48 Journal
48 Journal
Asima Sirait
Abstract
Schizophrenia is a chronic psychotic disorder and relapse indicated be serious
personality confusion, disortion of reality, and disability to function in daily
life. The chaos and dynamics in a family such as full of condition of hostility,
too worried/emotional and too protective toward the victim, paly and
important role in bringing about relapse and maintaining remission, for this
purpose, a family needs to internally or externally implement the coping
strategy to face and take care of the victim that there is no incident of relapse.
The purpose of this observational analytical study with retrospective case
control design is to examine the influence of an internal or external family
coping on the incident of relapse in the patients with complete remission
schizophrenia in the mental hospital of Sumatera Utara Province in 2006. The
population for this study is the families of all of the patiens with complete
remission schizophrenia being treated in the mental hospital of Sumatera
Utara Province. Through purposive sampling technique, the families of 20
patients with complete remission schizophrenia who relapsed were selected
for the samples of case group and the families of 20 patients with complete
remission schizophrenia who did not relapse were selected for samples of
control group. The result of this study shows that the external coping has
significant influence on the incident of relapse, therefore, it is suggestedthat
the hospital managemnet make of policy related to the prevention of the
incident of relapse in the patients by providing the families of patients with
complete remission schizophrenia with training and involving them during the
patients treatment process in the hospital hat families can treat the patients
with complete remission schizophrenia better.
Pendahuluan
Skizofrenia merupakan gangguan tiga per mil penduduk dan di Amerika Serikat,
psikotik yang bersifat kronis/ kambuh ditandai penderita skizofrenia lebih dari dua juta orang.
dengan parahnya kekacauan kepribadian, distorsi Skizofrenia lebih sering terjadi pada populasi
realita dan ketidakmampuan untuk berfungsi urban dan pada kelompok sosial ekonomi
dalam kehidupan sehari-hari. Pasien dapat rendah.
kehilangan pekerjaan, teman dan minat, karena Menurut data hasil penelitian, di
mereka tidak mampu berbuat sesuatu, bahkan Indonesia terdapat sekitar 1-2% penduduk yang
ada pasien yang hidup menggelandang dijalan menderita skizofrenia, itu berarti sekitar 2-4 juta
atau dipasung dirumah. jiwa, dari jumlah tersebut diperkirakan
Menurut data American Psychiatric penderita yang aktif sekitar 700.000-1,4 juta
Association (APA) (1995), menyebutkan bahwa jiwa. Demikian juga dengan pendapat Irmansyah
1% populasi penduduk dunia menderita (2006), bahwa penderita yang dirawat di bagian
skizofrenia. Penelitian yang sama oleh WHO psikiatri di Indonesia hampir 70% karena
juga mengatakan bahwa prevalensi skizofrenia skizofrenia.
dalam masyarakat berkisar antara satu sampai
Menurut Syamsulhadi, selaku Ketua menghadapi gejala tersebut. Kondisi inilah yang
Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa akan melahirkan sikap dan emosi yang keliru dan
Indonesia (PDSKJI) dan sekaligus Rektor berdampak negatif pada penderita. Biasanya
Universitas Negeri Sebelas Maret (UNS) Solo, keluarga menjadi emosional, kritis dan bahkan
mengatakan bahwa berdasarkan hasil survey tim bermusuhan yang jauh dari sikap hangat yang
kesehatan jiwa UNS Solo pada tahun 2000 dibutuhkan oleh penderita.
sedikitnya 16% penduduk di Kota Solo Kekacauan dan dinamika keluarga ini
mengalami gangguan kejiwaan dalam berbagai memegang peranan penting dalam menimbulkan
tingkatan, dari yang paling ringan sampai yang relaps dan mempertahankan remisi. Penderita
berat seperti skizofrenia. Demikian juga dengan yang dipulangkan ke rumah lebih cenderung
pernyataan Dadang Sukandar, Kepala Rumah kambuh pada tahun berikutnya dibandingkan
Sakit Jiwa Cimahi bahwa 70% keluarga miskin dengan penderita yang ditempatkan pada
di Kota Cimahi (Jawa Barat) mengalami lingkungan residensial. Penderita yang paling
gangguan jiwa, sayangnya dalam pernyataannya beresiko untuk kambuh adalah penderita yang
tidak disebutkan jenis gangguan jiwa yang berasal dari keluarga dengan suasana penuh
dialami oleh warganya. Menurut Sukandar permusuhan, keluarga yang memperlihatkan
bahwa rata-rata setiap harinya, warga yang kecemasan yang berlebihan, terlalu protektif
memeriksakan diri ke bagian gangguan jiwa terhadap penderita.
mencapai angka 30-40 orang, angka ini Koping merupakan cara untuk
bertambah terus setiap tahunnya sekitar 3-5%, menghadapi/menangani penderita skizofrenia
dengan mayoritas adalah kalangan usia produktif. remisi sempurna sehingga tidak terjadi relaps.
