0% found this document useful (0 votes)
132 views9 pages

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Safe

This document summarizes a study that analyzed factors related to safe behavior among civil contractor workers at PT Indonesia Power UP Semarang power plant. The study found correlations between safe behavior and several factors: knowledge of occupational safety and health, awareness of safety and health, risk perception, and motivation for safe behavior. There were no correlations found with safety needs or positive reinforcement. The document recommends companies provide daily safety briefings and reward workers who prioritize safe behavior to improve safety performance.

Uploaded by

Rangga Adi Putra
Copyright
© © All Rights Reserved
We take content rights seriously. If you suspect this is your content, claim it here.
Available Formats
Download as PDF, TXT or read online on Scribd
0% found this document useful (0 votes)
132 views9 pages

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Safe

This document summarizes a study that analyzed factors related to safe behavior among civil contractor workers at PT Indonesia Power UP Semarang power plant. The study found correlations between safe behavior and several factors: knowledge of occupational safety and health, awareness of safety and health, risk perception, and motivation for safe behavior. There were no correlations found with safety needs or positive reinforcement. The document recommends companies provide daily safety briefings and reward workers who prioritize safe behavior to improve safety performance.

Uploaded by

Rangga Adi Putra
Copyright
© © All Rights Reserved
We take content rights seriously. If you suspect this is your content, claim it here.
Available Formats
Download as PDF, TXT or read online on Scribd
You are on page 1/ 9

JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)

Volume 5, Nomor 5, Oktober 2017 (ISSN: 2356-3346)


http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN SAFE


BEHAVIOR PADA PEKERJA REKANAN BAGIAN SIPIL DI PT.
INDONESIA POWER UP SEMARANG

R. Achmad Zaindy Fara, Bina Kurniawan, Ida Wahyuni


Bagian Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Diponegoro
Email: [email protected]

ABSTRACT

Safe behavior is a systematic application of psychological research on human


behavior on safety issues in the workplace. Worker’s responses to safety are
seen in their daily behavior with work conducting ethic in the workplace.
Indonesia Power UP Semarang Company is one of the companies that
implements safe behavior on every worker, both internal and external who work
in the company area. The purpose of this study was to analyze the correlation
factors with safe behavior on a civil section of partners in Indonesia Power UP
Semarang Company. This type of research is cross sectional study with
observational study and descriptive analytic. Population of the research were the
civil partners employment of the construction work of the warehouse relocation of
New Block 3 PLTGU totaling 37 people. The sample in this study was drawn from
total population. Worker's safe behavior was measured subjectively by using
questionnaire. Rank Spearman correlation test was used as its statistical
analysis. The results showed there were correlation between safe behavior with
knowledge of occupational safety and health (sig=0,014), awareness of
occupational safety and health (sig=0,004), perceptions of risk (sig=0,007), and
motivation to behave safely (sig=0,029). There were no correlation between safe
behavior with safety needs (sig=0,705) and positive reinforcement (sig=0,912).
Companies should activate safety briefings every morning before work to convey
workplace safety information, particularly regarding safe behavior and reward
workers who prioritize safe behaviors in work.

Keyword: Safe Behavior, Worker, Civil Section.

PENDAHULUAN lingkungan dianggap sebagai praktik


Secara ekonomi, moral, dan bisnis yang baik. Bagi banyak
hukum, keselamatan dan kesehatan perusahaan yang memperhatikan
kerja telah menjadi isu penting. tentang program-program
Semua perusahaan sedang keselamatan, kesehatan, dan
berusaha untuk tetap lingkungan ini dapat berdaya saing
menguntungkan dalam ekonomi secara global.[1]
global yang semakin kompetitif. Menurut keilmuan,
Perusahaan-perusahaan yang ikut Keselamatan dan Kesehatan Kerja
memperhatikan tentang adalah suatu cabang ilmu
keselamatan, kesehatan, dan pengetahuan dan penerapan yang

