0% found this document useful (0 votes)
48 views12 pages

(Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar: Governance Terhadap Kinerja Perusahaan

This document provides a summary of a study analyzing the effect of corporate governance characteristics and ownership structure on company performance in manufacturing companies listed on the Indonesia Stock Exchange from 2010-2014. The study found positive effects from the size of the board of directors, size of the audit committee, and public ownership on company performance as measured by Tobin's Q. However, there were no effects found from the independence of the board of commissioners, family ownership, institutional ownership, or foreign ownership. The study used multiple regression analysis on 220 firm-year observations to test the hypotheses examining these relationships.
Copyright
© © All Rights Reserved
We take content rights seriously. If you suspect this is your content, claim it here.
Available Formats
Download as PDF, TXT or read online on Scribd
0% found this document useful (0 votes)
48 views12 pages

(Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar: Governance Terhadap Kinerja Perusahaan

This document provides a summary of a study analyzing the effect of corporate governance characteristics and ownership structure on company performance in manufacturing companies listed on the Indonesia Stock Exchange from 2010-2014. The study found positive effects from the size of the board of directors, size of the audit committee, and public ownership on company performance as measured by Tobin's Q. However, there were no effects found from the independence of the board of commissioners, family ownership, institutional ownership, or foreign ownership. The study used multiple regression analysis on 220 firm-year observations to test the hypotheses examining these relationships.
Copyright
© © All Rights Reserved
We take content rights seriously. If you suspect this is your content, claim it here.
Available Formats
Download as PDF, TXT or read online on Scribd
You are on page 1/ 12

DIPONEGORO JOURNAL OF ACCOUNTING Volume 6, Nomor 3, Tahun 2017, Halaman 1-12

http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/accounting ISSN (Online): 2337-3806

ANALISIS PENGARUH KARAKTERISTIK CORPORATE


GOVERNANCE TERHADAP KINERJA PERUSAHAAN
(Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar
di Bursa Efek Indonesia periode 2010-2014)
Nursakinah Bina Rahmawati, Rr. Sri Handayani 1

Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro

ABSTRACT
The purpose of this study is to analyze the effect arising from the characteristics of
corporate governance by proxy size of the board of directors, the independence of the board of
commisioners and the size of the audit committee; the ownership structure with a proxy family
ownership, institutional ownership, public ownership and foreign ownership of the company’s
performance. Dependent variabel in this research is the company’s performance measured by
Tobin’s Q. This study uses secondary data collected from Indonesia Stock Exchange. The reserach
data is the annual financial statement of the firms in the manufactur sector for the period 2010-
2014. The sampling method in this study is purposive sampling. And at the last, this study used 220
firms-years observations. This study uses multiple reggresion analysis. Based on the result of
hypothesis test,there are a positive effect among the size of the board of directors, audit committees
and public ownership on company’s performance measured by Tobin's Q. On the other hand, there
are no effect among the independence of the board of commissioners, family ownership,
institutional ownership and foreign ownership on company’s performance.

Keywords:(company’s performance, characteristic of corporate governance, size of board director,


the independency of the board commissioners, family ownership, institutional ownership, public
ownership, foreign ownership, tobin’s q)

PENDAHULUAN
Perusahaan didirikan dengan tujuan untuk memaksimalkan kekayaan pemilik perusahaan,
dalam upaya mencapai kemakmuran pemilik perusahaan diperlukan usaha untuk meningkatkan
nilai perusahaan (Salvatore, 2005). Kesejahteraan pemilik perusahaan dapat ditingkatkan melalui
kinerja perusahaan yang baik. Menurut Astuti (2015) kinerja perusahaan merupakan prestasi kerja
yang telah dicapai perusahaan. Prestasi kerja perusahaan dapat diperoleh melalui kontrol yang baik
antara fungsi pengelolaan yaitu manajemen dan fungsi kepemilikan. Kinerja perusahaan sendiri
adalah kemampuan perusahaan dalam menjelaskan operasionalnya (Payatma, 2001). Tujuan dari
penilaian kinerja ialah untuk dapat memotivasi karyawan dalam mencapai sasaran organisasi dan
standar perilaku yang telah ditetapkan sebelumnya agar dapat membedakan hasil dan tindakan
sesuai yang diinginkan (Nur’aeni,2010). Kinerja perusahaan merupakan prestasi kerja yang telah
dicapai, namun adanya perbedaan pada fungsi kepemilikan dan pengendalian perusahaan
menyebabkan corporate governance yang lemah.
Kelemahan pada sistem corporate governance di Asia telah banyak dikaitkan dengan
penyebab utama krisis ekonomi yang melanda pada tahun 1997 (Kim et al, 2010; Dickinson dan
Mullineus, 2001; Capulong et al, 2000; Johnson et al, 2000). Monks dan Minow (2001)
menyatakan bahwa corporate governance merupakan tata kelola perusahaan yang menjelaskan
hubungan antara berbagai partisipan dalam perusahaan yang menentukan arah dan kinerja
perusahaan. Sejak tahun 2000, Bapepam terlibat aktif menerapkan prinsip-prinsip Good Corporate
Governance. Salah satu upayanya adalah dengan memasukkan klausul yang mewajibkan emiten
atau perusahaan publik untuk memiliki komisaris independen, direktur independen,komite audit,
sekretaris independen dan komite remunerasi dalam rancangan undang-undang (RUU).
Berdasarkan pada UU No.1 tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas mengenai struktur corporate

