PENGARUH GOOD CORPORATE GOVERNANCE DAN CORPORATE
SOCIAL RESPONSIBILITY TERHADAP KINERJA KEUANGAN
(STUDI PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI
BEI PADA TAHUN 2015-2017)
PROPOSAL PENELITIAN
Disusun oleh :
Isnaini Wulan Nurohmah 142150148
Ratna Sari Astuti 142150153
Fachrizal Kurniawan A 142150155
Fitra Izzadieny 142150168
Herwinda Fitri Kirana 142150171
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
YOGYAKARTA
2018
2
1. Latar Belakang
Peningkatan kinerja keuangan perusahaan merupakan tujuan yang dicapai
untuk menarik stakeholders untuk dapat membantu menunjang operasional
perusahaan. Salah satu kinerja keuangan yang dinilai oleh perusahaan dan
pemegang saham adalah Return On Asset (ROA). Untuk mengetahui besar dari
nilai Return On Asset (ROA), maka perusahaan harus menganalisis kembali
bagaimana kinerja keuangan pada beberapa periode tertentu. Namun pengelolaan
perusahaan yang kurang sehat mengakibatkan penurunan kualitas dari kinerja
perusahaan tersebut. Hal ini menyebabkan munculnya ketidak percayaan dari
stakeholders khususnya para pemegang saham atas return yang dapat diperoleh
dari investasi yang mereka tanamkan. Akibatnya para pemegang saham kurang
tertarik untuk berinvestasi karena pengelolaan manajemen kurang sehat.
Salah satu tujuan perusahaan adalah dengan cara meningkatkan nilai
perusahaan melalui peningkatan kemakmuran pemegang saham. Hal ini banyak
diketahui oleh pihak manajemen sebagai pengelola perusahaan dalam hal
informasi internal dan prospek perusahaan di masa yang akan datang
dibandingkan dengan pemilik. Sebagai pengelola, manajemen memiliki kewajiban
untuk menginformasikan kondisi perusahaan kepada pemilik. Namun informasi
yang disampaikan terkadang tidak sesuai dengan kenyataan. Kondisi tersebut
yang dinamakan sebagai asimetri informasi. Munculnya pemikiran bahwa
manajemen melakukan tindakan yang hanya mementingkan kepentingannya
sendiri (self interested behaviour). Hal tersebut yang mengakibatkan konflik
kepentingan antara manajer dan pemegang saham yang disebut sebagai agency
problem. Berdasarkan teori keagenan, konflik tersebut dapat diselesaikan dengan
adanya Good Corporate Governance (GCG). Perusahaan dituntut untuk
menerapkan sistem yang baru dan lebih baik dalam pengelolaan bisnis yang
berdasarkan prinsip - prinsip tata kelola yang baik. Good Corporate Governance
merupakan suatu mekanisme yang memliki kemampuan pengendalian yang dapat
mensejajarkan perbedaan kepentingan antara prinsipal dan agen, sehingga dapat
menghasilkan suatu laporan keuangan yang memiliki kandungan informasi laba
yang berkualitas (Djazilah dan Kurnia, 2016). Corporate Governance dapat
3
menciptakan nilai tambah bagi semua pihak yang berkepentingan (stakeholder),
yaitu berupa perlindungan efektif terhadap pemegang saham dalam memperoleh
kembali investasinya dengan wajar dan bernilai tinggi.
Setelah adanya upaya penerapan GCG di dunia usaha memberikan
perhatian lebih pada informasi pertanggung jawaban sosial sebagai kewajiban
terhadap masyarakat dan lingkungannya yang telah diatur dalam Undang- Undang
Nomor 40 tahun 2007 tentang tanggung jawab sosial dan lingkungan perseroan
terbatas dan disebut sebagai Corporate Social Responsibility (CSR). Dalam
melakukan CSR, perusahaan mengorbankan sumber daya yang dimilikinya,
sehingga dibutuhkan suatu pengungkapan dalam pelaporan keuangan untuk
kepentingan perusahaan dan pemakai laporan keuangan perusahaan. Perusahaan
melakukan pengungkapan CSR dengan harapan dapat meningkatkan reputasi dan
nilai perusahaan (Djazilah dan Kurnia, 2016).
