Jurnal Karakteristik Pintu Air
Jurnal Karakteristik Pintu Air
= a . m F
( ) dt / dv . vol . . } = ( ) dv . dt / vol . . } =
} = Qdv . . F ( )
| | } =
1 1 2 2
V V Q F
Jadi :
( )
| | }
=
1 1 2 2 2 2 1 1
V . V . Q A Y . A Y .
2 2
2
2
2
2 1 1
1
2
1
1
A Y
gA
Q
. A Y
gA
Q
. + | = + | (2.1)
Pada saluran dengan dinding vertikal :
Y . B A ;
B
Q
q = =
1
2
1 2
2
2
2 2
2
2
1 1
2
1
B Y
2
1
B Y
2
1
Y . B . g
Q
Y . B . g
Q
=
( )( ) Y Y Y Y
Y Y
Y Y
B . g
Q 2
2 1 2
1 2
1 2
2
2
+ =
|
|
.
|
\
|
Sehingga ( )
g
q 2
Y Y Y . Y
2
2 1 2 1
= + ... (2.2)
dengan Y
1
= kedalaman aliran sebelum loncatan hidrolik, Y
2
= kedalaman
aliran loncatan hidrolik, dan
2
1
Fr = angka Froude sebelum loncatan hidrolik.
B. Aliran seragam
Aliran seragam dapat terjadi di bagian saluran yang lurus dan
panjang serta memiliki kemiringan dan penampang melintangnya konstan,
yaitu y = y
n
, dan kecepatannya juga memiliki nilai yang konstan V = V
0
. jika
______________________________________________________________
50 Majalah Ilmiah UKRIM Edisi 1/th XII/2007
kemiringan S
0
= tan u , dan u adalah sudut antara dasar saluran dengan arah
mendatar atau horisontal. Kemiringan ini dianggap positif untuk aliran yang
arahnya ke bawah. Maka persamaan hf z
g 2
V
z
g 2
V
2
2
2
1
2
1
+ + = + . (2.3)
dengan V
1
= V
2
= V
0
sehingga L S z z hf
0 2 1
= = seperti disajikan pada
Gambar 2.2.
Gambar 2.2. Aliran dibawah pintu air mengalami percepatan dari aliran subkritis ke
kritis ke superkritis, lalu meloncat kembali ke aliran subkritis.
L dalam persamaan ini adalah panjang saluran diantara penampang 1 dan
penampang 2. jadi rugi hulunya mengimbangi menurunnya ketinggian
saluran. Jika berlaku
g 2
V
D
L
f hf
2
0
h
= . (2.4)
h h
R 4 D = dan ( p / A 4 D
h
= digunakan untuk saluran yang tidak bulat),
maka :
2 / 1
0
2 / 1
h
2 / 1
0
S R
f
g 8
V |
.
|
\
|
= . . (2.5)
Untuk bentuk dan kekasaran dasar saluran tertentu, besaran
( )
2 / 1
f / g 8 konstan dan dapat ditulis dengan C maka :
( ) ( )
2 / 1
0 h
2 / 1
0 h 0
S R A C Q S R C V = = . (2.6)
Besaran C yang disebut koefisien Chezy, berkisar antara 60 ft
1/2
/s untuk
saluran kasar yang kecil sampai 160 ft
1/2
/s untuk saluran halus yang besar 30
ft
1/2
/s sampai 90 ft
1/2
/s dalam satuan SI.
C. Sifat sifat dasar loncatan hidrolik
Beberapa karakteristik dasar loncatan air pada saluran terbuka
adalah ( VenTe Chow, 1985 ) :
1. Kehilangan energi pada loncatan adalah sama dengan perbedaan energi
spesifik sebelum dan sesudah terjadinya loncatan. Besarnya kehilangan
energi adalah sebagai berikut :
______________________________________________________________
51 Majalah Ilmiah UKRIM Edisi 1/th XII/2007
( )
2 1
2
1 2
1
y y 4
y y
E E E
= = A (2.7)
Rasio
1
E / E A dinamakan kehilangan relatif.
