0% found this document useful (0 votes)
162 views15 pages

Geologi Struktur2 Analisa Kinematika

1) Kinematic analysis involves reconstructing the movements that occur during rock deformation processes at all scales without considering the forces involved. 2) Deformation can include translation, rotation, dilation (volume change), and distortion (shape change). Total deformation is the combination of these. 3) Deformation response can be rigid (no shape or size change) or non-rigid (with shape and size changes). Most deformations involve both rigid and non-rigid components.

Uploaded by

Nanda
Copyright
© © All Rights Reserved
We take content rights seriously. If you suspect this is your content, claim it here.
Available Formats
Download as PDF, TXT or read online on Scribd
0% found this document useful (0 votes)
162 views15 pages

Geologi Struktur2 Analisa Kinematika

1) Kinematic analysis involves reconstructing the movements that occur during rock deformation processes at all scales without considering the forces involved. 2) Deformation can include translation, rotation, dilation (volume change), and distortion (shape change). Total deformation is the combination of these. 3) Deformation response can be rigid (no shape or size change) or non-rigid (with shape and size changes). Most deformations involve both rigid and non-rigid components.

Uploaded by

Nanda
Copyright
© © All Rights Reserved
We take content rights seriously. If you suspect this is your content, claim it here.
Available Formats
Download as PDF, TXT or read online on Scribd
You are on page 1/ 15

II

ANALISA KINEMATIKA
Analisa kinematika merupakan analisa rekonstruksi dari pergerakan yang terjadi
pada saat proses deformasi batuan yang terjadi disemua skala (Davis dan
Reynolds, 1996). Analisa kinematika hanya memperhatikan perubahan bentuk,
ukuran dan pergerakan (strain) yang terjadi tanpa memperhatikan atau
menginterpretasikan gaya atau tekanan yang menyebabkan deformasi tersebut.

Apabila suatu benda diberi gaya misalnya dalam proses deformasi struktur, gaya
tersebut dapat memindahkan benda ketempat lain yang disebut sebagai translasi.
Jika gaya merubah orientasinya, yang dikenal sebagai rotasi. Apabila gaya
tersebut merubah ukuran benda dinamakan proses dilation. Sedangkan apabila
gaya tersebut merubah bentuk benda disebut distorsi (Gambar 2.1.a). Sehingga
total deformasi yang terjadi (D) dapat didefinisikan sebagai kombinasi dari ilmu
gaya-gaya tersebut diatas:

D = Translasi+Rotasi+Dilation+Distorsi

Ada dua kategori reaksi benda terhadap proses deformasi yaitu dapat bersifat
rigid dan non-rigid (Gambar 2.1.b). Dalam proses deformasi yang rigid (rigid body
deformation) benda ditranslasikan serta dirotasikan sedemikian rupa sehingga
bentuk dan ukuran semula tetap sama. Perubahan yang dihasilkan dari deformasi
non-rigid ketika batuan mengalami perubahan bentuk serta ukurannya. Sebuah
benda dalam satu deformasi dapat mengalami keduanya baik itu perubahan
bentuk maupun ukuran. Pada umumnya dalam satu deformasi rigid maupun
non-rigid beroperasi bersamaan. Gerakan sesar atau patahan pada umumnya
dikelompokan sebagai rigid deformasi, tetapi apabila sesar-sesar tersebut terletak
berdekatan (membentuk zona) gerakannya menjadi non-rigid deformasi.

Translasi

Dalam translasi murni, semua titik dalam tubuh batuan yang terdeformasi akan
bergerak dengan arah yang sama dan sejajar. Translasi terjadi pada tubuh batuan
yang rigid contohnya bidang perlapisan saling bergeser pada saat terlipat
(Flexural Slip) dan gerakan lempeng-lempeng bumi.

Translasi untuk benda yang rigid lebih mudah jika diekspresikan dengan vektor
pergerakan (displacement vector). Dalam hal ini translasi dikelompokan menjadi
tiga parameter (Ramsay, 1969) yaitu: jarak pergerakan (distance of transport)
dengan skala millimeter sampai ratusan kilometer, arah (direction of transport)
yang diekspresikan dengan plunge dan trend, dan polarisasi transport (sense of
transport). Konsep ini digunakan dengan baik dalam menganalisa gerakan sesar,
contohnya pemakaian slip vektor untuk gores-garis (slickenside). Dengan
mengetahui dua titik referensi kita bisa menentukan jenis relatif pergerakan
sebenarnya (slip) suatu sesar dan juga total pergerakannya (net-slip).

