahuan tentang
   strategi dan metode pengajaran yang efektif, termasuk pemilihan model
   pembelajaran, pengelolaan kelas, serta asesmen hasil belajar siswa. Content
   Knowledge (CK) – Pemahaman mendalam tentang materi atau bidang ilmu
   yang diajarkan kepada siswa. Ketiga elemen tersebut saling berkaitan dan
   harus dikuasai oleh seorang pendidik agar dapat menerapkan pembelajaran
                                                                               1
yang efektif. Dalam implementasi TPACK, guru tidak hanya dituntut untuk
memahami konten yang diajarkan, tetapi juga harus memiliki keterampilan
dalam memilih strategi pembelajaran yang sesuai serta mengintegrasikan
teknologi guna meningkatkan pemahaman siswa.
      Namun,      meskipun     TPACK       menawarkan       banyak     manfaat,
implementasinya di dunia pendidikan masih menghadapi berbagai tantangan.
Beberapa kendala yang sering dihadapi antara lain: Kurangnya pemahaman
guru mengenai integrasi teknologi dalam pembelajaran – Banyak guru masih
kesulitan dalam mengadaptasi teknologi sebagai bagian dari proses
pembelajaran, baik karena keterbatasan keterampilan digital maupun
kurangnya pelatihan yang memadai. Keterbatasan fasilitas dan infrastruktur
teknologi – Tidak semua sekolah memiliki akses yang memadai terhadap
perangkat teknologi seperti komputer, tablet, atau koneksi internet yang stabil,
sehingga penerapan TPACK tidak bisa berjalan optimal di semua lingkungan
pendidikan. Kendala dalam pengembangan kurikulum berbasis TPACK –
Integrasi teknologi dalam pembelajaran memerlukan penyesuaian dalam
kurikulum, termasuk dalam penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP) yang berbasis TPACK agar sesuai dengan kebutuhan siswa dan standar
pendidikan yang berlaku. Minimnya dukungan dan kebijakan dari institusi
pendidikan – Kurangnya kebijakan dan dukungan dari pihak sekolah maupun
pemerintah dalam menyediakan pelatihan dan sumber daya bagi guru menjadi
salah satu faktor yang menghambat penerapan TPACK secara luas.
      Untuk mengatasi tantangan tersebut, diperlukan strategi yang
komprehensif dalam meningkatkan penerapan TPACK di dunia pendidikan.
Beberapa langkah yang dapat dilakukan antara lain: Pelatihan dan
pengembangan kompetensi guru dalam bidang TPACK, baik melalui program
sertifikasi, seminar, maupun workshop teknologi pendidikan. Penyediaan
sarana dan prasarana teknologi yang memadai di sekolah-sekolah agar guru
dan siswa dapat mengakses perangkat teknologi secara lebih optimal.
Pengembangan kebijakan pendidikan yang mendukung penerapan TPACK,
seperti integrasi teknologi dalam kurikulum, penyusunan modul pembelajaran
berbasis digital, serta peningkatan akses terhadap platform e-learning.
                                                                              2
   Kolaborasi antara akademisi, praktisi pendidikan, dan pemerintah dalam
   menciptakan model pembelajaran yang efektif dan berbasis teknologi. Dengan
   memahami dan menerapkan konsep TPACK secara optimal, diharapkan
   pendidikan di Indonesia dapat bertransformasi menjadi lebih modern dan
   adaptif terhadap perkembangan zaman. Guru dan tenaga pendidik sebagai
   aktor    utama   dalam   dunia   pendidikan      perlu   terus   mengembangkan
   kompetensinya dalam mengintegrasikan teknologi, pedagogi, dan konten agar
   dapat menciptakan pengalaman belajar yang lebih inovatif, efektif, dan
   relevan dengan kebutuhan siswa di era digital.
           Makalah ini akan membahas lebih lanjut mengenai konsep dasar
   TPACK, manfaatnya dalam pembelajaran, serta tantangan dan solusi dalam
   implementasinya. Dengan pemahaman yang lebih mendalam, diharapkan para
   pendidik dapat mengembangkan metode pengajaran yang lebih inovatif guna
   meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia.
B. Rumusan Masalah
   1. Apa yang dimaksud TPACK (TK, CK, dan PK)?.
   2. Apa Manfaat TPACK di Bidang Pendidikan dan Pembelajaran?.
   3. Bagaimana Hubungan TPACK dengan Peran Guru dan Calon Guru?.
C. Tujuan
   1. Menjelaskan Pengetian TPACK (TK, CK, dan PK).
   2. Menjelaskan Manfaat TPACK di Bidang Pendidikan dan Pembelajaran.
   3. Hubungan TPACK dengan Peran Guru dan Calon Guru.
                                                                                3
                                   BAB II
                              PEMBAHASAN
                                                                            4
perkembangan era dari revolusi industry 4.0 ke era society 5.0 yang
ditunjukan dengan perkembangan teknologi terus menerus terjadi.
Misalkan perkembangan note book mulai dari core i3 menjadi core i7.
Perkembangan note book yang sangat pesat ini sangat membantu dalam
menginstal aplikasi yang membantu pendidik dalam penelitian, membuat
bahan ajar, dan membuat administrasi Pendidikan. Technological
Knowledge (TK) merupakan aspek penting dalam dunia pendidikan
modern yang mencakup pemahaman tentang perangkat keras (hardware)
dan perangkat lunak (software) yang digunakan dalam berbagai aktivitas
pembelajaran dan administrasi pendidikan. Guru dan calon guru
diharapkan memiliki kemampuan untuk menggunakan teknologi secara
efektif dalam proses pembelajaran, baik dalam menyampaikan materi,
menyusun bahan ajar, maupun dalam mengelola administrasi akademik.
Penguasaan TK meliputi pemahaman tentang media pembelajaran
berbasis teknologi, seperti penggunaan aplikasi presentasi (misalnya
Microsoft PowerPoint dan Google Slides), pembuatan bahan ajar digital
(seperti modul interaktif, LKS digital, dan ringkasan materi dalam bentuk
e-book), serta pemanfaatan teknologi dalam penyusunan evaluasi
pembelajaran, seperti penggunaan aplikasi kuis online dan sistem
penilaian berbasis digital seperti e-Raport.
      Selain itu, TK juga mencakup kemampuan dalam menggunakan
perangkat lunak yang mendukung penelitian dan analisis data, seperti
SPSS, NVivo, atau software statistik lainnya yang membantu guru dalam
melakukan penelitian tindakan kelas (PTK) maupun penelitian akademik
lainnya. Keberadaan teknologi yang semakin maju memungkinkan
pendidik untuk melakukan analisis data yang lebih akurat dan efisien,
sehingga hasil penelitian dapat memberikan kontribusi nyata terhadap
pengembangan strategi pembelajaran yang lebih efektif.
      Perkembangan teknologi yang pesat, terutama dalam transisi dari
era Revolusi Industri 4.0 ke era Society 5.0, menuntut para pendidik
untuk terus mengikuti inovasi yang ada. Era Society 5.0 menitikberatkan
pada integrasi teknologi dengan kehidupan manusia secara lebih holistik,
                                                                        5
  termasuk dalam bidang pendidikan. Misalnya, perkembangan perangkat
  komputer seperti notebook yang sebelumnya menggunakan prosesor
  Core i3 kini berkembang menjadi Core i7 dan bahkan lebih tinggi lagi.
  Kemajuan ini memungkinkan para pendidik untuk menginstal dan
  menjalankan berbagai aplikasi pembelajaran yang lebih kompleks,
  seperti perangkat lunak simulasi laboratorium virtual, pembelajaran
  berbasis augmented reality (AR) dan virtual reality (VR), serta platform
  pembelajaran berbasis kecerdasan buatan (AI). Lebih jauh, TK dalam
  pendidikan juga berkaitan dengan kemampuan guru dalam mengelola
  Learning Management System (LMS) seperti Google Classroom,
  Moodle, dan Edmodo. LMS mempermudah guru dalam mengorganisir
  materi pembelajaran, memberikan tugas, serta melakukan evaluasi
  terhadap siswa secara lebih sistematis dan efisien. Di sisi lain, teknologi
  juga mendukung aksesibilitas pembelajaran bagi siswa dengan kebutuhan
  khusus, seperti penggunaan aplikasi text-to-speech untuk siswa dengan
  gangguan penglihatan atau perangkat lunak pembelajaran interaktif bagi
  siswa dengan kebutuhan belajar yang berbeda. Dengan semakin
  berkembangnya teknologi, penguasaan TK oleh para pendidik menjadi
  sangat krusial agar mereka dapat mengoptimalkan perannya dalam
  menciptakan pembelajaran yang inovatif dan adaptif terhadap kebutuhan
  zaman. Guru dan calon guru perlu terus mengembangkan diri melalui
  pelatihan teknologi, seminar, serta eksplorasi mandiri agar dapat
  mengikuti perkembangan teknologi yang terus berubah. Dengan
  demikian, mereka dapat memastikan bahwa proses pembelajaran tetap
  relevan, menarik, dan mampu menghasilkan lulusan yang siap
  menghadapi tantangan dunia kerja di era digital.
b) CK yang biasa disebut Content Knowledge
        CK merupakan pengetahuan terhadap materi atau disiplin ilmu di
  mata pelajaran. Content Knowledge ini akan disesuaikan dengan KI
  (Kompetensi Inti) dan KD (Kompetensi Dasar) yang telah dibuat oleh
  pemerintah. Guru wajib mengetahui dan menguasai Conten knowledge
  dalam melakukan proses belajar dan mengajar. Content Knowledge
                                                                           6
sangat penting agar seorang guru dapat menemukan ciri khas strategi
pembelajaran yang pas dalm mengajarkan materi yang berbeda – beda.
Misalnya strategi mengajar materi Sel akan berbeda dengan strategi
menagajar materi Lingkungan. Content Knowledge (CK) adalah
pengetahuan mendalam yang dimiliki seorang pendidik terhadap materi
atau disiplin ilmu yang diajarkan dalam mata pelajaran tertentu. CK
mencakup pemahaman konseptual, fakta, teori, prinsip, dan prosedur
dalam bidang studi yang menjadi tanggung jawab seorang guru. Dalam
konteks kurikulum nasional, CK disesuaikan dengan Kompetensi Inti
(KI) dan Kompetensi Dasar (KD) yang telah ditetapkan oleh pemerintah
sebagai standar pembelajaran di sekolah. Guru yang memiliki CK yang
baik tidak hanya memahami isi materi, tetapi juga dapat menjelaskan,
mengaitkan, dan mengembangkan konsep secara sistematis agar mudah
dipahami oleh peserta didik.
                                                                      7
  secara detail. Sementara itu, pembelajaran tentang lingkungan mungkin
  lebih baik dilakukan melalui metode observasi langsung di lapangan atau
  studi kasus mengenai isu-isu lingkungan. Pemilihan strategi ini
  bergantung pada bagaimana seorang guru memahami karakteristik materi
  serta bagaimana materi tersebut dapat disampaikan agar lebih mudah
  dipahami oleh siswa.
        Selain itu, CK juga berperan dalam membentuk kemampuan guru
  dalam mengembangkan bahan ajar yang sesuai dengan kebutuhan siswa.
