ANALISA STABILITAS LERENG DAN PENANGGULANGAN
KELONGSORAN LERENG PADA RUAS JALAN BATAS KOTA LIWA 
SIMPANG GUNUNG KEMALA, TAMAN NASIONAL BUKIT BARISAN
               SELATAN, LAMPUNG BARAT
                       (Skripsi)
                        Oleh
                HERMAWAN ARBENTA
                  FAKULTAS TEKNIK
                UNIVERSITAS LAMPUNG
                  BANDAR LAMPUNG
                        2016
                                          ABSTRACT
 ANALYSIS OF SLOPE STABILITY AND LANDSLIDE COUNTERMEASURES ON
ROAD SECTION LIWA-SIMPANG GUNUNG KEMALA, BUKIT BARISAN SELATAN,
                         LAMPUNG BARAT
                                               BY
                                  HERMAWAN ARBENTA
Landslide are one of the natural disasters that often occur during the rainy season. As in the
area of Bukit Barisan Selatan National Park, Lampung Barat, which is a road that is always
passed many vehicles. This happens because of an increase in pore water pressure on the
slope, which then resulted in a decrease in shear strength (c) and friction angle (). Required
slope stability analysis and prevention slopes that have been the landslide.
One of the slope stability analysis method used is Fellenius with countermeasures using
retaining wall and gabion. Fellenius slope stability analysis method (1927) considers the
forces that work on either side of any resultant slices have a zero in the direction
perpendicular field of avalanche. Fellenius method provides a safe factor is relatively lower
than a matter of a more thorough way.
From the analysis of slope stability, slope expressed in critical condition. Countermeasures
sliding slope using stone retaining wall plug and using gabion. Dimensions and gabion
retaining wall that has been planned can be applied in the field so that avalanches do not
occur again.
Keywords: slope stability, safety factor, fellenius, retaining wall, gabion.
                                     ABSTRAK
     ANALISA STABILITAS LERENG DAN PENANGGULANGAN
 KELONGSORAN LERENG PADA RUAS JALAN BATAS KOTA LIWA-
 SIMPANG GUNUNG KEMALA, TAMAN NASIONAL BUKIT BARISAN
                SELATAN, LAMPUNG BARAT
                                        Oleh
                            HERMAWAN ARBENTA
Tanah longsor merupakan salah satu bencana alam yang sering terjadi pada saat
musim hujan. Seperti pada daerah Taman Nasional Bukit Barisan Selatan,
Lampung Barat, yang merupakan jalan lintas yang selalu dilalui banyak
kendaraan. Hal ini terjadi karena peningkatan tekanan air pori pada lereng, yang
kemudian mengakibatkan penurunan kuat geser tanah (c) dan sudut geser dalam
(). Diperlukan analisa stabilitas lereng dan juga penanggulangan dari lereng yang
mengalami kelongsoran.
Salah satu analisa stabilitas lereng yang digunakan adalah dengan menggunakan
metode Fellenius dengan penanggulangan menggunakan dinding penahan tanah.
Analisis stabilitas lereng cara Fellenius (1927) mengganggap gayagaya yang
bekerja pada sisi kanankiri dari sembarang irisan mempunyai resultan nol pada
arah tegak lurus bidang longsornya. Metode Fellenius memberikan faktor aman
yang relatif lebih rendah dari cara hitungan yang lebih teliti.
Dari hasil analisa stabilitas lereng, lereng dinyatakan dalam kondisi kritis.
Penanggulangan kelongsoran lereng menggunakan dinding penahan tanah batu
pasang dan menggunakan bronjong. Dimensi dinding penahan tanah dan bronjong
yang telah direncanakan dapat diaplikasikan di lapangan agar kelongsoran tidak
terulang kembali.
Kata kunci: stabilitas lereng, faktor aman, fellenius, dinding penahan tanah.
   ANALISA STABILITAS LERENG DAN PENANGGULANGAN
KELONGSORAN LERENG PADA RUAS JALAN BATAS KOTA LIWA 
SIMPANG GUNUNG KEMALA, TAMAN NASIONAL BUKIT BARISAN
              SELATAN, LAMPUNG BARAT
                             Oleh
                      Hermawan Arbenta
                            Skripsi
         Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar
                       SARJANA TEKNIK
                             Pada
                      Jurusan Teknik Sipil
              Fakultas Teknik Universitas Lampung
                    FAKULTAS TEKNIK
                  UNIVERSITAS LAMPUNG
                    BANDAR LAMPUNG
                          2016
                            RIWAYAT HIDUP
                 Penulis dilahirkan di Kota Bandar Lampung, Kecamatan
                 Tanjung Karang Pusat pada tanggal 12 Desember 1993, sebagai
                 anak kedua dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Benny
                 Kurniady Tanjung dan Ibu Ernita Syarief.
Pendidikan Sekolah Dasar (SD) diselesaikan di SD Kartika II-5 Bandar Lampung
pada tahun 2006, Sekolah Menengah Pertama (SMP) diselesaikan pada tahun
2009 di SMP Negeri 29 Bandar Lampung dan Sekolah Menengah Atas (SMA)
diselesaikan di SMA Negeri 10 Bandar Lampung.
Penulis terdaftar sebagai mahasiswa Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik
Universitas Lampung pada tahun 2012 melalui jalur Ujian Mandiri Tertulis.
Selama menjadi mahasiswa, penulis berperan aktif di dalam organisasi Himpunan
Mahasiswa Teknik Sipil (HIMATEKS) sebagai anggota bidang profesi.
Pada tahun 2015 Penulis melakukan Kerja Praktek (KP) pada Proyek
Pembangunan Hotel Zodiak Lampung selama 3 bulan. Penulis juga telah
mengikuti Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Pesawaran, Kecamatan
Kedondong, Kabupaten Pesawaran selama 60 hari pada periode Januari-Maret
2016.
               Persembahan
   Untuk Ayah dan Ibuku tercinta yang selalu mendoakan dan
mendukungku dalam segala hal, terima kasih telah menjadi malaikat
                     di dalam hidupku.
   Untuk kakak dan adik-adik tersayang yang sedang sama-sama
berjuang demi masa depan. Semoga kita semua menjadi orang yang
              berguna bagi agama, nusa dan bangsa.
 Untuk saudara dan kerabat yang telah memberikan dukungan dan
                              doa.
 Untuk semua guru-guru dan dosen-dosen yang telah mengajarkan
 banyak hal kepadaku. Terima kasih untuk ilmu, pengetahuan, dan
              pelajaran hidup yang sudah diberikan.
 Untuk seseorang yang selalu sabar mendukungku (Fita Ratna Tri
 Astuti) terima kasih atas semua doa dan motivasi yang diberikan.
Untuk Apatah-apatah tersayang, terimakasih sudah mengizinkanku
 hadir dalam hidup kalian dan sudah membuat suasana di kampus
               lebih ceria dengan kehadiran kalian.
Untuk teman-teman keluarga baruku, rekan seperjuanganku, Teknik
 Sipil Universitas Lampung Angkatan 2012. Kalian luar biasa. Harus
cepat menyusul semuanya biar bisa sukses bareng-bareng biarpun di
                     tempat yang berbeda-beda.
                      MOTO
Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum kecuali kaum itu sendiri yang
               mengubah apa yang ada pada diri mereka
                            (Q.S. Ar-Rad:11)
           Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.
                          (Q.S. Al-Insyirah:6)
Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya.
                         (Q.S. Al-Baqarah:286)
  Keberhasilan ditentukan oleh 99% perbuatan dan hanya 1% pemikiran
                            (Albert Enstein)
Keberhasilan adalah kemampuan untuk melewati dan mengatasi dari suatu
      kegagalan ke kegagalan berikutnya tanpa kehilangan semangat
                          (Winston Chuchill)
                                SANWACANA
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT karena atas berkat dan
karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul Analisa Stabilitas
Lereng dan Penanggulangan Kelongsoran Lereng Pada Ruas Jalan Batas Kota
Liwa-Simpang Gunung Kemala, Taman Nasional Bukit Barisan Selatan,
Lampung Barat. Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik (S.T.) pada Fakultas Teknik Universitas
Lampung.
Atas terselesainya skripsi ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1.   Bapak Prof. Dr. Suharno, M.Sc., selaku Dekan Fakultas Teknik Universitas
     Lampung;
2.   Bapak Gatot Eko Susilo, S.T., M.Sc., Ph.D., selaku Ketua Jurusan Teknik
     Sipil Fakultas Teknik Universitas Lampung;
3.   Bapak Ir. Setyanto, M.T., selaku Dosen Pembimbing Utama atas
     kesediaannya untuk memberikan bimbingan dalam proses penyelesaian
     skripsi ini;
4.   Bapak Iswan, S.T., M.T., selaku Dosen Pembimbing 2 skripsi saya yang telah
     membimbing dalam proses penyusunan skripsi;
5.   Ibu Dr. Ir. Lusmeilia Afriani, D.E.A., selaku Dosen Penguji skripsi
     terimakasih untuk saran-saran dan masukan pada seminar terdahulu;
6.   Ibu Ir. Laksmi Irianti, M.T., selaku dosen pembimbing akademik;
7.   Seluruh Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Teknik Sipil Universitas Lampung atas
     ilmu dan pembelajaran yang telah diberikan selama masa perkuliahan;
8.   Ayahku Benny Kurniady Tanjung dan Ibuku Ernita Syarief, terimakasih atas
     seluruh doa, dukungan, dan motivasi yang selalu diberikan;
9.   Kakak dan adik-adikku, yang telah membantu dan memberikan dukungan
     dengan caranya masing-masing;
10. Fita Ratna Tri Astuti, yang selalu memberikan semangat dan membantu
     dalam banyak hal;
11. Teman-teman seperjuanganku, Teknik Sipil Universitas Lampung Angkatan
     2012 beserta seluruh kakak-kakak, dan adik-adik yang telah mendukung
     dalam penyelesaian skripsi ini;
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih memiliki banyak kekurangan dan
keterbatasan. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun sangat
diharapkan. Akhir kata semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan
semoga Allah SWT melimpahkan rahmat-Nya kepada kita semua.