Geologi Struktur, Geofisika FMIPA – UNLAM Analisa Kinematika - 7


PRINSIP DASAR GEOLOGI STRUKTUR

(a). dilation
(volume change)

distortion
(volume change)

rotation

total strain

The nature of strain : dilation, distortion, and rotation

(b). a b

a
A. Rigid Body B. Rigid Body
Translation Rotation

f
f c
e

b
e d

a b c
d

C. Original Object f c

E. Nonrigid Deformation
e d by Distortion

a b

f c

e d
D. Nonrigid Deformation
by Dilation

Gambar 2.1. a) Sifat umum strain


b) Karakteristik dan respon benda terhadap deformasi
Rotasi

Rotasi adalah konsep yang sangat penting dan umum terjadi dalam deformasi
batuan, misalnya dalam perlipatan atau sesar. Rotasi dikelompokan dalam deformasi
rigid yang merubah susunan titik dalam suatu benda dimana paling mudah
digambarkan dengan mengunakan suatu acuan sumbu yang sama. Perubahan lokasi
titik-2 digambarkan dengan mengunakan orientasi dari sumbu rotasi yaitu trend and
plunge, polarisasi dari rotasi (sense of rotation) yaitu searah atau berlawanan arah
jarum jam, dan besarnya rotasi yang diukur dengan besaran sudut (derajat).

Teknik Geologi, FIKTM – ITB Analisa Kinematika - 8


PRINSIP DASAR GEOLOGI STRUKTUR

STRAIN
Konsep Umum
Strain menghasilkan dilation yaitu perubahan ukuran dan distortion yaitu
perubahan bentuk atau kombinasi dari kedua proses tersebut. Perubahan bentuk
dari suatu benda seringkali lebih mudah dideskripsikan dalam dengan non-rotasi
atau coaxial ditambah dengan komponen rotasinya.

Strain dapat dibagi menjadi homogeneous dan inhomogeneous. Apabila besarnya strain
diseluruh benda sama maka didefinisikan sebagai homogenous deformasi. Kriteria
untuk homogenous strain adalah apabila garis lurus tetap lurus dan garis sejajar tetap
sejajar setelah deformasi. Sedangkan dalam kasus inhomogenous (heterogenenous)
strain, nilai strain diberbagai tempat dalam bentuk tidak sama. Dengan demikian
kriteria untuk inhomogenous (heterogenenous) strain adalah apabila garis lurus menjadi
melengkung dan garis sejajar menjadi tidak sejajar (Gambar 2.2.a). Perbedaan antara
homogeneous dan inhomogenous (heterogenenous) strain yang paling jelas dan dapat
dengan mudah diamati adalah pada struktur perlipatan (Gambar 2.2.b).
I

H H

A. homogeneous strain

A. inhomogeneous strain

Gambar 2.2. Jenis dan distribusi strain dalam deformasi batuan (Park, 1989)
Deformasi yang progresif (progressive deformation) adalah gerakan yang membawa
benda dari kondisi yang belum terdeformasi ke kodisi final sesudah deformasi.
Tahapan strain yang terjadi selama deformasi dinamakan strain path. Jumlah total
deformasi yang dialami batuan didefinisikan sebagai state of strain.

Untuk mempermudah gambaran geometri dan perhitungan daalam deformasi


batuan seringkali digambarkan sebagai perubahan lingkaran ke ellipse yang
dikenal sebagai strain ellipse. Keuntung mengunakan geometri ellipse adalah
melakukan aspek ratio dari sumbu panjang dan pendeknya untuk deformasi
dengan areal yang konstan. Perubahan total dari bentuk lingkaran ke ellipse
dikenal sebagai finite strain ellipse.

Mengukur Besaran Strain

Strain dapat diukur dalam dua cara:


1. Perubahan panjang suatu garis (linear strain)
2. Perubahan sudut antara dua garis (shear strain)
Setiap geometri strain dapat diukur dari kombinasi kedua perubahan diatas,
sehingga dapat didefinisikan sebagai (Gambar 2.3):

Teknik Geologi, FIKTM – ITB Analisa Kinematika - 9


PRINSIP DASAR GEOLOGI STRUKTUR

1. Extension (e) e = (lf – l0)/l0 (1)


l = lf –l0

l0
lf
Gambar 2.3.

