100% found this document useful (1 vote)
707 views7 pages

Jurnal Gizi Supariasa 2012

This study aimed to describe complementary feeding practices, nutrient intake and nutritional status of children aged 6-24 months in Minasa Upa Village, Maros Regency. The results showed that 53.3% of children were given complementary foods appropriately. Regarding nutrient intake, 53.3% of children had adequate energy intake while 46.7% had inadequate intake. Most children had inadequate intake of protein, fat, carbohydrates, vitamin A, iron and zinc. The nutritional status of most children was normal based on weight-for-age, length-for-age and weight-for-length indicators. In conclusion, complementary feeding practices were generally good but nutrient intake and some aspects of nutritional status needed improvement.

Uploaded by

gian alan taufan
Copyright
© © All Rights Reserved
We take content rights seriously. If you suspect this is your content, claim it here.
Available Formats
Download as PDF, TXT or read online on Scribd
100% found this document useful (1 vote)
707 views7 pages

Jurnal Gizi Supariasa 2012

This study aimed to describe complementary feeding practices, nutrient intake and nutritional status of children aged 6-24 months in Minasa Upa Village, Maros Regency. The results showed that 53.3% of children were given complementary foods appropriately. Regarding nutrient intake, 53.3% of children had adequate energy intake while 46.7% had inadequate intake. Most children had inadequate intake of protein, fat, carbohydrates, vitamin A, iron and zinc. The nutritional status of most children was normal based on weight-for-age, length-for-age and weight-for-length indicators. In conclusion, complementary feeding practices were generally good but nutrient intake and some aspects of nutritional status needed improvement.

Uploaded by

gian alan taufan
Copyright
© © All Rights Reserved
We take content rights seriously. If you suspect this is your content, claim it here.
Available Formats
Download as PDF, TXT or read online on Scribd
You are on page 1/ 7

Media Gizi Pangan, Vol.

XIX, Edisi 1, 2015 MP-ASI, Asupan Zat Gizi, Status Gizi

PRAKTEK PEMBERIAN MP-ASI, ASUPAN ZAT GIZI DAN STATUS


GIZI ANAK USIA 6-24 BULAN DI DESA MINASA UPA
KABUPATEN MAROS

1 1 1 2
Hendrayati , Sirajuddin , Abdullah Tamrin , Nurhidayah
1
Jurusan Gizi, Politeknik Kesehatan Kemenkes, Makassar
2
Alumni Diploma III Gizi, Politeknik Kesehatan Kemenkes, Makassar

Abstract

Background: Nutritional problem is influenced from by many factors. One of the causes malnutrition
in children is error in complementary feeding practices (MP-ASI).

Objective: This study aims to describe the provision of complementary feeding practices, nutrient
intake and nutritional status of children aged 6-24 months in the Minasa Upa Village District of Bontoa
Maros.

Methods: This study is a descriptive. Sample is all children aged 6-24 months were 30 people
selected by purposive sampling. Provision of complementary feeding practices was obtained through
interviews. Nutrient intake was obtained through a 2x24 hour food recall form then processed using
software Nutrisurvey 2004 Nutritional status was determined using anthropometric methods. Analysis
of nutritional status determination using Antrho WHO 2005.

Results: The results showed that the practice of complementary feeding as many children as 53.3%.
Energy intake of children was 53.3% and 46.7% less enough. Protein intake amounted to 56.7% and
43.3% less enough. Fat intake by 10.0% and 90.0% less enough. Carbohydrate intake by 13.3% and
86.7% less enough. Intake of vitamin A was 20.0% and 80.0% less enough. Intake of iron (Fe) of
13.3% and 86.7% less enough. Intake of zinc (Zn) of 23.3% and 76.7% less enough. Nutritional status
for indikator weight for age as 80.0% normal, 13.3% poor, and 6.7% less. Indicators of Lenght for
ageU as 63.3% normal, 20.0% and 16.7% short very short. Indicator of weight for height as 80.0% of
normal, 6.7% fat, 10.0% and 3.3% underweight.

Conclusion: Conclusion of this study are generally good giving complementary feeding practices,
good nutritional status, and bad the nutrient intake.

