Estimasi Simpanan Karbon Pada Tegakan Mangrove Berumur Lima Tahun Di Jakarta
Estimasi Simpanan Karbon Pada Tegakan Mangrove Berumur Lima Tahun Di Jakarta
ABSTRACT
Global warming is an increase in the average temperature of the earth's surface due to the effects of greenhouse
gases, such as carbon dioxide. Global warming can be prevented by maintaining forest structure and increasing tree
density in the forest, one of which is in the mangrove forest ecosystem through rehabilitation using bund techniques.
This research aims to analyze the type composition and structure of mangrove stands, estimate carbon storage and
carbon dioxide uptake in five-year-old mangrove stands in Jakarta. The research method used is vegetation analysis
through simple random sampling. Data analysis was obtained through vegetation analysis, environmental factor
analysis, and estimating carbon storage and carbon dioxide uptake in mangrove stands. The research results showed
that the species growing at the research location were Rhizophora mucronata and Sonneratia caseolaris. Carbon
storage in mangrove stands at the research location is 72.99 tonnes/ha, with a carbon dioxide absorption capacity of
267.63 tonnes/ha.
ABSTRAK
Pemanasan global adalah keadaan meningkatnya suhu rata-rata permukaan bumi akibat adanya efek gas rumah
kaca, seperti karbon dioksida. Pemanasan global dapat dicegah dengan mempertahankan struktur hutan serta
meningkatkan kerapatan pohon dalam hutan, salah satunya pada ekosistem hutan mangrove melalui rehabilitasi
menggunakan teknik guludan. Penelitian ini bertujuan menganalisis komposisi jenis dan struktur tegakan mangrove,
serta menduga simpanan karbon dan serapan karbon dioksida pada tegakan mangrove berumur lima di Jakarta. Metode
penelitian yang digunakan adalah analisis vegetasi melalui pengambilan ukuran sampel secara simple random
sampling. Analisis data diperoleh melalui analisis vegetasi, analisis faktor lingkungan, dan pendugaan simpanan
karbon dan serapan karbon dioksida pada tegakan mangrove. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jenis yang tumbuh
di lokasi penelitian adalah Rhizophora mucronata dan Sonneratia caseolaris. Simpanan karbon pada tegakan mangrove
yang ada di lokasi penelitian tersebut adalah sebesar 72,99 ton/ha, dengan kemampuan penyerapan karbon dioksida
sebesar 267,63 ton/ha.
Kata kunci: simpanan karbon, serapan karbon dioksida, mangrove, teknik guludan
1
Departemen Silvikultur Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB University
Jl. Ulin Kampus IPB, Dramaga, Bogor Jawa Barat, Indonesia 16680
*Penulis korespondensi:
e-mail: [email protected]
80 Cecep Kusmana et al. Jurnal Silvikultur Tropika
Journal of Tropical Silviculture
(Permen 2021). Pengukuran salinitas dilakukan dengan INP (%) = KR + FR + DR (pancang dan pohon)
mengambil sampel air pada beberapa titik dan diukur
Indeks Keanekaragaman Jenis (H’)
menggunakan refraktometer. Pengukuran pH tanah
dilakukan pada beberapa titik guludan menggunakan pH Persamaan indeks keanekaragaman jenis menurut
meter. Shannon dan Wiener (1998) adalah:
S
Analisis Sifat Fisik dan Kimia Tanah ni ni
H' =- ∑ (( ) ln ( ))
Sifat fisik dan kimia tanah yang diuji pada N N
i=1
laboratorium meliputi kandungan N, P, K, tekstur, dan
kandungan C-organik tanah. Analisis fisik dan kimia Keterangan:
tanah dilakukan dengan mengambil sampel tanah di H’ : Indeks Keanekaragaman
beberapa titik guludan pada kedalaman 0 – 20 cm, S : Jumlah jenis
kemudian dikompositkan, dan dibagi menjadi tiga ni : Jumlah individu ke-i
ulangan untuk dilakukan uji laboratorium. Pengukuran N : Jumlah total individu
kandungan N-Total pada tanah dilakukan dengan metode
Indeks Kemerataan Jenis (E)
Kjeldahl. Metode Kjeldahl terdiri dari tiga cara, yaitu
proses destruksi, destilasi, dan titrasi. Menurut Persamaan indeks kemerataan jenis menurut Ludwig
Hermawati et al. (2021), metode tersebut digunakan dan Reynolds (1988) adalah:
karena hanya memerlukan jumlah pereaksi dan sampel H'
yang sedikit serta waktu analisis yang cukup singkat E=
ln (S)
(Amalia dan Fajri 2020). Metode Bray-1 digunakan Keterangan:
untuk mengukur kandungan P dan K dengan E : Indeks kemerataan jenis
menggunakan reagen Bray dan Kurtz. Metode ini H’ : Indeks keanekaragaman jenis
digunakan karena reagen Bray dan Kurtz menyebabkan S : Jumlah jenis yang ditemukan