2. Efisiensi loncatan hodrolik adalah perbandingan energi spesifik setelah
loncatan air dengan sebelum loncatan hidrolik air. Besarnya efisiensi
loncatan adalah :
( )
( )
2
1
2
1
2
1
2 / 3
2
1
1
2
F 2 F 8
1 F 4 1 F 8
E
E
+
+ +
= . (2.8)
Persamaan ini menunjukan bahwa efisiensi loncatan merupakan fungsi
tak berdimensi, dan hanya tergantung pada bilangan Froude aliran
setelah loncatan. Kehilangan relatif sama dengan
2 2
E / E 1 ; besaran
ini juga merupakan fungsi tak berdimensi dari F
1
.
3. Perbedaan kedalaman sebelum dan sesudah loncatan dinamakan tinggi
loncatan dengan menyatakan setiap besaran sebagai rasio terhadap energi
spesifik semuka , maka :
1
1
1
2
1
E
y
E
y
E
hj
= . (2.9)
dengan hj/E
1
adalah tinggi relatif, y
1
/E
1
adalah kedalaman muka relatif,
dan y
2
/ E
1
adalah kedalaman lanjutan. Semua rasio ini dapat dinyatakan
sebagai fungsi tak berdimensi.
D. Panjang Loncatan Air
Panjang loncatan hidrolik air dapat didefinisikan sebagai jarak
antara permukaan depan loncatan air sampai menuju pada suatu titik
permukaan gulungan ombak di bagian hilir. Panjang loncatan hidrolik air
secara teoritis sukar ditentukan, tetapi telah diselidiki beberapa kali
percobaan oleh beberapa ahli hidrolika ( Rangga Raju, KG, 1986 ).
Sarjana Biro Reklamasi Amerika Serikat ( USBR ) mengusulkan
panjang loncatan hidrolik air pada saluran empat persegi dengan kelandaian
dasar horisontal, adalah sebagai berikut :
) Y Y ( A L
1 2 n j
= (2.10)
dengan Y
1
= kedalaman aliran air sebelum loncatan hidrolik air terjadi, Y
2
=
kedalaman aliran air setelah loncatan hidrolik air terjadi.
Data percobaan mengenai loncatan air, dapat digambarkan dengan
absis bilangan Froude ( Fr ) dan ordinatnya berupa perbandingan tak
berdimensi L (Y
2
Y
1
)aatu L / Y
1
. dilihat dari kurva terbaik yang dapat
ditentukan dengan data, maka mungkin pemetaan yang paling baik adalah
antara F
1
terhadap L / Y
1
. akan tetapi untuk keperluan praktis, dibutuhkan
kurva F
1
terhadap L /Y
2
. karena kurva tersebut menunjukan keteraturan untuk
daerah dimana loncatan terbentuk. Kurva F
1
terhadap L / Y
2
______________________________________________________________
52 Majalah Ilmiah UKRIM Edisi 1/th XII/2007
Dalam membandingkan kurva ini dengan kurva Bakhmeteff-
Matzke, ditemukan ketidak cocokan yang sangat jelas. Penyelidikan terhadap
materi yang digunakan dalam percobaan memberikan suatu kesimpulan
bahwa, penyimpangan tersebut disebabkan oleh pengaruh skala benda uji
yang digunakan Bahmeteff dan Matzke. Pengaruh skala ini mempunyai arti,
bahwa gerakan prototipe tidak semuanya dilakukan oleh model. Gambar 2.4
dibuat terutama untuk loncatan yang terjadi paa saluran empat persegi. Bila
tidak ada data yang memadai maka kurva tersebut juga dapat digunakan
sebagai pendekatan untuk loncatan hidrolik air pada saluran trapesium.
E. Lokasi loncatan hidrolik yang terjadi pada pintu air
Loncatan hidrolik air terjadi pada aliran superkritis, apabila terjadi
perubahan kedalaman yang mendadak terhadap kedalaman selanjutnya.
Secara teoritis dapat dikatakan, bahwa loncatan akan terjadi pada saluran
empat persegi panjang mendatar jika kedalaman awal serta kedalaman
lanjutan dan bilangan Froude pendekatan memenuhi pesamaan :
|
|
.
|
\
|
+ = 1 F 8 1 2 / 1
y
y
2
1
1
2
(2.11)
Persyaratan teoritis ini biasanya digunakan untuk menentukan letak
loncatan hidrolik air, akan tetapi untuk pendekatan yang lebih teliti dalam
menentukan letak loncatan, harus digunakan panjang loncatan. Salah satu
lokasi loncatan hidrolik di bawah pintu geser tegak lurus saluran empat
persegi dengan lapisan halus dapat dilihat pada gambar 2.3.