                                              Bandar Lampung, November 2016
                                                               Penulis
                                                         Hermawan Arbenta
                                                                                                                    iv
                                                DAFTAR ISI
                                                                                                        Halaman
SANWACANA . ............................................................................................. i
DAFTAR ISI................................................................................................. iii
DAFTAR GAMBAR.................................................................................... v
DAFTAR TABEL......................................................................................... vii
I.    PENDAHULUAN
      A. Latar Belakang ................................................................................... 1
      B. Rumusan Masalah.............................................................................. 2
      C. Batasan Masalah ................................................................................ 2
      D. Tujuan Penelitian ............................................................................... 3
      E. Manfaat penelitian ............................................................................. 3
II. TINJAUAN PUSTAKA
    A. Klasifikasi Tanah .............................................................................. 4
    B. Penelitian Terdahulu .......................................................................... 9
    C. Tahanan Geser Tanah ........................................................................ 11
    D. Lereng ................................................................................................ 18
    E. Pola Pergerakan Lereng ..................................................................... 19
    F. Konsep Kestabilan Lereng................................................................. 19
    G. Faktor  Faktor Penyebab Kelongsoran Lereng ................................ 20
    H. Jenis  Jenis Longsoran Lereng ......................................................... 23
    I. Cara  Cara Menstabilkan Lereng. .................................................... 26
    J. Metode Irisan (Method of Slice) ........................................................ 27
    K. Metode Fellenius.. ............................................................................. 28
    L. Dinding Penahan Tanah. .................................................................... 30
III. METODE PENELITIAN
     A. Wilayah Studi..................................................................................... 39
     B. Data yang Digunakan......................................................................... 41
     C. Pelaksanaan Pengujian di Laboratorium............................................ 41
                                                                                                                     iv
      D. Analisis Data...................................................................................... 42
      E. Diagram Alir Penelitian. .................................................................... 44
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
    A. Hasil Pengujian Sifat  Sifat Fisik dan Klasifikasi Tanah. ................ 45
    B. Analisa Kestabilan Lereng dengan Metode Fellenius dan
       Penanggulangannya. .......................................................................... 49
V. KESIMPULAN DAN SARAN
   A. Kesimpulan . ....................................................................................... 75
   B. Saran. .................................................................................................. 76
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
                                           DAFTAR GAMBAR
Gambar...................................................................................................... Halaman
1. Garis Keruntuhan Menurut Mohr................................................................. 13
2. Alat Uji Geser Langsung.............................................................................. 15
3. Alat Uji Triaksial.......................................................................................... 16
4. Garis Selubung Lingkaran Mohr Uji Triaksial ............................................ 17
5. Runtuhan (Falls) .......................................................................................... 23
6. Pengelupasan (Topples) ............................................................................... 24
7. Longsoran (Slide) ......................................................................................... 24
8. Gaya-Gaya yang Bekerja Pada Irisan ...................................................................... 28
9. Dinding penahan yang berupa tembok batu................................................. 31
10. Dinding penahan beton tipe gravitasi dan semi grafitasi. .......................... 32
11. Dinding penahan beton dengan sandaran (Lean against type)................... 33
12. Dinding penahan beton bertulang dengan balok kantilever ...................... 33
13. Dinding penahan beton bertulang dengan penahan (Buttress)................... 34
14. Dinding penahan beton bertulang dengan tembok Penyokong.................. 35
15. Dinding penahan khusus. ........................................................................... 35
16. Longsor di Jalan Batas Kota Liwa  Simpang Gunung Kemala................ 39
17. Lokasi Pengambilan Sampel Tanah . ......................................................... 40
18. Kondisi Kelongsoran Lereng . ................................................................... 40
19. Diagram Alir Penelitian. ............................................................................ 44
                                                                                                                     vi
20. Kontur Lokasi Penelitian ........................................................................... 49
21. Geometri Lereng . ...................................................................................... 50
22. Lereng 4 Irisan . ......................................................................................... 52
23. Lereng 8 Irisan . ......................................................................................... 53
24. Lereng 16 Irisan . ....................................................................................... 55
25. Diagram Tekanan Tanah Aktif . ................................................................ 59
26. Dimensi Dinding Penahan Tanah . ............................................................ 61
27. Lereng yang tidak Tertahan oleh Dinding Penahan Tanah. ....................... 65
28. Lereng dibagi 8 irisan................................................................................. 66
29. Diagram Tekanan Tanah Aktif. ................................................................. 70
30. Dimensi Bronjong. ..................................................................................... 71
31. Design Susunan Bronjong.......................................................................... 71
                                             DAFTAR TABEL
Tabel ......................................................................................................... Halaman
1. Tanah Berbutir Kasar ................................................................................... 5
2. Tanah Berbutir Halus ................................................................................... 6
3. Ukuran Butir Sistem Klasifikasi AASHTO. ................................................ 6
4. Klasifikasi Tanah Bedasarkan USCS........................................................... 8
5. Tabel Terzaghi. ............................................................................................ 37
6. Deskripsi Tanah Lereng di Lokasi Penelitian. ............................................. 47
7. Hasil Pengujian Sifat Fisik Sampel Tanah................................................... 48
8. Data lereng 4 irisan . .................................................................................... 52
9. Perhitungan Metode Fellenius 4 Irisan ........................................................ 52
10. Data Lereng 8 Irisan .................................................................................. 54
11. Perhitungan Metode Fellenius 8 Irisan . .................................................... 54
12. Data lereng 16 Irisan . ................................................................................ 55
13. Perhitungan Metode Fellenius 16 Irisan . .................................................. 56
14. Tabel Terzaghi . ......................................................................................... 64
15. Hasil Interpolasi Menggunakan Tabel Terzaghi . ...................................... 64
16. Data lereng dibagi 8 Irisan. ........................................................................ 66
17. Perhitungan Metode Fellenius 8 Irisan. ..................................................... 67
18. Tabel Terzaghi. .......................................................................................... 73
19. Hasil Interpolasi Menggunakan Tabel Terzaghi. ....................................... 73
                                                                               1
                                I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
   Permukaan tanah tidak selalu membentuk bidang datar atau mempunyai
   perbedaan elevasi antara tempat yang satu dengan yang lain sehingga
   membentuk suatu lereng. Lereng merupakan suatu kondisi topografi yang
   banyak dijumpai pada berbagai pekerjaan konstruksi sipil. Lereng dapat
   terjadi secara alami maupun sengaja dibuat oleh manusia dengan tujuan
   tertentu. Longsoran merupakan salah satu bencana alam yang sering terjadi
   pada lereng-lereng alami maupun buatan. Kelongsoran lereng kebanyakan
   terjadi pada saat musim penghujan.
   Itu terjadi akibat peningkatan tekanan air pori pada lereng. Hal ini berakibat
   pada terjadinya penurunan kuat geser tanah (c) dan sudut geser dalam ()
   yang selanjutnya menyebabkan kelongsoran. Analisis stabilitas lereng
   mempunyai peran yang sangat penting pada perencanaan konstruksi-
   konstruksi sipil. Lereng yang tidak stabil sangatlah berbahaya terhadap
   lingkungan sekitarnya, oleh sebab itu analisis stabilitas lereng sangat
   diperlukan. Ukuran kestabilan lereng diketahui dengan menghitung besarnya
   faktor keamanan.
   Seperti yang terjadi di ruas jalan batas Kota Liwa  Simpang Gunung
   Kemala, Taman Nasional Bukit Barisan Selatan. Sepanjang jalan ini terdapat
                                                                            2
   lereng yang cukup curam sehingga sering terjadi longsor pada saat musim
   penghujan dan menyebabkan sebagian jalan tertutupi oleh tanah longsor, dan
   belum ada tindakan dari pemerintah daerah Liwa untuk menengani longsor
   yang terjadi. Jalan ini merupakan jalan lintas yang selalu dilalui banyak
   kendaraan, sehingga diperlukan pencegahan untuk mengatasi masalah
   kelongsoran tersebut, agar tidak menyebabkan jatuhnya korban jiwa akibat
   longsor. Analisa stabilitas lereng ini menggunakan metode Fellenius karena,
   metode Fellenius merupakan salah satu metode yang paling efektif untuk
   mendapatkan nilai faktor aman. Untuk lereng dengan material yang
   mempunyai sudut gesek sama dengan nol (f=0) metode ini dapat memberikan
   nilai faktor keamanan yang sama akuratnya dengan Metode Bishop yang
   disederhanakan. Metode ini sebaiknya tidak digunakan untuk lereng dengan
   material yang sudut geseknya lebih besar dari nol karna dapat menghasilkan
   perencaan lereng yang tidak ekonomis.