penurunan pH dan fosfat yang terlepas lebih sedikit,
sehingga hasilnya lebih spesifik untuk tanah yang Indeks Kekayaan Jenis (R)
bersifat masam (Umaternate et al. 2014). Pengujian Persamaan indeks kekayaan jenis menurut Magurran
tekstur tanah dilakukan dengan tiga fraksi atau (1988) adalah:
perbandingan relatif antara tiga partikel tanah, yaitu S-1
fraksi pasir, debu, dan liat. Analisis kandungan C-organik R=
ln (N)
tanah menggunakan metode Walkley dan Black. Prinsip Keterangan:
metode ini adalah terjadinya penghancuran C-organik R : Indeks kekayaan jenis
oleh oksidasi kalium bikromat yang berlebih akibat S : Jumlah jenis yang ditemukan
penambahan asam sulfat. Kromat yang berlebih tersebut N : Jumlah total individu
tidak direduksi oleh C-organik tanah dan ditetapkan
dengan titrasi menggunakan larutan ferro (Akhmad Indeks Dominansi Jenis (C)
2018). Persamaan indeks dominansi jenis menurut Simpson
(1949) dalam Misra (1980) adalah:
n
Pengolahan dan Analisis Data ni 2
C= ∑ ( )
Indeks Nilai Penting N
i=1
Indeks Nilai Penting (INP) adalah sebuah indikator Keterangan:
untuk mengetahui peran spesies dalam komunitas C : Indeks dominansi
(Rawana et al. 2022). Menurut (SNI 7717 2011), rumus- ni : Kerapatan ke-i
rumus yang digunakan untuk memperoleh nilai INP N : Total kerapatan
adalah: Estimasi Simpanan Biomassa dan Karbon
Individu suatu jenis Biomassa pohon dapat diukur melalui persamaan
Kerapatan (K) (ind/ha) = ∑ Luas petak contoh (ha)
alometrik atau teknik non destruktif. Terdapat beberapa
Individu suatu jenis jenis mangrove pada lokasi penelitian yang persamanan
Kerapatan Relatif (KR) (%) = Kerapatan seluruh jenis ×100% alometriknya disajikan pada Tabel 1.
Petak ditemukannya suatu jenis
Frekuensi (F) = ∑ Jumlah seluruh petak
Tabel 1 Persamaan alometrik biomassa dari beberapa
Frekuensi suatu jenis jenis mangrove
Frekuensi Relatif (FR) (%) = Frekuensi seluruh jenis ×100%
Jenis Model Alometrik Referensi
Luas bidang dasar suatu jenis
Dominansi (D) (m2ha-1) = Rhizopora Komiyama et al.
Luas petak contoh (ha) B = 0,128 × D2,60
mucronata (2005)
LBDS suatu jenis Sonneratia 2,287 Kusmana et al.
Dominansi relatif (DR) (%) =Luas petak contoh (ha) ×100% B = 0,258 × D
caseolaris (2018)
Keterangan: B = nilai biomassa (ton/ha), D = diameter
INP (%) = KR + FR (semai) mangrove (cm)
82 Cecep Kusmana et al. Jurnal Silvikultur Tropika
Journal of Tropical Silviculture
Berdasarkan persamaan alometrik yang terdapat 300% atau dominan dan berperan sangat penting
pada Tabel 1, perhitungan estimasi karbon yang terhadap komunitasnya. Tingginya indeks nilai penting
tersimpan pada tegakan di atas tanah menurut IPCC mengindikasikan bahwa jenis tersebut adalah yang paling
(2006) merupakan perkalian antara biomassa dan fraksi dominan di suatu komunitas atau jenis tersebut memiliki
karbon yang telah ditentukan, yaitu 0,47. Berikut adalah kemampuan adaptasi untuk tumbuh dan berkembang,
persamaan yang digunakan untuk menduga simpanan sehingga berpeluang untuk mempertahankan kelestarian
karbon: jenisnya (Purnama et al. 2019). Hal tersebut didukung
oleh pendapat Whitten et al. (1999), bahwa Sonneratia
C (ton/ha) = Biomassa (ton/ha) × 0,47
merupakan mangrove pionir yang mampu beradaptasi
Estimasi Serapan Karbon Dioksida pada berbagai kondisi lingkungan yang ekstrem, seperti
fluktuasi salinitas dan kondisi oksigen yang rendah,
Serapan karbon dioksida pada suatu ekosistem hutan karena pada umumnya, tanah di ekosistem mangrove
didapatkan dari cadangan karbon yang telah dikonversi berlumpur dan jenuh air. Sonneratia caseolaris bukan
ke total serapan CO2 menggunakan perbandingan massa merupakan jenis yang sengaja ditanam untuk rehabilitasi,
atom relatif C. Persamaan yang digunakan menurut melainkan jenis yang tumbuh alami karena adanya pohon
Rahman (2016) adalah: induk di sekitar lokasi yang sudah berada pada kawasan
Mr CO (44)
Serapan CO2 (ton/ha) = Ar C 2(12) × Stok karbon (ton/ha) tersebut sebelum dilakukan rehabilitasi. Nilai penting
tiap jenis mangrove berhubungan dengan kondisi
pertumbuhan mangrove. Kondisi pertumbuhan
HASIL DAN PEMBAHASAN mangrove menurut Yasser et al. (2021), dipengaruhi oleh
beberapa hal, yaitu ketersediaan bahan organik, substrat
Jenis Dominan yang cocok, kondisi perairan yang stabil, dan tidak
Indeks nilai penting adalah suatu pengukuran yang adanya eksploitasi mangrove oleh masyarakat setempat.
