0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
42 tayangan80 halaman

Makalah Tpack Nurhidayah 98 Pil

Makalah ini membahas konsep TPACK (Technological Pedagogical Content Knowledge) yang mengintegrasikan pengetahuan teknologi, pedagogi, dan konten untuk meningkatkan efektivitas pengajaran di era digital. TPACK penting bagi guru dan calon guru untuk menciptakan pengalaman belajar yang interaktif dan relevan, meskipun implementasinya menghadapi tantangan seperti kurangnya pemahaman dan fasilitas. Melalui pelatihan dan pengembangan kompetensi, diharapkan pendidikan dapat bertransformasi menjadi lebih modern dan adaptif terhadap perkembangan zaman.

Diunggah oleh

nurhidayah.nh04
Hak Cipta
© © All Rights Reserved
Kami menangani hak cipta konten dengan serius. Jika Anda merasa konten ini milik Anda, ajukan klaim di sini.
Format Tersedia
Unduh sebagai DOCX, PDF, TXT atau baca online di Scribd
0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
42 tayangan80 halaman

Makalah Tpack Nurhidayah 98 Pil

Makalah ini membahas konsep TPACK (Technological Pedagogical Content Knowledge) yang mengintegrasikan pengetahuan teknologi, pedagogi, dan konten untuk meningkatkan efektivitas pengajaran di era digital. TPACK penting bagi guru dan calon guru untuk menciptakan pengalaman belajar yang interaktif dan relevan, meskipun implementasinya menghadapi tantangan seperti kurangnya pemahaman dan fasilitas. Melalui pelatihan dan pengembangan kompetensi, diharapkan pendidikan dapat bertransformasi menjadi lebih modern dan adaptif terhadap perkembangan zaman.

Diunggah oleh

nurhidayah.nh04
Hak Cipta
© © All Rights Reserved
Kami menangani hak cipta konten dengan serius. Jika Anda merasa konten ini milik Anda, ajukan klaim di sini.
Format Tersedia
Unduh sebagai DOCX, PDF, TXT atau baca online di Scribd
Anda di halaman 1/ 80

MAKALAH

TECHNOLOGICAL PEDAGOGICAL CONTENT KNOWLEDGE


(TPACK)

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas pada


mata kuliah Pendidikan IPA Lanjutan

Dosen Pengampu :
Dr. Sudarto, M. Pd

Disusun Oleh:
NURHIDAYAH
220407562013
Kelas 98 PIL

JURUSAN PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2025

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
rahmat dan karunia-Nya, makalah ini dapat diselesaikan dengan baik. Makalah ini
disusun untuk membahas konsep TPACK (Technological Pedagogical Content
Knowledge), sebuah model pengetahuan yang sangat penting dalam konteks
pendidikan abad ke-21. Dalam makalah ini, kami akan menguraikan definisi
TPACK, manfaat penerapannya dalam bidang pendidikan dan pembelajaran, serta
bagaimana TPACK berhubungan dengan peran guru dan calon guru dalam
menghadapi tantangan teknologi yang semakin berkembang.

TPACK merupakan kerangka yang menggabungkan pengetahuan tentang


teknologi, pedagogi, dan konten untuk membantu pengajaran yang lebih efektif
dan efisien. Dengan memahami dan mengintegrasikan ketiga aspek ini, para
pendidik dapat menciptakan pengalaman belajar yang lebih interaktif dan relevan
bagi siswa. Makalah ini juga akan membahas bagaimana TPACK menjadi faktor
penting dalam peningkatan kualitas pembelajaran serta mengembangkan
kompetensi guru dan calon guru dalam menghadapi perkembangan teknologi
yang pesat.

Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan dan pemahaman yang


lebih mendalam mengenai pentingnya TPACK dalam dunia pendidikan, serta
memberikan kontribusi positif bagi pengembangan profesi pendidikan di masa
depan.

Watampone, 18 Maret 2025

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................1
A. Latar Belakang...........................................................................................1
B. Rumusan Masalah.....................................................................................2
C. Tujuan........................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................3
A. Menjelaskan Pengetian TPACK (TK, CK, dan PK).................................3
B. Menjelaskan Manfaat TPACK di Bidang Pendidikan dan Pembelajaran. 13
C. Hubungan TPACK dengan Peran Guru dan Calon Guru..........................26
BAB III PENUTUP...............................................................................................52
A. Saran..........................................................................................................52
B. Kesimpulan................................................................................................52
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................53

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah membawa
perubahan besar dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk dalam dunia
pendidikan. Seiring dengan kemajuan teknologi digital dan peralihan dari era
Revolusi Industri 4.0 menuju Society 5.0, sistem pendidikan dituntut untuk
lebih adaptif dalam menghadapi tantangan zaman. Konsep Society 5.0 sendiri
menekankan pada integrasi teknologi dalam kehidupan manusia, termasuk
dalam pembelajaran, guna menciptakan pendidikan yang lebih efisien,
interaktif, dan sesuai dengan kebutuhan abad ke-21. Seiring dengan perubahan
ini, paradigma dalam dunia pendidikan juga mengalami pergeseran dari
metode pembelajaran konvensional menuju pendekatan yang lebih inovatif
dan berbasis teknologi. Penggunaan teknologi dalam pembelajaran tidak lagi
hanya bersifat sebagai alat bantu tambahan, tetapi menjadi bagian integral
dalam mendukung efektivitas pengajaran. Oleh karena itu, guru dan tenaga
pendidik harus mampu mengadaptasi dan mengembangkan strategi
pembelajaran yang memadukan teknologi dengan pedagogi serta konten
pembelajaran agar dapat menciptakan pengalaman belajar yang lebih efektif
dan menarik bagi peserta didik.
Salah satu pendekatan yang dapat diterapkan dalam pembelajaran
modern adalah Technological Pedagogical Content Knowledge (TPACK).
TPACK merupakan suatu kerangka kerja yang mengintegrasikan tiga elemen
utama dalam pembelajaran, yaitu Technological Knowledge (TK) –
Pengetahuan mengenai teknologi yang dapat digunakan dalam pembelajaran,
seperti perangkat lunak, aplikasi pembelajaran, media interaktif, dan berbagai
alat digital lainnya. Pedagogical Knowledge (PK) – Pengetahuan tentang
strategi dan metode pengajaran yang efektif, termasuk pemilihan model
pembelajaran, pengelolaan kelas, serta asesmen hasil belajar siswa. Content
Knowledge (CK) – Pemahaman mendalam tentang materi atau bidang ilmu
yang diajarkan kepada siswa. Ketiga elemen tersebut saling berkaitan dan
harus dikuasai oleh seorang pendidik agar dapat menerapkan pembelajaran

1
yang efektif. Dalam implementasi TPACK, guru tidak hanya dituntut untuk
memahami konten yang diajarkan, tetapi juga harus memiliki keterampilan
dalam memilih strategi pembelajaran yang sesuai serta mengintegrasikan
teknologi guna meningkatkan pemahaman siswa.
Namun, meskipun TPACK menawarkan banyak manfaat,
implementasinya di dunia pendidikan masih menghadapi berbagai tantangan.
Beberapa kendala yang sering dihadapi antara lain: Kurangnya pemahaman
guru mengenai integrasi teknologi dalam pembelajaran – Banyak guru masih
kesulitan dalam mengadaptasi teknologi sebagai bagian dari proses
pembelajaran, baik karena keterbatasan keterampilan digital maupun
kurangnya pelatihan yang memadai. Keterbatasan fasilitas dan infrastruktur
teknologi – Tidak semua sekolah memiliki akses yang memadai terhadap
perangkat teknologi seperti komputer, tablet, atau koneksi internet yang stabil,
sehingga penerapan TPACK tidak bisa berjalan optimal di semua lingkungan
pendidikan. Kendala dalam pengembangan kurikulum berbasis TPACK –
Integrasi teknologi dalam pembelajaran memerlukan penyesuaian dalam
kurikulum, termasuk dalam penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP) yang berbasis TPACK agar sesuai dengan kebutuhan siswa dan standar
pendidikan yang berlaku. Minimnya dukungan dan kebijakan dari institusi
pendidikan – Kurangnya kebijakan dan dukungan dari pihak sekolah maupun
pemerintah dalam menyediakan pelatihan dan sumber daya bagi guru menjadi
salah satu faktor yang menghambat penerapan TPACK secara luas.
Untuk mengatasi tantangan tersebut, diperlukan strategi yang
komprehensif dalam meningkatkan penerapan TPACK di dunia pendidikan.
Beberapa langkah yang dapat dilakukan antara lain: Pelatihan dan
pengembangan kompetensi guru dalam bidang TPACK, baik melalui program
sertifikasi, seminar, maupun workshop teknologi pendidikan. Penyediaan
sarana dan prasarana teknologi yang memadai di sekolah-sekolah agar guru
dan siswa dapat mengakses perangkat teknologi secara lebih optimal.
Pengembangan kebijakan pendidikan yang mendukung penerapan TPACK,
seperti integrasi teknologi dalam kurikulum, penyusunan modul pembelajaran
berbasis digital, serta peningkatan akses terhadap platform e-learning.

2
Kolaborasi antara akademisi, praktisi pendidikan, dan pemerintah dalam
menciptakan model pembelajaran yang efektif dan berbasis teknologi. Dengan
memahami dan menerapkan konsep TPACK secara optimal, diharapkan
pendidikan di Indonesia dapat bertransformasi menjadi lebih modern dan
adaptif terhadap perkembangan zaman. Guru dan tenaga pendidik sebagai
aktor utama dalam dunia pendidikan perlu terus mengembangkan
kompetensinya dalam mengintegrasikan teknologi, pedagogi, dan konten agar
dapat menciptakan pengalaman belajar yang lebih inovatif, efektif, dan
relevan dengan kebutuhan siswa di era digital.
Makalah ini akan membahas lebih lanjut mengenai konsep dasar
TPACK, manfaatnya dalam pembelajaran, serta tantangan dan solusi dalam
implementasinya. Dengan pemahaman yang lebih mendalam, diharapkan para
pendidik dapat mengembangkan metode pengajaran yang lebih inovatif guna
meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud TPACK (TK, CK, dan PK)?.
2. Apa Manfaat TPACK di Bidang Pendidikan dan Pembelajaran?.
3. Bagaimana Hubungan TPACK dengan Peran Guru dan Calon Guru?.
C. Tujuan
1. Menjelaskan Pengetian TPACK (TK, CK, dan PK).
2. Menjelaskan Manfaat TPACK di Bidang Pendidikan dan Pembelajaran.
3. Hubungan TPACK dengan Peran Guru dan Calon Guru.

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengetian TPACK (TK, CK, dan PK)


TPACK adalah kepanjangan dari Technological Pedagodical Content
Knowledge. Jika dilihat didalam TPACK terdapat materi teknologi, pedagogi,
dan muatan materi ajar. TPACK merupakan pengetahuan seorang pendidik
dalam hal mengelola kelas dan mengkombinasikan teknologi pada setiap
penyampaian materi ajar di kelas. Koehler, Mishra, Ackaoglu, & Rosenberg
(2013) menjelaskan secara lebih lanjut terkait Techonological Pedagogical
Content Knowledge (TPACK) terbagi menjadi 3 bagian yaitu Techonological
Knowledge (TK), content knowledge (CK), dan pedagogical knowledge (PK),
3 bagian tersebut juga dapat berinteraksi menjadi dua pengetahuan yaitu
Techonological Pedagogical Knowledge (TPK), Techonological Content
Knowledge (TCK), dan Pedagogical Content Knowledge (PCK). TPACK
(technological, pedagogical, and content knowledge) merupakan suatu
kerangka kerja yang digunakan untuk merancang model pembelajaran modern
dengan penggabungan tiga komponen utama yaitu komponen teknologi,
pedagogik, serta pengetahuan. Ketiga unsur ini kemudian disatukan menjadi
satu kesatuan dalam suatu perencanaan pembelajaran, proses serta evaluasi
dalam pendidikan yang kemudian akan menjadi satu kesatuan yang mampu
melakukan pengembangan pendidikan pada masa depan yang akan disebut
sebagai era teknologi digital (Agustina & Dewi, 2023).
a) TK atau yang biasa disebut Technological Knowledge
TK merupakan suatu pengetahuan mengenai software dan
hardware komputer, media pembelajaran presentasi, media pembelajaran
membuat bahan ajar (modul, LKS, ringkasan), media pembelajaran
membuat evaluasi, e-rapot, dan berbagai media lain yang terkait dengan
administrasi pendidikan. Technological Knowledge dapat diartikan juga
sebagai pengetahuan dalam mengikuti dan mempelajari teknologi sesuai
perkembangan IPTEK. Keberadaan TK ini sangat penting sekali karena

4
perkembangan era dari revolusi industry 4.0 ke era society 5.0 yang
ditunjukan dengan perkembangan teknologi terus menerus terjadi.
Misalkan perkembangan note book mulai dari core i3 menjadi core i7.
Perkembangan note book yang sangat pesat ini sangat membantu dalam
menginstal aplikasi yang membantu pendidik dalam penelitian, membuat
bahan ajar, dan membuat administrasi Pendidikan. Technological
Knowledge (TK) merupakan aspek penting dalam dunia pendidikan
modern yang mencakup pemahaman tentang perangkat keras (hardware)
dan perangkat lunak (software) yang digunakan dalam berbagai aktivitas
pembelajaran dan administrasi pendidikan. Guru dan calon guru
diharapkan memiliki kemampuan untuk menggunakan teknologi secara
efektif dalam proses pembelajaran, baik dalam menyampaikan materi,
menyusun bahan ajar, maupun dalam mengelola administrasi akademik.
Penguasaan TK meliputi pemahaman tentang media pembelajaran
berbasis teknologi, seperti penggunaan aplikasi presentasi (misalnya
Microsoft PowerPoint dan Google Slides), pembuatan bahan ajar digital
(seperti modul interaktif, LKS digital, dan ringkasan materi dalam bentuk
e-book), serta pemanfaatan teknologi dalam penyusunan evaluasi
pembelajaran, seperti penggunaan aplikasi kuis online dan sistem
penilaian berbasis digital seperti e-Raport.
Selain itu, TK juga mencakup kemampuan dalam menggunakan
perangkat lunak yang mendukung penelitian dan analisis data, seperti
SPSS, NVivo, atau software statistik lainnya yang membantu guru dalam
melakukan penelitian tindakan kelas (PTK) maupun penelitian akademik
lainnya. Keberadaan teknologi yang semakin maju memungkinkan
pendidik untuk melakukan analisis data yang lebih akurat dan efisien,
sehingga hasil penelitian dapat memberikan kontribusi nyata terhadap
pengembangan strategi pembelajaran yang lebih efektif.
Perkembangan teknologi yang pesat, terutama dalam transisi dari
era Revolusi Industri 4.0 ke era Society 5.0, menuntut para pendidik
untuk terus mengikuti inovasi yang ada. Era Society 5.0 menitikberatkan
pada integrasi teknologi dengan kehidupan manusia secara lebih holistik,

5
termasuk dalam bidang pendidikan. Misalnya, perkembangan perangkat
komputer seperti notebook yang sebelumnya menggunakan prosesor
Core i3 kini berkembang menjadi Core i7 dan bahkan lebih tinggi lagi.
Kemajuan ini memungkinkan para pendidik untuk menginstal dan
menjalankan berbagai aplikasi pembelajaran yang lebih kompleks,
seperti perangkat lunak simulasi laboratorium virtual, pembelajaran
berbasis augmented reality (AR) dan virtual reality (VR), serta platform
pembelajaran berbasis kecerdasan buatan (AI). Lebih jauh, TK dalam
pendidikan juga berkaitan dengan kemampuan guru dalam mengelola
Learning Management System (LMS) seperti Google Classroom,
Moodle, dan Edmodo. LMS mempermudah guru dalam mengorganisir
materi pembelajaran, memberikan tugas, serta melakukan evaluasi
terhadap siswa secara lebih sistematis dan efisien. Di sisi lain, teknologi
juga mendukung aksesibilitas pembelajaran bagi siswa dengan kebutuhan
khusus, seperti penggunaan aplikasi text-to-speech untuk siswa dengan
gangguan penglihatan atau perangkat lunak pembelajaran interaktif bagi
siswa dengan kebutuhan belajar yang berbeda. Dengan semakin
berkembangnya teknologi, penguasaan TK oleh para pendidik menjadi
sangat krusial agar mereka dapat mengoptimalkan perannya dalam
menciptakan pembelajaran yang inovatif dan adaptif terhadap kebutuhan
zaman. Guru dan calon guru perlu terus mengembangkan diri melalui
pelatihan teknologi, seminar, serta eksplorasi mandiri agar dapat
mengikuti perkembangan teknologi yang terus berubah. Dengan
demikian, mereka dapat memastikan bahwa proses pembelajaran tetap
relevan, menarik, dan mampu menghasilkan lulusan yang siap
menghadapi tantangan dunia kerja di era digital.
b) CK yang biasa disebut Content Knowledge
CK merupakan pengetahuan terhadap materi atau disiplin ilmu di
mata pelajaran. Content Knowledge ini akan disesuaikan dengan KI
(Kompetensi Inti) dan KD (Kompetensi Dasar) yang telah dibuat oleh
pemerintah. Guru wajib mengetahui dan menguasai Conten knowledge
dalam melakukan proses belajar dan mengajar. Content Knowledge

6
sangat penting agar seorang guru dapat menemukan ciri khas strategi
pembelajaran yang pas dalm mengajarkan materi yang berbeda – beda.
Misalnya strategi mengajar materi Sel akan berbeda dengan strategi
menagajar materi Lingkungan. Content Knowledge (CK) adalah
pengetahuan mendalam yang dimiliki seorang pendidik terhadap materi
atau disiplin ilmu yang diajarkan dalam mata pelajaran tertentu. CK
mencakup pemahaman konseptual, fakta, teori, prinsip, dan prosedur
dalam bidang studi yang menjadi tanggung jawab seorang guru. Dalam
konteks kurikulum nasional, CK disesuaikan dengan Kompetensi Inti
(KI) dan Kompetensi Dasar (KD) yang telah ditetapkan oleh pemerintah
sebagai standar pembelajaran di sekolah. Guru yang memiliki CK yang
baik tidak hanya memahami isi materi, tetapi juga dapat menjelaskan,
mengaitkan, dan mengembangkan konsep secara sistematis agar mudah
dipahami oleh peserta didik.

