0% found this document useful (0 votes)
46 views12 pages

Society Who Have A Mental Health Disorders)

Vol 6 No. 1 April 2011 FENOMENOLOGY STUDY: THE GOVERMENT POLICY TO GIVING PUBLIC HEALTH INSURANCE IN A POOR SOCIETY WHO HAVE A MENTAL HEALTH DISORDERS by Achir Yani S. Hamid, Mustikasari Mustikasari, Ria Utami Panjaitan, Purwadi Purwadi. You can read and download for free on http://e-journal.unair.ac.id/index.php/JNERS/article/view/3972 Sincerely, J-Ners.
Copyright
© © All Rights Reserved
We take content rights seriously. If you suspect this is your content, claim it here.
Available Formats
Download as PDF, TXT or read online on Scribd
0% found this document useful (0 votes)
46 views12 pages

Society Who Have A Mental Health Disorders)

Vol 6 No. 1 April 2011 FENOMENOLOGY STUDY: THE GOVERMENT POLICY TO GIVING PUBLIC HEALTH INSURANCE IN A POOR SOCIETY WHO HAVE A MENTAL HEALTH DISORDERS by Achir Yani S. Hamid, Mustikasari Mustikasari, Ria Utami Panjaitan, Purwadi Purwadi. You can read and download for free on http://e-journal.unair.ac.id/index.php/JNERS/article/view/3972 Sincerely, J-Ners.
Copyright
© © All Rights Reserved
We take content rights seriously. If you suspect this is your content, claim it here.
Available Formats
Download as PDF, TXT or read online on Scribd
You are on page 1/ 12

STUDI FENOMENOLOGI: KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM PEMBERIAN

JAMINAN PEMELIHARAAN KESEHATAN BAGI MASYARAKAT MISKIN YANG


MENGALAMI MASALAH KESEHATAN JIWA
(Fenomenology Study: The Goverment Policy to Giving Public Health Insurance in a Poor
Society Who Have a Mental Health Disorders)

Achir Yani S. Hamid*, Mustikasari*, Ria Utami Panjaitan*, Purwadi**


* Fakultas Ilmu Keperawatan, Universitas Indonesia, Kampus Baru UI Depok
E-mail: [email protected] dan [email protected]
** Seksi Kesehatan Keluarga Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Provinsi DKI

ABSTRACT
Introduction: Limited of governments budget for psychiatric patients has contributed to the expenses
should be paid from out of pocket of the poor patients. The purpose of this research was to describe the
Government policy on health social security insurance for the poor people experiencing psychiatric
problems in DKI Jakarta. Method: Qualitative research method was used with phenomenology
approach to identify and describe the themes relevant to government public policy in providing
health insurance for poor people with mental health problems. An in-depth interview and focus group
discussion were used to collect data from different informants: service user, healthcare provider, local
government policy maker. The qualitative data was analyzed using content analysis. Result: The
study revealed the following themes: from user perspective (understanding of psychiatric disorder,
social security network/JPKM, right and obligation, the advantage and barrier for receiving services,
expectation from care provider, social support and expected future direction); from the perspective
of healthcare provider (understanding of social security network/JPKM, types of provided health
services, recording and reporting, referral system, cost, and the criteria of poor people), from local
government and health office perspective (understanding of JPKM for poor family, scope of work,
working procedure, recording and reporting, cost, accountability, poor people criteria, the relationship
between central Government policy with local government policy. Discussion: The finding of this
study recommend the need for leveling socialization of JPKM, the budget transparences, improving
the healthcare providers knowledge on the mental health psychiatric problems and its needs.

Keywords: JPKM, poor people, mental health-psychiatric problems

PENDAHULUAN tiga ranah utama yaitu kesehatan, pendidikan


dan ekonomi. Indonesia menduduki peringkat
Pemerintah hanya mengalokasikan
105 dari 180 negara di dunia dengan anggaran
kurang dari 1% dari anggaran kesehatan di
kesehatan hanya 33,5 persen dari Anggaran
Indonesia untuk menangani masalah kesehatan,
Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).
jika dibandingkan dengan Thailand yang
Jika dibandingkan standar anggaran minimal
mengalokasikan dana untuk penyakit jiwa
menurut WHO yaitu 5% dari APBN, maka untuk
sebesar 3%, Australia 8% dan negara maju
negara maju dana kesehatan dan pendidikan
di atas 10%, persentase anggaran kesehatan
sudah mencapai 3040% APBN. Padahal
jiwa di Indonesia sangat kecil, bahkan yang
pembiayaan bidang kesehatan khususnya
terkecil di Asia (Dahuri, 2005). Jika menilik
kesehatan jiwa merupakan investasi yang
pada status kesehatan jiwa masyarakat menurut
besar di bidang sumber daya manusia, yaitu
PBB (UNDP) dapat dilihat melalui indikator
memberikan peluang untuk hidup produktif
Indeks Pembangunan Manusia yang meliputi

100
Studi Fenomenologi (Achir Yani S. Hamid, dkk.)

dan sejahtera yang berpengaruh terhadap (revenue) seperti RS Umum. Dari 34 RSJ
peningkatan perekonomian dan kesejahteraan dan 1 RSKO hanya 5 (lima) yang dikelola
bangsa (Kompas, 2001; Oey, 2007). pemerintah dan sisanya dikelola Pemda, di
Gangguan jiwa menimbulkan beban mana 7 RSJ di daerah tidak mendapat anggaran
jauh lebih besar pada lingkup nasional, dari dari Pemda (Dahuri, 2005). Kementerian
penyakit fisik, seperti kanker, gangguan Kesehatan RI (2011) telah mengeluarkan secara
jantung maupun infeksi yang dapat dicegah, resmi Petunjuk Teknis Jaminan Persalinan
yaitu tuberkulosis dan malaria (Kompas, pada tahun 2011, sementara belum ada
2001). DKI Jakarta dan Depok merupakan kejelasan untuk Jaminan penanganan masalah
daerah perkotaan yang padat penduduk, kesehatan jiwa di Indonesia. Sedangkan
hampir 2537% penduduk tinggal di daerah Pedoman Pelaksanaan Jaminan Kesehatan
perkotaan. Pada tahun 2020 lebih dari 50% Masyarakat yang dikeluarkan oleh Kementerian
penduduk akan tinggal di kota. Krisis ekonomi Kesehatan juga masih mengatur secara umum
yang dialami, khususnya oleh penduduk (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia,
DKI Jakarta menyebabkan meningkatnya 2010).
jumlah pengangguran dan pengemis serta WHO melaporkan bahwa pada tahun
meningkatnya jumlah penderita gangguan jiwa 2001 sekitar 450 juta orang mengalami gangguan
terutama jenis ansietas (gangguan kecemasan). kesehatan jiwa atau syaraf (neuropsychiatric
Baru 8,3% dapat mengakses pengobatan disorder atau mental disorder). Sekitar 27%
yang memadai (bersedia berobat), sebagian dari jumlah itu menimpa Asia Tenggara
besar lainnya enggan dan tidak punya biaya termasuk Indonesia (Suara Karya, 2001).
(Brojonegoro, 2000). Jika melihat pada tarif Sebagian besar penderita gangguan jiwa tidak
pelayanan kesehatan di Puskesmas di sejumlah mendapatkan perawatan yang memadai karena
kota mulai naik, hal ini dikarenakan harga obat stigma dan rasa malu yang menahan mereka
dan peralatan medis yang naik juga. Hal ini untuk memanfaatkan pelayanan sehingga
tentu saja semakin mempersulit askes warga terjadi pengucilan dan berakhir dengan
miskin pada layanan kesehatan (Sulekale, kematian (Brundtland, 1999 dalam Kompas,
2003). 2001).
Dirjend. Kesehatan Masyarakat Kondisi ini diperberat dengan
Departemen Kesehatan dan Kesos dalam rendahnya anggaran pelayanan kesehatan
Pelita tahun 2001 menyatakan bahwa hanya jiwa disebabkan karena kebijakan pemerintah
16% penduduk Indonesia memiliki jaminan yang kurang mendukung. Sementara WHO
pemeliharaan kesehatan yang cukup baik, merekomendasikan perlunya tersedia
sedangkan sisanya 84% belum memiliki jaminan perawatan gangguan mental pada pelayanan
kesehatan yang memadai. Angka tersebut akan kesehatan dasar didukung ketersediaan obat
bertambah buruk dengan menyusulnya krisis psikotropika yang memadai, perbaikan dan
ekonomi pada masyarakat miskin. Sedangkan kebijakan program, peningkatan sumber daya
faktor kesehatan merupakan faktor pendorong manusia, penelitian, serta memantau kesehatan
utama untuk peningkatan produktivitas bangsa. mental masyarakat (Brundtland, 1999 diakses
Sejak dihapuskannya UU No. 9/1996 mengenai Kompas, 2001).
kesehatan jiwa dan dilebur menjadi UU No. Penelitian ini ingin menganalisis
23/1992 tentang kesehatan, nasib Rumah kebijakan pemerintah tentang pemberian
Sakit Jiwa (RSJ) semakin tidak jelas. Di mana jaminan pemeliharaan kesehatan bagi
sebagian besar RSJ di daerah yang dikelola masyarakat miskin yang mengalami masalah
Pemda telah berubah fungsi dan dijadikan kesehatan jiwa di DKI Jakarta.
sebagai sumber pendapatan (revenue) dan
melayani kesehatan umum. Jika menilik pasien
BAHAN DAN METODE
dan keluarga yang datang ke RSJ sebagian
besar adalah keluarga miskin, rasanya tidak Penelitian ini menggunakan
mungkin RSJ dijadikan sebagai pendapatan metode riset kualitatif dengan pendekatan