Keberlanjutan perusahaan akan terjamin apabila perusahaan
memperhatikan aspek sosial dan lingkungan. Perusahaan akan memperoleh
legitimasi sosial dan akan memaksimalkan ukuran keuangan dalam jangka waktu
yang panjang (Djazilah dan Kurnia, 2016). Hal ini menunjukkan bahwa
perusahaan yang menerapkan CSR berharap akan direspon positif oleh para
pelaku pasar seperti investor dan kreditur yang pada nantinya akan berdampak
positif pada kinerja keuangan perusahaan. Sedangkan pengungkapan tanggung
jawab sosial dimaksudkan agar bisa digunakan sebagai bahan evaluasi dan juga
sebagai alat komunikasi dengan stakeholders. Adanya pelaporan tersebut
merupakan wujud dari perlunya akuntanbilitas perusahaan atas pelaksanaan
kegiatan CSR, sehingga stakeholders dapat menilai pelaksanaan kegiatan CSR
secara transparan. Hal ini dapat meningkatkan image positif perusahaan dan
sekaligus kinerja perusahaan.
Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk meneliti lebih jauh
mengenai good corporate governance dan corporate social responsibility
sehingga mengambil judul “Pengaruh Good Corporate Governance dan
Corporate Social Responsibility Terhadap Kinerja Keuangan (Studi Pada
Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di Bei Pada Tahun 2015-2017)”.
4
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas maka peneliti
menggunakan rumusan masalah sebagai berikut:
1. Apakah good corporate governance berpengaruh terhadap kinerja
keuangan?
2. Apakah corporate social responsibility berpengaruh terhadap kinerja
keuangan?
3. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk membuktikan secara empiris apakah good corporate governance
berpengaruh terhadap kinerja keuangan.
2. Untuk membuktikan secara empiris apakah corporate social
responsibility berpengaruh terhadap kinerja keuangan.
4. Batasan Penelitian
Mengingat banyak dan semakin kompleksnya permasalahan yang harus
dipecahkan, maka penelitian ini hanya di batasi mengenai pengaruh good
corporate governance dan corporate social responsibility terhadap kinerja
keuangan (studi pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI pada tahun
2015-2017).
5. Manfaat
1. Bagi Perusahaan
Melalui hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan
yang dapat dipertimbangkan untuk perkembangan kinerja yang lebih baik bagi
perusahaan di masa yang akan datang.
2. Bagi Investor
Melalui hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi sebagai salah
satu pedoman untuk berinvestasi pada suatu perusahaan.
5
6. Landasan Teori
Good Corporate Governance
Good Corporate Governance (GCG) pertama kali diperkenalkan oleh
Cadburry Commitee pada tahun 1992. Menurut Cadburry, Good Corporate
Governance adalah mengarahkan dan mengendalikan perusahaan agar tercapai
keseimbangan antara kekuatan dan kewenangan perusahaan (Rofina, 2013).
Bank Dunia (World Bank) mendefinisikan good corporate governance
sebagai kumpulan hukum, peraturan, dan kaidah-kaidah yang wajib dipenuhi,
yang dapat mendorong kinerja sumber-sumber perusahaan untuk berfungsi secara
efisien guna menghasilkan nilai ekonomi jangka panjang yang berkesinambungan
bagi para pemegang saham maupun masyarakat sekitar keseluruhan (Effendi,
2009).