Penguasaan CK sangat penting bagi seorang guru karena menjadi


dasar dalam penyampaian materi secara efektif. Tanpa pemahaman yang
kuat terhadap bidang ilmunya, seorang guru akan kesulitan menjawab
pertanyaan siswa, memberikan contoh yang relevan, atau
menghubungkan konsep yang sedang dipelajari dengan situasi nyata.
Selain itu, pemahaman CK yang baik memungkinkan guru untuk
mengidentifikasi dan mengatasi kesalahpahaman konsep yang sering
muncul di kalangan siswa. Misalnya, dalam mata pelajaran Biologi,
konsep tentang sel memiliki banyak istilah ilmiah dan proses yang
kompleks. Jika seorang guru tidak menguasai konsep ini dengan baik,
maka ia akan kesulitan menjelaskan struktur dan fungsi sel secara jelas
kepada siswa. Selain memahami materi, CK juga berperan dalam
menentukan strategi pembelajaran yang tepat untuk setiap topik yang
diajarkan. Materi yang berbeda membutuhkan pendekatan yang berbeda
pula. Sebagai contoh, dalam mata pelajaran IPA, pembelajaran tentang
sel mungkin lebih efektif dilakukan dengan penggunaan mikroskop atau
simulasi digital yang memungkinkan siswa untuk mengamati struktur sel

7
secara detail. Sementara itu, pembelajaran tentang lingkungan mungkin
lebih baik dilakukan melalui metode observasi langsung di lapangan atau
studi kasus mengenai isu-isu lingkungan. Pemilihan strategi ini
bergantung pada bagaimana seorang guru memahami karakteristik materi
serta bagaimana materi tersebut dapat disampaikan agar lebih mudah
dipahami oleh siswa.
Selain itu, CK juga berperan dalam membentuk kemampuan guru
dalam mengembangkan bahan ajar yang sesuai dengan kebutuhan siswa.
Seorang guru yang memiliki CK yang baik akan mampu menyusun
modul, LKS, atau ringkasan materi yang disesuaikan dengan tingkat
pemahaman dan karakteristik peserta didik. Guru juga dapat memilih
contoh-contoh yang relevan dan aplikatif dalam kehidupan sehari-hari
sehingga siswa lebih tertarik dan mudah memahami materi yang
diajarkan. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat
juga menuntut guru untuk terus memperbarui CK mereka. Banyak
konsep dan teori yang mengalami perubahan atau perkembangan seiring
dengan hasil penelitian terbaru. Oleh karena itu, guru perlu terus belajar
melalui pelatihan, seminar, jurnal ilmiah, serta berbagai sumber
terpercaya lainnya agar tetap memiliki pemahaman yang up-to-date
terhadap materi yang mereka ajarkan. Secara keseluruhan, CK
merupakan salah satu aspek fundamental dalam profesi seorang pendidik.
Penguasaan CK yang baik memungkinkan guru untuk menyampaikan
materi secara jelas, memilih strategi pembelajaran yang sesuai,
mengembangkan bahan ajar yang menarik, serta menjawab tantangan
dalam dunia pendidikan yang terus berkembang. Dengan CK yang kuat,
guru dapat menjadi fasilitator pembelajaran yang tidak hanya
mentransfer pengetahuan tetapi juga menginspirasi siswa untuk berpikir
kritis dan terus belajar sepanjang hayat.
c) PK atau yang biasa disebut Pedagogical Knowledge
PKmerupakan suatu pengetahuan tentang kompetensi pedagogik
atau kemampuan seorang guru dalam mengelola pembelajaran dikelas
yang meliputi pemahaman terhadap kondisi siswa, pembuatan dokumen

8
perencanaan pembelajaran (RPP) atau sekarang yang disebut modul ajar,
implementasi model pembelajaran, dan evaluasi hasil belajar (Kharisma
& Hariyatmi, 2016). Pengetahuan Pedagogi jika secara maksimal
diimplemntasikan dan dimiliki seorang guru maka mereka akan mengajar
dengan sangat baik dan dengan perencanaan yang matang. Kedalaman
PK akan terlihat pada penyusunan RPP atau yang sekarang disebut
modul ajar. RPP atau modul ajar ini yang akan dijadikan merupakan
cerminan dari bagaimana pengetahuan pedagogi seorang guru.
Keprofesionalan seorang guru dapat dievaluasi di RPP atau modul ajar
yang guru buat sendiri.
Pedagogical Knowledge (PK) adalah pengetahuan tentang
kompetensi pedagogik, yaitu kemampuan seorang guru dalam mengelola
proses pembelajaran di kelas secara efektif. PK mencakup pemahaman
terhadap karakteristik siswa, perencanaan pembelajaran yang matang,
implementasi model pembelajaran yang sesuai, serta evaluasi hasil
belajar untuk memastikan efektivitas pembelajaran. Seorang guru yang
memiliki PK yang baik tidak hanya memahami teori mengajar, tetapi
juga mampu menerapkannya dalam praktik untuk menciptakan
lingkungan belajar yang kondusif dan interaktif. Pemahaman terhadap
kondisi siswa menjadi salah satu aspek penting dalam PK. Setiap siswa
memiliki latar belakang, gaya belajar, dan tingkat pemahaman yang
berbeda-beda, sehingga guru perlu memiliki strategi yang tepat untuk
menyesuaikan metode pembelajaran agar sesuai dengan kebutuhan
mereka. Dengan memahami karakteristik siswa, guru dapat merancang
pembelajaran yang lebih menarik, memberikan diferensiasi
pembelajaran, serta menciptakan suasana kelas yang nyaman dan
mendukung perkembangan siswa secara akademik maupun sosial.
Perencanaan pembelajaran juga merupakan bagian integral dari PK.
Guru yang memiliki PK yang baik mampu menyusun dokumen
perencanaan pembelajaran yang sistematis dan komprehensif, seperti
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) atau yang kini lebih dikenal
sebagai modul ajar. Modul ajar ini berisi tujuan pembelajaran, langkah-

9
langkah penyampaian materi, strategi pengajaran, serta metode penilaian
yang akan digunakan untuk mengukur pemahaman siswa. Modul ajar
yang disusun dengan baik mencerminkan kedalaman pemahaman
pedagogik seorang guru dan menjadi acuan utama dalam menjalankan
proses pembelajaran di kelas. Implementasi model pembelajaran yang
tepat juga menjadi indikator kuat dalam penguasaan PK. Guru harus
mampu memilih dan menerapkan model pembelajaran yang sesuai
dengan materi dan kebutuhan siswa. Misalnya, dalam pembelajaran
berbasis proyek (Project-Based Learning), siswa diajak untuk
mengembangkan keterampilan berpikir kritis dan kolaboratif melalui
tugas-tugas nyata yang relevan dengan dunia mereka. Sementara itu,
dalam model pembelajaran berbasis masalah (Problem-Based Learning),
siswa diajak untuk menyelesaikan permasalahan secara mandiri atau
dalam kelompok, sehingga mereka dapat mengasah kemampuan analitis
dan pemecahan masalah. Guru yang memiliki PK yang kuat akan mampu
menentukan pendekatan yang paling efektif untuk setiap topik yang
diajarkan.
Selain itu, evaluasi hasil belajar menjadi aspek penting dalam PK
yang tidak dapat diabaikan. Evaluasi bertujuan untuk mengukur sejauh
mana siswa memahami materi yang telah diajarkan serta
mengidentifikasi area yang masih perlu diperbaiki. Guru yang memiliki
PK yang baik tidak hanya mengandalkan ujian tertulis sebagai alat
evaluasi, tetapi juga menggunakan berbagai metode lain seperti
observasi, portofolio, refleksi siswa, serta asesmen formatif yang
berkelanjutan. Evaluasi yang dilakukan dengan baik akan memberikan
gambaran yang lebih komprehensif tentang perkembangan siswa serta
membantu guru dalam menyesuaikan strategi pembelajaran di masa
mendatang. Penerapan PK yang maksimal dalam praktik mengajar akan
berdampak besar pada kualitas pembelajaran. Guru yang memiliki
pemahaman pedagogik yang baik akan lebih percaya diri dalam
mengajar, mampu mengelola kelas dengan efektif, serta dapat
menciptakan suasana belajar yang lebih menyenangkan dan bermakna

10
bagi siswa. Dengan demikian, PK bukan hanya sekadar teori dalam dunia
pendidikan, tetapi merupakan keterampilan nyata yang harus dikuasai
dan diterapkan oleh setiap guru agar dapat memberikan pengalaman
belajar yang berkualitas bagi peserta didik.
d) Pengertian PCK
Pedagogical content knowledge (PCK) merupakan kemampuan
utama yang wajib dimiliki oleh seorang guru ataupun calon guru
(Wahyuningtyas, 2022). Pedagogical Content knowledge (PCK)
meliputi kemampuan pedagogic (PK) dan kemampuan
memahami materi yang akan dijarkan atau content knowledge (CK).
PCK merupakan pengetahuan seorang guru dalam mengintegrasikan
kemampuan pedagoginya untuk menyampaikan materi. Setiap materi
mempunyai kekhasan kemampuan pedagogi. Seorang guru ketika hendak
menyampaikan materi Metabolisme akan berbeda pengelolaan kelasnya
dengan seorang guru yang akan menyampaikan materi Pencemaran
Lingkungan. Materi Pencemaran lingkungan akan meminta kemampuan
pedagogic guru mengelola kelas dengan kegiatan praktikum di
laboratorium atau di luar kelas. Materi metabolisme akan menuntut
kemampuan pedagogi guru dalam ruang kelas dengan materi yang
abstrak. Jadi dalam setiap materi yang akan diberikan ke siswa akan
menuntut guru untuk menggunakan cara pengelolaan kelas seperti apa.
PCK akan sangat dibutuhkan jika guru ingin siswa dapat menerima
materi secara maksimal. Jika guru tidak memiliki kemampuan PCK yang
baik maka materi tidak akan maksimal diterima oleh siswa.

Kesukaran yang sering dialami oleh guru ataupun calon guru


adalah mengkombinasikan antara pengetahuan pedagogi dengan
pengetahuan content ilmu (Nurmatin & Purwianingsih, 2017). Beberapa
penelitian yang dilakukan Wahyuningtyas (2022) dan Oktamarsetyani
(2018) menunjukan bahwa calon guru kurang dalam pemahaman PK.
Banyak calon guru yang kurang melihat model pembelajaran atau strategi
pembelajaran apa yang pas dengan materi yang akan diajarkan. Hal

11
tersebut terjadi mungkin karena banyak calon guru yang hanya lebih
mengedepankan pengetahuan materi yang akan diajarkan atau CK dari
pada PK mereka saat mengajar. Kemampuan PCK seharusnya secara
bersamaan dipahami oleh guru. PCK mempunyai hubungan yang sangat
erat. Tanpa ada PK maka CK tidak akan maksimal begitu pula sebaliknya.
Tuntutan seorang guru harus memahami PCK sangat terkait dengan UU
Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen mengenai tuntutan
terhadap kompetensi guru di Indonesia. Hal ini meliputi empat kompetensi
yaitu kompetensi pedagogic, kompetensi kepribadian, kompetensi social,
dan kompetensi keprofesionalan. salah satunya yang akan kita soroti yaitu
kompetensi pedagogic. Kompetensi pedagogik adalah pemahaman
terhadap kondisi siswa, perancangan modul ajar dan pelaksanaan
pembelajaran, evaluasi hasil belajar, serta pengembangan siswa untuk
mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya (Saifudin & Sukma,
2019).

Pedagogical Content Knowledge (PCK) merupakan keterampilan


utama yang harus dimiliki oleh setiap guru dan calon guru agar mampu
menyampaikan materi pembelajaran secara efektif. PCK merupakan
kombinasi antara kemampuan pedagogik (PK) dan pemahaman terhadap
materi atau content knowledge (CK). Dengan kata lain, PCK
mencerminkan bagaimana seorang guru tidak hanya memahami materi
yang diajarkan, tetapi juga mampu menyampaikannya dengan metode
dan strategi yang sesuai dengan karakteristik materi serta kebutuhan
siswa. Setiap materi pelajaran memiliki kekhasan tersendiri yang
membutuhkan pendekatan pedagogik yang berbeda dalam
pengajarannya. Sebagai contoh, penyampaian materi Metabolisme dalam
pelajaran Biologi akan berbeda dengan penyampaian materi Pencemaran
Lingkungan. Materi Metabolisme bersifat abstrak dan banyak melibatkan
konsep kimia serta proses biologis di tingkat mikroskopis, sehingga guru
harus menggunakan pendekatan yang dapat membantu siswa memahami
konsep ini dengan lebih konkret, seperti penggunaan animasi, simulasi,

12
atau model interaktif. Sementara itu, materi Pencemaran Lingkungan
lebih aplikatif dan dapat diamati secara langsung, sehingga pendekatan
pembelajaran berbasis proyek atau praktikum di laboratorium maupun di
luar kelas akan lebih efektif dalam membantu siswa memahami
dampaknya dalam kehidupan nyata. Dengan demikian, guru harus
mampu menyesuaikan strategi pembelajaran dengan karakteristik materi
agar siswa dapat memahami konsep dengan lebih baik.

Kesulitan utama yang sering dialami oleh guru dan calon guru
adalah mengkombinasikan antara PK dan CK dalam praktik mengajar.
Banyak calon guru yang lebih fokus pada penguasaan materi (CK) tanpa
mempertimbangkan bagaimana materi tersebut dapat disampaikan dengan
baik kepada siswa (PK). Akibatnya, mereka mengalami kendala dalam
menentukan metode dan strategi pembelajaran yang tepat, yang berujung
pada kurang optimalnya pemahaman siswa terhadap materi. Penelitian
yang dilakukan oleh Wahyuningtyas (2022) dan Oktamarsetyani (2018)
menunjukkan bahwa banyak calon guru masih mengalami kesulitan dalam
memahami PK, terutama dalam pemilihan model pembelajaran yang
sesuai dengan materi yang diajarkan. Pentingnya pemahaman PCK bagi
seorang guru juga berkaitan dengan regulasi yang mengatur kompetensi
guru di Indonesia. Dalam Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang
Guru dan Dosen, disebutkan bahwa seorang guru harus memiliki empat
kompetensi utama, yaitu kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian,
kompetensi sosial, dan kompetensi profesional. Kompetensi pedagogik
menjadi sorotan utama dalam PCK karena mencakup pemahaman terhadap
kondisi siswa, perancangan modul ajar, pelaksanaan pembelajaran,
evaluasi hasil belajar, serta pengembangan potensi siswa secara optimal
(Saifudin & Sukma, 2019). Dengan kata lain, seorang guru tidak cukup
hanya memiliki pengetahuan tentang materi yang diajarkan, tetapi juga
harus mampu menyesuaikan metode pembelajaran agar materi tersebut
dapat dipahami secara maksimal oleh siswa.

13
Pemahaman PCK yang baik memungkinkan guru untuk membuat
perencanaan pembelajaran yang lebih efektif. Dalam proses penyusunan
modul ajar, guru harus mempertimbangkan tidak hanya isi materi, tetapi
juga bagaimana cara terbaik untuk menyampaikannya sesuai dengan
tingkat pemahaman siswa. Modul ajar yang dirancang dengan baik akan
mencerminkan kemampuan PCK seorang guru, karena di dalamnya
terdapat perencanaan strategi pembelajaran yang sesuai dengan
karakteristik materi dan kebutuhan siswa. Selain itu, dalam proses
evaluasi hasil belajar, guru dengan PCK yang baik akan mampu menilai
apakah strategi pembelajaran yang diterapkan sudah efektif atau perlu
dilakukan penyesuaian agar lebih sesuai dengan kondisi siswa.
Tantangan dalam memahami dan menerapkan PCK menuntut guru dan
calon guru untuk terus mengembangkan keterampilan mereka melalui
pelatihan, penelitian, serta praktik mengajar yang terus menerus. Guru
yang memiliki PCK yang kuat akan mampu menciptakan pembelajaran
yang lebih interaktif, inovatif, dan relevan dengan kebutuhan siswa. Oleh
karena itu, penguasaan PCK bukan hanya sekadar teori, melainkan
keterampilan yang harus diasah dan diterapkan dalam setiap aktivitas
pembelajaran guna memastikan bahwa siswa dapat memahami dan
mengaplikasikan ilmu yang mereka pelajari secara maksimal.
e) Pengertian TPK
Technological Pedagogical Knowledge merupakan gabungan
anatra kemampuan pedagogic dengan pengetahuan terkait teknologi.
Kemampuan pedagogic seseorang akan maksimal jika ada unsur
teknologi yang mewarnai pembelajaran. Pengetahuan PTK merupakan
ilmu yang akan dipakai guru untuk mencocokan produk teknologi apa
yang cocok dengan Susana pembelajaran di kelas. Misalkan jika
pembelajaran tersebut tentang Fotosistensis Pada Tumbuhan apakah
teknologi yang cocok berupa gamabar atau video animasi, dengan
pengetahuan ini guru akan lebih memilih jika pembelajaran dengan
materi fotosintesis akan cocok dengan video animasi. Pengetahuan PTK
juga akan membantu guru memilih peralatan praktikum apa yang cocok

14
untuk dapat melakukan suatu praktikum pada materi Biologi. Jika
teknologi praktikum yang dipakai cocok maka penyampaian ilmu ke
siswa akan lebih maksimal. Teknologi dan pedagogic ini sangat berkaitan
dan memeberikan pengaruh yang positif (Absari et al., 2020). Teknologi
dapat menciptakan suatu model pembelajaran baru untuk kita mengajar
di kelas. Misalkan kegiatan pembelajaran online yang akan menciptakan
metode mengajar baru yang akan cocok jika diterapkan di pembelajaran
berbasis jaringan (Rosyid, 2016). Hal tersebut memperlihatkan
bagaimana integrasi antara pedagogi dan teknologi dalam pembelajaran
di kelas.
Technological Pedagogical Knowledge (TPK) merupakan integrasi
antara kemampuan pedagogik dengan pemanfaatan teknologi dalam
pembelajaran. Dalam era digital seperti saat ini, teknologi telah menjadi
bagian penting dalam dunia pendidikan, dan pemanfaatannya yang tepat
dapat meningkatkan efektivitas proses belajar mengajar. Seorang guru
yang memiliki TPK yang baik akan mampu memilih dan mengadaptasi
teknologi yang sesuai dengan metode pembelajaran yang digunakan,
sehingga dapat menciptakan pengalaman belajar yang lebih menarik,
interaktif, dan bermakna bagi siswa. Kemampuan pedagogik seseorang
akan semakin maksimal jika dipadukan dengan unsur teknologi yang
mendukung pembelajaran. Teknologi tidak hanya digunakan sebagai alat
bantu, tetapi juga sebagai bagian dari strategi pembelajaran yang
dirancang secara sistematis. Dengan pengetahuan TPK, guru dapat
menentukan produk teknologi apa yang paling sesuai dengan suasana
pembelajaran di kelas. Misalnya, dalam pembelajaran tentang
Fotosintesis pada tumbuhan, penggunaan gambar statis mungkin tidak
cukup efektif untuk menjelaskan proses yang kompleks dan dinamis.
Oleh karena itu, guru dapat memilih untuk menggunakan video animasi
yang lebih interaktif agar siswa dapat memahami konsep dengan lebih
jelas. Begitu pula dalam pembelajaran konsep abstrak lainnya, simulasi
berbasis komputer atau augmented reality (AR) dapat digunakan untuk
membantu siswa memahami materi dengan lebih baik.

15
Selain dalam penyampaian materi, TPK juga berperan dalam
pemilihan peralatan praktikum yang tepat untuk mendukung
pembelajaran sains, terutama dalam mata pelajaran seperti Biologi,
Fisika, dan Kimia. Dalam pembelajaran Biologi, misalnya, teknologi
dapat membantu guru memilih alat-alat praktikum yang lebih modern
dan efektif, seperti penggunaan mikroskop digital yang dapat
menampilkan gambar sel atau jaringan tumbuhan dalam resolusi tinggi
pada layar komputer atau proyektor. Dengan teknologi ini, siswa dapat
melakukan observasi secara lebih jelas dibandingkan dengan mikroskop
konvensional. Jika pemilihan teknologi praktikum tepat, maka
pemahaman siswa terhadap konsep ilmiah akan meningkat, dan mereka
dapat lebih aktif dalam kegiatan eksperimen. Teknologi juga memiliki
peran dalam menciptakan model pembelajaran baru yang inovatif.
Contohnya, dalam pembelajaran berbasis daring atau online learning,
teknologi memungkinkan guru untuk menggunakan metode pengajaran
yang lebih fleksibel dan berbasis jaringan. Penggunaan Learning
Management System (LMS) seperti Google Classroom, Moodle, atau
Edmodo memberikan kemudahan bagi guru dalam mengorganisir materi
pembelajaran, memberikan tugas, serta berkomunikasi dengan siswa.
Selain itu, platform video conference seperti Zoom atau Microsoft Teams
memungkinkan interaksi langsung antara guru dan siswa meskipun
dilakukan secara jarak jauh. Teknologi ini tidak hanya mengubah cara
guru mengajar, tetapi juga memungkinkan siswa untuk belajar dengan
gaya yang lebih mandiri dan kolaboratif.
Penerapan TPK dalam pembelajaran juga memberikan tantangan
tersendiri bagi guru. Tidak semua guru memiliki keterampilan dalam
mengintegrasikan teknologi dengan metode pengajaran mereka. Oleh
karena itu, penting bagi guru untuk terus mengembangkan kompetensi
mereka melalui pelatihan dan eksplorasi terhadap teknologi pendidikan
yang terus berkembang. Guru yang memiliki pemahaman TPK yang baik
akan lebih siap menghadapi perubahan dan dapat menyesuaikan
pembelajaran dengan kebutuhan serta perkembangan zaman. Dengan

16
demikian, TPK menjadi salah satu aspek penting dalam profesi guru
modern. Teknologi bukan lagi sekadar pelengkap dalam pembelajaran,
tetapi menjadi bagian integral dari strategi pengajaran yang dapat
meningkatkan kualitas pembelajaran. Integrasi antara pedagogi dan
teknologi memungkinkan pembelajaran menjadi lebih efektif, interaktif,
dan sesuai dengan perkembangan zaman, sehingga siswa dapat
memperoleh pengalaman belajar yang lebih bermakna dan relevan
dengan dunia nyata.
f) Pengertian TCK
Technological Content Knowledge atau TCK merupakan
kombinasi anatara pengetahuan teknologi dengan jenis materi yang akan
diajarkan. TCK sangat penting dimiliki oleh seorang guru karena jika
guru tidak mempunyai pengetahuan TCK maka materi yang akan
disampaikan tidak akan maksimal. Sebagai contoh materi yang bersifat
abstrak seperti Metabolisme Sel jika tidak dipadukan dengan teknologi
yang tepat dalam penyampaiannya, maka siswa akan sulit untuk
mendapatkan makna dari materi tersebut. Misalkan saja jika guru mau
menjelaskan transkripsi dan transalasidalam anabolisme protein, jika
media gambar dan media video animasi tidak dilibatkan guru di
pembelajaran maka siswa tidak akan memahami proses transkripsi dan
transalasi dengan maksimal. Siswa akan lebih paham jika materi
transkripsi dan transalasi disajikan prosesnya dalam video animasi,
sehingga tahapannya dapat siswa pahami secara jelas jika ada kombinasi
audio dan visual melalui produk teknologi.
Teknologi memungkinkan penemuan konten baru atau gambaran
dari konten. (Rosyid, 2016). Jika setiap guru menyampaikan materi
dengan teknologi yang tepat, maka kemampuan berpikir kritis siswa akan
muncul. Siswa akan dapat menemukan asumsi konten baru dari
pengunaan teknologi yang tepat di materi yang abstrak dan sulit
disampaikan dengan praktikum. Technological Content Knowledge
(TCK) adalah integrasi antara pengetahuan teknologi dan materi
pelajaran yang akan diajarkan. Penguasaan TCK menjadi sangat penting

17
bagi guru karena teknologi dapat berfungsi sebagai jembatan yang
membantu siswa memahami materi dengan lebih baik, terutama untuk
konsep yang abstrak atau sulit dipahami. Jika seorang guru tidak
memiliki pemahaman yang cukup tentang bagaimana teknologi dapat
mendukung pengajaran suatu materi, maka penyampaian materi tersebut
bisa menjadi kurang efektif, dan siswa mungkin mengalami kesulitan
dalam memahami konsep yang disampaikan.
Sebagai contoh, dalam mata pelajaran Biologi, materi Metabolisme
Sel merupakan salah satu konsep yang cukup kompleks karena
melibatkan proses mikroskopis yang tidak dapat diamati secara langsung
oleh siswa. Jika seorang guru hanya menjelaskan materi ini
menggunakan buku teks atau gambar statis tanpa melibatkan teknologi,
siswa mungkin akan kesulitan memahami bagaimana proses tersebut
berlangsung. Namun, dengan menggunakan video animasi atau simulasi
interaktif, guru dapat memberikan gambaran visual yang lebih jelas
tentang bagaimana molekul-molekul berinteraksi dalam proses
transkripsi dan translasi pada sintesis protein. Animasi yang
menunjukkan langkah-langkah pembentukan mRNA, peran ribosom,
serta bagaimana asam amino dirangkai menjadi protein akan membantu
siswa memahami konsep tersebut dengan lebih konkret. Dengan
demikian, integrasi teknologi dalam penyampaian materi dapat
meningkatkan pemahaman siswa terhadap konsep yang kompleks.
Teknologi juga berperan dalam menciptakan representasi baru dari
konten pembelajaran yang sebelumnya sulit untuk divisualisasikan.
Beberapa konsep dalam Fisika dan Kimia, seperti gerak partikel dalam
termodinamika atau reaksi kimia pada tingkat molekuler, juga dapat lebih
mudah dipahami dengan bantuan simulasi digital. Teknologi
memungkinkan siswa untuk melihat, mengeksplorasi, dan bahkan
memanipulasi objek atau proses yang sebelumnya hanya bisa mereka
bayangkan. Hal ini dapat memberikan pengalaman belajar yang lebih
mendalam dan memungkinkan siswa untuk membangun pemahaman
yang lebih baik terhadap materi yang mereka pelajari.

