0% found this document useful (0 votes)
132 views32 pages

Vol.03 No.1 Mei 2017 PDF

This document summarizes a study on the nutrient balance of chili plants (Capsicum annuum L.) grown on loam textured soil using the DRIS (Diagnosis and Recommendation Integrated System) method. The study found that the nutrient status of chili plants can be described by soil N-NO3 concentrations. Higher soil N-NO3 levels resulted in higher N content in chili leaves. Using the DRIS method, the balanced nutrient ratios for high-yielding chili on loam soil were found to be: N/P 15.50 - 21.18, N/K 0.55 - 0.72, and K/P 26.30 - 31.26. For low-yielding chili on

Uploaded by

adhari_globalnet
Copyright
© © All Rights Reserved
We take content rights seriously. If you suspect this is your content, claim it here.
Available Formats
Download as PDF, TXT or read online on Scribd
0% found this document useful (0 votes)
132 views32 pages

Vol.03 No.1 Mei 2017 PDF

This document summarizes a study on the nutrient balance of chili plants (Capsicum annuum L.) grown on loam textured soil using the DRIS (Diagnosis and Recommendation Integrated System) method. The study found that the nutrient status of chili plants can be described by soil N-NO3 concentrations. Higher soil N-NO3 levels resulted in higher N content in chili leaves. Using the DRIS method, the balanced nutrient ratios for high-yielding chili on loam soil were found to be: N/P 15.50 - 21.18, N/K 0.55 - 0.72, and K/P 26.30 - 31.26. For low-yielding chili on

Uploaded by

adhari_globalnet
Copyright
© © All Rights Reserved
We take content rights seriously. If you suspect this is your content, claim it here.
Available Formats
Download as PDF, TXT or read online on Scribd
You are on page 1/ 32

Volume 03, Nomor 1, Edisi Mei 2017

KESEIMBANGAN HARA TANAMAN CABAI (Capsicum annuum L.) PADA


TANAH BERTEKSTUR LEMPUNG MENGGUNAKAN METODE DRIS

Riza Adrianoor Saputra1, Muhammad Mahbub2 dan Zuraida Titin Mariana2


1)
Prodi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Lambung Mangkurat
2)
Prodi Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Universitas Lambung Mangkurat
e-mail : [email protected]

ABSTRACT

DRIS (Diagnosis and Recommendation Integrated System) is a method of nutrient


analysis that can be used to determine nutrient balances for maximum and optimum
yield. The first step of using DRIS method is determining the average nutrient ratio for
crops that has the highest yield as the impirical indicator. This research method using
qualitative methods (surveys) and quantitative (laboratory analysis). Sampling was
done by purposive sampling technique. The research was conducted Cempaka
Subdistrict Gunung Kupang Banjarbaru. Results of the study showed relations with the
chilli crop nutrient status of soil nutrients can be described by the N-NO3-
concentrations in the soil. The higher the concentration of N-NO3- in soil, the greater
percentage of the N content in leaves of chilli. Based on the obtained status DRIS
method balanced nutrient ratio chilli leaves planted on soils with high producing loam
texture is N/P 15.50 - 21.18; N/K 0.55 - 0.72; and K/P 26.30 - 31.26. Chilli planted in
soils of sandy clay loam texture of low production, nutrient deficiency mainly occurs in
nutrients N, so the preferred recommendation on increasing the availability of nutrients
in the soil N.

Key-word: Nutrient balance, chilli, DRIS method

PENDAHULUAN Kalimantan Selatan selama periode


tahun 2008 sampai tahun 2012 yaitu
Cabai besar (Capsicum annuum rata-rata 6,02 t/ha, ini lebih rendah
L.) merupakan salah satu komoditas dibandingkan dengan produktivitas
hortikultura yang memiliki nilai nasional tahun 2012 mencapai 7,94 t/ha.
ekonomi penting di Indonesia. Buahnya Penanaman cabai besar seringkali
dikenal sebagai penyedap dan menghadapi banyak kendala dalam
pelengkap berbagai menu masakan khas meningkatkan produktivitas baik dari
Indonesia. Kebutuhan akan komoditas segi kualitas maupun kuantitas yang
ini semakin beragam dan akan terus dipengaruhi oleh kesuburan tanah baik
meningkat setiap tahunnya sehingga dari segi fisik maupun kimia. Secara
berpotensi untuk dikembangkan. Untuk fisik, tanah bertekstur lempung (loam)
memenuhi kebutuhan cabai besar lebih baik dibandingkan dengan tekstur
tersebut diperlukan pembudidayaan pasir (sand) dan klei (clay). Disamping
yang baik, sehingga tanaman dapat itu juga, rendahnya produksi cabai besar
tumbuh dengan baik dan diperoleh di Kalimantan Selatan disebabkan
produksi yang maksimum. efisiensi serapan unsur hara oleh
Menurut Dinas Pertanian tanaman yang tergolong rendah, dalam
Tanaman Pangan dan Hortikultura hal ini menyangkut masalah
(2013), produktivitas cabai besar di pemupukan. Penggunaan jenis pupuk,