B. Rumusan Masalah
   Berdasarkan uraian di atas, maka didapatkan rumusan masalah :
   1. Mendapatkan faktor keamanan dari lereng.
   2. Mendapat lereng dalam keadaan aman (FK > 1,5).
   3. Mendapatkan solusi untuk mengatasi longsor yang terjadi
C. Batasan Masalah
   Dalam penelitian ini akan diberikan ruang lingkup maka dilakukan
   pembatasan masalah sebagai berikut:
                                                                              3
   1. Tanah yang diteliti lokasi lereng di ruas jalan batas Kota Liwa  Simpang
      Gunung Kemala, Taman Nasional Bukit Barisan Selatan.
   2. Perhitungan faktor keamanan lereng menggunakan metode Fellenius.
   3. Penanggulangan kelongsoran menggunakan dinding penahan tanah.
D. Tujuan Penelitian
   Pada penelitian ini ada beberapa tujuan yang ingin dicapai, antara lain:
   1. Mengetahui kestabilan lereng berdasarkan perhitungan faktor keamanan
      dengan metode Fellenius.
   2. Merencanakan dinding penahan tanah untuk menanggulangi kelongsoran
      lereng.
E. Manfaat Penelitian
   Dengan adanya penelitian ini dapat diperoleh manfaat antara lain:
   1. Manfaat teoritis, diharapkan penelitian ini dapat digunakan untuk
      perkembangan ilmu pengetahuan teknik sipil, khususnya menganalisis
      kestabilan lereng berdasarkan data lapangan dengan menggunakan Metode
      Fellenius.
   2. Manfaat praktis, sebagai tambahan informasi untuk praktisi maupun
      akademisi dalam mempelajari kestabilan lereng, dan perencanaan dinding
      penahan tanah.
                                                                                   4
                          II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Klasifikasi Tanah
   Sistem klasifikasi tanah adalah suatu system pengaturan beberapa jenis tanah
   yang berbeda-beda tetapi mempunyai sifat yang serupa kedalam kelompok-
   kelompok berdasarkan pemakaiannya. Sistem klasifikasi memberikan suatu
   bahasa yang mudah untuk menjelaskan secara singkat sifat-sifat umum tanah
   yang sangat bervariasi tanpa penjelasan yang terinci (Das, 1995).
   Sistem klasifikasi tanah dimaksudkan untuk memberikan informasi tentang
   karakteristik dan sifat-sifat fisik tanah serta mengelompokannya sesuai
   dengan perilaku umum dari tanah tersebut.
   Tujuan klasifikasi tanah adalah untu menentukan kesesuaian terhadap
   pemakaian tertentu, serta untuk menginformasikan tentang keadaan tanah dari
   suatu daerah kepada daerah lainnya dalam bentuk berupa data dasar.
   Klasifikasi tanah juga berguna untuk studi yang lebih terinci mengenai
   keadaan tanah tersebut serta kebutuhan akan pengujian untuk menentukan
   sifat teknis tanah seperti karakteristik pemadatan, kekuatan tanah, berat isi,
   dan sebagainya (Bowles, 1989).
   Jenis dan sifat tanah yang sangat bervariasi ditentukan oleh perbandingan
   banyak fraksi-fraksi (kerikil, pasir, lanau, dan lempung), sifat plastisitas butir
   halus.
                                                                                5
Ada dua cara klasifikasi yang umum digunakan:
a. Sistem Klasifikasi AASHTO
  Sistem Klasifikasi AASHTO (American Association of State Highway
  and Transportation Official) dikembangkan pada tahun 1929 dan
  mengalami beberapa kali revisi hingga tahun 1945 dan dipergunakan
  hingga sekarang, yang diajukan oleh Commite on Classification of
  Material for Subgrade and Granular Type Road of the Highway
  ResearchBoard (ASTM Standar No. D-3282, AASHTO model M145).
  Sistem klasifikasi ini bertujuan untuk menentukan kualitas tanah guna
  pekerjaan jalan yaitu lapis dasar (sub-base) dan tanah dasar (subgrade).
  Berdasarkan sifat tanahnya dapat dikelompokkan menjadi 2 kelompok
  besar yaitu:
  1. Kelompok tanah berbutir kasar (<35% lolos saringan no.200)
  Tabel 1. Tanah Berbutir Kasar
     Kode                          Karakteristik Tanah
             Tanah yang terdiri dari kerikil dan pasir kasar dengan sedikit
     A-1
             atau tanpa butir halus, dengan atau tanpa sifat plastis.
             Terdiri dari pasir halus dengan sedikit sekali butir halus lolos
     A-2
             saringan no.200 dan tidak plastis.
             Kelompok batas tanah berbutir kasar dan halus dan
     A-3     merupakan campuran kerikil/pasir dengan tanah berbutir halus
             cukup banyak (<35%).
                                                                         6
2. Kelompok tanah berbutir halus (>35% lolos saringan no.200)
   Tabel 2. Tanah Berbutir Halus
      Kode                         Karakteristik Tanah
      A-4      Tanah lanau dengan sifat plastisitas rendah.
               Tanah lanau yang mengandung lebih banyak butir-butir
      A-5
               plastis, sehingga sifat plastisnya lebih besardari A-4.
               Tanah lempung yang masih mengandung butiran pasir dan
      A-6
               kerikil, tetapi sifat perubahan volumenya cukup besar.
               Tanah lempung yang lebih bersifat plastis dan mempunyai
      A-7
               sifat perubahan yang cukup besar.
Adapun sistem klasifikasi AASHTO ini didasarkan pada kriteria sebagai
berikut:
1. Ukuran Butir
Tabel 3. Ukuran Butir Sistem Klasifikasi AASHTO
                  Tanah yang lolos ayakan diameter 75 mm (3in) dan
    Kerikil
                  yang tertahan pada ayakan no.10 (2 mm).
                  Tanah yang lolos ayakan no.10 (2 mm) dan yang
      Pasir
                  tertahan pada ayakan no.200 (0,075 mm).
   Lanau dan      Tanah yang lolos ayakan no.200 ( 0,075 mm).
    lempung
                                                                            7
  2. Plastisitas
     Merupakan kemampuan tanah yang dapat menyesuaikan bentuk pada
     volume konstan tanpa retak-retak ataupun remuk. Hal itu bergantung
     pada kadar air, tanah dapat berbentuk cair, plastis, semi padat, atau
     padat.        Lanau dipakai apabila bagian-bagian halus dari tanah
     mempunyai indeks plastis sebesar 10 atau kurang, sedangkan lempung
     dipakai jika bagian-bagian yang halus dari tanah mempunyai indeks
     plastisnya sebesar 11 atau lebih.
b. Unified Soil Classification System (USCS)
  Sistem klasifikasi tanah Unified atau Unified Soil Classification System
  (USCS) di ajukan pertama kali oleh Casagrande dan slanjutnya
  dikembangkan oleh United State Bureau of Reclamation (USBR) dan
  United State Army Corps of Engineer (USACE). Kemudian American
  Society for testing and materials (ASTM) memakai USCS sebagai metode
  standar untuk mengklasifikasikan tanah. Dalam bentuk sekarang sistem ini
  banyak digunakan dalam berbagai pekerjaan geoteknik. Pada sistem ini
  dapat dibagi menjadi 2 kelompok besar yaitu:
  1. Tanah berbutir kasar, <50% lolos saringan no.200. Sifat teknis tanah ini
     ditentukan oleh ukuran butir dan gradasi butiran. Tanah bergradasi
     baik/seimbang memberikan kepadatan yang lebih baik dari pada tanah
     yang berbutir seragam.
  2. Tanah berbutir halus, >50% lolos saringan no.200. Tanah ini ditentukan
     oleh sifat plastisitas tanah, sehingga pengelompokan berdasar plastisitas
     dan ukuran butir.
                                             8
Tabel 4. Klasifikasi Tanah Bedasarkan USCS
                                                                            9
B. Penelitian Terdahulu
   Penelitian terdahulu yang telah dilakukan antara lain :
   1. Sompie (2014), Analisis Kestabilan Lereng dengan Metode Fellenius
      (Studi Kasus: Kawasan Citraland).
      Longsor dapat terjadi pada hampir setiap kasus lereng alami atau lereng
      buatan secara pelan atau tiba-tiba dengan atau tanpa adanya tanda-tanda
      sebelumnya. Penyebab utama terjadinya keruntuhan lereng adalah
      meningkatnya tegangan geser, menurunnya kuat geser pada bidang longsor
      atau keduanya secara simultan.
      Analisis kestabilan lereng dilakukan untuk menentukan faktor aman dari
      bidang longsor yang potensial, yaitu dengan menghitung besarnya
      kekuatan geser untuk mempertahankan kestabilan lereng dan menghitung
      kekuatan geser yang menyebabkan kelongsoran kemudian keduanya
      dibandingkan. Dari perbandingan yang ada didapat nilai Faktor Keamanan
      yang merupakan nilai kestabilan lereng yang dinyatakan dalam angka.
      Dari analisis yang dilakukan di Kawasan Citraland Manado didapat nilai
      Faktor Keamanan yaitu 0,193 yang menunjukkan bahwa keadaan lereng
      tersebut tidak stabil. Kemudian dilakukan perbaikan dengan menggunakan
      soil nail. Soil nail adalah salah satu cara perbaikan lereng dengan cara
      memperkecil gaya penggerak atau momen penyebab longsor. Sehingga
      dapat diperoleh nilai Faktor Keamanan 1,926 yang menunjukkan kondisi
      lereng dalam keadaan stabil.