Gambar 2.3. Loncatan hidrolik air di bawah pintu geser
Profil-profil AB dan CD dengan mudah diidentifikasi sebagai jenis
M3 dan M2. Kurva AB adalah pemetaan antara kedalaman akhir terhadap
AB, dengan mengunakan posisi F*, maka panjang loncatan dapat
diperkirakan.
Apabila terdapat loncatan hidrolik air dibawah pintu air geser tegak,
maka air yang keluar dari pintu air membentuk semburan yang mempunyai
vena kontrakta. Panjang vena kontrakta ke bukaan pintu air biasanya pendek
dalam kaitanya dengan jarak, biasanya digunakan suatu aturan yang
menyatakan bahwa vena kontrakta terletak hampir sama dengan jarak h dari
bukaan pintu air.
______________________________________________________________
53 Majalah Ilmiah UKRIM Edisi 1/th XII/2007
F. Kualifikasi dan Klasifikasi aliran
Aliran seragam ( uniform flow ) dianggap memiliki ciri-ciri sebagai
berikut ini :
a. Kedalaman, luas basah, kecepatan dan debit pada tiap penampang pada
bagian saluran yang terbuka dan lurus adalah konstan.
b. Garis energi, muka air dan dasar saluran sejajar dan bisa dikatakan sama.
Untuk keperluan praktis, keharusan adanya kecepatan yang konstan
dapat ditafsirkan bebas sebagai keharusan bahwa aliran memiliki kecepatan
rata-rata yang konstan. Namun secara singkat hal ini berarti bahwa aliran
memiliki kecepatan rata-rata yang konstan atau sama pada titik di penampang
saluran terbuka yang lurus. Dengan kata lain distribusi kecepatan
dipenampang saluran tidak berubah dibagian sungai atau aliran yang lurus
Klasifikasi aliran dapat dilakukan dengan mengacu pada bilangan
Froude ( Fr ) tak berdimensi,dimana acuan dengan bilangan Froude yang
ada dapat digolongkan menjadi tiga golongan yaitu Fr < 1,00 adalah aliran
subkritis, Fr = 1,00adalah aliran kritis, dan Fr > 1,00 adalah aliran superkritis.
III. METODE PENELITIAN
A. Alat dan Bahan
(a) (b)
(c) (d)
Gambar 3.1. (a). Saluran terbuka tampang persegi, (b). Pintu air saluran persegi, (c).
Bak penampung dengan pintu air untuk mengatur variasi debit, dan (d).
Alat Ukur Debit Thomson.
______________________________________________________________
54 Majalah Ilmiah UKRIM Edisi 1/th XII/2007
Alat-alat dan bahan yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah
saluran terbuka (pasangan batako dengan tinggi 15 cm dan panjang 20 m)
mesin pompa air, pintu air saluran persegi, bak penampung dengan pintu air
untuk mengatur variasi debit, bejana, stopwatch, dan alat ukur kedalaman.
B. Pengumpulan Data Percobaan
1. Tinggi pintu air
Tinggi pintu air yang di pakai dalam percobaan adalah 1,5 cm sampai 5,5
cm yang diukur dari lantai dasar saluran.
2. Pengambilan data debit air
Pengukuran debit aliran air dimaksudkan untuk mengetahui besar debit
aliran di saluran.
