Aktivitas Antioksidan Dan Penerimaan Organoleptik Yoghurt Sari Wortel (Daucus Carrota L)
Aktivitas Antioksidan Dan Penerimaan Organoleptik Yoghurt Sari Wortel (Daucus Carrota L)
Artikel Penelitian
Disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan
studi pada Program Studi Ilmu Gizi, Fakultas Kedokteran
Universitas Diponegoro
Disusun oleh
SAMICHAH
22030110130081
METODE
Penelitian ini merupakan penelitian true eksperimental dengan tiga perlakuan
yang berbeda, yaitu dengan penambahan sari wortel 0% (sebagai kontrol), 15%,
dan 20% pada produk yoghurt dengan probiotik Lactobacillus bulgaricus dan
Streptococcus thermophillus dan dilakukan randomisasi untuk uji aktivitas
antioksidan dan uji organoleptik. Uji aktivitas antioksidan pada setiap perlakuan
dilakukan 2 kali ulangan dan diuji secara duplo, uji organoleptik pada setiap
perlakuan dilakukan 2 kali ulangan, sedangkan uji total bakteri asam laktat
(MPN), uji pH, dan uji -karoten dilakukan 1 kali dan diuji secara duplo.
Yoghurt sari wortel dibuat dengan bahan baku susu sapi segar, susu skim,
gula pasir, CMC, starter Lactobacillus bulgaricus dan Streptococcus
thermophillus, dan sari wortel, sedangkan yoghurt kontrol dibuat tanpa
penambahan sari wortel. Data yang dikumpulkan adalah aktivitas antioksidan,
total bakteri asam laktat, pH, kadar -karoten, dan penerimaan organoleptik
yoghurt sari wortel.
Aktivitas antioksidan diukur dengan menggunakan metode 1,1-diphenyl-2-
picrylhydrazyl (DPPH) dengan menggunakan spektrofotometer pada panjang
gelombang 517 nm,28,29 total bakteri asam laktat diukur dengan menggunakan
metode Most Probable Number (MPN),30,31 pH diukur dengan menggunakan pH
meter,27 kadar -karoten diukur dengan menggunakan metode
Spektrofotometri,32,33 dan penerimaan organoleptik menggunakan uji hedonik
(kesukaan) terhadap 25 orang panelis tidak terlatih yang terdiri dari mahasiswa
semester 6-8 Program Studi Ilmu Gizi Fakultas Kedokteran Universitas
Diponegoro Semarang yang sudah pernah melakukan praktikum Uji Organoleptik.
Pengaruh penambahan sari wortel terhadap aktivitas antioksidan, total
bakteri, pH, -karoten, dan penerimaan organoleptik diuji dengan menggunakan
One Way ANOVA pada data terdistribusi normal dan Kruskal-Wallis pada data
tidak terdistribusi normal dengan derajat kepercayaan 95%, dilanjutkan dengan uji
lanjut multiple comparation (post-hoc test) dengan uji LSD untuk uji lanjutan One
Way ANOVA dan uji Mann-Whitney untuk uji lanjutan Kruskal-Wallis.
HASIL
Hasil Uji Laboratorium
Hasil uji laboratorium meliputi uji aktivitas antioksidan, total bakteri asam
laktat (MPN), nilai pH, dan kadar -karoten. Dari Tabel 1 dapat dilihat bahwa
rerata aktivitas antioksidan, kadar -karoten, dan nilai MPN yoghurt semakin
tinggi dengan peningkatan konsentrasi sari wortel yang ditambahkan. Sehingga
yoghurt yang memiliki aktivitas antioksidan, bakteri asam laktat, dan kadar -
karoten tertinggi adalah yoghurt sari wortel 20%. Nilai pH yoghurt memiliki
kecenderungan menurun dengan meningkatnya konsentrasi sari wortel yang
ditambahkan, kecuali yoghurt sari wortel 20% yang nilai pH-nya tidak menurun
jika dibandingkan dengan yoghurt sari wortel 15%.