101
Jurnal Ners Vol. 6 No. 1 April 2011: 100111

fenomenologi yaitu suatu metode ilmiah untuk Kriteria pengguna pelayanan kesehatan
mendeskripsikan fenomena tertentu. Jenis adalah masyarakat miskin yang memiliki kartu
pendekatan fenomenologi yang digunakan GAKIN, keluarga atau anggota keluarga yang
adalah fenomenologi deskriptif yang pernah mendapatkan pelayanan kesehatan
menguraikan tentang kebijakan pemerintah khususnya masalah kesehatan jiwa, berobat
dengan pemberian jaminan pemeliharaan ke Puskesmas, didiagnosa medis mengalami
kesehatan bagi masyarakat miskin yang masalah kesehatan jiwa oleh dokter Puskesmas,
mengalami masalah kesehatan jiwa di DKI 5) pernah mendapatkan jaminan pemeliharaan
Jakarta. Dalam proses pengumpulan data, kesehatan (JPKM), bisa membaca dan menulis.
peneliti merupakan alat pengumpulan data Kriteria pemberi pelayanan kesehatan (perawat
dan mendengarkan deskripsi yang diberikan dan dokter Puskesmas) adalah perawat dan
individu selama wawancara berlangsung. dokter yang bekerja di Puskesmas, memberikan
Peneliti kemudian mempelajari data yang pelayanan kesehatan jiwa.
telah ditranskripkan dan ditelaah berulang- Penelitian dilakukan pada bulan Agustus
ulang, kemudian mengidentifikasi esensi 2007 sampai dengan Januari 2008 di lima
dari fenomena yang diteliti dan dieksplorasi wilayah DKI Jakarta yaitu Jakarta Timur,
hubungan dan keterkaitan antarelemen- Jakarta Pusat, Jakarta Selatan, Jakarta Utara
elemen tertentu dengan fenomena tersebut. dan Jakarta Barat. Keterangan lolos kaji etik
Selanjutnya peneliti mengkomunikasikan dan diperoleh dari Komite Etik Penelitian Fakultas
memberikan gambaran tertulis tentang elemen Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia
penting berdasarkan pada pengklasifikasian dan setelah menelaah ringkasan proposal penelitian
pengelompokan fenomena. Elemen atau esensi terkait dengan aspek etik dan proteksi hak
penting diuraikan secara terpisah dan kemudian subyek penelitian.
dalam konteks hubungannya terhadap satu Pengumpulan data dilakukan oleh
sama lain. pengumpul data yang sudah dilatih. Data
Populasi yang diteliti adalah pengguna dikumpulkan dengan menggunakan open-
pelayanan kesehatan, pemberi pelayanan ended interview, sehingga memberikan
kesehatan dan penentu kebijakan pemerintah kesempatan pada partisipan untuk menjelaskan
(kebijakan pemerintah daerah) di DKI Jakarta. pengalaman mereka secara mendalam dan
Penetapan sampel pengguna pelayanan komprehensif tentang fenomena yang diteliti,
kesehatan dan pemberi pelayanan kesehatan yaitu mengidentifikasi pengalaman pengguna
menggunakan teknik purposive sampling pelayanan kesehatan, pemberi pelayanan
(Polit dan Beck, 2006; Fain, 2004; Gillis dan kesehatan dan penentu kebijakan kesehatan
Jackson, 2002; Streubert dan Carpenter, 1999). tentang kebijakan pemerintah dalam pemberian
Berikut ini sampel yang diambil dari populasi. jaminan pemeliharaan kesehatan bagi
Sampel penelitian yang diambil meliputi masyarakat miskin yang mengalami masalah
penentu kebijakan yaitu Dinas Kesehatan kesehatan gangguan jiwa. Data kualitatif
Provinsi DKI Jakarta yang meliputi 1 partisipan dari hasil wawancara kemudian direkam
sebagai advokasi/kebijakan, suku dinas menggunakan taperecorder dan dianalisis.
kesehatan kotamadya di 5 wilayah: 5 partisipan. Data kualitatif dari hasil wawancara dan
Kemanusiaan pemberi pelayanan kesehatan catatan lapangan hasil observasi ditranskrip
yaitu Puskesmas sebagai operator/provider yang dalam bentuk verbatim dan dianalisis
terdiri dari 5 dokter dan 5 perawat di 5 wilayah untuk mengidentifikasi tema. Analisis data
DKI Jakarta. Selanjutnya pengguna pelayanan menggunakan tahapan menurut colaizzi.
kesehatan yaitu masyarakat sebagai penerima
pelayanan kesehatan yaitu masyarakat yang
HASIL
memiliki anggotanya mengalami gangguan
kesehatan jiwa sebanyak 10 partisipan di Hasil penelitian disajikan berdasarkan
5 wilayah DKI Jakarta. tujuan penelitian yaitu mengidentifikasi tema-