   2. Azizi, dkk. (2013). Analisis Stabilitas Lereng Jalan Prupuk-Bumiayu
      Kabupaten Brebes dengan Metode Fellenius dan Slope/W.
                                                                        10
  Lereng adalah kenampakan permukaan alam yang disebabkan adanya beda
  tinggi. Beda tinggi dua tempat tersebut dibandingkan dengan jarak lurus
  mendatar sehingga akan diperoleh besarnya kelerengan (slope). Pada
  tempat dimana dua permukaan tanah yang berbeda ketinggianya, maka
  akan ada gaya-gaya yang bekerja mendorong sehingga tanah yang lebih
  tinggi kedudukannya cenderung bergerak ke arah bawah. Disamping gaya
  yang mendorong ke bawah terdapat pula gaya-gaya dalam tanah yang
  bekerja menahan sehingga kedudukan tanah tetap stabil. Ruas jalan
  PrupukBumiayu merupakan jalur penghubung yang vital antara jalur
  pantura dengan jalur selatan di wilayah barat Provinsi Jawa Tengah.
  Kejadian longsor pada 5 Januari 2013 karena hujan yang cukup lebat
  disertai gerakan tanah mengakibatkan tanah longsor pada tebing ruas jalan
  PrupukBumiayu Km.Pkl 118+600, Kecamatan Tonjong Kabupaten
  Brebes. Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui bagaimana stabilitas
  lereng yang ada pada tebing ruas jalan Prupuk-Bumiayu Km.Pkl 118+600
  Kecamatan Tonjong, Kabupaten Brebes. Stabilitas lereng dianalisis
  menggunakan metode Fellinius dan menggunakan program Slope/W. Dari
  hasil perhitungan metode Fellinius diperoleh nilai F untuk kondisi lereng
  sebelum diberi talud F = 1,51, dan setelah ada talud F = 9,46. Dengan
  menggunakan program Slope/W metode Ordinary diperoleh nilai F untuk
  kondisi lereng sebelum diberi talud F = 0,212, dan setelah ada talud F =
  1,40.
3. Oktopianto (2012). Stabilitas Lereng Menggunakan Metode Fellenius dan
  Slope/W 2007.
                                                                          11
     Dari pembahasan dan analisis yang dilakukan        didapat nilai faktor
     keamanan pada tabel diatas yang diterapkan kedalam 4 bentuk terasering
     dan nilai F yang dihasilkan dari ke 4 pemodelan baik menggunakan
     metode Fellenius maupun SLOPE/W 2007 kondisi lereng tetap labil
     dimana nilai F kurang dari 1,07, sehingga perlu tinjauan dan perhitungan
     kembali terhadap factor keamanan     kesetabilan lereng. Maka dari itu
     diperlukan adanya perbaikan terhadap lereng yaitu dapat dengan cara
     membuat dinding penahan tanah. Dinding penahan tanah merupakan
     bangunan penambat tanah dari pasangan batu, atau beton bertulang.
     Dinding penahan tanah ini digunakan untuk menahan gerakan tanah
     sehingga longsor dapat diatasi.
C. Tahanan Geser Tanah
   1. Definisi Kuat Geser Tanah
     Suatu beban yang dikerjakan pada suatu masa tanah akan selalu
     menghasilkan tegangan dengan intesitas yang berbeda  beda di dalam
     zona berbentuk bola lampu di bawah beban tersebut (Bowles,1993).
     Kekuatan geser suatu tanah dapat juga didefinsikan sebagai tahanan
     maksimum dari tanah terhadap tegangan geser di bawah suatu kondisi
     yang diberikan (Smith, 1992).
     Kuat geser tanah sebagai perlawanan internal tanah terhadap persatuan
     luas terhadap keruntuhan atau pengerasan sepanjang bidang geser dalam
     tanah yang dimaksud (Das, 1994).
                                                                                                                    12
2. Teori Kuat Geser Tanah
  Menurut teori Mohr (1910) kondisi keruntuhan suatu bahan terjadi akibat
  adanya kombinasi keadaan kritis dari tegangan normal dan tegangan geser.
  Hubungan fungsi antara tegangan normal dan tegangan geser pada bidang
  runtuhnya, dinyatakan dengan persamaan sebagai berikut:
   = ()        ............................................................................................(1)
  dimana :
   = Kuat geser tanah pada saat terjadinya keruntuhan (failure)
   = Tegangan normal pada saat kondisi tersebut
  Kuat geser tanah adalah gaya perlawanan yang dilakukan oleh butir-butir
  tanah terhadap desakan atau tarikan (Hary Cristady, 2002).
  Coulomb (1776) mendefinisikan () seperti pada persamaan sebagai
  berikut :
   = c +  tg  ........................................................................................(2)
  dengan :
   = Kuat geser tanah ( kN/m2)
  c = Kohesi tanah ( kN/m2)
   = Sudut geser dalam tanah atau sudut gesek internal ( derajat )
   = Tegangan normal pada bidang runtuh ( kN/m2)
  Garis keruntuhan (failure envelope) menurut Coulomb (1776) berbentuk
  garis lengkung dimana untuk sebagian besar masalahmasalah mekanika
  tanah, garis tersebut cukup didekati dengan sebuah garis lurus yang
  menunjukkan hubungan linear antara tegangan normal dan kekuatan geser
  (Das,1995). Tanah, seperti halnya bahan padat, akan runtuh karena tarikan
                                                                                                    13
maupun geseran. Tegangan tarik dapat menyebabkan retakan pada suatu
keadaan praktis yang penting. Walaupun demikian, sebagian besar
masalah dalam teknik sipil dikarenakan hanya memperhatikan tahanan
terhadap keruntuhan oleh geseran.
Gambar 1. Garis Keruntuhan Menurut Mohr dan Hukum Keruntuhan
              Mohr  Coulomb (Hary Cristady, 2002)
Jika tegangantegangan baru mencapai titik P, keruntuhan tanah akibat
geser tidak akan terjadi. Keruntuhan geser akan terjadi jika tegangan 
tegangan mencapai titik Q yang terletak pada garis selubung kegagalan
(failure envelope). Kedudukan tegangan yang ditunjukkan oleh titik R
tidak akan pernah terjadi, karena sebelum tegangan yang terjadi mencapai
titik R, bahan sudah mengalami keruntuhan.
Tegangantegangan efektif yang terjadi di dalam tanah sangat dipengaruhi
oleh tekanan air pori. Terzaghi (1925) mengubah persamaan Coulomb
seperti pada persamaan 3 dan persamaan 4 dalam bentuk tegangan efektif
sebagai berikut :
 = c + (  u) tg ...............................................................................(3)
 = c +  tg ..............................................................................(4)
dengan :
c = kohesi tanah efektif (kN/m2)
                                                                            14
   = tegangan normal efektif (kN/m2)
  u = tekan air pori (kN/m2)
   = sudut geser dalam tanah efektif (derajat)
3. Pengujian Kuat Geser Tanah
  Ada beberapa cara untuk menentukan kuat geser tanah, antara lain :
  1. Uji geser langsung (direct shear test)
  2. Uji triaksial (triaxial test)
  Dua metode pengujian geser di laboratorium yang paling umum
  dipergunakan adalah pengujian geser langsung dan pengujian triaxial. Para
  peneliti mekanika tanah pada tahaptahap awal telah menunjukkan bahwa
  uji tekan triaxial akan menghasilkan tekanan maksimum pada saat runtuh
  yang akan cukup untuk memplot sebuah lingkaran Mohr (Bowles,1993).
   1. Uji Geser Langsung (Direct Shear Test)
      Cara pengujian geser langsung ini terdapat dua cara yaitu, tegangan
      geser terkendali (stress controlled) dan regangan terkendali (strain
      controlled). Pada pengujian tegangan terkendali, tegangan geser
      diberikan dengan menambahkan beban mati secara bertahap dan
      dengan penambahan yang sama besarnya setiap kali sampai runtuh.
      Keruntuhan akan terjadi sepanjang bidang bagi kotak besi tersebut.
      Pada uji regangan terkendali, suatu kecepatan gerak mendatar tertentu
      dilakukan pada bagian belahan atas dari pergerakan geser horisontal
      tersebut dapat diukur dengan bantuan sebuah arloji ukur horizontal.
                                                                    15
              Gambar 2. Alat Uji Geser Langsung
2. Uji Triaksial (Triaxial Test)
   Diagram skematik dari pengujian triaksial dapat dilihat pada gambar
   3. Pada pengujian ini, dapat digunakan tanah benda uji dengan
   diameter kirakira 3,60 cm dan tinggi 7,65 cm.
   Pengujian geser triaksial di lakukan terhadap sampelsampel tanah
   berbentuk silinder yang dibungkus dengan membran yang fleksibel.
   Sebuah     sampel    dibuat     terkekang   oleh   tekanan   dengan
   menempatkannya dalam suatu ruangan tekanan. Kemudian diuji
   dengan menambah besarnya beban aksial sampai sampel tanah runtuh.
