0% found this document useful (0 votes)
283 views6 pages

Perbedaan Routing Ospf Dan Rip

The document discusses routing protocols OSPF and RIP. It provides details on how each protocol works, including that: - OSPF uses the shortest path first algorithm to calculate routes and updates its link state database when the network topology changes. It allows grouping networks into areas to reduce routing traffic. - RIP sends routing updates through interfaces to advertise routes and their metrics. It uses hop count as the metric and supports VLSM in RIP-2. Authentication and routing of external routes are also features. An experiment tests packet delivery times using each protocol over a 5-router simulated topology. OSPF consistently delivered packets faster than RIP, with the difference increasing for larger packet sizes up to

Uploaded by

Tedi Mulyadi
Copyright
© © All Rights Reserved
We take content rights seriously. If you suspect this is your content, claim it here.
Available Formats
Download as DOCX, PDF, TXT or read online on Scribd
0% found this document useful (0 votes)
283 views6 pages

Perbedaan Routing Ospf Dan Rip

The document discusses routing protocols OSPF and RIP. It provides details on how each protocol works, including that: - OSPF uses the shortest path first algorithm to calculate routes and updates its link state database when the network topology changes. It allows grouping networks into areas to reduce routing traffic. - RIP sends routing updates through interfaces to advertise routes and their metrics. It uses hop count as the metric and supports VLSM in RIP-2. Authentication and routing of external routes are also features. An experiment tests packet delivery times using each protocol over a 5-router simulated topology. OSPF consistently delivered packets faster than RIP, with the difference increasing for larger packet sizes up to

Uploaded by

Tedi Mulyadi
Copyright
© © All Rights Reserved
We take content rights seriously. If you suspect this is your content, claim it here.
Available Formats
Download as DOCX, PDF, TXT or read online on Scribd
You are on page 1/ 6

1.

Routing
Routing adalah proses menentukan rute dari host asal ke host tujuan. Routing
merupakan proses memindahkan data dari satu network ke network lain dengan cara mem-
forward paket data via gateway. Routing menentukan kemana datagram akan dikirim agar
mencapai tujuan yang diinginkan (mrizqiariadi, 2014), Informasi yang dibutuhkan router
dalam melakukan routing yaitu:
1. Alamat tujuan/ destination address.
2. Mengenal sumber informasi.
3. Menemukan rute.
4. Pemilihan rute
5. Menjaga informasi routing
Sebuah router mempelajari informasi routing dari mana sumber dan tujuannya yang
kemudian ditempatkan pada tabel routing. Router akan berpatokan pada tabel ini, untuk
memberitahu port yang akan digunakan untuk meneruskan paket ke alamat tujuan.

1.1 Open Shortest Path First (OSPF)


OSPF bekerja berdasarkan algoritma Shortest Path First yang dikembangkan
berdasarkan algoritma Dijkstra. Sebagai Interior Gateway protocol (IGP). Interior Gateway
protocol atau Interior Routing Protokol dikembangkan untuk menghubungkan router-router
dibawah kendali administrator jaringan (Sofana, 2008). OSPF mendistribusikan informasi
routing-nya di dalam router-router yang tergabung ke dalam suatu AS. AS adalah jaringan
yang dikelola oleh administrator setempat. OSPF menggunakan protokol routing link-state,
didesain untuk bekerja dengan sangat efisien dalam proses pengiriman update informasi rute.
OSPF merupakan protokol alternatif untuk menutupi kelemahan RIP.
OSPF juga merupakan protokol routing yang menggunakan prinsip multipath (multi
path protokol) dapat mempelajari berbagai rute dan memilih lebih dari satu rute ke host
tujuan. OSPF digunakan bersamaan dengan IP, maksudnya paket OSPF dikirim bersamaan
dengan header paket data IP. Setiap router OSPF mempunyai database yang identik yang
menggambarkan topologi suatu Autonomous System yang disebut dengan Link State
database (Topological database). Dari database ini, perhitungan Shortest Path First
dilakukan untuk membentuk Routing Tabel. Perhitungan ulang terhadap Shortest Path First
dilakukan apabila terjadi perubahan pada topologi jaringan.
OSPF memungkinkan beberapa jaringan untuk dikelompokkan bersama.
Pengelompokkan seperti ini dinamakan dengan area dan topologinya tersembunyi dari
seluruh AS. Informasi yang tersembunyi ini memungkinkan penurunan traffic routing.
Dengan menggunakan konsep area sistempenyebaran informasinya menjadi lebih teratur dan
tersegmentasi. Dengan adanya distribusi routing yang teratur, maka penggunaan bandwidth
akan lebih efisien, lebih cepat mencapai konvergensi, dan lebih presisi dalam menentukan
rute terbaik dalam mengirim paket (Syafrizal, 2008).