318
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 5, Nomor 5, Oktober 2017 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

mempelajari tentang cara mencegah kerja, alat dan bahan kerja, dan
terjadinya kecelakaan kerja, penyakit kepatuhan terhadap SOP kerja. [4]
akibat kerja (PAK), kebakaran, Unsafe act di tempat kerja erat
peledakan dan pencemaran hubungannya dengan perilaku
lingkungan. Sedangkan menurut pekerja. Aspek utama dalam
Simanjuntak, Keselamatan Kerja mencegah terjadinya kecelakaan
adalah kondisi keselamatan yang kerja yaitu dengan memperhatikan
bebas dari risiko kecelakaan dan aspek behavioral para pekerja.[5]
kerusakan dimana kita bekerja yang Maka diperlukan suatu pendekatan
mencakup tentang kondisi untuk mengurangi atau mencegah
bangunan, kondisi mesin, peralatan kecelakaan kerja terhadap perilaku
keselamatan, dan kondisi pekerja.[2] pekerja, salah satunya yaitu dengan
Kondisi permasalahan yang teori model ABC (Activator-Behavior-
ada dalam sebuah tempat kerja saat Consequence).
ini menurut International Labour Penggunaan model ABC
Organization (ILO), setiap tahun merupakan cara yang efektif untuk
terjadi 1,1 juta kematian yang memahami mengapa perilaku bisa
disebabkan oleh karena penyakit terjadi dan merupakan cara yang
dan kecelakaan akibat hubungan efektif untuk meningkatkan perilaku
pekerjaan. Sekitar 300.000 kematian yang diharapkan karena dalam
terjadi dari 250 juta kecelakaan dan model ini terdapat konsekuensi yang
sisanya adalah kematian karena digunakan untuk memotivasi agar
penyakit akibat hubungan pekerjaan, frekuensi perilaku yang diharapkan
dimana diperkirakan terjadi 160 juta dapat meningkat. Model ABC ini
penyakit akibat hubungan pekerjaan juga berguna untuk mendisain
baru setiap tahunnya.[3] intervensi yang dapat meningkatkan
Menurut data hasil penelitian Safety perilaku, individu, kelompok, dan
Training Observation Program for organisasi. Dalam hal ini perilaku
Supervision oleh DuPont Company yang diharapkan frekuensinya
tentang Causes of Lost Workday meningkat adalah safe behavior.[6]
and Restricted Workday Injuries Model ABC ini dikombinasikan
dalam penelitiannya selama 10 dengan “The DO IT Process” dalam
tahun disebutkan bahwa kecelakaan penerapan pendekatan perilaku
kerja terjadi disebabkan oleh yang dikenal dengan Behavior
beberapa faktor. Faktor tersebut Based Safety (BBS). BBS
dibagi menjadi 2 yaitu tindakan tidak merupakan suatu proses yang terdiri
aman/unsafe act dan penyebab dari empat tahap berkelanjutan.
lainnya/Other Causes. Faktor Empat tahap ini adalah Define,
tindakan tidak aman mencapai 96%, Observe, Intervene, dan Test. Pada
sedangkan faktor penyebab lainnya tahap Intervene inilah model perilaku
mencapai 4%. Diketahui bahwa ABC digunakan untuk membantu
faktor tindakan tidak aman sangat mendisain intervensi yang dapat
berpengaruh dengan terjadinya meningkatkan safe behavior tenaga
kecelakaan kerja. Tindakan tidak kerja.[6] Ketika safe behavior tenaga
aman ini dilakukan oleh pekerja kerja meningkat maka akan
yang memiliki beberapa macam meningkatkan keselamatan kerja
jenis seperti, kepatuhan pemakaian yang dapat meningkatkan
APD, posisi kerja, reaksi pekerja produktivitas sebesar 12%,
terhadap potensi bahaya lingkungan menurunkan kecelakaan kerja, dan
menyejahterakan pekerja.[7]

319
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 5, Nomor 5, Oktober 2017 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