   Prosedur tersebut kemudian diulang terhadap sampelsampel lainnya
   pada tekanan samping yang berbeda. Hasil pengujian diinterpretasikan
   pada penggambaran lingkaran Mohr bagi setiap sampel pada saat
   keruntuhan. Hal ini dapat dilakukan dengan menetapkan bahwa
                                                               16
bidang horisontal dan vertikal adalah bidangbidang utama di mana
tegangantegangan utama adalah tekanan samping.
              Gambar 3. Alat Uji Triaksial
Garis selubung kekuatan adalah sebuah kurva yang menyinggung
pada lingkaran Mohr seperti terlihat pada gambar 4. Titiktitik
singgung pada lingkaran Mohr menunjukkan kondisi tegangan pada
bidang runtuh bagi sampel tersebut. Arah dari bidang runtuh dapat
diperoleh dari lingkaran Mohr dengan menempatkan titik asal dari
bidangbidang dan menarik sebuah garis dan titik tersebut ke titik
yang menunjukkan kondisi tegangan pada bidang runtuh.
                                                                      17
 Gambar 4. Garis Selubung Lingkaran Mohr Uji Triaksial
Uji triaksial dapat dilaksanakan dengan tiga cara :
1. Uji triaksial UnconsolidatedUndrained (tak terkonsolidasi-tak
   terdrainase) (UU).
2. Uji     triaksial     ConsolidatedUndrained       (terkonsolidasitak
   terdrainase) (CU).
3. Uji triaksial ConsolidatedDrained (terkonsolidasiterdrainase)
   (CD).
Kuat geser tanah pada kondisi drainase terbuka (drained) tidak sama
besarnya bila diuji pada kondisi tak terdrainase (undrained). Kondisi
tak   terdrainase      (undrained)   dapat   digunakan   untuk   kondisi
pembebanan cepat pada tanah permeabilitas rendah, sebelum
konsolidasi terjadi. Kondisi terdrainase (drained) dapat digunkan
untuk tanah dengan permeabilitas rendah sesudah konsolidasi di
bawah tegangan totalnya telah selesai. Kuat geser tanah yang
berpermeabilitas rendah, secara bergantian berubah dari kuat geser
undrained menjadi kuat geser drained selama kejadian konsolidasi.
Keuntungan dari uji triaksial adalah bahwa kondisi pengaliran dapat di
kontrol, tekanan air pori dapat di ukur bila diperlukan, tanah jenuh
                                                                            18
          dengan permeabilitas rendah dapat dibuat terkonsolidasi serta cocok
          untuk semua jenis tanah.
D. Lereng
   Lereng adalah suatu bidang di permukaan tanah yang menghubungkan
   permukaan tanah yang lebih tinggi dengan permukaan tanah yang lebih
   rendah. Lereng dapat terbentuk secara alami dan dapat juga dibuat oleh
   manusia. Dalam bidang Teknik Sipil, ada tiga jenis lereng yaitu:
   1. Lereng alam, yaitu lereng yang terbentuk       karena proses-proses alam,
      misalnya lereng suatu bukit.
   2. Lereng yang dibuat dengan tanah asli, misalnya apabila tanah dipotong
      untuk pembuatan jalan atau saluran air untuk keperluan irigasi.
   3. Lereng yang dibuat dari tanah yang dipadatkan, sebagai tanggul untuk
      jalan atau bendungan tanah.
   Pada ketiga jenis lereng ini kemungkinan untuk terjadi longsor selalu ada,
   karena dalam setiap kasus tanah yang tidak rata akan menyebabkan
   komponen gravitasi dari berat memiliki kecenderungan untuk menggerakkan
   massa tanah dari elevasi lebih tinggi ke elevasi yang lebih rendah.
   Pada tempat dimana terdapat dua permukaan tanah yang berbeda
   ketinggiannya, maka akan ada gaya-gaya yang bekerja mendorong sehingga
   tanah yang lebih tinggi kedudukannya cenderung bergerak kearah bawah.
   Disamping gaya yang mendorong ke bawah terdapat pula gaya-gaya dalam
   tanah yang bekerja menahan/melawan sehingga kedudukan tanah tersebut
   tetap stabil. Gayagaya pendorong berupa gaya berat, gaya tiris/muatan dan
   gaya-gaya inilah yang menyebabkan kelongsoran. Gaya-gaya penahan berupa
                                                                             19
   gaya gesekan/geseran, lekatan (dari kohesi), kekuatan geser tanah. Jika gaya-
   gaya pendorong lebih besar dari gaya-gaya penahan, maka tanah akan mulai
   runtuh dan akhirnya terjadi keruntuhan tanah sepanjang bidang yang menerus
   dan massa tanah diatas bidang yang menerus ini akan longsor. Peristiwa ini
   disebut sebagai keruntuhan lereng
E. Pola Pergerakan Lereng
   Bentuk bidang gelincir yang umum dan sering dijumpai adalah bentuk bidang
   gelincir yang mendekati bentuk busur lingkaran. Tanah yang longsor
   demikian disebut rotational slide yang bersifat berputar. Ada juga tanah
   longsor yang terjadi pada bidang gelincir yang hampir lurus dan sejajar
   dengan muka tanah. Longsor yang demikian disebut translational slide, yaitu
   bersifat bergerak pada satu jurusan. Biasa terjadi bilamana terdapat lapisan
   agak keras yang sejajar dengan permukaan lereng. Ada juga longsoran yang
   terjadi akibat adanya aksi dari dekat. Biasa terjadi pada lereng alam atau
   buatan dimana lapisan tanah yang longsor pada bidang tanah yang jelek.
   Longsor ini disebut longsor blok atau baji. Ada juga bentuk longsor mengalir
   karena adanya pergerakan lateral pada semua arah atau karena perbedaan
   kekentalan (viskositas) massa tanah.
F. Konsep Kestabilan Lereng
   Gerakan tanah merupakan suatu gerakan menuruni lereng oleh massa tanah
   dan atau bantuan penyusun lereng akibat terganggunya kestabilan tanah atau
   bantuan penyusun lereng tersebut. Definisi diatas menunjukkan bahwa massa
                                                                                20
   yang bergerak dapat berupa massa tanah, massa batuan atau pencampuran
   antara massa tanah dan batuan penyusun lereng. Apabila massa yang bergerak
   ini didominasi oleh massa tanah dan gerakannya melalui suatu bidang pada
   lereng, baik berupa bidang miring ataupun lengkung, maka proses pergerakan
   tersebut disebut sebagai longsoran tanah. Analisis stabilitas tanah pada
   permukaan tanah ini disebut dengan analisis stabilitas lereng.
   Analisis stabilitas lereng meliputi konsep kemantapan lereng yaitu penerapan
   pengetahuan mengenai kekuatan geser tanah. Keruntuhan geser pada tanah
   dapat terjadi akibat gerak relatif antar butirnya. Karena itu kekuatannya
   tergantung pada gaya yang bekerja antar butirnya, sehingga dapat
   disimpulkan bahwa kekuatan geser terdiri atas:
   1. Bagian yang bersifat kohesif, tergantung pada macam tanah dan ikatan
      butirnya.
   2. Bagian yang bersifat gesekan, yang sebanding dengan tegangan efektif
      yang bekerja pada bidang geser (Das, 1994).
G. Faktor  Faktor Penyebab Kelongsoran Lereng
   Faktor-faktor penyebab ketidakstabilan lereng menurut Terzaghi (1950) dapat
   dibagi dalam dua kelompok utama, yaitu :
   1. Faktor Pengaruh Luar
      Faktor pengaruh luar ini terjadi karena meningkatnya tegangan geser yang
      bekerja dalam tanah sehingga FK < 1,5
      a. Tegangan Horisontal turun, kondisi ini sering terjadi bila :
         1. Kaki lereng tererosi oleh aliran air sungai atau aliran air hujan
                                                                         21
   2. Galian
   3. Pembongkaran sheetpile atau tembok penahan
 b. Peningkatan tegangan vertikal
   1. Air hujan tertahan di atas lereng
   2. Timbunan deposit halus
   3. Timbunan tanah
   4. Berat bangunan dan lain-lain
 c. Pergerakan Tektonik
   Pergerakan tektonik yang timbul dapat merubah keadaan geometri
   lereng. Pelandaian lereng berarti memperstabil. Sebaliknya penegakkan
   lereng mengurangi kestabilan.
 d. Gempa Bumi
   Pada waktu terjadi gempa bumi dua buah gelombang merambat naik
   dari permukaan batuan ke permukaan tanah. Sebelum mencapai
   permukaan tanah, rambatan gelombang melewati berbagai lapisan,
   sehingga menimbulkan perubahan pada sistim tegangan semula.
2. Faktor Pengaruh Dalam
 Penurunan kekuatan geser tanah yang sering sekali terjadi pada longsoran
 tanah merupakan bagian yang paling sulit diperkirakan secara teliti dan
 penyebab  penyebabnya adalah :
 a. Kondisi Awal
   Faktor-faktor yang dapat menurunkan kekuatan geser tanah dari
   keadaan semula adalah kondisi struktur geologi dan geometri lereng.
                                                                   22
  1. Kondisi dimana material dapat menjadi lemah (weak) bila terjadi
     peningkatan kadar air. Hal ini terjadi pada tanah lempung (over
     consolidated/OC dan Heavily Over Consolidated/HOC), tanah tuff
     vulkanik, shales dan tanah lempung organik.