102
Studi Fenomenologi (Achir Yani S. Hamid, dkk.)

tema tentang kebijakan pemerintah dalam gangguan kesehatan jiwa ke kyai, dukun atau
pemberian jaminan pemeliharaan kesehatan orang pintar, tetapi ada juga yang langsung
bagi masyarakat miskin yang mengalami membawa ke dokter atau rumah sakit jiwa.
masalah kesehatan jiwa di DKI Jakarta ditinjau Tema kedua yaitu pemahaman tentang
dari perspektif pengguna pelayanan, pemberi Jaminan Pelayanan Kesehatan Masyarakat
pelayanan dan penentu kebijakan pemerintah khususnya GAKIN/SKTM ada 4 sub-tema
adalah kebijakan pemerintah daerah. yaitu sumber informasi pertama kali didapat
oleh partisipan, manfaat dari JPKM (GAKIN/
Pengguna Pelayanan Kesehatan SKTM), prosedur pembuatan JPKM (GAKIN/
Pengguna pelayanan kesehatan terdiri SKTM) dan penggunaan JPKM (GAKIN/
dari 9 partisipan dengan karakteristik yaitu SKTM).
rerata usia pertisipan adalah lanjut usia, status Masyarakat pertama kali mendapatkan
dalam keluarga sebagai orang tua (bapak dan informasi tentang JPKM ketika mereka ke
ibu), perempuan, suku terbanyak Sunda dan Puskesmas dan walaupun ada juga yang baru
berpendidikan terendah SD. Lama anggota tahu ketika mereka ke Posyandu. Hampir semua
keluarga mengalami masalah gangguan partisipan mengungkapkan bahwa perawat
kesehatan jiwa lebih dari 5 tahun dan lama sebagai sumber informasi pertama tentang
keluarga merawat dari mulai sakit atau sesuai JPKM ketika mereka ke Puskesmas. Perawat
dengan lamanya sakit anggota keluarga. juga memberikan informasi dalam perannya
Sedangkan hanya ada satu partisipan yang sebagai tetangga, atau perawat di RS. Jiwa
usianya muda dengan status dalam keluarga dan bekerja di Puskesmas. Manfaat memiliki
sebagai kakak perempuan, berpendidikan SMA kartu GAKIN/ SKTM adalah bisa berobat dan
dan suku Sunda. Anggota keluarga mengalami tidak perlu bingung karena sudah terdaftar di
gangguan kesehatan jiwa lebih dari 5 tahun puskesmas. Pembuatan kartu dilakukan dengan
dengan lama perawatan yang dilakukan meminta surat dari kelurahan kemudian ke
keluarga sama dengan masa gangguan. kecamatan lalu ke walikota, selanjutnya akan
Perpektif pengguna pelayanan kesehatan diperoleh kartu keluarga miskin (GAKIN).
ini terdiri dari beberapa tema-tema, di mana Setelah dapat kartu ditunjukkan ke puskesmas
tema pertama adalah Pemahaman masalah atau dokter yang ada di puskesmas untuk
gangguan kesehatan jiwa, Pemahaman tentang mendapatkan pelayanan kesehatan. Sedangkan
masalah gangguan kesehatan jiwa terdiri penggunaan kartu GAKIN digunakan setiap
dari 3 sub-tema yaitu persepsi gangguan kali berobat dan puskesmas langsung melayani
kesehatan jiwa, penyebab masalah gangguan serta kartu GAKIN hanya berlaku untuk satu
kesehatan jiwa dan tindakan pertama kali yang orang artinya tidak dapat digunakan oleh orang
dilakukan partisipan dalam mengatasi masalah lain (sesuai dengan nama yang tertera).
gangguan kesehatan jiwa. Sebagian besar Tema ketiga adalah Hak dan Kewajiban
partisipan mengatakan gangguan kesehatan menerima JPKM (GAKIN/SKTM), Hak yang
jiwa terjadi karena kemasukan jin, dan perlu diperoleh menurut sebagian besar partisipan
dicek darahnya, akibat stres, dan banyak adalah mendapatkan pelayanan kesehatan
pikiran. Hanya sebagian kecil partisipan yang yang baik dan kewajiban yang diharapkan
sudah lebih dari sepuluh tahun merawat anggota dari partisipan mengantar anggota keluarga
keluarga yang gangguan jiwa menyatakan yang sakit untuk berobat. Selain itu, kewajiban
bahwa penyebab kambuh sakit jiwa karena untuk memperpanjang surat dan mengikuti
terlambat minum obat. Manifestasi perilaku peraturan.
sangat bervariasi mulai dari jika ditegur tidak Tema keempat tentang Pelayanan
menjawab, tertawa sendiri, bicara tidak jelas, Kesehatan yang diterima, Seluruh partisipan
melamun, senang mengurung diri di kamar menyatakan bahwa pelayanan kesehatan yang
atau menyendiri hingga mengamuk. Respons diterima berupa pengobatan untuk semua
pertama kali yang dilakukan keluarga yaitu jenis penyakit termasuk masalah gangguan
membawa anggota keluarga yang mengalami kesehatan jiwa.

103
Jurnal Ners Vol. 6 No. 1 April 2011: 100111

Tema kelima adalah Kemudahan yang Sebagian besar pertisipan mengatakan bahwa
diperoleh, sebagian besar partisipan menyatakan bagi masyarakat miskin diawali dengan nama
bahwa kemudahan yang mereka peroleh kartu sehat (JPK GAKIN) dari pemerintah,
berupa kemudahan untuk mengambil obat, dan untuk DKI bernama GAKIN. Hampir
Sedangkan hanya sebagian kecil partisipan seluruh paryisipan mengatakan bahwa prosedur
yang menyatakan bisa memeriksakan anak, dan pemberian kartu berdasarkan data BPS,
tidak membayar biaya pemeriksaan. sedangkan bagi yang tidak punya dibuatklan
Tema keenam adalah Hambatan- SKTM. Sebagian besar partisipan menyatakan
hambatan, hambatan yang ditemukan partisipan bahwa orang yang memberikan dana adalah
sebagian besar dalam menerima pelayanan Pemda DKI Jakarta untuk wilayah Jakarta.
adalah obat dan pelayanan membuat kartu. Tema kedua adalah jenis pelayanan
Tema ketujuh adalah harapan ke depan, kesehatan yang diberikan. Pemahaman tentang
hampir seluruh partisipan mengatakan hal jenis pelayanan kesehatan di Puskesmas
yang sama tentang harapannya ke depan yaitu kelurahan dan kecamatan. Hampir seluruh
anggota keluarga yang sakit bisa sembuh, dan partisipan menyatakan bahwa jenis pelayanan
ada sebagian kecil partisipan menyatakan kesehatan yang diterima dari Puskesmas
pentingnya diberi obat. kelurahan adalah pelayanan kesehatan dasar,
Tema kedelapan yaitu saran-saran, poli umum, poli gigi, imunisasi dan KB.
sebagian besar partisipan menyatakan pelayanan Hanya satu partisipan yang menyatakan
pembuatan kartu diperbaiki (tidak bayar) dan jenis pelayanan kesehatan yang diberikan
hanya satu partisipan menyatakan obat-obat di Puskesmas kelurahan adalah pelayanan
yang diberikan jangan berbeda-beda karena promotif, prefentif dan rehabilitatif. Sedangkan
membingungkan. jenis pelayanan kesehatan yang diberikan
Tema kesembilan adalah dukungan Puskesmas kecamatan adalah rujukan artinya
masyarakat hampir seluruh partisipan yang membutuhkan dokter spesialis, dan
mengatakan hal yang sama tentang bentuk laboratorium serta persalinan. Tidak ada yang
dukungan masyarakat yaitu sebagian besar menspesifikasikan pelayanan untuk masalah
masyarakat khususnya tetangga berdekatan kesehatan jiwa.
langsung menolong. Hanya sebagian kecil saja Tema ketiga pencatatan dan pelaporan.
yang menyatakan bahwa tetangga tidak peduli, Empat sub-tema yang muncul dari tema
mereka sibuk dengan urusan masing-masing. pencatatan dan pelaporan, yaitu bentuk
pencatatan, prosedur laporan, isi laporan yang
Pemberi Pelayanan Kesehatan dibuat dan alur pengiriman laporan bulanan.
Karakteristik pemberi pelayanan Hampir semua partisipan menyatakan bahwa
kesehatan di Puskesmas yang terbanyak adalah pencatatan berbentuk formulir. Prosedur laporan
menjabat sebagai koordinator GAKIN dengan yang biasa dilakukan menurut seorang partisipan
kisaran usia dari dewasa muda hingga lanjut yaitu melalui pelaporan dari Puskesmas yang
usia awal, dengan pendidikan S1 kedokteran diawali dari Puskesmas kelurahan yang wajib
dan D-III keperawatan. Lama bertugas di ditandatangani kemudian diserahkan kepada
puskesmas antara 2 tahun sampai dengan Kepala Puskesmas kecamatan. Adapun isi
23,5 tahun, sebagian besar perempuan. laporan yang dibuat menurut sebagian besar
Pemberi pelayanan kesehatan partisipan adalah penyakit yang dialami dalam
menghasilkan beberapa tema. Tema pertama satu bulan, kunjungan harian sebagai pasien
yaitu pemahaman tentang JPKM (GAKIN/ baru dan lama, serta jenis pelayanan yang
SKTM). Pemahaman tentang Jaminan diberikan. Untuk alur pengiriman laporan
Pelayanan Kesehatan Masyarakat khususnya menurut semua partisipan berupa laporan
GAKIN/SKTM ada tiga sub tema yaitu bulanan yang dikirim ke Puskesmas kecamatan
pengalaman pemberian JPKM (GAKIN/ kemudian diteruskan ke suku dinas pelayanan
SKTM), prosedur pemberian kartu dan siapa kesehatan untuk direkapitulasi dan diserahkan
yang memberikan JPKM (GAKIN/SKTM). kepada dinas kesehatan.