  Seorang guru yang memiliki CK yang baik akan mampu menyusun
  modul, LKS, atau ringkasan materi yang disesuaikan dengan tingkat
  pemahaman dan karakteristik peserta didik. Guru juga dapat memilih
  contoh-contoh yang relevan dan aplikatif dalam kehidupan sehari-hari
  sehingga siswa lebih tertarik dan mudah memahami materi yang
  diajarkan. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat
  juga menuntut guru untuk terus memperbarui CK mereka. Banyak
  konsep dan teori yang mengalami perubahan atau perkembangan seiring
  dengan hasil penelitian terbaru. Oleh karena itu, guru perlu terus belajar
  melalui pelatihan, seminar, jurnal ilmiah, serta berbagai sumber
  terpercaya lainnya agar tetap memiliki pemahaman yang up-to-date
  terhadap materi yang mereka ajarkan. Secara keseluruhan, CK
  merupakan salah satu aspek fundamental dalam profesi seorang pendidik.
  Penguasaan CK yang baik memungkinkan guru untuk menyampaikan
  materi secara jelas, memilih strategi pembelajaran yang sesuai,
  mengembangkan bahan ajar yang menarik, serta menjawab tantangan
  dalam dunia pendidikan yang terus berkembang. Dengan CK yang kuat,
  guru dapat menjadi fasilitator pembelajaran yang tidak hanya
  mentransfer pengetahuan tetapi juga menginspirasi siswa untuk berpikir
  kritis dan terus belajar sepanjang hayat.
c) PK atau yang biasa disebut Pedagogical Knowledge
        PKmerupakan suatu pengetahuan tentang kompetensi pedagogik
  atau kemampuan seorang guru dalam mengelola pembelajaran dikelas
  yang meliputi pemahaman terhadap kondisi siswa, pembuatan dokumen
                                                                          8
perencanaan pembelajaran (RPP) atau sekarang yang disebut modul ajar,
implementasi model pembelajaran, dan evaluasi hasil belajar (Kharisma
& Hariyatmi, 2016). Pengetahuan Pedagogi jika secara maksimal
diimplemntasikan dan dimiliki seorang guru maka mereka akan mengajar
dengan sangat baik dan dengan perencanaan yang matang. Kedalaman
PK akan terlihat pada penyusunan RPP atau yang sekarang disebut
modul ajar. RPP atau modul ajar ini yang akan dijadikan merupakan
cerminan dari bagaimana pengetahuan pedagogi seorang guru.
Keprofesionalan seorang guru dapat dievaluasi di RPP atau modul ajar
yang guru buat sendiri.
     Pedagogical    Knowledge     (PK)   adalah   pengetahuan   tentang
kompetensi pedagogik, yaitu kemampuan seorang guru dalam mengelola
proses pembelajaran di kelas secara efektif. PK mencakup pemahaman
terhadap karakteristik siswa, perencanaan pembelajaran yang matang,
implementasi model pembelajaran yang sesuai, serta evaluasi hasil
belajar untuk memastikan efektivitas pembelajaran. Seorang guru yang
memiliki PK yang baik tidak hanya memahami teori mengajar, tetapi
juga mampu menerapkannya dalam praktik untuk menciptakan
lingkungan belajar yang kondusif dan interaktif. Pemahaman terhadap
kondisi siswa menjadi salah satu aspek penting dalam PK. Setiap siswa
memiliki latar belakang, gaya belajar, dan tingkat pemahaman yang
berbeda-beda, sehingga guru perlu memiliki strategi yang tepat untuk
menyesuaikan metode pembelajaran agar sesuai dengan kebutuhan
mereka. Dengan memahami karakteristik siswa, guru dapat merancang
pembelajaran    yang      lebih   menarik,   memberikan    diferensiasi
pembelajaran, serta menciptakan suasana kelas yang nyaman dan
mendukung perkembangan siswa secara akademik maupun sosial.
     Perencanaan pembelajaran juga merupakan bagian integral dari PK.
Guru yang memiliki PK yang baik mampu menyusun dokumen
perencanaan pembelajaran yang sistematis dan komprehensif, seperti
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) atau yang kini lebih dikenal
sebagai modul ajar. Modul ajar ini berisi tujuan pembelajaran, langkah-
                                                                     9
langkah penyampaian materi, strategi pengajaran, serta metode penilaian
yang akan digunakan untuk mengukur pemahaman siswa. Modul ajar
yang disusun dengan baik mencerminkan kedalaman pemahaman
pedagogik seorang guru dan menjadi acuan utama dalam menjalankan
proses pembelajaran di kelas. Implementasi model pembelajaran yang
tepat juga menjadi indikator kuat dalam penguasaan PK. Guru harus
mampu memilih dan menerapkan model pembelajaran yang sesuai
dengan materi dan kebutuhan siswa. Misalnya, dalam pembelajaran
berbasis     proyek   (Project-Based     Learning),     siswa     diajak    untuk
mengembangkan keterampilan berpikir kritis dan kolaboratif melalui
tugas-tugas nyata yang relevan dengan dunia mereka. Sementara itu,
dalam model pembelajaran berbasis masalah (Problem-Based Learning),
siswa diajak untuk menyelesaikan permasalahan secara mandiri atau
dalam kelompok, sehingga mereka dapat mengasah kemampuan analitis
dan pemecahan masalah. Guru yang memiliki PK yang kuat akan mampu
menentukan pendekatan yang paling efektif untuk setiap topik yang
diajarkan.
       Selain itu, evaluasi hasil belajar menjadi aspek penting dalam PK
yang tidak dapat diabaikan. Evaluasi bertujuan untuk mengukur sejauh
mana       siswa   memahami     materi     yang       telah     diajarkan   serta
mengidentifikasi area yang masih perlu diperbaiki. Guru yang memiliki
PK yang baik tidak hanya mengandalkan ujian tertulis sebagai alat
evaluasi, tetapi juga menggunakan berbagai metode lain seperti
observasi, portofolio, refleksi siswa, serta asesmen formatif yang
berkelanjutan. Evaluasi yang dilakukan dengan baik akan memberikan
gambaran yang lebih komprehensif tentang perkembangan siswa serta
membantu guru dalam menyesuaikan strategi pembelajaran di masa
mendatang. Penerapan PK yang maksimal dalam praktik mengajar akan
berdampak besar pada kualitas pembelajaran. Guru yang memiliki
pemahaman pedagogik yang baik akan lebih percaya diri dalam
mengajar, mampu mengelola kelas dengan efektif, serta dapat
menciptakan suasana belajar yang lebih menyenangkan dan bermakna
                                                                               10
  bagi siswa. Dengan demikian, PK bukan hanya sekadar teori dalam dunia
  pendidikan, tetapi merupakan keterampilan nyata yang harus dikuasai
  dan diterapkan oleh setiap guru agar dapat memberikan pengalaman
  belajar yang berkualitas bagi peserta didik.
d) Pengertian PCK
          Pedagogical content knowledge (PCK) merupakan kemampuan
  utama yang wajib dimiliki oleh seorang guru ataupun calon guru
  (Wahyuningtyas, 2022). Pedagogical Content            knowledge (PCK)
  meliputi       kemampuan          pedagogic      (PK) dan kemampuan
  memahami materi yang akan dijarkan atau content knowledge (CK).
  PCK merupakan pengetahuan seorang guru dalam mengintegrasikan
  kemampuan pedagoginya untuk menyampaikan materi. Setiap materi
  mempunyai kekhasan kemampuan pedagogi. Seorang guru ketika hendak
  menyampaikan materi Metabolisme akan berbeda pengelolaan kelasnya
  dengan seorang guru yang akan menyampaikan materi Pencemaran
  Lingkungan. Materi Pencemaran lingkungan akan meminta kemampuan
  pedagogic guru mengelola kelas dengan kegiatan praktikum di
  laboratorium atau di luar kelas. Materi metabolisme akan menuntut
  kemampuan pedagogi guru dalam ruang kelas dengan materi yang
  abstrak. Jadi dalam setiap materi yang akan diberikan ke siswa akan
  menuntut guru untuk menggunakan cara pengelolaan kelas seperti apa.
  PCK akan sangat dibutuhkan jika guru ingin siswa dapat menerima
  materi secara maksimal. Jika guru tidak memiliki kemampuan PCK yang
  baik maka materi tidak akan maksimal diterima oleh siswa.
                                                                       11
tersebut terjadi mungkin karena banyak calon guru yang hanya lebih
mengedepankan pengetahuan materi yang akan diajarkan atau CK dari
pada PK mereka saat mengajar. Kemampuan PCK seharusnya secara
bersamaan dipahami oleh guru. PCK mempunyai hubungan yang sangat
erat. Tanpa ada PK maka CK tidak akan maksimal begitu pula sebaliknya.
Tuntutan seorang guru harus memahami PCK sangat terkait dengan UU
Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen mengenai tuntutan
terhadap kompetensi guru di Indonesia. Hal ini meliputi empat kompetensi
yaitu kompetensi pedagogic, kompetensi kepribadian, kompetensi social,
dan kompetensi keprofesionalan. salah satunya yang akan kita soroti yaitu
kompetensi pedagogic. Kompetensi pedagogik adalah pemahaman
terhadap kondisi siswa, perancangan modul ajar dan pelaksanaan
pembelajaran, evaluasi hasil belajar, serta pengembangan siswa untuk
mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya (Saifudin & Sukma,
2019).
                                                                      12
 atau model interaktif. Sementara itu, materi Pencemaran Lingkungan
 lebih aplikatif dan dapat diamati secara langsung, sehingga pendekatan
 pembelajaran berbasis proyek atau praktikum di laboratorium maupun di
 luar kelas akan lebih efektif dalam membantu siswa memahami
 dampaknya dalam kehidupan nyata. Dengan demikian, guru harus
 mampu menyesuaikan strategi pembelajaran dengan karakteristik materi
 agar siswa dapat memahami konsep dengan lebih baik.
       Kesulitan utama yang sering dialami oleh guru dan calon guru
adalah mengkombinasikan antara PK dan CK dalam praktik mengajar.
Banyak calon guru yang lebih fokus pada penguasaan materi (CK) tanpa
mempertimbangkan bagaimana materi tersebut dapat disampaikan dengan
baik kepada siswa (PK). Akibatnya, mereka mengalami kendala dalam
menentukan metode dan strategi pembelajaran yang tepat, yang berujung
pada kurang optimalnya pemahaman siswa terhadap materi. Penelitian
yang dilakukan oleh Wahyuningtyas (2022) dan Oktamarsetyani (2018)
menunjukkan bahwa banyak calon guru masih mengalami kesulitan dalam
memahami PK, terutama dalam pemilihan model pembelajaran yang
sesuai dengan materi yang diajarkan. Pentingnya pemahaman PCK bagi
seorang guru juga berkaitan dengan regulasi yang mengatur kompetensi
guru di Indonesia. Dalam Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang
Guru dan Dosen, disebutkan bahwa seorang guru harus memiliki empat
kompetensi utama, yaitu kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian,
kompetensi sosial, dan kompetensi profesional. Kompetensi pedagogik
menjadi sorotan utama dalam PCK karena mencakup pemahaman terhadap
kondisi siswa, perancangan modul ajar, pelaksanaan pembelajaran,
evaluasi hasil belajar, serta pengembangan potensi siswa secara optimal
(Saifudin & Sukma, 2019). Dengan kata lain, seorang guru tidak cukup
hanya memiliki pengetahuan tentang materi yang diajarkan, tetapi juga
harus mampu menyesuaikan metode pembelajaran agar materi tersebut
dapat dipahami secara maksimal oleh siswa.