Dimana adalah l0 panjang awal dan adalah lf panjang baru sesudah deformasi.
Nilai e yang positive dinamakan sebagai elongation dan e negatif sebagai
shortening.
Extension sering kali juga didefinisikan sebagai stretch (S) adalah ratio dari
panjang yang baru terhadap panjang awal:
S = lf/l0 (2)
e = (lf – l0)/l0 = e = lf/l0 – 1
lf/l0 = e+1, maka
S = e+1
2. Shear Strain ()  = tan  (psi) (3)
dimana  (angular shear strain) adalah perubahan sudut dari posisi awal yang
tegak lurus (Gambar 2.4). Harga shear strain sepanjang garis bisa negatif maupun
positif tergantung pada polarisasi dari rotasi (sense of rotation) dari garis semula
tegak lurus padanya. Perlu diingat bahwa pergeseran searah jarum jam akan
positif (+) dan berlawanan arah dengan jarum jam akan negatif (-). Sebaran nilai
shear strain adalah nol sampai tak terhingga.

A.
l = 5 cm
o

L' = 3 cm

l = 8 cm
f

L
L' = 4.8 cm

Davis dan Reynolds (1996)

extension (e) = (l - lo)/lo dimana lo = panjang semula dan l = panjang akhir

8 cm - 5 cm
e= = 0.6 Strech (S) = l/lo
5 cm

elongation = e > 0 (+) dan shorting = e < 0 (-)

B.

 = tan 
Teknik Geologi, FIKTM – ITB Analisa Kinematika - 10
90

shear strain
PRINSIP DASAR GEOLOGI STRUKTUR

A.
l = 5 cm
o

L' = 3 cm

l = 8 cm
f

L
L' = 4.8 cm

Davis dan Reynolds (1996)

extension (e) = (l - lo)/lo dimana lo = panjang semula dan l = panjang akhir

8 cm - 5 cm
e= = 0.6 Strech (S) = l/lo
5 cm

elongation = e > 0 (+) dan shorting = e < 0 (-)

B.

 = tan 
90

shear strain

Pengukuran strain digambarkan sebagai perubahan panjang (A)


yaitu extension (e) dan perubahan sudut (B) yaitu shear strain

Gambar 2.4.

Finite Strain Ellipse


Dalam suatu strain ellipse dapat disimpulkan bahwa sumbu yang sejajar dengan
maksimum extension (e) yaitu sumbu panjangnya akan mempunyai nilai
maksimum stretch atau S1. Sebaliknya sumbu yang mempunyai nilai minimum
extension (e) yaitu sumbu pendeknya akan mempunyai minimum stretch atau S3.
Hubungan ini juga memberikan kesimpulan bahwa pada arah garis paralel
sumbu panjang atau pendek dari strain ellipse merupakan satu-satunya garis
dimana harga shear strain () atau angular shear strain () akan nol.
Hubungan garis sejajar maupun tegak lurus terhadap sumbu pendek maupun
panjang dalam strain ellipse yang unik ini dikenal sebagai sumbu utama dari
finite strain ellipse (the principal axes of strain ellipse). Dimana sumbu S1 dari finite
strain ellipse mewakili arah dan besaran dari maksimum stretch. Sumbu pendek S3

Teknik Geologi, FIKTM – ITB Analisa Kinematika - 11


PRINSIP DASAR GEOLOGI STRUKTUR

dari finite strain ellipse mewakili arah dan besaran minimum stretch atau
maksimum perpendekan (shortening) dalam plane strain (Gambar 2.5).

S1

S2
S3
S3

S1
S3

S2

S1

Gambar 2.5. Sumbu utama strain dan strain ellipsoid (Twiss dan Moore, 1992)

