Pada arus yang tinggi,
dg resistensi kulit yang
lemah luka lebih
dalam
Aliran listrik tidak
berjalan di permukaan
kulit, namun masuk ke
dalam tubuh, dan dapat
keluar melalui area
tubuh yang lain.
Contoh di samping:
seorang pria yang
mengalami luka bakar
elektrik pada saat
memegang kabel listrik dg
bekas sengatan di area
sekitar jempol.
Setelah dilakukan
debridement di IGD,
tampak perluasan hingga
sepanjang lengan atas
dilakukan fasciotomy u/
tekanan
Electrical shock dapat menyebabkan kesadaran,
kejang,hilang memori, cedera ortopedik.
Fraktur tulang belakang oleh karena kontraksi otot
akibat arus listrik tinggi stabilisasi & pemasangan
collar neck
inhalasi suhu panas
Cedera di ruang tertutup
Cedera pada wajah
Bulu hidung terbakar
Sputum berkarbon
Mengi
Edema faring
Suara parau/serak
Cedera di ruang tertutup
Cedera pada wajah
Bulu hidung terbakar
Sputum berkarbon
Mengi
Edema faring
Suara parau/serak
Types of Inhalation Injury
Carbon Monoxide
Poisoning
Inhalation Injury Above
the Glottis
Inhalation Below the
Glottis
Carbon Monoxide Poisoning
Colorless, odorless gas
Binds to hemoglobin 200 times more than oxygen
Most immediate threat to life in survivors with
severe inhalation injury
Toxicity related directly to percentage of hemoglobin
it saturates
Carbon Monoxide Poisoning
Signs & Symptoms of Carbon Monoxide Toxicity
Carboxyhemoglobin (%) Signs/Symptoms
0-10 None
10-30 Headache
30-50 Headache, nausea,
dizziness, tachycardia
50-60 CNS dysfunction,
coma
60+ Death
CO Poisoning: Treatment
100% oxygen until carboxyhemoglobin
levels less than 15
Hyperbaric oxygen is of unproven value
May be useful in isolated CO intoxication
but complicates wound care
Inhalation Injury Above the Glottis
Most common inhalation injury
Commonly leads to obstruction
Edema lasts for 2-4 days
Dx by visualization of upper airways
Inhalation Injury Above the Glottis:
Treatment
Intubate!!!
Inhalation Injury Below the Glottis
Chemical pneumonitis caused by toxic
products of combustion
Ammonia, chlorine, hydrogen chloride,
phosgene, aldehydes, sulfur & nitrogen
oxides
Related to amount and type of volatile
substances inhaled
Onset of symptoms is unpredictable
Close monitoring for first 24 hours
Inhalation Injury Below the Glottis:
Treatment
Prior to transfer to burn center
Intubation
to clear secretions
relieve dyspnea
deliver PEEP
Improve oxygenation
Steroids not indicated
Prophylactic antibiotics unjustified
Circumferential chest burns:
escharotomies
Prinsip Perawatan Trauma Luka
Bakar
Setelah sumber/penyebab luka bakar sudah dapat dieliminasi fokus
pada kondisi korban!!
Korban tidak akan meninggal oleh luka bakarnya, namun lebih pada efek
yang terjadi setelah luka bakar, contoh: obstruksi jalan nafas,
ruptur/fraktur pelvis butuh pertolongan segera!!
Mencegah & menanggulangi shock
Menghindari infeksi
persiapan eksisi/skin graf (dg. Op)
Rehabilitasi
Penanggulangan efek psikologis
Prinsip Penatalaksanaan luka bakar
Tujuan penatalaksanaan
Syok teratasi
Jalan nafas bersih
Tidak terjadi gangguan
mekanisme pernafasan
Tidak terjadi komplikasi (infeksi,
kontraktur, dll)
Fase Perkembangan Trauma Luka Bakar
1. Fase Resusitasi
(Emergent Resusitative Stage)
2. Fase Akut (Acute Stage)
3. Fase Rehabilitasi
(Rehabilitative Stage)
Fase Resusitasi
(Emergent Resusitative Stage)
48 72 jam pasca trauma (pra-RS)
Penghitungan luas dan derajat LB (Rule of 9)
P3K & pemberian cairan
kemungkinan syok, distress pernafasan,
Mungkin diperlukan profilaktik intubasi
penentuan pemindahan klien ke unit luka
bakar (Burn team)
Fase Akut (Acute Stage)
Terjadi diuresis dan akhir kembalinya cairan interstitial
ke ruang intravaskuler.