                                                                    13
        Pemahaman PCK yang baik memungkinkan guru untuk membuat
  perencanaan pembelajaran yang lebih efektif. Dalam proses penyusunan
  modul ajar, guru harus mempertimbangkan tidak hanya isi materi, tetapi
  juga bagaimana cara terbaik untuk menyampaikannya sesuai dengan
  tingkat pemahaman siswa. Modul ajar yang dirancang dengan baik akan
  mencerminkan kemampuan PCK seorang guru, karena di dalamnya
  terdapat perencanaan strategi pembelajaran yang sesuai dengan
  karakteristik materi dan kebutuhan siswa. Selain itu, dalam proses
  evaluasi hasil belajar, guru dengan PCK yang baik akan mampu menilai
  apakah strategi pembelajaran yang diterapkan sudah efektif atau perlu
  dilakukan penyesuaian agar lebih sesuai dengan kondisi siswa.
  Tantangan dalam memahami dan menerapkan PCK menuntut guru dan
  calon guru untuk terus mengembangkan keterampilan mereka melalui
  pelatihan, penelitian, serta praktik mengajar yang terus menerus. Guru
  yang memiliki PCK yang kuat akan mampu menciptakan pembelajaran
  yang lebih interaktif, inovatif, dan relevan dengan kebutuhan siswa. Oleh
  karena itu, penguasaan PCK bukan hanya sekadar teori, melainkan
  keterampilan yang harus diasah dan diterapkan dalam setiap aktivitas
  pembelajaran guna memastikan bahwa siswa dapat memahami dan
  mengaplikasikan ilmu yang mereka pelajari secara maksimal.
e) Pengertian TPK
        Technological Pedagogical Knowledge merupakan gabungan
  anatra kemampuan pedagogic dengan pengetahuan terkait teknologi.
  Kemampuan pedagogic seseorang akan maksimal jika ada unsur
  teknologi yang mewarnai pembelajaran. Pengetahuan PTK merupakan
  ilmu yang akan dipakai guru untuk mencocokan produk teknologi apa
  yang cocok dengan Susana pembelajaran di kelas. Misalkan jika
  pembelajaran tersebut tentang Fotosistensis Pada Tumbuhan apakah
  teknologi yang cocok berupa gamabar atau video animasi, dengan
  pengetahuan ini guru akan lebih memilih jika pembelajaran dengan
  materi fotosintesis akan cocok dengan video animasi. Pengetahuan PTK
  juga akan membantu guru memilih peralatan praktikum apa yang cocok
                                                                        14
untuk dapat melakukan suatu praktikum pada materi Biologi. Jika
teknologi praktikum yang dipakai cocok maka penyampaian ilmu ke
siswa akan lebih maksimal. Teknologi dan pedagogic ini sangat berkaitan
dan memeberikan pengaruh yang positif (Absari et al., 2020). Teknologi
dapat menciptakan suatu model pembelajaran baru untuk kita mengajar
di kelas. Misalkan kegiatan pembelajaran online yang akan menciptakan
metode mengajar baru yang akan cocok jika diterapkan di pembelajaran
berbasis jaringan (Rosyid, 2016). Hal tersebut memperlihatkan
bagaimana integrasi antara pedagogi dan teknologi dalam pembelajaran
di kelas.
      Technological Pedagogical Knowledge (TPK) merupakan integrasi
antara kemampuan pedagogik dengan pemanfaatan teknologi dalam
pembelajaran. Dalam era digital seperti saat ini, teknologi telah menjadi
bagian penting dalam dunia pendidikan, dan pemanfaatannya yang tepat
dapat meningkatkan efektivitas proses belajar mengajar. Seorang guru
yang memiliki TPK yang baik akan mampu memilih dan mengadaptasi
teknologi yang sesuai dengan metode pembelajaran yang digunakan,
sehingga dapat menciptakan pengalaman belajar yang lebih menarik,
interaktif, dan bermakna bagi siswa. Kemampuan pedagogik seseorang
akan semakin maksimal jika dipadukan dengan unsur teknologi yang
mendukung pembelajaran. Teknologi tidak hanya digunakan sebagai alat
bantu, tetapi juga sebagai bagian dari strategi pembelajaran yang
dirancang secara sistematis. Dengan pengetahuan TPK, guru dapat
menentukan produk teknologi apa yang paling sesuai dengan suasana
pembelajaran   di   kelas.   Misalnya,   dalam   pembelajaran    tentang
Fotosintesis pada tumbuhan, penggunaan gambar statis mungkin tidak
cukup efektif untuk menjelaskan proses yang kompleks dan dinamis.
Oleh karena itu, guru dapat memilih untuk menggunakan video animasi
yang lebih interaktif agar siswa dapat memahami konsep dengan lebih
jelas. Begitu pula dalam pembelajaran konsep abstrak lainnya, simulasi
berbasis komputer atau augmented reality (AR) dapat digunakan untuk
membantu siswa memahami materi dengan lebih baik.
                                                                      15
      Selain dalam penyampaian materi, TPK juga berperan dalam
pemilihan   peralatan    praktikum     yang      tepat   untuk    mendukung
pembelajaran sains, terutama dalam mata pelajaran seperti Biologi,
Fisika, dan Kimia. Dalam pembelajaran Biologi, misalnya, teknologi
dapat membantu guru memilih alat-alat praktikum yang lebih modern
dan efektif, seperti penggunaan mikroskop digital yang dapat
menampilkan gambar sel atau jaringan tumbuhan dalam resolusi tinggi
pada layar komputer atau proyektor. Dengan teknologi ini, siswa dapat
melakukan observasi secara lebih jelas dibandingkan dengan mikroskop
konvensional.   Jika    pemilihan    teknologi    praktikum      tepat,   maka
pemahaman siswa terhadap konsep ilmiah akan meningkat, dan mereka
dapat lebih aktif dalam kegiatan eksperimen. Teknologi juga memiliki
peran dalam menciptakan model pembelajaran baru yang inovatif.
Contohnya, dalam pembelajaran berbasis daring atau online learning,
teknologi memungkinkan guru untuk menggunakan metode pengajaran
yang lebih fleksibel dan berbasis jaringan. Penggunaan Learning
Management System (LMS) seperti Google Classroom, Moodle, atau
Edmodo memberikan kemudahan bagi guru dalam mengorganisir materi
pembelajaran, memberikan tugas, serta berkomunikasi dengan siswa.
Selain itu, platform video conference seperti Zoom atau Microsoft Teams
memungkinkan interaksi langsung antara guru dan siswa meskipun
dilakukan secara jarak jauh. Teknologi ini tidak hanya mengubah cara
guru mengajar, tetapi juga memungkinkan siswa untuk belajar dengan
gaya yang lebih mandiri dan kolaboratif.
      Penerapan TPK dalam pembelajaran juga memberikan tantangan
tersendiri bagi guru. Tidak semua guru memiliki keterampilan dalam
mengintegrasikan teknologi dengan metode pengajaran mereka. Oleh
karena itu, penting bagi guru untuk terus mengembangkan kompetensi
mereka melalui pelatihan dan eksplorasi terhadap teknologi pendidikan
yang terus berkembang. Guru yang memiliki pemahaman TPK yang baik
akan lebih siap menghadapi perubahan dan dapat menyesuaikan
pembelajaran dengan kebutuhan serta perkembangan zaman. Dengan
                                                                            16
  demikian, TPK menjadi salah satu aspek penting dalam profesi guru
  modern. Teknologi bukan lagi sekadar pelengkap dalam pembelajaran,
  tetapi menjadi bagian integral dari strategi pengajaran yang dapat
  meningkatkan kualitas pembelajaran. Integrasi antara pedagogi dan
  teknologi memungkinkan pembelajaran menjadi lebih efektif, interaktif,
  dan sesuai dengan perkembangan zaman, sehingga siswa dapat
  memperoleh pengalaman belajar yang lebih bermakna dan relevan
  dengan dunia nyata.
f) Pengertian TCK
        Technological   Content    Knowledge   atau   TCK    merupakan
  kombinasi anatara pengetahuan teknologi dengan jenis materi yang akan
  diajarkan. TCK sangat penting dimiliki oleh seorang guru karena jika
  guru tidak mempunyai pengetahuan TCK maka materi yang akan
  disampaikan tidak akan maksimal. Sebagai contoh materi yang bersifat
  abstrak seperti Metabolisme Sel jika tidak dipadukan dengan teknologi
  yang tepat dalam penyampaiannya, maka siswa akan sulit untuk
  mendapatkan makna dari materi tersebut. Misalkan saja jika guru mau
  menjelaskan transkripsi dan transalasidalam anabolisme protein, jika
  media gambar dan media video animasi tidak dilibatkan guru di
  pembelajaran maka siswa tidak akan memahami proses transkripsi dan
  transalasi dengan maksimal. Siswa akan lebih paham jika materi
  transkripsi dan transalasi disajikan prosesnya dalam video animasi,
  sehingga tahapannya dapat siswa pahami secara jelas jika ada kombinasi
  audio dan visual melalui produk teknologi.
        Teknologi memungkinkan penemuan konten baru atau gambaran
  dari konten. (Rosyid, 2016). Jika setiap guru menyampaikan materi
  dengan teknologi yang tepat, maka kemampuan berpikir kritis siswa akan
  muncul. Siswa akan dapat menemukan asumsi konten baru dari
  pengunaan teknologi yang tepat di materi yang abstrak dan sulit
  disampaikan dengan praktikum. Technological Content Knowledge
  (TCK) adalah integrasi antara pengetahuan teknologi dan materi
  pelajaran yang akan diajarkan. Penguasaan TCK menjadi sangat penting
                                                                     17
bagi guru karena teknologi dapat berfungsi sebagai jembatan yang
membantu siswa memahami materi dengan lebih baik, terutama untuk
konsep yang abstrak atau sulit dipahami. Jika seorang guru tidak
memiliki pemahaman yang cukup tentang bagaimana teknologi dapat
mendukung pengajaran suatu materi, maka penyampaian materi tersebut
bisa menjadi kurang efektif, dan siswa mungkin mengalami kesulitan
dalam memahami konsep yang disampaikan.
      Sebagai contoh, dalam mata pelajaran Biologi, materi Metabolisme
Sel merupakan salah satu konsep yang cukup kompleks karena
melibatkan proses mikroskopis yang tidak dapat diamati secara langsung
oleh siswa. Jika seorang guru hanya menjelaskan materi ini
menggunakan buku teks atau gambar statis tanpa melibatkan teknologi,
siswa mungkin akan kesulitan memahami bagaimana proses tersebut
berlangsung. Namun, dengan menggunakan video animasi atau simulasi
interaktif, guru dapat memberikan gambaran visual yang lebih jelas
tentang   bagaimana      molekul-molekul      berinteraksi    dalam     proses
transkripsi   dan    translasi   pada   sintesis   protein.   Animasi    yang
menunjukkan langkah-langkah pembentukan mRNA, peran ribosom,
serta bagaimana asam amino dirangkai menjadi protein akan membantu
siswa memahami konsep tersebut dengan lebih konkret. Dengan
demikian, integrasi teknologi dalam penyampaian materi dapat
meningkatkan pemahaman siswa terhadap konsep yang kompleks.
Teknologi juga berperan dalam menciptakan representasi baru dari
konten pembelajaran yang sebelumnya sulit untuk divisualisasikan.