Persamaan Strain
Ada dua persamaan stain yang utama yang memungkinkan untuk menentukan
stretch dan shear strain untuk setiap arah garis dalam batuan kondisi strain
dengan nilai S1, S3, d (sudut yang dibentuk antara garis L dengan maximum
stretch (S1)) diketahui (Gambar). Cara lain mengekspresikan perubahan panjang
suatu garis adalah mengunakan quadratic elongation () yang didefinisikan
sebagai:
 = (lf/l0)2 = (1+ e)2 = S2 (4)
Persamaan yang mewakili quadratic elongation () adalah reciprocal quadratic
elongation (’), dimana:
’ = 1/ = 1/S2 (5)
Perbandingan antara shear strain dan quadratic elongation atau / juga merupakan
persamaan yang sangat penting untuk menggambarkan kombinasi perubahan
garis dan sudut dalam suatu deformasi (Davis dan Reynolds, 1996).
’ = (’3+’1)/2 – (’3-’1)/2 Cos2d (6)
’ = ½ (1/3 +1/1) – ½ (1/3 -1/1) Cosd
dan / = ½ (1/’3 -1/’1)Sin2d
/ = ½ (1/3 -1/1)Sind
dimana ’ = 1/, ’1= 1/1 , ’3=1/3
 = S2, sepanjang garis L dan membuat sudut d dengan S1
1 = quadratic elongation terbesar S21
Persamaan strain dapat diselesaikan bila 1, 3, dan d diketahui.

Teknik Geologi, FIKTM – ITB Analisa Kinematika - 12


PRINSIP DASAR GEOLOGI STRUKTUR

Diagram Mohr Strain


Otto Mohr (1882) menemukan bahwa kedua persamaan strain diatas dapat
diwakili secara graphis dengan mengunakan lingkaran yang dinamakan sebagai
lingkaran Mohr diagram strain. Pengambaran secara graphis untuk persamaan
strain sebenarnya memperlihatkan hubungan sistematik dari variasi dalam
quadratic elongation dan shear strain, sehingga metoda graphis ini sangat praktis
digunakan (Gambar 2.6).
Pada Gambar 2.6, memperlihatkan hubungan antara geometri dan persamaan
strain utama:
’ = (’3+’1)/2 – (’3-’1)/2 Cos2d (7)
Komponen pertama dari persamaan diatas (’3+’1)/2
adalah nilai x yang merupakan pusat (C) dari lingkaran Mohr dan nilai ini sama
dengan panjang OC, dimana O adalah titik awal (lihat gambar).
Komponen kedua dari persamaan diatas (’3-’1)/2
adalah panjang jari-2 dari lingkaran Mohr yang harganya sama dengan panjang
garis CA (lihat Gambar 2.6).
A B
1.0
A d


S 1
S 1  ',  / )
.49
1 Unit  = +15º
2 = +30º
d

Distorted Clay Cake


0
' = .42 1.0 C 2.0 ' = 2.4 3.0
1
' 3

.56

C ' ' 
/ 
SIN 
 


d

1.0

A
 ' '
   


2d

0 ' A' 1.0 C 2.0 3.0


1 '
3

'
Equals
' + '
1 3

2
Minus ' ' 

COS 
 

 d

Gambar 2.6. Diagram Mohr untuk strain (Davis dan Reynolds, 1996)
Komponen ketiga dari persamaan diatas Cos2d
Adalah sama dengan CA’/CA. Subtitusi kedalam persamaan 1
’ = (’3+’1)/2 – (’3-’1)/2 Cos2d
’ = OC – CA CA’/CA
’ = OC – CA’ (lihat Gambar 2.6)

Teknik Geologi, FIKTM – ITB Analisa Kinematika - 13


PRINSIP DASAR GEOLOGI STRUKTUR

Hal yang sama dapat dilakukan untuk :


Sin2d = AA’/CA
(3-1)/2 Sin2d = CA AA’/CA = AA’
Dengan cara grafis menggunakan lingkaran Mohr kita bisa menentukan secara
pasti ’ dan / untuk setiap garis dengan mudah dan praktis.
Strain Ellipsoid
Dalam setiap strain yang homogen, setiap bentuk bola akan terdeformasi menjadi
bentuk ellipse yang dinamakan strain ellepsoid atau dalam kondisi plane strain
membentuk strain ellipse (Gambar 2.7). Stretch, extension dan shear strain pada
dasarnya semuanya mempunyai hubungan geometri yang simple baik dalam dua
dimensi maupun tiga dimensi.
Undeformed State Deformed State
R=e n

Strain r=S
R=1 n

 

A. Extension and stretch

Undeformed State Deformed State



T
t e tan 
s

R
Strain r
 

B. Shear strain
Gambar 2.7. Hubungan antara stretch, extension, shear strain dan strain ellipse
Strain ellipsoid adalah gambaran yang lengkap dari kondisi strain disuatu titik. Kita
dapat mendiskripsi kondisi strain disatu titik apabila kita mengetahui extension
dan dua shear strain dari tiga bagian garis yang saling tegak-lurus pada kondisi
sebelum deformasi. Strain ellipsoid terdiri dari 9 strain komponen. Setiap strain
komponen untuk setiap garis ditulis pada kolom-kolom yang terpisah membentuk
matrix yang teratur yang dinamakan strain tensor (Twiss and Moore, 1992):