1
Corresponding author
DIPONEGORO JOURNAL OF ACCOUNTING Volume 6, Nomor 3, Tahun 2017, Halaman 2

governance di Indonesia, Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) merupakan badan tertinggi yang
terdiri atas pemegang saham yang memiliki hak untuk memilih anggota dewan komisaris dan
dewan direksi. Jumlah anggota dewan komisaris dan dewan direksi masing-masing 2 orang untuk
perusahaan yang telah go public. Bapepam dengan Surat Edaran No. SE03/PM/2000 mensyaratkan
bahwa setiap perusahaan publik di Indonesia wajib membentuk komite audit dengan anggota
minimal 3 orang yang diketuai oleh satu orang komisaris independen perusahaan dengan dua orang
eksternal yang independen terhadap perusahaan serta menguasai dan memiliki latar belakang
akuntansi dan keuangan.
Menurut La Porta (2000) bahwa penerapan corporate governance bervariasi antar satu
negara dengan lainnya. Hal tersebut menunjukkan adanya perbedaan sistem hukum yang
melindungi investor antar negara. Perbedaan sistem hukum tersebut berpengaruh pada struktur
kepemilikan perkembangan pasar modal dan perekonomian suatu negara. Struktur kepemilikan
dapat dibagi berdasarkan konsentrasinya yaitu struktur kepemilikan tersebar dan struktur
kepemilikan terkonsentrasi. La Porta et al. (1999) menyatakan bahwa struktur kepemilikan tersebar
biasanya terjadi di negara - negara common law yaitu hukum yang memberikan perlindungan
cukup baik terhadap investor. Menurut Claessens et al. (2000) bahwa struktur kepemilikan
terkonsentrasi terjadi pada negara - negara yang menganut civil law yaitu negara dengan
perlindungan hukum yang lemah terhadap investornya. Berdasarkan mekanismenya dibagi menjadi
kepemilikan piramida dan kepemilikan silang. La Porta et al. (1999) menyatakan bahwa
mekanisme kepemilikan yang paling lazim di negara berkembang adalah kepemilikan piramida.
Claessens et al. (2000a) menemukan kepemilikan piramida paling tinggi terjadi di Indonesia (67%)
dan Singapura (55%). Kepemilikan silang paling tinggi terjadi di Jerman dan Austria masing-
masing 20% dan 15%. La Porta et al. (1999), Claessens et al. (2000a), serta Faccio dan Lang
(2002) mengklasifikasi pemegang saham pengendali menjadi lima, yaitu keluarga, pemerintah,
institusi keuangan dengan kepemilikan luas, perusahaan dengan kepemilikan luas, dan pemegang
saham pengendali lainnya (seperti investor asing, koperasi, dan karyawan). Penelitian ini bertujuan
untuk menganalisis pengaruh dari karakteristik corporate governance dan struktur kepemilikan
saham terhadap kinerja perusahaan.

KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS


Jensen dan Meckling (1976) menyatakan bahwa manager dalam sebuah perusahaan
berperan sebagai agen sementara pemegang saham berperan sebagai prinsipal. Permasalahan
muncul sebagai hasil dari sistem kepemilikan di perusahaan saat manajer selaku agen tidak selalu
membuat keputusan-keputusan yang bertujuan untuk memenuhi kepentingan pemegang
saham.Teori agensi menjelaskan mengenai hubungan antara pemegang saham dan manajer dalam
suatu perusahaan sesuai dengan definisi hubungan agensi yaitu pemisahan antara kepemilikan dan
kontrol manajemen. Pemisahan dalam hal ini berarti fungsi pengelolaan dan kepemilikan dipegang
oleh dua pihak yang berbeda. Pengelolaan yang dilakukan oleh manajer ini kemudian
membutuhkan kontrol dan pengawasan dari pemegang saham sebagai pemilik kekayaan (Jensen
dan Meckling, 1976). Permasalahan agensi muncul ketika pengelolaan manajemen dilakukan oleh
pihak yang berbeda dan ketika adanya asimetri informasi.
Menurut William R. Scott (1976) bahwa asimetri informasi dibagi menjadi dua tipe yaitu
adverse selection dan moral hazard. Pada tipe adverse selection, pihak yang memiliki informasi
lebih sedikit dibandingkan pihak lain tidak akan menerima perjanjian dengan bentuk apapun, jika
terpaksa untuk melakukan perjanjian maka pihak yang memiliki informasi sedikit akan melakukan
syarat yang ketat dan biaya yang tinggi. Tipe moral hazard terjadi ketika manajer melakukan
tindakan tanpa sepengetahuan pemegang saham untuk kepentingan pribadinya dan menurunkan
kesejahteraan pemegang saham. Sugiarto (2009) menyatakan bahwa konflik agensi dapat muncul
dalam berbagai tipe. Tipe I merupakan konflik agensi yang terjadi antara manajer dan pemegang
saham. Konflik agensi tipe 2 terjadi pada struktur kepemilikan yang terkonsentrasi yakni konflik
yang terjadi antara pemegang saham pengendali dengan pemegang saham non pengendali.Teori
agensi juga menyatakan bahwa konflik kepentingan antara agen dan prinsipal dapat dikurangi
dengan mekanisme pengawasan yang dapat menyelaraskan berbagai kepentingan yang ada dalam
perusahaan (Ibrahim, 2007).

2
DIPONEGORO JOURNAL OF ACCOUNTING Volume 6, Nomor 3, Tahun 2017, Halaman 3

Pengaruh besaran dewan direksi terhadap kinerja perusahaan.


Berdasarkan teori agensi Jensen dan Meckling (1976) bahwa adanya pemisahan antara
kontrol dan manajemen dimana pemisahan pada fungsi pengelolaan dan kepemilikan dipegang oleh
pihak yang berbeda. Pengelolaan oleh manajer membutuhkan kontrol dan pengawasan dari
pemegang saham sebagai pemilik kekayaan.Dewan direksi memiliki fungsi dalam pelaksanaan dan
monitoring atau pengawasan terhadap manajer dalam perusahaan. Keberadaan dewan direksi
memiliki peranan penting dalam perusahaan sehingga, fungsi dewan direksi dapat mengurangi
konflik agensi yang dapat terjadi. Dewan direksi dapat mengurangi tidakan opportunistic yang
dilakukan oleh manajer dan pemegang saham karena adanya fungsi pengawasan kepada manajer
dan adanya laporan langsung oleh dewan direksi kepada pemegang saham atas kinerja perusahaan.
Dewan direksi merupakan mekanisme corporate governance yang penting sebab, dewan
direksi dapat memastikan bahwa manajer mengikuti kepentingan dewan sehingga, dapat
mengurangi konflik agensi yang terjadi antara manajer dan pemegang saham. Ketentuan Undang –
undang No.1 tahun 1995 tentang perseroan terbatas yang mengharuskan minimal dewan direksi
adalah dua orang. Berdasarkan ketentuan tersebut, membuat jumlah dewan direksi berpengaruh
terhadap kemungkinan biaya agensi yang dikeluarkan perusahaan. Hermalin dan Weisbach (2003)
menyimpulkan bahwa jumlah dewan direksi termasuk dalam mekanisme corporate governance dan
berpengaruh terhadap kinerja perusahaan.
H1. Besaran dewan direksi berpengaruh positif terhadap kinerja perusahaan.

Pengaruh independensi dewan komisaris terhadap kinerja perusahaan.