Agrisains
Jurnal Budidaya Tanaman Perkebunan Politeknik Hasnur 1
Volume 03, Nomor 1, Edisi Mei 2017

dosis pupuk, cara pemupukan dan diagnosis untuk rekomendasi


waktu pemupukan yang salah, malah pemupukan secara terpadu dengan
mengakibatkan ketidakseimbangan hara memperhatikan aspek tanah, tanaman
di dalam tanah, pada akhirnya tanaman dan pengelolaan. Untuk efisiensi
mengalami gejala pelandaian produksi pemupukan, metode ini dinilai lebih
(leveling-off). Oleh karena itu, masalah baik dibanding beberapa metode
ketidakseimbangan hara perlu lainnya. Peluang untuk mendapatkan
mendapatkan solusi pemecahannya produksi tinggi dapat diperoleh dari
melalui pemupukan berimbang hasil diagnosis semua unsur hara yang
berdasarkan uji tanah dan tanaman. berpengaruh pada tanaman dengan
Pemupukan berimbang adalah menggunakan metode DRIS. Prinsip
pemberian beberapa jenis unsur hara konsep metode DRIS adalah menilai
makro terutama N, P, K, Ca, Mg, S dan hara tanaman untuk menentukan
unsur hara mikro Cu dan Zn dalam komposisi unsur-unsur hara yang paling
jumlah yang sesuai dengan kebutuhan berimbang agar diperoleh produksi
tanaman berdasarkan hasil uji tanah dan maksimum dan kualitas hasil optimal
tanaman. Pupuk yang diberikan dapat (Beaufils and Sumner, 1976).
berupa pupuk organik dan anorganik. Tujuan penelitian ini adalah untuk
Penggunaan pupuk organik dalam mengetahui keseimbangan unsur hara
jumlah besar akan memberikan manfaat N, P dan K tanaman cabai besar
bagi tanaman, yaitu pada saat terjadi berproduksi tinggi pada tanah bertekstur
penguraian, pupuk organik lempung (loam) dengan menggunakan
menyumbangkan unsur hara serta metode DRIS (Diagnosis and
membantu meningkatkan ketersediaan Recommendation Integrated System).
unsur hara bagi tanaman, sehingga
tanaman tidak mengalami defisiensi METODE PENELITIAN
hara dan dapat melakukan proses
fisiologisnya secara ideal, sedangkan Bahan dan Alat
untuk penggunaan pupuk anorganik Bahan yang digunakan pada
(seperti Urea, KCl dan SP-36 dll.) perlu penelitian adalah tanah, tanaman cabai
berhati-hati, bila tidak memperhatikan besar, aquades, dan bahan-bahan kimia
jumlah dosis dan waktu pemberiannya, untuk analisis di laboratorium.
maka menyebabkan unsur hara di dalam Alat yang digunakan pada
tanah menjadi tidak seimbang. Hal ini penelitian adalah peralatan lapangan:
dapat mengakibatkan produksi akan bor tanah, ring sampel, kantong sampel
semakin menurun. Oleh karena itu, tanah dan tanaman, kertas label; dan
untuk mempertahankan produksi tetap peralatan laboratorium: pH meter,
optimal maka kondisi keseimbangan spektrofotometer, flamefotometer,
hara tanah perlu dijaga dengan baik. neraca analitik, oven, dan sebagainya.
Berkaitan dengan penilaian
keseimbangan hara, telah dikenal Tempat dan Waktu
beberapa metode diagnosis berdasarkan Penelitian ini dilaksanakan pada
hasil analisis tanaman, salah satunya bulan Juni sampai dengan bulan Juli
metode DRIS (Diagnosis and 2013, meliputi kegiatan lapangan dan
Recommendation Integrated System) analisa di laboratorium. Kegiatan
yang telah dikembangkan oleh Beaufils lapangan berupa pengambilan sampel
di Universitas Natal, Afrika Selatan tanah dan sampel tanaman yang
(1957–1973). DRIS merupakan metode dilaksanakan di lahan petani cabai

Agrisains
Jurnal Budidaya Tanaman Perkebunan Politeknik Hasnur 2
Volume 03, Nomor 1, Edisi Mei 2017