104
Studi Fenomenologi (Achir Yani S. Hamid, dkk.)

Tema keempat sistem rujukan. Sistem penelitian yang terbanyak adalah laki-laki,
rujukan memunculkan 3 sub-tema, yaitu menjabat sebagai koordinator GAKIN, usia
mekanisme sistem rujukan, tempat rujukan dewasa, lama bekerja 2 tahun dan pendidikan
dan kasus yang dirujuk. Mekanisme sistem S1. Rencana 5 wilayah DKI Jakarta hanya satu
rujukan menurut seluruh partisipan. Diawali yaitu wilayah Jakarta yang belum bersedia
keluarga dan pasien gangguan jiwa datang ke untuk menjadi partisipan.
Puskesmas kelurahan. Jika tidak bisa ditangani Tema pertama adalah pemahaman tentang
maka ke Puskesmas kecamatan, baru terakhir JPK bagi masyarakat miskin. Pemahaman
dirujuk ke Rumah Sakit Jiwa. Menurut seluruh tentang Jaminan Pelayanan Kesehatan bagi
seluruh partisipan tempat yang biasa dirujuk masyarakat miskin meliputi kriteria pemberian
untuk kasus masalah gangguan kesehatan JPK bagi masyarakat miskin yang mengalami
jiwa adalah Rumah Sakit Jiwa Grogol karena masalah gangguan kesehatan jiwa yaitu yang
merupakan rumah sakit jiwa milik pemerintah. memiliki kartu GAKIN dan SKTM.
Pada umumnya kasus yang dirujuk merupakan Tema kedua ruang lingkup. Ruang
kasus kelainan jiwa yang tidak bisa diatasi lingkup yang menyangkut suku dinas
seperti skizofrenia. pelayanan kesehatan meliputi dua sub-tema,
Tema kelima adalah Biaya. Tema biaya yaitu tugas pokok fungsi (tupoksi) Suku
terdiri dari 3 sub-tema, yaitu pihak yang Dinas dalam penanganan masalah gangguan
menetapkan biaya, hambatan dalam biaya dan jiwa bagi masyarakat. Sesuai tupoksi Suku
pengelolaan biaya di Puskesmas. Menurut Dinas berperan sebagai pembina pengawasan
seluruh partisipan yang menetapkan biaya adalah dan pengendalian serta audit. Penyelesaian
Dinas Kesehatan dengan pembayaran sistem masalah dilakukan secara berjenjang yaitu dari
kapitasi. Sedangkan untuk masalah kesehatan Puskesmas kelurahan, Puskesmas kecamatan,
jiwa disubsidi dari Pemerintah Daerah DKI suku dinas kesehatan.
Jakarta. Sebagian besar partisipan melaporkan Tema ketiga yaitu alur kerja/prosedur
keterlambatan dana dari pemerintah sampai di supervisi/koordinasi pemberian JPKM di
tingkat Puskesmas karena terlambatnya turun mana terdiri dari mekanisme penanganan
anggaran dari pemerintah. Pengelolaan biaya masalah dan masalah kesehatan jiwa yang
dilakukan tim khusus di Puskesmas dibawah perlu dikoordinasikan. Mekanisme penanganan
tanggung jawab kepala Puskesmas. masalah menurut partisipan menunggu laporan
Tema keenam adalah kriteria masyarakat dari Puskesmas.
miskin. Sebagian besar partisipan mengatakan Tema keempat pencatatan dan pelaporan
bahwa kriteria masyarakat miskin mengacu di mana menurut partisipan mengikuti ketentuan
kepada 14 variabel kriteria miskin mengacu dinas kesehatan di mana pencatatan berasal dari
kepada standar BPPS (GAKIN) dan standar Puskesmas dan mencatat keluhan masyarakat
pemerintah daerah (kombinasi GAKIN dan setiap bulan, sedangkan untuk laporan
SKTM) yang akan mendapatkan kartu JPKM dibuat tiap tiga bulan. Pelaporan dilakukan
(GAKIN). secara berjenjang dari Puskesmas kecamatan
dilaporkan ke Suku Dinas Kesehatan untuk
Penentu Kebijakan Pemerintah (Pemerintah selanjutnya ke Dinas Kesehatan.
Daerah) Tema kelima biaya. Tema biaya ini
Responden penentu kebijakan pemerintah muncul 3 subtema utama, yaitu monitor dan
pada penelitian ini terdiri dari Suku Dinas audit dana, audit GAKIN dan audit SKTM.
Kesehatan khususnya Suku Dinas pelayanan Menurut partisipan monitor dan audit dana
kesehatan dan Dinas Kesehatan DKI Jakarta. dilakukan oleh dinas kesehatan. Audit GAKIN
Berikut ini tema dan sub-tema yang disajikan menurut partisipan lebih kepada verifikasi
berdasarkan Penentu kebijakan Pemerintah ulang program kartu GAKIN. Audit SKTM
pada dua tingkat tersebut. berupa verifikasi pemberian SKTM.
Karakteristik dari suku dinas pelayanan Te m a k e e n a m m e r u p a k a n
kesehatan yang menjadi partisipan dalam pertanggungjawaban. Pertanggungjawaban