(8)
e11 e12 e13
ekl = e21 e22 e23
e31 e32 e33

Principal Diagonal
Komponen utama dari diagonal matrix yaitu yang urutan yang mempunyai
subscript yang sama adalah extension. Yang diluar komponen diagonal yaitu
yang mempunyai dua subscript adalah shear strain. Matrix dari strain tensor ini

Teknik Geologi, FIKTM – ITB Analisa Kinematika - 14


PRINSIP DASAR GEOLOGI STRUKTUR

mempunyai informasi yang cukup untuk menghitung extension dan shear strain
untuk setiap segment garis yang mempunyai orientasi tertentu. Dalam strain tiga
dimensi hanya ada 6 komponen strain yang independen. Sehingga strain seperti
halnya stress adalah second-rank tensor.
Untuk plane strain, kita mempunyai e21 = e22 = e23 dan , sehingga diwakili hanya
oleh empat komponen strain dimana tiga komponen strainnya independen.

ekl = e11 e13 (9)


e31 e33

Sejajar dengan sumbu-2 utama strain dari strain ellipsoid, extension dan stretch
adalah maximum, minimax dan minimum yang mempunyai hubungan:
e1 > e2 > e3 dan S1 > S2 > S3
e2 dan S2 dikatakan minimax karena nilainya akan minimum untuk bidang e1 – e2
atau S1- S2 dan akan maximum pada bidang e2 – e3 atau S2- S3 yang tegak lurus
terhadap bidang yang minimum.
Pada kondisi tertentu, harga shear strain akan 0 karena garis singgung terhadap
strain ellipsoid pada awal dan akhir deformasi tetap saling tegak lurus (Gambar
2.7). Pada kondisi ini dapat didefinisikan suatu koordinat utama dimana strain
tensor menjadi sangat simple yang hanya diwakili oleh extension sebagai nilai
utama. Strain tensor untuk kondisi ini dapat digambarkan dalam tiga maupun
dua dimensi sebagai berikut :

e1 0 0
ekl = 0 e2 0 ekl = e1 0
0 0 e3 0 e3

Hal yang sangat penting diingat bahwa secara umum sumbu strain utama tidak
sejajar dengan sumbu utama stress.
Perubahan Volume Dalam Deformasi
Perubahan volume biasanya terjadi bersamaan dengan perubahan bentuk dalam
deformasi dan apabila hal ini tidak dikenali akan memberikan hasil yang kurang
tepat dalam mengestimasi perbandingan sumbu-2 strain utama. Perubahan
volume (dilation) atau volumetrik strain Sv didefinisikan sebagai:
Sv = (V – V0)/V0 (10)
diimana V dan V0 adalah volume sebelum dan sesudah deformasi. Karena volume
dari strain
Sv = (S1 x S2 x S3) – 1
atau 1+ Sv = (1+ e1 ) (1+ e2 ) (1+ e3 )
Untuk plane strain S2 = 0 dan e2 = 0, maka Sv = S1 S3 = (1+ e1 ) (1+ e3 )
Untuk konstan volume: Sv = S1S2S3 = 1 dan
Sv = S1S3 = 1, untuk S1 =1/S3

Teknik Geologi, FIKTM – ITB Analisa Kinematika - 15


PRINSIP DASAR GEOLOGI STRUKTUR

dimana e adalah extension dan S1, S2 dan S3 adalah sumbu strain utama. Bentuk-
bentuk struktur yang terjadi dibatuan akibat deformasi akan tergantung pada orientasi
bedding relatif terhadap sumbu stretch utama dan pada besarnya S2 (Gambar 2.8).
Pendekatan dengan menggunakan bentuk lingkaran dan ellipse dalam
menggambarkan kondisi strain dalam batuan adalah didasarkan pada kenyataan
bahwa batuan yang mengandung fossil akan mencatat data distribusi strain yang
baik jika terdeformasi. Contohnya fossil Ooid yang berbentuk lingkaran yang
hampir sempurna dan sangat umum dijumpai pada batu gamping, dimana apabila
terdeformasi dapat digunakan untuk menentuan arah dan bentuk dari strain
ellipsoid (Ramsay, 1967; Twiss and Moore, 1992 dan Davis dan Reynolds, 1996).
^ ^ ^
S2 < 1 S2 = 1 S2 >1
^
S1

^
S 1
perpendicular ^
S3 ^
to layer S2

A. B. C.

^
S1
^
S2 ^
perpendicular S3 ^
S 2
to layer

D.

