Geologi Struktur2 Analisa Kinematika
Geologi Struktur2 Analisa Kinematika
ANALISA KINEMATIKA
Analisa kinematika merupakan analisa rekonstruksi dari pergerakan yang terjadi
pada saat proses deformasi batuan yang terjadi disemua skala (Davis dan
Reynolds, 1996). Analisa kinematika hanya memperhatikan perubahan bentuk,
ukuran dan pergerakan (strain) yang terjadi tanpa memperhatikan atau
menginterpretasikan gaya atau tekanan yang menyebabkan deformasi tersebut.
Apabila suatu benda diberi gaya misalnya dalam proses deformasi struktur, gaya
tersebut dapat memindahkan benda ketempat lain yang disebut sebagai translasi.
Jika gaya merubah orientasinya, yang dikenal sebagai rotasi. Apabila gaya
tersebut merubah ukuran benda dinamakan proses dilation. Sedangkan apabila
gaya tersebut merubah bentuk benda disebut distorsi (Gambar 2.1.a). Sehingga
total deformasi yang terjadi (D) dapat didefinisikan sebagai kombinasi dari ilmu
gaya-gaya tersebut diatas:
D = Translasi+Rotasi+Dilation+Distorsi
Ada dua kategori reaksi benda terhadap proses deformasi yaitu dapat bersifat
rigid dan non-rigid (Gambar 2.1.b). Dalam proses deformasi yang rigid (rigid body
deformation) benda ditranslasikan serta dirotasikan sedemikian rupa sehingga
bentuk dan ukuran semula tetap sama. Perubahan yang dihasilkan dari deformasi
non-rigid ketika batuan mengalami perubahan bentuk serta ukurannya. Sebuah
benda dalam satu deformasi dapat mengalami keduanya baik itu perubahan
bentuk maupun ukuran. Pada umumnya dalam satu deformasi rigid maupun
non-rigid beroperasi bersamaan. Gerakan sesar atau patahan pada umumnya
dikelompokan sebagai rigid deformasi, tetapi apabila sesar-sesar tersebut terletak
berdekatan (membentuk zona) gerakannya menjadi non-rigid deformasi.
Translasi
Dalam translasi murni, semua titik dalam tubuh batuan yang terdeformasi akan
bergerak dengan arah yang sama dan sejajar. Translasi terjadi pada tubuh batuan
yang rigid contohnya bidang perlapisan saling bergeser pada saat terlipat
(Flexural Slip) dan gerakan lempeng-lempeng bumi.
Translasi untuk benda yang rigid lebih mudah jika diekspresikan dengan vektor
pergerakan (displacement vector). Dalam hal ini translasi dikelompokan menjadi
tiga parameter (Ramsay, 1969) yaitu: jarak pergerakan (distance of transport)
dengan skala millimeter sampai ratusan kilometer, arah (direction of transport)
yang diekspresikan dengan plunge dan trend, dan polarisasi transport (sense of
transport). Konsep ini digunakan dengan baik dalam menganalisa gerakan sesar,
contohnya pemakaian slip vektor untuk gores-garis (slickenside). Dengan
mengetahui dua titik referensi kita bisa menentukan jenis relatif pergerakan
sebenarnya (slip) suatu sesar dan juga total pergerakannya (net-slip).
(a). dilation
(volume change)
distortion
(volume change)
rotation
total strain
(b). a b
a
A. Rigid Body B. Rigid Body
Translation Rotation
f
f c
e
b
e d
a b c
d
C. Original Object f c
E. Nonrigid Deformation
e d by Distortion
a b
f c
e d
D. Nonrigid Deformation
by Dilation
Rotasi adalah konsep yang sangat penting dan umum terjadi dalam deformasi
batuan, misalnya dalam perlipatan atau sesar. Rotasi dikelompokan dalam deformasi
rigid yang merubah susunan titik dalam suatu benda dimana paling mudah
digambarkan dengan mengunakan suatu acuan sumbu yang sama. Perubahan lokasi
titik-2 digambarkan dengan mengunakan orientasi dari sumbu rotasi yaitu trend and
plunge, polarisasi dari rotasi (sense of rotation) yaitu searah atau berlawanan arah
jarum jam, dan besarnya rotasi yang diukur dengan besaran sudut (derajat).