  2. Struktur Geologi dan geometri lereng
     a. Bidang diskontinuitas seperti sesar, bidang perlapisan, joint,
        cermin sesar dan brecciaci.
     b. Lapisan yang berada di atas tanah lempung yang lemah.
     c. Lapisan yang terdiri dari permeable seperti pasir dan lapisan
        impermeable seperti lempung, berselang seling.
b. Pelapukan dan reaksi physicochemical lainnya
  1. Hidrasi dan mineral lempung seperti :
     Absorbsi air oleh mineral lempung sehingga kadar air meningkat.
     Hal ini biasanya diikuti dengan penurunan harga kohesi, contohnya
     lempung montmorillont.
  2. Penyusutan tanah lempung akibat perubahan temperatur dapat
     menimbulkan retakan susut , sehingga kohesi tanah menurun dan
     memberi kesempatan air mengalir masuk ke dalamnya.
  3. Erosi oleh air pada tanah lempung dispersif menyebabkan
     terbentuknya rongga yang menurunkan kekuatan geser tanah.
c. Perubahan berat volume dan tekanan air pori
  1. Berat volume yang menjadi jenuh mengurangi tegangan efektif tanah
     sehingga dengan sendirinya kekuatan geser berkurang.
  2. Muka air naik karena air hujan, reservoir dan lainnya.
                                                                                23
H. JenisJenis Longsoran Lereng
   Kelongsoran lereng bisa terdiri dari berbagai proses dan faktor-faktor yang
   memicunya. Hal ini bisa dibedakan berdasarkan bentuk dari kelongsoran,
   jenis material longsoran dan umur atau tahap perkembangan tanah.
   Pemahaman terhadap jenis-jenis gerakan lereng adalah sangat penting karena
   menentukan metode analisakestabilan yang paling tepat dan faktor-faktor apa
   yang perlu diketahui untuk melakukan perhitungan.
   a. Runtuhan (Falls)
     Sejumlah masa tanah yang jatuh terlepas dari lereng yang curam dan tidak
     ada gaya yang menahan pada saat geseran dengan material yang berbatasan.
     Pada jenis runtuhan bebatuan umumnya terjadi dengan cepat dan hampir
     tidak didahului oleh gerakan awal.
                            Gambar 5. Runtuhan (Falls)
   b. Pengelupasan (Topples)
     Gerakan ini berupa rotasi keluar dari suatu unit massa yang berputar
     terhadap suatu titik akibat gaya gravitasi, atau gaya-gaya lain seperti adanya
     air dalam rekahan.
                                                                        24
                       Gambar 6. Pengelupasan (Topples)
c. Longsoran (Slide)
  Dalam longsoran, gerakan ini terdiri dari peregangan secara geser dan
  peralihan sepanjang suatu bidang atau beberapa bidang gelincir yang dapt
  nampak secara visual. Gerakan dapat bersifat progresif yang berarti bahwa
  keruntuhan geser tidak terjadi seketika pada seluruh bidang gelincir
  melainkan merambat dari suatu titik. Massa yang bergerak menggelincir di
  atas lapisan batuan/tanah asli dan terjadi pemisahan (separasi) dari
  kedudukan semula. Sifat gerakan biasanya lambat sampai amat lambat.
                         Gambar 7. Longsoran (Slide)
                                                                          25
  c.1. Longsoran Rotasi
      Longsoran Rotasi adalah yang paling sering dijumpai oleh para
      rekayasawan sipil. Longsoran jenis rotasi ini dapat terjadi pada batuan
      maupun pada tanah. Pada kondisi tanah homogen, longsoran rotasi ini
      dapat berupa busur lingkaran, tetapi dalam kenyataan sering
      dipengaruhi oleh adanya diskontinuitas oleh adanya sesar, lapisan dan
      lain-lain. Analisis kestabilan lereng yang mengasumsi bidang longsoran
      berupa   busur      lingkaran   dapat   menyimpang    bilamana    tidak
      memperhatikan hal ini.
  c.2. Longsorang Translasi
      Dalam longsoran translasi, suatu massa bergerak sepanjang bidang
      gelincir berbentuk bidang rata. Perbedaan terhadap longsoran rotasi dan
      translasi merupakan kunci penting dalam penanggulangannya. Gerakan
      dari longsoran translasi umumnya dikendalikan oleh permukaan yang
      lembek. Longsoran translasi ini dapat bersifat menerus dan luas dan
      dapat pula dalam blok.
d. Aliran Tanah (Flows)
  Jenis gerakan tanah ini tidak dapat dimasukkan ke dalam katagori di atas
  karena merupakan fonomena yang berbeda. Pada umumnya jenis gerakan
  tanah ini terjadi pada kondisi tanah yang amat sensitif atau sebagai akibat
  daripada gempa. Bidang gelincir terjadi karena gangguan mendadak dan
  gerakan tanah yang terjadi umumnya bersifat cepat tetapi dapat juga lambat
  misalnya pada rayapan (creep).
                                                                                26
I.   Cara-Cara Menstabilkan Lereng
     Penanggulangan longsor yang dilakukan bersifat pencegahan sebelum
     longsor terjadi pada daerah potensial dan stabilisasi, setelah longsor terjadi
     jika belum runtuh total. Penanggulangan yang tepat pada kedua kondisi diatas
     dengan memperhatikan penyebab utama longsor, kondisi pelapisan tanah dan
     juga aspek geologinya.
     Sedang langkah yang umum dalam menangani longsor antara lain: pemetaan
     geologi topografi daerah yang longsor, pemboran untuk mengetahui bentuk
     pelapisan tanah/batuan dan bidang gelincirnya, pemasangan piezometer untuk
     mengetahui muka air atau tekanan air porinya, dan pemasangan slope
     indicator untuk mencari bidang geser yang terjadi. Selain itu dilakukan pula
     pengambilan tanah tidak terganggu, terutama pada bidang geser untuk
     dipelajari besar kekuatan tahanan gesernya.
     Ada beberapa cara untuk menstabilkan lereng yang berpotensi terjadi
     kelongsoran. Pada prinsipnya ada dua cara yang dapat digunakan untuk
     menstabilkan suatu lereng, yaitu:
     1. Memperkecil gaya penggerak atau momen penyebab longsor. Gaya atau
        momen penyebab longsor dapat diperkecil dengan cara merubah bentuk
        lereng, yaitu dengan cara:
        a. Merubah lereng lebih datar atau memperkecil sudut kemiringan
        b. Memperkecil ketinggian lereng
        c. Merubah lereng menjadi lereng bertingkat (multi slope)
     2. Memperbesar gaya lawan atau momen penahan longsor. Gaya lawan atau
        momen penahan longsor dapat diperbesar dengan beberapa cara yaitu:
                                                                                27
        a. Menggunakan counter weight yaitu tanah timbunan pada kaki lereng.
           Cara ini mudah dilaksanakan asalkan terdapat tempat dikaki lereng
           untuk tanah timbunan tersebut.
        b. Dengan mengurangi air pori di dalam lereng
        c. Dengan cara mekanis yaitu dengan memasang tiang pancang atau
           tembok penahan tanah.
J.   Metode Irisan (Method of Slice)
     Bila tanah tidak homogen dan aliran rembesan terjadi di dalam tanahnya
     memberikan bentuk aliran dan berat volume tanah yang tidak menentu, cara
     yang lebih cocok adalah dengan metode irisan (method of slice). Gaya normal
     yang bekerja pada suatu titik di lingkaran bidang longsor, terutama
     dipengaruhi oleh berat tanah di atas titik tersebut. Dengan metode irisan,
     massa tanah yang longsor dipecahpecah menjadi beberapa irisan vertical.
     Kemudian, keseimbangan dari tiaptiap irisan diperhatikan. Gambar 8
     memperlihatkan satu irisan dengan gayagaya yang bekerja padanya. Gaya
     gaya ini terdiri dari gaya geser (Xr dan X1) dan gaya normal efektif (Er dan
     E1) di sepanjang sisi irisannya, dan juga resultan gaya geser efektif (Ti) dan
     resultan gaya normal efektif (Ni) yang bekerja di sepanjang dasar irisannya.
     Pada irisannya, tekanan air pori U1 dan Ur bekerja di kedua sisinya, dan
     tekanan air pori Ui bekerja pada dasarnya. Dianggap tekana air pori sudah
     diketahui sebelumnya.