Tabel 1. Hasil analisis uji laboratorium dengan konsentrasi penambahan sari wortel
Uji Konsentrasi
Rerata SD Satuan p
Laboratorium Sari Wortel
0% 2,295 0,000a
Aktivitas
15% 22,217 0,272b % RSA 0,000*
antioksidan c
20% 26,682 0,576
0% 2,1 x 107 0,141 x 107a
MPN 15% 4,7 x 107 0,424 x 107b cfu/gr 0,003*
7 7c
20% 7,1 x 10 0,565 x 10
0% 4,76 0,028a
pH 15% 4,61 0,028b - 0,020*
a
20% 4,7 0,014
0% 0,019 0,002a
-karoten 15% 0,029 0,003a mg/ml 0,018*
b
20% 0,045 0,005
Keterangan: Huruf yang berbeda di belakang angka menunjukkan beda signifikan.
*
Uji One-Way ANOVA: p<0,05 menunjukkan ada beda; p>0,05 menunjukkan tidak ada beda.
Penerimaan Organoleptik Yoghurt Sari Wortel
Rerata kesukaan panelis terhadap warna, aroma, tekstur, dan rasa yoghurt
dengan penambahan sari wortel dapat dilihat pada Tabel 2. Terbukti bahwa
parameter warna dan aroma semakin disukai panelis dengan peningkatan
konsentrasi sari wortel, sedangkan parameter rasa semakin tidak disukai panelis
dengan peningkatan konsentrasi sari wortel tetapi masih dalam kategori biasa
hingga suka. Warna dan aroma yang paling disukai adalah yoghurt sari wortel
20%, sedangkan rasa yang paling disukai adalah yoghurt kontrol. Parameter
tekstur yang paling disukai adalah pada penambahan konsentrasi sari wortel 15%.
Tabel 2. Hasil analisis tingkat kesukaan panelis terhadap parameter organoleptik dengan
konsentrasi penambahan sari wortel
Konsentrasi
Parameter
Penambahan Rerata SD Kategori p
Organoleptik
Sari Wortel
0% 2,7 0,77a Biasa
Warna1 15% 3,42 0,67b Suka 0,000*
20% 4,14 0,68c Sangat suka
0% 3,32 0,78 Suka
Aroma1 15% 3,34 0,42 Suka 0,159*
20% 3,58 0,53 Suka
0% 2,72 0,86a Biasa
Tekstur1 15% 3,62 0,50b Suka 0,000*
20% 2,98 0,72a Biasa
0% 3,56 0,71a Suka
Rasa 2
15% 3,38 0,60a Suka 0,005*
20% 2,92 0,73b Biasa
Keterangan: Huruf yang berbeda di belakang angka menunjukkan beda signifikan.
1
Uji Kruskal-Wallis; post-hoc Mann-Whitney.
2
Uji One-Way ANOVA; post-hoc LSD.
*
p<0,05 menunjukkan ada beda; p>0,05 menunjukkan tidak ada beda.