STRAIN
Konsep Umum
Strain menghasilkan dilation yaitu perubahan ukuran dan distortion yaitu
perubahan bentuk atau kombinasi dari kedua proses tersebut. Perubahan bentuk
dari suatu benda seringkali lebih mudah dideskripsikan dalam dengan non-rotasi
atau coaxial ditambah dengan komponen rotasinya.
Strain dapat dibagi menjadi homogeneous dan inhomogeneous. Apabila besarnya strain
diseluruh benda sama maka didefinisikan sebagai homogenous deformasi. Kriteria
untuk homogenous strain adalah apabila garis lurus tetap lurus dan garis sejajar tetap
sejajar setelah deformasi. Sedangkan dalam kasus inhomogenous (heterogenenous)
strain, nilai strain diberbagai tempat dalam bentuk tidak sama. Dengan demikian
kriteria untuk inhomogenous (heterogenenous) strain adalah apabila garis lurus menjadi
melengkung dan garis sejajar menjadi tidak sejajar (Gambar 2.2.a). Perbedaan antara
homogeneous dan inhomogenous (heterogenenous) strain yang paling jelas dan dapat
dengan mudah diamati adalah pada struktur perlipatan (Gambar 2.2.b).
I
H H
A. homogeneous strain
A. inhomogeneous strain
Gambar 2.2. Jenis dan distribusi strain dalam deformasi batuan (Park, 1989)
Deformasi yang progresif (progressive deformation) adalah gerakan yang membawa
benda dari kondisi yang belum terdeformasi ke kodisi final sesudah deformasi.
Tahapan strain yang terjadi selama deformasi dinamakan strain path. Jumlah total
deformasi yang dialami batuan didefinisikan sebagai state of strain.
l0
lf
Gambar 2.3.
Dimana adalah l0 panjang awal dan adalah lf panjang baru sesudah deformasi.
Nilai e yang positive dinamakan sebagai elongation dan e negatif sebagai
shortening.
Extension sering kali juga didefinisikan sebagai stretch (S) adalah ratio dari
panjang yang baru terhadap panjang awal:
S = lf/l0 (2)
e = (lf – l0)/l0 = e = lf/l0 – 1
lf/l0 = e+1, maka
S = e+1
2. Shear Strain () = tan (psi) (3)
dimana (angular shear strain) adalah perubahan sudut dari posisi awal yang
tegak lurus (Gambar 2.4). Harga shear strain sepanjang garis bisa negatif maupun
positif tergantung pada polarisasi dari rotasi (sense of rotation) dari garis semula
tegak lurus padanya. Perlu diingat bahwa pergeseran searah jarum jam akan
positif (+) dan berlawanan arah dengan jarum jam akan negatif (-). Sebaran nilai
shear strain adalah nol sampai tak terhingga.
A.
l = 5 cm
o
L' = 3 cm
l = 8 cm
f
L
L' = 4.8 cm
8 cm - 5 cm
e= = 0.6 Strech (S) = l/lo
5 cm
B.
= tan
Teknik Geologi, FIKTM – ITB Analisa Kinematika - 10
90
shear strain
PRINSIP DASAR GEOLOGI STRUKTUR
A.
l = 5 cm
o
L' = 3 cm
l = 8 cm
f
L
L' = 4.8 cm
8 cm - 5 cm
e= = 0.6 Strech (S) = l/lo
5 cm
B.
= tan
90
shear strain
Gambar 2.4.
dari finite strain ellipse mewakili arah dan besaran minimum stretch atau
maksimum perpendekan (shortening) dalam plane strain (Gambar 2.5).
S1
S2
S3
S3
S1
S3
S2
S1
Gambar 2.5. Sumbu utama strain dan strain ellipsoid (Twiss dan Moore, 1992)
Persamaan Strain
Ada dua persamaan stain yang utama yang memungkinkan untuk menentukan
stretch dan shear strain untuk setiap arah garis dalam batuan kondisi strain
dengan nilai S1, S3, d (sudut yang dibentuk antara garis L dengan maximum
stretch (S1)) diketahui (Gambar). Cara lain mengekspresikan perubahan panjang
suatu garis adalah mengunakan quadratic elongation () yang didefinisikan
sebagai:
= (lf/l0)2 = (1+ e)2 = S2 (4)
Persamaan yang mewakili quadratic elongation () adalah reciprocal quadratic
elongation (’), dimana:
’ = 1/ = 1/S2 (5)
Perbandingan antara shear strain dan quadratic elongation atau / juga merupakan
persamaan yang sangat penting untuk menggambarkan kombinasi perubahan
garis dan sudut dalam suatu deformasi (Davis dan Reynolds, 1996).