                                                                             28
               Gambar 8. Gaya-Gaya yang Bekerja Pada Irisan
K. Metode Fellenius
   Analisis stabilitas lereng cara Fellenius (1927) mengganggap gayagaya yang
   bekerja pada sisi kanankiri dari sembarang irisan mempunyai resultan nol
   pada arah tegak lurus bidang longsornya. Dengan               anggapan ini,
   keseimbangan    arah   vertical   dari    gayagaya   yang   bekerja   dengan
   memperhatikan tekanan air pori adalah :
      Ni + Ui = Wi cos i ...(5)
   Atau
      Ni = Wi cos i  Ui= Wi cos i  uiai (6)
   Faktor aman didefinisikan sebagai,
      F=
           
      F=      .(7)
   Dengan,
   FK > 1,5 menunjukkan lereng stabil
   FK = 1,5 kemungkinan lereng kurang stabil
                                                                          29
FK < 1,5 menunjukkan lereng tidak stabil
Lengan momen dari berat massa tanah tiap irisan adalah R sin , maka
   Mr = R                               .....(8)
Dimana :
R = jari  jari lingkaran bidang longsor
n = jumlah irisan
Wi = berat massa tanah irisan ke  i
i = sudut yang di definisikan pada Gambar.9
Dengan cara yang sama, momen yang menahan tanah yang akan longsor,
   Mr = R             (            +        ) (9)
Karena itu, persamaan untuk faktor amannya menjadi,
               (               )
   F=       
                                     ...(10)
                            
Bila terdapat air pada lerengnya, tekana air pori pada bidang longsor tidak
berpengaruh pada Md, karena resultan gaya akibat tekanan air pori lewat titik
pusat lingkaran. Maka :
                   (                    )   
   F=               
                                                  .(11)
                                     
Dimana :
F = faktor aman
C = kohesi tanah
 = sudut gesek dalam tanah
ai = panjang bagian lingkaran pada irisan ke  i
Wi = berat irisan tanah ke  i
ui = tekanan air pori pada irisan ke  i
                                                                              30
   i = sudut yang didefinisikan dalam Gambar 8
   Jika terdapat gayagaya selain berat lereng tanahnya sendiri, seperti beban
   bangunan di atas lereng, maka momen akibat beban ini diperhitungkan
   sebagai Md. Metode Fellenius memberikan faktor aman yang relatif lebih
   rendah dari cara hitungan yang lebih teliti. Batasbatas nilai kesalahan dapat
   mencapai kirakira 5 sampai 40% tergantung dari faktor aman, sudut pusat
   lingkaran yang dipilih, dan besarnya tekanan air pori. Walaupun analisisnya
   ditinjau dalam tinjauan tegangan total, kesalahan masih merupakan fungsi
   dari faktor aman dan sudut pusat dari lingkarannya (Whitman dan Baily,
   1967). Cara ini telah banyak digunakan dalam prakteknya. Karena cara
   hitungannya yang sederhana dan kesalahan yang terjadi pada sisi yang aman.
L. Dinding Penahan Tanah
   Dinding penahan tanah (DPT) adalah suatu bangunan yang dibangun untuk
   mencegah keruntuhan tanah yang curam atau lereng yang dibangun di tempat
   di mana kemantapannya tidak dapat dijamin oleh lereng tanah itu sendiri,
   dipengaruhi oleh kondisi gambaran topografi tempat itu, bila dilakukan
   pekerjaan tanah seperti penanggulan atau pemotongan tanah.
   Secara umum fungsi dari DPT (Dinding Penahan Tanah) adalah untuk
   menahan besarnya tekanan tanah akibat parameter tanah yang buruk sehingga
   longsor bisa dicegah, serta untuk melindungi kemiringan tanah dan
   melengkapi kemiringan dengan pondasi yang kokoh .
                                                                      31
DPT terbuat dari 2 jenis bahan, antara lain :
          Beton (cantilever walls)
          Batu kali (gravity walls)
1. Macam-macam Dinding Penahan Tanah
   Macam  macam dinding penahan di golongkan menurut bahan  bahan
   yang digunakan untuk bentuk bangunannya :
   a. Dinding penahan tembok batu dan yang berupa balok
       Dinding penahan jenis ini digunakan terutama untuk pencegahan
       terhadap keruntuhan tanah, dan lebih lanjut lagi digunakan apabila
       tanah asli di belakang tembok itu cukup baik dan tekanan tanah
       dianggap kecil. Terdapat dua macam tembok penahan, yaitu
       penembokan kering (dry masonry) dan penembokan basah (water
       masonry) dan terutama dibagi menjadi penembokan tak searah dan
       penembokan searah tergantung dari cara penetrasan batu.
               Gambar 9. Dinding penahan yang berupa tembok batu.
                                                                      32
b. Dinding penahan beton tipe gravitasi dan Tipe semi gravitasi
   Dinding penahan jenis gravitasi bertujuan untuk memperoleh ketahanan
  terhadap tekanan tanah dengan beratnya sendiri. Karena bentuknya
  yang sederhana dan juga pelaksanaannya yang mudah, jenis ini sering
  digunakan apabila dibutuhkan konstruksi penahan yang tidak terlalu
  tinggi atau bila tanah pondasinya baik.
   Dinding penahan jenis semi gravitasi bertujuan untuk mendapatkan
  kemantapan dengan beratnya sendiri, namun yang membedakan jenis
  ini yaitu batang tulangan disusun karena adanya tegangan tarik pada
  badan tembok.
    Gambar 10. Dinding penahan beton tipe gravitasi dan semi grafitasi.
c. Dinding penahan beton dengan sandaran (Lean against type)
   Dinding penahan jenis ini dikategorikan ke dalam jenis tembok
   penahan gravitasi namun cukup berbeda dalam fungsinya.
   Dinding penahan jenis ini berbeda dalam kondisi kemantapan dan
   direncanakan supaya keseimbangan tetap terjaga dengan keseimbangan
   berat sendiri badan dinding dan tekanan tanah pada permukaan bagian
   belakang, atau dengan kata lain, dengan dorongan dari kedua gaya
   tersebut. Akibatnya apabila tanah di bagian belakang permukaan
                                                                     33
   dihilangkan akan mengakibatkan tembok itu terguling. Karena alas an 
   alas an tersebut di atas, volume beton haruslah sedikit dan akibatnya
   dinding menjadi ekonomis, tetapi dinding ini tidak dapat digunakan
   apabila tanah pondasi ada dalam bahaya penurunan ataupun bahaya
   gelincir.
     Gambar 11. Dinding penahan beton dengan sandaran (Lean against
                type).
d. Dinding penahan beton bertulang dengan balok kantilever
  Dinding penahan dengan balok kantilever tersusun dari suatu tembok
  memanjang dan suatu pelat lantai. Masing  masing berlaku sebagai
  balok kantilever dan kemantapan dari tembok didapatkan dengan berat
  sendiri atau berat tanah di atas tumit palat lantai.
   Gambar 12. Dinding penahan beton bertulang dengan balok kantilever.
                                                                      34
e. Dinding penahan beton bertulang dengan penahan (Buttress)
  Dinding penahan ini dibagun pada sisi tembok di bawah tanah tertekan
  untuk memperkecil gaya irisan yang bekerja pada tembok memanjang
  dan pelat lantai. Pada umumnya jenis ini hanya membutuhkan bahan
  yang sedikit. Jenis ini digunakan untuk dinding penahan yang cukup
  tinggi. Kelemahan dari jenis ini adalah pelaksanaannya yang lebih sulit
  dari pada jenis lainnya.
       Gambar 13. Dinding penahan beton bertulang dengan penahan
                 (Buttress).
f. Dinding penahan beton bertulang dengan tembok penyokong
  Dinding jenis ini berfungsi sama seperti dinding penahan secara
  umumnya, tetapi tembok penyokong yang berhubungan dengan
  penahan di tempatkan pada sisi yang berlawanan dengan sisi di mana
  tekanan tanah bekerja.
                                                                     35
          Gambar 14. Dinding penahan beton bertulang dengan tembok
                     Penyokong.
  g. Dinding penahan khusus
     Jenis ini adalah dinding khusus yang tidak termasuk dalam dinding
     penahan sebelumnya. Jenis ini dibagi menjadi dinding penahan macam
     rak, dinding penahan tipe kotak, dinding penahan tebuat di pabrik,
     dinding penahan yang menggunakan jangkar, tembok penahan dengan
     cara penguatan tanah dan tembok penahan berbentuk Y terbalik.
                   Gambar 15. Dinding penahan khusus.
2. Kriteria Dinding Penahan Tanah
  Dalam perencanaan dinding penahan tanah ada 3 kriteria yang harus
  diperhatikan, yaitu:
                                                                        36
a. Safety Factor Terhadap Guling
   Safety factor terhadap guling berkaitan dengan momen yang terjadi
   pada struktur gravity wall. Momen tersebut terjadi karena adanya gaya-
   gaya lateral tanah terhadap gravity wall, baik tekanan tanah aktif
   maupun pasif terhadap titik guling struktur dinding penahan tanah.
   Selain itu akan terjadi momen resistensi dikarenakan berat sendiri
   struktur terhadap titik guling, yang akan berfungsi untuk menahan
   momen guling akibat gaya aktif tanah. Tekanan tanah lateral yang
   diakibatkan oleh tanah di belakang dinding penahan, cenderung
   menggulingkan dinding, dengan pusat rotasi terletak pada ujung kaki
   depan dinding penahan tanah.
   SF =       > 1,5 ..Aman!...(12)
   SF = Safety Factor
   MAtot = Momen struktur
   MPtot = Momen tanah
b. Safety Factor Terhadap Geser
   Safety factor terhadap geser berkaitan dengan gaya transversal yang
   dapat menggeser struktur dinding penahan tanah. Akan tetapi gaya
   tersebut akan ditahan oleh gaya gesek yang terjadi antara bidang dasar
   dinding penahan tanah dengan tanah yang ada di bawahnya.
          .     . (      )
   SF =                       > 1,5.Aman! ......(13)
   SF = Safety factor
   C = Kohesi (nilai kohesi tanah yang berhimpit dengan lapisan bawah
       struktur)
                                                                     37
   B = Lebar alas struktur
   W = Berat struktur
    = Sudut geser dalam (nilai sudut geser dalam tanah yang berhimpit
       dengan lapisan bawah struktur)
   Ptot = Tekanan tanah total
c. Safety Factor terhadap Ambles
   Safety factor terhadap ambles berkaitan dengan kemampuan tanah
   untuk menahan beban struktur agar tanah tidak mengalami penurunan
   (ambles). Perhitungan menggunakan tabel Terzaghi.