Berdasarkan pada teori agensi dikemukakan bahwa asimetri informasi terjadi karena
perilaku oportunis pihak manajemen. Independensi dewan diperlukan untuk memantau dan
mengontrol perilaku oportunis dari manajemen (Jensen & Meckling, 1976). Mekanisme dalam
corporate governance dapat diperkuat dengan keberadaan dewan komisaris independen. Dewan
komisaris yang independen dapat bertindak sebagai penengah dalam perselisihan antara manajer
internal dan memberikan nasihat kepada direksi serta mengawasi kebijaksanaan direksi (Fama dan
Jensen,1983). Dewan komisaris memiliki dua karakteristik yang memungkinkan mereka memenuhi
fungsi monitoring mereka. Pertama, independensi mereka (Cadbury, 1992) dan kedua, fokus
mereka untuk menjaga reputasi mereka dalam pasar tenaga kerja eksternal (Fama dan Jensen,
1983).Penelitian Agrawal dan Knoeber (1996); Baysinger dan Butler (1985) menemukan bahwa
adanya independensi dewan komisaris menyebabkan pengelolaan perusahaan lebih efektif dan
dapat meningkatkan kinerja perusahaan. Rosenstein dan Wyatt (1990) menunjukkan bahwa pasar
modal bereaksi sangat baik terhadap pembentukan dewan yang independen.
H2. Independensi dewan komisaris berpengaruh positif terhadap kinerja perusahan.

Pengaruh besaran komite audit terhadap kinerja perusahaan.


Adrian Cadbury (1992) mengemukakan bahwa corporate governance merupakan sistem
yang digunakan untuk mengatur dan mengendalikan atau mengawasi perusahaan. Struktur
corporate governance salah satunya adalah keberadaan komite audit. Menurut Focker (1992)
bahwa komite audit dianggap alat yang efektif untuk melakukan mekanisme pengawasan, sehingga
dapat mengurangi biaya agensi dan meningkatkan kualitas pengungkapan informasi perusahaan.
Keberadaan komite audit juga berfungsi untuk melakukan penilaian pada kegiatan dan hasil audit
dari auditor internal dan auditor eksternal. Bapepam dengan Surat Edaran No. SE03/PM/2000
mensyaratkan bahwa setiap perusahaan publik di Indonesia wajib membentuk komite audit dengan
anggota minimal 3 orang. Keberadaan komite audit dapat menjadikan perusahaan terkendali dan
terkontrol dengan baik sehingga dapat berpengaruh terhadap kinerja perusahaan. Penelitian yang
dilakukan oleh Ekowati Dyah Lestari (2011); Nadah Nadiah (2009); Ayu Novi (2008);
Arifiningtyas (2014) menyatakan bahwa adanya hubungan yang positif dan signifikan antara
komite audit dengan kinerja perusahaan.
H3. Besaran komite audit berpengaruh positif terhadap kinerja perusahaan

Pengaruh kepemilikan keluarga terhadap kinerja perusahaan


Jensen dan Meckling (1976) yang menyatakan bahwa konsentrasi kepemilikan
berdampak positif terhadap nilai perusahaan. Berdasarkan penelitian oleh Claessens et al. (2000b),
3
DIPONEGORO JOURNAL OF ACCOUNTING Volume 6, Nomor 3, Tahun 2017, Halaman 4

La Porta et al. (2002), Claessens et al. (2002), Lemmons dan Lins (2003), Yeh et al. (2003), dan
Yurtoglu (2003) bahwa terdapat argumen tentang pengaruh konsentrasi kepemilikan terhadap nilai
perusahaan, yaitu PIE (positif incentive effect). Argumen PIE menyatakan bahwa pemegang saham
pengendali tidak akan melakukan ekspropriasi terhadap pemegang saham minoritas karena
konsekuensi ekspropriasi terlalu mahal bagi pemegang saham pengendali. Anderson dan Reeb
(2003) dan Bukart et al (2002) menyatakan bahwa kendali oleh keluarga seharusnya dapat
meningkatkan nilai sebuah perusahaan. Keluarga sebagai pemegang saham pengendali memiliki
suatu kepentingan untuk meminimalisir konflik kepentingan yang mungkin terjadi di perusahaan.
Ketika keluarga masih memiliki hubungan dengan perusahaan untuk periode yang cukup lama,
mereka memiliki suatu perspektif jangka panjang yang lebih kondusif untuk membuat keputusan
dalam penciptaan nilai bagi perusahaan.
H4. Kepemilikan keluarga berpengaruh positif terhadap kinerja perusahaan.

Pengaruh kepemilikan institusional terhadap kinerja perusahaan.


Konflik agensi dapat terjadi karena adanya asimetri informasi. Tipe moral hazard
merupakan salah satu dari asimetri informasi yang dapat terjadi antara prinsipal dan agen (William
R. Scott,1976). Moral hazard dapat menghambat operasi manajemen secara efisien. Persentase
kepemilikan institusi yang tinggi dapat menyebabkan perusahaan melakukan monitoring kinerja
perusahaan yang lebih efektif sehingga manajer dan pemegang saham tidak melakukan tindakan
yang mementingkan masing-masing pihak. Kepemilikan oleh institusional akan mendorong adanya
monitoring atau pengawasan yang lebih optimal terhadap kinerja perusahaan, karena kepemilikan
saham dapat mewakili suatu sumber kekuasaan yang dapat digunakan untuk mendukung atau
sebaliknya (Sabrinna,2010). Kepemilikan institusional memiliki pengaruh terhadap kinerja
perusahaan (Nur’aeni ,2010).Peningkatan kepemilikan institusional dalam perusahaan dapat
menyebabkan kekuatan suara dan dorongan pihak institusi semakin besar untuk mengawasi
manajemen dan akibatnya akan memberikan dorongan yang lebih besar untuk mengoptimalkan
nilai perusahaan sehingga kinerja perusahaan juga akan meningkat.
H5. Kepemilikan institusional berpengaruh positif terhadap kinerja perusahaan.

Pengaruh kepemilikan publik terhadap kinerja perusahaan.


Berdasarkan pada teori agensi, manajer memiliki kewajiban untuk dapat memaksimalkan
kesejahteraan para pemegang saham namun dilain sisi manajer memiliki kepentingan untuk
mensejahterakan kepentingan mereka. Hal tersebut yang dapat menimbulkan konflik agensi
(Jensen dan Meckling,1976).Untuk dapat mengurangi tindakan opportunistic yang mungkin
dilakukan oleh manajer. Perusahaan berusaha untuk mencapai good corporate governance dengan
melakukan transparansi terhadap publik. Transparansi yang dilakukan oleh perusahaan akan
berdampak terhadap corporate governance. Saat kepemilikan publik memiliki proporsi yang besar
dalam struktur kepemilikan saham di perusahaan, tentu perusahaan akan lebih memberikan
informasi lebih terhadap publik yang nantinya akan terbentuk good corporate governance.
Kepemilikan saham publik memiliki pengaruh yang positif terhadap kinerja perusahaan
(Purba ,2004). Adanya kepemilikan publik diatas 40% dapat mendorong perusahaan untuk lebih
transparan dan adanya keinginan untuk melakukan penyebaran kepemilikan saham sehingga
perusahaan tidak hanya dimiliki oleh kalangan tertentu saja. Proporsi kepemilikan saham publik
yang cukup besar dapat memotivasi pihak manajemen untuk melakukan praktek good corporate
governance yang semakin baik sebagai wujud akuntabilitas manajemen terhadap publik.
H6. Kepemilikan publik berpengaruh positif terhadap kinerja perusahaan.