^ ^
S
S 3 1
perpendicular ^
S 3 ^
S
to layer 2

E. F.

Gambar 2.8. Hubungan strain dan bentuk struktur pada batuan (Twiss dan
Moore, 1992)
Dalam proses deformasi perubahan volume (dilation) dapat disertai dengan
perubahan bentuk (distortion) batuan yang dapat diamati dengan mengunakan
diagram perbandingan sumbu stretch dari sumbu utama strain (strain field diagram)
yang dikembangkan oleh Ramsay, 1967). Diagram ini mengambarkan tentang
klasifikasi struktur yang didasarkan kepada karakteristik strainnya (Gambar 2.9).
S 3
Strating Size Field of Field of
and Shape No Strain Expansion

1.0 Field of Linier Strecthing

Field
of
Linear
Shortening Field of Compensation

Field
of Contraction

S 1

1.0

Gambar 2.9. Strain field diagram dari Ramsay (1967)


Deformasi Simple Shear dan Pure Shear
Berdasarkan pemodelan analog maupun numerik disimpulkan bahwa selama
proses perubahan bentuk (distortion) sumbu strain ellipse yang memperlihatkan
tahapan dari suatu deformasi umumnya tidak mempunyai orientasi yang tetap.

Teknik Geologi, FIKTM – ITB Analisa Kinematika - 16


PRINSIP DASAR GEOLOGI STRUKTUR

Jika orientasi sumbu finite strain berubah selama proses deformasi berubah
dinamakan sebagai non-coaxial strain. Proses ini sering didefiniskan sebagai pure
shear deformation. Tetapi jika orientasi sumbu finite strain tidak berubah selama
proses deformasi dinamakan sebagai coaxial strain. Proses ini sering didefinisikan
sebagai simple shear deformation. Sehingga pure shear dan simple shear adalah jenis
strain dan mereka mengambarkan kondisi istimewa dari plane strain. Prosesnya
lebih mudah digambarkan dalam dua dimensi seperti pada Gambar 2.10.
A B
S im p l e S h e a r P u re S h e a r
( N o n c o a x ia l S t r a i n ) ( C o a x ia l S tr a in )

L M O
N

2 5 % F l a tte r in g
S3 M S3
+ 22º S1

S1

3 0 % F l a tte r in g
+ 31º S1 S3
S3

S1

4 0 % F l a tte r in g
S1 S3
+ 45º S3

S1

Gambar 2.10. Deformasi yang coaxial dan noncoaxial strain (Twiss dan Moore, 1992)
Pada dasarnya dalam suatu deformasi yang sering dijumpai adalah hanya finite
strain (hasil akhir suatu deformasi). Sehingga untuk bisa menentukan suatu strain
adalah pure shear atau simple shear diperlukan pengamatan strain melalui suatu
proses deformasi yang berkesinambungan atau progressive deformation. Struktur
seperti perlipatan, boudin, foliasi dan lineasi terbentuk sebagai hasil reaksi batuan
atau sedimen terhadap deformasi yang bersifat progresif.
Homogenous Strain
Ada tiga kasus istimewa dalam strain yang homogen (homogeneous strain) yang
dapat dikenali dari perbandingan sumbu strainnya (S1, S2, S3). Secara umum
ketiga sumbu tersebut tidak sama besar, dimana S1>S2>S3. Bentuk ketiga
homogenous strain tersebut dapat dilihat pada Gambar 2.11.
1. Extension pada sumbu simetri (S1>S2=S3), dimana strain jenis ini melibatkan
extension yang sama pada sumbu s1 dan perpendekan (shortening) yang sama
pada semua arah yang tegak lurus padanya. Bentuk strain jenis ini dinamakan
prolate atau constrictional (Gambar 2.11.a).
2. Shortening pada sumbu simetri (S1=S2>S3), dimana pada strain jenis ini
melibatkan shortening yang sama pada arah s3 dan extension yang sama semua
arah yang tegak lurus padanya. Bentuk strain jenis ini dinamakan oblate atau
flattening (Gambar 2.11.b).