PEMBAHASAN
Aktivitas Antioksidan Yoghurt Sari Wortel
Yoghurt dengan aktivitas antioksidan tertinggi adalah yoghurt dengan
penambahan sari wortel 20% yaitu sebesar 26,682% RSA. Berdasarkan hasil
analisis statistik, penambahan sari wortel berbanding lurus dengan aktivitas
antioksidan yoghurt. Semakin tinggi konsentrasi penambahan sari wortel, semakin
meningkat aktivitas antioksidan pada yoghurt. Hal ini sesuai dengan penelitian
sebelumnya di Portugal, yang meneliti tentang kesesuaian zat antioksidan pada
label berbagai yoghurt komersial menggunakan analisis kromatografi, terbukti
bahwa penambahan bahan alami seperti buah dan sayur dalam yoghurt dapat
meningkatkan aktivitas antioksidan serta meningkatkan proteksi konsumen
terhadap penyakit terkait radikal bebas dan stres oksidatif.13 Hasil penelitian di
Mesir menunjukkan bahwa penambahan selai strawberry, black carrot, dan labu
kuning pada yoghurt yang difermentasi oleh bakteri Lactobacillus bulgaricus dan
Streptococcus thermophillus pada suhu 422oC selama 4 jam, dapat
meningkatkan kandungan dan aktivitas antioksidan yoghurt. Yoghurt plain yang
memiliki aktivitas antioksidan 28,49% yang diukur menggunakan metode DPPH
Radical Scavenging Activity (RSA) setelah ditambahkan selai strawberry, black
carrot dan labu kuning sebanyak 1,5% secara berurutan aktivitas antioksidannya
meningkat menjadi 40,12%, 31,69%, dan 36,34%. Semakin tinggi presentase
penambahan selai, kandungan dan aktivitas antioksidannya juga semakin
meningkat.5
Hal ini disebabkan karena kombinasi berbagai macam antioksidan yang
terdapat dalam buah, sayur, dan yoghurt bergabung menjadi satu sehingga dapat
meningkatkan aktivitas antioksidannya.34 Selain itu kandungan beberapa gula
dalam buah dan sayur, seperti fruktosa, glukosa, galaktosa, maltosa dan laktosa,
juga dapat berperan sebagai antioksidan sehingga dapat meningkatkan aktivitas
antioksidan dalam yoghurt.13 Meningkatnya aktivitas antioksidan ini juga
berkaitan dengan peningkatan total bakteri asam laktat yaitu Lactobacillus, yang
memiliki aktivitas antioksidan yang tinggi sehingga dapat meningkatkan aktivitas
antioksidan dalam yoghurt dan mencegah peroksidasi lemak.12,35 Kemampuan
bakteri asam laktat untuk memecah protein (proteolitik) menjadi peptida-peptida
kecil (bioactive peptides) yang memiliki aktivitas antioksidan juga berkaitan
dengan peningkatan aktivitas antioksidan pada yoghurt.36,37
Peningkatan aktivitas antioksidan pada yoghurt karena penambahan sari
wortel ini dapat memberikan manfaat bagi kesehatan tubuh dengan
menyeimbangkan antara radikal bebas dengan aktivitas antioksidan. Aktivitas
antioksidan merupakan mekanisme yang dimiliki oleh senyawa antioksidan untuk
menunda, menghambat, memperlambat, dan mencegah proses oksidasi lemak,
sehingga dapat melindungi sel dari kerusakan oksidatif oleh radikal bebas seperti
singlet oksigen, superoksida, peroksil radikal, hidroksil radikal dan
peroxynitrite.28,29,34,38,39 Apabila antara radikal bebas dengan aktivitas antioksidan
tidak seimbang, maka terjadi kondisi stres oksidatif dalam tubuh. Kondisi inilah
yang menjadi etiologi dan menginisiasi berbagai penyakit kronik degeneratif,
seperti atherosklerosis, diabetes mellitus, kardiomiopati, penyakit inflamasi
kronik, gangguan neurologis, gangguan paru-paru dan hati, kanker,
imunodepresi, dan hipertensi.1-4 Kandungan antioksidan dapat menetralisir radikal
bebas melalui aktivitas antioksidan yang tinggi, sehingga dapat mencegah
berbagai penyakit kronik degeneratif.3,4 Maka dapat disimpulkan bahwa
peningkatan aktivitas antioksidan pada yoghurt sari wortel memberikan manfaat
bagi kesehatan tubuh untuk membantu menetralisir radikal bebas.
Yoghurt sari wortel dapat disebut sebagai pangan fungsional, karena dengan
menggabungkan pangan fungsional yoghurt dengan pangan fungsional wortel
sehingga dapat menghasilkan fungsi yang lebih luas, diantaranya adalah
peningkatan aktivitas antioksidan, kadar -karoten, dan total bakteri asam laktat
(probiotik).6,7,8
Aroma
Aroma yoghurt pada semua perlakuan dapat diterima panelis dengan kategori
suka, tetapi aroma yang paling disukai adalah yoghurt dengan penambahan sari
wortel 20%. Nilai rerata kesukaan semakin meningkat pada yoghurt yang
ditambahkan sari wortel jika dibandingkan dengan yoghurt kontrol, tetapi menurut
statistik tidak ada pengaruh konsentrasi penambahan sari wortel terhadap tingkat
kesukaan aroma yoghurt (p=0,159). Secara keseluruhan tidak ada perbedaan
aroma yang mencolok antar perlakuan, semua yoghurt memiliki aroma yang
normal dan tidak menyimpang.