Salah satu perusahaan yang METODE PENELITIAN


menerapkan safe behavior kepada Penelitian ini merupakan
setiap pekerjanya yaitu PT. penelitian kuantitatif dengan metode
Indonesia Power UP Semarang. Hal cross sectional. Populasi penelitian
ini dikarenakan perusahaan memiliki ini adalah pekerja rekanan bagian
potensi bahaya lingkungan kerja sipil pembangunan relokasi gudang
yang tinggi. Zero Accident yang New Blok 3 PLTGU PT. Indonesia
terakhir dicapai pada tahun 2016 Power UP Semarang dengan
membuktikan bahwa perusahaan menggunakan metode total sampling
memiliki komitmen terhadap sejumlah 37 pekerja. Pengumpulan
keselamatan kerja pekerjanya. data dilakukan menggunakan
Dalam beberapa proses instrumen observasi CBC (Critical
produksinya, perusahaan bekerja Behavior Checklist) dan angket.
sama dengan mitra kerja/rekanan Analisis data CBC menggunakan
kerja. Rekanan kerja ini membantu safe behavior index, sedangkan
dalam hal yang berkaitan dengan angket menggunakan analisis data
segala proses produksi perusahaan. univariat dan bivariat dengan
Namun, sebelum menjadi rekanan menggunakan uji rank spearman
kerja diperlukan beberapa (derajat kemaknaan (α) 5%).
pemenuhan persyaratan awal
mengenai keselamatan kerja yaitu HASIL PENELITIAN
pengajuan Ijin Kerja (Work Permit). Pada instrumen observasi
Berdasarkan hasil studi CBC didapatkan sebesar 21,6% safe
pendahuluan laporan inspeksi behavior kurang (8 responden),
temuan ketidaksesuaian bagian K3L 54,1% safe behavior cukup (20
berupa 28 temuan ketidaksesuaian responden), dan 24,3% safe
unsafe behavior pada pekerja behavior baik (9 responden).
rekanan bagian sipil dalam Sedangkan, pada instrumen angket
pengerjaan konstruksi gudang didapatkan sebesar 32,4 % safe
relokasi New Blok 3 PLTGU. Unsafe behavior kurang (12 responden) dan
behavior yang dilakukan ini tercatat 67,6% safe behavior baik (25
dalam laporan inspeksi pada akhir responden). Berikut adalah tabel
bulan Maret 2017 sebanyak 28 pengelompokkan safe behavior
temuan ketidaksesuaian yang pekerja melalui instrumen angket
mengalami peningkatan sebesar penelitian.
2,5% pada akhir bulan Februari
2017. Salah satu temuan Tabel 1. Distribusi Frekuensi Safe
ketidaksesuaian ini berupa kelalaian Behavior Melalui Instrumen
pekerja rekanan dalam hal Angket.
penggunaan Alat Pelindung Diri Jumlah
(APD) secara lengkap dan benar Safe Behavior
Frekuensi %
(helm kerja, sepatu keselamatan, Kurang 12 32,4
dan full body harness) saat Baik 25 67,6
melakukan pekerjaan di tempat Total 37 100
kerja. Oleh karena itu, didapatkan Berdasarkan tabel 1.
rumusan masalah berupa apa saja menunjukkan bahwa terdapat 25
faktor-faktor yang berhubungan responden (67,6%) memiliki safe
dengan safe behavior pada pekerja behavior baik. Adapun safe behavior
rekanan bagian sipil di PT. Indonesia yang dilakukan responden yaitu
Power UP Semarang. mengenai melakukan pekerjaan