Suggestion: recommended to health professionals and relevant agencies to provide more information
for mothers who have children aged 6-12 months, the practice of complementary feeding and intake of
nutrients. For further research to see besides intake derived from MP-ASI also calculate intake from
breast milk.

Keywords: Provision of complementary feeding practices, nutrient intake and nutritional status.

PENDAHULUAN Berdasarkan data Riset Kesehatan


Masalah gizi merupakan suatu masalah Dasar (RISKESDAS) tahun 2010,
yang dipengaruhi oleh banyak faktor. Salah menunjukkan bahwa secara nasional,
satu faktor penyebab masalah gizi pada balita sebanyak 4,9% balita mengalami gizi buruk,
adalah faktor kekeliruan dalam Pemberian 18,5% balita gizi kurang, 17,1% balita sangat
Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) pendek, 23,1% balita pendek, serta 6,0%
(Supariasa, 2012). balita sangat kurus, 7,3% balita kurus, dan

60
Media Gizi Pangan, Vol. XIX, Edisi 1, 2015 MP-ASI, Asupan Zat Gizi, Status Gizi

selebihnya 23,1% status gizi baik (Litbangkes, mutu yang baik (Hermina 2010 dalam Sakti
2010). 2013).
Balita yang mengalami masalah Praktek pemberian MP-ASI dini masih
gizi di Sulawesi-Selatan tidak jauh berbeda banyak didapatkan di daerah pedesaan.
dengan data nasional, yaitu sebanyak 6,4% Praktek pemberian MP-ASI merupakan suatu
balita gizi buruk, 18,6% balita gizi kurang, perwujudan dari tersedianya pangan dan
15,8% balita sangat pendek, 23,1% balita perawatan kesehatan yang penting dalam
pendek, serta 4,8% balita sangat kurus dan kelangsungan hidup, pertumbuhan,
7,2% balita kurus hanya 24,1% yang status perkembangan, kesehatan serta status gizi
gizi baik (Litbangkes, 2010). bayi dan anak (Direktorat Bina Gizi, 2010).
Kabupaten Maros merupakan Praktek pemberian MP-ASI anak usia 6-
kabupaten di Sulawesi-Selatan yang memiliki 24 bulan di Desa Minasa Upa Kecamatan
masalah gizi cukup tinggi. Data RISKESDAS Bontoa Kabupaten Maros dari hasil survey
2007, menunjukkan sebanyak 3,9% balita gizi PBL tahun 2013 sebanyak 20,0% yang kurang
buruk, 12,9% balita gizi kurang, 12,6% balita baik dan status gizi buruk dan kurang
sangat pendek, 15,2% balita pendek, 11,4% sebanyak 24,6%.
balita sangat kurus, 10,3% balita kurus dan Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti
sekitar 33,7% balita status gizi baik melakukan kajian tentang gambaran praktek
(Litbangkes, 2007). pemberian MP-ASI, asupan zat gizi dan status
Berdasarkan hasil survey pada gizi anak usia 6-24 bulan di Desa Minasa Upa
Praktek Belajar Lapangan (PBL) di Desa Kecamatan Bontoa Kabupaten Maros.
Minasa Upa (2013), didapatkan 25 sampel
anak usia 6-24 bulan, sebanyak 16,0% anak METODE PENLITIAN
mengalami gizi buruk, 8,6% gizi kurang, Penelitian ini merupakan penelitian
20,0% sangat pendek, 12,0% pendek, 12,0% deskriptif yang menilai gambaran praktek
sangat kurus, dan 20,0% anak kurus. pemberian MP-ASI, asupan zat gizi dan status
Hal yang paling berpengaruh terhadap gizi anak usia 6-24 bulan yang di Desa Minasa
status gizi anak adalah asupan makanan. Upa Kecamatan Bontoa Kabupaten Maros.
Asupan pada anak yang berusia 6-24 bulan Waktu penelitian dimulai bulan November
berasal dari ASI dan MP-ASI. Penelitian yang 2013 sampai Juni 2014.
dilakukan oleh Jusniastuti (2010) menjelaskan Sampel adalah semua anak usia 6-24
bahwa tingkat asupan energi pada baduta bulan di Desa Minasa Upa Kecamatan Bontoa
umumnya masih kurang yakni 76,8% dengan Kabupaten Maros yang memenuhi kriteria
status gizi buruk sebesar 19,4%. dengan jumlah 30 anak, Responden adalah
ibu dari anak yang menjadi sampel.
Asupan zat gizi baik makro maupun Teknik yang digunakan peneliti dalam
mikro mempengaruhi tumbuh kembang, dan penelitian ini adalah purposive sampling yaitu
status gizi anak. Asupan energi dan zat gizi salah satu teknik pengumpulan sampel
makro seperti protein, lemak dan karbohidrat dengan cara memilih sampel diantara populasi
dan zat gizi mikro seperti vitamin A, zat besi sesuai dengan kriteria sampel yang telah
dan seng yang tidak cukup, baik jumlah dan ditentukan oleh peneliti.
mutunya akan mengganggu pertumbuhan, Instrumen penelitian yang digunakan
perkembangan, dan status gizi (Nofianti, adalah menggunakan lembar kuesioner,
2011). formulir food recall dan alat ukur panjang
Usia 6 bulan kebutuhan energi anak badan dan berat badan. Data mengenai
akan meningkat, sehingga kebutuhan energi praktek pemberian MP-ASI dikumpulkan
tidak dapat dipenuhi dari ASI saja, akan tetapi dengan menggunakan metode wawancara
perlu tambahan dari MP-ASI, agar anak bisa terhadap responden dengan instrumen
tumbuh dan berkembang dengan baik kuesioner. Asupan zat gizi diperoleh dengan
(Direktorat Bina Gizi, 2010). menggunakan formulir food recall 24 jam
Penelitian yang dilakukan oleh Sakti selama dua hari tidak berturut-turut. Penilaian
2013 menjelaskan bahwa masalah gizi pada status gizi dilakukan dengan antropometri yaitu
bayi dipengaruhi oleh pemberian ASI dan MP- melakukan pengukuran berat badan, tinggi
ASI yang tidak tepat baik kualitas maupun badan dan menentukan umur.
kuantitas, disamping itu ibu juga kurang
menyadari bahwa bayi pada usia 6 bulan
sudah memerlukan MP-ASI dalam jumlah dan