Corporate Social Responsibility
Corporate Social Responsibility (CSR) adalah mekanisme bagi suatu
organisasi untuk secara sukarela mengintegrasikan perhatian terhadap lingkungan
dan sosial ke dalam oprasinya dan interaksinya dengan stakeholders, yang
melebihi tanggung jawab organisasi di bidang hukum. CSR merupakan komitmen
perusahaan untuk berkontribusi dalam pembangunan ekonomi yang berkelanjutan
dengan menitikberatkan kepada keseimbangan antara perhatian terhadap aspek
ekonomi, sosial, dan lingkungan (Parengkuan, 2017).
Kinerja Keuangan
Kinerja adalah gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu
kegiatan/program/kebijakan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi, dan visi
organisasi yang tertuang dalam mewujudkan suatu perencanaan organisasi
(Mahsun, 2013). Kinerja keuangan adalah untuk menilai kondisi keuangan dan
prestasi perusahaan. Analisis memerlukan beberapa tolak ukur, yang digunakan
adalah rasio dan indeks, yang menghubungkan dua data keuangan antara yang
satu dengan yang lain (Parengkuan, 2017).
6
Return On Assets
Return On Assets (ROA) merupakan perbandingan antara laba bersih setelah
pajak dengan aktiva untuk mengukur tingkat pengembalian total. Rasio ini
merupakan rasio yang terpenting untuk mengetahui profitabilitas suatu
perusahaan. ROA, merupakan ukuran efektifitas perusahaan di dalam
menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan aktiva yang dimilikinya
(Kusumawardani, 2014). Adapun pengukurannya dengan rumus:
ROA = X 100%
7. Pengembangan Hipotesis
Pengaruh Good Corporate Governance Terhadap Kinerja Keuangan
Good Corporate Governance merupakan sistem yang digunakan untuk
mengarahkan dan mengendalikan kegiatan bisnis perusahaan yang mengatur
dalam hal pembagian tugas, hak, dan kewajiban mereka yang berkepentingan
terhadap kelangsungan perusahaan, termasuk pemegang saham, dewan pengurus,
para manajer, dan semua anggota stakeholder non pemegang saham.
Penelitian yang dilakukan oleh Rofina (2013) menyatakan bahwa GCG
berpengaruh terhadap kinerja keuangan berupa Return On Asset, Return On
Investment, dan net profit margin. Berdasarkan hal tersebut, maka dirumuskan
hipotesis sebagai berikut:
H1: Good Corporate Governance berpengaruh terhadap kinerja keuangan.
Pengaruh Corporate Social Responsibility Terhadap Kinerja Keuangan
Corporate Social Responsibility atau pertanggungjawaban sosial perusahaan
dapat memberikan dampak positif bagi perusahaan, dimana dengan melakukan
aktivitas CSR perusahaan dapat meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap
7
produk perusahaan, sehingga reputasi perusahaan juga meningkat di mata
masyarakat.
Penelitian yang dilakukan oleh Parengkuan (2017), menyatakan bahwa CSR
memiliki pengaruh terhadap kinerja keuangan pada perusahaan manufaktur.
Berdasarkan hal tersebut maka dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
H2: Corporate Social Responsibility berpengaruh terhadap kinerja keuangan.
8. Kerangka Konseptual
Gambar 1
Kerangka Konseptual
Good Corporate
Governance (X1)
Kinerja Keuangan (Y)
Corporate Social
Responsibility (X2)
9. Metode Penelitian
a. Rancangan Penelitian
Penelitian ini merupakan explanation research yang membuktikan hubungan
kausal antara variabel dependen dan variabel independen. Penelitian ini
merupakan penelitian yang menggunakan studi pustaka dan menghasilkan data
sekunder berupa perusahaan manufaktur yang diperoleh melalui Bursa Efek
Indonesia. Data sekunder yang diperoleh kemudian diolah oleh penulis. Hasil
pengolahan dijadikan dasar untuk membuktikan kausalitas variabel dependen
terhadap variabel independen.
b. Populasi dan Sampel
8
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan manufaktur yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2015-2017 sebanyak 374
perusahaan. Sampel dalam penelitian ini diperoleh dengan metode purposive
sampling dengan kriteria sebagai berikut:
1. Perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun
2015-2017.