C. Pelaksanaan Penelitian
start
study literatur
persiapan alat bahan,dan tempat
percobaan aliran tanpa hambatan dengan 2 jenis pompa
pengukuran debit aliran
pemasangan pintu geser air sesuai tinggi tinggi yang diinginkan
pengambilan data-data pada pintu air
gunakan debit aliran yang berbeda
gunakan tinggi pintu air yang berbeda
Finish
Gambar 3.2. Lngkah kerja peragaan panjang loncatan hidrolik pada pintu
sorong
______________________________________________________________
55 Majalah Ilmiah UKRIM Edisi 1/th XII/2007
Untuk menentukan prilaku-prilaku air yang berada di daerah pintu
air, percobaan tersebut harus dilakukan secara bersama-sama, karena jika
debit air sudah berubah maka akan lama untuk memukan kembali nilai debit
yang dimaksud. Maka langkah-langkah penelitian guna mendapatkan
parameter-parameter yang dibutuhkan disajikan pada Gambar 3.2.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Data Hasil Pengukuran
Parameter loncatan hidrolik air yang diukur pada peragaan ini
adalah debit aliran, kedalaman air sebelum pintu air, kedalaman air setelah
loncatan hidrolik air, ketinggian bukaan pintu air, panjang loncatan hidrolik
air, panjang peralihan loncat hidrolik air.
Tabel 4.1. Data debit aliran dengan metode Bucket pada berbagai bukaan
pintu
N
O
Debit Aliran dengan Metode Bucket
Bukaan
Pintu 1,5
cm
Bukaan Pintu
2,5 cm
Bukaan Pintu
3,5 cm
Bukaan Pintu
4,5 cm
Bukaan Pintu
6,5 cm
t1 t2 t3 t4 t1 t2 t3 t4 t1 t2 t3 t4 t1 t2 t3 t4 t1 t2 t3 t4
(det) (det) (det) (det) (det)
1 7,86 7,15 5,85 4,75 5,17 5,08 4,13 3,56 4.83 3.97 2.84 2,44 2,64 2,19 2,33 2,86 2,38 2,13 1,82 1,62
2 7,98 7,14 5,33 5,05 5,26 4,94 4,.27 3,49 4.28 3.60 2.98 2.,76 2,54 2,23 2,30 2,92 1,99 2,36 1,74 1,93
3 7,94 7,13 5,19 4,95 5,35 4,79 4,06 3,49 4.25 3.77 2.84 2,64 2,70 2,35 2,38 2,12 2,41 2,40 2,03 2,01
4 7,90 7,09 5,24 4,65 5,35 4,95 4,26 4,01 4.43 3.78 2.75 2,71 2,93 2,30 2,29 2,11 2,62 2,25 1,98 2,07
5 8,08 7,33 5,58 ,4,45 5,27 5,10 3,92 3,39 4.46 3.85 3.06 2,36 2,52 2,22 2,35 2,15 2,44 1,89 1,96 1,99
6 8,80 7,55 5,50 5,01 5,55 5,13 3,96 3,51 4.72 3.77 2.90 2,39 2,63 2,22 2,35 1,95 2,35 2,09 2,12 2,27
7 7,85 7,40 5,49 5,09 5,43 5,23 3,73 3,52 4.44 3.73 2.86 2,53 2,78 2,28 2,51 2,06 2,79 2,07 2,12 2,02
8 8,,18 7,50 5,54 4,96 5,26 4,84 3,79 3,41 4.31 3.88 3.07 2,65 2,58 2,53 2,57 2,35 2,25 1,92 2,25 2,05
9 8,26 7,41 5,48 4,70 5,16 4,96 3,66 3,55 4.79 3.99 2.54 2,54 2,54 2,26 2,35 1,99 2,83 2,29 2,23 2,07
10 8,04 7,40 5,36 4,50 5,26 5,10 3,78 3,61 4.56 3.83 2.92 2,38 2,43 2,35 2,26 1,77 2,36 2,00 2,30 2,17
Tabel 4.2. Data tinggi muka air pada alat ukur debit Thomson pada bukaan
pintu 1,5 cm
Percobaan
Tinggi muka air pada alat ukur debit Thomson
Bukaan,5 cm Bukaan 2,5 cm Bukaan 3,5 cm Bukaan 4,5 cm Bukaan 5,5 cm
1 8 9,5 8 11,8 13,1
2 8 9,6 9 13 13
3 8,3 10,2 8 13,5 13,5
4 9 11 8,3 13,6 14
______________________________________________________________
56 Majalah Ilmiah UKRIM Edisi 1/th XII/2007
Tabel 4.3. Data pengukuran parameter pintu sorong pada bukaan 1,5 cm