320
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 5, Nomor 5, Oktober 2017 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

sesuai dengan wewenang yang variabel yang berhubungan dengan


diberikan dan penggunaan peralatan safe behavior adalah variabel
kerja yang sesuai. pengetahuan terhadap K3 (p=0,014),
Disisi lain, terdapat 12 awareness terhadap K3 (p=0,004),
responden (32,4%) memiliki safe persepsi terhadap risiko (p=0,007),
behavior kurang. Adapun safe dan motivasi berperilaku aman
behavior kurang yang responden (p=0,029). Sedangkan, variabel yang
adalah keikutsertaan responden tidak berhubungan dengan safe
terhadap induksi (safety briefing) behavior yaitu kebutuhan
petugas keselamatan saat akan keselamatan (p=0,705) dan positive
memulai bekerja. reinforcement (p=0,912).
Hasil distribusi frekuensi
variabel bebas dalam penelitian ini
(tabel 2.) menunjukkan bahwa
responden mayoritas memiliki
pengetahuan terhadap K3 baik
(81,1%), awareness terhadap K3
baik (64,9%), persepsi terhadap
risiko baik (70,3%), motivasi
berperilaku aman baik (73,0%),
mendapatkan kebutuhan
keselamatan baik (62,2%), dan
positive reinforcement kurang
(51,4%).
Berdasarkan hasil uji rank
spearman (tabel 2.) diketahui
Tabel 2. Hasil Bivariat menggunakan rank spearman
Safe Behavior
P-
No Variabel Kategori n % Kurang Baik
value
f % f %
1. Pengetahuan Kurang 7 18,9 5 71,4 2 28,6 0,014
Terhadap K3 Baik 30 81,1 7 23,3 23 76,7
2. Awareness Kurang 13 35,1 8 61,5 5 38,5 0,004
Terhadap K3 Baik 24 64,9 4 16,7 20 83,3
3. Persepsi Terhadap Kurang 11 29,7 7 63,6 4 36,4 0,007
Risiko Baik 26 70,3 5 19,2 21 80,8
4. Motivasi Berperilaku Kurang 10 27,0 6 60,0 4 40,0 0,029
Aman Baik 27 73,0 6 22,2 21 77,8
5. Kebutuhan Kurang 14 37,8 4 28,6 10 71,4 0,705
Keselamatan Baik 23 62,2 8 34.8 15 65,2
6. Positive Kurang 19 51,4 6 31,6 13 68,4 0,912
Reinforcement Baik 18 48,6 6 33,3 12 66,7
ditolak sehingga dapat disimpulkan
PEMBAHASAN bahwa ada hubungan antara
A. Pengetahuan Terhadap K3 pengetahuan terhadap K3 dengan
Hasil hipotesis variabel ini safe behavior pada pekerja rekanan
menunjukkan bahwa r sebesar 0,402 bagian sipil di PT. Indonesia Power
(tingkat koefisien korelasi sedang) UP Semarang.
dengan p-value sebesar 0,014 < Responden mengetahui baik
0,05 yang artinya Ha diterima Ho mengenai definisi keselamatan

321
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 5, Nomor 5, Oktober 2017 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