Risiko infeksi agent topikal dan sistemik
Manajemen perawatan luka, terapi nutrisi,
pengawasan thd proses infeksi, eksisi dan grafting
Enteral parenteral nutrition
Intra RS UGD, ULB, Unit Med. Surgical
Fase Rehabilitasi
(Rehabilitative Stage)
Dimulai ketika luka mulai menutup s/d klien
dinyatakan sembuh pada tk. kes. yg optimal.
Pencegahan fraktur, scar
Latihan ROM gerak perbaikan sendi yg cedera
Fokus utama: biopsikososial klien, kesiapan bekerja &
sosialisasi
Penatalaksanaan di igd
Triage
Penatalaksanaan ABC
traumatologi
Pembebeasan jalan nafas
(ET, TT)
Pemasangan IV line
resusitasi cairan
Pengambilan sampel darah
lab
Pemasangan kateter urin
Pemasangan CVP set
Pemasangan pipa
nasogastrik (sesuai SOP RS)
a. Untuk gangguan sal. nafas bersihkan, beri O2 8-
10L/mnt dengan sungkup, posisi duduk
b. Untuk gangguan. mekanisme nafas hitung
frekuensi, perhatikan eschar di dada eschartomy
??, riwayat cedera toraks pneumotoraks
WSD??
c. Bila syok cairan 3x yang hilang dalam waktu
singkat (IV 2 line) bila tidak ada formula Baxter
d. ABC teratasi % dan kedalaman
e. Bila sirkulasi stabil dapat dirujuk
f. Bila rujukan belum dapat lanjutkan formula yang
ada
g. Selama fase syok masalah adalah ABC tidak
dibenarkan melakukan perawatan luka!!
Resusitasi cairan
Kriteria penentuan apakah resusitasi cairan
adekuat atau tidak pengukuran urin output
Kriteria lain dalam
menentukan
keadequatan resusitasi
cairan:
Sensori, TD/FN stabil
Mual periltaltik
dalam 24 jam I
NO. 1 urin output
Penggunaan Ringer Lactat
Lebih mendekati
komposisi cairan
ekstraseluler
Jika harus diberikan
sejumlah NaCl, perlu
diingat jumlah Clorida
di dalamnya,
potensial asidosis
metabolik >>
Minor burns
Dapat inpatient & outpatient, pertimbangannya:
1. Kemampuan klien untuk merawat dirinya
2. Lingkungan rumah
Penanganan:
1. Pain management
2. Tetanus prophylaxis
3. Initial wound care
4. Teaching
Major burn
Reevaluasi ABC & trauma yang terjadi
Initiation of fluid resuscitation
Pemasangan kateter
Pemasangan NGT
Tanda vital & Laboratorium (GD, BUN, Creatinin,
Elektrolit & HT)
Pain management
Tetanus prophylaxis
Pengumpulan data
Perawatan Luka
Diagnosa keperawatan
Inefektif bersihan jalan nafas
Gangguan pola nafas
Gangguan pertukaran gas
Defisit volume cairan
Gangguan perfusi jaringan perifer
Hipotermia
Nyeri
Risiko infeksi, dll
Masalah Kolaboratif /
Potensial Komplikasi
Gagal jantung kongesif
Edema pulmonal
Sepsis
Gagal ginjal
Gagal nafas akut
Sindrom distress pernafasan akut (ARDS)
Viseral damage (electric burn)