Percobaan No
H mula-mula
( cm )
H setelah
( cm )
H pintu
( cm )
P loncatan
( cm )
P peralihan
( cm )
P hidrolik
( cm )
I
1 7 2,7 1,5 11,5 8 3,5
2 7,8 3 1,5 12 9 3
3 8 3 1,5 20 11 3
4 8 3 1,5 22 18 4
II
1 5,5 4 2,5 6 3 3
2 7 4,5 2,5 7 3,7 3,3
3 9 1,5 2,5 74,3 63,4 10,9
4 14 2 2,5 88,4 65,8 22,6
III
1 5,5 4,5 3,5 7,5 2,4 5,1
2 7 5,5 3,5 8,8 4,1 4,7
3 9 6 3,5 12,5 5,5 7
4 11 7,5 3,5 20 6, 13,5
IV
1 9 8 4,5 16,8 6 10,8
2 11 8 4,5 18,5 5,5 13
3 11,5 8 4,5 20 5,5 14,5
4 12 10 4,5 31 16,7 14,3
V
1 9 8 5,5 9 4 5
2 10 8,5 5,5 17 8 9
3 11 9 5,5 19,5 7 12,5
4 12,5 10 5,5 19,5 7,5 12
B. Perhitungan Debit Aliran
1. Perhitungan debit aliran dengan menggunakan bejana 20 Liter
a. Percobaan pertama
ik det 39 , 6
4
81 , 4 46 , 5 31 , 7 01 , 8
4
t t t t
t
4 3 2 1
=
+ + +
=
+ + +
=
ik det
liter
12 , 3
ik det 39 , 6
liter 20
t
V
Q = = =
b. Percobaan kedua
ik det 33 , 4
4
55 , 3 95 , 3 51 , 4 31 , 5
4
t t t t
t
4 3 2 1
=
+ + +
=
+ + +
=
ik det
liter
61 , 4
ik det 33 , 4
liter 20
t
V
Q = = =
c. Percobaan ketiga
ik det 44 , 3
4
54 , 2 88 , 2 81 , 3 5 , 4
4
t t t t
t
4 3 2 1
=
+ + +
=
+ + +
=
ik det
liter
8 , 5
ik det 44 , 3
liter 20
t
V
Q = = =
______________________________________________________________
57 Majalah Ilmiah UKRIM Edisi 1/th XII/2007
d. Percobaan keempat
ik det 36 , 2
4
23 , 2 37 , 2 23 , 2 63 , 2
4
t t t t
t
4 3 2 1
=
+ + +
=
+ + +
=
ik det
liter
47 , 8
ik det 36 , 2
liter 20
t
V
Q = = =
e. Percobaan kelima
ik det 16 , 2
4
02 , 2 06 , 2 14 , 2 44 , 2
4
t t t t
t
4 3 2 1
=
+ + +
=
+ + +
=
ik det
liter
25 , 9
ik det 016 , 2
liter 20
t
V
Q = = =
2. Perhitungan debit aliran menggunakan alat ukur debit Thomson
a. Percobaan pertama
m 08325 , 0 cm 325 , 8
4
9 3 , 8 8 8
4
h h h h
H
4 3 2 1
= =
+ + +
=
+ + +
=
( )
ik det
liter
88 , 2 08325 , 0 34 , 1 H 34 , 1 Q
47 , 2 47 , 2
= = =
b. Percobaan kedua
m 10075 , 0 075 , 10
4
11 2 , 10 6 , 9 5 , 9
4
h h h h
H
4 3 2 1
= =
+ + +
=
+ + +
=
( )
ik det
liter
67 , 4 10075 , 0 34 , 1 H 34 , 1 Q
47 , 2 47 , 2
= = =
c. Percobaan ketiga
m 1095 , 0 cm 95 , 10
4
5 , 12 12 10 3 , 9
4
h h h h
H
4 3 2 1
= =
+ + +
=
+ + +
=
( )
ik det
liter
68 , 5 1095 , 0 34 , 1 H 34 , 1 Q
47 , 2 47 , 2
= = =
d. Percobaan keempat
m 12975 , 0 cm 975 , 12
4
6 , 13 5 , 13 13 8 , 11
4
h h h h
H
4 3 2 1
= =
+ + +
=
+ + +
=
( )
ik det
liter
63 , 8 12975 , 0 34 , 1 H 34 , 1 Q
47 , 2 47 , 2
= = =
e. Percobaan kelima
m 134 , 0 cm 4 , 13
4
14 5 , 13 13 1 , 13
4
h h h h
H
4 3 2 1
= =
+ + +
=
+ + +
=
( )
ik det
liter
14 , 9 134 , 0 34 , 1 H 34 , 1 Q
47 , 2 47 , 2
= = =
3. Perhitunggan debit aliran bawah pintu sorong
______________________________________________________________
58 Majalah Ilmiah UKRIM Edisi 1/th XII/2007
a. Percobaan pertama
m 077 , 0 cm 7 , 7 H
mula mula
= =
m 029 , 0 cm 92 , 2 H
setelah
= =
m 048 , 0 029 , 0 077 , 0 H H H
setelah mula mula
= = = A
m 015 , 0 cm 5 , 1 a = = ; m 29 , 0 cm 29 b = =
58 , 0
05 , 1
610 , 0
077 , 0
015 , 0
610 , 0 1
610 , 0
H
a
610 , 0 1
610 , 0
C
mula mula
d
=
|
|
.