kerja, definisi kecelakaan kerja, bahwa terdapat hubungan bermakna


penyebab dominan terjadinya antara kesadaran dengan safe
kecelakaan (unsafe act dan unsafe behavior.[11] Selain itu, menurut
condition), definisi perilaku aman, penelitian Noviandry menyatakan
peran manajemen sebagai salah bahwa terdapat hubungan bermakna
satu faktor yang berpengaruh dalam antara sikap dan perilaku pekerja
perilaku aman pekerja, dan definisi dalam penggunaan Alat Pelindung
Alat Pelindung Diri. Diri.[12]
Hasil penelitian ini sejalan Hasil penelitian diatas senada
dengan Halimah yang menyatakan dengan Reason yang
bahwa terdapat hubungan bermakna mengemukakan bahwa pekerja
antara pengetahuan dengan perilaku hendaknya memiliki kesadaran atas
aman.[8] Sesuai juga dengan keadaan yang berbahaya sehingga
penelitian Maulidhasari yang risiko terjadinya kecelakaan kerja
menyatakan bahwa perilaku yang dapat diminimalisasi. Kesadaran
didasari oleh pengetahuan akan terhadap bahaya yang mengancam
lebih konsisten daripada perilaku dapat diwujudkan dengan
yang tidak didasari oleh berperilaku aman (safe behavior)
pengetahuan, dan setiap perilaku seperti menggunakan perlengkapan
seseorang ditentukan oleh keselamatan kerja dengan baik dan
[9]
pengetahuan. benar, menaati peraturan dan
Hasil penelitian diatas senada prosedur yang berlaku, bekerja
dengan pendapat Notoatmodjo, sesuai dengan tanggung
dimana perilaku yang didasari oleh jawabnya.[13]
pengetahuan, kesadaran, dan sikap
yang positif maka sikap tersebut C. Persepsi Terhadap Risiko
akan bersifat langgeng (long Hasil hipotesis variabel ini
lasting).[10] menunjukkan bahwa r sebesar 0,434
(tingkat koefisien korelasi sedang)
B. Awareness Terhadap K3 dengan p-value sebesar 0,007 <
Hasil hipotesis variabel ini 0,05 yang artinya Ha diterima Ho
menunjukkan bahwa r sebesar 0,458 ditolak sehingga dapat disimpulkan
(tingkat koefisien korelasi sedang) bahwa ada hubungan antara
dengan p-value sebesar 0,004 < persepsi terhadap risiko dengan safe
0,05 yang artinya Ha diterima Ho behavior pada pekerja rekanan
ditolak sehingga dapat disimpulkan bagian sipil di PT. Indonesia Power
bahwa ada hubungan antara UP Semarang.
awareness terhadap K3 dengan safe Responden memiliki persepsi
behavior pada pekerja rekanan secara baik mengenai semua risiko
bagian sipil di PT. Indonesia Power di tempat kerja adalah tantangan
UP Semarang. yang harus selalu dihadapi setiap
Responden memiliki saat dan tindakan ceroboh menjadi
awareness secara baik bahwa penyebab kecelakaan kerja di
pentingnya perilaku aman pekerja tempat kerja.
saat bekerja, pekerja tidak merasa Hasil penelitian ini sejalan
terpaksa dalam berperilaku aman, dengan Kumala yang menyatakan
dan kesadaran dalam penggunaan bahwa terdapat hubungan bermakna
Alat Pelindung Diri. antara persepsi terhadap risiko
Hasil penelitian ini sejalan dengan perilaku aman.[14] Selain itu,
dengan Retnani yang menyatakan menurut hasil penelitian Shiddiq

322
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 5, Nomor 5, Oktober 2017 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