Pengaruh kepemilikan asing terhadap kinerja perusahaan.


Berdasarkan pada teori agensi oleh Jensen dan Meckling (1976), hubungan yang tidak
baik antara manajer dan pemegang saham dapat menimbulkan konflik agensi. Kepemilikan saham
asing oleh perusahaan dapat mengurangi konflik agensi yang terjadi dengan pihak manajer sebab,
pihak asing yang memiliki saham tinggi pada suatu perusahaan tentu akan menunjuk pihaknya
untuk menjabat sebagai dewan komisaris atau dewan direksi dengan begitu, dapat menghindari
adanya konflik agensi antara manajer dengan pemegang saham.Yulius (2013) dan Nur’aeni (2010)
menyatakan bahwa kepemilikan asing memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja

4
DIPONEGORO JOURNAL OF ACCOUNTING Volume 6, Nomor 3, Tahun 2017, Halaman 5

perusahaan. Hal ini didasarkan karena adanya proporsi kepemilikan asing yang cukup besar dalam
sebuah perusahaan sehingga membuat pemilik modal asing (PMA) melakukan proses monitoring
secara efektif bagi perusahaan. Hal yang sama juga diungkapkan oleh Majumdar (1999) dan Kumar
(2004) bahwa kepemilikan asing berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap kinerja
perusahaan. Banyaknya pihak asing yang menanamkan sahamnya diperusahaan maka akan
meningkatkan kinerja dari perusahaan yang di investasikan sahamnya, hal ini terjadi karena pihak
asing yang menanamkan modal sahamnya memiliki sistem pengawasan, manajemen,teknologi dan
inovasi, keahlian dan pemasaran yang cukup baik yang bisa membawa pengaruh positif bagi
perusahaan.
H7. Kepemilikan asing berpengaruh positif terhadap kinerja perusahaan.

METODE PENELITIAN
Variabel Penelitian
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kinerja perusahaan. Kinerja perusahaan
merupakan kemampuan perusahaan dalam menjalankan operasionalnya. Dalam pemelitian ini
kinerja perusahaan diukur dengan pengukuran berbasis pasar yaitu Tobin’s Q. Tobins’Q adalah
pengukuran kinerja dengan membandingkan dua penilaian dari aset yang sama. Untuk dapat
menghitung Tobins’Q terdapat rumus seperti berikut :

Tobin’s Q =

Keterangan :
TA : Total Aset
MVE : Harga penutupan saham di akhir tahun buku x Banyaknya saham biasa yang beredar.
PS : Nilai likuditas dari saham preferen yang beredar.
DEBT : (Utang lancar – aktiva lancar) + nilai buku sediaan + utang jangka panjang/ nilai buku
total aktiva
Variabel independen besaran dewan direksi diukur melalui jumlah dewan direksi yang
terdapat dalam perusahaan. Independensi dewan komisaris diukur melalui jumlah seluruh anggota
komisaris independen yang berasal dari luar perusahaan dibagi seluruh besaran anggota dewan
komisaris perusahaan. Besaran komite audit diukur menggunakan jumlah dari komite audit yang
tercatat dalam perusahaan.
Variabel kontrol pada penelitian ini adalah kepemilikan keluarga yang diukur melalui
kepemilikan saham keluarga apabila pimpinan atau keluarga memiliki lebih dari 20 % hak suara
selain itu, penelusuran kepemilikan keluarga dilakukan dengan melihat nama dewan direksi dan
dewan komisaris. Penelusuran kepemilikan juga dapat dilakukan melalui analisis kepemilikan
piramida dan struktur lintas kepemilikan. Kepemilikan institusional diukur melalui persentase
saham perusahaan yang dimiliki oleh pihak institusi. Institusi yang dimaksud dalam hal ini adalah
LSM, perusahaan asuransi, bank, perusahaan investasi dan perusahaan swasta. Kepemilikan publik
diukur melalui persentase saham perusahaan yang dimiliki oleh publik. Kepemilikan publik
merupakan sumber pendanaan eksternal yang diperoleh dari penyertaan saham masyarakat.
Kepemilikan asing diukur melalui persentase saham perusahaan yang dimiliki oleh perorangan,
badan hukum dan pemerintah serta bagian-bagiannya yang berstatus luar negeri namun
menanamkan modal di wilayah Republik Indonesia.
Populasi dari penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang go public pada tahun
2010-2014 dan memiliki laporan tahunan serta laporan keuangan perusahaan yang lengkap dan
sudah dipublikasikan dari tahun 2010-2014. Sumber data pada penelitian ini diperoleh dari website
Bursa Efek Indonesia (www.idx.co.id).Untuk menentukan sampel, digunakan metode purposive
sampling atau pengambilan sampel yang memenuhi kriteria-kreiteria yang ditentukan. Adapun
kriteria pemilihan sampel dalam penelitian ini adalah :
1. Perusahaan yang dijadikan sampel adalah perusahaan manufaktur yang berada di Indonesia
dan sudah terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
2. Perusahaan manufaktur terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode pengamatan dari
tahun 2010-2014 dan tidak mengalami delisting dan relisting selama periode penelitian.
3. Mempunyai informasi lengkap yang sesuai dengan kebutuhan variabel dalam penelitian.
5
DIPONEGORO JOURNAL OF ACCOUNTING Volume 6, Nomor 3, Tahun 2017, Halaman 6

Metode Analisis
Penelitian ini menggunakan uji regresi berganda melalui asumsi ordinary least square
(OLS) dengan persamaan regresi:

Tobin’s Q = α + β1 FAMILYi + β2 INSTINi + β3 PUBLICi+ β4 FOREIGNi + λ1 BORDSIZEi + λ2


KOMBODi + λ3 COMMITEi + εit
Dimana :
FAMILY = Kepemilikan saham keluarga pada perusahaan i
INSTIN = Kepemilikan saham institusional pada perusahaan i
PUBLIC = Kepemilikan saham publik pada perusahaan i
FOREIGN = Kepemilikan saham asing pada perusahaan i
BORDSIZE = Besaran dewan direksi pada perusahaan i
KOMBOD = Independensi dewan komisaris pada perusahaan i
COMMITE = Besaran komite audit pada perusahaan i
εit = Error item.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


Deskripsi Sampel Penelitian
Objek penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar pada situs Bursa Efek
Indonesia (BEI). Sampel penelitian merupakan perusahaan-perusahaan didalam objek penelitian
yang memenuhi kriteria-kriteria yang telah ditentukan.