Teknik Geologi, FIKTM – ITB Analisa Kinematika - 17


PRINSIP DASAR GEOLOGI STRUKTUR

3. Plane strain (S1>S2=1>S3), dimana sumbu strain S2 tidak berubah, extension


pada arah S1, dan shortening pada arah S3 (Gambar 2.11.c). Sehingga plane
strain ini dikelompokan sebagai jenis istimewa dari triaxial ellipsoid.
Penggambaran Kondisi dan Evolusi Strain
Cara yang paling umum untuk menggambarkan variasi kondisi strain adalah
menggunakan diagram Flinn (Gambar 2.12), dimana ordinate and absis adalah
perbandingan a dan b dari stretch utama yang didefinisikan sebagai:
a = S1/S2 dan b = S2/ S3
Perbedaan bentuk dari ellipsoid dapat digambarkan dengan mengunakan harga k
yang didefinisikan sebagai :
k = (a-1)/(b-1) (11)
Harga k berguna untuk membagi jenis strain yang berbeda dalam kondisi volume
tetap (lihat Gambar 2.12), dimana:
Z

Y
X

Y
X

B
Z

Gambar 2.11. Bentuk ellipsoid dalam homogenous strain (Park, 1989)


k = 

K = 1
Simple Extension

Constrictional
Strain
^
S 1
a =
^2
S
in
a
tr
S
ne
la

Flattering
P

Strain

1 Simple Flattering
K = 0
1 ^
S 2
b =
^3
S

Gambar 2.12. Flinn diagram untuk homogenous strain (Twiss dan Moore, 1992)

Teknik Geologi, FIKTM – ITB Analisa Kinematika - 18


PRINSIP DASAR GEOLOGI STRUKTUR

Simple extension: k=


Constrictional strain (prolate ellipsoid): 1<k<
Plane strain (volume tetap): k = 1
Flattening strain (oblate ellipsoid): 0<k<1
Simple flattening : k = 0
Deformasi Homogeneous dan Inhomogeneous
Pada dasarnya mendiskripsi apakah deformasi yang homogenous dan inhomogenous
sangat tergantung pada skala pengamatan. Sebagai contoh sepanjang struktur
perlipatan distribusi strainnya inhomogenous. Sehingga pendeskripsian
deformasi yang homogenous dialam adalah sebenarnya berdasarkan harga rata-
rata deformasi dalam suatu volume yang besar, dimana akan kecil bila
dibandingkan dengan distribusi strain yang tidak homogen (inhomogenous).
Sebagai contoh dapat dilihat pada Gambar 2.13 yang memperlihatkan distribusi
strain dalam struktur perlipatan dengan skala yang berbeda-beda. Sehingga untuk
perhitungan maupun pengamatan strain yang sifatnya regional pendekatan
homogenous strain bisa digunakan.
Menentukan Strain Dari Batuan
Salah satu tujuan terpenting dari geologi struktur adalah mengevaluasi secara
kuantitatif total strain (finite strain) suatu area sebagai hasil dari sesuatu deformasi.
Pada dasarnya analisa struktur geologi menginginkan untuk dapat mengevaluasi
suatu daerah sehingga dapat menentukan besar dan arah dari sumbu-sumbu utama
strain disemua titik. Jika distribusi strain baik itu berupa proyeksi maupun total
finite strain telah didapatkan maka kita dapat mencoba menerangkannya dengan
menggunakan stress pembentukannya atau model kinematika.
Ada tiga cara pendekatan untuk memecahkan permasalahan dalam
mengkuantifikasi strain. Metoda yang pertama untuk menentukan masing-2
strain ellipsoid dengan menggunakan variasi bentuk-bentuk khusus strain yang
dapat dikenali atau strain markers yang kemudian hasilnya dijumlahkan untuk
seluruh area yang dicari. Yang kedua mengestimasi total shortening dan
elongation dengan mengevaluasi geometri dari perlipatan dan sesar, akan tetapi
metoda ini sukar diterapkan dalam tiga dimensi. Yang ketiga mengasumsikan
bahwa strain untuk area yang besar secara statistik adalah homogenous, sehingga
semua elemen struktur planar dan linear dari seluruh daerah teratur secara
statistik dan merefleksikan orientasi dan besaran total finite strain. Cara ini
dianggapkan paling effektif terutama untuk menentukan strain dari daerah yang
terdeformasi kuat (Twiss and Moore, 1992; Park, 1989).
Translasi, rotasi, distorsi dan dilation adalah reaksi batuan terhadap deformasi
dalam kondisi optimum yang dapat dideskripsi dan diinterpretasi secara
kinematika secara detail. Tetapi apa yang menyebakan pergerakan dan bagaimana
mengetahui titik awal pergerakan tersebut terutama untuk struktur geologi yang
terbentuk masa lalu. Untuk memecahkan permasalahan ini diperlukan suatu
pendekatan yang dinamakan analisa dinamika yang juga dapat mengambarkan
hubungan antara stress dan strain.