Gambar 1 Contoh topologi sederhana OSPF


1.2 Routing Information Protocol (RIP)
Rip merupakan salah satu distance vector routing, yang melakukan advertise
informasi routing dengan jalan mengirim routing update keluar melaui interface pada router.
Informasi update ini berisi sederetan informasi yang mewakili subnet dan sebuah metric.
Metric mewakili seberapa bagus rute / jalur menurut perspective router tersebut, dengan
semakin kecil harga metric semakin bagus jalur tersebut.
Semua router yang menerima salinan routing update distance vector routing
menerima informasi tersebut dan mungkin saja menambahkan beberapa jalur dalam routing
tabelnya. Router penerima akan menambahkan jalur baru mengenai subnet ini berdasarkan
routing update ini hanya jika dia tidak mempunyai informasi tentang route / jalur ini
sebelumnya atau dia sudah mengetahui route ini akan tetapi informasi baru ini ternyata
mempunyai informasi rute yang lebih bagus (metric lebih kecil). Dalam routing update jika
tidak menyertakan subnet mask dalam informasinya,maka disebut sebagai classfull routing.
Classfull routing tidak support VLSM (variable length subnet mask). RIP menggunakan
jumlah hop sebagai ukurang metric, yang artinya jika ada dua router antara si router dengan
subnet yang dituju, maka metricnya adalah 2 untuk subnet tersebut.

Gambar 2 Contoh topologi sederhana RIP

RIP-2 mendukung VLSM seperti halnya dengan protocol link-state lainnya misalnya
OSPF,EIGRP, yang menjadikannya menjadi protocol routing classless. Mentransmisikan
subnet mask bersama dengan route. Fitur ini memungkinakn VLSM dengan memasukan
mask bersama setiap route update sehingga subnet mask didefinisikan dengan tepat (routing
protocol classless). Memberikan proses authentication.

Bisa menggunakan baik clear text password dan juga encryption MD5 (yang
merupakan tambahan fitur Cisco) untuk authentication source dari routing update.
Mengikutsertakan IP address hop router berikutnya dalam routing update-nya. Sebuah router
dapat meng-advertisekan sebuah router tapi mengarahkan setiap listener kepada suatu router
yang berbeda pada subnet yang sama. RIP bisa meneruskan informasi mengenai route yang
dipelajari dari sumber external dan mendistribusikannya kedalam RIP. Menggunakan tag
route external. Router yang lain kemudian meneruskan external tag ini kepada protocol yang
sama tadi kedalam bagian jaringan yang berbeda, sehingga secara efektif membantu protocol
routing lainnya juga meneruskan informasi ini. Menggunakan routing update multicast.
224.0.09 merupakan IP address yang dicadangkan khusus untuk RIP-2. Hal ini mengurangi
jumlah processing yang dibutuhkan pada host-host yang tidak memakai RIP pada subnet
yang sama (Fadly, 2012).
2. SKENARIO PENGUJIAN
Dalam scenario pengujian ini akan dilakukan desain topologi yang disesuaikan akan
digunakan dalam pengiriman paket data dan juga update routing tabel. Terdapat juga skenario
dalam pengiriman paket dan, dan yang terakhir skenario dalam melakukan update routing
tabel.

2.1 Desain Topologi

Gambar 3 Desain Topologi

Pada desain topologi yang digunakan terdapat 5 buah router, yang masing – masing
router tersebut dihubungan dengan hub yang nantinya akan dihubungkan ke beberapa PC.
Dengan mengadaptasi dari topologi cincin, masing – masing router terhubung ke dua titik
lainnya, sehingga membentuk jalur melingkar memebentuk cincin. Tetapi disini ada yang
berbeda, yaitu router yang berada ditengah nanti akan dapat berhubungan dengan router
lainnya dengan route tersendiri.
Untuk menghubungkan antar router menggunakan kabel serial, router dengan hub
lalu hub dengan PC menggunakan kabel Copper Straight-Through. Pada topologi ini
menggunakan teknik subnetting IPv4.

2.2 Pengiriman Paket Data


Pada saat pengiriman paket data dilakukan menggunakan metode simulation agar
dapat terlihat jalur pengiriman paket data yang dilakukan. Paket data yang dikirimkan
haruslah dapat menguji kinerja jaringan secara maksimal maka digunakanlah 3 besaran paket
data, yaitu 4000bit (minimum), 8000bit (sedang), dan 15000bit (maksimum). Untuk
menghindari besaran waktu pengiriman paket yang tidak valid, akan mengnonaktifkan
constant delay.