dihitung berdasarkan total nilai yang diperoleh untuk Indeks Keanekaragaman, Kemerataan, Kekayaan,
menilai sejauh mana suatu jenis tumbuhan mendominasi dan Dominansi Jenis
dalam suatu komunitas. Selain itu, indeks nilai penting
juga digunakan untuk mengetahui jenis-jenis yang Tingkat pertumbuhan mangrove yang ditemukan
berpengaruh terhadap komunitasnya. Data jenis-jenis pada lokasi penelitian adalah pancang dan pohon dengan
mangrove dominan yang berada di lokasi penelitian indeks keanekaragaman jenis (H’) yang tergolong rendah
dapat dilihat pada Tabel 2. (Tabel 3), yaitu 0,03 pada tingkat pertumbuhan pancang
Rhizophora mucronata adalah jenis dengan nilai dan 0 pada tingkat pertumbuhan pohon seperti yang
kerapatan, frekuensi, dan dominansi tertinggi, sehingga terdapat pada Tabel 3 karena hanya terdapat 2 jenis
memiliki indeks nilai penting tertinggi pada tingkat mangrove, yaitu Rhizophora mucronata dan Sonneratia
pancang, yaitu 244,13%. Hal tersebut membuktikan caseolaris. Hal ini sesuai dengan penelitian yang
bahwa jenis Rhizophora mucronata adalah jenis yang dilakukan oleh Khairunnisa et al. (2020) mengenai
dominan dan berperan penting terhadap komunitas pada indeks keanekaragaman jenis mangrove di Dusun Besar
lokasi penelitian dibandingkan dengan Sonneratia yang juga termasuk ke dalam kategori rendah karena
caseolaris yang memiliki indeks nilai penting sebesar bernilai kurang dari 1, yaitu senilai 0,99 pada tingkat
13,87%. Tingginya peran Rhizophora mucronata pertumbuhan semai, 0,68 pada tingkat pertumbuhan
disebabkan oleh lokasi penelitian yang merupakan lokasi pancang, dan 0,87 pada tingkat pertumbuhan pohon.
rehabilitasi mangrove dengan jenis tanaman Rhizophora Rendahnya indeks keanekaragaman jenis tersebut
mucronata. Jenis tersebut dipilih untuk rehabilitasi menunjukkan bahwa produktivitas ekosistem tidak
karena memiliki tingkat adaptasi yang tinggi, dan cocok cukup baik dan tidak cukup seimbang. Selain itu, kondisi
ditanam pada lokasi tanpa naungan karena Rhizophora perairan tidak stabil, terdapat tekanan ekologis, dan
mucronata merupakan jenis yang intoleran. terdapat suatu komunitas yang mendominasi.
Sonneratia caseolaris merupakan satu-satunya jenis Indeks kemerataan jenis (E) tingkat pancang yang
yang ditemukan pada tingkat pertumbuhan pohon, bernilai 0,05 tergolong rendah, sedangkan pada tingkat
sehingga indeks nilai penting yang diperoleh adalah pohon yang bernilai 1 tergolong tinggi. Menurut
Rahmasari et al. (2019), indeks kemerataan jenis
Tabel 2 Jenis-jenis mangrove dominan pada setiap menunjukkan penyebaran jenis organisme dalam suatu
tingkat pertumbuhan di lokasi penelitian komunitas. Indeks kemerataan jenis berkaitan dengan
indeks keanekaragaman jenis. Semakin tinggi nilai
K
D INP indeks keanekaragaman jenis, maka semakin tinggi pula
Nama Spesies (ind/ F
(m2/ha) (%)
ha)
Tabel 3 Nilai indeks keanekaragaman (H’),
Semai
kemerataan (E), kekayaan (R), dan
- - - - - dominansi jenis (C)
Pancang
R. mucronata 5808 1 0,179 244,13 Tingkat
H’ E R C
S. caseolaris 20 0,208 0,002 13,87 Pertumbuhan
Pohon Pancang 0,03 0,05 0,14 0,99
S. caseolaris 424 0,875 1 300 Pohon 0 1 0 1
Vol. 15 No. 02, Agustus 2024, Hal 79-87 Estimasi Simpanan Karbon pada Tegakan Mangrove .... 83
indeks kemerataan jenisnya (Odum 1993). Indeks semakin besar kelas diameter pohon, maka kerapatannya
kekayaan jenis (R) pada lokasi penelitian, baik pada semakin rendah.