18
Selain itu, pemanfaatan teknologi yang tepat dalam pembelajaran
juga dapat merangsang keterampilan berpikir kritis siswa. Ketika siswa
diberikan akses ke simulasi, eksperimen virtual, atau sumber daya digital
lainnya, mereka dapat melakukan eksplorasi mandiri, mengajukan
pertanyaan, serta mencari pola atau hubungan dalam suatu konsep yang
sedang dipelajari. Misalnya, dalam pembelajaran sains, siswa dapat
menggunakan software laboratorium virtual untuk melakukan
eksperimen yang mungkin sulit atau berbahaya jika dilakukan di
laboratorium nyata. Dengan cara ini, mereka tidak hanya memahami
materi dari sudut pandang teoritis tetapi juga mengembangkan
kemampuan berpikir analitis dan investigatif yang lebih baik. Selain
dalam bidang sains, TCK juga dapat diterapkan dalam berbagai mata
pelajaran lain. Dalam pelajaran Sejarah, misalnya, teknologi seperti
realitas virtual (VR) dapat digunakan untuk membawa siswa dalam tur
interaktif ke masa lalu, memungkinkan mereka untuk mengalami
peristiwa sejarah secara lebih mendalam daripada hanya membaca buku
teks. Dalam pelajaran Matematika, aplikasi interaktif dapat membantu
siswa memahami konsep geometri dan aljabar dengan cara yang lebih
visual dan manipulatif. Semua ini menunjukkan bagaimana teknologi
dapat memperkaya konten pembelajaran dan membuatnya lebih menarik
serta mudah dipahami.
Namun, penerapan TCK dalam pendidikan tidak hanya bergantung
pada ketersediaan teknologi, tetapi juga pada kemampuan guru dalam
memilih dan menggunakannya dengan efektif. Guru harus memahami
bagaimana berbagai teknologi dapat digunakan untuk mendukung
penyampaian materi, serta mampu menyesuaikan penggunaannya dengan
tingkat pemahaman dan kebutuhan siswa. Oleh karena itu,
pengembangan kompetensi guru dalam bidang TCK sangat penting agar
mereka dapat memanfaatkan teknologi secara optimal dalam proses
pembelajaran. Dengan demikian, Technological Content Knowledge
(TCK) bukan hanya tentang menggabungkan teknologi dengan materi
pelajaran, tetapi juga tentang bagaimana teknologi dapat digunakan untuk

19
meningkatkan pemahaman siswa dan memperkaya pengalaman belajar
mereka. Integrasi teknologi yang tepat dalam pembelajaran tidak hanya
membantu siswa dalam memahami materi yang sulit, tetapi juga
merangsang rasa ingin tahu, kreativitas, dan kemampuan berpikir kritis
mereka. Oleh karena itu, guru yang memiliki penguasaan TCK yang baik
akan mampu menciptakan pembelajaran yang lebih efektif, menarik, dan
sesuai dengan perkembangan zaman.

B. Manfaat TPACK di Bidang Pendidikan dan Pembelajaran


TPACK dijadikan menjadi suatu model pembelajaran dalam dunia
pendidikan. TPACK merupakan suatu pendekatan yang menekankan kepada
teknologi, strategi pembelajaran, dan kompetensi dalam kurikulum. TPACK
dapat diartikan sebagai suatu pendekatan. Pendekatan pembelajaran TPACK
mempunyai beberapa langkah – langkah layaknya pendekatan pembelajaran
yang lain. TPACK dapat dipakai dalam suatu pembelajaran jika ada
komponen TPACK didalam RPP tau rencana pelaksanaan pembelajaran. RPP
yang baik adalah RPP yang memuat semua komponen TPACK. RPP yang
dibuat oleh guru yang mengusai TPACK akan menjadi RPP yang sangat baik
dan mudah diterapkan. Azizah, dkk., (2020) mengatakan bahwa seorang guru
akan membuat RPP atau modul ajar yang sangat baik jika dia menguasai
kemampuan TPACK juga dengan baik. RPP berbasis TPACK adalah suatu
rancangan kegiatan pembelajaran guru yang memuat perencanaan terhadap
pemanfaatan teknologi, penentuan model atau cara dalam mengelola kegiatan
pembelajaran, dan konten pembelajaran yang digunakan (Mansur,dkk.,2020).
Penerapan TPACK sangat penting tercermin dalam RPP karena rancangan
pembelajaran yang dibuat guru akan sesuai dengan tutuntan zaman era society
5.0 yakni mengintegrasikan teknologi, pedagogi dan konten dalam proses
kegiatan pembelajaran.
Wuryaningtyas & Setyaningsih (2020) menyampaikan bahwa guru
akan lebih mudah dalam menyampaikan materi ajar ke siswa jika
menggunakan teknologi. Penggunaan teknologi itu misalkan kita ingin
menyampaikan materi abstrak berupa organel sel dengan menggunkan video

20
animasi letak dan bentuk organel sel dalam slide power point guru. Selaras
dengan yang disampaikan oleh Arnesti dan Hamid dalam (Tamba, 2021)
bahwa keuntungan dari penerapan TPACK yakni pembelajaran akan lebih
interaktif dan mandiri dengan memakai teknologi sebagai jembatan
pembelajaran. Dengan memanfaatkan teknologi maka guru dapat membuat
kreasi yang sangat beranekaragam melalui aplikasi pembuatan modul atau
media pembelajaran yang telah ada. Misalkan guru membuat modul interaktif
dengan Canva, guru membuat video interaktif menggunakan aplikasi Tiktok.
Selain guru dapat membuat pembelajaran yang menarik dengan mengikuti
tren aplikasi terkini, guru juga dapat tau kisah kisah yang sedang viral dan
dapat diinteraksikan dengan pembelajaran agar anak semakin termotivasi
mengikuti pembelajaran. Guru diharapkan wajib bisa menggunakan teknologi
agar pembelajaran yang dilakukan bersifat kreatif dan inovatif (Muhtadi,
2019).
TPACK agar dapat diimplementasikan ke pembalajaran maka
harus mempunyai sintaks atau langkah–langkah. Berikut ini akan dijelaskan
langkah – langkah pendekatan TPACK yaitu
a) Pertama, guru terlebih dulu menyampaikan tujuan pembelajaran setelah
itu guru akan memberikan motivasi ke siswa untuk menarik minat
belajar siswa pada materi. Langkah pertama ini merupakan langkah
awal untuk menunjukan adanya keterlibatan Technologycal Knowledge
(TK), Content Konowledge (CK), dan Pedagogical Knowledge (PK)
dalam pembelajaran. Dalam Langkah penyampaian tujuan ini sebaiknya
disampaikan dengan mengkaitkan setiap tujuan dengan pengalaman
sehari hari yang sering dilakukan oleh siswa. Misalkan saja jika guru
ingin menyampaikan tujuan mengenai siswa menjelaskan komponen
biotik dan abiotic di suatu ekosistem, maka dalam menyampaikan
tujuan tanyakan dulu apakah didekat rumah kalian ada kebun atau
kolam? Kemudian tunggulah sampai siswa ada yang menjawab ada.
Jika ada yang pernah ke kebun atau ke kolam tanyakan apa saja yang
kamu lihat disana? Dengan pertanyaan seperti itu siswa akan
termotivasi karena ilmu yang akan mereka pelajari ternyata hal yang

21
telah biasa mereka ketahui dan mereka temui. Dengan belajar seperti ini
maka kemampuan Pedagogical Knowledge dapat kita
implementasikan di penyampaian tujuan pembelajaran .
Technologycal Knowledge (TK) juga akan kita masukan di
penyampaian tujuan pembelajaran. Tujuan pembelajaran sebaiknya
disampaikan dengan memperlihatkan ke siswa melalui powerpoint atau
video yang berwarna dan menarik. Dengan penampilan yang menarik
maka siswa akan dapat mulai menyukai materi yang hendak
disampaikan. Siswa tidak akan jenuh jika diawal pembelajaran sudah
ada senthan teknologi yang kreatif. Content Konowledge (CK) juga
dapat diimplemntasikan di penyampaian tujuan pembelajaran. CK
dipakai untuk membatasi guru dalam memberikan berapa banyak tujuan
yang dapat diberikan selama 1 pertemuan. CK juga dipakai oleh guru
untuk dapat menentukan tujuan pembelajaran dengan model apa yang
akan dilakukan siswa. Misalkan jika materi mengenai ekosistem maka
lebih baik model pembelajarannya lebih banyak praktikuk, sehingga di
tujuan disamapaikan bahwa siswa akan melakukan praktikum
pembuatan ekosistem.
b) Guru menyampaikan poin materi yang akan diberikan kepada siswa.
Tahap kedua dari model pembelajaran menggunakan TPACK ini
adalah dengan menerapkan TK, PK, dan CK juga. Kemampuan
Pedagogical Knowledge (PK) dapat kita implementasikan di
penyampaian materi. Dalam Langkah penyampaian materi awal ini
sebaiknya disampaikan dengan mengkaitkan pengantar materi dengan
pengalaman sehari hari yang sering dilakukan oleh siswa. Misalkan saja
jika guru ingin menyampaikan menarik maka siswa akan dapat mulai
menyukai materi yang hendak disampaikan. Siswa tidak akan jenuh jika
diawal pembelajaran sudah ada senthan teknologi yang kreatif.
Content Konowledge (CK) juga dapat diimplemntasikan di
penyampaian tujuan pembelajaran. CK dipakai untuk membatasi guru
dalam memberikan berapa banyak tujuan yang dapat diberikan selama 1
pertemuan. CK juga dipakai oleh guru untuk dapat menentukan tujuan

22
pembelajaran dengan model apa yang akan dilakukan siswa. Misalkan
jika materi mengenai ekosistem maka lebih baik model
pembelajarannya lebih banyak praktikuk, sehingga di tujuan
disamapaikan bahwa siswa akan melakukan praktikum pembuatan
ekosistem.
Siswa menjelaskan komponen biotik dan abiotic di suatu
ekosistem, maka dalam menyampaikan tujuan tanyakan dulu apakah
didekat rumah kalian ada kebun atau kolam? Kemudian tunggulah
sampai siswa ada yang menjawab ada. Jika ada yang pernah ke kebun
atau ke kolam tanyakan apa saja yang kamu lihat disana? Dengan
pertanyaan seperti itu siswa akan termotivasi karena ilmu yang akan
mereka pelajari ternyata hal yang telah biasa mereka ketahui dan
mereka temui. Technologycal Knowledge (TK) juga akan kita masukan
di penyampaian materi awal. materi awal sebaiknya disampaikan
dengan memperlihatkan ke siswa melalui powerpoint atau video yang
berwarna dan menarik. Dengan penampilan yang menarik maka siswa
akan dapat mulai menyukai materi yang hendak disampaikan. Siswa
tidak akan jenuh jika diawal pembelajaran sudah ada senthan teknologi
yang kreatif.
Technological Knowledge (TK) dalam penyampaian materi awal
memiliki peran penting dalam membangun ketertarikan dan motivasi
siswa terhadap pembelajaran. Penyampaian materi di awal
pembelajaran sebaiknya tidak hanya dilakukan secara verbal, tetapi juga
didukung dengan media digital yang menarik, seperti PowerPoint,
video edukatif, animasi interaktif, atau simulasi berbasis teknologi.
Dengan penggunaan teknologi yang tepat, guru dapat menciptakan
suasana belajar yang lebih interaktif, membantu siswa memahami
konsep dengan lebih baik, serta meningkatkan keterlibatan mereka
dalam pembelajaran.

Salah satu cara efektif dalam mengintegrasikan TK dalam


penyampaian materi awal adalah dengan menggunakan PowerPoint

23
yang menarik dan berwarna. PowerPoint yang baik tidak hanya berisi
teks panjang, tetapi juga dilengkapi dengan gambar, diagram,
infografis, dan elemen visual lainnya yang mendukung pemahaman
siswa. Penggunaan animasi dan transisi yang dinamis juga dapat
membuat materi lebih hidup dan tidak monoton. Selain itu, guru dapat
menambahkan elemen hyperlink atau kuis interaktif di dalam
PowerPoint untuk meningkatkan keterlibatan siswa dalam memahami
materi. Selain PowerPoint, video edukatif juga menjadi salah satu
media yang sangat efektif dalam menyampaikan materi awal. Video
dengan tampilan yang menarik dan alur yang jelas dapat membantu
siswa memahami konsep yang abstrak dengan lebih mudah. Guru dapat
menggunakan video dari platform seperti YouTube, Khan Academy,
atau TED-Ed, atau bahkan membuat video sendiri dengan
menggunakan aplikasi seperti Camtasia, Animaker, atau Adobe Spark.
Video yang disajikan dalam bentuk animasi atau demonstrasi langsung
akan lebih mudah dipahami oleh siswa, terutama dalam mata pelajaran
seperti biologi, di mana konsep-konsep yang bersifat kompleks dapat
divisualisasikan dengan lebih jelas melalui teknologi.

Selain video dan PowerPoint, simulasi interaktif juga dapat


menjadi alternatif dalam penyampaian materi awal. Beberapa mata
pelajaran, terutama yang berbasis eksperimen seperti sains dan
matematika, dapat lebih mudah dipahami jika siswa melihat
demonstrasi langsung melalui simulasi digital. Contohnya, dalam
pembelajaran biologi, guru dapat menggunakan PhET Interactive
Simulations atau BioMan Biology untuk memperlihatkan bagaimana
konsep seperti fotosintesis, ekosistem, atau struktur sel bekerja dalam
skala mikroskopis. Dengan cara ini, siswa dapat bereksperimen secara
virtual dan memahami konsep dengan lebih baik. Penggunaan teknologi
dalam penyampaian materi awal juga membantu dalam mengatasi
kejenuhan siswa. Jika pembelajaran hanya dilakukan dengan metode
ceramah tanpa dukungan media visual, siswa cenderung kehilangan

24
fokus dan merasa bosan. Namun, dengan adanya sentuhan teknologi
yang kreatif, pembelajaran menjadi lebih menarik dan menyenangkan.
Siswa akan lebih antusias dalam mengikuti pelajaran karena mereka
tidak hanya mendengar penjelasan, tetapi juga melihat, mengamati, dan
berinteraksi dengan materi. Selain media presentasi dan video, guru
juga dapat memanfaatkan platform pembelajaran berbasis teknologi,
seperti Google Slides, Nearpod, atau Canva for Education, untuk
membuat materi yang lebih interaktif. Dalam platform ini, guru dapat
menambahkan pertanyaan interaktif, polling, atau game edukatif yang
memungkinkan siswa untuk langsung berpartisipasi dalam
pembelajaran. Dengan adanya interaksi ini, siswa tidak hanya menjadi
pendengar pasif tetapi juga ikut serta dalam proses pembelajaran,
sehingga pemahaman mereka terhadap materi menjadi lebih mendalam.

Penting untuk dicatat bahwa penggunaan teknologi dalam


penyampaian materi awal harus tetap disesuaikan dengan kebutuhan
siswa dan tujuan pembelajaran. Teknologi sebaiknya tidak hanya
digunakan sebagai hiasan, tetapi benar-benar dirancang untuk
meningkatkan efektivitas pembelajaran. Oleh karena itu, guru harus
mampu memilih teknologi yang relevan, mudah digunakan, dan sesuai
dengan tingkat pemahaman siswa. Dengan mengintegrasikan TK dalam
penyampaian materi awal, guru dapat menciptakan pengalaman belajar
yang lebih menarik, meningkatkan motivasi siswa, serta membantu
mereka memahami materi dengan lebih baik. Sentuhan teknologi yang
kreatif tidak hanya membuat pembelajaran lebih interaktif, tetapi juga
membangun suasana kelas yang lebih dinamis dan inovatif, sehingga
siswa lebih siap dan antusias dalam menerima materi yang akan
dipelajari.

Content Konowledge (CK) juga dapat diimplementasikan di


penyampaian materi awal. CK dipakai untuk membatasi guru dalam
memberikan berapa banyak pengantar materi yang dapat diberikan

25
selama pembukaan pembelajaran. CK juga dipakai oleh guru untuk
dapat menentukan sejauh mana siswa harus mengerti syarat materi yang
harus didapat sebelum belajar materi selanjutnya. Misalkan jika
seseorang ingin mempelajari genetika maka siswa lebih dahulu harus
diberikan pengantar materi tentang DNA untuk mengingatkan siswa
atas materi DNA yang dulu pernah dipelajari.

c) Guru memulai kegiatan belajar dan meminta siswa untuk berkelompok


serta berpartisipasi aktif dalam kegiatan pembelajaran.
Tahap ketiga dari model pembelajaran menggunakan TPACK ini
adalah dengan menerapkan TK, PK, dan CK ke dalam kegiatan
pembelajaran. Kemampuan Pedagogical Knowledge (PK) dapat kita
implementasikan di setiap kegiatan pembelajaran. Setiap Langkah pada
kegiatan pembelajaran haruslah menerapkan 3 unsur pedagogi, materi,
dan teknologi. Misalkan jika seorang guru akan melakukan kegiatan
pembelajaran dengan menngunakan model Project Based Learning
(PjBL). Sintaks dari model PjBL secara umum meliputi secara umum
memiliki pedoman langkah: planning (perencanaan), creating
(mencipta atau implementasi), dan processing (pengolahan)
(Wahyuningtyas, 2019). Pada sintaks pertama planning maka guru
haruslah meminta siswa mempresentasikan perencanaan proyek mereka
dengan power point atau aplikasi berbasis teknologi informasi. TK akan
masuk kedalam sintaks pertama jika guru mengarahkan siswa belajar
berbasis teknologi aplikasi computer dalam presentasi planning.