Menurut data yang diperoleh dari Koping keluarga merupakan respons positif,
Medical Record Rumah Sakit Jiwa Daerah afektif, persepsi dan respons perilaku yang
Provinsi Sumatera Utara tahun 2004, pasien digunakan oleh keluarga untuk memecahkan
gangguan jiwa yang dirawat berjumlah 1.387 masalah dan mengurangi stress. Relaps pada
orang, dari jumlah tersebut penderita skizofrenia penderita skizofrenia remisi sempurna yang
sebanyak 1.183 orang (88,15%). Pada tahun berada ditengah keluarga merupakan suatu tanda
2005 pasien gangguan jiwa yang dirawat bahwa keluarga gagal untuk melakukan koping
berjumlah 1.694 orang, dari jumlah tersebut dengan baik.
penderita skizofrenia sebanyak 1.543 orang Di banyak negara, pengetahuan dan
(91,09%). Dari 1543 orang penderita skizofrenia keterampilan keluarga dalam merawat anggota
yang dirawat pada tahun 2005 sebanyak 1493 keluarga yang menderita skizofrenia bisa didapat
orang penderita remisi sempurna ( 96,76%), dan dengan mengikuti program-program intervensi
dari jumlah tersebut penderita yang mengalami keluarga yang menjadi satu dengan pengobatan
relaps sebanyak 876 orang penderita (58,67%). skizofrenia seperti family psycho education
Data diatas menunjukkan adanya peningkatan program, cognitive behavior therapy for family,
penderita skizofrenia dari tahun ke tahun di multifamily group therapy dan lain-lain.
Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Sementara di Indonesia program penanganan
Utara dan juga menunjukkan tingginya angka keluarga ini belum mendapat perhatian yang
relaps pada penderita remisi sempurna. lebih. Hal ini sebenarnya perlu dilakukan
Penyakit skizofrenia seringkali kronis mengingat bahwa: pertama, karena hampir
dan kambuh, sehinga penderita memerlukan semua penderita tidak dalam perawatan, tetapi
terapi/ perawatan lama. Disamping itu semua berada ditengah keluarga; kedua, minimnya
etiologi, patofisiologi dan perjalanan fasilitas kesehatan mental membuat penanganan
penyakitnya amat bervariasi/ heterogen bagi pengobatan penderita tidak optimal dan ketiga
setiap penderita, sehingga mempersulit diagnosis penanganan oleh keluarga jauh lebih murah.
dan penanganannya. Keadaan seperti ini akan Program umumnya bisa meliputi pengetahuan
menimbulkan beban dan penderitaan bagi dasar tentang skizofrenia, penanganan emosi
keluarga. Keluarga sering kali mengalami dalam keluarga, keterampilan menghadapi gejala
tekanan mental karena gejala yang ditampilkan skizofrenia, serta keterampilan menjadi perawat
oleh penderita dan juga ketidaktahuan keluarga yang baik bagi penderita.
Demikian halnya dengan penderita keluarga seolah pasrah dengan kondisi yang
skizofrenia yang dirawat di Rumah Sakit Jiwa terjadi. Hal inilah yang membuat penulis merasa
Daerah Provinsi Sumatera Utara, mereka tertarik dan ingin melakukan penelitian tentang
membutuhkan koping yang baik dari keluarga Pengaruh Koping Keluarga Terhadap Kejadian
setelah remisi dari rumah sakit, sehingga relaps Relaps Pada Penderita Skizofrenia Remisi
bisa dikendalikan atau dicegah. Kenyataan yang Sempurna di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi
ada dilapangan tidak seperti yang diharapkan, Sumatera Utara.
pasien justru banyak yang mengalami relaps dan
Metodologi Penelitian
Jenis penelitian adalah penelitian analitik Provinsi Sumatera Utara Tahun 2006, dengan
dengan rancangan studi Kasus-Kontrol yang jumlah sampel 20 kasus dan 20 kontrol yang
bersifat Retrospektif, karena tujuan penelitian diambil secara purposive sampling dengan
adalah untuk mengetahui pengaruh koping kriteria: keluarga penderita skizofrenia yang
keluarga terhadap kejadian relaps pada relaps dan tidak relaps, penderita belum
skizofrenia remisi sempurna di Rumah Sakit menikah, merupakan significant other dari
Jiwa Daerah Propinsi Sumatera Utara, penelitian penderita, tinggal serumah, berusia 18 tahun
dilaksanakan pada tanggal 10 Oktober 10 dan domisili di Medan.