Tekstur
Produk yoghurt yang dihasilkan memiliki tekstur yang lembut dan homogen.
Tetapi ketiga perlakuan yoghurt memiliki kekentalan yang berbeda. Hal ini
disebabkan karena penambahan sari wortel membuat tekstur yoghurt menjadi
lebih encer. Yoghurt kontrol memiliki tekstur yang terlalu kental, sedangkan
yoghurt dengan konsentrasi penambahan sari wortel 20% memiliki tekstur yang
terlalu encer. Yoghurt dengan konsentrasi penambahan sari wortel 15%
merupakan yoghurt yang paling disukai teksturnya dengan kategori suka, karena
teksturnya yang pas, tidak terlalu kental ataupun terlalu encer.
Hasil serupa juga didapatkan pada penelitian sebelumnya di Malang.
Perbedaan kekentalan disebabkan karena semakin tinggi substitusi sari wortel
maka jumlah total padatan terlarut (TPT) yang terdispersi dalam bahan baku akan
menurun. Komponen padatan yang kecil inilah yang menyebabkan penurunan
kekentalan/viskositas.8
Rasa
Semakin tinggi konsentrasi sari wortel yang ditambahkan, semakin menurun
tingkat kesukaan rasa yoghurt, dan yang paling disukai panelis adalah yoghurt
kontrol. Rasa antara yoghurt yang diberi penambahan sari wortel dengan yoghurt
kontrol sedikit berbeda. Yoghurt kontrol memiliki rasa susu yang menonjol
dengan rasa asam khas yoghurt tanpa adanya rasa manis, penambahan sari wortel
pada yoghurt menambahkan sedikit rasa manis pada konsentrasi 15% dan
memberikan sedikit after taste langu pada konsentrasi 20%. Hal ini disebabkan
karena di dalam wortel terdapat senyawa bernama isocumarin yang menyebabkan
after taste langu pada olahan wortel.45
SARAN
Pengujian nilai pH seharusnya dilakukan langsung setelah produk yoghurt
sari wortel selesai dibuat, sehingga tidak terjadi perubahan nilai.
DAFTAR PUSTAKA
1. Muller, FL, et al. Trends of oxidative aging theories. Free Radical Biol Med
2007; 43: 477-503.
2. Garcia-Alonso, M, et al. Evaluation of the antioxidant properties of fruits.
Food Chem 2004; 84: 13-18.
3. Corichi, IM Olivares, et al. Perspectivas del uso de antioxidantes como
coadyuvantes en el tratamiento del asma. Rev Inst Nal Enf Resp Mex 2005;
Vol 18 (2): 154-161.
4. Riccioni, G, et al. Protective effect of lycopene in cardiovascular disease. Eur
Rev Med Pharmacol Sci 2008; 12: 183-190.
5. El Samh, M. Mehriz Abou., et al. Properties and antioxidant activity of
probiotic yoghurt flafoured with black carrot, pumpkin and strawberry.
International Journal of Dairy Science 2013; 8 (2): 48-57.
6. Bellino, FL. Advances in endocrinology of aging research. Exp Gerontol
2006; 41: 1228-1233.
7. Getoff, N. Anti-aging and aging factors in life: The role of free radicals.
Radiat Phys Chem 2007; 76: 1557-1586.
8. Zubaidah, E, et al. Peranan substitusi dengan sari wortel dan kondisi
fermentasi terhadap karakteristik minuman susu terfermentasi bakteri asam
laktat. Jurnal Teknologi Pertanian 2005; Vol. 6, No.2: 93-100.