Tabel 1
Ringkasan Perolehan Sampel Penelitian
No. Kriteria Sample Penelitian 2010 2011 2012 2013 2014

1. Perusahaan manufaktur yang terdaftar di 130 130 132 136 141


Bursa Efek Indonesia.
2. Perusahaan yang mengalami delisting (0) (5) (4) (8) (1)
selama tahun penelitian.

3. Perusahaan yang tidak memiliki data (86) (81) (84) (84) (96)
lengkap untuk penelitian

4. Perusahaan yang memiliki data lengkap 44 44 44 44 44


untuk penelitian.
5. Total sample penelitian akhir 220 (firms –years)

Sumber: Data IDX Statistics yang telah diolah,2017

Tabel 4.1 menunjukkan bahwa objek penelitian yang diperoleh dari Indonesia Stock
Exchange (IDX) tahun 2010-2014 sebanyak 669 perusahaan. Dari total objek penelitian tersebut,
hanya 220 perusahaan yang memenuhi kriteria sampel penelitian yang telah ditetapkan.

Pembahasan Hasil Penelitian


Besaran dewan direksi (BOARDSIZE) memiliki pengaruh terhadap kinerja perusahaan.
Hasil pengujian ini diperkuat dengan data statistik deskriptif, dimana variabel besaran dewan
direksi memiliki nilai standar deviasi sebesar 2.08 yang lebih rendah dari nilai rata-rata sebesar
4.81 sehingga menunjukkan sampel yang digunakan memiliki variasi yang cukup rendah (tidak
terdapat kesenjangan yang besar dari besaran dewan direksi terendah dan tertinggi), sehingga rata-
rata besaran dewan direksi secara statistik dapat mempresentasikan keseluruhan besaran dewan
direksi perusahaan sampel. Selain itu, jumlah rata-rata perusahaan sample terdapat dewan direksi
adalah sebesar 4.81 yang menunjukkan bahwa jumlah dewan direksi sudah memenuhi persyaratan
minimal dewan direksi sebanyak dua orang. Jumlah rata-rata dewan direksi menunjukkan bahwa
keberadaan dewan direksi dalam jumlah besar mampu menjadikan perusahaan menjadi lebih baik.
6
DIPONEGORO JOURNAL OF ACCOUNTING Volume 6, Nomor 3, Tahun 2017, Halaman 7

Berdasarkan pada hasil penelitian bahwa seluruh perusahaan sampel telah memenuhi persyaratan
sesuai dengan ketentuan Undang – undang No.1 tahun 1995 tentang perseroan terbatas yaitu,
minimal dewan direksi adalah dua orang. Hal tersebut menunjukkan hasil bahwa jumlah dewan
direksi diatas nilai minimum 2 orang mampu mempengaruhi kinerja perusahaan. Hal tersebut
dikarenakan, jumlah dewan direksi yang besar mampu memberikan saran atas kebijakan dan
sumber daya serta pengambilan keputusan bagi perusahaan dengan lebih optimal dibandingkan
dalam jumlah yang kecil. Hasil tersebut sesuai dengan penelitian Hermalin dan Weisbach (2003)
bahwa jumlah dewan direksi termasuk dalam mekanisme corporate governance dan berpengaruh
terhadap kinerja perusahaan. Hal yang sama juga diungkapkan oleh Pearce dan Zahra, 1992;
Dwivedi dan Jain, 2002; Fitriya dan Stuart, 2012 bahwa terdapat hubungan yang positif dan
signifikan antara dewan direksi dan kinerja perusahaan.
Independensi dewan komisaris (KOMBOD) tidak memiliki pengaruh terhadap kinerja
perusahaan. Hasil pengujian ini diperkuat dengan data statistik dimana jumlah rata-rata
independensi dewan komisaris sebesar 0.39 artinya jumlah komisaris independen yang berada pada
dewan komisaris telah sesuai dengan peraturan pada surat direksi nomor kep-305/BEJ/07/2004
yang menyatakan bahwa proporsi komisaris independen sebanding dengan jumlah saham yang
dimiliki oleh bukan pemegang saham pengendali dengan ketentuan jumlah komisaris independen
sekurang-kurangnya 30% dari seluruh jumlah anggota komisaris. Namun ternyata terdapat
perusahaan sampel yang memiliki proporsi komisaris independen dibawah nilai minimum 0.30
yaitu sebesar 0.14 sesuai pada data statistik deskriptif variabel independensi dewan komisaris,
sehingga hal tersebut mampu mempengaruhi hasil penelitian. Selain itu, diperkuat dengan
penelitian Kusumaningtyas (2015) melalui pernyataanya bahwa jumlah dewan komisaris
independen yang telah memenuhi standar ternyata tidak menjamin independensinya. Keberadaan
dari independensi dewan komisaris dianggap kurang objektif dalam melakukan fungsi pengawasan
pada perusahaan terutama dewan direksi sehingga, kinerja dewan direksi menjadi kurang efektif
yang berdampak pada menurunnya nilai perusahaan. Keberadaan dari independensi dewan
komisaris bukan merupakan jaminan bahwa kinerja perusahaan akan meningkat sebab hal tersebut
tidak menghalangi perilaku manajer untuk memaksimumkan kepentingan pribadinya sehingga
target perusahaan untuk memaksimumkan nilai perusahaan menjadi sulit tercapai
(Kusumaningtyas,2015). Hasil tersebut sesuai dengan penelitian Charlie Weir et al (2000),
Yermack (1996) dan Agrawal dan Knoeber (1996) bahwa terdapat hubungan negatif antara
proporsi dewan komisaris yang independen dan kinerja perusahaan. Hasil tersebut diperkuat
dengan penelitian Wulandari (2006) bahwa para pemegang saham belum mampu mengambil sisi
positif dari independensi dewan komisaris terhadap jalannya kinerja perusahaan.
Besaran komite audit (COMMITE) memiliki pengaruh terhadap kinerja perusahaan. Hasil
pengujian tersebut diperkuat dengan data statistik deskriptif dimana variabel komite audit memiliki
nilai standar deviasi sebesar 1.48 yang lebih rendah dari nilai rata-rata sebesar 3.12 sehingga
menunjukkan sampel yang digunakan memiliki variasi yang cukup rendah (tidak terdapat
kesenjangan yang besar dari besaran komite audit terendah dan tertinggi), jadi rata-rata besaran
komite audit secara statistik dapat mempresentasikan keseluruhan besaran komite audit perusahaan
sampel. Selain itu, dengan jumlah rata-rata komite audit sebesar 3.12 menunjukkan bahwa semua
perusahaan sampel telah memenuhi kriteria yaitu minimal tiga orang komite audit pada perusahaan.
Kriteria yang telah dipenuhi oleh perusahaan sampel menunjukkan bahwa rata-rata perusahaan
berusaha mencapai good corporate governance. Salah satu caranya adalah dengan memenuhi
kriteria persyaratan tersebut yaitu minimal tiga komite audit pada perusahaan dimana komite audit
merupakan mekanisme corporate governance penting dalam melakukan fungsi pengawasan dan
penilaian sehingga mampu mempengaruhi kinerja perusahaan. Hasil tersebut menunjukkan bahwa
jumlah komite audit yang besar mampu berpengaruh terhadap jalannya kinerja perusahaan menjadi
lebih baik. Hasil tersebut sesuai dengan penelitian Focker (1992) dalam Said et al (2009), Ekowati
Dyah Lestari (2011); Nadah Nadiah (2009); Ayu Novi (2008); Arifiningtyas (2014) bahwa adanya
hubungan yang positif dan signifikan antara besaran komite audit dengan kinerja perusahaan.