61
Media Gizi Pangan, Vol. XIX, Edisi 1, 2015 MP-ASI, Asupan Zat Gizi, Status Gizi

HASIL PENELITIAN Berdasarkan penelitian ini


Karakteristik Sampel diketahui bahwa pada umumnya praktek
Tabel 01 pemberian MP-ASI adalah baik sebanyak 16
Distribusi Karakteristik Sampel orang (53.3%).
di Desa Minasa Upa
Asupan Zat Gizi
Jenis Kelamin Anak n %
Tabel 04
Laki-laki 15 50.0 Distribusi Asupan Zat Gizi Anak
Perempuan 15 50.0 di Desa Minasa Upa
Total 30 100.0
Asupan Energi n %
Umur Anak n %
Cukup 16 53.3
6-8 5 16.7 Kurang 14 46.7
9-11 7 23.3
Total 30 100.0
12-24 18 60.0
Asupan Protein n %
Total 30 100.0
Cukup 17 56.7
Kurang 13 43.3
Berdasarkan hasil penelitian ini diketahui
Total 30 100.0
bahwa jenis kelamin sampel antara laki-laki
dan perempuan adalah sama yaitu 15 orang Asupan Lemak n %
(50.0%). Umur anak pada umumnya 12-24 Cukup 3 10.0
bulan sebanyak 18 orang (60.0%). Kurang 27 90.0
Total 30 100.0
Karakateristik Responden Asupan Karbohidrat n %
Tabel 02 Cukup 4 13.3
Distribusi Karaktersitik Responden Kurang 26 86.7
di Desa Minasa Upa Total 30 100.0
Asupan vitamin A n %
Pekerjaan Ibu n %
Cukup 6 20.0
Ibu Rumah Tangga 30 100.0 Kurang 24 80.0
Total 30 100.0 Total 30 100.0
Pendidikan Ibu Asupan zat besi (Fe) n %
Tidak Pernah Sekolah 1 3.3 Cukup 4 13.3
Tidak Tamat SD 2 6.7 Kurang 26 86.7
Tamat SD 15 50.0
Total 30 100.0
Tidak Tamat SMP 2 6.7
Tamat SMP 5 16.7 Asupan seng (Zn) n %
Tamat SMA 4 13.3 Cukup 7 23.3
Perguruan Tinggi 1 3.3 Kurang 23 76.6
Total 30 100.0 Total 30 100.0