Beberapa konsep dalam Fisika dan Kimia, seperti gerak partikel dalam
termodinamika atau reaksi kimia pada tingkat molekuler, juga dapat lebih
mudah     dipahami     dengan     bantuan    simulasi    digital.   Teknologi
memungkinkan siswa untuk melihat, mengeksplorasi, dan bahkan
memanipulasi objek atau proses yang sebelumnya hanya bisa mereka
bayangkan. Hal ini dapat memberikan pengalaman belajar yang lebih
mendalam dan memungkinkan siswa untuk membangun pemahaman
yang lebih baik terhadap materi yang mereka pelajari.
                                                                           18
      Selain itu, pemanfaatan teknologi yang tepat dalam pembelajaran
juga dapat merangsang keterampilan berpikir kritis siswa. Ketika siswa
diberikan akses ke simulasi, eksperimen virtual, atau sumber daya digital
lainnya, mereka dapat melakukan eksplorasi mandiri, mengajukan
pertanyaan, serta mencari pola atau hubungan dalam suatu konsep yang
sedang dipelajari. Misalnya, dalam pembelajaran sains, siswa dapat
menggunakan     software      laboratorium   virtual   untuk    melakukan
eksperimen yang mungkin sulit atau berbahaya jika dilakukan di
laboratorium nyata. Dengan cara ini, mereka tidak hanya memahami
materi dari sudut pandang teoritis tetapi juga mengembangkan
kemampuan berpikir analitis dan investigatif yang lebih baik. Selain
dalam bidang sains, TCK juga dapat diterapkan dalam berbagai mata
pelajaran lain. Dalam pelajaran Sejarah, misalnya, teknologi seperti
realitas virtual (VR) dapat digunakan untuk membawa siswa dalam tur
interaktif ke masa lalu, memungkinkan mereka untuk mengalami
peristiwa sejarah secara lebih mendalam daripada hanya membaca buku
teks. Dalam pelajaran Matematika, aplikasi interaktif dapat membantu
siswa memahami konsep geometri dan aljabar dengan cara yang lebih
visual dan manipulatif. Semua ini menunjukkan bagaimana teknologi
dapat memperkaya konten pembelajaran dan membuatnya lebih menarik
serta mudah dipahami.
      Namun, penerapan TCK dalam pendidikan tidak hanya bergantung
pada ketersediaan teknologi, tetapi juga pada kemampuan guru dalam
memilih dan menggunakannya dengan efektif. Guru harus memahami
bagaimana berbagai teknologi dapat digunakan untuk mendukung
penyampaian materi, serta mampu menyesuaikan penggunaannya dengan
tingkat   pemahaman     dan     kebutuhan    siswa.    Oleh    karena   itu,
pengembangan kompetensi guru dalam bidang TCK sangat penting agar
mereka dapat memanfaatkan teknologi secara optimal dalam proses
pembelajaran. Dengan demikian, Technological Content Knowledge
(TCK) bukan hanya tentang menggabungkan teknologi dengan materi
pelajaran, tetapi juga tentang bagaimana teknologi dapat digunakan untuk
                                                                         19
       meningkatkan pemahaman siswa dan memperkaya pengalaman belajar
       mereka. Integrasi teknologi yang tepat dalam pembelajaran tidak hanya
       membantu siswa dalam memahami materi yang sulit, tetapi juga
       merangsang rasa ingin tahu, kreativitas, dan kemampuan berpikir kritis
       mereka. Oleh karena itu, guru yang memiliki penguasaan TCK yang baik
       akan mampu menciptakan pembelajaran yang lebih efektif, menarik, dan
       sesuai dengan perkembangan zaman.
                                                                           20
animasi letak dan bentuk organel sel dalam slide power point guru. Selaras
dengan yang disampaikan oleh Arnesti dan Hamid dalam (Tamba, 2021)
bahwa keuntungan dari penerapan TPACK yakni pembelajaran akan lebih
interaktif dan mandiri dengan memakai teknologi sebagai jembatan
pembelajaran. Dengan memanfaatkan teknologi maka guru dapat membuat
kreasi yang sangat beranekaragam melalui aplikasi pembuatan modul atau
media pembelajaran yang telah ada. Misalkan guru membuat modul interaktif
dengan Canva, guru membuat video interaktif menggunakan aplikasi Tiktok.
Selain guru dapat membuat pembelajaran yang menarik dengan mengikuti
tren aplikasi terkini, guru juga dapat tau kisah kisah yang sedang viral dan
dapat diinteraksikan dengan pembelajaran agar anak semakin termotivasi
mengikuti pembelajaran. Guru diharapkan wajib bisa menggunakan teknologi
agar pembelajaran yang dilakukan bersifat kreatif dan inovatif (Muhtadi,
2019).
         TPACK      agar   dapat diimplementasikan      ke pembalajaran maka
harus mempunyai sintaks atau langkah–langkah. Berikut ini akan dijelaskan
langkah – langkah pendekatan TPACK yaitu
  a) Pertama, guru terlebih dulu menyampaikan tujuan pembelajaran setelah
         itu guru akan memberikan motivasi ke siswa untuk menarik minat
         belajar siswa pada materi. Langkah pertama ini merupakan langkah
         awal untuk menunjukan adanya keterlibatan Technologycal Knowledge
         (TK), Content Konowledge (CK), dan Pedagogical Knowledge (PK)
         dalam pembelajaran. Dalam Langkah penyampaian tujuan ini sebaiknya
         disampaikan dengan mengkaitkan setiap tujuan dengan pengalaman
         sehari hari yang sering dilakukan oleh siswa. Misalkan saja jika guru
         ingin menyampaikan tujuan mengenai siswa menjelaskan komponen
         biotik dan abiotic di suatu ekosistem, maka dalam menyampaikan
         tujuan tanyakan dulu apakah didekat rumah kalian ada kebun atau
         kolam? Kemudian tunggulah sampai siswa ada yang menjawab ada.
         Jika ada yang pernah ke kebun atau ke kolam tanyakan apa saja yang
         kamu lihat disana? Dengan pertanyaan seperti itu siswa akan
         termotivasi karena ilmu yang akan mereka pelajari ternyata hal yang
                                                                           21
     telah biasa mereka ketahui dan mereka temui. Dengan belajar seperti ini
     maka     kemampuan     Pedagogical     Knowledge           dapat   kita
         implementasikan       di penyampaian            tujuan pembelajaran .
         Technologycal Knowledge (TK) juga akan kita masukan di
     penyampaian tujuan pembelajaran. Tujuan pembelajaran sebaiknya
     disampaikan dengan memperlihatkan ke siswa melalui powerpoint atau
     video yang berwarna dan menarik. Dengan penampilan yang menarik
     maka siswa akan dapat mulai menyukai materi yang hendak
     disampaikan. Siswa tidak akan jenuh jika diawal pembelajaran sudah
     ada senthan teknologi yang kreatif. Content Konowledge (CK) juga
     dapat diimplemntasikan di penyampaian tujuan pembelajaran. CK
     dipakai untuk membatasi guru dalam memberikan berapa banyak tujuan
     yang dapat diberikan selama 1 pertemuan. CK juga dipakai oleh guru
     untuk dapat menentukan tujuan pembelajaran dengan model apa yang
     akan dilakukan siswa. Misalkan jika materi mengenai ekosistem maka
     lebih baik model pembelajarannya lebih banyak praktikuk, sehingga di
     tujuan disamapaikan bahwa siswa akan melakukan praktikum
     pembuatan ekosistem.
b)   Guru menyampaikan poin materi yang akan diberikan kepada siswa.
            Tahap kedua dari model pembelajaran menggunakan TPACK ini
     adalah dengan menerapkan TK, PK, dan CK juga. Kemampuan
     Pedagogical   Knowledge     (PK)     dapat   kita   implementasikan       di
     penyampaian materi. Dalam Langkah penyampaian materi awal ini
     sebaiknya disampaikan dengan mengkaitkan pengantar materi dengan
     pengalaman sehari hari yang sering dilakukan oleh siswa. Misalkan saja
     jika guru ingin menyampaikan menarik maka siswa akan dapat mulai
     menyukai materi yang hendak disampaikan. Siswa tidak akan jenuh jika
     diawal pembelajaran sudah ada senthan teknologi yang kreatif.
            Content Konowledge (CK) juga dapat diimplemntasikan di
     penyampaian tujuan pembelajaran. CK dipakai untuk membatasi guru
     dalam memberikan berapa banyak tujuan yang dapat diberikan selama 1
     pertemuan. CK juga dipakai oleh guru untuk dapat menentukan tujuan
                                                                               22
pembelajaran dengan model apa yang akan dilakukan siswa. Misalkan
jika    materi   mengenai     ekosistem   maka      lebih   baik     model
pembelajarannya      lebih   banyak   praktikuk,   sehingga    di    tujuan
disamapaikan bahwa siswa akan melakukan praktikum pembuatan
ekosistem.
        Siswa menjelaskan komponen biotik dan abiotic di suatu
ekosistem, maka dalam menyampaikan tujuan tanyakan dulu apakah
didekat rumah kalian ada kebun atau kolam? Kemudian tunggulah
sampai siswa ada yang menjawab ada. Jika ada yang pernah ke kebun
atau ke kolam tanyakan apa saja yang kamu lihat disana? Dengan
pertanyaan seperti itu siswa akan termotivasi karena ilmu yang akan
mereka pelajari ternyata hal yang telah biasa mereka ketahui dan
mereka temui. Technologycal Knowledge (TK) juga akan kita masukan
di penyampaian materi awal. materi awal sebaiknya disampaikan
dengan memperlihatkan ke siswa melalui powerpoint atau video yang
berwarna dan menarik. Dengan penampilan yang menarik maka siswa
akan dapat mulai menyukai materi yang hendak disampaikan. Siswa
tidak akan jenuh jika diawal pembelajaran sudah ada senthan teknologi
yang kreatif.
        Technological Knowledge (TK) dalam penyampaian materi awal
memiliki peran penting dalam membangun ketertarikan dan motivasi
siswa     terhadap   pembelajaran.    Penyampaian     materi    di    awal
pembelajaran sebaiknya tidak hanya dilakukan secara verbal, tetapi juga
didukung dengan media digital yang menarik, seperti PowerPoint,
video edukatif, animasi interaktif, atau simulasi berbasis teknologi.
Dengan penggunaan        teknologi yang tepat, guru dapat menciptakan
suasana belajar yang lebih interaktif, membantu siswa memahami
konsep dengan lebih baik, serta meningkatkan keterlibatan mereka
dalam pembelajaran.
                                                                        23
yang menarik dan berwarna. PowerPoint yang baik tidak hanya berisi
teks panjang, tetapi juga dilengkapi dengan gambar, diagram,
infografis, dan elemen visual lainnya yang mendukung pemahaman
siswa. Penggunaan animasi dan transisi yang dinamis juga dapat
membuat materi lebih hidup dan tidak monoton. Selain itu, guru dapat
menambahkan elemen hyperlink atau kuis interaktif di dalam
PowerPoint untuk meningkatkan keterlibatan siswa dalam memahami
materi. Selain PowerPoint, video edukatif juga menjadi salah satu
media yang sangat efektif dalam menyampaikan materi awal. Video
dengan tampilan yang menarik dan alur yang jelas dapat membantu
siswa memahami konsep yang abstrak dengan lebih mudah. Guru dapat
menggunakan video dari platform seperti YouTube, Khan Academy,
atau   TED-Ed,    atau   bahkan    membuat     video     sendiri   dengan
menggunakan aplikasi seperti Camtasia, Animaker, atau Adobe Spark.