Pada sintaks create guru guru haruslah cekatan dalam


menggunakan kemampuan pedagoginya atau PK dalam melaksanakan
pembelajaran. Misalkan dalam sintaks create guru tidak dapat
mengelola kelas maka yang melakukan create hanyalah Sebagian anak
saja, tidak semua anak ikut bekerja dalam membuat proyek. Cara yang
dapat dipakai adalah guru haruslah menyiapkan peer evauation atau
penilaian anatar teman untuk menilai kinerja masing masing siswa

26
dalam kelompok pembuatan proyek. Guru yang memiliki PK dengan
baik maka dia akan membuat peer evaluationnya dapat menilai secara
keseluruhan kinerja masing masing siswa dan membuat siswa harus
turut serta selalu bekerja kelompok agar peer evaluation mereka
mendapatkan nilai yang baik. Selain itu CK juga dituntut harus ada
pada setiap sintaks, misalkan pada sintaks process seorang guru wajib
tau apakah proyek siswa sudah sesuai dengan tujuan pembelajaran dan
mereka mendapatkan pengetahuan yang ditargetkan. Seorang guru
wajib tahu materi yang harus didapatkan oleh siswa dengan
mengerjakan proyek. Jika siswa tidak paham materi setelah
mengerjakan proyek maka guru wajib untuk memberikan konfirmasi
atau menyamapaikan materi ulang.

d) Guru melakukan evaluasi pembelajaran dan refleksi kegiatan


pembelajaran.
Evaluasi pembelajaran juga selalu menyertakan 3 unsur utama
yaitu PK, CK, dan TK. PK atau kemampuan pedagogi akan dipakai
dalam tahap evaluasi ini dengan cara guru akan memilih jenis evaluasi
apa yang cocok dipakai dalam materi. Misalkan jika materinya adalah
mengenal organel sel dengan praktikum, maka penilaian yang pas
adalah berjenis evaluasi psikomotor dan evaluasi kognitif. PK juga
dapat diterapkan setelah pemberian evaluasi, misal setelah evaluasi
dilakukan maka guru dapat memberikan penghargaan atas seluruh kerja
keras siswa selama beberapa waktu mempelajari materi, misalkan
dengan diberikan permen setelah ulangan atau diberikan tepuk tangan
setelah selesai mengerjakan evaluasi. Pedagogical Knowledge (PK)
juga memiliki peran penting dalam proses evaluasi, tidak hanya dalam
penyusunan dan pelaksanaannya, tetapi juga dalam tindak lanjut setelah
evaluasi dilakukan. Evaluasi bukan hanya sekadar alat untuk mengukur
pemahaman siswa terhadap materi, tetapi juga sebagai bagian dari
proses pembelajaran yang dapat memotivasi mereka untuk terus
berkembang. Oleh karena itu, setelah evaluasi dilakukan, guru perlu

27
menerapkan strategi pedagogi yang tepat untuk memberikan umpan
balik serta menciptakan lingkungan belajar yang positif dan suportif
bagi siswa.

Salah satu cara penerapan PK setelah evaluasi adalah


memberikan penghargaan atas usaha siswa dalam menyelesaikan ujian
atau tugas evaluasi. Penghargaan ini tidak selalu harus berupa hadiah
besar, tetapi bisa dalam bentuk apresiasi sederhana yang mampu
meningkatkan semangat belajar siswa. Contohnya, guru dapat
memberikan permen atau hadiah kecil lainnya kepada siswa setelah
mereka menyelesaikan ulangan sebagai bentuk penghargaan atas usaha
mereka. Meskipun terlihat sederhana, tindakan ini dapat memberikan
motivasi tambahan bagi siswa untuk terus belajar dengan giat.

Selain penghargaan berbentuk fisik, apresiasi juga bisa


diberikan dalam bentuk tepuk tangan bersama atau pujian verbal.
Ketika semua siswa telah menyelesaikan evaluasi, guru dapat mengajak
seluruh kelas untuk memberikan tepuk tangan sebagai bentuk
penghargaan terhadap kerja keras mereka. Guru juga bisa memberikan
pujian spesifik kepada siswa yang menunjukkan peningkatan dalam
pemahaman atau usaha mereka dalam belajar, misalnya dengan
mengatakan, “Saya sangat mengapresiasi usaha kalian dalam
mengerjakan ulangan ini, terutama bagi yang sudah menunjukkan
peningkatan dari sebelumnya. Terus pertahankan semangat belajar
kalian!” Pujian semacam ini dapat memberikan efek positif pada
kepercayaan diri siswa dan meningkatkan motivasi intrinsik mereka
dalam belajar.

Selain penghargaan langsung, guru juga bisa menerapkan sistem


penghargaan jangka panjang untuk mempertahankan motivasi belajar
siswa. Misalnya, guru dapat menggunakan sistem poin atau badge, di
mana siswa yang menunjukkan peningkatan atau kerja keras dalam

28
evaluasi mendapatkan poin tambahan yang bisa dikumpulkan untuk
mendapatkan hadiah di akhir semester. Cara lain adalah dengan
menampilkan daftar prestasi di kelas, misalnya dengan membuat
“Papan Apresiasi” yang berisi nama siswa yang telah menunjukkan
usaha luar biasa dalam pembelajaran.

Selain aspek penghargaan, PK juga dapat diterapkan dalam


pemberian umpan balik setelah evaluasi. Umpan balik yang baik tidak
hanya berfokus pada hasil akhir (nilai), tetapi juga pada proses yang
telah dilalui siswa dalam belajar. Guru dapat memberikan review hasil
evaluasi secara klasikal, mendiskusikan soal-soal yang banyak dijawab
salah oleh siswa, serta memberikan kesempatan bagi mereka untuk
bertanya tentang bagian yang belum dipahami. Jika memungkinkan,
guru juga dapat memberikan umpan balik personal kepada siswa,
terutama bagi mereka yang mengalami kesulitan dalam memahami
materi.

Penting bagi guru untuk tidak hanya menyoroti kesalahan siswa


dalam evaluasi, tetapi juga mengajak mereka untuk melihat evaluasi
sebagai bagian dari proses belajar. Jika siswa mendapatkan nilai rendah,
guru bisa memberikan motivasi dengan mengatakan bahwa evaluasi
bukanlah akhir dari segalanya, melainkan peluang untuk belajar lebih
baik lagi di kesempatan berikutnya. Jika ada siswa yang mendapatkan
nilai tinggi, guru juga dapat mendorong mereka untuk tetap
mempertahankan pencapaiannya serta membantu teman-teman mereka
yang masih mengalami kesulitan.

Selain itu, strategi refleksi juga bisa diterapkan setelah evaluasi.


Guru dapat mengajak siswa untuk menuliskan atau mendiskusikan
pengalaman mereka dalam mengerjakan evaluasi, seperti soal mana
yang mereka anggap paling sulit, strategi apa yang mereka gunakan saat
mengerjakan, serta bagaimana perasaan mereka terhadap hasil yang

29
diperoleh. Kegiatan refleksi ini membantu siswa untuk lebih memahami
kekuatan dan kelemahan mereka dalam belajar serta mendorong mereka
untuk memperbaiki cara belajar di masa mendatang.

Dengan menerapkan PK dalam tindak lanjut evaluasi, guru


dapat menciptakan lingkungan belajar yang lebih positif, di mana siswa
tidak hanya merasa diuji tetapi juga dihargai atas usaha mereka. Hal ini
akan membantu membangun motivasi belajar yang berkelanjutan,
meningkatkan kepercayaan diri siswa, serta menjadikan evaluasi
sebagai pengalaman yang lebih bermakna dan tidak menegangkan.
Guru yang memahami pentingnya aspek pedagogi dalam evaluasi akan
mampu menciptakan suasana kelas yang lebih suportif, di mana siswa
merasa dihargai, didukung, dan termotivasi untuk terus berkembang
dalam proses belajar mereka.

Evaluasi juga dapat mengimplementasikan TK dalam kelas.


Misalkan jika evaluasi menggunakan aplikasi Quizizz. Penerapan
evaluasi dengan aplikasi Quizizz akan membuat guru dituntut membuat
soal yang kekinian dan dapat dikerjakan dimana saja dan kapanpun.
Dengan aplikasi ini siswa juga tidak akan punya waktu mencontek,
karena scor ditentukan dengan lamanya waktu pengerjaan juga. Waktu
untuk mengerjakan soal semakin singkat maka nilainya semakin baik.

Pemanfaatan Technological Knowledge (TK) dalam evaluasi


pembelajaran membawa banyak perubahan dalam cara guru menilai
pemahaman siswa. Dengan berkembangnya teknologi, evaluasi tidak
lagi terbatas pada ujian tertulis konvensional, tetapi dapat dilakukan
dengan berbagai aplikasi digital yang memberikan pengalaman belajar
yang lebih interaktif dan fleksibel. Salah satu contoh penerapan TK
dalam evaluasi adalah penggunaan aplikasi Quizizz, yang
memungkinkan guru untuk membuat soal dengan tampilan yang lebih
menarik, serta memungkinkan siswa untuk mengerjakan soal di mana

30
saja dan kapan saja. Hal ini memberikan kemudahan bagi guru dalam
menyelenggarakan evaluasi tanpa harus terbatas oleh ruang dan waktu,
serta memberikan kebebasan bagi siswa untuk menyesuaikan jadwal
pengerjaan dengan kondisi mereka.

Keunggulan Quizizz dalam evaluasi tidak hanya terletak pada


fleksibilitasnya, tetapi juga pada fitur waktu pengerjaan yang terkontrol,
yang mencegah siswa untuk mencontek. Dalam aplikasi ini, setiap soal
memiliki batas waktu tertentu, sehingga siswa harus berpikir cepat dan
menjawab dengan segera. Skor yang diperoleh pun tidak hanya
berdasarkan jumlah jawaban yang benar, tetapi juga berdasarkan
kecepatan dalam menyelesaikan soal. Hal ini mendorong siswa untuk
lebih fokus dan meningkatkan daya pikir kritis mereka dalam menjawab
pertanyaan dengan efisien. Dengan adanya mekanisme penilaian yang
berbasis waktu, siswa tidak hanya diuji dalam pemahaman materi,
tetapi juga dalam pengambilan keputusan yang cepat dan akurat. Selain
aspek keamanan evaluasi, teknologi seperti Quizizz juga memberikan
manfaat dalam analisis hasil evaluasi secara otomatis. Dengan fitur
laporan yang tersedia, guru dapat melihat bagaimana kinerja siswa
secara individu maupun kelompok. Data yang diperoleh dari evaluasi
ini dapat digunakan untuk menganalisis kesulitan yang dihadapi siswa,
memahami konsep yang perlu diperbaiki, serta menyesuaikan strategi
pembelajaran selanjutnya. Guru dapat mengidentifikasi soal mana yang
memiliki tingkat kesulitan tinggi berdasarkan jumlah siswa yang
menjawab salah, sehingga dapat menjadi bahan refleksi dalam
memperbaiki metode pengajaran.

Selain itu, penerapan TK dalam evaluasi juga menciptakan


suasana pembelajaran yang lebih kompetitif dan menyenangkan. Fitur
leaderboard dalam Quizizz memungkinkan siswa untuk melihat
peringkat mereka dibandingkan dengan teman-teman sekelas, sehingga
mendorong motivasi untuk belajar lebih giat. Siswa yang memiliki jiwa

31
kompetitif akan lebih tertantang untuk menjawab dengan cepat dan
tepat agar mendapatkan skor yang lebih tinggi. Ini membuat evaluasi
terasa seperti sebuah permainan edukatif yang tidak hanya menilai
kemampuan akademik, tetapi juga membangun semangat belajar siswa.
Tidak hanya Quizizz, ada juga berbagai aplikasi lain yang dapat
digunakan dalam evaluasi berbasis teknologi, seperti Kahoot!, Google
Forms, Socrative, dan Edmodo Quiz. Setiap aplikasi memiliki
keunggulan masing-masing dalam menyajikan soal, mengatur durasi
evaluasi, serta memberikan laporan hasil secara instan. Misalnya,
Kahoot! lebih berfokus pada aspek gamifikasi yang menarik, sementara
Google Forms lebih fleksibel dalam menyajikan soal dengan berbagai
format, seperti esai dan pilihan ganda dengan opsi gambar. Dengan
berbagai pilihan aplikasi ini, guru dapat menyesuaikan teknologi yang
digunakan dengan kebutuhan evaluasi dan karakteristik siswa.

Selain dalam evaluasi formatif, TK juga dapat diintegrasikan


dalam evaluasi sumatif, di mana ujian akhir atau ulangan harian dapat
dilakukan secara daring menggunakan platform Learning Management
System (LMS) seperti Google Classroom atau Moodle. Dalam platform
ini, guru dapat memberikan soal dengan berbagai tingkat kesulitan,
mengatur batas waktu pengerjaan, serta menerapkan fitur proctoring
untuk mengurangi kecurangan. Beberapa sistem bahkan menyediakan
fitur artificial intelligence (AI) proctoring, yang memungkinkan
pemantauan siswa selama ujian melalui kamera dan menganalisis
gerakan mereka untuk mendeteksi potensi kecurangan

Pemanfaatan teknologi dalam evaluasi juga sangat relevan


dalam pembelajaran jarak jauh atau hybrid learning, di mana siswa
tidak selalu berada dalam satu ruang kelas yang sama dengan guru.
Dengan adanya sistem evaluasi berbasis teknologi, siswa tetap dapat
mengikuti ujian atau kuis dengan standar yang sama seperti dalam
pembelajaran tatap muka. Guru juga dapat memberikan umpan balik

32
secara langsung melalui komentar atau analisis hasil yang telah
disediakan oleh platform, sehingga siswa dapat memahami kelemahan
mereka dan melakukan perbaikan secara mandiri. Secara keseluruhan,
integrasi TK dalam evaluasi pembelajaran membawa banyak manfaat,
mulai dari efisiensi dalam penyusunan dan pelaksanaan ujian,
peningkatan motivasi siswa, analisis hasil yang lebih akurat, hingga
fleksibilitas dalam pelaksanaan asesmen. Namun, tantangan dalam
penerapan evaluasi berbasis teknologi juga tidak bisa diabaikan, seperti
kesiapan infrastruktur, keterbatasan akses internet bagi beberapa siswa,
serta kemampuan guru dalam menguasai dan mengelola aplikasi digital.
Oleh karena itu, diperlukan pelatihan yang berkelanjutan bagi guru agar
mereka dapat memanfaatkan teknologi secara optimal dalam menyusun
dan melaksanakan evaluasi yang berkualitas. Dengan pendekatan yang
tepat, evaluasi berbasis teknologi dapat menjadi alat yang ampuh untuk
meningkatkan efektivitas pembelajaran dan memberikan pengalaman
belajar yang lebih menyenangkan serta bermakna bagi siswa.

Dalam pembuatan evaluasi CK juga selalu akan dipakai.


Evaluasi tidak akan representative jika pengetahuan materi guru tidak
baik. Guru yang dapat membuat evaluasi baik adalah guru yang dapat
menyusun soal dari tingkat rendah ke tinggi, memuat semua materi
yang menjadi tujuan pembelajaran, dan dapat mengukur aspek kognitif
minimal C1 – C3. Aspek tersebut meliputi aspek pengetahuan,
pemhaman, dan aplikasi. Dalam proses evaluasi pembelajaran, Content
Knowledge (CK) memegang peran penting karena tanpa pemahaman
materi yang kuat, evaluasi yang dibuat oleh guru tidak akan
representatif. Evaluasi yang baik harus mencerminkan kedalaman
penguasaan materi yang diajarkan serta kemampuan guru dalam
merancang instrumen penilaian yang sesuai dengan tujuan
pembelajaran. Guru yang memiliki CK yang baik mampu menyusun
soal dari tingkat kognitif rendah hingga tinggi, memastikan bahwa
semua materi yang telah diajarkan tercakup dalam evaluasi, serta

33
mengukur kemampuan siswa berdasarkan taksonomi Bloom, khususnya
pada level kognitif C1 hingga C3, yang mencakup aspek pengetahuan,
pemahaman, dan aplikasi.

Dalam evaluasi pembelajaran, aspek pengetahuan (C1) menilai


sejauh mana siswa dapat mengingat fakta, konsep, atau prinsip yang
telah diajarkan. Aspek ini sering diukur dengan soal pilihan ganda atau
isian singkat yang menanyakan definisi atau istilah dasar. Selanjutnya,
aspek pemahaman (C2) menguji apakah siswa dapat menjelaskan
kembali materi dengan kata-kata mereka sendiri atau
menginterpretasikan informasi yang diberikan. Evaluasi pada tingkat ini
sering menggunakan soal uraian yang meminta siswa untuk
menjelaskan hubungan antar konsep atau membuat perbandingan.
Aspek yang lebih tinggi, yaitu aplikasi (C3), mengukur kemampuan
siswa dalam menerapkan konsep yang telah dipelajari ke dalam situasi
baru atau menyelesaikan permasalahan yang berkaitan dengan materi.
Pada tahap ini, soal evaluasi biasanya berbentuk studi kasus atau
masalah yang membutuhkan analisis dan pemecahan secara logis.
Evaluasi yang baik juga harus memperhatikan keseimbangan antara
tingkat kesulitan soal agar dapat menggambarkan kemampuan siswa
secara menyeluruh. Jika soal hanya berfokus pada tingkat kognitif
rendah, maka evaluasi tersebut tidak dapat mengukur pemahaman
mendalam siswa. Sebaliknya, jika soal terlalu sulit tanpa
mempertimbangkan ketercapaian materi, hasil evaluasi tidak akan
memberikan gambaran yang objektif mengenai pemahaman siswa. Oleh
karena itu, penyusunan evaluasi harus mempertimbangkan variasi soal
yang mencakup berbagai tingkat kognitif serta disesuaikan dengan
karakteristik peserta didik. Selain aspek kognitif, evaluasi juga perlu
mempertimbangkan metode yang digunakan, apakah berbentuk tes
tertulis, tes praktik, atau asesmen berbasis proyek. Dengan pemahaman
CK yang baik, guru dapat memilih jenis evaluasi yang paling sesuai
dengan tujuan pembelajaran. Evaluasi dalam pembelajaran biologi,

34
misalnya, tidak hanya terbatas pada tes tertulis, tetapi juga dapat
dilakukan melalui eksperimen laboratorium, pembuatan laporan ilmiah,
atau diskusi berbasis masalah yang mendorong siswa untuk berpikir
kritis.

Penting bagi guru untuk tidak hanya mengandalkan evaluasi


berbasis tes, tetapi juga mengevaluasi pemahaman siswa secara holistik
melalui berbagai metode asesmen formatif dan sumatif. Dengan
demikian, guru dapat memastikan bahwa evaluasi yang diberikan tidak
hanya mengukur kemampuan menghafal, tetapi juga pemahaman
konseptual dan keterampilan penerapan yang esensial dalam
pembelajaran

Evaluasi Pembelajaran dalam Penerapan TPACK

Evaluasi merupakan salah satu komponen penting dalam proses


pembelajaran karena bertujuan untuk mengukur sejauh mana siswa
memahami materi yang telah diajarkan. Dalam pendekatan
Technological Pedagogical Content Knowledge (TPACK), evaluasi
tidak hanya berfokus pada hasil akhir, tetapi juga pada proses
pembelajaran secara keseluruhan. Oleh karena itu, guru harus mampu
memilih metode evaluasi yang sesuai agar dapat mengukur berbagai
aspek kompetensi siswa, termasuk pemahaman konseptual,
Jenis Evaluasi dalam Pembelajaran Berbasis TPACK
Asesmen Formatif
Asesmen formatif dilakukan selama proses pembelajaran
berlangsung dengan tujuan untuk memberikan umpan balik kepada
siswa mengenai perkembangan mereka. Beberapa metode asesmen
formatif dalam pembelajaran berbasis TPACK meliputi:

1. Kuis Interaktif
- Guru dapat menggunakan aplikasi seperti Quizizz, Kahoot!,
atau Google Forms untuk membuat kuis berbasis teknologi.

35
- Keunggulan: Kuis ini dapat memberikan hasil evaluasi
secara instan, sehingga guru dapat langsung mengetahui
pemahaman siswa dan menyesuaikan metode pengajaran
jika diperlukan.
2. Jurnal Reflektif Digital
- Siswa diminta untuk menulis refleksi tentang apa yang
mereka pelajari dan bagaimana mereka memahami materi
menggunakan Google Docs, Padlet, atau Microsoft
OneNote.
- Keunggulan: Membantu siswa mengembangkan
keterampilan berpikir kritis dan evaluasi diri terhadap
pembelajaran mereka.
3. Diskusi Online dan Forum Pembelajaran
- Menggunakan platform seperti Edmodo, Google
Classroom, atau Microsoft Teams untuk mengadakan
diskusi daring.
- Keunggulan: Memberikan kesempatan bagi siswa untuk
mengajukan pertanyaan, berbagi pendapat, dan
memperdalam pemahaman mereka terhadap materi.
4. Proyek Mini Berbasis Digital
- Siswa diminta untuk membuat presentasi digital, infografis,
atau video pendek menggunakan Canva, PowerPoint, atau
Animaker sebagai bentuk asesmen formatif.
- Keunggulan: Membantu siswa mengembangkan kreativitas
dan pemahaman yang lebih mendalam terhadap konsep
yang dipelajari.