   Tabel 5. Tabel Terzaghi
   Qult = 1,3 . c2 . Nc + 2 . Nq . DF + 0,5 . 2 . B . N...(14)
   Qult = Beban ultimit
   C = kohesi (nilai kohesi tanah yang berada di bawah struktur)
    = Berat volume tanah (nilai berat volume tanah yang berada di bawah
       struktur)
   DF = lebar pondasi struktur
   B = lebar alas struktur
                                                               38
Qall =       ..(15)
Qall = Beban izin
Beban dinding penahan tanah yang ditanggung tanah:
Qterjadi =
Qterjadi = Beban dinding penahan tanah yang ditanggung tanah
Safety Factor Terhadap Ambles (settlement):
SF = Qterjadi < Qall.Aman!
                                                                             39
                       III. METODE PENELITIAN
A. Wilayah Studi
   Wilayah studi pada penelitian ini adalah lereng di ruas jalan batas Kota Liwa
   - Simpang Gunung Kemala, Taman Nasional Bukit Barisan Selatan.
  Gambar 16. Longsor di Jalan Batas Kota Liwa  Simpang Gunung Kemala.
   Lokasi                   : STA 263+650 km (dari Kota Bandar Lampung)
   Lebar lereng             : 12 m
   Tinggi lereng            : 10 m
   Kemiringan lereng        : 59,0367
   Koordinat                : X : 388234
                             Y : 9433678
                                             40
Gambar 17. Lokasi Pengambilan Sampel Tanah
  Gambar 18. Kondisi Kelongsoran Lereng
                                                                             41
B. Data yang Digunakan
   1. Data Primer
      Data Primer adalah data yang di peroleh langsung di lapangan. Data
      primer yang digunakan adalah sebagai berikut.
      a. Nilai kadar air tanah pada lereng tersebut
      b. Berat volume tanah
      c. Kuat geser tanah
      d. Sudut geser dalam ()
      e. Nilai kohesi (c)
      f. Tinggi lereng
      g. Sudut kemiringan lereng
   2. Data Sekunder
      Data sekunder adalah data  data yang diperoleh dari instansi  instansi
      terkait penelitian ini dan dokumentasi yang berasal dari:
      a. Data properties tanah terkait dengan hasil uji laboratorium yang telah
          dilakukan sebelumnya.
      b. Data tambahan berupa kontur dan potongan melintang lereng kajian
          untuk dianalisi kestabilannya.
C. Pelaksanaan Pengujian di Laboratorium
   1. Pengujian Kadar Air
      Tujuan dari percobaan kadar air adalah untuk mengetahui kadar air suatu
      sampel tanah. Kadar air tanah adalah perbandingan berat air dalam tanah
      dengan berat butiran tanah (berat tanah kering).
                                                                             42
   2. Percobaan Berat Jenis
      Tujuan percobaan berat jenis adalah untuk menentukan kepadatan massa
      tanah secara rata- rata yaitu perbandingan antara berat butiran tanah dan
      berat air suling dengan volume yang sama pada suhu tertentu.
   3. Percobaan Geser Langsung
      Tujuan dari percobaan geser langsung adalah untuk menentukan sudut
      geser () dan nilai kohesi (C).
D. Analisis Data
   Berdasarkan data hasil penelitian yang diperoleh dari hasil pengujian
   laboratorium kemudian dilakukan analisa untuk masing-masing pengujian
   sehingga didapatkan sifat fisik dan mekanik untuk tiap sample tanah, setelah
   didapatkan data sifat fisik dan mekanik tanah tahap selanjutnya dilakukan
   analisa kestabilan lereng dengan metode fellenius yang dilakukan sebanyak
   3 model irisan yang berbeda-beda, sehingga didapatkan nilai faktor aman
   kestabilan lereng yang lebih akurat.
   Berikut adalah beberapa langkah yang dilakukan dalam perhitungan analisa
   kestabilan lereng dengan metode fellenius:
   1. Membuat sketsa lereng berdasarkan data penampang lereng.
   2. Dibuat sayatan-sayatan vertical dimulai dari titik puncak lereng sampai
      batas bidang gelincir.
   3. Menentukan tinggi tiap irisan, sudut geser tiap irisan, dan panjang bidang
      gelincir tiap irisan.
   4. Membuat tabel untuk mempermudah perhitungan.
                                                                      43
Berikut adalah beberapa langkah yang dilakukan dalam perencanaan dinding
penahan tanah:
1. Menghitung tekanan tanah aktif.
2. Merencanakan dimensi dan menghitung beban dinding penahan tanah.
3. Menghitung safety factor terhadap guling.
4. Menghitung safety factor terhadap geser.
5. Menghitung safety factor terhadap ambles.
                                                                           44
E. Diagram Alir Penelitian
                                     Mulai
                             Survei Lapangan
                         Pengambilan Sampel Tanah
                             Tidak Terganggu
                           (Undisturbed Sample)
                                Uji Laboratorium
                             1. Sifat Fisik Tanah
                             - Uji Kadar Air
                             - Uji Berat Jenis
                             - Uji Analisa Saringan
                             - Uji LL, PL, PI
                             2. Sifat Mekanis Tanah
                             - Uji Geser Langsng
                             - Uji Triaksial
                                 Analisa Hasil
      Input
  Data Hasil Uji              Analisa Kestabilan Lereng
  Laboratorium                Metode Fellenius
                        4 Pias          8 Pias        12 Pias
                                    Output            Tidak
                                                      Aman
                                Faktor Kemanan
                                                                Metode Penanganan
                                     Lereng
                                          Aman
                                  Kesimpulan
                                     Selesai
                     Gambar 19. Diagram Alir Penelitian
                                                                                65
                       V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
   Kesimpulan yang dapat diperoleh dari hasil analisis stabilitas lereng adalah
   sebagai berikut :
   a. Karakteristik dan parameter tanah lereng sangat berpengaruh tehadap
      hasil analisis stabilitas lereng.
   b. Dari hasil perhitungan dengan metode fellenius didapat nilai faktor aman
      < 1,5. Dimana lereng tersebut dinyatakan rawan longsor, sehingga perlu
      dilakukan perencanaan untuk mengatasi bahaya longsor tersebut.
   c. Nilai faktor aman hasil analisis stabilitas lereng dengan metode fellenius :
         Lereng dibagi 4 irisan     = 0,2988
         Lereng dibagi 8 irisan     = 0,3371
         Lereng dibagi 16 irisan = 0,2105
   d. Dalam perhitungan analisis stbilitas lereng semakin banyak jumlah irisan
      maka hasil perhitungan akan semakin akurat.
   e. Penanganan menggunakan dinding penahan tanah pasangan batu dan
      bronjong yang telah direncanakan telah memenuhi syarat keamanan
      lereng agar tidak terjadi kelongsorang yang dapat menimbulkan korban
      jiwa, dan perencaan tersebut dapat diterapkan di lapangan.
                                                                              76
   f. Hasil analisis stabilitas lereng setelah penanganan menggunakan dinding
      penahan tanah pasangan batu:
          Safety factor terhadap bahaya guling = 6,0142 > 1,5
          Safety factor terhadap bahaya geser = 1,516 > 1,5
          Safety factor terhadap bahaya ambles = 5,2678 < 18,333
   g. Hasil analisis stabilitas lereng setelah penanganan menggunakan
      bronjong :
          Safety factor terhadap bahaya geser = 1,5191 > 1,5
          Safety factor terhadap bahaya ambles = 7,8333 < 16,7394
B. Saran
   Berdasarkan hasil analisis stabilitas lereng, saran yang diajukan adalah
   sebagai berikut:
   1. Analisis stabilitas lereng sebaiknya di hitung menggunakan 2 atau 3
      metode yang berbeda agar nilai faktor aman yang didapat lebih akurat.
   2. Penanggulangan kelongsoran lereng dapat dilakukan dengan beberapa
      metode penanganan yang mungkin lebih efisien dan lebih hemat. Seperti
      sheet pile, geotekstile, bore pile, dan lain-lain.
                                  DAFTAR PUSATAKA
Anonim, 2008. Buku Petunjuk Praktikum Mekanika Tanah-I & Mekanika Tanah-II.
      Universitas Lampung, Lampung.79 Halaman.
Das, B.M. 1995. Mekanika Tanah (Prinsip-Prinsip Rekayasa Geoteknis). Jakarta. Erlangga. 426
       Halaman.
Feriyansyah. 2013. Analisis Stabilitas Lereng (Studi Kasus di Kelurahan Sumur Batu Bandar
        Lampung). Fakultas Teknik. Universitas Lampung. Lampung.
Hardiyatmo, H.C. 2003. Mekanika Tanah II. Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.
      451 Halaman.
Hardiyatmo, H.C. 2002. Mekanika Tanah I. Universitas Gajah Mada, Yogyakarta. 397 Halaman.
Saleh, Margaret. 2006. Mekanika Tanah. Delta Teknik Group Jakarta, Jakarta. 379 Halaman.
Sompie, dkk. 2014. Analisis Kestabilan Lereng Dengan Metode Fellenius
      (Studi Kasus : Kawasan Citraland). Universitas Sam Ratulangi Manado, Manado.