Video yang disajikan dalam bentuk animasi atau demonstrasi langsung
akan lebih mudah dipahami oleh siswa, terutama dalam mata pelajaran
seperti biologi, di mana konsep-konsep yang bersifat kompleks dapat
divisualisasikan dengan lebih jelas melalui teknologi.
                                                                       24
fokus dan merasa bosan. Namun, dengan adanya sentuhan teknologi
yang kreatif, pembelajaran menjadi lebih menarik dan menyenangkan.
Siswa akan lebih antusias dalam mengikuti pelajaran karena mereka
tidak hanya mendengar penjelasan, tetapi juga melihat, mengamati, dan
berinteraksi dengan materi. Selain media presentasi dan video, guru
juga dapat memanfaatkan platform pembelajaran berbasis teknologi,
seperti Google Slides, Nearpod, atau Canva for Education, untuk
membuat materi yang lebih interaktif. Dalam platform ini, guru dapat
menambahkan pertanyaan interaktif, polling, atau game edukatif yang
memungkinkan      siswa    untuk   langsung    berpartisipasi   dalam
pembelajaran. Dengan adanya interaksi ini, siswa tidak hanya menjadi
pendengar pasif tetapi juga ikut serta dalam proses pembelajaran,
sehingga pemahaman mereka terhadap materi menjadi lebih mendalam.
                                                                   25
  selama pembukaan pembelajaran. CK juga dipakai oleh guru untuk
  dapat menentukan sejauh mana siswa harus mengerti syarat materi yang
  harus didapat sebelum belajar materi selanjutnya. Misalkan jika
  seseorang ingin mempelajari genetika maka siswa lebih dahulu harus
  diberikan pengantar materi tentang DNA untuk mengingatkan siswa
  atas materi DNA yang dulu pernah dipelajari.
                                                                     26
  dalam kelompok pembuatan proyek. Guru yang memiliki PK dengan
  baik maka dia akan membuat peer evaluationnya dapat menilai secara
  keseluruhan kinerja masing masing siswa dan membuat siswa harus
  turut serta selalu bekerja kelompok agar peer evaluation mereka
  mendapatkan nilai yang baik. Selain itu CK juga dituntut harus ada
  pada setiap sintaks, misalkan pada sintaks process seorang guru wajib
  tau apakah proyek siswa sudah sesuai dengan tujuan pembelajaran dan
  mereka mendapatkan pengetahuan yang ditargetkan. Seorang guru
  wajib tahu materi yang harus didapatkan oleh siswa dengan
  mengerjakan proyek. Jika siswa tidak paham materi setelah
  mengerjakan proyek maka guru wajib untuk memberikan konfirmasi
  atau menyamapaikan materi ulang.
                                                                     27
menerapkan strategi pedagogi yang tepat untuk memberikan umpan
balik serta menciptakan lingkungan belajar yang positif dan suportif
bagi siswa.
                                                                  28
evaluasi mendapatkan poin tambahan yang bisa dikumpulkan untuk
mendapatkan hadiah di akhir semester. Cara lain adalah dengan
menampilkan daftar prestasi di kelas, misalnya dengan membuat
“Papan Apresiasi” yang berisi nama siswa yang telah menunjukkan
usaha luar biasa dalam pembelajaran.
                                                                           29
diperoleh. Kegiatan refleksi ini membantu siswa untuk lebih memahami
kekuatan dan kelemahan mereka dalam belajar serta mendorong mereka
untuk memperbaiki cara belajar di masa mendatang.
                                                                     30
saja dan kapan saja. Hal ini memberikan kemudahan bagi guru dalam
menyelenggarakan evaluasi tanpa harus terbatas oleh ruang dan waktu,
serta memberikan kebebasan bagi siswa untuk menyesuaikan jadwal
pengerjaan dengan kondisi mereka.
                                                                       31
kompetitif akan lebih tertantang untuk menjawab dengan cepat dan
tepat agar mendapatkan skor yang lebih tinggi. Ini membuat evaluasi
terasa seperti sebuah permainan edukatif yang tidak hanya menilai
kemampuan akademik, tetapi juga membangun semangat belajar siswa.
Tidak hanya Quizizz, ada juga berbagai aplikasi lain yang dapat
digunakan dalam evaluasi berbasis teknologi, seperti Kahoot!, Google
Forms, Socrative, dan Edmodo Quiz. Setiap aplikasi memiliki
keunggulan masing-masing dalam menyajikan soal, mengatur durasi
evaluasi, serta memberikan laporan hasil secara instan. Misalnya,
Kahoot! lebih berfokus pada aspek gamifikasi yang menarik, sementara
Google Forms lebih fleksibel dalam menyajikan soal dengan berbagai
format, seperti esai dan pilihan ganda dengan opsi gambar. Dengan
berbagai pilihan aplikasi ini, guru dapat menyesuaikan teknologi yang
digunakan dengan kebutuhan evaluasi dan karakteristik siswa.
                                                                  32
secara langsung melalui komentar atau analisis hasil yang telah
disediakan oleh platform, sehingga siswa dapat memahami kelemahan
mereka dan melakukan perbaikan secara mandiri. Secara keseluruhan,
integrasi TK dalam evaluasi pembelajaran membawa banyak manfaat,
mulai dari efisiensi dalam penyusunan dan pelaksanaan ujian,
peningkatan motivasi siswa, analisis hasil yang lebih akurat, hingga
fleksibilitas dalam pelaksanaan asesmen. Namun, tantangan dalam
penerapan evaluasi berbasis teknologi juga tidak bisa diabaikan, seperti
kesiapan infrastruktur, keterbatasan akses internet bagi beberapa siswa,
serta kemampuan guru dalam menguasai dan mengelola aplikasi digital.
Oleh karena itu, diperlukan pelatihan yang berkelanjutan bagi guru agar
mereka dapat memanfaatkan teknologi secara optimal dalam menyusun
dan melaksanakan evaluasi yang berkualitas. Dengan pendekatan yang
tepat, evaluasi berbasis teknologi dapat menjadi alat yang ampuh untuk
meningkatkan efektivitas pembelajaran dan memberikan pengalaman
belajar yang lebih menyenangkan serta bermakna bagi siswa.
                                                                     33
mengukur kemampuan siswa berdasarkan taksonomi Bloom, khususnya
pada level kognitif C1 hingga C3, yang mencakup aspek pengetahuan,
pemahaman, dan aplikasi.
                                                                         34
misalnya, tidak hanya terbatas pada tes tertulis, tetapi juga dapat
dilakukan melalui eksperimen laboratorium, pembuatan laporan ilmiah,
atau diskusi berbasis masalah yang mendorong siswa untuk berpikir
kritis.
 1. Kuis Interaktif
          -   Guru dapat menggunakan aplikasi seperti Quizizz, Kahoot!,
              atau Google Forms untuk membuat kuis berbasis teknologi.
                                                                      35
          -   Keunggulan: Kuis ini dapat memberikan hasil evaluasi
              secara instan, sehingga guru dapat langsung mengetahui
              pemahaman siswa dan menyesuaikan metode pengajaran
              jika diperlukan.
   2. Jurnal Reflektif Digital
          -   Siswa diminta untuk menulis refleksi tentang apa yang
              mereka pelajari dan bagaimana mereka memahami materi
              menggunakan Google Docs, Padlet, atau Microsoft
              OneNote.
          -   Keunggulan:         Membantu        siswa     mengembangkan
              keterampilan berpikir kritis dan evaluasi diri terhadap
              pembelajaran mereka.
   3. Diskusi Online dan Forum Pembelajaran
          -   Menggunakan         platform     seperti    Edmodo,       Google
              Classroom, atau Microsoft Teams untuk mengadakan
              diskusi daring.
          -   Keunggulan: Memberikan kesempatan bagi siswa untuk
              mengajukan         pertanyaan,    berbagi     pendapat,      dan
              memperdalam pemahaman mereka terhadap materi.
   4. Proyek Mini Berbasis Digital
          -   Siswa diminta untuk membuat presentasi digital, infografis,
              atau video pendek menggunakan Canva, PowerPoint, atau
              Animaker sebagai bentuk asesmen formatif.
          -   Keunggulan: Membantu siswa mengembangkan kreativitas
              dan pemahaman yang lebih mendalam terhadap konsep
              yang dipelajari.
Asesment Sumatif
                                                                            36
1. Ujian Berbasis Digital
2. Portofolio Digital
4. Presentasi Virtual
                                                                            37
    Kriteria Evaluasi dalam Pembelajaran Berbasis TPACK
Tantangan:
                                                                              38
             Akses terbatas terhadap perangkat teknologi di beberapa sekolah
             Potensi kecurangan dalam evaluasi berbasis daring
             Kurangnya variasi dalam metode evaluasi yang diterapkan oleh
              guru
Solusi:
                                                                              39
yang mengenalkan pengetahuan, guru perlu mengajar secara efektif dengan
kerangka teknologi. Pendekatan TPACK diperkenalkan oleh Mishra dan
Koehler tahun 2006 yang digunakan sebagai kerangka acuan atau
perencanaan guru dalam menggabungkan aspek teknologi dengan kegiatan
pembelajaran. Konsep TPACK sendiri bersumber pada model pedagogy
content knowledge (PCK) yang dicetuskan oleh Shulman.
                                                                             40
  tentang materi dan pengetahuan tentang cara menjadi guru dan
  pengetahuan dengan menghasilkan satu kesatuan yang disebut sebagai
  pedagogical content knowledge (PCK). Dalam beberapa belahan dunia,
  kombinasi teknologi, pedagogi dan materi dalam membentuk suatualat
  pembelajaran yang berdasarkan TPACK sebagai solusi kreatif yang di
  kembangkan dalam pembelajaran.
                                                                         41
   kemampuan tersebut menentukan cara berfikir dari disiplin ilmu di setiap
   kajiannya.
                                                                           42
   akan tetapi bisapada kepemahaman yang khas, tetapi saling berpegaruh
   antara konten dan pegagoginya.
                                                                      43
    pedagogik. Akhirnya pendidik akan menemui suatu tantangan yang lebih
    besar di waktu yang akan datang sehingga berbanding terbalik sama
    perkembangan teknologi yang seharusnya para pengajar lebih cakal
    dalam mengembangkan dan mendesain belajar mengajar ataupun
    kurikulum yang berkembang di era modern ini.
         TPACK menjadi alat dan cara yang paling efektif untuk menggali
kemampuan guru dalam hal penguasaan teknologi dan kemampuan mereka
dalam menggunakan teknologi dalam pembelajaran. Ada tujuh komponen
TPACK yaitu CK, PK, TK, TPK (technological pedagogical knowledge),
TCK (technological content knowledge), PCK (pendagogical content
knowledge) dan TPACK (technological pedagogical content knowledge).
Semua komponen dalam TPACK tersebut mempunyai hubungan positif dan
signifikan.