2.3 Update Routing Tabel


Pengiriman sebuah paket menggunakan tools Simple PDU yang berada dibagian
sebelah kanan pada simulator Cisco Packet Tracer. Saat melakukan pengiriman sebuah paket
data tersebut akan mengnonaktifkan salah satu router yang berada dalam rute pengiriman
paket data tersebut. Akan terlihat berapa lama waktu yang dibutuhkan protokol routing
untung melakukan update routing tabel yang baru. Membandingkan waktu yang di peroleh
protokol routing OSPF dan RIP dalam melakukan proses update routing tabel yang bertujuan
untuk kinerja dari protokol routing tersebut.

3. IMPLEMENTASI PENGUJIAN
Setelah melakukan skenario pengujian, selanjutnya adalah melakukan implementasi
sesuai dengan skenario yang telah dibuat.

3.1 Pengujian Pengiriman Paket Data


Dengan menggunakan Traffic Generator yang ada pada setiap PC, akan mengirimkan
paket Internet Control Message Protocol (ICMP) dengan sejumlah paket data yang berbeda.
Paket data yang akan dikirimkan yaitu 4000bit, 8000bit, 13000bit.

3.1.1 Pengiriman Paket Data 4000bit


Pengujian pengiriman paket data yang pertama dilakukan dengan mengirimkan paket
data sebesar 4000bit. Berikut adalah tabel dari pengujian pertama:

Tabel 1 Waktu pengiriman paket data 4000bit

Pada tabel 1 dapat dilihat bahwa rata – rata pengiriman dengan menggunakan
protokol routing OSPF lebih cepat dibandingkan dengan menggunakan protokol RIP. Dengan
data pada tabel 1 juga terlihat bahwa selisih waktu saat pengiriman menggunakan protokol
routing RIP hanya berbeda sangat sedikit dengan waktu saat pengiriman menggunakan
protokol routing OSPF. Perbedaan waktu rata – rata kedua protokol routing tersebut adalah
0.0000625 second.

3.1.2 Pengiriman Paket Data 8000bit


Pengujian pengiriman paket data yang kedua dilakukan dengan mengirimkan paket
data sebesar 8000bit. Berikut adalah tabel dari pengujian kedua:
Tabel 2 Waktu pengiriman paket data 8000bit

Waktu dari hasil pengujian kedua ini masih membuktikan bahwa protokol routing
OSPF lebih cepat dari pada protokol routing RIP yang terlihat pada tabel 2. Pada pengiriman
paket data 8000bit terlihat bahwa selisih waktu kedua protokol routing tesebut seidikit lebih
besar dari pengiriman paket data 4000bit. Dengan perbedaan waktu rata – ratanya adalah
0.001875 second.

3.1.3 Pengiriman Paket Data 13000bit


Pengujian pengiriman paket data yang ketiga dilakukan dengan mengirimkan paket
data sebesar 13000bit. Berikut adalah tabel dari pengujian ketiga:

Tabel 3 Waktu pengiriman paket data 13000bit

Pada pengujian terakhir menggunakan paket data sebesar 13000bit juga menunjukan
bahwa protokol routing OSPF sedikit lebih cepat dalam mengirimkan paket data. Pada tabel 3
menunjukan peningkatan selisih waktu pengiriman dari pengiriman paket data sebelumnya.
Dengan rata – rata perbedaan waktunya adalah 0.003375.
4. KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat diambil dari hasil pengujian dan analisa perbandingan kinerja
protokol routing OSPF dengan protokol routing RIP pada jaringan LAN adalam bagaiaman
perbandingan kinerja protokol routing tersebut yang diterapkan pada topologi yang telah
didesain.
1. Protokol routing OSPF dan RIP cukup mudah diterapkan pada topologi yang cukup
sederhana. Pada OSPF perlu disertakan wilcard pada network sedangkan pada RIP
tidak perlu adanya wilcard.
2. Dengan melihat selisih waktu pengiriman paket data yang dilakukan kedua protokol
routing tersebut, terlihat bahwa semakin besar paket data yang dikirimkan semakin
besar pula selisih waktu pengiriman paket dari kedua protkol routing tesebut. Ini
membuktikan bahwa protokol routing

OSPF akan lebih stabil dalam mengirimkan paket data dengan jumlah yang besar.
Sedangkan protokol routing RIP akan mengalami peningkatan yang lebih dibandingkan
dengan protokol routing OSPF dalam mengirimkan sejumlah paket data yang besar. Dalam
melakukan update routing tabel yang terjadi dikarenakan adanya perubahan rute akibat dari
penonaktifan salah satu router, protokol OSPF mampu melakukannya lebih cepat
dibandingkan dengan protokol routing RIP. Ini menunjukan bahwa kinerja protokol routing
OSPF lebih baik dibandingkan dengan protokol routing RIP.

You might also like