2. Perusahaan manufaktur yang mempublikasikan laporan keuangan secara
konsisten pada tahun 2015-2017.
3. Perusahaan manufaktur yang memiliki kepemilikan institusional,
kepemilikan manajemen, dewan komisaris independen dan dewan direksi
pada tahun 2015-2017.
c. Variabel dan Indikator Pengukuran
Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yaitu variabel dependen dan
variabel independen. Variabel dependen yang digunakan adalah Return On Assets
(ROA) sedangkan variabel independen yang digunakan adalah proporsi dewan
komisaris independen, komite audit, kepemilikan institusional, kepemilikan
manajerial dan pengungkapan corporate social responsibility.
Variabel Dependen
Return On Assets (ROA)adalah rasio untuk menghitung laba sebelum
pajak terhadap total aset. ROA sering dipakai sebagai representatif laba
perusahaan.
ROA = X 100%
Variabel Independen
1. Good Corporate Governance (GCG)
9
Corporate Governance sebagai seperangkat peraturan yang mengatur
hubungan antar stakeholders yang berkaitan dengan hak-hak dan
kewajiban mereka atau dengan kata lain suatu sistem yang mengatur dan
mengendalikan perusahaan (Forum for Corporate Governance in
Indonesia (FCGI) dalam Wardoyo dan Veronica (2013).
a. Proporsi Dewan Komisaris Independen
Komisaris independen merupakan anggota dewan komisaris yang tidak
berafiliasi dengan direksi, anggota dewan komisaris lainnya, pemegang
saham pengendali, serta bebas dari hubungan bisnis atau hubungan lainnya
yang dapat mempengaruhi kemampuannya untuk bertindak independen
(Fibria dan Ridwan, 2012). Variabel ini diukur melalui presentase total
komisaris independen terhadap jumlah seluruh anggota dewan komisaris.
Proporsi Dewan Komisaris Independen :
x 100%
b. Komite Audit
Sekelompok orang yang ditunjuk oleh dewan komisaris yang
bertanggungjawab untuk membantu auditor dalam mempertahankan
independensi dari manajemen disebut sebagai komite audit (FCGI, 2001).
Variabel ini diukur dengan jumlah anggota komite audit yang dimiliki
perusahaan.
c. Kepemilikan Institusional
Kepemilikan saham oleh pemerintah, institusi keuangan, institusi berbadan
hukum, institusi luar negeri, dana perwalian, serta institusi lainnya disebut
sebagai kepemilikan institusional (Sekaredi, 2011). Variabel tersebut
diukur dengan persentase jumlah saham yang dimiliki oleh pihak
institusional terhadap total modal saham yang beredar.
Kepemilikan Institusional : x 100%
10
d. Kepemilikan Manajerial
Kepemilikan manajerial adalah jumlah kepemilikan saham oleh pihak
manajemen dari seluruh modal saham yang dikelola (Boediono, 2005).
Pihak manajemen yang memiliki saham tersebut adalah manajer, direktur,
dan komisaris. Variabel tersebut diukur dengan persentase jumlah yang
dimiliki pihak manajemen dari seluruh modal saham perusahaan yang
beredar.
Kepemilikan Manajerial : x 100%
2. Corporate Social Responsibility (CSR) adalah bentuk pertanggung
jawaban sosial perusahaan terhadap kegiatan yang mempengaruhi
manusia, komunitas dan lingkungan”. Rumus Perhitungan CSR
Disclosure mengacu pada Hanifa, et al. dalam Sayeti (2007).
Keterangan:
CSRIj : Corporate social Responsibility Disclosure Index Perusahaan j
Nj : Jumlah Item untuk perusahaan j, nj ≤ 78
Xij : Dummy Variable, 1 = jika item diungkapkan, 0 = jika item tidak
diungkapkan
d. Pengujian
Teknik analisis data dalam penelitian ini meliputi: pengujian analisis
statistik deskriptif, pengujian asumsi klasik dan pengujian hipotesis (uji
kesesuaian model & uji t-test) menggunakan analisis linier regresi berganda.