7
DIPONEGORO JOURNAL OF ACCOUNTING Volume 6, Nomor 3, Tahun 2017, Halaman 8

Tabel 2
Tabel Statistik Deskriptif
Variabel N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

it
220 0.22 2.41 1.12 0.49

BORDSIZEi 220 2.00 15.00 4.81 2.08


KOMBODi 220 0.14 0.66 0.39 0.10

COMMITEi 220 2.00 5.00 3.12 0.48

FAMILYi 220 0.00 0.71 0.06 0.17

INSTINi 220 0.00 0.78 0.23 0.25

PUBLICi 220 0.00 0.70 0.27 0.16

FOREIGNi 220 0.00 0.99 0.33 0.30

Sumber : Data yang telah diolah, 2017


Performance : Kinerja Perusahaan; BORDSIZE : board size (ukuran dewan direksi); KOMBOD :
commissioner board (independensi dewan komisaris); COMMITE : komite audit; FAMILY : kepemilikan
keluarga; INSTIN : institutional (kepemilikan institusional); PUBLIC : kepemilikan publik; FOREIGN :
kepemilikan asing.

Tabel 3
Hasil Pengujian Hipotesis
No Hipotesis β p-value Kesimpulan

1. Besaran dewan direksi berpengaruh positif terhadap 0.058 0.001 Diterima


kinerja perusahaan.

2. Independensi dewan komisaris berpengaruh positif 0.432 0.173 Ditolak


terhadap kinerja perusahaan.

3. Besaran komite audit berpengaruh positif terhadap 0.174 0.012 Diterima


kinerja perusahaan.

4. Kepemilikan keluarga berpengaruh positif terhadap -0.265 0.254 Ditolak


kinerja perusahaan.

5. Kepemilikan institusional berpengaruh positif 0.022 0.903 Ditolak


terhadap kinerja perusahaan.

6. Kepemilikan publik berpengaruh positif terhadap 0.483 0.031 Diterima


kinerja perusahaan.

7. Kepemilikan asing berpengaruh positif terhadap -0.127 0.432 Ditolak


kinerja perusahaan.

Sumber : Data yang telah diolah, 2017

Kepemilikan keluarga (family) sebagai variabel kontrol tidak memiliki pengaruh terhadap
kinerja perusahaan. Hasil tersebut diperkuat melalui data statistik deskriptif yang menunjukkan
bahwa rata-rata kepemilikan saham keluarga pada perusahaan sampel masih sedikit yaitu sebesar
0.06 sehingga dapat disimpulkan bahwa rata-rata kepemilikan saham keluarga pada perusahaan
manufaktur di Indonesia pada periode waktu tersebut hanya 6% serta nilai minimum sebesar 0.00
menunjukkan bahwa tidak semua perusahaan sampel terdapat komposisi saham keluarga

8
DIPONEGORO JOURNAL OF ACCOUNTING Volume 6, Nomor 3, Tahun 2017, Halaman 9

didalamnya. Berdasarkan data penelitian, komposisi kepemilikan saham keluarga dalam


perusahaan manufaktur menurut data observasi hanya 12 perusahaan dari 44 sampel perusahaan
yang diambil, hal tersebut dapat berdampak pada hasil penelitian ini. Sehingga, kepemilikan
saham keluarga dalam perusahaan ternyata tidak berpengaruh terhadap kinerja perusahaan karena
kepemilikan keluarga dalam suatu perusahaan cenderung merupakan kepemilikan mayoritas
sehingga mengabaikan kepemilikan minoritas dalam pengambilan keputusan perusahaan.
Kepemilikan keluarga secara aktif terlibat dalam manajemen perusahaan dalam waktu yang cukup
panjang sehingga cenderung menimbulkan efek nepotisme. Nepotisme dalam hal ini dapat
mengurangi efektivitas dalam pengawasan agen oleh keluarga. Disebabkan hubungan yang terjadi
antara anak dan orang tua yang secara potensial menjadi bias dalam membuat pertimbangan dan
penilaian atas kinerja agen yang merupakan anaknya sendiri (Lubatkin et al, 2005; Schulze et al,
2003; Schulze et al ,2001).Hasil ini diperkuat oleh penelitian Shleifer dan Vishny (1997) yang
menyatakan bahwa konsentrasi kepemilikan berdampak negatif terhadap nilai perusahaan.
Argumen NEE (negatif entrenchment effect) menyatakan bahwa pemegang saham pengendali
menggunakan kemampuannya mengendalikan manajemen untuk kepentingan pribadi dengan
melakukan ekspropriasi terhadap pemegang saham minoritas. Adanya investasi berupa proyek
yang dikendalikan oleh perusahaan tidak bertujuan untuk meningkatkan nilai perusahaan.
Kepemilikan institusional (instin) sebagai variabel kontrol tidak memiliki pengaruh
terhadap kinerja perusahaan. Hasil tersebut diperkuat dengan data statistik deskriptif dimana
dimana variabel kepemilikan saham institusional memiliki nilai standar deviasi sebesar 0.25 lebih
tinggi dari nilai rata-rata sebesar 0.23 sehingga menunjukkan sampel yang digunakan memiliki
variasi yang cukup tinggi (terdapat kesenjangan yang tinggi dari kepemilikan saham institusional
terendah dan tertinggi), jadi rata-rata kepemilikan saham institusional secara statistik tidak mampu
mempresentasikan keseluruhan kepemilikan saham institusional perusahaan sampel. Nilai rata-rata
kepemilikan saham institusional yang kecil yaitu 0.23 daripada nilai rata-rata kinerja perusahaan
sebesar 1.12 menunjukkan rata-rata perusahaan melakukan peningkatan kinerja perusahaan lebih
besar dari kepemilikan saham institusional yang dilakukan sehingga komposisi saham institusi
kurang berpengaruh terhadap kinerja perusahaan. Hasil tersebut sesuai dengan penelitian
Wulandari (2006) dan Hapsoro (2008) yang menyatakan bahwa alasan kepemilikan institusional
tidak berpengaruh terhadap kinerja perusahaan disebabkan pemilik mayoritas institusi ikut serta
dalam pengendalian perusahaan dimana cenderung terjadi konflik agensi sehingga bertindak
muncul tindakan mementingkan diri sendiri. Kepemilikan institusional yang tinggi akan berdampak
pada risiko yang tinggi, dimana tingkat kerugian yang dimiliki pemegang saham akan lebih tinggi
(Erkens et al, 2012). Kepemilikan saham institusional yang tinggi tidak dapat menjamin monitoring
kinerja manajer secara maksimal sebab terjadinya asimetri informasi yang terjadi dalam perusahaan
menyebabkan manajer dan pemegang saham cenderung bertindak untuk kepentingan sendiri
sehingga mengabaikan peningkatan kinerja perusahaan.
Kepemilikan publik (public) sebagai variabel kontrol memiliki pengaruh terhadap kinerja
perusahaan. Hasil pengujian tersebut diperkuat dengan data statistik deskriptif dimana variabel
kepemilikan saham publik memiliki nilai standar deviasi sebesar 0.16 lebih rendah dari nilai rata-
rata sebesar 0.27 sehingga menunjukkan sampel yang digunakan memiliki variasi yang cukup
rendah (tidak terdapat kesenjangan yang besar dari kepemilikan saham publik terendah dan
tertinggi), sehingga rata-rata kepemilikan saham publik secara statistik mampu mempresentasikan
keseluruhan kepemilikan saham publik perusahaan sampel. Selain itu, nilai rata-rata kepemilikan
saham publik sebesar 0.27 menunjukkan bahwa sebesar 27% perusahaan sampel terdapat
komposisi publik didalamnya yang berarti publik memiliki peranan dalam peningkatan kinerja
perusahaan meskipun kepemilikan publik hanya dibawah 5%. Publik memiliki peranan penting
dalam menciptakan well-functioning government system karena publik memiliki financial interest
dan bertindak independen dalam menilai manajemen. Transparansi yang dilakukan oleh perusahaan
akan berdampak terhadap corporate governance. Kepemilikan publik yang memiliki proporsi besar
dalam struktur kepemilikan saham di perusahaan, tentu akan lebih memberikan informasi terhadap
publik yang nantinya akan terbentuk good corporate governance. Hal tersebut dapat mengurangi
tindakan opportunistic yang dilakukan oleh manajer yang dapat memunculkan konflik agensi. Hasil
tersebut sesuai dengan penelitian Purba (2004) bahwa kepemilikan saham publik memiliki
pengaruh yang positif terhadap kinerja perusahaan. Berdasarkan pada pengujian hipotesis keenam