yang menyebutkan bahwa terdapat tenaga kerja yang mempunyai


hubungan antara persepsi K3 motivasi yang rendah.[18]
dengan perilaku tidak aman.[15] Hal ini diperkuat oleh Hezberg
Semua hasil penelitian diatas bahwa faktor-faktor yang dapat
memperjelas pernyataan Neal dan meningkatkan atau memotivasi
Griffin yang menyebutkan bahwa karyawan dalam meningkatkan atau
salah satu faktor yang dapat menjadi memotivasi karyawan dalam
anteseden/activator dari kinerja meningkatkan kinerjanya adalah
keselamatan seseorang adalah kelompok faktor-faktor motivasional
kesadaran. Kesadaran memiliki (statisfiers). Gaji, kondisi kerja,
keterkaitan yang erat dengan kebijakan organisasi, dan
persepsi.[16] administrasi tidak menimbulkan
kepuasan melainkan menimbulkan
D. Motivasi Berperilaku Aman ketidakpuasan.[19]
Hasil hipotesis variabel ini
menunjukkan bahwa r sebesar 0,358 E. Kebutuhan Keselamatan
(tingkat koefisien korelasi sedang) Hasil hipotesis variabel ini
dengan p-value sebesar 0,029 < menunjukkan bahwa r sebesar -
0,05 yang artinya Ha diterima Ho 0,026 (tingkat koefisien korelasi
ditolak sehingga dapat disimpulkan sangat rendah) dengan p-value
bahwa ada hubungan antara sebesar 0,705 < 0,05 yang artinya
motivasi berperilaku aman dengan Ha ditolak Ho diterima sehingga
safe behavior pada pekerja rekanan dapat disimpulkan bahwa tidak ada
bagian sipil di PT. Indonesia Power hubungan antara kebutuhan
UP Semarang. keselamatan dengan safe behavior
Responden memiliki motivasi pada pekerja rekanan bagian sipil di
berperilaku aman baik karena PT. Indonesia Power UP Semarang.
adanya faktor pendorong berperilaku Responden mendapatkan
aman (misal: gaji dan kondisi kerja kebutuhan keselamatan secara baik
layak dan terpenuhi), apabila mengenai jaminan yang membuat
diadakan reward atau hadiah saat aman saat bekerja, waktu tambahan
berperilaku aman akan lebih untuk berperilaku aman,
semangat bekerja, pekerja akan mendapatkan peralatan kerja yang
selalu bekerja sesuai dengan aman, dan lingkungan kerja yang
peraturan pekerjaan, serta akan aman seperti perusahaan sudah
merasa resah dan takut saat tidak menerapkan restricted area/area
berperilaku aman terhadap kerja terbatas di kawasan kerja
peraturan perusahaan. Namun, beberapa
Hasil penelitian ini sejalan responden masih kurang
dengan Widyawati yang menyatakan mendapatkan kebutuhan
bahwa terdapat hubungan bermakna keselamatan mengenai untuk
antara motivasi dengan perilaku mendapatkan rutinitas safety briefing
aman.[17] Selain itu, menurut hasil saat sebelum memulai pekerjaan
penelitian Karyani juga didapatkan setiap hari kerja.
hubungan bermakna antara motivasi Hasil penelitian ini sejalan
dengan perilaku aman dalam dengan Noviandry yang menyatakan
bekerja, dimana motivasi tenaga bahwa tidak terdapat hubungan
kerja yang tinggi mempunyai bermakna antara ketersediaan Alat
peluang tiga kali lebih besar untuk Pelindung Diri dengan perilaku
berperilaku aman dibanding dengan pekerja dalam penggunaan Alat

323
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 5, Nomor 5, Oktober 2017 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

Pelindung Diri.[12] Namun, penelitian aman dalam bekerja, dan promosi


ini tidak sejalan dengan dengan kerja.
pendapat Suma’mur yang Hasil penelitian ini sejalan
mengatakan bahwa ketersediaan dengan Retnani yang menyatakan
sarana dan prasarana mendukung bahwa tidak terdapat hubungan
tindakan pekerja untuk berperilaku bermakna antara positive
selamat dalam bekerja.[20] reinforcement dengan safe
[11]
Meskipun demikian, Sahab behavior. Namun, hasil penelitian
mengungkapkan bahwa ini tidak sejalan dengan Geller yang
penggunaan APD merupakan menyatakan bahwa
alternatif paling terakhir dalam hirarki reward/penghargaan merupakan
pengendalian bahaya. Lebih baik penguatan positif (positive
mendahulukan tempat kerja yang reinforcement) yang diterima tenaga
aman, daripada pekerjaan yang kerja ketika melakukan perilaku
safety karena tempat kerja yang seperti yang diharapkan, sehingga
memenuhi standar keselamatan tenaga kerja akan cenderung
lebih menjamin terselenggaranya melakukan perilaku yang diharapkan
perlindungan bagi tenaga kerja.[21] ketika mengetahui konsekuensi yang
Namun, menurut penelitian Dupont akan muncul.[21] Tidak terdapat
diungkapkan bahwa 96% hubungan antara positive
kecelakaan adalah hasil kontribusi reinforcement dengan safe behavior
perilaku kerja yang tidak aman pada penelitian ini mungkin
(unsafe act).[4] Berdasarkan hal dikarenakan tidak adanya
tersebut, maka dapat dikatakan reward/penghargaan khusus yang
bahwa perilaku manusia merupakan diberikan dari perusahaan apabila
unsur yang memegang peranan tenaga kerja berperilaku aman (safe
penting dalam mengakibatkan suatu behavior).
kecelakaan.
KESIMPULAN
F. Positive Reinforcement 1. Sebagian besar pekerja rekanan
Hasil hipotesis variabel ini bagian sipil di PT. Indonesia
menunjukkan bahwa r sebesar - Power UP Semarang memiliki
0,019 (tingkat koefisien korelasi safe behavior yang baik sebesar
sangat rendah) dengan p-value 67,6%.
sebesar 0,912 < 0,05 yang artinya 2. Variabel yang berhubungan
Ha ditolak Ho diterima sehingga dengan safe behavior pada
dapat disimpulkan bahwa tidak ada pekerja rekanan bagian sipil di
hubungan antara positive PT. Indonesia Power UP
reinforcement dengan safe behavior Semarang (p-value<0,05)
pada pekerja rekanan bagian sipil di adalah variabel pengetahuan
PT. Indonesia Power UP Semarang. terhadap K3, awarenness
Sebagian besar responden terhadap K3, persepsi terhadap
masih kurang mendapatkan positive risiko, dan motivasi berperilaku
reinforcement mengenai pujian saat aman.
berperilaku aman oleh petugas 3. Variabel yang tidak
keselamatan atau penanggung berhubungan dengan safe
jawab lapangan, mendapatkan behavior pada pekerja rekanan
penghargaan sebagai pekerja bagian sipil di PT. Indonesia
teladan yang selalu berperilaku Power UP Semarang (p-
value>0,05) adalah kebutuhan