tingkat pancang ataupun tingkat pohon termasuk ke Kurva struktur tegakan horizontal pada lokasi
dalam kategori rendah, yaitu 0,14 pada tingkat pancang penelitian berbentuk huruf J terbalik yang
dan 0 pada tingkat pohon. Hal ini sesuai dengan mengindikasikan bahwa tegakan pada lokasi penelitian
penelitian yang dilakukan oleh Kusmana dan Azizah bertipe normal. Hal tersebut disebabkan oleh lokasi
(2021), bahwa nilai indeks kekayaan jenis di Suaka penelitian didominasi oleh jenis Rhizophora mucronata
Marga Satwa Pulau Rambut bernilai 0,75 – 1,34 yang yang merupakan tegakan seumur dan masih berumur
termasuk ke dalam kategori rendah. Hal tersebut lima tahun, sehingga diameter < 5 cm memiliki tingkat
disebabkan oleh ukuran petak contoh yang kecil, yaitu kerapatan tertinggi. Selain itu, jarak tanam pada teknik
seluas 0,8 ha. Selain itu, indeks kekayaan jenis penanaman guludan pada lokasi penelitian berpengaruh
dipengaruhi oleh tingkat keanekaragaman, semakin terhadap tingginya tingkat kerapatan tegakan dengan
tinggi nilai keanekaragaman, maka semakin tinggi pula diameter < 5 cm. Menurut Kusmana et al. (2014), riap
kekayaan spesiesnya. Indeks dominansi jenis pada diameter batang Rhizophora mucronata akan semakin
tingkat pertumbuhan pancang bernilai 0,99 dan pada besar seiring dengan lebarnya jarak tanam, sedangkan
tingkat pertumbuhan pohon bernilai 1. Hal tersebut untuk riap tinggi berlaku sebaliknya. Jarak tanam yang
menunjukkan adanya spesies yang mendominasi, yaitu digunakan di lokasi penelitian adalah 0.5 × 0.5 m yang
Rhizophora mucronata pada tingkat pertumbuhan menghasilkan riap tinggi dan riap diameter Rhizophora
pancang dan Sonneratia caseolaris pada tingkat mucronata yang baik, bahkan pada jarak tanam tersebut,
pertumbuhan pohon. Apabila dibandingkan dengan menghasilkan riap tinggi Rhizophora mucronata yang
penelitian yang dilakukan oleh Agustini et al. (2016) di paling besar dibandingkan dengan jarak tanam lainnya.
Desa Kahyapu Pulau Enggano, indeks dominansi jenis Kurva tersebut juga mengindikasikan bahwa tegakan
pada setiap stasiun penelitian jauh lebih rendah karena yang tumbuh pada masa awal pertumbuhan cukup
nilai yang didapatkan berkisar antara 0,23 – 0,42. Hal banyak, akan tetapi, semakin bertambahnya waktu,
tersebut menunjukkan bahwa tidak terdapat jenis yang individu-individu tersebut memerlukan banyak energi
mendominasi atau komunitas berada dalam kondisi yang untuk tumbuh, sehingga terjadi persaingan antar jenis
stabil. maupun berbeda jenis dalam mendapatkan sinar matahari
yang cukup, mineral, dan pertahanan dari gangguan
Struktur Tegakan Horizontal
seperti serangan hama dan penyakit. Persaingan tersebut
Struktur tegakan horizontal pada suatu ekosistem akan terus berlanjut hingga terjadi proses seleksi alam
hutan mangrove menggambarkan sebaran pertumbuhan yang mengakibatkan terjadinya penurunan jumlah
tegakan berdasarkan diameter yang dihubungkan dengan individu yang bertahan hidup pada setiap tingkat kelas
kerapatan tegakan dengan satuan individu/ha. diameter (Kusmana dan Susanti 2015). Ketersediaan
Berdasarkan grafik yang terdapat pada Gambar 1, kelas tegakan pada hutan yang bertipe normal sangat tinggi,
diameter <5 cm memiliki tingkat kerapatan tertinggi, sehingga dapat menjamin kelangsungan tegakan hutan di
yaitu sebesar 2100 individu/ha apabila dibandingkan masa yang akan datang dan dapat memperbaiki struktur
dengan kelas diameter 5-10 cm sebesar 812 individu/ha, dan komposisi hutan. Apabila terjadi kerusakan atau
dan kelas diameter >10 cm sebesar 116 individu/ha. kematian pohon berdiameter besar akan dapat digantikan
Berdasarkan data tersebut, dapat disimpulkan bahwa oleh pohon yang berdiameter kecil (Suwardi et al. 2013).
Pendugaan Simpanan Karbon dan Serapan Karbon
Dioksida
2500
2100 Biomassa dan karbon adalah unsur unsur yang
2000 penting dan saling terkait satu sama lain. Sebagian besar
K (Individu/ha)
1500
komponen biomassa adalah karbon, atau dapat diartikan
bahwa biomassa memiliki hubungan yang positif
1000 812 terhadap karbon, sehingga semakin besar biomassa pada
suatu tegakan, maka karbon yang tersimpan akan
500 semakin besar pula. Nilai biomassa pada tegakan
116
0 mangrove yang ada pada lokasi penelitian didapatkan
<5 cm 5-10 cm >10 cm dari hasil pengukuran diameter yang dilakukan di
lapangan, kemudian diolah menggunakan persamaan
Diameter (cm)
alometrik yang berbeda tiap spesiesnya. Penggunaan
Gambar 1 Grafik kerapatan individu pada beberapa persamaan alometrik untuk menghitung biomassa
kelas diameter merupakan metode non-destruktif atau metode yang
Tabel 4 Potensi biomassa, kandungan karbon, dan serapan karbon dioksida pada tegakan
K Rata- Total bio-massa Serapan
Nama Spesies Karbon (ton/ha)
(ind/ha) Rata Diameter (ton/ha) CO2 (ton/ha)
R. mucro-nata 5808 2,57 13,40 6,30 23,12
S. caseo-laris 444 19,11 141,88 66,69 244,51
Jumlah 155,28 72,99 267,63
84 Cecep Kusmana et al. Jurnal Silvikultur Tropika
Journal of Tropical Silviculture
dilakukan tanpa menebang pohon, sehingga dapat mangrove, maka kemampuan memproduksi
mempertahankan kelestarian jenis yang ada pada lokasi biomassanya lebih banyak.