9. Amirdivani, S., Baba, A.S. Changes in yoghurt fermentation characteristics,
and antioxidant potential and in vitro inhibition of angiotensin-1 enzyme
upon the inclusion peppermint, dill and basil. Food Sci Technol 2011; 44:
1458-1464.
10. McKinley, MC. The nutrition and health benets of yoghurt. Review.
International Journal of Dairy Technology 2005; Vol 58, No 1.
11. Liu, Je-Ruei, et al. Antioxidative activities of kefir. Asian-Aust J Anim Sci
2005; Vol 18, No 4: 567-573.
12. Zhang, S, et al. Antioxidative activity of lactic acid bacteria in yogurt.
African Journal of Microbiology Research 2011; Vol. 5(29): 5194-5201.
13. Pereira, E., Barros, L., Ferreira, I. Relevance of the mention of antioxidant
properties in yoghurt labels: In vitro evaluation and chromatographic
analysis. Antioxidants. Journal Antioxidants 2013; 2: 62-76; doi:
10.3390/antiox2020062.
14. Pantelidis, GE., et al. Antioxidant capacity, phenol, anthocyanin and ascorbic
acid contents in raspberries, blackberries, red currants, gooseberries and
cornelian cherries. Food Chem 2007; 102: 777-783.
15. Fernandes, VC., et al. Strawberry from integrated pest management and
organic farming: Phenolic composition and antioxidant properties. Food
Chem 2012; 134: 1926-1931.
16. Flis, S., et al. Evaluation of inhibition of cancer cell proliferation in vitro with
different berries and correlation with their antioxidant levels by advanced
analytical methods. J Pharmaceut Biomed Anal 2012; 62: 68-78.
17. Martinez, R., et al. Chemical, technological and in vitro antioxidant
properties of mango, guava, pineapple and passion fruit dietary fibre
concentrate. Food Chem 2012; 135: 1520-1526.
18. Li, TSC. Vegetables and fruits: Nutritional and therapeutic values. Florida
(USA): CRC Press; 2008.
19. Li, Y., et al. In vitro anti-helicibacter pylori action of 30 Chinese herbal
medicines used to treat ulcer disease. J Ethnopharmacol 2005; 98: 329-333.
20. Allgeyer, L.C., M.J. Miller dan S.Y. Lee. Sensory and microbial quality of
yogurt drinks with prebiotics and probiotics. J Dairy Sci 2010; 93: 4471-
4479.
21. Salem, A.S., W.A. Gafour dan E.A. Eassawy. Probiotic milk beverage
fortified with antioxidants as functional ingredients. Egypt J Dairy Sci 2006;
34: 23-32.
22. Smith, J.S. dan Y.H. Hui. Food processing, principles, and applications. New
York: John Wiley and Sons; 2008.
23. Amiruddin, C. Pembuatan Tepung Wortel ( Daucus carrota L ) Dengan
Variasi Suhu Pengering. Skripsi. Program Studi Teknik Pertanian Jurusan
Teknologi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Hasanuddin Makassar;
2013.
24. Food & Health Innovation Service (UK). Root Vegetables. A review of their
potential health benefit of some types common to Scotland. Scotland: FHIS,
2011.
25. Oshima, S., et al. Effect of carrot juice drinking on human serum cholesterol
level. Jpn J Food Chem 2003, Vol. 10(1).
26. Leja, M., et al. The Content of Phenolic Compounds and Radical Scavenging
Activity Varies with Carrot Origin and Root Color. Plant Foods Hum Nutr
2013; 68:163170.
27. Salwa A.A., Galal, E.A., dan Neimat A.E. Carrot yoghurt: Sensory, chemical,
microbioligical properties and consumer acceptance. Pakistan Journal of
Nutrition 2004; 3(6): 322-330.
28. Mermelstein, NH. Determining antioxidant activity. 2008.
29. Gordon, MH. Measuring antioxidant activity. In: Pokorny, Jan., Yanishlieva,
Nedyalka., Gordon, Michael, editors. Antioxidants in food. Practical
application. New York: CRC press; 2001. p.71; 4.