Pengujian dilakukan dengan menggunakan bantuan software SPSS 21
(Statistical Package for Social Science 21).
1. Analisis Statistik Deskriptif
11
Statistik deskriptif berhubungan dengan pengumpulan dan peningkatan
data serta penyajian hasil peningkatan tersebut (Ghozali, 2006). Statistik
deskriptif digunakan untuk mengetahui gambaran mengenai standar deviasi,
mean, minimum dan maksimum dari variabel- variabel penelitian.
2. Pengujian Asumsi Klasik
- Uji Normalitas Data
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi, variabel
pengganggu (residual) memiliki distribusi normal atau tidak. Model regresi yang
baik adalah yang memiliki distribusi data normal atau mendekati normal.
a. Jika data menyebar di sekitar garis (sumbu) serta mengikuti arah diagonal garis
tersebut maka menunjukkan pola distribusi yang normal dan model regresi
memenuhi asumsi normalitas.
b. Jka data menyebar jauh dari garis (sumbu) serta tidak mengikuti arah diagonal
garis tersebut maka menunjukkan pola distribusi yang tidak normal dan model
regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.
- Uji Multikolineritas
Uji multikolinearitas bertujuan untuk mengetahui dan menguji apakah tiap-
tiap variabel independen saling berhubungan atau berkorelasi secara linier. Model
regresi yang baik adalah yang tidak terjadi korelasi antar variabel independen.
Jika nilai VIF > 10, maka variabel tersebut memiliki masalah multikolinearitas.
Jika VIF < 10, maka variabel tersebut tidak memiliki masalah multikolinearitas.
- Uji Heterokedastisitas
Uji heterokedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi
terjadi ketidaksamaan varian dan residual suatu pengamatan ke pengamatan yang
lain.
a. Jika terdapat pola tertentu seperti titik- titik yang ada membentuk pola tertentu
yang teratur (melebar kemudian menyempit) maka dapat diindikasi telah terjadi
heterokedastisitas.
b. Jika tidak ditemukan pola yang jelas serta titik- titik menyebar diatas dan di
angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heterokedastisitas.
12
- Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi linear
ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan
pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Regresi yang baik adalah regresi yang
tidak terjadi autokorelasi di dalamnya.
Tabel 2 Kriteria Pengujian Durbin- Watson
DW Kesimpulan
< dL Ada autokorelasi (+)
dL s.d. dU Tanpa kesimpulan
dU s.d. 4-dU Tidak ada autokorelasi
4-dU s.d. 4-dL Tanpa kesimpulan
>4-dL Ada autokorelasi (-)
3. Analisis Persamaan Regresi Linier Berganda
Penelitian ini menggunakan analisis regresi berganda (multiple regression) karena
variabel independen yang digunakan lebih dari satu. Pada penelitian ini analisis
regresi berganda adalah hubungan antara dua atau lebih variabel independen
(PDKI, KOMAUD, KI, KM, CSRI) dengan variabel dependen (ROA).
Adapun persamaan regresinya adalah sebagai berikut:
ROA = a + b1(PDKI) + b2(KOMAUD) + b3(KI) + b4(KM) + b5(CSRI) + ℮
Keterangan:
ROE = Return On Assets
PDKI = Proporsi Dewan Komisaris Independen
KOMAUD = Komite Audit
KI = Kepemilikan Institusional
KM = Kepemilikan Manajerial
CSRI = Corporate Social Responsibility Index
a = Konstanta
b = Koefisien Regresi
13
4. Uji Hipotesis
Untuk mengetahui kebenaran prediksi dari pengujian regresi yang dilakukan,
maka dilakukan pencarian nilai koefisien determinasi (R2). Uji kesesuaian model
juga digunakan untuk mengetahui apakah semua variabel independen secara
simultan merupakan penjelas yang signifikan terhadap variabel dependen.