penelitian. Penggunaan persamaan alometrik untuk Kandungan biomassa pada tegakan merupakan salah
menentukan biomassa juga dapat menggambarkan satu hal yang berpengaruh terhadap kandungan karbon
banyaknya karbon dioksida (CO2) yang diserap oleh yang tersimpan dan karbon dioksida yang diserap oleh
tumbuhan dari atmosfer. Hasil penelitian mengenai tegakan karena karbon dioksida diperlukan dalam proses
potensi biomassa, kandungan karbon, dan serapan karbon fotosintesis. Berdasarkan hasil yang terdapat pada Tabel
dioksida disajikan pada Tabel 4. 4, simpanan karbon pada jenis Rhizophora mucronata
Berdasarkan Tabel 4, biomassa jenis Sonneratia adalah sebesar 6,30 ton/ha yang lebih rendah
caseolaris (141,88 ton/ha) cenderung lebih besar dibandingkan dengan simpanan karbon pada jenis
dibandingkan dengan jenis Rhizophora mucronata (13,4 Sonneratia caseolaris, yaitu sebesar 66,69 ton/ha.
ton/ha). Hal tersebut disebabkan oleh diameter Tegakan Rhizophora mucronata pada lokasi penelitian
Sonneratia caseolaris yang berukuran jauh lebih besar, memiliki kerapatan yang tinggi, akan tetapi kelas
dengan rata-rata diameter senilai 19,11 cm dibandingkan pertumbuhannya masih berada pada tingkat pancang atau
dengan Rhizophora mucronata dengan rata-rata diameter berdiameter antara 2 – 10 cm dengan rata-rata diameter
senilai 2,57 cm meskipun kerapatannya jauh lebih 2,57 cm, sehingga simpanan karbonnya lebih rendah
rendah. Kondisi perbedaan diameter mangrove pada dibandingkan dengan tegakan Sonneratia caseolaris
guludan yang berada pada lokasi penelitian dapat dilihat yang kelas pertumbuhannya dominan berada pada tingkat
pada Gambar 2. pohon atau berdiameter >10 cm dengan rata-rata
Adanya perbedaan diameter antara Sonneratia diameter 19,11 cm. Hal tersebut menunjukkan bahwa
caseolaris dan Rhizophora mucronata diduga karena proses suksesi masih terjadi pada ekosistem mangrove di
Sonneratia caseolaris yang termasuk ke dalam jenis lokasi penelitian. Menurut Lestariningsih (2018), seiring
pionir yang tersebar di setiap pulau di Indonesia dan dengan berjalannya waktu, perubahan struktur vegetasi
termasuk ke dalam kelompok mangrove utama dan dapat terjadi, sehingga berpotensi menyimpan dan
umumnya digunakan sebagai restorasi hutan mangrove menyerap karbon lebih tinggi lagi.
(Kusmana et al. 2005). Hal tersebut juga didukung oleh Serapan karbon dioksida merupakan kemampuan
pendapat Kusmana et al. (2018), bahwa persentase yang dihasilkan oleh mangrove dalam menyerap karbon
terbesar biomassa Sonneratia caseolaris terdapat pada dioksida di atmosfer yang akan digunakan sebagai bahan
bagian batang, yaitu sebesar (31,28%). Diameter sangat fotosintesis, sehingga dapat berpengaruh secara langsung
mempengaruhi total biomassa pada suatu tegakan karena terhadap konsentrasi karbon dioksida di atmosfer
menurut Heriyanto dan Subiandono (2016), (Nuraini et al. 2021). Jumlah karbon dioksida yang
pertumbuhan pohon yang merupakan hasil dari proses diserap oleh tiap jenis mangrove akan berbanding lurus
fotosintesis digunakan untuk melakukan pertumbuhan ke dengan simpanan karbon. Apabila karbon yang
arah horizontal dan vertikal, sehingga semakin besar tersimpan pada tegakan tinggi, maka karbon dioksida
diameter pohon, maka akan semakin besar biomassa pada yang diserap akan tinggi pula. Berdasarkan data yang
pohon karena semakin banyak pula CO2 yang diserap. terdapat pada Tabel 4, Rhizophora mucronata dapat
Kandungan biomassa juga dipengaruhi oleh umur menyerap karbon dioksida sebanyak 23,12 ton/ha,
tegakan mangrove. Berdasarkan penelitian yang sedangkan Sonneratia caseolaris dapat menyerap karbon
dilakukan oleh Prakoso et al. (2017), produksi biomassa dioksida sebanyak 244,51 ton/ha.