105
Jurnal Ners Vol. 6 No. 1 April 2011: 100111

terhadap pelaksanaan JPK GAKIN dan SKTM Tema kelima adalah biaya. Tema ini
terdiri dari sosialisasi pertanggungjawaban dan terdiri dari 5 sub-tema yaitu alokasi biaya,
laporan pertanggungjawaban biaya. Laporan alokasi sosialisasi, sumber biaya, laporan
sosialisasi dibuat setelah selesai kegiatan yang keuangan dan pencairan dana. Alokasi biaya
berisi SPJ transportasi, notulen hasil kegiatan, JPK GAKIN berdasarkan kapitasi. Kalau
laporan hasil kegiatan. Pelaporan dilakukan ke kartu GAKIN pakai kapitasi yaitu satu kapitasi
Pemda DKI. Untuk pertanggungjawaban biaya dihargai 700 rupiah (dana diserahkan kepada
JPK GAKIN diserahkan ke Dinas Kesehatan. Puskesmas) sumber dananya dari APBD. Bagi
Tema ketujuh merupakan kriteria yang tidak memiliki kartu GAKIN dibiayai
masyarakat miskin. Sebagian besar partisipan anggaran Alokasi dana sosialisasi berdasarkan
mengatakan bahwa kriteria masyarakat miskin pengajuan ke DPRD jika sudah disetujui, baru
mengacu kepada 7 variabel kriteria masyarakat kemudian didistribusikan ke wilayah. Sumber
miskin yang mendapatkan JPK GAKIN, yaitu biaya berasal dari APBD dengan bendahara
memiliki rumah dengan luas lantai kurang dinas kesehatan dan mempunyai rekening
dari 8 m2, tidak dapat membeli pakaian dalam sendiri. Pencairan dana paling lama 2 bulan,
setahun, tidak punya air bersih untuk minum dengan klaim maksimal 2 bulan.
dan mandi, jenis lantai hunian sebagian besar Tema keenam adalah Tugas pokok dan
tanah, fasilitas jamban tidak ada, kepemilikan fungsi (Tupoksi), menurut partisipan tupoksi
aset kursi tidak ada, konsumsi lauk-pauk Dinas Kesehatan sebagai regulator, Suku Dinas
dalam seminggu tidak bervariasi, kemampuan kesehatan sebagai audit, Puskesmas sebagai
membeli pakaian minimal satu set per tahun. pelaksana.
Responden dari Dinas Kesehatan DKI Tema ketujuh adalah kriteria masyarakat
Jakarta menunjukkan hasil wawancara yang miskin. Kriteria masyarakat miskin mengacu
diwakili oleh kepala seksi JPKM dan asuransi kepada data BPS yang kemudian dilakukan
dengan pendidikan S1 Kedokteran dan S2 validasi oleh Dinas Kesehatan melalui
Manajemen, yang berusia 42 tahun, perempuan Puskesmas masing masing. Pengguna Kartu
dengan lama bekerja 5 tahun. GAKIN harus memenuhi kriteria bahwa benar-
Tema pertama pemahaman jaminan benar dalam kondisi miskin, dan ada di BPS saat
Pemeliharaan Kesehatan (JPK). Jaminan divalidasi. Bagi mereka yang belum tercatat di
Pemeliharaan Kesehatan (JPK) GAKIN BPS juga perlu mencatatkan keluarganya dan
menurut partisipan diberikan kepada masyarakat memiliki SKTM. Kriteria miskin meliputi:
sesuai dengan kriteria BPS. Bagi yang tidak tempat tinggal dengan luas lantai < 8 m2, tidak
memiliki JPK, maka diberikan SKTM. Hal dapat membeli pakaian setahun, tidak punya
ini dilakukan karena pemerintah daerah air bersih untuk minum dan mandi, jenis lantai
(DKI Jakarta) memfokuskan bantuan pada hunian sebagian besar tanah, fasilitas jamban
masyarakat miskin. atau WC tidak ada, kepemilikan aset kursi tidak
Tema kedua adalah dasar hukum/acuan. ada, konsumsi lauk-pauk dalam seminggu tidak
JPK GAKIN diberlakuan menggunakan dasar bervariasi, kemampuan membeli minimal satu
hukum yaitu Surat Keputusan Gubernur setel pakaian per tahun.
sebagai Kepala Pemerintah Daerah DKI sudah Tema kedelapan pencatatan dan
dianggap cukup kuat, jelas dan rinci. pelaporan, menurut partisipan mekanisme
Tema ketiga ruang lingkup. Cakupan pencatatan dan pelaporan baik untuk GAKIN
pelayanan pemberian JPK GAKIN menurut maupun SKTM dilakukan oleh Suku Dinas
partisipan adalah Puskesmas dan rumah sakit. Kesehatan, yaitu dengan melaporkan warga
Tidak ada perbedaan perlakuan antara RS yang punya GAKIN atau SKTM ke Suku Dinas
Umun dan RS. Jiwa. Kesehatan, kemudian dilaporkan ke Dinas
Tema keempat adalah prosedur kerja. Kesehatan, untuk kemudian BPS menyerahkan
Mekanisme kerja pemberian JPK GAKIN dari laporan tersebut ke 5 wilayah untuk dicek ulang
Dinas Kesehatan ke Suku Dinas ke Puskesmas kesesuaiannya.
Kecamatan ke Puskesmas Kelurahan.