9
DIPONEGORO JOURNAL OF ACCOUNTING Volume 6, Nomor 3, Tahun 2017, Halaman 10

diperoleh hasil yaitu komposisi kepemilikan saham publik pada perusahaan akan meningkatkan
kinerja perusahaan karena adanya tidakan perusahaan untuk menciptakan good corporate
governance. Meskipun kepemilikan saham publik dibawah 5%, kepemilikan publik berpengaruh
terhadap kinerja perusahaan sebab, perusahaan berusaha untuk bertindak transparan sehingga
publik tetap menanamkan saham di perusahaan.
Kepemilikan asing (foreign) sebagai variabel kontrol tidak memiliki pengaruh terhadap
kinerja perusahaan. Hasil pengujian tersebut diperkuat dengan data statistik deskriptif dimana nilai
rata-rata kepemilikan saham asing yang kecil sebesar 0.33 daripada nilai rata-rata kinerja
perusahaan sebesar 1.12 menunjukkan rata-rata perusahaan melakukan peningkatan kinerja
perusahaan lebih besar dari kepemilikan saham asing yang dilakukan sehingga, komposisi saham
asing kurang berpengaruh terhadap peningkatan kinerja perusahaan. Selain itu, berdasarkan data
penelitian sebanyak 13 perusahaan sampel memiliki nilai minimum sebesar 0.00 yang
menunjukkan perusahaan sampel tersebut tidak memiliki kepemilikan saham asing didalamnya
sehingga dapat mempengaruhi hasil penelitian. Hasil tersebut sesuai dengan penelitian Mollah et al
(2012) bahwa kepemilikan asing tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja perusahaan.
Berdasarkan pengujian hipotesis ketujuh diperoleh hasil yaitu keberadaan kepemilikan saham asing
tidak berpengaruh terhadap kinerja perusahaan hal tersebut dikarenakan investor asing yang
menanamkan sahamnya pada perusahaan tidak ikut serta dalam pengambilan keputusan
perusahaan. Pengambilan keputusan yang dilakukan oleh perusahaan sudah diwakilkan dan
dilindungi dewan komisaris selaku pengawas perusahaan sehingga, tidak adanya pengaruh
kepemilikan asing terhadap kinerja perusahaan.

KESIMPULAN

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa besaran dewan direksi berpengaruh terhadap
kinerja perusahaan yang diukur dengan Tobin’s Q. Hal tersebut disebabkan karena dewan direksi
merupakan mekanisme corporate governance yang memiliki tugas ssebagai pelaksana dalam
menentukan arah dan kebijakan perusahaan serta pengawas manajer. Jumlah yang terdapat dalam
dewan direksi dapat berpengaruh terhadap kecepatan pengambilan keputusan yang dilakukan
perusahaan. Semakin tinggi besaran komite audit maka kinerja perusahaan yang dihasilkan juga
semakin baik. Hal tersebut disebabkan komite audit sebagai alat vital dalam mekanisme
pengawasan dan penilaian laporan keuangan dalam perusahaan. Keberadaan komite audit dapat
mengurangi tindakan pelaksanaan dan pelaporan yang tidak sesuai standar oleh auditor internal
maupun eksternal yang nantinya akan berdampak pada kinerja perusahaan yang semakin baik.
Semakin tinggi kepemilikan publik suatu perusahaan maka akan semakin baik kinerja perusahaan.
Hal tersebut dikarenakan publik memiliki financial interest dan dapat bertindak independen dalam
menilai manajemen perusahaan sehingga kepemilikan saham publik berdampak pada transparansi
yang dilakukan perusahaan untuk mencapai penciptaan good corporate governance yang akan
meningkatkan kinerja perusahaan. Jumlah kepemilikan publik dibawah 5% akan tetap memberikan
dampak bagi perusahaan sebab, publik memiliki pengaruh terhadap jalannya kinerja perusahaan.
Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan yaitu objek penelitian yang digunakan
masih relatif terbatas yaitu hanya menggunkan perusahaan manufaktur saja sehingga sample yang
digunakan dalam penelitian dianggap masih kurang mencakup kondisi kinerja perusahaan di
Indonesia. Variabel independen yang digunakan dalam penelitian hanya menggunakan besaran
dewan direksi, independensi dewan komisaris dan besaran komite audit dalam proksi karakteristik
corporate governance dan belum menambahkan variabel-variabel yang mungkin dapat
mempengaruhi kinerja perusahaan. Selain itu, pada penelitian ini hanya menggunakan Tobin’s Q
dalam pengukuran kinerja perusahaan, oleh karena itu hasil penelitian ini belum mencerminkan
pengaruh kinerja perusahaan seutuhnya.
Adanya keterbatasan tersebut untuk penelitian selanjutnya disarankan agar menambah
sampel perusahaan sehingga tidak hanya meneliti pada perusahaan manufaktur saja namun dapat
melakukan penelitian pada perusahaan non keuangan di Indonesia. Penelitian selajutnya
diharapkan dapat menambah variabel independen lain yang dapat mempengaruhi kinerja
perusahaan khususnya untuk proksi karakteristik corporate governance. Penelitian selanjutnya juga
disarankan untuk menggunakan pengukuran lain untuk mengukur kinerja perusahaan. Sehingga
10
DIPONEGORO JOURNAL OF ACCOUNTING Volume 6, Nomor 3, Tahun 2017, Halaman 11