cenderung meningkat dari waktu tanam tahun 2010, yaitu
Faktor Lingkungan
377 individu dengan biomassa sebesar 260,02 ton/ha
sampai waktu tanam tahun 2004 yaitu 245 individu Faktor lingkungan dapat menunjang pertumbuhan
dengan biomassa sebesar 206,77 ton/ha. Umur mangrove jenis yang ada di lokasi penelitian. Beberapa parameter
mempengaruhi kemampuan tegakan dalam faktor lingkungan yang diukur dalam penelitian ini yaitu
memproduksi biomassa, sehingga, semakin tua suhu udara, kelembaban udara, suhu tanah, pH, dan
salinitas yang disajikan pada Tabel 5.
Suhu merupakan faktor yang sangat penting pada
ekosistem mangrove karena dapat mempengaruhi proses-
proses fisiologis mangrove, seperti fotosintesis dan
respirasi (Dajafar et al. 2014). Rata-rata suhu udara pada
lokasi penelitian adalah 32,18 oC, sedangkan rata-rata
suhu tanah adalah 30,05 oC. Menurut Haya et al. (2015),
kisaran suhu optimum mangrove untuk tumbuh adalah pertumbuhan dan perkembangan mangrove. Berdasarkan
sekitar 25 – 35 oC. Tanaman hanya dapat tumbuh dan analisis fisik tanah yang dilakukan di laboratorium, tipe
berkembang dengan baik pada suhu optimum, apabila substrat pada lokasi penelitian adalah liat (Tabel 6).
suhu rendah, proses fotosintesis dibatasi oleh fosfat di Menurut Heriyani et al. (2015), jenis substrat
kloroplas, sehingga fotosintesis berjalan dengan lambat tersebut dipengaruhi oleh arus air yang bergerak lambat.
yang akan mempengaruhi sintesis pati dan sukrosa pada Jenis substrat tersebut memiliki luas permukaan yang
tanaman, sedangkan, suhu tinggi menyebabkan besar, sehingga kemampuan menahan air dan mengikat
peningkatan respirasi di atas laju fotosintesis yang berarti bahan organik tinggi. Proses regenerasi tersebut sangat
bahwa hasil fotosintesis digunakan lebih cepat mempengaruhi kerapatan mangrove di suatu ekosistem
dibandingkan dengan yang sedang diproduksi (Andriani (Masruroh dan Insafitri 2020). Substrat pada ekosistem
dan Karmila 2019). mangrove juga memiliki kandungan kimia yang mampu
Kelembaban udara merupakan kondisi yang menunjang pertumbuhan dan perkembangan mangrove.
menyatakan jumlah uap air dalam udara. Apabila udara Kandungan kimia tanah yang dianalisis adalah C-
mengandung banyak air, maka kelembaban dapat organik, N-total, P, dan K yang terdapat pada Tabel 7.
dikatakan tinggi dan sebaliknya. Menurut Resti et al. Kandungan C-organik pada lokasi penelitian adalah
(2022), kelembaban udara berpengaruh terhadap laju 5,24 % dengan kriteria sangat tinggi (Tabel 7). Hal yang
penguapan atau transpirasi. Apabila kelembaban rendah, mempengaruhi kandungan C-organik pada ekosistem
maka laju transpirasi meningkat dan sebaliknya. Rata- mangrove salah satunya adalah kandungan biomassa dan
rata kelembaban udara pada lokasi penelitian adalah kerapatan tegakan. Semakin besar vegetasi pada hutan
59,92 %. Rata-rata tingkat kemasaman tanah atau pH mangrove, maka kemampuan untuk menghasilkan
pada lokasi penelitian adalah 5,24 atau termasuk ke serasah organik yang merupakan penyusun utama bahan
dalam kategori masam. Tingkat kemasaman tanah organik tanah akan semakin besar pula (Hidayanto et al.
mangrove di permukaan tanah lebih tinggi dibandingkan 2004).
dengan lapisan tanah di bawahnya karena serasah yang Kandungan nitrogen (N-total) dan fosfat (P) pada
mengalami dekomposisi pada permukaan lebih banyak lokasi penelitian termasuk ke dalam kategori sedang
sehingga tanah mempunyai kandungan bahan organik dengan nilai berturut-turut adalah sebesar 0,35 % dan
yang tinggi dan menyebabkan sedimen tanah menjadi 18,97 ppm seperti yang tertera pada Tabel 7. Nitrogen
masam (Dewi dan Herawatiningsih 2017). Salinitas dan fosfor adalah unsur yang sangat penting bagi
merupakan kandungan garam yang terdapat pada pertumbuhan mangrove karena dapat membantu proses
perairan yang dapat menentukan kehidupan ekosistem fotosintesis untuk mempertahankan kelangsungan hidup
mangrove (Imamsyah et al. 2020). Hasil pengukuran dan rantai makanan pada ekosistem di sekitarnya (Yulma
salinitas pada lokasi penelitian adalah 0 ppt. Hal tersebut et al. 2018). Kandungan fosfat dipengaruhi oleh
dikarenakan lokasi penelitian merupakan bekas tambak kerapatan tegakan, karena menurut Yahra et al. (2020),
yang direhabilitasi menjadi ekosistem mangrove dengan zat hara fosfat berasal dari dekomposisi tumbuh-
saluran air laut yang telah tertutup, sehingga sumber air tumbuhan dan sisa-sisa organisme yang mati serta limbah
pada lokasi hanya berasal dari air hujan. Nilai salinitas domestik. Kandungan kalium (K) pada lokasi penelitian
tersebut dapat menunjang pertumbuhan mangrove, adalah 431,33% atau termasuk ke dalam kategori tinggi.