106
Studi Fenomenologi (Achir Yani S. Hamid, dkk.)

PEMBAHASAN kanker, gangguan jantung maupun infeksi


seperti tuberkulosis dan malaria (Brundtland,
Pemahaman masyarakat tentang masalah
gangguan kesehatan jiwa dilihat dari berbagai 1999; Kompas, 2001; Oey 2005).
perspektif, ternyata hampir sama yaitu pasien Jaminan Pemeliharaan Kesehatan
jiwa menakutkan dan perlu dijauhi karena Masyarakat (JPKM) khususnya masyarakat
bisa membahayakan. Hal ini sejalan dengan miskin adalah pemberian pemeliharaan
stigma yang berkembang di masyarakat bahwa kesehatan bagi masyarakat miskin yang
pasien jiwa perlu dijauhi dan tidak perlu diajak terjangkau dan memberikan dampak pada
bicara (Stuart dan Laraia, 2001). Masyarakat peningkatan kesehatan (Departemen Kesehatan,
mempersepsikan bahwa gangguan kesehatan 2006). Menurut Dirjend. Kesehatan Masyarakat
jiwa karena kemasukan jin. Penyebab gangguan Departemen Kesehatan dan Kesos dalam
jiwa menurut hampir seluruh partisipan sebagai Pelita (2001) menyatakan bahwa hanya
akibat stres, banyak pikiran (bagi yang belum 16% penduduk Indonesia memiliki jaminan
menggunakan pelayanan kesehatan) dan hanya pemeliharaan kesehatan yang cukup baik,
sebagian kecil saja yang menyatakan penyebab sedangkan 84% belum memiliki jaminan
kambuh sakit jiwa karena terlambat minum kesehatan yang memadai. Angka tersebut akan
obat (bagi yang sudah menggunakan pelayanan bertambah buruk dengan menyusulnya krisis
kesehatan jiwa). Manifestasi perilaku menarik ekonomi pada masyarakat miskin, sedangkan
diri cukup predominan, walaupun ada juga faktor kesehatan merupakan faktor pendorong
yang berperilaku mengganggu lingkungan. utama untuk peningkatan produktivitas
Mayoritas masyarakat menggunakan upaya bangsa.
alternatif tradisi daripada mencari bantuan Pengguna pelayanan kesehatan
pada tenaga kesehatan profesional. Pemahaman (masyarakat) melaporkan bahwa pemahaman
ini diasumsikan sangat berhubungan dengan mereka tentang JPKM (GAKIN/ SKTM)
tingkat pendidikan responden yang rendah pertama kali diperoleh dari perawat yang
dan kondisi ekonomi yang kurang mumpuni. bekerja di posyandu, Puskesmas dan rumah
Hasil penelitian ini menunjukkan masih sakit jiwa. Manfaat yang dirasakan dari
banyak masyarakat yang belum membawa partisipan yang memiliki kartu GAKIN/ SKTM
anggota keluarga yang mengalami masalah adalah bisa berobat dan tidak perlu bingung
gangguan kesehatan jiwa ke pelayanan karena sudah terdaftar di Puskesmas, adapun
kesehatan karena ketidaktahuan atau kurangnya prosedur pembuatan kartu tidak terlalu sulit
sosialisasi tentang masalah gangguan jiwa dan dengan membawa surat dari walikota dengan
pelayanan kesehatan yang tersedia. Penyebab cara mengurus surat dari kelurahan, kecamatan
lain masyarakat enggan datang ke pelayanan lalu ke walikota, lalu akan mendapatkan
kesehatan, karena banyak masyarakat kartu miskin (GAKIN). Setelah dapat kartu
menanggung masalahnya sendiri agar tidak ditunjukkan ke Puskesmas atau dokter yang ada
diketahui orang lain. Bagi mereka gangguan di Puskesmas untuk mendapatkan pelayanan
mental/jiwa merupakan tragedi personal kesehatan. Sedangkan penggunaan kartu
sebagai dampaki stigma yang menimbulkan GAKIN digunakan setiap kali berobat ke
rasa malu, hingga pengucilan dari masyarakat Puskesmas atau pelayanan kesehatan jiwa
(Brundtland, 1999; Kompas, 2001) lainnya, di mana kartu GAKIN hanya berlaku
Dampak yang akan timbul dari untuk satu orang artinya tidak dapat digunakan
permasalahan di atas adalah meningkatnya oleh orang lain (sesuai dengan nama yang
trend masalah kesehatan jiwa yaitu mulai dari tertera). Kedekatan dan intensitas kontak
hilangnya hari produktif, biaya perawatan perawat terhadap masyarakat menempatkan
yang harus dikeluarkan, sampai ke stigma, perawat pada posisi kunci untuk menjadi
pengucilan, dan diskriminasi yang harus informan yang baik tentang sumber dana yang
ditanggung penderita dan keluarga, sedangkan tersedia bagi masyarakat.
jika dilihat dari beban yang ditimbulkan Hasil penelitian tersebut tidak terlepas
penyakit jiwa jauh melebihi penyakit lain seperti dari upaya yang dilakukan pemerintah melalui

107
Jurnal Ners Vol. 6 No. 1 April 2011: 100111

Kementerian Kesehatan RI adalah menjamin Alasan utama memberikan JPK GAKIN


akses penduduk miskin terhadap pelayanan kepada masyarakat miskin, karena sebagian
kesehatan, yaitu tahun 19982001 pemerintah besar masyarakat yang tinggal di wilayah DKI
mengembangkan program jaring pengamanan Jakarta adalah masyarakat miskin yang sangat
sosial (JPS-BK), program dampak pengurangan membutuhkan bantuan. Berdasarkan sensus
subsidi energi (PDPSE) tahun 2001, program penduduk yang terakhir pada tahun 2000
kompensasi bahan bakar minyak (PKPS-BBM) diperkirakan jumlah penduduk lebih dari 206
tahun 2002-2004. Program-program tersebut juta dan sebagian besar penduduk Indonesia
menyebabkan beban bagi Rumah Sakit (RS) dan hidup di pulau Jawa (59%) khususnya DKI
Puskesmas meningkat karena dana langsung Jakarta. Data BPS menunjukkan jumlah
disalurkan ke RS dan Puskesmas sehingga penduduk DKI Jakarta per juli 2005 sebanyak
RS dan Puskesmas berperan ganda yaitu 7,47 juta orang (BPPS, 2007). Estimasi pada
sebagai pemberi pelayanan kesehatan (PPK) tahun 2020 lebih dari 50% dari penduduk akan
dan mengelola pembiayaan atas pelayanan tinggal di kota. Penyebabnya karena kemudahan
kesehatan yang diberikan. Kemudian pada tahun memperoleh informasi, kemudahan mencari
2004 pemerintah mengembangkan program pekerjaan, lengkapnya fasilitas dan teknologi
pemeliharaan kesehatan bagi masyarakat serta kemudahan akses ke pelayanan kesehatan
miskin berbasis asuransi sosial yang dikelola (hampir 140% ada di sektor perkotaan dan 39%
oleh PT Askes (persero) meliputi pelayanan di sektor pedesaan).
kesehatan dasar di Puskesmas dan jaringannya Faktor-faktor kemiskinan meliputi faktor
serta pelayanan kesehatan rujukan di RS. Tahun internal dan faktor eksternal. Faktor internal
2005 mekanisme diubah menjadi pembiayaan yaitu keterbatasan wawasan, kurangnya
upaya kesehatan masyarakat (UKM) dan keterampilan, kesehatan yang buruk dan etos
pelayanan kesehatan dasar di Puskesmas dan kerja yang rendah. Sedangkan faktor eksternal
jaringannya langsung disalurkan ke Puskesmas. adalah kebijakan pembangunan yang keliru,
Sedangkan pelayanan kesehatan rujukan bagi korupsi yang menyebabkan berkurangnya
masyarakat miskin di RS dikelola PT Askes alokasi anggaran untuk kesejahteraan
(Persero) (Departemen Kesehatan, 2006). masyarakat miskin (Sulekale, 2003).
Khusus DKI Jakarta belum menggunakan Hasil penelitian kriteria masyarakat
ASESKIN tetapi lebih pada kartu GAKIN/ miskin di DKI Jakarta mengacu kepada 14
SKTM. Hal ini didasarkan pada studi kelayakan variabel kriteria miskin menurut BPS yang
yang dilakukan dinas kesehatan bahwa premi akan mendapatkan kartu JPK GAKIN. Upaya
yang diberikan aseskin sangat kecil yaitu yang dilakukan pemerintah khususnya DKI
Rp5.000,00 dirasakan tidak cukup karena Jakarta adalah dengan memberikan pelayanan
premi yang diperlukan untuk DKI Jakarta GAKIN/SKTM hal ini disebabkan karena
antara Rp10.000,00Rp15.000,00 yang pada masih sedikit yaitu 20% dari penduduk
akhirnya diputuskan mengelola sendiri dan termiskin belum mendapatkan akses ke
tidak mengikuti kebijakan pemerintah. pelayanan kesehatan (Oey, 2007) Jika melihat
Hasil penelitian dari pemberi pelayanan pada tarif pelayanan kesehatan di Puskesmas
kesehatan (petugas kesehatan) didapatkan pada beberapa kota mulai meningkat. Hal
bahwa bagi masyarakat miskin diawali ini sebagai akibat harga obat dan peralatan
dengan nama kartu sehat (JPK GAKIN) dari medis yang naik juga. Kondisi ini tentu saja
pemerintah, dan untuk DKI bernama GAKIN. makin mempersulit bantuan dana kesehatan
Prosedur pemberian kartu berdasarkan data bagi warga miskin terkait layanan kesehatan
BPS, sedangkan bagi yang tidak punya (Brojonegoro, 2007).
dibuatkan SKTM. Dana JPKM diberikan oleh DKI Jakarta sebagai kota metropolitan
Dinas Kesehatan dan dana yang mengalami dan ibu kota negara mengalokasikan biaya
masalah kesehatan jiwa untuk masyarakat untuk layanan kesehatan bagi masyarakat
miskin diberikan oleh Pemda DKI Jakarta miskin. Penetap besaran biaya GAKIN adalah
untuk wilayah Jakarta. Dinas Kesehatan dengan pembayaran sistem