Asesment Sumatif

Asesmen sumatif dilakukan di akhir suatu unit pembelajaran untuk


mengukur hasil belajar siswa secara keseluruhan. Beberapa metode
asesmen sumatif dalam pembelajaran berbasis TPACK meliputi:

36
1. Ujian Berbasis Digital

- Menggunakan Google Forms, Moodle, atau Microsoft


Forms untuk embuat ujian daring.
- Keunggulan: Mengurangi kemungkinan kecurangan dengan
fitur pengacakan soal dan pengaturan waktu pengerjaan
yang terbatas.

2. Portofolio Digital

- Siswa mengumpulkan dan menyusun hasil kerja mereka


dalam bentuk portofolio digital menggunakan Google Sites,
Seesaw, atau Mahara.
- Keunggulan: Menunjukkan perkembangan siswa dalam
jangka waktu tertentu dan memberikan gambaran yang
lebih komprehensif tentang keterampilan mereka.

3. Proyek Akhir Berbasis Teknologi

- Siswa diminta untuk menyelesaikan proyek besar seperti


pembuatan blog, video dokumenter, atau simulasi digital
yang berkaitan dengan materi yang dipelajari.
- Keunggulan: Mengukur keterampilan berpikir kritis,
kolaborasi, dan kreativitas siswa dalam menerapkan ilmu
yang mereka pelajari.

4. Presentasi Virtual

- Siswa melakukan presentasi melalui Zoom, Google Meet,


atau Microsoft Teams untuk menyampaikan hasil penelitian
atau proyek mereka.
- Keunggulan: Meningkatkan keterampilan komunikasi siswa
dan memberikan pengalaman dalam berbicara di depan
umum secara daring.

37
Kriteria Evaluasi dalam Pembelajaran Berbasis TPACK

Agar evaluasi berjalan efektif dan sesuai dengan prinsip TPACK,


guru perlu mempertimbangkan beberapa kriteria berikut:

1. Menggunakan Teknologi Secara Efektif

- Evaluasi harus memanfaatkan teknologi untuk


meningkatkan efisiensi dan memberikan hasil yang lebih
akurat, seperti analisis otomatis dalam ujian berbasis
komputer.

2. Mencakup Berbagai Aspek Pembelajaran

- Evaluasi harus mencakup aspek kognitif (pengetahuan),


afektif (sikap), dan psikomotor (keterampilan), sehingga
hasil yang diperoleh lebih komprehensif.

3. Berorientasi pada Pemecahan Masalah

- Soal dan tugas dalam evaluasi sebaiknya dirancang untuk


mengukur keterampilan pemecahan masalah dan penerapan
ilmu dalam kehidupan nyata, bukan sekadar hafalan.

4. Memberikan Umpan Balik yang Konstruktif

- Hasil evaluasi harus disertai dengan umpan balik yang


membantu siswa memahami kekuatan dan kelemahan
mereka serta memberikan saran perbaikan.

` Tantangan dan Solusi dalam Evaluasi Pembelajaran Berbasis TPACK

Tantangan:

 Kurangnya keterampilan guru dalam menggunakan teknologi


evaluasi digital

38
 Akses terbatas terhadap perangkat teknologi di beberapa sekolah
 Potensi kecurangan dalam evaluasi berbasis daring
 Kurangnya variasi dalam metode evaluasi yang diterapkan oleh
guru

Solusi:

 Pelatihan guru dalam penggunaan aplikasi evaluasi berbasis


teknologi
 Pemanfaatan perangkat teknologi yang tersedia secara optimal
 Penggunaan fitur keamanan dalam evaluasi daring, seperti
pengawasan melalui webcam atau sistem proctoring AI
 Diversifikasi metode evaluasi agar tidak hanya berfokus pada
tes tertulis, tetapi juga proyek, portofolio, dan asesmen berbasis
kinerja.

C. Hubungan TPACK dengan Peran Guru dan Calon Guru

Kemajuan teknologi informasi berdampak terhadap berbagai tatanan


kehidupan manusia salah satunya dalam dunia pendidikan. Dunia pendidikan
merupakan salah satu elemen penting yang dapat memajukan suatu bangsa.
Dunia pendidikan yang baik akan mempengaruhi perkembangan dalam
kehidupan masyarakat. Dalam dunia pendidikan sendiri sudah pasti terdapat
seorang pendidik atau biasa dikenal dengan sebutan guru. Salah satu
tantangan berat yang dialami seorang guru dalam dunia pendidikan yaitu
keahlian guru dalam mendesain rancangan peningkatan kompetensi guru
yang dikenal dengan istilah TPACK.
TPACK merupakan integrasi pengetahuan dan ketrampilan perihal
materi, dan pedagogik yang digabungkan dalam kemajuan teknologi.
Integrasi sendiri merupakan suatu sistem yang mengalami pembauran atau
penggabungan sehingga menjadi suatu kesatuan yang utuh. Dalam integrasi
pendekatan TPACK berkolaborasi dengan memadukan tiga bagian utama
yaitu teknologi, pedagogik, serta pengetahuan menganai materi dalam
pembelajaran. Pendekatan TPACK menggambarkan suatu kerangka kerja

39
yang mengenalkan pengetahuan, guru perlu mengajar secara efektif dengan
kerangka teknologi. Pendekatan TPACK diperkenalkan oleh Mishra dan
Koehler tahun 2006 yang digunakan sebagai kerangka acuan atau
perencanaan guru dalam menggabungkan aspek teknologi dengan kegiatan
pembelajaran. Konsep TPACK sendiri bersumber pada model pedagogy
content knowledge (PCK) yang dicetuskan oleh Shulman.

Konsep dasar TPACK mengutamakan interaksi antara teknologi,


pedagogik, serta pengetahuan mengenai materi. Interaksi atau hubungan
ketiga konsep tersebut mempunyai kemampuan dan juga daya tarik yang
dapat diterapkan untuk menciptakan kegiatan belajar yang aktif sehingga
terpusat pada peserta didik. Kondisi tersebut bisa di artikan sebagai salah satu
bentuk perubahan kegiatan pembelajaran yang awalnya hanya terfokus
padapendidik atau guru kemudian beralih dan terpusat kepada peserta didik.
Profesi guru menjadi salah satu bentuk profesi yang bukan sembarangan,
tidak hanya sekedar bertugas memberikan ilmu pengetahuan, namun juga
terdapat tugas yang lebih rumit yaitu dengan mewujudkan seorang guru
sebagai pedoman untuk berperilaku yang memiliki akhlak mulia baik di
lingkungan masyarakat maupun di lingkungan pendidikan.

Jadi dapat dijelaskan bahwa integrasi pendekatan TPACK


(Technological, Pedagogical, Content Knowledge) merupakan suatu acuan
atau kerangka perencanaan yang digunakan guru untuk merancang suatu
model pembelajaran modern dengan cara mengkolaborasikan tiga komponen
utama yang meliputi komponen teknologi, pedagogik serta pengetahuan
mengenai materi di lingkungan pembelajaran..

Komponen Technological Pedagogical Content Knowledge (TPACK)

Kombinasi antara materi, pedagogi dan teknologi sangat perlu


digunakan pada era modern ini. Perkembangan awal, pada pembelajaran
guru diharuskan mendalami bidang materi pelajaran dan bidang pedagogi.
Seorang pengajar di haruskan memiliki pengetahuan pedagogik yaitu

40
tentang materi dan pengetahuan tentang cara menjadi guru dan
pengetahuan dengan menghasilkan satu kesatuan yang disebut sebagai
pedagogical content knowledge (PCK). Dalam beberapa belahan dunia,
kombinasi teknologi, pedagogi dan materi dalam membentuk suatualat
pembelajaran yang berdasarkan TPACK sebagai solusi kreatif yang di
kembangkan dalam pembelajaran.

Melihat dari sisi perkembangan teknologi di era modern ini yang


berkembang diharuskan dapat digunakan pengajar untuk meningkatkan
pembelajaran. Pada kemahiran teknologi yang sudah meningkat dapat
dimiliki seorang pengajar untuk pembelajaran, pastinya akan
mengembangkan cara dan hasil pembelajaran tersebut. Pemahaman
teknologi yang dikombinasikan dalam cara belajar mengajar pastinya akan
mengembangkan derajat pendidikan. Kemampuan seorang pengajar tidak
hanya meningkatkan kemampuan pedagogical ataupun content saja di
dalam belajar mengajar, tapi dipastikan kesadaran mengenai teknologi
agar belajar mengajar serasi dengan kemajuan di abad sekarang ini.

Dalam kerangka kerja TPACK menginformasikan interaksi antara


tiga pengatahuan dasar yang meliputi teknologi, pedagogik, serta materi
pengetahuan. TPACK framework bisa dipergunakan dalam menelaah serta
menginterpretasikan tingkat pemahaman dan pengetahuan pendidik agar
dapat memadukan teknologi dalam kegiatan pembelajaran.

Komponen-komponen dalam Pendekatan TPACK diantaranya


sebagai berikut (Hanik et al., 2022) :

1. Content Knowledge (CK), mengetahui materi dalam kegiatan


pembelajaran yang hendak dipelajari. Materi tersebut terdapat di
kurikulum. Pada komponen ini setiap tingkatannya memiliki perbedaan
baik itu pada tingkat sekolah dasar sampai dengan tingkat sekolah
menengah atas. Seorang pendidik diharapkan dapat memiliki keahlian ini
dalam aktivitas mengajar. Content knowledge sangat penting karena

41
kemampuan tersebut menentukan cara berfikir dari disiplin ilmu di setiap
kajiannya.

2. Pedagogy Knowledge (PK), Menjelaskan tentang tujuan secara umum


dalam pengetahuan kegiatan mengajar. keahlian mengajar merupakan
salah satu keterampilan yang wajib ditingkatkan oleh seorang pendidik
sehingga dapat mengelola serta mengatur keadaan kelas agar tercapai
tujuan pembelajaran yang efektif. Pedagogy Knowledge ini menjelaskan
mengenai teori belajar mengajar yang berisikan proses, metode, strategi,
penilaian dalam pembelajaran, dan lain-lain dalam aktivitas mengajar.

3. Technology Knowledge (TK), yakni pengetahuan mengenai berbagai


teknologi dimulai dari bagian terendah sampai dengan bagian teknologi
yang terbaru seperti di era modern seperti ini yakni tekhnologi digital.
Dalam menggunakan tekhnologi yang perlu disesuaikan pada
perkembangan zaman saat ini dan harus secara continue. Technological
knowledge terdiri dari memahami dalam penggunaann software dan juga
hardware computer maupun tekhnologi pada konteks pendidikan.
Misalnya, penggunaan software, program animasi, akses pada internet,
laboratorium virtual, dan lain sebagainya.

4. Pedagogy Content Knowledge (PCK). yakni sebuah konsep mengenai


kegiatan pembelajaran yang mengantarkan materi pelajaran yang terdapat
di kurikulum. Kondisi ini memuat prosesbelajar yang berkaitan dengan
materi pelajaran yang akan dipelajari seeta sistem penilaian peserta didik
dalam belajar. Model pembelajarannya diharapkan bisa mengantarkan
pesertadidik belajar secara efektif. Pengetahuan ini juga, guna
mengetahui pendekatan apa yang sesuai dengan adanya proses
pembelajaran dan juga bisa mengetahui bagimana elemen konten bisa
diatur guna menciptakan pembelajaran yang efektif. PCK juga
meganggap jika konten yang memiliki perbedaan lebih sesuai untuk
metode mengajar yang tidak sama. PCK mempunyai arti tidak hanya
semata-mata keahlian konten atau mengetahui pedoman umum pedagogi,

42
akan tetapi bisapada kepemahaman yang khas, tetapi saling berpegaruh
antara konten dan pegagoginya.

5. Technology Content Knowledge (TCK), yakni suatu pemahaman materi


pelajaran dan teknologi yang bisa membantu dan dan mempengaruhi
suatu komponen yang lain. TCK menjelaskan bahwa suatu pengetahuan
dari interaksi timbal balik antara konten dan teknologi. Dampak pada
teknologi ini yang kita ketahui terhadap sesuatu yang baru sehingga
dapat memberikan pengaruh seseorang yang dalam memberikan
gambaran konten atau materi dengan cara yang berbeda dari sebelumnya.

6. Technology Pedagogy Knowledge (TPK), yakni suatu rangkaian


pemahaman tentang bagaimana untuk melakukan perubahan
pembelajaran an itu terjadi dengan adanya pemanfaatan suatu teknologi
yang sedang digunakan untuk mendukung suatu pembelajaran yang aktif,
membantu dan dapat mempermudah suatu konsep materi pelajaran.. TPK
ini terjadi dikarenanan terdapat suatu ineraksi timbal balik antara
pedagogi dan juga teknologi. Pengetahuan ini memungkinkan seseorang
untuk dapat mengetahui penggunaan teknologi yang tepat sehinga
mencapai suatu tujuan pendagogik, memungkinkan seseorang pengajar
untuk memilih suatu media yang tepat berdasarkan kelayakan serta suatu
pendekatan pendagogik tertentu.

7. Technology Pedagogy Content Knowledge (TPACK) merupakan suatu


rangkaian pemahaman dari pembelajaran dimana kemampuan seseorang
melalui penguasaan teknologi yang terintegrasi dan tidak dapat
dipisahkan dari suatu komponen-komponen penyusunnya (C), (P), dan
(K). TPACK menyarankan untuk terjadinya multi interaksi dan
kombinasi antara suatu komponen yaitu materi pelajaran, teknologi, dan
pendagogik. Karakteristik TPACK mempunyai fungsi yaitu sebagai suatu
konsep dan teori untuk peneliti dan pengajar untuk menakar persiapan
calon pengajar di dalam melalukan belajar mengajar yang baik
menggunakan teknologi. Dampak dari TPACK kepada pengajar
mengingat ikatan teknologi dan materi tidak dapat dilepaskan dari

43
pedagogik. Akhirnya pendidik akan menemui suatu tantangan yang lebih
besar di waktu yang akan datang sehingga berbanding terbalik sama
perkembangan teknologi yang seharusnya para pengajar lebih cakal
dalam mengembangkan dan mendesain belajar mengajar ataupun
kurikulum yang berkembang di era modern ini.

TPACK menjadi alat dan cara yang paling efektif untuk menggali
kemampuan guru dalam hal penguasaan teknologi dan kemampuan mereka
dalam menggunakan teknologi dalam pembelajaran. Ada tujuh komponen
TPACK yaitu CK, PK, TK, TPK (technological pedagogical knowledge),
TCK (technological content knowledge), PCK (pendagogical content
knowledge) dan TPACK (technological pedagogical content knowledge).
Semua komponen dalam TPACK tersebut mempunyai hubungan positif dan
signifikan.

Teknologi saat ini sedang berkembang sangat pesat dan bisa ditemui
di berbagai macam bidang kehidupan, salah satunya yakni bidang
kependidikan. Pendidikan adalah salah satu investasi yang sangat besar
terlebih guna menyiapkan psikomotorik atau keahlian pada abad 21. Dalam
keahlian abad 21 mencakup aspek berpikir kreatif dan inovatif, penyelesaian
masalah dan berpikir kritis. Pada abad 21, perkembangan ICT (information,
communication, & technology) sudah mengantarkan kita kedalam era digital,
dimana sebuah era yang mempunyai ciri-ciri yaitu ilmu pegetahuan yang
berkembang dengan sangat pesat, peranan tehnologi dan informasi yang
sangat serius dalam kehidupan sehari-hari dan masyarakat yang
ketergantungan dengan adanya ala-alat tehnologi. Literasi ICT sebagai bagian
dari keahlian abad 21, sangat dibutuhkan oleh masyarakat agar bisa bertahan
hidup pada abad sekarang ini. Berhubungan dengan hal itu, karakteristik
peserta didik yang sangat dekat dengan tehnologi dan di lihat dari keahlian
sekolah untuk menggunakan peralatan tehnologi memusatkan guru dan pihak
sekolah untuk menggabungkan ICT dalam proses pembelajaran. Antara lain
bisa menggunakan pendekatan TPACK yang merupakan pengetahuan guna
untuk memadukan teknologi dalam proses pembelajaran.

44
Menurut kerangka TPACK, dalam menggunakan alat tekhnologi
tidak hanya sekedar guru bisa mempunyai akses pada tehnologi tersebut dan
keahlian dalam memakainya, tetapi pendidik juga perlu memperhatikan
dengan seksama tentang kemampuan tehknologi dalam menyelesaikan
permasalahan dalam mendesain pembelajaran. Hal tersebut dapat di artikan
bahwa guru harus mengambil keputusan dalam hal bagaimana menentukan,
menyesuaikan, dan juga mengimplementasikan pelajaran yang cocok dengan
pedagogi dan tehnologi yang bisa memberikan nilai pada pembelajaran
dengan menggunakan tehnologi di kelas yang mengacu pada pembelajaran
dan berpusat kepada siswa.

Sekolah Indonesia Kuala Lumpur (SIKL) saat ini juga sudah


menggunakan pendekatan TPACK untuk menunjang pembelajaran di era
digital sekarang ini. Sebagai informasi, pembelajaran di SIKL sekarang ini
sudah berlangsung di sekolah. Namun masih tetap mengacu sesuai arahan
pemerintah Malaysia dan menerapkan aturan-aturan yang berlaku (social
distancing, sanitizing). Meskipun belajar di sekolah, namun semua guru
menerapkan Blended Learning dalam kegiatan pembelajaran dengan tujuan
untuk menjaga siswa supaya tidak terlalu melakukan kontak fisik dengan
siswa yang lain. Misalnya, tidak ada lagi pembentukan kelompok jigsaw,
window shopping, dan lain sebagainya. Namun tetap menggunakan domain
google classroom sebagai platform pembelajaran di kelas. Siswa bisa
mengakses quizziz, mengerjakan latihan, dan mensubmit tagihan-tagihan
tugas mereka. Blended learning merupakan kombinasi aktivitas dari
pembelajara online, dan aktivitas pembelajaran tatap muka dan pada aktivitas
pada kehidupan nyata. Bleanded Learning adalah pembelajaran yang
dikombinasikan atau di gabungkan dari berbagai teknologi yang berbasis web
yang digunakan guna mencapai tujuan pendidikan.

Dalam pendekatan TPACK yang sudah diterapkan di SIKL salah


satunya dengan menggunakan menggunakan Blended learning. Blended
learning digunakan untuk menunjang kegiatan pembelajaran era digital
dimasa pandemi covid-19. Blended learning menjadi salah satu contoh

45
pendekatan TPACK dikarenakan didalam blended learning memuat
komponenkomponen yang ada didalam TPACK, diantaranya: komponen
teknologi, pedagogik dan pengetahuan. Penerapan blended learning di SIKL
dalam komponen-komponen TPACK diantaranya yaitu dalam komponen
teknologi, komponen teknologi ini berkaitan dengan penggunaan teknologi
digital seperti handphone maupun laptop dalam kegiatan pembelajaran daring
dan luring. Di era pandemi covid-19 komponen teknologi digunakan pada
kegiatan pembelajaran secara daring dengan menggunakan classroom. Untuk
komponen teknologi pada pembelajaran luring di SIKL itu sendiri salah
satunya dengan menggunakan LCD maupun proyektor. Selanjutnya dalam
komponen pedagogik, yang berkaitan dengan strategi atau metode
pembelajaran, tujuan pembelajaran dan model pembelajaran yang digunakan
guru pada saat melakukan pembelajaran di SIKL. Yang terakhir dalam
komponen pengetahuan, ini berkaitan dengan penggunaan pengetahuan dalam
pembelajaran di SIKL dengan menggunakan materi pembelajaran seperti
bahan ajar sesuai dengan mata pelajaran (Syakarofath & Sulaiman, 2020).

Dengan adanya model pembelajaran blended learning bisa


menemukan sebuaharea belajar yang positif untuk terjadinya interaksi antara
pendidik dengan siswa, dan siswa dengan siswa lainnya tanpa adanya batasan
oleh ruang dan waktu. Blended Learning mempunyai tiga bagian penting
yaitu (1) online learning, (2) pembelajaran tatap muka (offline), (3) belajar
mandiri.
Terdapat beberapa manfaat jika menggunakan blended learning, diantaranya
yaitu;

1. Dalam kegiatan pembelajaran, dapat dilakukan di tempat lain sehingga


dalam menggunakan waktu bisa lebih efektif.

2. Bisa lebih memudahkan pada saat kegiatan pembelajaran, karena


adanya model pembelajaran ini peserta didik lebih ceria dan hemat
tenaga.

46
3. Anggaran guna untuk pembelajaran bisa lebih ekonomis, karena dalam
aktivitas peserta didik biasanya laporan dengan menggunakan kertas
dan perjalanan ke tempat pembelajaran bisa dialokasikan di tempat lain.

Blended learning akhirnya bisa sebagai model pembelajara yang cukup


efektif. Rasa bosan belajar di dalam kelas dapat diatasi dengan adanya
kegiatan belajar yang menyenangkan dan interaktif secara daring. Dalam
menggunakan tekhnologi yang berbasis web ini mungkin terbilang cukup
mahal, karena membutuhkan perangkat elektronik seperti smartphone,
computer, maupun laptop. Akan tetapi tekhnologi yang diharapkan bisa juga
berbentuk alat peraga (tools) dari hasil pengembangan kreativitas para
pendidik, dan harus tetap mengacu kepada pembaharuan tekhnologi.