’ = (’3+’1)/2 – (’3-’1)/2 Cos2d (6)
’ = ½ (1/3 +1/1) – ½ (1/3 -1/1) Cosd
dan / = ½ (1/’3 -1/’1)Sin2d
/ = ½ (1/3 -1/1)Sind
dimana ’ = 1/, ’1= 1/1 , ’3=1/3
= S2, sepanjang garis L dan membuat sudut d dengan S1
1 = quadratic elongation terbesar S21
Persamaan strain dapat diselesaikan bila 1, 3, dan d diketahui.
S 1
S 1 ', / )
.49
1 Unit = +15º
2 = +30º
d
.56
C ' '
/
SIN
d
1.0
A
' '
2d
'
Equals
' + '
1 3
2
Minus ' '
COS
d
Gambar 2.6. Diagram Mohr untuk strain (Davis dan Reynolds, 1996)
Komponen ketiga dari persamaan diatas Cos2d
Adalah sama dengan CA’/CA. Subtitusi kedalam persamaan 1
’ = (’3+’1)/2 – (’3-’1)/2 Cos2d
’ = OC – CA CA’/CA
’ = OC – CA’ (lihat Gambar 2.6)
Strain r=S
R=1 n
R
Strain r
B. Shear strain
Gambar 2.7. Hubungan antara stretch, extension, shear strain dan strain ellipse
Strain ellipsoid adalah gambaran yang lengkap dari kondisi strain disuatu titik. Kita
dapat mendiskripsi kondisi strain disatu titik apabila kita mengetahui extension
dan dua shear strain dari tiga bagian garis yang saling tegak-lurus pada kondisi
sebelum deformasi. Strain ellipsoid terdiri dari 9 strain komponen. Setiap strain
komponen untuk setiap garis ditulis pada kolom-kolom yang terpisah membentuk
matrix yang teratur yang dinamakan strain tensor (Twiss and Moore, 1992):
(8)
e11 e12 e13
ekl = e21 e22 e23
e31 e32 e33
Principal Diagonal
Komponen utama dari diagonal matrix yaitu yang urutan yang mempunyai
subscript yang sama adalah extension. Yang diluar komponen diagonal yaitu
yang mempunyai dua subscript adalah shear strain. Matrix dari strain tensor ini
mempunyai informasi yang cukup untuk menghitung extension dan shear strain
untuk setiap segment garis yang mempunyai orientasi tertentu. Dalam strain tiga
dimensi hanya ada 6 komponen strain yang independen. Sehingga strain seperti
halnya stress adalah second-rank tensor.
Untuk plane strain, kita mempunyai e21 = e22 = e23 dan , sehingga diwakili hanya
oleh empat komponen strain dimana tiga komponen strainnya independen.
Sejajar dengan sumbu-2 utama strain dari strain ellipsoid, extension dan stretch
adalah maximum, minimax dan minimum yang mempunyai hubungan:
e1 > e2 > e3 dan S1 > S2 > S3
e2 dan S2 dikatakan minimax karena nilainya akan minimum untuk bidang e1 – e2
atau S1- S2 dan akan maximum pada bidang e2 – e3 atau S2- S3 yang tegak lurus
terhadap bidang yang minimum.
Pada kondisi tertentu, harga shear strain akan 0 karena garis singgung terhadap
strain ellipsoid pada awal dan akhir deformasi tetap saling tegak lurus (Gambar
2.7). Pada kondisi ini dapat didefinisikan suatu koordinat utama dimana strain
tensor menjadi sangat simple yang hanya diwakili oleh extension sebagai nilai
utama. Strain tensor untuk kondisi ini dapat digambarkan dalam tiga maupun
dua dimensi sebagai berikut :
e1 0 0
ekl = 0 e2 0 ekl = e1 0
0 0 e3 0 e3
Hal yang sangat penting diingat bahwa secara umum sumbu strain utama tidak
sejajar dengan sumbu utama stress.