Teknik Geologi, FIKTM – ITB Analisa Kinematika - 19


PRINSIP DASAR GEOLOGI STRUKTUR

A. Regional scale

100 m

B. Outcrop scale

10 mm

C. Hand sample scale

100 m

D. Microscope scale

Gambar 2.13. Faktor skala dalam dari deformasi homogenous dan


inhomogenous. Dalam teramati bahwa secara umum deformasi
bersifat homogenous pada skala besar, tetapi apabila diamati pada
skala kecil, bersifat inhomogenous (Twiss dan Moore, 1992).

Teknik Geologi, FIKTM – ITB Analisa Kinematika - 20


PRINSIP DASAR GEOLOGI STRUKTUR

Contoh soal-soal:
1. Misalkan dalam suatu deformasi diameter suatu fosil berubah panjangnya,
dimana diketahui panjang awalnya (l0) 8 cm dan setelah deformasi panjangnya
(lf) menjadi 5 cm. Maka perubahan panjang () adalah sebesar 3 cm. Besarnya
extension pada arah perpanjangan (lengthening): e = (lf – l0)/l0 = 3 cm/8 cm =
0.6 atau 0.6x 100% = 60% perpanjangan. Apabila kita ekspresikan dalam stretch
(s) = lf / l0 = 8 cm/5 cm = 1.6. Harga e = 0.6 dan s = 1.6 harus berlaku untuk
setiap garis dalam tubuh batuan.
2. Misalnya suatu deformasi yang terjadi pada fossil yang mempunyai bentuk
geometri bulat dalam penampang dan menjadi ellipse setelah deformasi. Total
deformasi yang terjadi akan menghasilkan perpanjangan maksimum sejajar
arah sumbu panjang (Sa) dari finite strain ellipse dan kontraksi/perpendekan
sejajar arah dari sumbu pendeknya (Sb). Ditanyakan berapa harga s dan e pada
deformasi tersebut. Diketahui dari hasil deformasi bahwa Sa = 2.6 cm dan Sa =
2.2 cm. Untuk mengetahui s dan e, perlu diketahui panjang sebelum (l0) dan
sesudah deformasi (lf). Dengan mengasumsikan bahwa tidak terjadi perubahan
luas sebelum (lingkaran) dan sesudah deformasi (ellipse), maka:

Luas ellpise = luas lingkaran


ab = r2  r2 = ab  r = ab = 1.3 x 1.1 = 1.4 cm2 = 1.2 cm
dimana: a = setengah sumbu panjang ellipse = 1.3
b = setengah sumbu pendek ellipse = 1.1
r = jari-jari lingkaran
Sebelum deformasi pajang garis a = b yaitu dua kali r = 2.4, maka kita dapat
menghitung s dan e:
Sa = lf/l0 = 2a/2r = 1.1
Sb = lf/l0 = 2b/2r = 0.92
ea = lf-l0/l0 = 2a - 2r/2r = 0.83 = 83 % perpanjangan
eb = lf-l0/l0 = 2b - 2r/2r = - 0.83 = 83% perpendekan
3. Dalam suatu deformation dihasilkan S1=1.55, S3=0.65 dan d =-26.5, maka  dan
 adalah:

M L S3  
S1 M

L
1 = S12=(1.55) 2=2.40, 3 = S32=(0.65) 2=0.42
’ = ½ (1/0.42 +1/1) – ½ (1/0.42 -1/1)Cos 53 = 0.81
 = 1/’ = 1.2, maka S =   = 1.1
/ = ½ (1/0.42 – 1/2.4)Sin (-53) = 0.78
 = (/) = (-0.78) (1.2) = -0.94
 = tan  (psi),  = arctan (-0.94) = -43

Teknik Geologi, FIKTM – ITB Analisa Kinematika - 21

You might also like