pengukuran kinerja perusahaan tidak hanya menggunakan Tobin’s Q namun dapat menggunakan
ROE, dan PER agar lebih tepat dan akurat dalam mengukur kinerja perusahaan.

REFERENSI

Andre, Paul., Yen, Tze Yu. (2007). Ownership Structure and Operating Performance of Acquiring
Firm: The Case of English- Origin Countries. Journal of Economics and Bussiness, Vol.59.
pp380-405.

Claessens, Stijn., Djankov, Simeon., dan Lang, Larry H.P. (2000). The separation of ownership and
control in East Asia Corporation. Journal of Financial Economics, Vol. 58, pp81-112.

Claessens, Stijn.,Yurtoglu, Burcin. (2012). Corporate Governance in Emerging Market: A Survey.


SSRN Working Paper.

Demsetz, Harnold, dan Villalonga, Belen. (2001). Ownership structure and corporate performance.
Journal of Corporate Finance, Vol.7, pp209-233.
Eisenhardt, Kathleen M. (1989). Agency theory: an assesment and review. Academy of
Management Review, Vol. 14, pp57-74.
Fauzi, Fitriya, dan Locke, Stuart. (2012). Board structure, ownership structure and firm
performance: a study of New Zealand listed firm. Asian Academy of Management Journal
of Accounting and Finance, Vol. 8, pp43-67.

Ghozali, Imam. (2011). Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 19. Semarang:
Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Hair, Joseph F., Black, William C., Babin, Barry J., Anderson, Rolph E. 2010. Multivariate Data
Analysis 7th Ed. Pearson Prentice Hall.
Hastuti, Theresia D. (2005). Hubungan antara Good Corporate Governance dan Struktur
Kepemilikan dengan Kinerja Keuangan. Skripsi S1 Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Unika Soegijapranata.

Jensen, Michael C., Meckling, William H. (1976). Theory of the firm: Managerial Behaviour,
Agency Cost and Ownership Structure. Journal of Financial Economics, Vol.3, pp305-360.

La Porta, Rafael; Lopez-de-Silanes, Florencio; Shleifer, Andrei (1999). “Corporate Ownership


Around the World.”Journal of Finance. Vol. 54, No. 2: 471-517.
Mollah, Sabur., Al Farooque, Omar., dan Karim, Wares. (2012). Ownership structure, corporate
governance and firm performance: evidence from an African emerging market. Studies in
Economics and Finance, Vol. 29, pp301-319.

Nugrahanti, Yeterina Widi., Wiranata, Yulius A. (2013). Pengaruh Struktur Kepemilikan terhadap
Profitabilitas Perusahaan Manufaktur di Indonesia. Jurnal Akuntansi dan Keuangan,
Vol.15, pp15-26.

Nur’aeni, Dini. (2010). Pengaruh Struktur Kepemilikan Saham terhadap Kinerja Perusahaan.
Skripsi S1 Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Diponegoro.
Pirzada, Kashan., Mustapha, Mohd Zulkhairi Bin., dan Wickramasinghe, Danture. (2015). Firm
performance, institutional ownership and capital structure: a case of Malaysia. Social and
Behaviour Science, Vol. 211, pp170-176.

Prabowo, Arfian, Budianto. (2009). Pengaruh Karakteristik Dewan Direksi Terhadap Pengukuran
Kinerja Bank di Indonesia. Jurnal Manajemen dan Pemasaran, Vol.2.

Purba, Jan Horas V. (2004). Pengaruh Proporsi Saham Publik Terhadap Kinerja Perusahaan. Jurnal
Ilmiah Ranggagading, Vol.4, pp109-116.
11
DIPONEGORO JOURNAL OF ACCOUNTING Volume 6, Nomor 3, Tahun 2017, Halaman 12

Riniati, Kuslinah. (2015). Pengaruh Komisaris Independen dan Besaran komite audit Terhadap
Kinerja Perusahaan. Skripsi S1 Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Yogyakarta.

Sabrinna, Anindhita I. (2010). Pengaruh Corporate Governance dan Struktur Kepemilikan


terhadap Kinerja Perusahan. Skripsi S1 Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Diponegoro.

Setiawan, Maman. (2006). Pengaruh Struktur Kepemilikan, Karakteristik Perusahaan, dan


Karakteristik Tata Kelola Korporasi Terhadap Kinerja Perusahaan. Skripsi S1 Fakultas
Ekonomi Universitas Padjajaran.

Solomon, Jill., Solomon, Aris. (2005). Corporate Governance and Accountability. England: British
Library.

Sukandar, Panky Pradana. (2014). Pengaruh Besaran Dewan Direksi dan Dewan Komirsaris serta
Besaran Perusahaan Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan. Skripsi S1 Fakultas Ekonomi
dan Bisnis Universitas Diponegoro.

Widigdo, Idie. (2013). Effect of Corporate Social Performance , Intellectual Capital, Ownership
Structure, and Corporate Governance on Corporate Performance adn Firm Value.
International Journal of Business, Economic and Law, Vol.2.

Wiranata, Yulius A. (2013). Pengaruh Struktur Kepemilikan terhadap Kinerja Perusahaan


Manufaktur di Indonesia. Skripsi S1 Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Kristen
Satya Wacana Salatiga.

Wulandari, Ndaruningpuri. (2006). Pengaruh Indikator Mekanisme Corporate Governance


Terhadap Kinerja Perusahaan Publik di Indonesia. Fokus Ekonomi, Vol.1, pp120-136.

12

You might also like