         Teknologi saat ini sedang berkembang sangat pesat dan bisa ditemui
di berbagai macam bidang kehidupan, salah satunya yakni bidang
kependidikan. Pendidikan adalah salah satu investasi yang sangat besar
terlebih guna menyiapkan psikomotorik atau keahlian pada abad 21. Dalam
keahlian abad 21 mencakup aspek berpikir kreatif dan inovatif, penyelesaian
masalah dan berpikir kritis. Pada abad 21, perkembangan ICT (information,
communication, & technology) sudah mengantarkan kita kedalam era digital,
dimana sebuah era yang mempunyai ciri-ciri yaitu ilmu pegetahuan yang
berkembang dengan sangat pesat, peranan tehnologi dan informasi yang
sangat    serius   dalam   kehidupan   sehari-hari   dan   masyarakat   yang
ketergantungan dengan adanya ala-alat tehnologi. Literasi ICT sebagai bagian
dari keahlian abad 21, sangat dibutuhkan oleh masyarakat agar bisa bertahan
hidup pada abad sekarang ini. Berhubungan dengan hal itu, karakteristik
peserta didik yang sangat dekat dengan tehnologi dan di lihat dari keahlian
sekolah untuk menggunakan peralatan tehnologi memusatkan guru dan pihak
sekolah untuk menggabungkan ICT dalam proses pembelajaran. Antara lain
bisa menggunakan pendekatan TPACK yang merupakan pengetahuan guna
untuk memadukan teknologi dalam proses pembelajaran.
                                                                          44
       Menurut    kerangka TPACK, dalam menggunakan alat tekhnologi
tidak hanya sekedar guru bisa mempunyai akses pada tehnologi tersebut dan
keahlian dalam memakainya, tetapi pendidik juga perlu memperhatikan
dengan seksama tentang kemampuan tehknologi dalam menyelesaikan
permasalahan dalam mendesain pembelajaran. Hal tersebut dapat di artikan
bahwa guru harus mengambil keputusan dalam hal bagaimana menentukan,
menyesuaikan, dan juga mengimplementasikan pelajaran yang cocok dengan
pedagogi dan tehnologi yang bisa memberikan nilai pada pembelajaran
dengan menggunakan tehnologi di kelas yang mengacu pada pembelajaran
dan berpusat kepada siswa.
                                                                         45
pendekatan TPACK dikarenakan didalam blended learning memuat
komponenkomponen yang ada didalam TPACK, diantaranya: komponen
teknologi, pedagogik dan pengetahuan. Penerapan blended learning di SIKL
dalam komponen-komponen TPACK diantaranya yaitu dalam komponen
teknologi, komponen teknologi ini berkaitan dengan penggunaan teknologi
digital seperti handphone maupun laptop dalam kegiatan pembelajaran daring
dan luring. Di era pandemi covid-19 komponen teknologi digunakan pada
kegiatan pembelajaran secara daring dengan menggunakan classroom. Untuk
komponen teknologi pada pembelajaran luring di SIKL itu sendiri salah
satunya dengan menggunakan LCD maupun proyektor. Selanjutnya dalam
komponen pedagogik, yang berkaitan dengan strategi atau metode
pembelajaran, tujuan pembelajaran dan model pembelajaran yang digunakan
guru pada saat melakukan pembelajaran di SIKL. Yang terakhir dalam
komponen pengetahuan, ini berkaitan dengan penggunaan pengetahuan dalam
pembelajaran di SIKL dengan menggunakan materi pembelajaran seperti
bahan ajar sesuai dengan mata pelajaran (Syakarofath & Sulaiman, 2020).
                                                                          46
  3. Anggaran guna untuk pembelajaran bisa lebih ekonomis, karena dalam
      aktivitas peserta didik biasanya laporan dengan menggunakan kertas
      dan perjalanan ke tempat pembelajaran bisa dialokasikan di tempat lain.
                                                                           47
peserta didik untuk mendapatkan jati dirinya, minat bakat dan karakter siswa
terakhir harus dipahami oleh seorang pengajar.
       Peneliti pendidikan telah mengenali daya tarik dan potensi yang luas
dari TPACK. TPACK telah dipilih sebagai dasar teoritis untuk menyusun
informasi dan kurikulum teknologi komunikasi (ICT) dalam program
pendidikan guru. Untuk pendidikan biologi, upaya reformasi pendidikan sains
saat ini mengharapkan guru biologi dapat mengintegrasikan pengajaran
berbasis teknologi ke dalam pengajaran mereka (Srisawasdi, 2014: 126).
Untuk mempersiapkan kompetensi guru biologi di abad ke-21, pengetahuan
TPACK saat ini dianggap sebagai pengetahuan penting bagi guru yang
memiliki kualifikasi tinggi dalam ilmu pengetahuan. Dalam hal ini, para
peneliti secara luas telah memperkenalkan kerangka TPACK pada guru dan
calon guru biologi (Srisawasdi, 2014: 126).      Perkenalan dan penempatan
                                                                         48
TPACK akan difokuskan dalm pembuatn RPP yang dibuat oleh guru dan
calon guru.
                                                                           49
indikator secara tidak jelas. Hal ini terlihat dari perumusan tujuan dan
indikator yang telah dibuat, terdapat beberapa yang belum mencerminkan
kompetensi dasar yang ingin dicapai. Menurut Barnawi & Arifin (2016: 75)
kompetensi dasar yang sifatnya masih umum harus diterjemahkan ke tujuan
sifatnya lebih khusus yaitu tujuan instruksional. Tujuan instruksional harus
menggunakan istilah- istilah khusus yang bersifat operasional ditandai
dengan kata-kata kerja operasional yang dapat diamati dan diukur. Tujuan
instruksioanl yang jelas setidaknya mengandung aspek peserta didik dan
aspek perilaku. Perumusan tujuan pembelajaran sebaiknya menggambarkan
seluruh kemampuan yang akan dicapai oleh peserta didik mulai dari aspek
kognitif, afektif, dan pasikomotor. Tujuan instruksional merupakan aspek
yang penting dalam merencanakan pembelajaran karena segala sesuatu
kegiatan pembelajaran bermuara pada tujuan pembelajaran (Lestari, 2013:
73). Kalimat dalam perumusan tujuan pembelajaran biasanya hampir sama
dengan kalimat dalam indikator. Di dalam tujuan pembelajaran juga sudah
disesuaikan    dengan     aspek    pengetahuan   (kognitif),   keterampilan
(psikomotor) dan sikap (afektif) yang akan diukur. Apabila perumusan
tujuan dan indikator tidak dirumuskan secara rinci dari kompetensi dasar,
maka pembelajaran pada kompetensi tersebut juga tidak akan tercapai.
                                                                           50
Arifin (2016: 75) ada beberapa hal yang harus terpenuhi dalam menentukan
materi ajar, antara lain materi ajar harus disesuaikan dengan kompetensi
dasar dan tujuan pembelajaran, materi ajar harus disesuaikan dengan
karakteristik peserta didik, dan juga disesuaikan dengan karakteristik materi
ajar. Materi ajar diharapkan dapat mendukung pengembangan dalam
aktivitas dan proyek serta materi ajar dapat dihubungkan dengan kehidupan
sehari-hari. Melihat perkembangan teknologi saat ini diharapkan materi ajar
juga dapat diintergrasikan dengan Teknologi Informasi yang disesuaikan
dengan tujuan pembelajaran agar kompetensi yang ditetapkan dapat
tercapai. Dengan pemanfaatan Teknologi Informasi diharapkan lebih
memudahkan guru dalam menyampikan materi ajarnya dan bagi peserta
didik akan lebih mudah menyerap dan memahami materi yang disampaikan.
Hal ini mendorong calon guru untuk menguasai pengetahuan teknologi dan
konten yang merupakan pengetahuan yang mengajak guru untuk
mengetahui    penggunaan       teknologi   tertentu   yang   dapat   membantu
memahami konsep pada suatu materi dan konten tertentu. Menurut
Nurdiana (2017 :2) calon guru harus memiliki kemampuan yang baik dalam
menyusun rencana pembelajaran yang baik agar pelaksanaan pembelajaran
dapat mencapai sasaran. Pemilihan dan penguasaan materi ajar menjadi
bagian dari penguasaan pengetahuan pedagogi dan pengetahuan konten
yang apabila dihubungkan akan membentuk pengetahuan pedagogi dan
konten yang lebih kompleks. Pengetahuan tersebut berguna untuk
mengetahui dan memadukan pendekatan pengajaran dalam memilih media
dan model pembelajaran yang tepat/ sesuai dengan konten materi ajar dan
karakteristik peserta didik.
                                                                            51
disesuaikan dengan karakteristik peserta didik. Hal ini menjadi faktor untuk
dipertimbangkan berkaitan dengan cara berpikir dan bersikap peserta didik.
                                                                             52
harus sesuai agar proses pembelajaran berjalan dengan baik. Hal- hal yang
mempengaruhi      dalam     pemilihan       metode,      pendekatan        dan   model
pembelajaran secara umum antara lain karakteristik materi ajar, tujuan
pembelajaran, tingkat kemampuan peserta didik, alokasi waktu pelajaran,
lingkungan    belajar    dan    fasilitas   yang     tersedia.     Pendekatan       yang
dicantumkan dalam RPP adalah pendekatan saintifik dengan 5M
(mengamati,     menanya,       mengumpulkan            data,     mengasosiasi,       dan
mengkomunikasikan) sehingga model pembelajaran yang mendukung
adalah model pembelajaran seperti PBL,
                                                                                       53
  dimungkinkan karena mahasiswa sebagai calon guru
  belum optimal dalam menuliskan langkah- langkah
  pembelajaran yang sesuai. Hal ini dibuktikan pada
  kegiatan    pembuka,      kemampuan           mahasiswa     dalam
  membuka      pembelajaran       masih        kurang,    mahasiswa
  mencantumkan kegiatan pembuka namun cenderung tidak
  dilaksanakan seperti tidak memeriksa peserta didik untuk
  memulai pembelajaran, tidak menyampaikan tujuan
  pembelajaran dan dalam menyampaikan apersepsi belum
  sesuai. Kegiatan tersebut seharusnya perlu dilakukan
  dengan baik, karena kegiatan pembuka adalah awal dari
  proses pembelajaran.
b. Hubungan      TPACK      dan    RPP         dalam     Perencanaan
  Pembelajaran        Technological       Pedagogical        Content
  Knowledge (TPACK) merupakan kerangka kerja yang
  mengintegrasikan tiga aspek utama dalam pembelajaran,
  yaitu teknologi, pedagogi, dan konten. Dalam konteks
  perencanaan pembelajaran, TPACK menjadi landasan
  penting     dalam     penyusunan        Rencana        Pelaksanaan
  Pembelajaran (RPP) yang efektif dan inovatif.
c. Pemahaman      TPACK           dalam        Penyusunan       RPP
  menekankan bahwa guru tidak hanya harus menguasai
  materi ajar (content knowledge) dan strategi pengajaran
  (pedagogical    knowledge),         tetapi     juga     bagaimana
  mengintegrasikan teknologi (technological knowledge)
  untuk meningkatkan efektivitas pembelajaran. Dalam
  penyusunan RPP, TPACK membantu guru dalam
  merancang pembelajaran yang lebih menarik, interaktif,
  dan sesuai dengan kebutuhan siswa.
d. Peran Setiap Komponen TPACK dalam RPP, Content
  Knowledge (CK): Merupakan pengetahuan guru tentang
  materi yang akan diajarkan dalam pembelajaran. Dalam
                                                                   54
   RPP, CK mencerminkan pemilihan materi ajar yang
   sesuai dengan kurikulum, standar kompetensi, dan
   karakteristik peserta didik. Pedagogical Knowledge (PK):
   Berkaitan dengan strategi dan metode pengajaran yang
   digunakan      dalam   RPP.    Ini     mencakup        pendekatan
   pembelajaran, model pembelajaran (seperti pendekatan
   5M dalam Kurikulum 2013), serta teknik asesmen yang
   akan     diterapkan.   Technological          Knowledge    (TK):
   Merupakan pemahaman guru dalam memanfaatkan
   teknologi sebagai alat bantu pembelajaran. Dalam RPP,
   teknologi dapat digunakan untuk menyampaikan materi
   (misalnya menggunakan video animasi atau simulasi),
   mengelola kelas (melalui LMS atau aplikasi kuis
   interaktif),   serta   mengevaluasi           pemahaman     siswa
   (menggunakan Google Forms atau platform lainnya). Saat
   ketiga elemen ini diintegrasikan dalam RPP, maka akan
   muncul bentuk pengetahuan yang lebih kompleks.