324
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 5, Nomor 5, Oktober 2017 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

keselamatan dan positive


reinforcement. DAFTAR PUSTAKA
1. Friend, Mark A., and James P.
SARAN Kohn. 2007. Fundamental of
1. Bagi Perusahaan Occupational Safety and Health.
a. PT. Indonesia Power UP United State of America: The
Semarang dapat memberikan Scarecrow Press, Inc.
reward dan punishment yang 2. Djatmiko, Riswan Dwi. 2016.
jelas kepada rekanan yang Keselamatan dan Kesehatan
selalu mengutamakan safe Kerja. Yogyakarta: Deepublish
behavior dalam bekerja sesuai Grup Penerbitan CV. Budi
dengan standard operational Utama.
prosedure (SOP) perusahaan. 3. ILO. 1989. Pencegahan
Reward dan punishment dapat Kecelakaan. Jakarta : Penerbit
berupa kepercayaan terhadap PT. Pustaka Binaman
rekanan/mitra kerja terkait Pressindo.
kontrak kerja selanjutnya. 4. DuPont. 1995. Safety Training
b. Pihak rekanan/mitra kerja Observation Program for
pembangunan relokasi gudang Supervision – Unit 1.
New Blok 3 PLTGU dapat Introduction: The STOP System,
mengaktifkan safety briefing page 1.11.
saat sebelum memulai bekerja 5. Suizer, A.B. 1999. Safety
secara rutin setiap hari kerja Behavior: Fewer Injuries?
untuk menyampaikan informasi Jakarta: Balai Pustaka.
dan edukasi keselamatan di 6. Geller, E. Scott. 2005, Behavior-
tempat kerja, khususnya Based Safety and Occupational
mengenai safe behavior. Risk Management in Behavior
2. Bagi Pekerja Modification, Vol. 29, No. 3,
a. Meningkatkan safe behavior 539-561. Sage Publication.
sesuai dengan standard 7. Cooper, M. D. 2009. Behavior
operational prosedure (SOP) Safety Interventions: A Review
perusahaan saat melakukan of Process Design Factor.
pekerjaan di tempat kerja Safety Management, 36-45.
untuk dijadikan kebutuhan dan 8. Halimah, Siti. 2010. Faktor-
mencegah kecelakaan kerja. Faktor Yang Mempengaruhi
b. Meningkatkan kepedulian Perilaku Aman Karyawan Di PT.
antar pekerja dengan saling Sim Plant Tambun II Tahun
mengingatkan untuk selalu 2010. Skripsi. Jakarta:
safe behavior di tempat kerja. Universitas Islam Negeri Syarif
c. Berpartisipasi aktif dalam Hidayatullah.
mengikuti safety briefing saat 9. Maulidhasari, Dwi Noor. 2011.
sebelum memulai bekerja Faktor-Faktor Yang
secara rutin setiap hari kerja Berhubungan Dengan Perilaku
untuk menyampaikan segala Berbahaya (Unsafe Action)
kemungkinan segala risiko Pada Bagian Unit Intake PT.
saat bekerja. Indonesia Power Unit Bisnis
3. Bagi Peneliti Lain Pembangkitan (UBP)
Melakukan penelitian terhadap Semarang. Jurnal. Semarang:
faktor lain yang berhubungan Universitas Dian Nuswantoro.
dengan safe behavior pekerja.