Berdasarkan hasil penelitian ini Berdasarkan hasil penelitian diketahui


diketahui bahwa pekerjaan ibu adalah Ibu bahwa asupan energi anak pada umumnya
rumah tangga sebanyak 30 orang (100.0%). adalah cukup sebanyak 15 orang (53.3%),
Pendidikan ibu pada umumnya adalah tamat asupan protein pada umumnya adalah cukup
SD sebanyak 15 orang (50.0%). sebanyak 17 orang (56.7%), asupan lemak
pada umumnya adalah kurang sebanyak 27
Praktek Pemberian MP-ASI orang (90.0%), asupan karbohidrat pada
Tabel 03 umumnya adalah kurang sebanyak 26 orang
Distribusi Praktek Pemberian MP-ASI Anak (86.7%), asupan vitamin A pada umumnya
di Desa Minasa Upa adalah kurang sebanyak 24 orang (80.0%),
asupan zat besi (Fe) pada umumnya adalah
Kriteria n % kurang sebanyak 26 orang (86.7%), dan
asupan seng (Zn) pada umumnya adalah
Baik 16 53.3
kurang sebanyak 23 orang (76.7%).
Kurang 14 46.7
Total 30 100.0

62
Media Gizi Pangan, Vol. XIX, Edisi 1, 2015 MP-ASI, Asupan Zat Gizi, Status Gizi

Status Gizi ada waktu untuk mempersiapkan makanan


Tabel 05 sendiri kepada anak-anaknya. Direktorat Bina
Distribusi Status Gizi Anak Gizi (2010) mengatakan bahwa keluarga yang
di Desa Minasa Upa biasa mempersiapkan makanan sendiri, akan
lebih mudah memberikan MP-ASI yang baik
Status Gizi BB/U n % bagi anaknya. Pemberian MP-ASI
Buruk 4 13.3 berhubungan dengan konsumsi makanan
Kurang 2 6.7 keluarga yang dipengaruhi oleh budaya,
Normal 24 80.0 pekerjaan, pendidikan dan produksi pangan
Lebih 0 0.0 (Supariasa, dkk, 2012).
Praktek pemberian MP-ASI pada anak
Total 30 100.0
umumnya baik, namun untuk jarak (jam)
Status Gizi TB/U n % pemberian makanan utama masih ada dengan
Sangat pendek 5 16.7 jarak 8 sampai 10 jam. Jika dilihat dari status
Pendek 6 20.0 gizi, anak yang diberikan makanan utama
Normal 19 63.3 dalam jarak 10 jam memiliki status gizi gemuk
Total 30 100.0 dan sangat pendek. Hal ini mencerminkan
Status gizi BB/TB n % asupan zat gizi masa lalu dimana sejak kecil
Sangat kurus 1 3.3 anak tersebut kemungkinan besar mengalami
Kurus 3 10.0 kekurangan asupan khususnya mineral seperti
Normal 24 80.0 yodium dan kalsium dalam jangka waktu yang
Gemuk 2 6.7 lama. Dalam buku Sulistyoningsih (2011)
Total 30 100.0 dijelaskan bahwa salah satu defisiensi sebagai
akibat kekurangan mineral adalah gangguan
Berdasarkan hasil penelitian ini fisik, mental dan kretin.
diketahui bahwa gambaran status gizi anak Asupan zat gizi idealnya harus