30. Food and Agriculture Organization of the United Nations / World Health
Organization. Health and nutritional properties of probiotics in food including
powder milk with live lactic acid bacteria. Report of a joint FAO/WHO
expert consultation. 2001.
31. Microbial examining methods. In: Food hygiene, microbiology and HACCP.
3rd ed. S.J.Forsythe and P.R. Hayes. A chapman & hall food science book.
Maryland: Aspen publishers, Inc; 1998.p.159-160.
32. Hager, TJ., Howard, LR. Processing Effects on Carrot Phytonutrients.
HortScience Vol. 41 (1) February 2006.
33. Sharma, K.D., et al. Chemical composition, functional properties and
processing of carrot-a review. J Food Sci Technol 2012; 49 (1): 22-32.
34. Yanishlieva-Maslarova, N.V. Inhibiting oxiadation. In: Pokorny, Jan.,
Yanishlieva, Nedyalka., Gordon, Michael, editors. Antioxidants in food.
Practical application. New York: CRC press; 2001. p.22; 3.
35. Kim, H.S., et al. Antioxidant activity of some yoghurt starter cultures. Asian-
Aust J Anim Sci 2005; Vol.18, No.2: 255-258.
36. Chonkeeree, A., Chaowarat, M., Chumchuere, S. Antioxidant Activity and
Total Phenolic Content of Dried Fermented-Soybean Products Fermented
with Bacillus subtilis and Lab: Potential for Functional Food Application. 4th
International Conference on Biology, Environment and Chemistry 2013.
IPCBEE vol.58. IACSIT Press, Singapore. DOI: 10.7763/IPCBEE. V58. 4.
37. Virtanen, T., Pihlanto, A., Akkanen, S., Korhonen, H. Development of
antioxidant activity in milk whey during fermentation with lactic acid
bacteria. Biotechnology and Food Research, MTT Agrifood Research
Finland, Jokioinen, Finland. 2006.
38. Ipek, G., Vijay, KJ., Mohamad, A. Probiotics in food safety and human
health. USA: Taylor and Francis group; 2006.
39. Silalahi, J. Makanan fungsional. Yogyakarta: Kanisius; 2006.
40. Ahamad, MN., et al.Determination of beta carotene content in fresh
vegetables using high performance liquid chromatography. Sarhad J Agric
2007; Vol. 23, No. 3.
41. Arab, L., Steck-Scott, S., Bowen, P. Participation of lycopene and
betacarotene in carcinogenesis: Defenders, Agrassors, or Passive Bystanders?
Epidemiol Rev 2001; Vol. 23, No. 2.
42. Hariadi, P. Fortifikasi vitamin A dan beta-karoten. Buletin Teknologi Industri
Pangan 2000; Vol XI (1).
43. Badan Standarisasi Nasional. Standar Nasional Indonesia: Yogurt. SNI 2981,
2009. ICS 67.100.10.
44. Tamminen, M., Salminen, S., Ouwehand, AC. Fermentation of carrot juice by
probiotics: Viability and preservation of adhesion. International Journal of
Biotechnology for Wellness Industries 2013; Vol.2 (1): 10-15.
45. Kleemann, M. dan Florkowski, W.J. Bitterness in Carrots As Quality
Indicator. Acta Horticulturae (Internasional Society for Horticultural Science)
2003; 604: 525-530.
Lampiran 1. Formulasi dan Cara Pembuatan
2. Cara Membuat
a. Sari Wortel
1) Wortel dicuci bersih, kedua ujungnya dipotong dan dibelah menjadi
dua secara longitudinal.
2) Dilakukan blanching dengan cara mengukus wortel pada suhu 80oC
selama 6 menit.
3) Kemudian wortel dihancurkan dengan juicer sehingga ampas dan
sarinya terpisah secara otomatis, dan didapatkan sari wortel.
b. Yoghurt Sari Wortel
1) Campurkan susu skim (4%), gula (6%), dan CMC (0,5%) ke dalam
susu sapi, homogenisasi.
2) Campuran susu sapi dipasteurisasi pada suhu 90oC selama 10 menit,
dan didinginkan hingga 42oC.