Adanya kegiatan pembelajaran pastinya juga terdapat evaluasi yang di


gunakan pihak sekolah guna mengetahui seberapa faham siswa dengan materi
yang telah di sampaikan guru. Untuk itu sekolah di SIKL dalam implementasi
TPACK, pihak sekolah menggunakan blended learning dan tidaklagi text
book oriented. Dalam framework ini, pihak sekolah di SIKL memandang
pembelajaran bukan hanya sebatas pendekatan pedagogis, melainkan juga
melihat perkembangan psikis dan biologis siswa. Evaluasi yang diterapkan
beberapa di antaranya adalah “self assesment”, penyediaan rubrik belajar
untuk siswa, maupun jurnal peningkatan kompetensi siswa (Sintawati &
Indriani, 2019).
Selain menggunakan teknologi sebagai sarana belajar mengajar, di
dalam kerangka TPACK, pedadogik merupakan bagian terpenting sehingga
harus diamati dalam aktivitas belajar mengajar. Pedagogik tidak hanya
membahas cara mengembangkan proses-proses daam mengajar, atau
merancang keseluruhan langkah-langkah cara dan evaluasi dalam belajar
mengajar, tetapi juga dituntut untuk memahami peserta didik baik secara
psikologis maupun biologis. Dalam pedagogik ini selanjutnya ada sebuah
tekanan bahwa pengajar akan berhasil bukan yang mampu menjadikan peserta
didiknya pandai seperti mereka, tetapi lebih dadi itu yaitu berhasil membantu

47
peserta didik untuk mendapatkan jati dirinya, minat bakat dan karakter siswa
terakhir harus dipahami oleh seorang pengajar.

TPACK telah dijelaskan secara konkret oleh Jimonyannis (Voogt et al,


2012: 7), yang telah mengembangkan Teknologi Pedagogi Kerangka Ilmu
Pengetahuan (TPASK) untuk TPCK dalam bidang pendidikan sains. Dalam
pandangannya, ‘TPASK mewakili hal apa saja yang guru sains perlu tahu
tentang TIK dalam pendidikan sains khususnya konsentrasi biologi. Tiga
domain pengetahuan harus dapat dibedakan antara lain: pengetahuan pedagogi
biologi (PCK untuk Pendidikan biologi); pengetahuan teknologi biologi (TCK
untuk pendidikan biologi); dan TPK [mirip dengan Mishra dan Koehler's
(2006), tapi TPK disini lebih berorientasi kepada pendidikan biologi].
Jimonyannis (Voogt et al, 2012: 7), melihat TPASK sebagai integrasi dari
ketiga domain pengetahuan ini. Khan (Voogt et al, 2012: 7) menggunakan
pendekatan evaluate-evaluationmodify untuk mengatur pengajaran sains
biologi dengan teknologi. Dia menunjukkan secara rinci bagaimana pedagogi
(metode pengajaran, bimbingan guru) dan teknologi (simulasi komputer)
digunakan bersama untuk mendukung siswa dalam menyusun informasi,
menghasilkan hubungan, evaluasi hubungan dan modifikasi hubungan dalam
pembelajaran tentang topik tertentu dalam pembelajaran bidang biologi.

Peneliti pendidikan telah mengenali daya tarik dan potensi yang luas
dari TPACK. TPACK telah dipilih sebagai dasar teoritis untuk menyusun
informasi dan kurikulum teknologi komunikasi (ICT) dalam program
pendidikan guru. Untuk pendidikan biologi, upaya reformasi pendidikan sains
saat ini mengharapkan guru biologi dapat mengintegrasikan pengajaran
berbasis teknologi ke dalam pengajaran mereka (Srisawasdi, 2014: 126).
Untuk mempersiapkan kompetensi guru biologi di abad ke-21, pengetahuan
TPACK saat ini dianggap sebagai pengetahuan penting bagi guru yang
memiliki kualifikasi tinggi dalam ilmu pengetahuan. Dalam hal ini, para
peneliti secara luas telah memperkenalkan kerangka TPACK pada guru dan
calon guru biologi (Srisawasdi, 2014: 126). Perkenalan dan penempatan

48
TPACK akan difokuskan dalm pembuatn RPP yang dibuat oleh guru dan
calon guru.

Menurut Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016 tentang Standar Proses


Pendidikan Dasar dan Menengah menyebutkan komponen- komponen rencana
pembelajaran (RPP) meliputi

(1) identitas mata pelajaran;

(2) perumusan kompetensi inti;

(3) perumusan indikator;

(4) perumusan tujuan pembelajaran;

(5) perumusan materi ajar;


(6) pemilihan media pembelajaran;
(7) metode/pendekatan/model pembelajaran;
(8) langkah- langkah pembelajaran;
(9) rancangan penilaian pembelajaran dan
(10) rancangan evaluasi/ tindak lanjut hasil penilaian.

Berdasarkan hasil penelitian Wahyuningtyas (2022) dan


Oktamarsetyani (2018) rata – rata RPP mahasiswa sebagai calon guru
pendidikan biologi secara keseluruhan kemampuan TPACK mahasiswa
pendidikan biologi dapat dikategorikan kurang samapai cukup, artinya
bahwa mayoritas mahasiswa belum dapat menyusun RPP yang sesuai
dengan ketentuan yang ditetapkan. Mahasiswa cenderung kesulitan dalam
merumuskan aspek - aspek dari rencana pembelajaran karena kurangnya
pengetahuan. Seharusnya RPP dapat dirumuskan secara sistematis, memiliki
daya guna dan dapat meningkatkan kemampuan pendidik dalam proses
pembelajaran.

Aspek dalam RPP salah satunya adalah merumuskan tujuan dan


indikator pembelajaran yang harus disesuaikan dengan kompetensi dasar
yang telah ditetapkan. Pada umumnya calon guru merumuskan tujuan dan

49
indikator secara tidak jelas. Hal ini terlihat dari perumusan tujuan dan
indikator yang telah dibuat, terdapat beberapa yang belum mencerminkan
kompetensi dasar yang ingin dicapai. Menurut Barnawi & Arifin (2016: 75)
kompetensi dasar yang sifatnya masih umum harus diterjemahkan ke tujuan
sifatnya lebih khusus yaitu tujuan instruksional. Tujuan instruksional harus
menggunakan istilah- istilah khusus yang bersifat operasional ditandai
dengan kata-kata kerja operasional yang dapat diamati dan diukur. Tujuan
instruksioanl yang jelas setidaknya mengandung aspek peserta didik dan
aspek perilaku. Perumusan tujuan pembelajaran sebaiknya menggambarkan
seluruh kemampuan yang akan dicapai oleh peserta didik mulai dari aspek
kognitif, afektif, dan pasikomotor. Tujuan instruksional merupakan aspek
yang penting dalam merencanakan pembelajaran karena segala sesuatu
kegiatan pembelajaran bermuara pada tujuan pembelajaran (Lestari, 2013:
73). Kalimat dalam perumusan tujuan pembelajaran biasanya hampir sama
dengan kalimat dalam indikator. Di dalam tujuan pembelajaran juga sudah
disesuaikan dengan aspek pengetahuan (kognitif), keterampilan
(psikomotor) dan sikap (afektif) yang akan diukur. Apabila perumusan
tujuan dan indikator tidak dirumuskan secara rinci dari kompetensi dasar,
maka pembelajaran pada kompetensi tersebut juga tidak akan tercapai.

Dalam rangka mencapai kompetensi dasar yang telah ditentukan,


peserta didik harus menguasai materi ajar yang memuat pengetahuan,
keterampilan dan sikap. Faktor yang berpengaruh dalam keberhasil guru
melakukan kegiatan belajar adalah keberhasilan guru menyusun materi ajar
yang ditulis pada RPP atau modul ajar sebagai perencanaan pembelajaran.
Materi ajar menjadi dasar dalam memilih media pembelajaran dan model
pembelajaran, apakah media dan model pembelajaran yang dipilih sesuai
atau cocok dengan kompetensi yang harus dicapai. Dalam memilih media
pembelajaran dan model pembelajaran harus didasarkan pada karakteristik
peserta didik dan karakteristik materi ajar.

Pemilihan materi ajar perlu mempertimbangkan kompetensi,


karakteristik siswa dan karakteristik materi itu sendiri. Menurut Barnawi &

50
Arifin (2016: 75) ada beberapa hal yang harus terpenuhi dalam menentukan
materi ajar, antara lain materi ajar harus disesuaikan dengan kompetensi
dasar dan tujuan pembelajaran, materi ajar harus disesuaikan dengan
karakteristik peserta didik, dan juga disesuaikan dengan karakteristik materi
ajar. Materi ajar diharapkan dapat mendukung pengembangan dalam
aktivitas dan proyek serta materi ajar dapat dihubungkan dengan kehidupan
sehari-hari. Melihat perkembangan teknologi saat ini diharapkan materi ajar
juga dapat diintergrasikan dengan Teknologi Informasi yang disesuaikan
dengan tujuan pembelajaran agar kompetensi yang ditetapkan dapat
tercapai. Dengan pemanfaatan Teknologi Informasi diharapkan lebih
memudahkan guru dalam menyampikan materi ajarnya dan bagi peserta
didik akan lebih mudah menyerap dan memahami materi yang disampaikan.
Hal ini mendorong calon guru untuk menguasai pengetahuan teknologi dan
konten yang merupakan pengetahuan yang mengajak guru untuk
mengetahui penggunaan teknologi tertentu yang dapat membantu
memahami konsep pada suatu materi dan konten tertentu. Menurut
Nurdiana (2017 :2) calon guru harus memiliki kemampuan yang baik dalam
menyusun rencana pembelajaran yang baik agar pelaksanaan pembelajaran
dapat mencapai sasaran. Pemilihan dan penguasaan materi ajar menjadi
bagian dari penguasaan pengetahuan pedagogi dan pengetahuan konten
yang apabila dihubungkan akan membentuk pengetahuan pedagogi dan
konten yang lebih kompleks. Pengetahuan tersebut berguna untuk
mengetahui dan memadukan pendekatan pengajaran dalam memilih media
dan model pembelajaran yang tepat/ sesuai dengan konten materi ajar dan
karakteristik peserta didik.

Pemilihan media pembelajaran harus memperhatikan hal - hal antara


lain media pembelajaran harus disesuaikan dengan kompetensi, media
pembelajaran disesuaikan dengan karakteristik peserta didik dan disesuaikan
dengan karakteristik materi ajar. Menurut Reiser & Walter (1996: 69)
menyatakan bahwa dalam memilih media pembelajaran yang akan
digunakan hal yang penting untuk diperhatikan adalah media harus

51
disesuaikan dengan karakteristik peserta didik. Hal ini menjadi faktor untuk
dipertimbangkan berkaitan dengan cara berpikir dan bersikap peserta didik.

Hal lain yang dapat mempengaruhi hasil dalam pemilihan media


adalah kurangnya pencermatan terhadap kurikulum dan bahkan materi ajar
yang akan disampaikan. Jika hal tersebut dapat tercapai maka tidak akan
terjadi kekeliruan terhadap pemilihan media pembelajaran. Pemilihan media
pembelajaran menjadi penting karena kedudukan media untuk mencapai
keberhasilan pembelajaran yang didasari atas komponen yang saling
berkaitan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Upaya untuk mencapai
tujuan pembelajaran didukung oleh media yang sesuai dengan materi ajar
dan strategi yang digunakan. Perkembangan teknologi saat ini tidak
menutup kemungkinan bahwa dalam memilih media pembelajaran dapat
memanfaatkan TIK. Media pembelajaran berbasis TIK dapat berupa video
pembelajaran dan gambar animasi sehingga proses pembelajaran lebih
menarik, menyenangkan, mudah dipahami dan tentunya disesuaikan dengan
kondisi di lapangan. Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan ada
beberapa mahasiswa yang sudah menggunakan TIK dalam pembelajarannya
namun ada beberapa yang masih menggunakan konvensional seperti
menggunakan alat peraga, gambar, dan lain- lain.

Komponen dari RPP yang cukup penting adalah pemilihan metode,


pendekatan dan model pembelajaran digunakan oleh guru kemudian
disesuaikan dengan materi serta kondisi siswa. Ketepatan pemilihan metode,
pendekatan dan model pembelajaran bertujuan untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran yang
telah ditulis (Lestari, 2013: 74). Pemilihan metode, pendekatan dan model
pembelajaran disesuaikan dengan situasi dan kondisi peserta didik,
karakteristik materi ajar, dan kompetensi yang hendak dicapai. Pemilihan
model atau metode pembelajaran yang tepat akan menjadi cerminan
keberhasilan pencapaian PCK. PCK dilakukan dengan mengkombinasikan
pengetahuan pedagogi dan pengetahuan konten dalam pengajaran dan
pembelajaran di kelas. Antara metode, pendekatan dan model pembelajaran

52
harus sesuai agar proses pembelajaran berjalan dengan baik. Hal- hal yang
mempengaruhi dalam pemilihan metode, pendekatan dan model
pembelajaran secara umum antara lain karakteristik materi ajar, tujuan
pembelajaran, tingkat kemampuan peserta didik, alokasi waktu pelajaran,
lingkungan belajar dan fasilitas yang tersedia. Pendekatan yang
dicantumkan dalam RPP adalah pendekatan saintifik dengan 5M
(mengamati, menanya, mengumpulkan data, mengasosiasi, dan
mengkomunikasikan) sehingga model pembelajaran yang mendukung
adalah model pembelajaran seperti PBL,

PjBL, discovery learning, dll. Metode yang dapat digunakan seperti


diskusi dan presentasi. Pada kondisi di lapangan masih ada beberapa
mahasiswa yang kurang tepat dalam memilih pendekatan yang digunakan
dengan metode/model pembelajaran sehingga pada saat pelaksanaan
pembelajaran kurang sinkron atau kurang cocok. Hal ini menunjukkan
bahwa pengetahuan pedagogi mahasiswa masih kurang, mahasiswa perlu
mempelajari lebih dalam lagi agar pada saat menjadi guru dimasa yang akan
datang tidak terjadi kekeliruan. Pemilihan pendekatan/metode/model
pembelajaran dapat dikembangkan melalui integrasi dengan teknologi yang
mendukung agar memudahkan tercapainya tujuan pembelajaran. Menurut
Tian, Suryawati, & Arief (2014: 8) untuk mencapai hal tersebut diperlukan
pengetahuan tentang teknologi dan pedagogi yang merupakan pengetahuan
tentang bagaimana guru memahami cara menggunakan teknologi dalam
penerapan proses pembelajaran, sehingga pengetahuan ini sangat
diperlukan.

a) Hubungan TPACK dan RPP


a. Penelitian yang dilakukan oleh Oktamarsetyani (2018)
menemukan fakta bahwa dalam RPP calon guru masih
belum mengimplementasikan adanya TPACK dalam RPP.
Padahal TPACK merupakan komponen yang sangat
penting dalam perencanaan pembelajaran agar semua
tujuan pembelajaran dapat tercapai. Hasil ini

53
dimungkinkan karena mahasiswa sebagai calon guru
belum optimal dalam menuliskan langkah- langkah
pembelajaran yang sesuai. Hal ini dibuktikan pada
kegiatan pembuka, kemampuan mahasiswa dalam
membuka pembelajaran masih kurang, mahasiswa
mencantumkan kegiatan pembuka namun cenderung tidak
dilaksanakan seperti tidak memeriksa peserta didik untuk
memulai pembelajaran, tidak menyampaikan tujuan
pembelajaran dan dalam menyampaikan apersepsi belum
sesuai. Kegiatan tersebut seharusnya perlu dilakukan
dengan baik, karena kegiatan pembuka adalah awal dari
proses pembelajaran.
b. Hubungan TPACK dan RPP dalam Perencanaan
Pembelajaran Technological Pedagogical Content
Knowledge (TPACK) merupakan kerangka kerja yang
mengintegrasikan tiga aspek utama dalam pembelajaran,
yaitu teknologi, pedagogi, dan konten. Dalam konteks
perencanaan pembelajaran, TPACK menjadi landasan
penting dalam penyusunan Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) yang efektif dan inovatif.
c. Pemahaman TPACK dalam Penyusunan RPP
menekankan bahwa guru tidak hanya harus menguasai
materi ajar (content knowledge) dan strategi pengajaran
(pedagogical knowledge), tetapi juga bagaimana
mengintegrasikan teknologi (technological knowledge)
untuk meningkatkan efektivitas pembelajaran. Dalam
penyusunan RPP, TPACK membantu guru dalam
merancang pembelajaran yang lebih menarik, interaktif,
dan sesuai dengan kebutuhan siswa.
d. Peran Setiap Komponen TPACK dalam RPP, Content
Knowledge (CK): Merupakan pengetahuan guru tentang
materi yang akan diajarkan dalam pembelajaran. Dalam

54
RPP, CK mencerminkan pemilihan materi ajar yang
sesuai dengan kurikulum, standar kompetensi, dan
karakteristik peserta didik. Pedagogical Knowledge (PK):
Berkaitan dengan strategi dan metode pengajaran yang
digunakan dalam RPP. Ini mencakup pendekatan
pembelajaran, model pembelajaran (seperti pendekatan
5M dalam Kurikulum 2013), serta teknik asesmen yang
akan diterapkan. Technological Knowledge (TK):
Merupakan pemahaman guru dalam memanfaatkan
teknologi sebagai alat bantu pembelajaran. Dalam RPP,
teknologi dapat digunakan untuk menyampaikan materi
(misalnya menggunakan video animasi atau simulasi),
mengelola kelas (melalui LMS atau aplikasi kuis
interaktif), serta mengevaluasi pemahaman siswa
(menggunakan Google Forms atau platform lainnya). Saat
ketiga elemen ini diintegrasikan dalam RPP, maka akan
muncul bentuk pengetahuan yang lebih kompleks.
Pedagogical Content Knowledge (PCK): Guru tidak
hanya memahami materi, tetapi juga bagaimana
mengajarkannya dengan metode yang sesuai. Misalnya,
dalam pembelajaran biologi tentang ekosistem, guru dapat
memilih pendekatan berbasis inkuiri untuk membantu
siswa memahami konsep secara lebih mendalam.\
e. Technological Content Knowledge (TCK): Guru mampu
memili teknologi yang sesuai untuk membantu
penyampaian materi. Contohnya, dalam pembelajaran
tentang sel, guru dapat menggunakan simulasi mikroskop
virtual untuk memperjelas struktur sel bagi siswa.
f. Technological Pedagogical Knowledge (TPK): Guru
memahami bagaimana teknologi dapat mendukung
metode pembelajaran. Sebagai contoh, dalam model
pembelajaran flipped classroom, guru dapat memberikan

55
materi dalam bentuk video sebelum kelas dimulai,
sehingga siswa dapat lebih fokus pada diskusi dan
eksperimen di dalam kelas.

Implementasi TPACK dalam Komponen RPP


Dalam menyusun RPP berbasis TPACK, setiap komponen harus
mencerminkan integrasi teknologi, pedagogi, dan konten secara sistematis:
Tujuan Pembelajaran: Harus mencerminkan pemanfaatan teknologi yang
mendukung ketercapaian kompetensi. Misalnya, tujuan tidak hanya sebatas
memahami konsep, tetapi juga mampu menganalisis data melalui perangkat
digital.
Kegiatan Pembelajaran:

 Kegiatan Pembuka: Guru dapat menggunakan media teknologi


untuk meningkatkan keterlibatan siswa, misalnya menampilkan
video singkat atau menggunakan aplikasi kuis interaktif seperti
Kahoot untuk mengaktifkan pengetahuan awal siswa.
 Kegiatan Inti: Guru menerapkan pendekatan pedagogi yang
sesuai dengan konten dan teknologi. Misalnya, dalam
pembelajaran tentang genetika, guru dapat menggunakan model
pembelajaran berbasis proyek (PjBL) dengan simulasi pewarisan
sifat menggunakan perangkat lunak digital.
 Kegiatan Penutup: Guru dapat menggunakan teknologi untuk
refleksi dan evaluasi pembelajaran, seperti diskusi online atau
asesmen formatif berbasis aplikasi.
 Media dan Sumber Belajar: Guru harus menentukan sumber
belajar berbasis digital, seperti jurnal elektronik, video edukasi,
atau simulasi interaktif.
 Penilaian: Evaluasi pembelajaran dapat menggunakan teknologi,
misalnya dengan tes online atau portofolio digital untuk menilai
proyek siswa.