   Pedagogical Content Knowledge (PCK): Guru tidak
   hanya     memahami      materi,      tetapi     juga   bagaimana
   mengajarkannya dengan metode yang sesuai. Misalnya,
   dalam pembelajaran biologi tentang ekosistem, guru dapat
   memilih pendekatan berbasis inkuiri untuk membantu
   siswa memahami konsep secara lebih mendalam.\
e. Technological Content Knowledge (TCK): Guru mampu
   memili     teknologi    yang      sesuai       untuk   membantu
   penyampaian materi. Contohnya, dalam pembelajaran
   tentang sel, guru dapat menggunakan simulasi mikroskop
   virtual untuk memperjelas struktur sel bagi siswa.
f. Technological Pedagogical Knowledge (TPK): Guru
   memahami bagaimana teknologi dapat mendukung
   metode pembelajaran. Sebagai contoh, dalam model
   pembelajaran flipped classroom, guru dapat memberikan
                                                                   55
                      materi dalam bentuk video sebelum kelas dimulai,
                      sehingga siswa dapat lebih fokus pada diskusi dan
                      eksperimen di dalam kelas.
                                                                               56
Tantangan dan Solusi dalam Implementasi TPACK dalam RPP
         Meskipun TPACK memberikan banyak manfaat dalam penyusunan
RPP,        calon    guru     sering    menghadapi      kendala      dalam
mengimplementasikannya. Beberapa tantangan yang umum dihadapi
meliputi:
    1)      Kurangnya pemahaman dalam mengintegrasikan teknologi yang
            relevan dengan materi pembelajaran.
    2)      Kesulitan dalam memilih metode yang sesuai dengan penggunaan
            teknologi tanpa menghilangkan esensi pembelajaran.
    3)      Keterbatasan akses terhadap perangkat teknologi atau kurangnya
            pelatihan dalam pemanfaatan teknologi pendidikan.
         Untuk mengatasi tantangan ini, calon guru perlu mendapatkan
pelatihan intensif dalam penggunaan teknologi pendidikan serta diberikan
kesempatan untuk menerapkannya secara langsung dalam microteaching
atau Praktik Pengalaman Lapangan (PPL). Selain itu, kolaborasi dengan
guru yang lebih berpengalaman dalam pemanfaatan teknologi dapat menjadi
salah satu cara efektif untuk meningkatkan keterampilan dalam menyusun
RPP berbasis TPACK.
         Kegiatan inti adalah kegiatan utama dari proses pembelajaran yang
seharusnya dituliskan secara jelas dan tepat serta dalam pelaksanaannya pun
harus dilakukan secara runtut dan tersistematis. Berdasarkan hasil
pengamatan mengenai kemampuan mahasiswa pada kegiatan inti dinilai
masih kurang, hal ini dikarenakan masih terdapat mahasiswa yang belum
memunculkan langkah-langkah sesuai dengan rencana yang dituliskan di
dalam RPP, sehingga indikator kegiatan 5M (mengamati, menanya,
mengumpulkan data, mengasosiasi, dan mengkomunikasikan) seperti yang
diharapakan pada kurikulum 2013 belum dapat terlaksana dengan baik.
Hasil pengamatan di lapangan, umumnya mahasiswa cenderung belum
dapat melaksanakan pembelajaran secara sistematis menyesuaikan dengan
sintak pembelajaran yang digunakan serta mengkombinasikannya dengan
pendekatan 5M. Hal ini dimungkinkan karena mahasiswa masih kesulitan
dalam menyiapkan objek atau permasalahan yang menarik peserta didik
                                                                          57
yang dapat memunculkan rasa ingin tahu. Selain itu, hal lain yang dapat
menjadi sebab adalah kurangnya kemampuan mahasiswa dalam mengatur
waktu pada penerapan sintak dan pendekatan disetiap proses pembelajaran.
       Menutup pelajaran merupakan suatu kegiatan yang bertujuan untuk
menyimpulkan      kegiatan   inti.   Kegiatan   menutup   pelajaran   harus
memberikan gambaran menyeluruh tentang apa yang telah dipelajari,
tingkat pencapaian peserta didik dan tingkat keberhasilan guru. Berdasarkan
hasil pengamatan terhadap RPP, diketahui bahwa kegiatan penutup yang
dilakukan oleh mahasiswa berada dalam kriteria kurang. Hal ini
dikarenakan     komponen     utama    dalam     menutup   pelajaran   belum
dicantumkan. Menurut Barnawi dan Arifin (2016: 131) menyatakan bahwa
komponen utama menutup pelajaran terdiri atas meninjau kembali,
mengevaluasi penugasan dan memberikan tindak lanjut. Mayoritas
mahasiswa hanya mencantumkan kegiatan penarikan kesimpulan dan/atau
refleksi pembelajaran, penugasaan dengan mengerjakan LKS. Penarikan
kesimpulan dilakukan bersama dengan peserta didik dan instruksi
penugasan akan disampaikan oleh guru tanpa adanya tindak lanjut
pembelajaran.
       Aspek rancangan penilaian yang ada di RPP pada penelitian
Oktamarsetyani (2018) juga masuk dalam kategori kurang, artinya ada
beberapa hal yang belum tercapai. Hal- hal yang perlu diperhatikan dalam
rancangan penilaian pembelajaran adalah kesesuaian bentuk, teknik dan
instrumen penilaian yang disesuaikan dengan indikator pencapaian KD dan
tujuan pembelajaran. Selain itu, disesuaikan dengan metode/model
pembelajaran yang digunakan serta sesuai dengan alokasi waktu yng
ditetapkan, mahasiswa mencantumkan penilaian pembelajaran yang
meliputi penilaian kognitif, psikomotor, dan afektif. Penilaian kognitif
berupa tes tertulis dalam bentuk posttes yang dilakukan pada akhir
pembelajaran dan penilaian psikomotor serta afektif dalam bentuk lembar
observasi. Namun penilaian yang ditulis dalam RPP beberapa masih kurang
tepat dengan indikator pencapaian dan tujuan pembelajaran sehingga
diperlukan perbaikan agar kompetensi yang sudah ditetapkan dapat tercapai.
                                                                           58
    Menurut Subali (2016: 7) penilaian dalam pembelajaran diartikan sebagai
    langkah yang digunakan untuk memperoleh informasi mengenai taraf
    pengetahuan, keterampilan dan sikap peserta didik sebelum, selama, dan
    sesudah terlibat dalam proses pembelajaran.
            Perencanaan pembelajaran yang tertuang dalam RPP merupakan
    implementasai kemampuan guru dalam menguasai konten materi,
    kemampuan pedagogi dan mengaplikasian pengetahuan teknologi. Bukan
    hanya sekedar untuk menguasai konten materi, pengetahuan pedagogi, dan
    pengetahuan teknologi saja, namun bagaimana cara mengaplikasikan dan
    mengintegrasikan sebuah konten materi yang memiliki karakteristik khas
    pada materi tersebut dengan kemampuan pedagogi yang dimiliki, serta
    didukung dengan pemanfaatan media yang sesuai dengan karakteristik
    materi serta model/ metode/ pendekatan yang diberikan. Sehingga, menjadi
    satu kesatuan bukan hal yang berdiri sendiri, dengan adanya integrasi antara
    konten materi, pengetahuan pedagogi dan pengetahuan teknologi maka
    pembelajaran akan menjadi lebih bervariasi dan bermakna. Hal ini
    berdampak pada peserta didik untuk meningkatkan keinginannya untuk
    terus belajar.
                                                                               59
refleksi dan diskusi bersama sejawat/sebaya akan didapatkan dari microteaching
ini.
                                                                                60
nervous karena harus tampil di depan kelas. Selain itu dimungkinkan mahasiswa
cenderung mengikuti teman yang sudah tampil sebelumnya sehingga tidak tahu
apakah yang tampil sebelumnya baik atau tidak.
                                                                            61
    Kegiatan inti merupakan proses pembelajaran yang bertujuan untuk
mencapai kompetensi dasar. Kegiatan pembelajaran dilakukan secara interaktif,
menyenangkan,     memotivasi     peserta   didik   untuk   berperan    aktif   dan
mengembangkan bakat dan minat peserta didik. Kegiatan ini harus dilakukan
secara sistematis dan terstruktur sesuai dengan apa yang telah ditulis di RPP.
Berdasarkan tabel 4 hasil yang diperoleh dari kegiatan inti yang dilaksanakan
mahasiswa dapat dikategorikan kurang baik artinya mahasiswa belum mampu
melaksanakan aspekaspek dari kegiatan inti secara keseluruhan, hal ini
ditunjukkan dengan tidak semua kegiatan inti terlaksana. Indikator kegiatan ini
terdiri dari penyampaian materi biologi yang meliputi kelengkapan materi,
kebenaran konsep, kemampuan mengaitkan materi biologi dengan materi lain
dan mengkaitkan dengan kondisi di kehidupan sehari- hari, penggunaan media
pembelajaran, penggunaan bahan ajar, penggunaan TIK sebagai pendukung
proses pembelajaran, melibatkan peserta didik untuk berperan aktif dalam
pembelajaran, kemampuan menumbuhkan partisipasi aktif peserta didik,
kemampuan melaksanakan pembelajaran sesuai alokasi waktu serta penggunaan
bahasa dan kejelasan intonasi suara tidak terlaksana secara optimal.
    Mahasiswa belum mampu menjabarkan materi ajar secara luas, selain itu
terjadi kesalahan konsep (miskonsepsi) dalam menyampaikan materi ajarnya
sehingga berdampak pada kebenaran konsep itu sendiri, hal ini terjadi karena
mahasiswa tidak menguasai dan memahami materi yang akan disampaikan,
mahasiswa cenderung menghafal sehingga cepat lupa. Akibatnya materi yang
disampaikan tidak tersistematis dan kurang mengaitkan materi ajar dengan
materi yang lain karena kurangnya pengetahuan dan informasi. Mahasiswa
belum mampu menyajikan materi secara rinci dan belum mampu memberikan
tambahan materi mengenai contoh yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari.
Padahal pengetahuan tentang konten materi biologi menjadi hal yang sangat
penting karena untuk menghindari kesalahan atau miskonsepsi yang dapat terjadi
ketika menyampaikan materi. Pengetahuan konten merupakan pengetahuan
tentang konsep dan teori materi biologi, pengetahuan tentang perkembangan
terbaru dalam biologi berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan.