3) Ditambahkan starter Lactobacillus bulgaricus dan Streptococcus
thermophillus (1:1) sebanyak 3%.
4) Campuran dihomogenisasi dan dibagi menjadi 3 porsi.
5) Porsi 1 ditambahkan sari wortel 0%, porsi 2 ditambahkan sari wortel
15%, dan porsi 3 ditambahkan sari wortel 20%.
6) Inkubasi pada suhu 37oC selama 24 jam hingga koagulasi terjadi.
7) Diambil sampel untuk uji aktivitas antioksidan dan uji mutu
organoleptik.
8) Simpan dalam lemari pendingin pada 42oC sebelum dikonsumsi.
Lampiran 2. Hasil Uji Laboratorium Aktivitas Antioksidan, Nilai pH, Kadar
-Karoten, dan MPN
Akt.
Perlakuan Ulangan Antioksidan Nilai pH -Karoten MPN
(%) (mg/ml) (cfu/gr)
Kontrol 1 2,41 4,74 0,018 2,2 x 107
2,06 4,78 0,021 2 x 107
2 2,18 - - -
2,53 - - -
Rerata 2,295 4,76 0,019 2,1 x 107
SD 0,000 0,028 0,002 0,141 x 107
Sari wortel 15% 1 21,11 4,59 0,032 5 x 107
20,85 4,63 0,027 4,4 x 107
2 23,71 - - -
23,20 - - -
Rerata 22,217 4,61 0,029 4,7 x 107
SD 0,272 0,028 0,003 0,424 x 107
Sari Wortel 20% 1 26,04 4,71 0,041 6,7 x 107
26,52 4,69 0,049 7,5 x 107
2 26,51 - - -
27,66 - - -
Rerata 26,682 4,7 0,045 7,1 x 107
SD 0,576 0,014 0,005 0,565 x 107
Lampiran 3. Hasil Uji Statistik Aktivitas Antioksidan Yoghurt Sari Wortel
Oneway
Descriptives
95% Confidence
Interval for Mean
Yoghurt Sari
2 2.29500 .000000 .000000 2.29500 2.29500 2.295 2.295
Wortel 0%
Yoghurt Sari
2 2.22175E1 .272236 .192500 19.77156 24.66344 22.025 22.410
Wortel 15%
Yoghurt Sari
2 2.66825E1 .576292 .407500 21.50472 31.86028 26.275 27.090
Wortel 20%
ANOVA
Total 674.801 5
Post Hoc Tests
Multiple Comparisons
Oneway
Descriptives
95% Confidence
Interval for Mean
Yoghurt Sari
2 2.100 .1414 .1000 .829 3.371 2.0 2.2
Wortel 0%
Yoghurt Sari
2 4.700 .4243 .3000 .888 8.512 4.4 5.0
Wortel 15%
Yoghurt Sari
2 7.100 .5657 .4000 2.018 12.182 6.7 7.5
Wortel 20%
ANOVA
Total 25.533 5
Post Hoc Tests
Multiple Comparisons
Oneway
Descriptives
95% Confidence
Interval for Mean
Yoghurt Sari
2 4.7600 .02828 .02000 4.5059 5.0141 4.74 4.78
Wortel 0%
Yoghurt Sari
2 4.6100 .02828 .02000 4.3559 4.8641 4.59 4.63
Wortel 15%
Yoghurt Sari
2 4.7000 .01414 .01000 4.5729 4.8271 4.69 4.71
Wortel 20%
ANOVA
Total .025 5
Post Hoc Tests
Multiple Comparisons
Oneway
Descriptives
95% Confidence
Interval for Mean
Yoghurt Sari
2 .01950 .002121 .001500 .00044 .03856 .018 .021
Wortel 0%
Yoghurt Sari
2 .02950 .003536 .002500 -.00227 .06127 .027 .032
Wortel 15%
Yoghurt Sari
2 .04500 .005657 .004000 -.00582 .09582 .041 .049
Wortel 20%
ANOVA
Total .001 5
Post Hoc Tests
Multiple Comparisons
Descriptives
95% Confidence
Interval for Mean
Std. Std. Lower Upper
N Mean Deviation Error Bound Bound Minimum Maximum