|
\
|
+
=
|
|
.
|
\
|
+
=
ik det
liter
49 , 2 077 , 0 81 , 9 2 29 , 0 015 , 0 58 , 0 H g 2 b a C Q
d
= = A =
b. Percobaan kedua
m 0875 , 0 cm 875 , 8 H
mula mula
= =
m 03 , 0 cm 3 H
setelah
= =
m 059 , 0 03 , 0 0875 , 0 H H H
setelah mula mula
= = = A
m 025 , 0 cm 5 , 2 a = = ; m 29 , 0 cm 29 b = =
563 , 0
082 , 1
610 , 0
0875 , 0
025 , 0
610 , 0 1
610 , 0
H
a
610 , 0 1
610 , 0
C
mula mula
d
=
|
|
.
|
\
|
+
=
|
|
.
|
\
|
+
=
ik det
liter
3 , 4 059 , 0 81 , 9 2 29 , 0 025 , 0 563 , 0 H g 2 b a C Q
d
= = A =
c. Percobaan ketiga
m 081 , 0 cm 1 , 8 H
mula mula
= =
m 056 , 0 cm 6 , 5 H
setelah
= =
m 025 , 0 056 , 0 081 , 0 H H H
setelah mula mula
= = = A
m 035 , 0 cm 5 , 3 a = = ; m 29 , 0 cm 29 b = =
54 , 0
124 , 1
610 , 0
081 , 0
035 , 0
610 , 0 1
610 , 0
H
a
610 , 0 1
610 , 0
C
mula mula
d
=
|
|
.
|
\
|
+
=
|
|
.
|
\
|
+
=
ik det
liter
8 , 3 025 , 0 81 , 9 2 29 , 0 035 , 0 54 , 0 H g 2 b a C Q
d
= = A =
d. Percobaan keempat
m 108 , 0 cm 8 , 10 H
mula mula
= =
m 085 , 0 cm 5 , 8 H
setelah
= =
______________________________________________________________
59 Majalah Ilmiah UKRIM Edisi 1/th XII/2007
m 023 , 0 085 , 0 108 , 0 H H H
setelah mula mula
= = = A
m 045 , 0 cm 5 , 4 a = = ; m 29 , 0 cm 29 b = =
545 , 0
12 , 1
610 , 0
108 , 0
045 , 0
610 , 0 1
610 , 0
H
a
610 , 0 1
610 , 0
C
mula mula
d
=
|
|
.
|
\
|
+
=
|
|
.
|
\
|
+
=
ik det
liter
77 , 4 023 , 0 81 , 9 2 29 , 0 045 , 0 545 , 0 H g 2 b a C Q
d
= = A =
e. Percobaan kelima
m 106 , 0 cm 6 , 10 H
mula mula
= =
m 088 , 0 cm 8 , 8 H
setelah
= =
m 018 , 0 088 , 0 106 , 0 H H H
setelah mula mula
= = = A
m 055 , 0 cm 5 , 5 a = = ; m 29 , 0 cm 29 b = =
53 , 0
147 , 1
610 , 0
106 , 0
055 , 0
610 , 0 1
610 , 0
610 , 0 1
610 , 0
=
|
|
.