108
Studi Fenomenologi (Achir Yani S. Hamid, dkk.)

kapitasi. Sedangkan untuk masalah kesehatan fasilitas pelayanan kesehatan jiwa yang
jiwa disubsidi dari Pemda DKI Jakarta. memadai di Rumah Sakit Jiwa (RSJ) di
Permasalahan yang sering timbul di Puskesmas Indonesia karena rendahnya anggaran pelayanan
sebagai pelaksana pemberi JPKM dana kesehatan jiwa (Kompas, 2001). Rendahnya
sering terlambat turun. Padahal Puskesmas anggaran pelayanan kesehatan jiwa disebabkan
diberi kebebasan mengelola biaya tersebut. karena kurangnya perhatian dan kebijakan
Sedangkan dari pandangan penentu kebijakan pemerintah, padahal tidak ada masyarakat dari
(Dinas Kesehatan) pencairan dana biasanya suatu negara apa pun yang bebas dari gangguan
hanya memerlukan waktu 2 bulan. jiwa. Sebenarnya kemajuan ilmu pengetahuan
Semua pelayanan kesehatan dasar, dan teknologi menunjukkan bahwa gangguan
poli umum, poli gigi, imunisasi dan KB dan mental dan perilaku sebagai hasil interaksi
jenis pelayanan kesehatan yang diberikan kompleks antara faktor biologi, psikologi
Puskesmas kecamatan adalah rujukan artinya dan sosial dapat diatasi. Misalnya dengan
yang membutuhkan dokter spesialis, dan perawatan yang lebih baik > 60% pasien
laboratorium serta persalinan mendapatkan depresi bisa pulih seperti sediakala, NAPZA
bantuan JPKM. Jika melihat dari jenis pelayanan sebesar 60%, penderita epilepsi bebas serangan
kesehatan yang diberikan masih berfokus pada kejang 73% dan pasien skizofrenia menjalani
masalah kesehatan secara umum. Sedangkan hidup tanpa kambuh sebesar 77%. (Brundtland,
untuk masalah kesehatan jiwa biasanya 1999 dalam Kompas, 2001).
langsung dirujuk jika tidak dapat diselesaikan
penanganan di Puskesmas khususnya Puskesmas
SIMPULAN DAN SARAN
kecamatan. Hal ini sejalan dengan pernyataan
dari pemberi pelayanan kesehatan yaitu hampir Simpulan
sebagian besar pasien yang mengalami masalah Persepsi masyarakat tentang gangguan
gangguan kesehatan jiwa langsung dirujuk ke kesehatan jiwa karena kemasukan jin. Penyebab
RS. Jiwa, khususnya untuk kasus kelainan jiwa gangguan jiwa menurut hampir seluruh
yang tidak bisa diatasi misalnya skizofrenia dan partisipan adalah karena stres, banyak pikiran
pasien yang mengamuk. (bagi yang belum menggunakan pelayanan
Pencatatan dan pelaporan diperlukan kesehatan) dan hanya sebagian kecil saja
untuk mempermudah pelaksanaan JPKM, yang menyatakan penyebab kambuh sakit
dimana pencatatan yang digunakan sudah jiwa karena terlambat minum obat (bagi yang
ada dalam bentuk formulir. Prosedur laporan sudah menggunakan pelayanan kesehatan
yang biasa dilakukan diawali dari Puskesmas jiwa). Perilaku akibat stres yang terjadi adalah
kelurahan dan wajib ditandatangani, kemudian sangat bervariasi mulai dari jika ditegur tidak
diserahkan kepada Puskesmas kecamatan. Isi menjawab, ketawa sendiri, bicara meracau,
laporan yang dibuat tentang penyakit yang melamun, senang dikamar/mengurung diri
dialami dalam satu bulan, kunjungan harian di kamar/menyendiri hingga mengamuk.
bagi pasien baru dan lama, serta jenis pelayanan Tindakan partisipan pertama kali untuk
yang diberikan. Alur pengiriman laporan mengobati anggota yang mengalami masalah
bulanan dikirim ke Puskesmas kecamatan gangguan kesehatan jiwa sebagian besar adalah
kemudian diteruskan ke suku dinas pelayanan pergi ke kyai/dukun/orang pintar dan yang
kesehatan untuk direkapitulasi dan diserahkan lainnya pergi ke dokter atau rumah sakit jiwa.
kepada Dinas Kesehatan. Proses ini sesuai Prosedur pembuatan kartu tidak
dengan tupoksi dalam JPK GAKIN yaitu dari terlalu sulit dengan membawa surat dari
Dinas Kesehatan sebagai regulator, kemudian walikota dengan cara mengurus surat dari
ke Suku Dinas Kesehatan sebagai audit, kelurahan, kecamatan lalu ke walikota maka
terakhir ke Puskesmas sebagai pelaksana. akan mendapatkan kartu miskin (GAKIN).
Pemeliharaan jaminan kesehatan Setelah dapat kartu ditunjukkan ke Puskesmas
gangguan jiwa berdampak pada tingginya atau dokter yang ada di Puskesmas untuk
angka penderita kesehatan jiwa tidak diimbangi mendapatkan pelayanan kesehatan. Sedangkan