Penilaian yoghurt sari
25 2.7000 .77728 .15546 2.3792 3.0208 1.00 4.00
warna panelis wortel 0%
yoghurt sari
25 3.4200 .67206 .13441 3.1426 3.6974 2.00 5.00
wortel 15%
yoghurt sari
25 4.1400 .68496 .13699 3.8573 4.4227 2.50 5.00
wortel 20%
Total 75 3.4200 .91917 .10614 3.2085 3.6315 1.00 5.00
Penialaian yoghurt sari
25 3.3200 .78899 .15780 2.9943 3.6457 1.50 5.00
aroma panelis wortel 0%
yoghurt sari
25 3.3400 .42622 .08524 3.1641 3.5159 3.00 4.00
wortel 15%
yoghurt sari
25 3.5800 .53385 .10677 3.3596 3.8004 2.50 4.50
wortel 20%
Total 75 3.4133 .60612 .06999 3.2739 3.5528 1.50 5.00
Penilaian yoghurt sari
25 2.7200 .86699 .17340 2.3621 3.0779 2.00 5.00
tekstur panelis wortel 0%
yoghurt sari
25 3.6200 .50580 .10116 3.4112 3.8288 2.50 4.50
wortel 15%
yoghurt sari
25 2.9800 .72858 .14572 2.6793 3.2807 1.50 4.00
wortel 20%
Total 75 3.1067 .80242 .09266 2.9220 3.2913 1.50 5.00
Penilaian rasa yoghurt sari
25 3.5600 .71181 .14236 3.2662 3.8538 2.00 5.00
panelis wortel 0%
yoghurt sari
25 3.3800 .60000 .12000 3.1323 3.6277 2.00 4.50
wortel 15%
yoghurt sari
25 2.9200 .73144 .14629 2.6181 3.2219 1.50 4.00
wortel 20%
Total 75 3.2867 .72677 .08392 3.1195 3.4539 1.50 5.00
1. Parameter Warna
Tests of Normality
a
Kolmogorov-Smirnov Shapiro-Wilk
Perlakuan yoghurt
wortel Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Kruskal-Wallis Test
a,b
Test Statistics
Daya terima
warna
Chi-Square 30.978
df 2
Mann-Whitney Test
Ranks
Total 50
a
Test Statistics
Daya terima
warna
Mann-Whitney U 155.000
Wilcoxon W 480.000
Z -3.130
Ranks
Total 50
a
Test Statistics
Daya terima
warna
Mann-Whitney U 56.500
Wilcoxon W 381.500
Z -5.037
Ranks
Total 50
a
Test Statistics
Daya terima
warna
Mann-Whitney U 138.500
Wilcoxon W 463.500
Z -3.445
2. Parameter Aroma
Tests of Normality
a
Kolmogorov-Smirnov Shapiro-Wilk
Perlakuan yoghurt
wortel Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Kruskal-Wallis Test
a,b
Test Statistics
Daya terima
aroma
Chi-Square 3.674
df 2
Tests of Normality
a
Kolmogorov-Smirnov Shapiro-Wilk
Perlakuan yoghurt
wortel Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Kruskal-Wallis Test
a,b
Test Statistics
Daya terima
tekstur
Chi-Square 17.503
df 2
Mann-Whitney Test
Ranks
Total 50
a
Test Statistics
Daya terima
tekstur
Mann-Whitney U 120.000
Wilcoxon W 445.000
Z -3.811
Ranks
Total 50
a
Test Statistics
Daya terima
tekstur
Mann-Whitney U 155.500
Wilcoxon W 480.500
Z -3.134
Tests of Normality
a
Kolmogorov-Smirnov Shapiro-Wilk
Perlakuan yoghurt
wortel Statistic df Sig. Statistic df Sig.
.562 2 72 .572
ANOVA
Total 39.087 74
Post Hoc Tests
Multiple Comparisons