|
\
|
+
=
|
|
.
|
\
|
+
=
mula mula
d
H
a
C
ik det
liter
03 , 5 018 , 0 81 , 9 2 29 , 0 055 , 0 53 , 0 H g 2 b a C Q
d
= = A =
Tabel 4.4. Tabel debit aliran
No
Percobaan
Debit bejana 20 liter
( Liter/detik )
Alat ukur debit
Thomson
( Liter/detik )
Debit bawah pintu
sorong
( Liter/detik )
1 3,12 2,88 2,49
2 4,33 4,67 4,3
3 5,8 5,68 3,8
4 8,47 8,63 4,77
5 9,25 9,14 5,03
C. Pehitungan Bilangan Froude
Perhitungan bilangan Froude percobaan pertama dengan bukaan
pintu 1,5 cm adalah sebagai berikut :
a. debit pertama
______________________________________________________________
60 Majalah Ilmiah UKRIM Edisi 1/th XII/2007
ik det
m
62 , 0
00405 , 0
0025 , 0
V
3
= =
( ) ( )
63 , 1
38 , 0
62 , 0
015 , 0 81 , 9
62 , 0
y g
V
F
2
1
2
1
= =
=
b. debit kedua
ik det
m
67 , 0
00405 , 0
00273 , 0
V
3
= =
( ) ( )
76 , 1
38 , 0
67 , 0
015 , 0 81 , 9
67 , 0
y g
V
F
2
1
2
1
= =
=
c. debit ketiga
ik det
m
84 , 0
00405 , 0
0034 , 0
V
3
= =
( ) ( )
21 , 2
38 , 0
84 , 0
015 , 0 81 , 9
84 , 0
y g
V
F
2
1
2
1
= =
=
d. debit keempat
ik det
m
16 , 1
00405 , 0
0047 , 0
V
3
= =
( ) ( )
05 , 3
38 , 0
16 , 1
015 , 0 81 , 9
16 , 1
y g
V
F
2
1
2
1
= =
=
Dengan cara yang sama dapat dihitung bilangan Froude pada
percobaan dengan bukaan pintu 2,5 cm, 3,5 c,. 4,5 cm, dan 5,5 cm dan
hasilnya dirangkum dalam Tabel 3.
Tabel 4.5. Bilangan Froude dari semua percobaan
No Percobaan Debit I Debit II Debit III Debit IV
1 1,63 1,76 2,21 3,05
2 1,14 1,34 1,53 1,7
3 0,78 0,96 1,27 1,44
4 0,95 1,12 1,11 1,12
5 0,75 0,86 0,89 0,91
D. Pembahasan
Diketahui bahwa untuk pengukuran debit menggunakan bejana 20
liter dengan alat ukur debit Thomson memiliki selisih nilai yang kecil
dibanding menggunakan perhitungan rumus debit aliran bawah pintu sorong.
______________________________________________________________
61 Majalah Ilmiah UKRIM Edisi 1/th XII/2007
Jadi rumus H g 2 b a C Q
d
A = tidak bisa sebagai acuan dalam
percobaan yang dilakukan penulis. Selisih perhitungan menggunakan bejana
20 liter dengan alat ukur debit Thomson dikarenakan :
a. Tidak bisa menentukan dengan akurat berapa waktu yang dibutuhkan air
dalam mengisi bejana 20 liter, karena terjadi luapan air.
b. Terjadi gelombang pada skala yang dipasang pada bibir alat ukur debit.
Berdasarkan hasil yang tersaji pada tabel 5.17, pada percobaan pertama
dengan debit kesatu dan dengan bukaan pintu air 1,5 cm diperoleh
bilangan Froude sebesar 1,63, mengacu pada gambar 2.3 tentang
panjang loncatan hidrolik air maka hasil yang didapat dengan bilangan
Froude 1,63 panjang loncatan yang didapat secara teoritis adalah 4 cm
dan tinggi loncatan secara teoritis mengunakan rumus 2.8,
|
|
.
|
\
|
+ = 1 63 , 81 1
2
1
5 , 1
Y
2 2
; 86 , 1
5 , 1
Y
2
= ; 78 , 2 Y
2
= cm.