terutama jenis Sonneratia caseolaris yang secara Kandungan kalium berpengaruh terhadap proses
ekologis dapat tumbuh di sepanjang sungai kecil pasang pembelahan dan perkembangan sel (Trisnawati et al.
surut dan di ekosistem mangrove yang salinitasnya 2017).
rendah dengan masukan air tawar, atau tepi sungai Tingginya kandungan N, P, dan K pada lokasi
estuaria (Kusmana et al. 2008). Selain itu, menurut penelitian dapat menunjang pertumbuhan dan
Amalia et al. (2016), Rhizophora merupakan genus yang perkembangan mangrove, sehingga biomassa dan
memiliki kemampuan toleransi terhadap kisaran salinitas kandungan karbon dapat terus bertambah seiring dengan
yang luas dibandingkan dengan genus lainnya, sehingga berjalannya waktu karena saling berkaitan satu sama lain
dapat tumbuh di lokasi penelitian. membentuk siklus biogeokimia. Siklus karbon
Substrat adalah tempat tumbuh mangrove yang merupakan siklus biogeokimia yang mencakup
kandungan di dalamnya dapat mempengaruhi pertukaran atau perpindahan karbon dalam biosfer,
geosfer, hidrosfer, dan atmosfer, sedangkan organisme
Tabel 6 Hasil analisis kelas tekstur tanah pada lokasi yang melakukan respirasi akan mengembalikan karbon
penelitian dioksida ke atmosfer (Campbell 2004).
Fraksi Tanah (%) Kelas
Pasir Debu Liat Tekstur
26,80 31,19 42,02 Liat SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Tabel 7 Hasil analisis sifat kimia tanah
Kawasan ekosistem mangrove Elang Laut
No Parameter Satuan Nilai Kriteria merupakan hasil rehabilitasi dengan 50 guludan yang
1 C-organik % 5,24 ± 2.26 Sangat dibangun pada tahun 2018, atau seluas 0,25 ha. Jenis
tinggi tanaman yang mendominasi ekosistem ini adalah
2 N-total % 0,35 ± 0,18 Sedang Rhizophora mucronata pada tingkat pertumbuhan
3 P ppm 18,97 ± 2,05 Sedang
pancang dengan nilai INP sebesar 244,13 % dan jenis
4 K % 431,33 ± 58,48 Tinggi
86 Cecep Kusmana et al. Jurnal Silvikultur Tropika
Journal of Tropical Silviculture
yang mendominasi pada tingkat pertumbuhan pohon Sayung Kabupaten Demak. Jurnal Ruang 2(1):
adalah Sonneratia caseolaris dengan nilai INP sebesar 381 – 390.
300 %. Jenis-jenis tersebut dapat tumbuh di lokasi Fitria A, Dwiyanoto G. 2021. Ekosistem mangrove dan
penelitian karena faktor lingkungan yang mendukung. mitigasi pemanasan global. Jurnal Ekologi,
Faktor lingkungan tersebut meliputi suhu udara, Masyarakat & Sains 2(1): 29-34.
kelembaban udara, suhu tanah, pH, salinitas, tekstur Haya N, Zamani NP, Soedharma D. 2015. Analisis
tanah, serta unsur kimia tanah, seperti kandungan N, P, struktur ekosistem mangrove di Desa Kukupang
K, dan C-organik. Estimasi simpanan karbon pada lokasi Kecamatan Kepulauan Joronga. Jurnal Teknologi
penelitian adalah 72,99 ton/ha dengan kapasitas karbon Perikanan dan Kelautan 6(1):79-89.
dioksida yang diserap sebesar 267,63 ton/ha CO2. Heriyani M, Subiyanto, Suprapto D. Jenis tekstur tanah
Simpanan karbon dan serapan karbon dioksida dan bahan organik pada habitat kerang air tawar
dipengaruhi oleh biomassa. Semakin tinggi biomassa (Famili: Unionidae) di Rawa Pening. Diponegoro
suatu jenis, maka simpanan karbon dan serapan karbon Journal of Maquares 4(1): 64 – 73.
dioksida akan semakin tinggi pula. Heriyanto NM, Subiandono E. 2016. Peran biomassa
mangrove dalam menyimpan karbon di Kubu
Saran
Raya, Kalimantan Barat. Jurnal Analisis
Berdasarkan hasil penelitian, perlu adanya Kebijakan 13(1): 1-12.
pemeliharaan tegakan berupa penyiangan dan Hermawati AT, Fajarwati FI, Widada S. 2021. Analisis
penjarangan untuk meningkatkan simpanan karbon dan kadar nitrogen total pada pupuk padat dengan
serapan karbon dioksida. metode Kjedahl di Balai Pengkajian Teknologi
Pertanian (BPTP) Yogyakarta. Indonesian
Journal of Chemical Research 6(2): 80-91.