                                                                                 62
Menurut Mishra & Koehler (2006: 1026) pengetahuan konten adalah
pengetahuan tentang subjek materi yang akan diajarkan atau dipelajari. Dalam
hal ini guru harus mengetahui tentang konten materi biologi yang akan diajarkan
dan bagaimana pengetahuan tersebut berbeda dengan konten materi yang lain.
Pengetahuan konten materi biologi dapat disampaikan dengan baik jika
dipadukan dengan cara penyampaian yang baik pula. Agar penyampaian materi
menjadi lebih mudah maka dapat didukung dengan penggunaan media
pembelajaran.   Namun     tidak   semua    mahasiswa    menggunakan      media
pembelajaran dalam menyampaikan materi ajarnya.
                                                                              63
       Namun media pembelajaran yang digunakan belum optimal. Sebagai
contoh beberapa mahasiswa menggunakan media gambar akan tetapi gambar
dan video yang digunakan kurang menarik, berukuran kecil, resolusi terlalu kecil
sehingga gambar tidak jelas dan kadang tidak relevan dengan materi ajar, alat
peraga yang digunakan ada beberapa yang berukuran kecil sehingga tidak
terlihat jelas jika dilihat dari belakang, tidak memenuhi jumlah peserta didik dan
kadang alat peraga rusak menjelang tampil sehingga tidak dapat digunakan
dengan maksimal, selain itu media powerpoint yang ditampilkan terlalu banyak
tulisan dan kurang gambar sehingga peserta didik cenderung bosan meskipun
sudah menggunakan bantuan TIK. Bahan ajar yang digunakan pun kurang
mencakup keseluruhan materi ajar sehingga kurang sesuai untuk melakukan
penilaian. Setyawanto (2013: 7) menyatakan bahwa guru dituntut untuk
menyajikan materi secara lengkap dan sistematis dengan disertai contoh sebagai
bentuk materi dalam bahan ajar.
    Proses pembelajaran, selain media pembelajaran dan bahan ajar, pemilihan
metode/ model/ pendekatan pembelajaran menjadi hal yang sangat penting.
Menurut pengamatan pada saat pelaksanaan pembelajaran, pemilihan metode
yang digunakan masih dikategorikan kurang baik karena mahasiswa belum
mampu melaksanakan metode tersebut, hal ini terjadi karena kurangnya
penguasaan terhadap metode yang dipilih. Pemilihan model juga masih dalam
kategori kurang, karena mahasiswa belum menguasai model yang dipilih
sehingga belum mampu mengkolaborasikan model yang tepat. Kondisi di
lapangan sekarang, rata- rata sekolah telah menggunakan kurikulum 2013
sehingga mahasiswa juga harus menyesuaikan kondisi di lapangan. Dalam
kurikulum 2013 pembelajaran berpusat pada peserta didik (student center
learning) sehingga metode/ model/ pendekatan juga harus disesuaikan. Metode/
model/ pendekatan Pendekatan saintifik merupakan salah satu pendekatan yang
dapat diimplementasikan. Pendekatan ini memiliki karakteristik pembelajaran
dengan 5M (mengamati, menanya, mengumpulkan data, mengasosiasi, dan
mengkomunikasikan), menurut hasil yang diperoleh secara keseluruhan
mahasiswa belum bisa menerapkan pendekatan 5M sehingga pendekatan ini
belum terlaksana dengan baik. Padahal pendekatan saintifik melibatkan peserta
                                                                                 64
didik dalam proses pembelajaran yang diharapkan dapat menumbuhkan
partisipasi aktif dan menumbuhkan motivasi belajar peserta didik sehingga kelas
dapat hidup dan tidak membosankan.
                                                                              65
memfasilitasi proses pembelajaran peserta didik. Guru harus menguasai
pengetahuan teknologi dan menggunakan teknologi secara efektif dalam
penyampaian konten materi pembelajaran tertentu dengan menggunakan metode
pedagogi yang sesuai (Thompson, Bull & Willis (Mahdum, 2015: 174); Schmidt
et, al.,.2009).
                                                                            66
auditorial dan kinestetik. Penerimaan materi ajar dari guru ke siswa juga
semakin baik karena media pembelajaran akan membuat siswa interaktif .
Siswa dapat belajar mandiri dengan media LMS tersebut tanpa dibantu oleh guru.
                                                                               67
kemampuan mengenai komputer. Gallupe (2003: 116)menjelaskan beberapa
tujuan penggunaan teknologi dalam pembelajaranyaitu meningkatkan kualitas
pembelajaran, kepuasan siswa, penghasilan, dan kualitas pelayanan.
       Kemampuan TPaCK sangat penting bagi calon guru sekolah dasar, karena
calon guru sekolah dasar harus mengajarkan semua materi pelajaran, salah
satunya matematika. Calon guru yang mempunyai kemampuan TPaCK dapat
mengintegrasikan teknologi dalam proses pembelajaran sesuai dengan materi
pembelajaran dan strategi pembelajaran yang tepat sesuai dengan karakteristik
siswa. Penggunaan teknologi menurut Drijvers, Boon, dan Van Reeuwijk dalam
proses pembelajaran sangat membantu siswa dalam memahami materi pelajaran,
terutama mata pelajaran matematika. Sudah menjadi pengetahuan umum bahwa
materi matematika bersifat abstrak. Padahal taraf berpikir kognitf siswa sekolah
dasar menurut piaget masih bersifat operasional konkrit. Tugas calon guru sekolah
dasar adalah mendesain pembelajaran matematika yang abstrak menjadi lebih
konkrit, kontekstual, atau lebih realisitis sesuai taraf berpikir siswa. NCTM (2008)
juga memberikan gagasan tentang guru yang efektif. Guru yang efektif diharapkan
dapat memanfaatkan potensi teknologi untuk mengembangkan pemahaman siswa,
menstimulasi    ketertarikan   dalam   belajar,   dan   meningkatkan     kecakapan
matematika siswa.
                                                                                 68
menjadi lebih konkrit. Aija dan Inga (2012) menjabarkan berbagai manfaat
teknologi dalam proses pembelajaran, yaitu meningkatkan motivasi belajar siswa
karena konten matematika yang disajikan sesuai dengan perkembangan era
digital, membantu siswa mengaitkan konsep dengan kemampuan awal yang
dimiliki siswa, membantu guru menciptakan suasana belajar yang berbeda, proses
pembelajaran lebih visual, konkrit, menyenangkan, dan menarik. Penelitian yang
dilakukan oleh Mehmed (2008) menunjukkan bahwa teknologi kalkulator grafis
dan program grafis meningkatkan kemampuan matematika siswa.
                                                                             69
Knowledge (CK). Perpaduan PK dan CK tersebut berarti seorang guru tidak hanya
harus menguasai konten/materi tetapi juga pedagogi dalam menciptakan
pembelajaran. Kemampuan menguasai materi dan pedagogi seorang guru ini,
sebenarnya sama dengan kemampuan yang harus dimiliki oleh guru di Indonesia.
Hal ini tercantum dalam UU no 14 tahun 2005 tentang kompetensi guru, yaitu
guru harus memiliki kemampuan pedagogic, kepribadian, sosial, dan profesional.
                                                                             70
                                       Content
PCK
              Pedagogy
                                                           Context
                                                                               71
Content Knowledge (TPACK) merupakansebuah kerangka teoritis untuk
mengintegrasikan teknologi dalam pembelajaran (Koehler dkk, 2013). Koehler
dkk   (2013)menjelaskan    lebih   lanjutbahwa   Technological      Pedagogical
ContentKnowledge      (TPACK)      mempunyai      tiga    komponen         utama
yaitutechnological knowledge, content knowledge, danpedagogicalknowledge.
Dari ketiga komponen tersebut terdapat interaksi diantara setiap dua komponen.
Diagram hubungan unsur-unsur TPaCK digambarkan pada Gambar 2.
                                   Technology
                                   y
                            TPK                       TCK
                                    TPaCK
           Pedagogy                                         Conte     nt
                                       PCK
       Dari Gambar 2 dapat dilihat bahwa dari tiga komponen utama dan
interaksi diantara dua komponen membentuk irisan TPaCK. Sehingga
terdapattujuh komponen dalam TPaCK yaitu 1) Technological knowledge (TK),
2) Pedagogical knowledge (PK), 3) Content knowledge (CK), 4) Technological
Content Knowledge (TCK), 5) Pedagogical content knowledge (PCK), 6)
Technological PedagogicalKnowledge (TPK), 7) TechnologicalPedagogical
Content Knowledge (TPaCK) (Agyei & Voogt, 2012). Technological Knowledge
(TK) merupakan pengetahuan calon guru tentang apa dan bagaimana teknologi,
software, atau aplikasi yang dapat digunakan untuk pembelajaran. TKjuga
meliputi kemampuan untuk mengadaptasi dan mempelajari teknologi baru
(Rosyid, 2016).Kemampuan untuk terus belajar dan mencari tahu tentang
teknologi terbaru yang dapat digunakan dalam pembelajaran sangat penting
                                                                              72
mengingat teknologi terus berkembang sangat pesat. Misalnya, perkembangan
software dalam pembelajaran mulai dari power point, lectora, adobe captivated,
adobe flash hingga saat ini muncul teknologi Augmented Reality. Sofware-
sofware tersebut dapat digunakan untuk proses pembelajaran.
                                                                             73
       Technological Pedagogical Knowledge (TPK). TPK menidentifikasi
hubungan timbal balik antara teknologi dan pedagogi. TPK juga merupakan
kemampuan calon guru dalam memilih dan memanfaatkan teknologi yang tepat
untuk mendukung penerapan berbagai perangkat pembelajaran yang digunakan.
                                                                             74
75
                                     BAB III
                                 PENUTUP
A. Kesimpulan
        Berdasarkan pembahasan dalam makalah ini, dapat disimpulkan bahwa
   TPACK merupakan pendekatan yang sangat penting dalam dunia pendidikan
   modern. Integrasi antara teknologi, pedagogi, dan konten memungkinkan
   pembelajaran menjadi lebih efektif, menarik, serta relevan dengan kebutuhan
   siswa di era digital.
        Namun, masih terdapat kendala dalam implementasi TPACK, seperti
   kurangnya pemahaman guru dalam memanfaatkan teknologi secara optimal
   dan keterbatasan akses terhadap perangkat teknologi. Oleh karena itu,
   diperlukan pelatihan yang lebih intensif serta dukungan dari berbagai pihak
   agar konsep TPACK dapat diterapkan secara maksimal dalam proses
   pembelajaran.
B. Saran
        Guru dan calon guru perlu meningkatkan pemahaman tentang TPACK
  melalui pelatihan dan pengembangan profesional yang berkelanjutan. Institusi
  pendidikan harus menyediakan fasilitas dan infrastruktur yang mendukung
  penerapan teknologi dalam pembelajaran.Perlu adanya kolaborasi antara
  akademisi, praktisi pendidikan, dan pemerintah dalam mengembangkan
  kurikulum berbasis TPACK, dan RPP yang dibuat oleh guru sebaiknya
  mengintegrasikan elemen TPACK secara optimal agar pembelajaran lebih
  efektif dan menarik bagi siswa. Semoga dengan implementasi yang lebih baik,
  TPACK       dapat   meningkatkan    kualitas   pendidikan   dan   menciptakan
  pembelajaran yang lebih inovatif di masa depan.
                                                                             76
                            DAFTAR PUSTAKA
77