Nopember 2006. Metode pengumpulan data dilakukan
Populasi dalam penelitian adalah seluruh dengan menggunakan kuesioner dan wawancara.
keluarga penderita skizofrenia remisi sempurna Teknik analisis data dilgunakan adalah Mann-
yang di rawat di Rumah Sakit Jiwa Daerah Withney U-Test dan Regresi Logistik.
1.7. Normalisasi
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Menurut Davis seorang peneliti pertama
koping internal normalisasi ini pada keluarga yang menggunakan istilah normalisasi
penderita yang relaps hanya 15% kategori baik, menggambarkan respon keluarga terhadap sakit
sedangkan pada keluarga penderita yang tidak dan kecacatan pada anak yang menderita sakit
relaps koping ini 55% kategori baik. Demikian polio. Dari hasil penelitiannya ditemukan bahwa
juga dengan hasil tes Mann Whitney bahwa jarak keluarga menormalkan situasi abnormalitas
rata koping internal normalisasi pada keluarga dengan cara berpartisipasi dalam kegiatan biasa
penderita yang tidak relaps lebih besar dan terus memelihara ikatan sosial. Demikian
dibandingkan dengan koping internal normalisasi juga sebenarnya yang diharapkan dilakukan oleh
pada keluarga penderita yang relaps, itu artinya keluarga penderita skizofrenia remisi sempurna
keluarga penderita yang tidak relaps masih lebih dalam merawat penderita, mereka harus
baik dalam menggunakan koping ini dilibatkan dalam kegiatan sehari-hari di rumah,
dibandingkan dengan keluarga penderita yang melatih mereka dalam kegiatan mandiri serta
relaps. memberikan penghargaan kepada mereka ketika
Hasil uji statistik tentang koping ini mereka berhasil melakukan sesuatu dengan benar
juga menunjukkan bahwa koping internal atau salah, maka oleh Friedman (1998) dan
normalisasi ini berpengaruh nyata terhadap Schulman mengatakan bahwa strategi koping
kejadian relaps, dimana nilai p < 0.05, artinya seperti ini sering digunakan dalam keluarga yang
ada pengaruh koping internal normalisasi dengan mengalami sakit kronis.
kejadian relaps. Hal ini sejalan dengan teori yang Hasil uji regresi logistik menunjukkan
mengatakan bahwa normalisasi adalah satu bahwa koping internal yang paling signifikan
strategi keluarga untuk menormalkan segala berpengaruh terhadap kejadian relaps adalah
sesuatu ketika mereka melakukan koping mengandalkan kelompok keluarga, dimana nilai
terhadap stresor terutama jangka panjang yang p = 0,01 atau < 0,05 dengan Odds Rasio (OR) =
cenderung merusak kehidupan keluarga. Seperti 100,83 pada 95% CI, artinya keluarga yang tidak
kita ketahui bersama bahwa skizofrenia adalah mengandalkan kelompok keluarga dengan baik
penyakit kronis, walaupun sudah dikatakan dapat meningkatkan resiko relaps 100,83 kali
sembuh namun penyakit ini mempunyai dibandingkan dengan keluarga yang
kecenderungan untuk kambuh kembali apabila mengandalkan kelompok keluarga dengan baik.
keluarga tidak mampu melakukan perawatan
dengan baik.
Hasil temuan ini sejalan dengan teori penelitian, namun bagian fungsi keluarga yang
yang mengatakan bahwa dukungan keluarga diimplikasikan dalam peningkatan kekambuhan
memang sangat penting dalam proses penderita skizofrenia adalah hubungan yang
penyembuhan penderita. Teori-teori yang tidak harmonis, dingin dan penuh ketegangan,
berkaitan dengan peran keluarga dalam tidak ada waktu untuk bersama dan komunikasi
munculnya skizofrenia belum divalidasi dalam yang tidak baik diantara keluarga.
Kesimpulan
Setelah melakukan penelitian tentang keluarga internal pemecahan masalah, dan
pengaruh koping keluarga terhadap kejadian fleksibilitas peran tidak berpengaruh nyata
relaps pada skizofrenia remisi sempurna di terhadap kejadian relaps, dimana nilai p >
Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera 0,05 dan dari hasil analisis multivariat
Utara maka diperoleh beberapa kesimpulan koping keluarga internal mengandalkan
sebagai berikut: kelompok keluarga paling signifikan
1. Koping keluarga internal seperti mempengaruhi kejadian relaps, dimana nilai
mengandalkan kelompok keluarga, p = 0,01 dengan OR = 100,83, artinya
penggunaan humor, memelihara ikatan kejadian relaps dapat meningkat 100,83 bila
keluarga, mengontrol kembali makna dari keluarga tidak mengandalkan
masalah, dan normalisasi terbukti kelompoknya/sumber-sumber mereka
berpengaruh nyata terhadap kejadian relaps, sendiri secara baik.