325
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 5, Nomor 5, Oktober 2017 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

10. Notoatmojo, Soekidjo. 2003. Perawat di Instalasi Rawat Inap


Pendidikan dan Perilaku pada Sebuah Rumah Sakit
Kesehatan. Jakarta: Rineka Swasta Kota Semarang. Jurnal.
Cipta. Semarang: Universitas
11. Retnani, N. D. 2013. Analisis Diponegoro.
Pengaruh Activator dan 18. Karyani. 2005. Faktor-Faktor
Consequence Terhadap Safe Yang Berpengaruh Pada
Behavior pada Tenaga Kerja di Perilaku Aman (Safe Behavior)
PT. Pupuk Kalimantan Timur. Di Schlumberger Indonesia.
Jurnal. Surabaya: Universitas Tesis. Depok: Universitas
Airlangga. Indonesia.
12. Noviandry, Ilham. 2013. Faktor- 19. Hezberg, F., Mausner, B. &
Faktor Yang Berhubungan Snyderman, B. B. 1993. The
Dengan Perilaku Pekerja Dalam Motivation to Work. New York:
Penggunaan Alat Peindung Diri Jhon Wiley & Sons,1959.
(APD) Pada Industri Pengelasan Reprint, New Brunswick, New
Informal Di Kelurahan Jersey. Transaction Publisher.
Gondrong, Kecamatan 20. Suma’mur. 1996. Keselamatan
Cipondoh, Kota Tangerang Kerja dan Pencegahan
Tahun 2013. Skripsi. Jakarta: Kecelakaan. Jakarta: Penerbit
Universitas Islam Negeri Syarif PT. Gunung Agung.
Hidayatullah. 21. Sahab, Syukri. 1997. Teknik
13. Reason, J. T. 1997. Managing Manajemen Keselamatan dan
The Risk Of Organizational Kesehatan Kerja. Jakarta: PT.
Accident. England: Ashgate Bina Sumber Daya Manusia.
Publishing Ltd. 22. Geller, S.E. 2001. The
14. Kumala, C. M. 2016. Hubungan Psychology 07 Safety
Antara Persepsi dengan Handbook. Boca Raton. Lewis
Perilaku Aman Bagian Produksi Publisher.
Terkait Kebijakan K3 di PT.
Aventis Pharma. Skripsi.
Semarang: Univeristas
Diponegoro.
15. Shiddiq, S., Wahyu, A., Muis, M.
2013. Hubungan Persepsi
Karyawan dengan Perilaku
Tidak Aman di Bagian Produksi
Unit IV PT. Semen Tonasa
Tahun 2013. Jurnal. Makassar :
Universitas Hasanuddin.
16. Griffin, Mark., Neal, Andrew.
2000. Perception of Safety at
Work: Framework from Linking
Safety Climate to Safety
Performance, Knowledge, and
Motivation. Journal of
Motivational Health Psychology,
Vol. 5, No 3, 347-358.
17. Widyawati, Kamarul. 2015.
Analisis Perilaku Aman para

326

You might also like