menurut indikator BB/U pada umumnya normal mengandung cukup energi dan semua zat gizi
sebanyak 24 orang (80.0%). Indikator TB/U lain yang sesuai kebutuhan sehari-hari
pada umumnya adalah normal sebanyak 19 (Sulistyoningsih, 2011). Asupan zat gizi selain
orang (63.3%). Indikator BB/TB pada dipengaruhi oleh praktek pemberian MP-ASI,
umumnya normal sebanyak 24 orang (80.0%). juga dipengaruhi oleh pendapatan keluarga
(Supariasa, dkk, 2012).
PEMBAHASAN Semakin bertambahnya usia anak,
Pemberian makanan pendamping ASI kebutuhan energi juga akan semakin banyak.
(MP-ASI) mulai dilakukan setelah bayi berusia Jika energi ini tidak terpenuhi, maka
6 bulan. MP-ASI dapat berupa bubur, tim, sari pertumbuhan anak akan berhenti atau
buah, dan biskuit. Pemberian MP-ASI baik melambat (Direktorat Bina Gizi, 2011).
jenis, porsi, dan frekuensinya tergantung dari Berdasarkan hasil penelitian
usia bayi (Sulistyoningsih, 2011). menunjukkan bahwa tingkat asupan energi
Hasil penelitian menunjukkan bahwa anak adalah cukup sebanyak 16 orang
praktek pemberian MP-ASI di Desa Minasa (53.3%), kurang sebanyak 14 orang (46.7%).
Upa umumnya sudah baik yaitu 16 orang Penelitian ini sama dengan hasil penelitian
(53.3%) dan kurang sebanyak 14 orang yang dilakukan oleh Sitti (2009) di Kecamatan
(46.7%). Hasil penelitian ini berbeda dengan Barebbo mengenai asupan anak usia 0-24
penelitian Susari (2013) di Kelurahan bulan menunjukkan bahwa tingkat asupan
Paccerakkang yaitu sebanyak 27 orang energi yang baik sebanyak 83 orang (93.3%)
(65.85%) yang cukup dan 14 orang (34.14%) dan kurang sebanyak 6 orang (6.7%). Hal ini
yang baik dan penelitian yang dilakukan oleh dipengaruhi karena sebagian besar asupan
Yahya (2013) di Kecamatan Marusu sebanyak protein anak cukup, sehingga energi anak bisa
100% yang kurang. Sedangkan hasil penelitian terpenuhi dari asupan protein tersebut. Seperti
Risnawati (2012) mengenai pemberian MP- dalam buku Sulistyoningsih (2011) bahwa
ASI yaitu sama dengan penelitian ini, salah satu fungsi dari protein yaitu penghasil
sebanyak 8 orang (61.5%) yang sesuai dan 5 utama energi, dimana apabila kebutuhan
orang (38.4%) tidak sesuai dalam hal energi tidak tercukupi dari karbohidrat maka
pemberian MP-ASI protein dapat digunakan sebagai sumber
Perbedaan tersebut diduga karena energi.
dalam penelitian ini pekerjaan responden Protein merupakan zat gizi yang
semuanya adalah ibu rumah tangga, sehingga banyak terdapat di dalam tubuh, bersumber