dimana nilai p < 0,05, sedangkan koping
2. Koping keluarga eksternal seperti mencari kejadian relaps dapat meningkat 38,13 kali
informasi, memelihara hubungan aktif apabila keluarga tidak dapat memelihara
dengan komunitas dan mencari dukungan hubungan aktif dnegan komunitas secara
spiritual terbukti berpengaruh nyata terhadap baik.
kejadian relaps, dimana nilai p < 0,05, 3. Koping berpengaruh terhadap kejadian
sedangkan koping keluarga eksternal relaps, koping eksternal lebih signifikan
mencari dukungan sosial tidak berpengaruh mempengaruhi kejadian relaps dibandingkan
nyata terhadap kejadian relaps, dimana nilai dengan koping internal, dimana nilai p =
p > 0,05 dan dari hasil analisis multivariat 0,04 dengan OR = 19, artinya kejadian
koping eksternal memelihara hubungan aktif relaps pada penderita skizofrenia remisi
dengan komunitas paling signifikan sempurna dapat meningkat 19 kali apabila
mempengaruhi kejadian relaps dimana nilai keluarga tidak menggunakan koping
p = 0,00 dengan OR = 38,13, artinya eksternal dengan baik.
Daftar Pustaka
8. Bachtiar dan Sylvia, 2005. Penuntun 14. Ingram, dkk, 1995. Catatan Kuliah Psikiatri.
Wawancara Psikodinamik dan Psikoterapi, Edisi 6. Alih Bahasa: Petrus Adianto,
Jakarta: EGC. Jakarta: EGC
15. Irmansyah, 2005. Faktor Genetika pada 24. Murti, Bhisma, 1997. Prinsip dan Metode
Skizofrenia. Riset Epidemiologi, Yogyakarta: Gajahmada
http://www.schizophrenia.web.id. University Press.
16. Isaacs, Ann, 2005. Mental Health and 25. Residen Bagian Psikiatri UCLA, 1997. Buku
Psychiatric Nursing. Alih Bahasa: Dian Saku Psikiatri, Alih Bahasa: dr.R.F.
Praty Rahayuningsih,Jakarta: EGC. Maulany, Jakarta: EGC.
17. Izzudin, dan Amino, Gondohutomo.2005. 26. Ridwan, 2003. Skala Pengukuran Variabel-
Konsultasi dan Integrasi Pelayanan Variabel Penelitian, Bandung: Alfabeta.
Psikiatri:Membunuh Keluarga Sendiri,
http://www.suaramerdeka.com. 5 September 27. Sabri,Luknis dan Sutanto, 2007. Statistik
2005. Kesehatan, Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada.
18. Kaplan dan Sadock, 1997. Sinopsis
Psikiatri: Ilmu Pengetahuan Perilaku 28. Saifullah, 2005. Penanganan Penderita
Psikiatri Klinis, Ed 7, Alih Bahasa: Dr Skizofrenia Secara Holistik di Badan
Widjaja Kusuma, Jakarta: Binarupa Aksara. Pelayanan Kesehatan Jiwa Nangroe Aceh
Darussalam. Tesis. PPs USU. Medan.
19. _____,1998. Ilmu Kedokteran Jiwa Darurat,
Alih Bahasa: Dr. WM. Roan, Jakarta: 29. Sastroasmoro, Sudigdo, 2002. Dasar-dasar
Widya Medika. Metodologi Penelitian Klinis, Jakarta:
Binarupa Aksara.
20. Kusuma, Widjaja, 1997. Kedaruratan
Psikiatrik Dalam Praktek, Editor: Dr. 30. Shea, Shawn C, 1996. Wawancara Psikiatri,
Lyndon Saputra, Jakarta: Professional Alih Bahasa: Novi Helena Catherina, Elfi
Books. Syahreni, Aniek Maryunani,Jakarta:EGC.
21. Lemeshoww, dkk, 1997, Besar Sampel 31. Semi Jurnal Farmasi dan Kedokteran, Hati-
Dalam Penelitian Kesehatan, Alih Hati Skizofrenia, Ethical Digest, Ed 24,
Bahasa:Dibyo Pramono, Yogyakarta: Hal: 31-40, Februari 2006.
Gajahmada University Press.
32. Sunaryo, 2004. Psikologi Untuk
22. Maramis, WF, 2004. Catatan Ilmu Keperawatan, Jakarta: EGC.
Kedokteran Jiwa, Cetakan 8, Jakarta:
Airlangga. 33. Sundart, Siti, 2005. Kesehatan Mental
Dalam Kehidupan, Jakarta: Rineka Cipta.
23. Maslim, Rusdi, 1997. Buku Saku Diagnosis
Gangguan Jiwa, Jakarta: TP. 34. Tomb, David A, 2004. Buku Saku Psikiatri,
Ed 6, Alih Bahasa: dr.Martina Wiwie N,
Jakarta: EGC.