Perubahan Volume Dalam Deformasi
Perubahan volume biasanya terjadi bersamaan dengan perubahan bentuk dalam
deformasi dan apabila hal ini tidak dikenali akan memberikan hasil yang kurang
tepat dalam mengestimasi perbandingan sumbu-2 strain utama. Perubahan
volume (dilation) atau volumetrik strain Sv didefinisikan sebagai:
Sv = (V – V0)/V0 (10)
diimana V dan V0 adalah volume sebelum dan sesudah deformasi. Karena volume
dari strain
Sv = (S1 x S2 x S3) – 1
atau 1+ Sv = (1+ e1 ) (1+ e2 ) (1+ e3 )
Untuk plane strain S2 = 0 dan e2 = 0, maka Sv = S1 S3 = (1+ e1 ) (1+ e3 )
Untuk konstan volume: Sv = S1S2S3 = 1 dan
Sv = S1S3 = 1, untuk S1 =1/S3
dimana e adalah extension dan S1, S2 dan S3 adalah sumbu strain utama. Bentuk-
bentuk struktur yang terjadi dibatuan akibat deformasi akan tergantung pada orientasi
bedding relatif terhadap sumbu stretch utama dan pada besarnya S2 (Gambar 2.8).
Pendekatan dengan menggunakan bentuk lingkaran dan ellipse dalam
menggambarkan kondisi strain dalam batuan adalah didasarkan pada kenyataan
bahwa batuan yang mengandung fossil akan mencatat data distribusi strain yang
baik jika terdeformasi. Contohnya fossil Ooid yang berbentuk lingkaran yang
hampir sempurna dan sangat umum dijumpai pada batu gamping, dimana apabila
terdeformasi dapat digunakan untuk menentuan arah dan bentuk dari strain
ellipsoid (Ramsay, 1967; Twiss and Moore, 1992 dan Davis dan Reynolds, 1996).
^ ^ ^
S2 < 1 S2 = 1 S2 >1
^
S1
^
S 1
perpendicular ^
S3 ^
to layer S2
A. B. C.
^
S1
^
S2 ^
perpendicular S3 ^
S 2
to layer
D.
^ ^
S
S 3 1
perpendicular ^
S 3 ^
S
to layer 2
E. F.
Gambar 2.8. Hubungan strain dan bentuk struktur pada batuan (Twiss dan
Moore, 1992)
Dalam proses deformasi perubahan volume (dilation) dapat disertai dengan
perubahan bentuk (distortion) batuan yang dapat diamati dengan mengunakan
diagram perbandingan sumbu stretch dari sumbu utama strain (strain field diagram)
yang dikembangkan oleh Ramsay, 1967). Diagram ini mengambarkan tentang
klasifikasi struktur yang didasarkan kepada karakteristik strainnya (Gambar 2.9).
S 3
Strating Size Field of Field of
and Shape No Strain Expansion
Field
of
Linear
Shortening Field of Compensation
Field
of Contraction
S 1
1.0
Jika orientasi sumbu finite strain berubah selama proses deformasi berubah
dinamakan sebagai non-coaxial strain. Proses ini sering didefiniskan sebagai pure
shear deformation. Tetapi jika orientasi sumbu finite strain tidak berubah selama
proses deformasi dinamakan sebagai coaxial strain. Proses ini sering didefinisikan
sebagai simple shear deformation. Sehingga pure shear dan simple shear adalah jenis
strain dan mereka mengambarkan kondisi istimewa dari plane strain. Prosesnya
lebih mudah digambarkan dalam dua dimensi seperti pada Gambar 2.10.