63
Media Gizi Pangan, Vol. XIX, Edisi 1, 2015 MP-ASI, Asupan Zat Gizi, Status Gizi

dari pangan nabati dan hewani. Namun, nilai Berdasarkan hasil penelitian
biologis dari pangan hewani lebih tinggi, menunjukkan bahwa asupan vitamin A anak
dibandingkan pangan nabati (Almatsier, 2009). adalah kurang sebanyak 24 orang (80.0%),
Berdasarkan hasil penelitian dan cukup sebanyak 6 orang (20.0%). Hal ini
menunjukkan bahwa asupan protein anak disebabkan karena MP-ASI yang dikonsumsi
adalah cukup sebanyak 17 orang (56.7%), dan anak umumnya kurang mengandung sumber
kurang sebanyak 13 orang (43.3%). Asupan vitamin A seperti hati dan kacang-kacangan.
protein lebih dominan cukup, hal ini Berdasarkan hasil penelitian
disebabkan karena daerah tersebut menunjukkan bahwa asupan zat besi anak
merupakan daerah sumber protein yang baik, adalah kurang sebanyak 26 orang (86.7%),
yaitu penghasil ikan, dan udang sehingga cukup sebanyak 4 orang (13.3%). Hal ini
memudahkan sampel untuk mendapatkan kemungkinan dipengaruhi oleh kurangnya zat
sumber protein dalam mencukupi yang mengandung zat besi dalam MP-ASI
kebutuhannya. seperti telur, hati, dan sayuran hijau, dimana
Tejasari (2005), menyatakan fungsi sumber zat besi seperti yang dikatakan oleh
utama protein yaitu membantu dalam Sulistyoningsih (2011) adalah hati, daging
pertumbuhan jaringan. Pertumbuhan dan sapi, kuning telur dan sayuran berwarna hijau
pemeliharaan jaringan dimungkinkan bila tua.
tersedia asam amino, protein juga berfungsi Akibat yang dapat ditimbulkan jika
sebagai sumber energi. sehingga anak tubuh kekurangan zat besi yaitu anemia gizi
membutuhkan protein yang cukup agar bisa besi, gangguan fungsional tubuh baik mental
tumbuh dan berkembang dengan baik. maupun fisik.
Lemak merupakan zat gizi yang terdiri Berdasarkan hasil penelitian
dari molekul karbon (C), hidrogen (H), dan menunjukkan bahwa asupan seng anak
oksigen (O), yang mempunyai fungsi sebagai adalah kurang sebanyak 23 orang (76.7%),
alat angkut vitamin yang larut lemak, dapat baik sebanyak 7 orang (23.3%).
memelihara suhu tubuh dan pelindung organ Asupan seng dominan kurang
tubuh (Almatsier, 2009). disebabkan oleh asupan sampel tidak ada
Berdasarkan hasil penelitian bahwa yang bersumber dari makanan laut, namun
asupan lemak anak adalah kurang sebanyak kebanyakan bersumber dari empang,
27 orang (90.0%), cukup sebanyak 3 orang sehingga sampel tidak banyak mendapatkan
(10.0%). Hal ini disebabkan karena anak lebih zat gizi (seng). Seperti yang dikatakan oleh
dominan mengonsumsi ikan sebagai makanan Sulistyoningsih (2011) bahwa sumber bahan
sumber protein dan pengolahannya rata-rata makanan yang banyak mengandung seng
dimasak, sehingga asupan lemak anak yaitu tiram, kerang, makanan laut, hati, ragi,
kurang, dimana diketahui bahwa ikan kacang-kacangan dan ikan laut.
merupakan protein hewani yang kandungan Berdasarkan hasil penelitian
lemaknya lebih rendah. menunjukkan bahwa status gizi anak untuk
Karbohidrat merupakan salah satu zat indikator BB/U adalah normal dengan praktek
gizi makro yang berfungsi sebagai penyedia pemberian MP-ASI baik sebanyak 12 orang
energi, selain protein dan lemak. Makanan (40.0%). Status gizi anak dengan indikator
sumber karbohidrat yang banyak dikonsumsi TB/U adalah normal dengan praktek
masyarakat Indonesia adalah beras, gandum, pemberian MP-ASI kurang sebanyak (36.7%).
dan jagung (Tejasari, 2005). Status gizi anak dengan indikator (BB/TB)
Berdasarkan hasil penelitian adalah normal dengan praktek pemberian MP-
menunjukkan bahwa asupan karbohidrat anak ASI baik sebanyak (43.3%).
adalah kurang sebanyak 26 orang (86.7%), Status gizi anak untuk indikator BB/U
cukup sebanyak 4 orang (13.3). hal ini dan BB/TB adalah normal dengan praktek
disebabkan karena sebagian besar anak pemberian MP-ASI baik, namun untuk
mengkonsumsi nasi sebanyak 2 sdm setiap indikator TB/U masih ada dengan status gizi
kali makan. normal akan tetapi praktek pemberian MP-ASI
Vitamin A banyak terdapat pada hati, nya kurang. Hal ini disebabkan karena
kuning telur, susu dan kacang-kacangan, yang indikator (TB/U) merupakan indikator yang
berfungsi sebagai proses penglihatan, mencerminkan status gizi masa lalu, sehingga
pertumbuhan tulang, dan kekebalan. Salah kemungkinan besar ini dipegaruhi oleh asupan
satu akibat kekurangan vitamin A dapat atau anak menderita penyakit infeksi. Dalam
menyebabkan gangguan pertumbuhan buku Supariasa, dkk (2012) dijelaskan bahwa
(Sulistyoningsih, 2011) status gizi adalah suatu keadaan sebagai