Tabel 4.6. Perbandingan analisis dengan di lapangan
Nomor
Percobaan
Bilangan
Froude
Tipe
loncatan
Teoritis Lapangan
Panjang
( cm )
Tinggi
( cm )
Tipe
loncatan
Panjang
( cm )
Tinggi
( cm )
I A 1,63 berombak 4 2,78 berombak 7 2,7
B 1,76 Lemah 4,2 3,05 Lemah 9 3
C 2,21 Lemah 4,5 3,99 Lemah 11 3
D 3,05 Bergetar 5,3 5,7 Bergrtar 18 5
II A 1,14 Berombak 3,6 2,9 Berombak 3 3
B 1,34 Berombak 3,7 3,6 Berombak 3,7 4
C 1,53 Berombak 3,8 4,3 Kuat 63,4 1,5
D 1,7 Berombak 4 4,8 Kuat 65,5 2
III A 0,78 - - - Berombak 2,4 4,5
Nomor Bilangan Teoritis Lapangan
Percobaan Froude Tipe loncatan
Panjang
( cm )
Tinggi
( cm )
Tipe loncatan
Panjang
( cm )
Tinggi
( cm )
B 0,96 - - - Berombak 4,1 5,5
C 1,27 Berombak 3,65 4,7 Berombak 5,5 6
D 1,44 Berombak 3,75 5,58 Berombak 6 7,5
IV A 0,95 - - - Berombak 6 8
B 1,25 Berombak 3,6 5,2 Berombak 5,5 8
C 1,11 Berombak 3,6 5,1 Berombak 5,5 8
D 1,12 Berombak 3,6 5,2 Lemah 16,7 10
V A 0,75 - - - Berombak 4 8
B 0,86 - - - Berombak 8 8,9
C 0,89 - - - Berombak 7 9
D 0,91 - - - lemah 7,5 10
______________________________________________________________
62 Majalah Ilmiah UKRIM Edisi 1/th XII/2007
Kenyataan yang ada dilapangan adalah panjang loncatan 7 cm dan
tinggi loncatan 2,7 cm. pada percobaan pertama debit kedua bukaan pintu 1,5
cm didapat hasil teoritis adalah panjang loncatan 4,2cm, tinggi loncatan
3,5cm. Dilapangan didapat panjang loncatan 9 cm tinggi 3 cm, demikian juga
untuk percobaan-percobaan yang berikutnya terjadi selisih panjang loncatan
teoritis dengan yang terjadi dilapangan demikian juga dengan tinggi loncatan
hidrolik air. Untuk lebih jelasnya tersaji pada tabel 5.18
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpuan
Dari penelitian loncat hidrolik air pada pintu air yang dilakukan di
Laboratorium Hidraulika Fakultas Teknik Jurusan Teknik Sipil Universitas
Kristen Immanuel Yogyakarta, dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. terdapat perbedaan panjang loncatan di lapangan dengan perhitungan
secara teoritis.
2. Pada bukaan pintu 1,5 cm hasil perhitungan teoritis dengan kenyataan
dilapangan hampir sama, tetapi untuk bukaan-bukaan semakin besar
terjadi selisih yang besar pula. Hal ini dikarenakan adanya gelembung
pada mistar pengukuran sehingga data yang diperoleh kurang akurat.
B. Saran
1. Bak pembuangan dibuat lebih besar, karena dengan dua jenis pompa, air
terlalu cepat habis.
2. Penelitian ini diperlukan variasi debit yang lebih banyak dan perlu
kecermatan penelitian dalam pengukuran.
DAFTAR PUSTAKA
Chow, Ven Te, 1985, Hidrolika Saluran Terbuka, Erlangga, Jakarta
French, Richard. H, 1985, Open-Channel Hydraolics, Mc Graw Hill Book
Company, New York.
Raju, Rangga, K. G, 1986, Aliran Melalui Saluran Terbuka, Erlangga,
Jakarta.
Subarkah, Iman, 1979, Bangunan Air, Idea Dharma, Bandung.
Triatmodjo, Bambang, 1993, Hidrolika Jilid 1, Beta offset, Yogyakarta.
Triatmodjo, Bambang, 1993, Hidrolika Jilid 2, Beta offset, Yogyakarta.