DAFTAR PUSTAKA Hidayanto W, Heru A, Yossita. 2004. Analisis tanah
tambak sebagai indikator tingkat kesuburan
Agustini NT, Ta’alidin Z, Purnama D. 2016. Struktur tambak. Jurnal Pengkajian dan Pengembangan
komunitas mangrove di Desa Kahyapu Pulau Teknologi Pertanian 7(2).
Enggano. Jurnal Enggano 1(1): 19 – 31. Imamsyah A, Bengen DG, Ismet MS. 2020. Struktur
Akhmad RS. 2018. Bahan Organik Tanah: Klasifikasi, vegetasi mangrove berdasarkan kualitas
Fungsi, dan Metode Studi. Banjarmasin: Lambung lingkungan biofisik di Taman Hutan Raya Ngurah
Mangkurat University Press. Rai Bali. Ecotrophic 14(1): 88 – 99.
Amalia D, Fajri R. 2020. Analisis kadar nitrogen dalam [IPCC] Intergovernmental Panel on Climate Change.
pupuk urea prill dan granule menggunakan 2006. Good Practice Guidance for Land Use,
metode kjeldahl di PT Pupuk Iskandar Muda. Land Use Change and Forestry. Hayama (JP):
Quimica: Jurnal Kimia Sains dan Terapan 2(1): Institute for Global Environmental Strategy.
28-32. Khairunnisa C, Thamrin E, Prayogo H. 2020.
Amalia F, Yuliani, Indah NK. 2016. Keanekaragaman Keanekaragaman jenis vegetasi mangrove di Desa
tumbuhan mangrove di Kawasan Pantai Tengket, Dusun Besar Kecamatan Pulau Maya Kabupaten
Bangkalan, Madura. Lentera Bio 5(1): 20 – 24. Kayong Utara. Jurnal Hutan Lestari 8(2): 325 –
Andriani V, Karmila R. 2019. Pengaruh temperatur 336.
terhadap kecepatan pertumbuhan kacang tolo Kusmana C, Azizah NA. 2021. Species composition and
(Vigna sp.) Stigma 12(1): 49 – 53. vegetation structure of mangrove forest in Pulau
Ati RNA, Rustam A, Kepel TL, Sudirman N, Astrid M, Rambut Wildlife Reserve, Kepulauan Seribu, DKI
Daulat A, Mangindaan P, Salim HL, Hutahaean Jakarta. IOP Conference Series: Earth and
AA. 2014. Stok karbon dan struktur komunitas Environmental Science 950: 1 – 10.
mangrove sebagai blue carbon di Tanjung Lesung Kusmana C, Hidayat T, Tiryana T, Rusdiana O, Istomo.
Banten. Jurnal Segara 10(2): 98-171. 2018. Allometric models for above- and below-
Campbell Na, Reece JB, Mitchell LG. Biologi. Jakarta: ground biomass of Sonneratia spp. Global
Erlangga. Ecology and Conservation 15: 1-10.
Dajafar A, Olii AH, Sahami F. 2014. Struktur vegetasi Kusmana C, Istomo, Purwanegara T. 2014. Teknik
mangrove di Desa Ponelo Kepulauan Kabupaten guludan sebagai solusi metode penanaman
Gorontalo Utara. Nike: Jurnal Ilmiah Perikanan mangrove pada lahan yang tergenang air yang
dan Kelautan 2(2): 66 – 72. dalam. Risalah Kebijakan Pertanian dan
Dewi SK, Herawatiningsih R. 2017. Kondisi tanah dalam Lingkungan 1(3): 165-171.
kawasan mangrove di Desa Nusapati Kabupaten Kusmana C, Istomo, Sri WBR, Iskandar ZS, Tatang T,
Mempawah Kalimantan Barat. Jurnal Hutan Sukristijono S. 2008. Manual Silvikultur
Lestari 5(2): 177 – 182. Mangrove di Indonesia. KOICA.
Donato DC, Kauffman JB, Mudiyarso D, Kurnianto S, Kusmana C, Onrizal S. 2003. Jenis-Jenis Pohon
Stidham M, Kanninen M. 2012. Mangroves Mangrove di Teluk Bintuni Papua. Bogor:
among the most carbon-rich forests in the tropics.
Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor.
Nature Geoscience 4(5): 293-297. Kusmana C, Susanti S. 2015. Komposisi dan struktur
Fikriyani M, Musaddun. 2014. Evaluasi program tegakan hutan alam di Hutan Pendidikan Gunung
rehabilitasi mangrove di pesisir Desa Bedono Walat, Sukabumi. Jurnal Silvikultur Tropika
05(3): 210-217.
Vol. 15 No. 02, Agustus 2024, Hal 79-87 Estimasi Simpanan Karbon pada Tegakan Mangrove .... 87