64
Media Gizi Pangan, Vol. XIX, Edisi 1, 2015 MP-ASI, Asupan Zat Gizi, Status Gizi

akibat dari konsumsi makanan dan Gizi pada Balita Usia 6-24 Bula di
penggunaan zat-zat gizi, yang secara Wilayah Bowong Cindea Kabupaten
langsung dipengaruhi oleh asupan makanan Pangkep. Karya Tulis. Jurusan Gizi
dan penyakit infeksi. Poltekkes Makassar.
Hasil penelitian ini berbeda dengan Arifin SU, Mayulu N, Rottie J. (2013).
penelitian Palengka (2012) yaitu status gizi Hubungan Asupan Zat Gizi Dengan
anak dengan indikator adalah normal Kejadian Anemia Pada Anak Sekolah
sebanyak 22 orang (73.3%) yang praktek Dasar Di Kabupaten Bolaang
pemberian MP-ASI nya baik sebanyak 18 Mongondow Utara
orang (60.0%). ejournal.unsrat.ac.id/index.php/jkp/articl
e/download/2240/1797 (diakses 07
KESIMPULAN desember 2013)
1. Praktek pemberian MP-ASI sampel pada Arisman. (2010). Gizi dalam Daur Kehidupan.
umumnya adalah baik sebanyak 16 orang Jakarta; EGC.
(53.3%). Aritonang I. (2010). Menilai status gizi secara
2. Asupan energi sampel pada umumnya optimal untuk mencapai sehat optimal.
adalah cukup sebanyak 15 orang (53.3%), Yogyakarta; Leutika & cebios.
asupan protein sampel pada umumnya Arsin.A.
adalah cukup sebanyak 17 orang (56.7%), Arsunan,.Wahiduddin,.Ansar,.Jumriani.
asupan lemak sampel pada umumnya (2012) .Gambaran Asupan Zat Gizi Dan
adalah kurang sebanyak 27 orang (90.0%), Status Gizi Penderita Tb Paru Di Kota
asupan karbohidrat sampel pada umumnya Makassar.,http://repository.unhas.ac.id/
adalah kurang sebanyak 26 orang (86.7%), handle/123456789/6916 (diakses 08
asupan vitamin A sampel pada umumnya Desember 2013)
adalah kurang sebanyak 24 orang (80.0%), Barasi ME. (2007). . At a Glance Ilku Gizi.
asupan zat besi (Fe) sampel pada Dalam; Safitri A & Astikawati R.
umumnya adalah kurang sebanyak 26 Jakarta; Erlangga.
orang (86.7%), dan asupan seng (Zn) Direktorat Bina Gizi. (2010). Pelatihan
sampel pada umumnya adalah kurang konseling makanan pendamping air
sebanyak 23 orang (76.7%). susu ibu panduan peserta. Kemenkes
3. Status gizi sampel pada umumnya adalah RI.
normal yaitu sebanyak 24 orang (80.0%) Gibson RS. (2005). Principles Of Nutritional
dengan indikator BB/U, 19 orang (63.3%) Assesment. New York; OXFORD
dengan indikator TB/U, dan 24 orang University Press.
(80.0%) dengan indikator BB/TB. Jurusan Gizi. (2013). Angka Kecukupan Zat
Gizi (AKG). Makassar; Poltekkes
SARAN Jurusan Gizi
1. Diharapkan kepada tenaga kesehatan dan Juniastuti R. (2010). Hubungan MP-ASI
instansi terkait untuk lebih banyak dengan status gizi Baduta di kabupaten
memberikan informasi melalui penyuluhan Jeneponto. Skripsi. Fakultas kesehatan
bagi ibu yang mempunyai anak usia 6-12 masyarakat; Universitas Hasanuddin.
bulan, mengenai praktek pemberian MP- Litbangkes. (2007). Laporan Riset Kesehatan
ASI dan asupan zat-zat gizi yang Dasar. Jakarta; Depkes RI.
dibutuhkan oleh anak. .(2010). Laporan Riset
2. Diharapkan kepada peneliti selanjutnya Kesehatan Dasar. Jakarta; Depkes RI
untuk menilai asupan zat gizi (makro dan Nofianti, Nofianti (2011) Hubungan Asupan Zat
mikro) anak usia 6-24 bulan yang selain Gizi Dengan Status Gizi Anak Balita Di
berasal dari MP-ASI juga menghitung Wilayah Kerja Uptd Puskesmas
asupan yang berasal dari ASI, dengan Gringsing 1 Kecamatan Gringsing
melihat frekuensi menyusui. Kabupaten Batang. Undergraduate
thesis, Universitas Diponegoro.
http://eprints.undip.ac.id/29241/
DAFTAR PUSTAKA (diakses 23 Desember 2013)
Almatsier. (2009). Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Notoatmodjo S. (2012). Metodologi Penelitian
Jakarta; PT. Gramedia Pustaka Utama. Kesehatan. Jakarta; Rineka Cipta.
Arifin A. (2013). Gambaran Pengetahuan Ibu Palengka E. (2012). Hubungan Pemberian Mp-
dalam Pemberian Makanan Asi Dengan Status Gizi Baduta Usia 6-
Pendamping ASI (MP-ASI) dan Status 24 Bulan Di Desa Marinding,