Sedangkan pengujian untuk mendukung hipotesis adalah dengan uji t yaitu
seberapa jauh pengaruh variabel dependen.
- Uji Koefisien Determinasi
Untuk menguji seberapa jauh kemampuan model penelitian dalam
menerangkan variabel dependen, yaitu dengan menghitung koefisien determinasi.
Semakin besar R2 suatu variabel independen, maka menunjukkan semakin
dominan pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen.
Nilai R2 yang telah disesuaikan adalah antara nol dan sampai dengan satu.
Apabila R2=0 artinya tidak ada hubungan antara variabel independen dengan
variabel dependen, dan apabila nilai R2 mendekati 1 berarti variabel- variabel
independen dapat memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk
memprediksi variasi variabel dependen. Sedangkan apabila R2=1 artinya
hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen adalah sempurna.
Untuk regresi dengan variabel bebas lebih dari 2 (dua), maka digunakan adjusted
R2 sebagai koefisien determinasi.
- Uji Kelayakan Model
Uji kelayakan model menunjukkan apakah semua variabel independen yang
dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama- sama terhadap
variabel dependen.Uji kelayakan model pada dasarnya menunjukkan apakah
semua variabel independen yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh
secara bersama-sama terhadap variabel dependen.
Adapun kriteria pengujian dengan menggunakan tingkat signifikansi α = 5%
yaitu sebagai berikut:
14
a. Apabila nilai signifikansi ≤ 0,05 maka hipotesis diterima yang berarti secara
bersamaan variabel PDKI, KOMAUD, KI, KM dan CSRI berpengaruh signifikan
terhadap variabel ROA.
b. Apabila nilai signifikansi ≥ 0,05 maka hipotesis ditolak dan berarti secara
bersamaan variabel PDKI, KOMAUD, KI, KM dan CSRI tidak berpengaruh
signifikan terhadap variabel ROA.
- Uji Statistik t (t-test)
Uji t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh suatu variabel
independen secara individual dalam menerangkan variasi variable dependen
(Ghozali, 2006). Adapun kriteria pengujian uji t dengan level of significant α = 5%
yaitu sebagai berikut:
a. Jika p-value (pada kolom sig.) < α = 0,05 maka hipotesis diterima. Hal ini
berarti variabel independen berpengaruh terhadap variabel dependen.
b. Jika p-value (pada kolom sig.) > α = 0,05 maka hipotesis ditolak. Tidak terdapat
pengaruh antara variabel independen tidak terdapat variabel dependen.
15
DAFTAR PUSTAKA
Djazilah, Rachma dan Kurnia. 2016. Pengaruh Mekanisme GCG Dan
Pengungkapan CSR Terhadap Kinerja Keuangan. Jurnal Ilmu dan Riset
Akuntansi Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (STIESIA) Surabaya.
Effendi, M.A. 2009. The Power Of Good Corporate Governance Teori dan
Implemetansi. Salemba Empat, Jakarta.
Ghozali, Imam. (2005). Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS.
Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Kusumawardani, Nilakandi. 2014. Analisis Laporan Keuangan, www.nilakandy-
feb13.web.unair.ac.id. Diakses 08/05/2018. Hal 4.
Parengkuan, Winnie Evelin. 2017. Pengaruh Corporate Social Responsibility
(CSR) Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan Manufaktur Yang
Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Melalui Pojok Bursa FEB-UNSRAT.
Jurnal EMBA Vol. 5 No 2 Tahun 2017 Hal. 564-571.
Rofina, Maria, dkk. 2013. Pengaruh Penerapan Good Corporate Governance
Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan di BEI. Jurnal Ilmu dan Riset
Akuntansi Vol. 2 No 1 STIESIA. Surabaya.