109
Jurnal Ners Vol. 6 No. 1 April 2011: 100111

penggunaan kartu GAKIN digunakan setiap baju sekali setahun atau tidak dapat beli,
kali berobat ke Puskesmas atau pelayanan tidak mampu mengkonsumsi protein dalam
kesehatan jiwa lainnya, di mana kartu GAKIN seminggu, ada anak yang sekolah, tidak
hanya berlaku untuk satu orang artinya tidak memiliki aset rumah tangga seperti kursi
dapat digunakan oleh orang lain (sesuai dengan tamu, tidak memiliki warung, tidak memiliki
nama yang tertera). kendaraan bermotor, dan lain-lain
Khusus DKI Jakarta belum menggunakan
ASESKIN tetapi lebih pada kartu GAKIN/ Saran
SKTM. Hal ini didasarkan pada studi kelayakan Saran bagi penentu kebijakan agar
yang dilakukan dinas kesehatan bahwa premi lebih mensosialisasikan secara berjenjang
yang diberikan ASESKIN sangat kecil yaitu tentang kebijakan yang menyangkut pelayanan
Rp5.000,00 dirasakan tidak cukup karena kesehatan jiwa bagi masyarakat miskin.
premi yang diperlukan untuk DKI Jakarta Membuat kebijakan agar meningkatkan besaran
antara Rp10.000,00Rp15.000,00 yang pada anggaran pelayanan kesehatan bagi masyarakat
akhirnya diputuskan mengelola sendiri dan dengan masalah gangguan kesehatan jiwa
tidak mengikuti kebijakan pemerintah. Alokasi dengan peruntukan yang jelas. Selain itu perlu
biaya bagi masyarakat miskin di mana untuk menempatkan tenaga kesehatan jiwa yang
GAKIN yang menetapkan biaya adalah Dinas professional dengan cost sharing yang rasional
Kesehatan dengan pembayaran sistem kapitasi. untuk menangani masalah gangguan kesehatan
Sedangkan untuk masalah kesehatan jiwa jiwa, dan memastikan ketersediaan obat yang
disubsidi dari Pemda DKI Jakarta. diperlukan.
Permasalahan yang sering timbul Saran bagi pemberi pelayanan kesehatan
di Puskesmas sebagai pelaksana pemberi agar dapat memberikan penanganan pada
JPKM adalah sering terlambat. Padahal masyarakat yang mengalami masalah gangguan
Puskesmas diberi kebebasan mengelola biaya kesehatan jiwa melalui penyuluhan kesehatan,
tersebut. Sedangkan dari pandangan penentu konseling, kunjungan rumah, mengembangkan
kebijakan (Dinas kesehatan) mengatakan kerja sama dengan RT, RW, lurah dan kecamatan
bahwa pencairan dana biasanya tidak lama dalam menanggulangi masalah kesehatan
yaitu 2 bulan. Pencatatan dan pelaporan jiwa melalui pemberian penyuluhan pada
dalam bentuk formulir. Prosedur laporan yang masyarakat dan membantu pembuatan kartu
biasa dilakukan adalah mulai dari Puskesmas bagi masyarakat miskin. Untuk itu diperlukan
kelurahan dan wajib ditandatangani kemudian pelatihan tentang perawatan pasien dengan
diserahkan kepada Puskesmas kecamatan. gangguan jiwa dan pemberdayaan keluarga
Adapun isi laporan yang dibuat penyakit satu dan penyebaran informasi yang berguna untuk
bulan, kunjungan harian baik pasien baru dan memandirikan pasien dan keluarga. Pelatihan
lama, dan jenis pelayanan yang diberikan. hendaknya dilakukan terutama bagi perawat
Alur pengiriman laporan yaitu laporan bulanan yang selalu dekat dan kontak yang intens
dikirim ke Puskesmas kecamatan kemudian di dengan masyarakat.
teruskan ke suku dinas pelayanan kesehatan Saran bagi masyarakat diharapkan
untuk di rekap dan diserahkan kepada dinas dapat bekerja sama dan saling mendukung
kesehatan. Hal ini sesuai dengan tupoksi dalam untuk mengatasi masalah gangguan kesehatan
JPK GAKIN yaitu dari dinas kesehatan sebagai jiwa di wilayah masing-masing, proaktif
regulator, suku dinas kesehatan sebagai audit, mencari informasi melalui media cetak,
Puskesmas sebagai pelaksana. elektronik dan forum diskusi tentang untuk
Kriteria miskin menurut BPS yang akan meningkatkan pengetahuan dan memudahkan
mendapatkan kartu JPK GAKIN yaitu luas akses pemanfaatan sumber yang tersedia
bangunan 8 m2, alas rumah tanah, dinding dalam menangani masalah gangguan kesehatan
rumah dari panan, pagar rumah dari papan jiwa termasuk meminimalkan stigma dan
atau bambu, tidak memiliki sumber air minum dampaknya. Sangat bermanfaat apabila
sendiri, tidak memiliki jamban sendiri, beli dilakukan penelitian lanjut menggunakan

110
Studi Fenomenologi (Achir Yani S. Hamid, dkk.)

metode riset kuantitatif dengan mengembangkan Kesehatan Masyarakat (JAMKESMAS).


instrumen berdasarkan tema yang dihasilkan Jakarta: Kemkes. RI.
sebagai indikator pengukuran. Kompas, 2001. Kesehatan jiwa, (Online),
(http://www.litbang.depkes.go.id/
Publikasi_BPPK/Maskes_BPPK/
KEPUSTAKAAN Triwulan3/gangguan%20jiwa.htm.,
BPPS, 2007 dalam www.perspektif.net/article. diakses tanggal 12 Februari 2007).
php?article_id=174 diakses 8 Februari Oey, M., 2007. Kemiskinan Pedesaan:
2007) Ketimpangan Fasilitas Sosial Ekonomi.
Brojonegoro, BPS., 2000. Pencapaian MDGs Makalah Lokakarya Dewan Guru
dan Prioritas Pembangunan Ekonomi Besar Universitas Indonesia. Tidak
Indonesia. Makalah disajikan dalam dipublikasikan.
Lokakarya Dewan Guru Besar Universitas Pelita, 2001. Kesehatan Jiwa, (Online), (http://
Indonesia. Tidak dipublikasikan. www.litbang.depkes.go.id/Publikasi_
Brundtland, 1999. Kesehatan jiwa: Pemahaman BPPK/Maskes_BPPK/Triwulan2/
Baru, Harapan Baru, (Online), gangguan%20jiwa.htm., diakses tanggal
(http://www.kompas.com/kompas- 12 Februari 2007).
cetak/0110/12/nasional/pema25.htm., Polit, D.F., dan Beck, C.T., 2006. Essensial
diakses tanggal 12 Februari 2007). of Nursing Research: Methods,
Dahuri, 2005. Humaniora Kesehatan, Appraisal and Utilization. Sixth Edition.
(Online),(http://www.mediaindo.co.id/ Philadelphia: Lippincott Williams and
berita.asp., diakses tanggal 23 Juni Wilkins, page 209233.
2005). Stuart, G.W., dan Laraia, M.T., 2001. Principles
Departemen Kesehatan, 2006. Pedoman and Practice of Psychiatric Nursing.
Pelaksanaan Jaminan Pemeliharaan Seventh Edition. St. Louis: Mosby Inc.
Keehatan Masyarakat Miskin. Jakarta: Streubert, H.J., dan Carperter, D.R., 1999.
Departemen Kesehatan RI. Qualitative Research in Nursing:
Fain, J.A., 2004. Reading, Understanding and Advancing the Humanistic Imperative.
Applying Nursing Research. Second Second Edition. Philadelphia: P.A.
Edition. Philadelphia: F.A. Davis Lippincott.
Company, page 219241. Suara Karya, 2001. Gangguan Jiwa,
Gillis dan Jackson, 2002. Research for Nurses: (Online),(http://www.litbang.depkes.
Method and Interpretation. Philadelphia: go.id/Publikasi_BPPK/Maskes_BPPK/
F.A. Davis, page 224256. Triwulan4/gangguan%20jiwa.htm.,
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, diakses tanggal 12 Februari 2007).
2011. Petunjuk Teknis Jaminan Sulekale, 2003. Pemberdayaan Masyarakat
Persalinan. Jakarta: Kemkes. RI. Miskin di Era Otonomi Daerah. http://
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, ekonomirakyat.org/edisi_14/artikel_
2010. Pedoman Pelaksanaan Jaminan 2.htm., diakses tanggal 14 Maret
2005).

111

You might also like