65
Media Gizi Pangan, Vol. XIX, Edisi 1, 2015 MP-ASI, Asupan Zat Gizi, Status Gizi

Kecamatan Mengkendek Kabupaten Supariasa IDN, Bakri B, Fajar I. (2012).


Tana Toraja. Karya Tulis. Jurusan Gizi Penilaian Status Gizi. Jakarta; EGC.
Poltekkes Makassar. Susari E. (2013). Gambaran Pengetahuan Ibu
Risnawati FN. (2012). Gambaran pemberian Mengenai Praktek Pemberian Mp-Asi
ASI, MP-ASI dan status gizi anak usia Pada Bayi Umur 6-12 Bulan Di Rw 3
0-24 bulan di puskesmas sudiang raya Kelurahan Paccerakkang Kecamatan
kecamatan Biringkanaya Kota Biringkanaya Kota Makassar. Karya
Makassar. Karya Tulis. Jurusan Gizi Tulis. Jurusan Gizi Poltekkes
Poltekkes Makassar. Makassar.
Sakti E, Risky; Hadju V; Rochimiwati SN. Tejasari. (2005). Nilai Gizi Pangan. Jember;
(2013). Hubungan Pola Pemberian Mp- Graha Ilmu.
ASI dengan Status Gizi Anak Usia 6-23 Waspadji S, Suyono S, Kukardji K, Kresnawan
Bulan Di Wilayah Pesisir Kecamatan SAT. (2010). Diabetes dan Lipid
Tallo Kota Makassar Tahun 2013. RSCM/FKUI dan Instalasi Gizi RSCM.
http:// Jakarta; Pusat.
repository.unhas.ac.id/handle/1234567 WHO (2007). Tabel Reference WHO Antro
89/5480. (diakses 07 Desember 2013). 2007. WHO.
Setiawan A. (2009). Pemberian Mp-Asi Dini Yahya SP. (2013). Gambaran Praktek
Dan Hubungannya Dengan Kejadian Pemberian Makanan Dan Status Gizi
Penyakit Infeksi Pada Bayi 0-6 Bulan Di Pada Usia 6-24 Bulan Di Dusun Kuri
Wilayah Kerja Puskesmas Lompo Kecamatan Marusu Kabupaten
Cipayung.…https://www.google.com/se Maros. Karya Tulis. Jurusan Gizi
arch?q=prevalensi+praktek+pemberian Poltekkes Makassar.
+MP-ASI+du+sul-sel&ie=utf-8&oe=utf- Yunita. (2012). Gambaran Tingkat
8&aq=t&rls=org.mozilla:en- Pengetahuan Gizi Ibu, Pemberian MP-
US:official&client=firefox-a (diakses 07 ASI dan Status Gizi Anak Usia 0-24
Desember 2013) Bulan di Puskesmas Sudiang Raya
Sulistyoningsih H. (2011). Gizi untuk Kecamatan Biringkanaya Kota
kesehatan ibu dan anak. Yogyakarta; Makassar . Karya Tulis. Jurusan Gizi
Graha Ilmu. Poltekkes Makassar.

66

You might also like