56
Tantangan dan Solusi dalam Implementasi TPACK dalam RPP
Meskipun TPACK memberikan banyak manfaat dalam penyusunan
RPP, calon guru sering menghadapi kendala dalam
mengimplementasikannya. Beberapa tantangan yang umum dihadapi
meliputi:
1) Kurangnya pemahaman dalam mengintegrasikan teknologi yang
relevan dengan materi pembelajaran.
2) Kesulitan dalam memilih metode yang sesuai dengan penggunaan
teknologi tanpa menghilangkan esensi pembelajaran.
3) Keterbatasan akses terhadap perangkat teknologi atau kurangnya
pelatihan dalam pemanfaatan teknologi pendidikan.
Untuk mengatasi tantangan ini, calon guru perlu mendapatkan
pelatihan intensif dalam penggunaan teknologi pendidikan serta diberikan
kesempatan untuk menerapkannya secara langsung dalam microteaching
atau Praktik Pengalaman Lapangan (PPL). Selain itu, kolaborasi dengan
guru yang lebih berpengalaman dalam pemanfaatan teknologi dapat menjadi
salah satu cara efektif untuk meningkatkan keterampilan dalam menyusun
RPP berbasis TPACK.
Kegiatan inti adalah kegiatan utama dari proses pembelajaran yang
seharusnya dituliskan secara jelas dan tepat serta dalam pelaksanaannya pun
harus dilakukan secara runtut dan tersistematis. Berdasarkan hasil
pengamatan mengenai kemampuan mahasiswa pada kegiatan inti dinilai
masih kurang, hal ini dikarenakan masih terdapat mahasiswa yang belum
memunculkan langkah-langkah sesuai dengan rencana yang dituliskan di
dalam RPP, sehingga indikator kegiatan 5M (mengamati, menanya,
mengumpulkan data, mengasosiasi, dan mengkomunikasikan) seperti yang
diharapakan pada kurikulum 2013 belum dapat terlaksana dengan baik.
Hasil pengamatan di lapangan, umumnya mahasiswa cenderung belum
dapat melaksanakan pembelajaran secara sistematis menyesuaikan dengan
sintak pembelajaran yang digunakan serta mengkombinasikannya dengan
pendekatan 5M. Hal ini dimungkinkan karena mahasiswa masih kesulitan
dalam menyiapkan objek atau permasalahan yang menarik peserta didik

57
yang dapat memunculkan rasa ingin tahu. Selain itu, hal lain yang dapat
menjadi sebab adalah kurangnya kemampuan mahasiswa dalam mengatur
waktu pada penerapan sintak dan pendekatan disetiap proses pembelajaran.
Menutup pelajaran merupakan suatu kegiatan yang bertujuan untuk
menyimpulkan kegiatan inti. Kegiatan menutup pelajaran harus
memberikan gambaran menyeluruh tentang apa yang telah dipelajari,
tingkat pencapaian peserta didik dan tingkat keberhasilan guru. Berdasarkan
hasil pengamatan terhadap RPP, diketahui bahwa kegiatan penutup yang
dilakukan oleh mahasiswa berada dalam kriteria kurang. Hal ini
dikarenakan komponen utama dalam menutup pelajaran belum
dicantumkan. Menurut Barnawi dan Arifin (2016: 131) menyatakan bahwa
komponen utama menutup pelajaran terdiri atas meninjau kembali,
mengevaluasi penugasan dan memberikan tindak lanjut. Mayoritas
mahasiswa hanya mencantumkan kegiatan penarikan kesimpulan dan/atau
refleksi pembelajaran, penugasaan dengan mengerjakan LKS. Penarikan
kesimpulan dilakukan bersama dengan peserta didik dan instruksi
penugasan akan disampaikan oleh guru tanpa adanya tindak lanjut
pembelajaran.
Aspek rancangan penilaian yang ada di RPP pada penelitian
Oktamarsetyani (2018) juga masuk dalam kategori kurang, artinya ada
beberapa hal yang belum tercapai. Hal- hal yang perlu diperhatikan dalam
rancangan penilaian pembelajaran adalah kesesuaian bentuk, teknik dan
instrumen penilaian yang disesuaikan dengan indikator pencapaian KD dan
tujuan pembelajaran. Selain itu, disesuaikan dengan metode/model
pembelajaran yang digunakan serta sesuai dengan alokasi waktu yng
ditetapkan, mahasiswa mencantumkan penilaian pembelajaran yang
meliputi penilaian kognitif, psikomotor, dan afektif. Penilaian kognitif
berupa tes tertulis dalam bentuk posttes yang dilakukan pada akhir
pembelajaran dan penilaian psikomotor serta afektif dalam bentuk lembar
observasi. Namun penilaian yang ditulis dalam RPP beberapa masih kurang
tepat dengan indikator pencapaian dan tujuan pembelajaran sehingga
diperlukan perbaikan agar kompetensi yang sudah ditetapkan dapat tercapai.

58
Menurut Subali (2016: 7) penilaian dalam pembelajaran diartikan sebagai
langkah yang digunakan untuk memperoleh informasi mengenai taraf
pengetahuan, keterampilan dan sikap peserta didik sebelum, selama, dan
sesudah terlibat dalam proses pembelajaran.
Perencanaan pembelajaran yang tertuang dalam RPP merupakan
implementasai kemampuan guru dalam menguasai konten materi,
kemampuan pedagogi dan mengaplikasian pengetahuan teknologi. Bukan
hanya sekedar untuk menguasai konten materi, pengetahuan pedagogi, dan
pengetahuan teknologi saja, namun bagaimana cara mengaplikasikan dan
mengintegrasikan sebuah konten materi yang memiliki karakteristik khas
pada materi tersebut dengan kemampuan pedagogi yang dimiliki, serta
didukung dengan pemanfaatan media yang sesuai dengan karakteristik
materi serta model/ metode/ pendekatan yang diberikan. Sehingga, menjadi
satu kesatuan bukan hal yang berdiri sendiri, dengan adanya integrasi antara
konten materi, pengetahuan pedagogi dan pengetahuan teknologi maka
pembelajaran akan menjadi lebih bervariasi dan bermakna. Hal ini
berdampak pada peserta didik untuk meningkatkan keinginannya untuk
terus belajar.

Hubungan TPACK dan Kegiatan Pembelajaran


Sunhaji (Asmani, 2010:133) menyatakan bahwa keterampilan dasar
yang harus dikuasai dalam microteaching adalah keterampilan membuka dan
menutup pembelajaran, keterampilan menjelaskan, keterampilan memberi
penguatan, keterampilan, mengelola kelas, keterampilan membimbing diskusi,
dan keterampilan mengajar secara individual. Selain melatih keterampilan,
microteaching akan membentuk mental dan kepercayadirian sehingga guru
mampu tampil meyakinkan dan berkualitas. Seperti penelitian yang dilakukan
oleh Darwish dan Sadeqi (2016) yang berjudul Microteaching Impact on Student
Teachers’ Performance : A Case Study from Kuwait menunjukkan bahwa
partisipasi dalam studi microteaching telah memberikan gambaran dari apa yang
telah dilakukan oleh calon guru dan bagaimana mereka melakukannya. Kritikan,

59
refleksi dan diskusi bersama sejawat/sebaya akan didapatkan dari microteaching
ini.

Keterlaksanaan pembelajaran dalam microteaching merupakan


implementasi dari rencana pembelajaran (RPP) yang meliputi 3 kegiatan antara
lain kegiatan pembuka, kegiatan inti dan kegiatan penutup. Kegiatan pembuka
dilakukan oleh mahasiswa pada awal pembelajaran yang terdiri dari memberi
salam, memeriksa kesiapan peserta didik, apersepsi dan penyampaian tujuan
pembelajaran dapat terlaksana dengan baik. Kegiatan pembuka dalam
pembelajaran bertujuan untuk menciptakan prakondisi peserta didik agar minat
dan perhatiannya terpusat pada apa yang akan dipelajari (Azis, 2016: 66).
Menurut Lestari (2013: 74) kegiatan pembuka dalam suatu pembelajaran
ditujukkan untuk membangkitkan motivasi dan memfokuskan perhatian peserta
didik untuk berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Oktamarsetyani


(2018) diketahui bahwa kemampuan mahasiswa sebagai calon guru dalam
membuka pembelajaran masih kurang, karena terdapat beberapa mahasiswa yang
belum optimal dalam mengkondisikan dan mempersiapkan peserta didiknya untuk
memulai pembelajaran bahkan ada beberapa mahasiswa tidak melakukan
pemeriksaan kesiapan peserta didik di kegiatan pembuka. Pada kegiatan pembuka
diawali dengan salam kemudian berdo’a dan menyiapkan peserta didik untuk
memulai pembelajaran. Hasil di lapangan tidak sesuai dengan pendapat Amin
(2013: 37) yang menyatakan bahwa menyiapkan peserta didik bertujuan untuk
menarik perhatian, mengarahkan dan memfokuskan peserta didik. Guru perlu
berusaha memberikan stimulus agar pikiran dan jiwa peserta didik siap dalam
menerima pembelajaran. Pernyataan tersebut didukung juga oleh Azis (2016: 67)
yang menyatakan bahwa stimulus yang diberikan kepada peserta didik pada awal
pembelajaran dapat berupa mengingat kembali pelajaran yang lalu dan
mengaitkan antara pelajaran yang lalu dengan pelajaran yang akan diajarkan yang
biasa disebut apersepsi. Ketidakterlaksanaan tersbut disebabkan karena
mahasiswa terlalu terburu-buru untuk langsung masuk ke kegiatan inti sehingga
kegiatan pendahuluan belum berjalan dengan optimal. Hal lain yang mungkin
terjadi disebabkan ketidaksiapan mahasiswa itu sendiri, mahasiswa merasa grogi/

60
nervous karena harus tampil di depan kelas. Selain itu dimungkinkan mahasiswa
cenderung mengikuti teman yang sudah tampil sebelumnya sehingga tidak tahu
apakah yang tampil sebelumnya baik atau tidak.

Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan dalam penyampaian


apersepsi terdapat beberapa mahasiswa yang belum sesuai dalam menyampaikan
apersepsi. Apersepsi yang disampaikan masih terlihat menyimpang dari materi
dan cenderung tidak berhubungan dengan materi yang akan disampaikan. Hal ini
terjadi dikarenakan kurangnya pengetahuan lama dan pengetahuan baru
sehingga kesulitan untuk menghubungkan keduanya, selain itu kurangnya
pemahaman terhadap materi pelajaran yang akan disampikan sehingga apersepsi
yang disampaikan tidak sesuai. Seharusnya kegiatan apersepsi dapat dilakukan
dengan baik karena kegiatan apersepsi bertujuan agar peserta didik siap dalam
menerima pembelajaran. Apersepsi disampaikan secara lisan saja atau dapat
dilakukan dengan bantuan media seperti gambar, video, atau artikel terkait
dengan materi yang akan diajarkan. Selain apersepsi, guru harus menyampaikan
tujuan pembelajaran yang relevan dengan kompetensi yang akan dicapai karena
ini yang akan menjadi panduan yang harus dicapai bagi guru selama proses
pembelajaran dan bagi peserta didik tujuan pembelajaran ini dapat menjadi
gambaran yang akan dicapai dari materi pelajaran yang didapatkan. Namun di
lapangan masih terdapat beberapa mahasiswa yang terkadang lupa untuk
menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan diberikan. Hal ini karena
mahasiswa tidak mengikuti rencana yang telah disusun dalam RPP, mahasiswa
cenderung terburu- buru dan langsung masuk pada kegiatan inti. Menurut
Barnawi & Arifin (2016: 128) keterampilan guru dalam membuka pelajaran
sangat penting untuk dilatih sejak dini karena implementasi kegiatan awal
pembelajaran dapat memberikan gambaran keseluruhan proses pembelajaran
yang akan berlangsung. Membuka pelajaran adalah kegiatan yang dapat
memberikan efek positif terhadap kegiatan belajar. Beberapa catatan tersebut
dijadikan bahan perbaikan bagi mahasiswa yang melaksanakan microteaching
agar menjadi lebih siap dan lebih baik lagi.

61
Kegiatan inti merupakan proses pembelajaran yang bertujuan untuk
mencapai kompetensi dasar. Kegiatan pembelajaran dilakukan secara interaktif,
menyenangkan, memotivasi peserta didik untuk berperan aktif dan
mengembangkan bakat dan minat peserta didik. Kegiatan ini harus dilakukan
secara sistematis dan terstruktur sesuai dengan apa yang telah ditulis di RPP.
Berdasarkan tabel 4 hasil yang diperoleh dari kegiatan inti yang dilaksanakan
mahasiswa dapat dikategorikan kurang baik artinya mahasiswa belum mampu
melaksanakan aspekaspek dari kegiatan inti secara keseluruhan, hal ini
ditunjukkan dengan tidak semua kegiatan inti terlaksana. Indikator kegiatan ini
terdiri dari penyampaian materi biologi yang meliputi kelengkapan materi,
kebenaran konsep, kemampuan mengaitkan materi biologi dengan materi lain
dan mengkaitkan dengan kondisi di kehidupan sehari- hari, penggunaan media
pembelajaran, penggunaan bahan ajar, penggunaan TIK sebagai pendukung
proses pembelajaran, melibatkan peserta didik untuk berperan aktif dalam
pembelajaran, kemampuan menumbuhkan partisipasi aktif peserta didik,
kemampuan melaksanakan pembelajaran sesuai alokasi waktu serta penggunaan
bahasa dan kejelasan intonasi suara tidak terlaksana secara optimal.

Mahasiswa belum mampu menjabarkan materi ajar secara luas, selain itu
terjadi kesalahan konsep (miskonsepsi) dalam menyampaikan materi ajarnya
sehingga berdampak pada kebenaran konsep itu sendiri, hal ini terjadi karena
mahasiswa tidak menguasai dan memahami materi yang akan disampaikan,
mahasiswa cenderung menghafal sehingga cepat lupa. Akibatnya materi yang
disampaikan tidak tersistematis dan kurang mengaitkan materi ajar dengan
materi yang lain karena kurangnya pengetahuan dan informasi. Mahasiswa
belum mampu menyajikan materi secara rinci dan belum mampu memberikan
tambahan materi mengenai contoh yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari.
Padahal pengetahuan tentang konten materi biologi menjadi hal yang sangat
penting karena untuk menghindari kesalahan atau miskonsepsi yang dapat terjadi
ketika menyampaikan materi. Pengetahuan konten merupakan pengetahuan
tentang konsep dan teori materi biologi, pengetahuan tentang perkembangan
terbaru dalam biologi berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan.

62
Menurut Mishra & Koehler (2006: 1026) pengetahuan konten adalah
pengetahuan tentang subjek materi yang akan diajarkan atau dipelajari. Dalam
hal ini guru harus mengetahui tentang konten materi biologi yang akan diajarkan
dan bagaimana pengetahuan tersebut berbeda dengan konten materi yang lain.
Pengetahuan konten materi biologi dapat disampaikan dengan baik jika
dipadukan dengan cara penyampaian yang baik pula. Agar penyampaian materi
menjadi lebih mudah maka dapat didukung dengan penggunaan media
pembelajaran. Namun tidak semua mahasiswa menggunakan media
pembelajaran dalam menyampaikan materi ajarnya.

Secara harfiah, media berarti perantara. Menurut Brown (1977: 2) media


disebut dengan “alat bantu audiovisual”. Media menjadi alat bantu bagi guru
untuk meningkatkan dan menstimulasi pembelajaran dengan meningkatkan
keefektifan kinerja dari pengembangan hingga evaluasi hasil. Hal ini didukung
oleh Arifin & Setiyawan (2012: 124) yang menyatakan bahwa media
pembelajaran berperan sebagai alat untuk memudahkan proses pembelajaran
agar dapat dicapai semua tujuan pembelajaran. Media pembelajaran memiliki
kedudukan yang sangat penting bahkan sejajar dengan metode pembelajaran,
karena model atau metode pembelajaran yang dipilih akan menentukan media
pembelajaran apa yang dipakai (Arifin & Setiyawan, 2012: 126). Misalkan saja
ketika kita memilih model pembelajaran discovery learning maka kita akan
memilih media nya berupa LKS dan alat baham praktikum untuk menunjang
kegiatan belajar dengan model discovery learning. Media pembelajaran
digunakan bertujuan untuk membantu peserta didik dalam menyerap materi yang
disampaikan, dengan media pembelajaran diharapkan peserta didik mendapatkan
pengalaman yang nyata dan memudahkan guru dalam menyampaikan materi
pembelajaran. Rata- rata mahasiswa menggunakan media pembelajaran berupa
gambar, alat peraga, objek nyata serta penayangan video pembelajaran sehingga
peserta didik dapat terlibat langsung dalam proses pembelajaran. Selain media
pembelajaran guru dapat menggunakan bahan ajar berupa LKPD/LKS, modul,
dan handout.

63
Namun media pembelajaran yang digunakan belum optimal. Sebagai
contoh beberapa mahasiswa menggunakan media gambar akan tetapi gambar
dan video yang digunakan kurang menarik, berukuran kecil, resolusi terlalu kecil
sehingga gambar tidak jelas dan kadang tidak relevan dengan materi ajar, alat
peraga yang digunakan ada beberapa yang berukuran kecil sehingga tidak
terlihat jelas jika dilihat dari belakang, tidak memenuhi jumlah peserta didik dan
kadang alat peraga rusak menjelang tampil sehingga tidak dapat digunakan
dengan maksimal, selain itu media powerpoint yang ditampilkan terlalu banyak
tulisan dan kurang gambar sehingga peserta didik cenderung bosan meskipun
sudah menggunakan bantuan TIK. Bahan ajar yang digunakan pun kurang
mencakup keseluruhan materi ajar sehingga kurang sesuai untuk melakukan
penilaian. Setyawanto (2013: 7) menyatakan bahwa guru dituntut untuk
menyajikan materi secara lengkap dan sistematis dengan disertai contoh sebagai
bentuk materi dalam bahan ajar.
Proses pembelajaran, selain media pembelajaran dan bahan ajar, pemilihan
metode/ model/ pendekatan pembelajaran menjadi hal yang sangat penting.
Menurut pengamatan pada saat pelaksanaan pembelajaran, pemilihan metode
yang digunakan masih dikategorikan kurang baik karena mahasiswa belum
mampu melaksanakan metode tersebut, hal ini terjadi karena kurangnya
penguasaan terhadap metode yang dipilih. Pemilihan model juga masih dalam
kategori kurang, karena mahasiswa belum menguasai model yang dipilih
sehingga belum mampu mengkolaborasikan model yang tepat. Kondisi di
lapangan sekarang, rata- rata sekolah telah menggunakan kurikulum 2013
sehingga mahasiswa juga harus menyesuaikan kondisi di lapangan. Dalam
kurikulum 2013 pembelajaran berpusat pada peserta didik (student center
learning) sehingga metode/ model/ pendekatan juga harus disesuaikan. Metode/
model/ pendekatan Pendekatan saintifik merupakan salah satu pendekatan yang
dapat diimplementasikan. Pendekatan ini memiliki karakteristik pembelajaran
dengan 5M (mengamati, menanya, mengumpulkan data, mengasosiasi, dan
mengkomunikasikan), menurut hasil yang diperoleh secara keseluruhan
mahasiswa belum bisa menerapkan pendekatan 5M sehingga pendekatan ini
belum terlaksana dengan baik. Padahal pendekatan saintifik melibatkan peserta

64
didik dalam proses pembelajaran yang diharapkan dapat menumbuhkan
partisipasi aktif dan menumbuhkan motivasi belajar peserta didik sehingga kelas
dapat hidup dan tidak membosankan.

Kegiatan penutup merupakan kegiatan yang bertujuan untuk menyimpulkan


kegiatan inti (Barnawi & Arifin, 2016: 131). Kegiatan inti meliputi kemampuan
guru dalam melakukan tinjauan kembali yang berupa penarikan kesimpulan,
mengevaluasi peserta didik dan memberi tindak lanjut. Berdasarkan hasil yang
telah diperoleh melalui pengamatan, keterlaksanaan kegiatan penutup
dikategorikan cukup baik, artinya aspek- aspek yang dinilai cukup terpenuhi
dibandingkan dengan kegiatan pembuka dan kegiatan inti. Pada kegiatan
penutup guru meninjau kembali pelajaran yang telah dipelajari, guru bersama-
sama dengan peserta didik menarik kesimpulan atau merangkum materi yang
telah diajarkan. Dengan melibatkan peserta didik dalam penarikan kesimpulan
diharapakan dapat menguatkan pemahaman peserta didik terhadap materi
pelajaran yang sudah diperoleh. Menurut Lestari (2013: 77) dalam kegiatan
penutup guru melakukan penilaian atau evaluasi peserta didik dengan
memberikan tes atau penugasan baik individu ataupun kelompok. Guru juga
harus memberi tindak lanjut dengan menyampikan rencana pembelajaran untuk
pertemuan selanjutnya dapat juga berupa layanan konseling. Namun hal tersebut
belum sepenuhnya terlaksana dengan baik sehingga hal ini perlu dijadikan bahan
pertimbangan dan perbaikan bagi mahasiswa untuk dapat mengoptimalkan
pelaksanaan kegiatan penutup (Oktamarsetyani & Wahyu, 2023).