A B
S im p l e S h e a r P u re S h e a r
( N o n c o a x ia l S t r a i n ) ( C o a x ia l S tr a in )
L M O
N
2 5 % F l a tte r in g
S3 M S3
+ 22º S1
S1
3 0 % F l a tte r in g
+ 31º S1 S3
S3
S1
4 0 % F l a tte r in g
S1 S3
+ 45º S3
S1
Gambar 2.10. Deformasi yang coaxial dan noncoaxial strain (Twiss dan Moore, 1992)
Pada dasarnya dalam suatu deformasi yang sering dijumpai adalah hanya finite
strain (hasil akhir suatu deformasi). Sehingga untuk bisa menentukan suatu strain
adalah pure shear atau simple shear diperlukan pengamatan strain melalui suatu
proses deformasi yang berkesinambungan atau progressive deformation. Struktur
seperti perlipatan, boudin, foliasi dan lineasi terbentuk sebagai hasil reaksi batuan
atau sedimen terhadap deformasi yang bersifat progresif.
Homogenous Strain
Ada tiga kasus istimewa dalam strain yang homogen (homogeneous strain) yang
dapat dikenali dari perbandingan sumbu strainnya (S1, S2, S3). Secara umum
ketiga sumbu tersebut tidak sama besar, dimana S1>S2>S3. Bentuk ketiga
homogenous strain tersebut dapat dilihat pada Gambar 2.11.
1. Extension pada sumbu simetri (S1>S2=S3), dimana strain jenis ini melibatkan
extension yang sama pada sumbu s1 dan perpendekan (shortening) yang sama
pada semua arah yang tegak lurus padanya. Bentuk strain jenis ini dinamakan
prolate atau constrictional (Gambar 2.11.a).
2. Shortening pada sumbu simetri (S1=S2>S3), dimana pada strain jenis ini
melibatkan shortening yang sama pada arah s3 dan extension yang sama semua
arah yang tegak lurus padanya. Bentuk strain jenis ini dinamakan oblate atau
flattening (Gambar 2.11.b).
Y
X
Y
X
B
Z
K = 1
Simple Extension
Constrictional
Strain
^
S 1
a =
^2
S
in
a
tr
S
ne
la
Flattering
P
Strain
1 Simple Flattering
K = 0
1 ^
S 2
b =
^3
S
Gambar 2.12. Flinn diagram untuk homogenous strain (Twiss dan Moore, 1992)
A. Regional scale
100 m
B. Outcrop scale
10 mm
100 m
D. Microscope scale
Contoh soal-soal:
1. Misalkan dalam suatu deformasi diameter suatu fosil berubah panjangnya,
dimana diketahui panjang awalnya (l0) 8 cm dan setelah deformasi panjangnya
(lf) menjadi 5 cm. Maka perubahan panjang () adalah sebesar 3 cm. Besarnya
extension pada arah perpanjangan (lengthening): e = (lf – l0)/l0 = 3 cm/8 cm =
0.6 atau 0.6x 100% = 60% perpanjangan. Apabila kita ekspresikan dalam stretch
(s) = lf / l0 = 8 cm/5 cm = 1.6. Harga e = 0.6 dan s = 1.6 harus berlaku untuk
setiap garis dalam tubuh batuan.
2. Misalnya suatu deformasi yang terjadi pada fossil yang mempunyai bentuk
geometri bulat dalam penampang dan menjadi ellipse setelah deformasi. Total
deformasi yang terjadi akan menghasilkan perpanjangan maksimum sejajar
arah sumbu panjang (Sa) dari finite strain ellipse dan kontraksi/perpendekan
sejajar arah dari sumbu pendeknya (Sb). Ditanyakan berapa harga s dan e pada
deformasi tersebut. Diketahui dari hasil deformasi bahwa Sa = 2.6 cm dan Sa =
2.2 cm. Untuk mengetahui s dan e, perlu diketahui panjang sebelum (l0) dan
sesudah deformasi (lf). Dengan mengasumsikan bahwa tidak terjadi perubahan
luas sebelum (lingkaran) dan sesudah deformasi (ellipse), maka:
M L S3
S1 M
L
1 = S12=(1.55) 2=2.40, 3 = S32=(0.65) 2=0.42
’ = ½ (1/0.42 +1/1) – ½ (1/0.42 -1/1)Cos 53 = 0.81
= 1/’ = 1.2, maka S = = 1.1
/ = ½ (1/0.42 – 1/2.4)Sin (-53) = 0.78
= (/) = (-0.78) (1.2) = -0.94
= tan (psi), = arctan (-0.94) = -43