Kemampuan TPACK mahasiswa pendidikan biologi dalam melaksanakan


pembelajaran dikategorikan cukup baik. Artinya, pengetahuan mahasiswa
mengenai pengetahuan muatan materi keilmuan biologi, pengetahuan pedagogi
dan pengetahuan teknlogi perlu memperbaiki dalam penguasaan pengetahuan
sesuai dengan anjuran Kemenristekdikti tentang rumusan capaian pembelajaran
untuk lulusan program sarjana (S1). Pengetahuan yang telah disebutkan
sebelumnya dikembangkan menjadi model TPACK yang merupakan integrasi
antara pengetahuan teknologi, pedagogi dan konten yang berperan untuk

65
memfasilitasi proses pembelajaran peserta didik. Guru harus menguasai
pengetahuan teknologi dan menggunakan teknologi secara efektif dalam
penyampaian konten materi pembelajaran tertentu dengan menggunakan metode
pedagogi yang sesuai (Thompson, Bull & Willis (Mahdum, 2015: 174); Schmidt
et, al.,.2009).

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi informasi telah menggeser


paradigma belajar dengan ceramah menjadi belajar dengan berbasis teknologi
terkini. Misalkan saja jika zaman era society peserta didik tidak memiliki
teknologi Smart Phone maka mereka kesulitan akses tugas, mencari materi, dan
mengerjakan tugas guru yang berbasis aplikasi. Dalam proses pembelajaran guru
bukanlah satu-satunya sumber utama pengetahuan, akan tetapi guru berperan
sebagai pengelola pembelajaran dan fasilitator, sehingga guru harus memahami
tentang bagaimana pengetahuan teknologi dan konten saling mempengaruhi satu
sama lain. Guru perlu mengetahui secara spesifik teknologi yang paling cocok
untuk diterapkan dalam pembelajaran. Pengetahuan teknologi merupakan
pengetahuan tentang pemanfaatan berbagai teknologi untuk mendukung proses
pembelajaran. Oleh karena itu, pengetahuan tentang teknologi menjadi sangat
penting bagi guru maupun calon guru. Perkembangan teknologi menuntut
perubahan paradigma pendidikan konvensional menjadi pendidikan berbasis
TIK yang menekankan pada pendidikan berpusat pada peserta didik (student
center learning) dan penguasaan TIK. Media TIK dapat mendukung
kegiatankegiatan pembelajaran antara lain memperoleh berbagai informasi dari
berbagai sumber informasi yang mudah, murah dan cepat tanpa ada batas jarak,
ruang dan waktu.

Peran media pembelajaran berbasis teknologi juga sangat menentukan


kelancaran proses belajar mengajar. Menurut Arifin dan Setiyawan (2012: 44)
peran media TIK dalam proses pembelajaran adalah penyampaian materi
semakin canggih, menarik, berwarna, dan menyenangkan. Media pembelajaran
berbasis teknologi berupa LMS (learning management system) membantu
peserta didik yang cenderung memiliki gaya belajar visual, gaya belajar

66
auditorial dan kinestetik. Penerimaan materi ajar dari guru ke siswa juga
semakin baik karena media pembelajaran akan membuat siswa interaktif .
Siswa dapat belajar mandiri dengan media LMS tersebut tanpa dibantu oleh guru.

Pengetahuan pedagogi merupakan pengetahuan mengenai penguasaan


kemampuan memahami jenis materi, karakteristik peserta didik, menyusun
perangkat pembelajaran, memilih metode dan strategi pembelajaran, menguasai
teori pembelajaran, serta mampu mengelola kelas dengan baik (Schmidt, et, al.,
2014: 125). Kompetensi pedagogi merupakan salah satu kompetensi yang harus
dikuasai oleh guru. Tidak hanya kemampuan pedagogi yang harus dikuasai
tetapi juga pengetahuan konten biologi yang harus dicapai dan dikuasai oleh
calon guru. Pengetahuan konten meliputi pengetahuan tentang konsep dan teori
materi biologi, pengetahuan tentang perkembangan terbaru dalam bidang biologi
berdasar hasil penelitian yang telah dilakukan. Pengetahuan konten materi secara
keseluruhan mahasiswa telah mendapatkan di perkuliahan tentang materi biologi
sehingga pada saat microteaching mahasiswa sudah memiliki bekal cukup untuk
mengajar di depan kelas (Schmidt, et, al., 2014: 125). Menurut Schmidt, et, al.,
(2014: 125). Kegiatankegiatan lain yang dapat dilakukan untuk mendukung
pengembangan dan penguasaan bidang biologi adalah dengan cara melakukan
penelitian, mengikuti seminar- seminar yang berkaitan dengan bidang keilmuan.
Referensi yang mendukung untuk menguasai bidang biologi dapat diperoleh dari
buku- buku, jurnal-jurnal penelitian terbaru dan pengetahuan dari media internet
maupun media dari teknologi yang lain. Beberapa hal tersebut dapat
menstimulasi dan membantu guru untuk dapat menguasai konten materi biologi
dengan baik.

Terdapat banyak manfaat dalam penggunaan teknologi dalam pembelajaran.


Nasution (2018: 14) menjabarkan manfaat teknologi dalam proses pembelajaran
yaitu, 1) bagi siswa meningkatkan perhatian, konsentrasi, motivasi, dan
kemandirian, 2) bagi guru dapat mereduksi penggunaan waktu penyampaian
materi, membuat pengalaman belajar siswa lebih menyenangkan, mendesain
materi lebih menarik, dan mendorong guru untuk meningkatkan pengetahan dan

67
kemampuan mengenai komputer. Gallupe (2003: 116)menjelaskan beberapa
tujuan penggunaan teknologi dalam pembelajaranyaitu meningkatkan kualitas
pembelajaran, kepuasan siswa, penghasilan, dan kualitas pelayanan.

Beberapa penelitian juga menunjukkan bahwa teknologi memberikan


dampak yang positif dalam pembelajaran. Penelitian yang dilakukan oleh
Wandani (2017) tentang penggunaan multimedia interaktif dalam pembelajaran
matematika menunjukkan bahwa penggunaan multimedia interaktif efektif dan
efisien dalam meningkatkan pemahaman, minat dan motivasi belajar siswa. Selain
itu siswa juga mendapatkan pengalaman belajar yang berbeda sehingga siswa
lebih antusias dalam mengikuti pembelajaran. Sejalan dengan Wandani, penelitian
yang dilakukan oleh Susanti (2013) tentang penggunaan media berbasis komputer
pada materi geometrimemberikan hasil bahwa pembelajaran matematika pada
materi geometri bolameningkatkan hasil belajar dan minat belajar siswa..

Kemampuan TPaCK sangat penting bagi calon guru sekolah dasar, karena
calon guru sekolah dasar harus mengajarkan semua materi pelajaran, salah
satunya matematika. Calon guru yang mempunyai kemampuan TPaCK dapat
mengintegrasikan teknologi dalam proses pembelajaran sesuai dengan materi
pembelajaran dan strategi pembelajaran yang tepat sesuai dengan karakteristik
siswa. Penggunaan teknologi menurut Drijvers, Boon, dan Van Reeuwijk dalam
proses pembelajaran sangat membantu siswa dalam memahami materi pelajaran,
terutama mata pelajaran matematika. Sudah menjadi pengetahuan umum bahwa
materi matematika bersifat abstrak. Padahal taraf berpikir kognitf siswa sekolah
dasar menurut piaget masih bersifat operasional konkrit. Tugas calon guru sekolah
dasar adalah mendesain pembelajaran matematika yang abstrak menjadi lebih
konkrit, kontekstual, atau lebih realisitis sesuai taraf berpikir siswa. NCTM (2008)
juga memberikan gagasan tentang guru yang efektif. Guru yang efektif diharapkan
dapat memanfaatkan potensi teknologi untuk mengembangkan pemahaman siswa,
menstimulasi ketertarikan dalam belajar, dan meningkatkan kecakapan
matematika siswa.

Munculnya teknologi dalam pembelajaran matematika menjadi salah satu


strategi yang dapat digunakan untuk membuat konsep matematika yang abstrak

68
menjadi lebih konkrit. Aija dan Inga (2012) menjabarkan berbagai manfaat
teknologi dalam proses pembelajaran, yaitu meningkatkan motivasi belajar siswa
karena konten matematika yang disajikan sesuai dengan perkembangan era
digital, membantu siswa mengaitkan konsep dengan kemampuan awal yang
dimiliki siswa, membantu guru menciptakan suasana belajar yang berbeda, proses
pembelajaran lebih visual, konkrit, menyenangkan, dan menarik. Penelitian yang
dilakukan oleh Mehmed (2008) menunjukkan bahwa teknologi kalkulator grafis
dan program grafis meningkatkan kemampuan matematika siswa.

Banyaknya manfaat penggunaan teknologi dalam pembelajaran yang


sudah dipaparkan tentu menjadi pertimbangan guru untuk memanfaatkan
teknologi dalam pembelajaran. Namun tidak semua guru mampu dalam
menggunakan teknologi dalam proses pembelajaran. Hal ini berdasarkan
penelitian yang telah dilakukan oleh Sukaesih, Ridlo, & Saptono (2017)
menunjukkan masih sedikit guru yang tidak menguasai teknologi apalagi
menggunakannya sebagai sumber belajar dan media belajar untuk pencapaian
kompetensi dasar. Penggunaan teknologi dalam proses pembelajaran
membutuhkan guru yang kompeten. Kompeten yang dimaksud adalah guru yang
dapat mengintegrasikan antara kemampuan professional, kemampuan pedagogi,
dan teknologi dalam pembelajaran. Ketiga kemampuan tersebut menurut Koehler
&Mishra (2009) disebut sebagai Technological Pedagogical Content Knowledge
(TPaCK). Kemampuan guru dalam menguasai teknologi dalam pembelajaran
dapat dilihat melalui TPaCK (Technological Pedagogical Content Knowledge)
yang dimiliki guru. TPaCK merupakan kerangka teoritis untuk mengintegrasikan
teknologi, pedagogik, dan materi pelajaran dalam pembelajaran. Artikel ini
bertujuan untuk mengkaji tentang tiga unsur pengetahuan TPaCK dan interaksi
diantara setiap unsur.

Technological Pedagogical Content Knowledge atau yang disingkat


menjadi TPaCK adalah theoretical framework yang merupakan pengembangan
dari Pedagogical Content Knowledge(PCK). Pedagogical Content Knowledge
(PCK) pertama kali digagas oleh Shulman pada tahun 1986. Menurut Shulman
(1986), seorang guru harus menguasai Pedagogical Knowledge (PK) dan Content

69
Knowledge (CK). Perpaduan PK dan CK tersebut berarti seorang guru tidak hanya
harus menguasai konten/materi tetapi juga pedagogi dalam menciptakan
pembelajaran. Kemampuan menguasai materi dan pedagogi seorang guru ini,
sebenarnya sama dengan kemampuan yang harus dimiliki oleh guru di Indonesia.
Hal ini tercantum dalam UU no 14 tahun 2005 tentang kompetensi guru, yaitu
guru harus memiliki kemampuan pedagogic, kepribadian, sosial, dan profesional.

Menurut Shulman (1986), content knowledge meliputi pengetahuan


konsep, teori, ide, kerangka berpikir, metode pembuktian dan bukti. Sedangkan
pedagogical knowledge berkaitan dengan cara dan proses mengajar yang meliputi
pengetahuan tentang manajemen kelas, tugas, perencanaan pembelajaran dan
pembelajaran siswa. Selanjutnya, Hurrel (2013) mendeskripsikan Pedagogical
Content Knowledge (PCK) sebagai hubungan antara pengetahuan dasar dari
konten dan pedagogi dengan ketiga bidang yang diperlukan dari konteks. Hurrel
menggambarkan hubungan PCK merupakan perpaduan antara content knowledge
dan pedagogical knowledge yang diterapkan guru dalam pembelajaran di kelas
dengan memperhatikan konteks yang ada. Diagram hubungan PCK digambarkan
Hurrel pada Gambar 1.

70
Content

PCK

Pedagogy
Context

Gambar 1. Hubungan PCK

Banyak penelitian tentang PedagogicalContent Knowledge (PCK) yang


telah dilakukan. Dari berbagai penelitian tersebut memberikan kesimpulan bahwa
Pedagogical Content Knowledge (PCK) penting untuk pengembangan
kemampuan profesional guru dan calon guru (Turnuklu & Yesildere, 2007; Hill,
Ball, & Schiling 2008; Anwar, Rustaman, & Widodo, 2014). Namun seiring
perkembangan teknologi yang begitu pesat dan memasuki era revolusi industry
4.0, maka kemampuan untuk menguasai teknologi dalam pembelajaran sangat
dibutuhkan oleh guru maupun calon guru.

Perpaduan kemampuan PCK dan teknologi disebut Koehler & Mishra


(2009) sebagai Technological Pedagogical Content Knowledge (TPaCK). Koehler
dan Mishra mengembangkan Technological Pedagogical Content Knowledge
(TPACK) berdasarkanPedagogical Content Knowledge (PCK) yang
dikembangkan oleh Shulman pada tahyn 1986. Technological Pedagogical

71
Content Knowledge (TPACK) merupakansebuah kerangka teoritis untuk
mengintegrasikan teknologi dalam pembelajaran (Koehler dkk, 2013). Koehler
dkk (2013)menjelaskan lebih lanjutbahwa Technological Pedagogical
ContentKnowledge (TPACK) mempunyai tiga komponen utama
yaitutechnological knowledge, content knowledge, danpedagogicalknowledge.
Dari ketiga komponen tersebut terdapat interaksi diantara setiap dua komponen.
Diagram hubungan unsur-unsur TPaCK digambarkan pada Gambar 2.

Technology
y

TPK TCK
TPaCK

Pedagogy Conte nt
PCK

Gambar 2 . Diagram TPaCK

Dari Gambar 2 dapat dilihat bahwa dari tiga komponen utama dan
interaksi diantara dua komponen membentuk irisan TPaCK. Sehingga
terdapattujuh komponen dalam TPaCK yaitu 1) Technological knowledge (TK),
2) Pedagogical knowledge (PK), 3) Content knowledge (CK), 4) Technological
Content Knowledge (TCK), 5) Pedagogical content knowledge (PCK), 6)
Technological PedagogicalKnowledge (TPK), 7) TechnologicalPedagogical
Content Knowledge (TPaCK) (Agyei & Voogt, 2012). Technological Knowledge
(TK) merupakan pengetahuan calon guru tentang apa dan bagaimana teknologi,
software, atau aplikasi yang dapat digunakan untuk pembelajaran. TKjuga
meliputi kemampuan untuk mengadaptasi dan mempelajari teknologi baru
(Rosyid, 2016).Kemampuan untuk terus belajar dan mencari tahu tentang
teknologi terbaru yang dapat digunakan dalam pembelajaran sangat penting

72
mengingat teknologi terus berkembang sangat pesat. Misalnya, perkembangan
software dalam pembelajaran mulai dari power point, lectora, adobe captivated,
adobe flash hingga saat ini muncul teknologi Augmented Reality. Sofware-
sofware tersebut dapat digunakan untuk proses pembelajaran.

Pedagogical knowledge (PK) merupakan pengetahuan guru atau calon


guru tentang karakteristik siswa, pengembangan rencana pembelajaran dan
evaluasi hasil belajar, dan apa saja metode/model/strategi pembelajaran yang
dapat digunakan dalam pembelajaran matematika di SD. Pedagogical knowledge
juga meliputi kemampuan untuk mengadaptasi dan mempelajari metode
pembelajaran terbaru atau malah dapat menciptakan strategi pembelajaran sesuai
dengan kebutuhan kelas. Content knowledge (CK) merupakan penguasaan calon
guru terhadap materi pelajaran atau substansi materi secara luas dan mendalam.
Content Knowledge ini tentu berbeda di setiap jenjang Pendidikan, contohnya
materi geometri di sekolah dasar tentu berbeda dengan di sekolah menengah.

Technological Content Knowledge (TCK) merupakan kemampuan guru


menyampaikan materi menggunakan teknologi. TCK adalah bagaimana guru
dapat menggambarkan konten (materi) dengan cara yang berbeda dengan
teknologi yang sebelumnya tidak mungkin dilakukan. TCK merupakan
kemampuan guru kepada ketepatan dalam menentukan dan menggunakan
teknologi untuk membuat representasi baru dalam proses transfer materi
pembelajaran yang memiliki karakteristik khusus sehingga mampu mengubah
mindset peserta didik.

Pedagogcal content knowledge (PCK) merupakan kemampuan dalam


menyampaikan materi kepada siswa. Dalam menyampaikan materi, guru tidak
hanya sekedar memberi materi tetapi menggunakan strategi tertentu dalam
menyampaikan materi. Sehingga PCK juga merupakan ketepatan guru dalam
memilih pendekatan atau strategi yang tepat dalam materi tertentu dan sesuai
dengan karakter siswa, karena tidak semua strategi cocok digunakan di semua
materi.

73
Technological Pedagogical Knowledge (TPK). TPK menidentifikasi
hubungan timbal balik antara teknologi dan pedagogi. TPK juga merupakan
kemampuan calon guru dalam memilih dan memanfaatkan teknologi yang tepat
untuk mendukung penerapan berbagai perangkat pembelajaran yang digunakan.

Technological Pedagogical Content Knowledge (TPACK) merupakan


kemampuan guru dalam menyelenggarakan pembelajaran dengan
mengintegrasikan strategi pembelajaran dan teknologi. Hal inilah yang
membedakan kedalaman penguasaan kompetensi bagi setiap guru mata
pelajaran.TPaCK merupakan optimalisasi TK yang digunakan dalam
pembelajaran untuk mengintegrasikanCK, PK, dan PCK menjadi satu kesatuan
yang utuh yang dapat menghasilkan proses pembelajaran yang efektif, efisien dan
lebih menarik (Rahman, 2015). Lebih lanjut Rahman menjelaskan bahwa proses
pembelajaran yang dimaksud bukan hanya mengutamakan penguasaan kognitif,
melainkan juga sikap dan pembentukan karakter peserta didik. Keutuhan TPACK
menjadi prasyarat seorang guru dapat mengimplementasikan PCK sehingga
pendekatan, strategi, metode dan teknik pembelajaran dapat disesuaikan dengan
spesifikasi substansi konten yang diajarkan.

74
75
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan dalam makalah ini, dapat disimpulkan bahwa
TPACK merupakan pendekatan yang sangat penting dalam dunia pendidikan
modern. Integrasi antara teknologi, pedagogi, dan konten memungkinkan
pembelajaran menjadi lebih efektif, menarik, serta relevan dengan kebutuhan
siswa di era digital.
Namun, masih terdapat kendala dalam implementasi TPACK, seperti
kurangnya pemahaman guru dalam memanfaatkan teknologi secara optimal
dan keterbatasan akses terhadap perangkat teknologi. Oleh karena itu,
diperlukan pelatihan yang lebih intensif serta dukungan dari berbagai pihak
agar konsep TPACK dapat diterapkan secara maksimal dalam proses
pembelajaran.

B. Saran
Guru dan calon guru perlu meningkatkan pemahaman tentang TPACK
melalui pelatihan dan pengembangan profesional yang berkelanjutan. Institusi
pendidikan harus menyediakan fasilitas dan infrastruktur yang mendukung
penerapan teknologi dalam pembelajaran.Perlu adanya kolaborasi antara
akademisi, praktisi pendidikan, dan pemerintah dalam mengembangkan
kurikulum berbasis TPACK, dan RPP yang dibuat oleh guru sebaiknya
mengintegrasikan elemen TPACK secara optimal agar pembelajaran lebih
efektif dan menarik bagi siswa. Semoga dengan implementasi yang lebih baik,
TPACK dapat meningkatkan kualitas pendidikan dan menciptakan
pembelajaran yang lebih inovatif di masa depan.

76
DAFTAR PUSTAKA

Agustina, S. Z., & Dewi, R. S. (2023). Rancangan dan Penerapan Technological


Pedagogical Content Knowledge ( TPACK ) dalam Pembelajaran di Sekolah
Dasar. 06(01), 9288–9294.
Hanik, E. U., Puspitasari, D., Safitri, E., & Firdaus, H. R. (2022). Integrasi
Pendekatan TPACK ( Technological , Pedagogical , Content Knowledge )
Guru Sekolah Dasar SIKL dalam Melaksanakan Pembelajaran Era Digital.
2(1), 15–27.
Oktamarsetyani, R. S., & Wahyu, W. (2023). TPACK (TECHNOLOGICAL
PEDAGOGICAL CONTENT KNOWLEDGE). UKI Press.
Sintawati, M., & Indriani, F. (2019). PENTINGNYA TECHNOLOGICAL
PEDAGOGICAL CONTENT KNOWLEDGE ( TPACK ) GURU DI ERA
REVOLUSI INDUSTRI 4 . 0. 417–422.

77

Anda mungkin juga menyukai