Kecamatan Cempaka Gunung Kupang sedang diteliti). Sampling tanaman


Banjarbaru, sedangkan untuk kegiatan dilakukan pada saat cuaca yang baik
laboratorium dilaksanakan di (calm condition), tidak mendung, tidak
Laboratorium Fisika dan Kimia Tanah terik dan tidak hujan, cuaca cerah, dan
Fakultas Pertanian Unlam Banjarbaru. dilakukan di atas jam 8 pagi dan di
bawah jam 12 siang. Tanaman yang
Metode Penelitian diambil adalah bagian daun ketiga dari
Metode penelitian ini pucuk, daun tidak kotor oleh tanah
menggunakan metode kualitatif (survei) ataupun debu, tidak rusak yang
dan kuantitatif (analisa laboratorium). disebabkan oleh hama atau penyakit,
Pengambilan sampel dilakukan dengan angin dan sebagainya (daun mulus dan
teknik purposive sampling. berwarna hijau tua). Pengambilan
Analisis tanaman dengan sampel tanaman dilakukan pada saat
menggunakan metode DRIS yang tanaman cabai mulai memasuki masa
dilakukan melalui beberapa tahap yaitu: reproduksi, yaitu pada saat tanaman
(1) pengambilan sampel tanah awal, (2) memasuki fase berbunga (berumur ± 2
pengambilan sampel tanaman, (3) bulan).
analisis sampel tanah awal, (4) analisis 3. Analisis Sampel Tanah Awal
sampel tanaman, (5) penyusunan norms, Analisis sampel tanah awal
(6) pembuatan diagram DRIS, dan (7) merupakan analisa pendahuluan yang
penghitungan indeks DRIS. terdiri atas sifat fisik dan kimia tanah
seperti: tekstur (metode pipet), bulk
Pelaksanaan density, particle density, porositas, pH
1. Pengambilan Sampel Tanah Awal (H2O 1 : 5), C-organik (metode
Pengambilan sampel tanah awal Walkley-Black), KTK dan basa tukar
dilakukan untuk mengetahui sifat fisik (Ca, Mg, K, Na) terekstrak NH4OAc 1N
dan kimia tanah yang akan digunakan pH 7,0; Al-dd dan H-dd terekstrak KCl
dalam penelitian. Sampel tanah diambil 1N.
sebanyak 10 titik di daerah perakaran 4. Analisis Sampel Tanaman
tanaman cabai besar dengan kedalaman Sampel tanaman dianalisis
0 – 20 cm menggunakan bor tanah mengikuti prosedur baku (Ifansyah,
untuk mengetahui status hara N, P dan 2008). Sampel daun dibersihkan dengan
K tersedia pada tanah tersebut. Sampel 1% deterjen dan dibilas dengan
tanah yang diambil dari 10 titik tersebut aquades, kemudian dikeringkan dengan
sebagian dikompositkan untuk oven pada suhu 65 oC selama 48 jam.
dilakukan analisa pendahuluan di Sampel daun yang telah dikeringkan
laboratorium. kemudian digiling menggunakan mesin
2. Pengambilan Sampel Tanaman penggiling jaringan tanaman. Sampel
Pengambilan sampel tanaman daun yang sudah halus kemudian
dilakukan di lokasi yang telah dianalisis secara destruksi dengan asam
ditentukan, yaitu pada areal pertanaman sulfat pekat (96 – 99%), kemudian
cabai besar yang memiliki produktivitas ditetapkan kadar hara N, P dan K
tinggi dengan kisaran 7 – 8 t/ha jaringan tanaman sesuai dengan
(menurut data Dinas Pertanian Tanaman prosedur kerja Laboratorium Fisika dan
Pangan dan Hortikultura, 2013). Sampel Kimia Tanah Fakultas Pertanian Unlam
tanaman diambil sebanyak 10 titik Banjarbaru.
secara representatif (mewakili dari
permasalahan hara tanaman yang

Agrisains
Jurnal Budidaya Tanaman Perkebunan Politeknik Hasnur 3
Volume 03, Nomor 1, Edisi Mei 2017

5. Penyusunan Norms nilai indeks DRIS yang dihitung dengan


Sebelum pembuatan diagram rumus (Sumner, 1977) sebagai berikut:
DRIS, terlebih dahulu disusun norms  Indeks DRIS N =
nisbah hara pada daun cabai. Norms  Indeks DRIS P =
nisbah hara ditetapkan berdasarkan hasil
analisis daun pada tanaman cabai besar  Indeks DRIS K =
yang memiliki produktivitas tinggi. Persyaratan:
Norms tersebut akan digunakan sebagai  bila N/P > n/p, maka f(N/P) =
dasar untuk menilai keseimbangan hara {(N/P)/(n/p) – 1} x 100 x (10/KK),
dan urutan kebutuhan unsur hara atau
pembatas serta prioritas pemupukan  bila N/P < n/p, maka f(N/P) = {1 –
yang harus diberikan pada tanaman (n/p)/(N/P)} x 100 x (10/KK) dan
cabai besar yang berproduksi rendah seterusnya
berdasarkan indeks DRIS.
6. Pembuatan Diagram DRIS dimana f(N/P), f(N/K) dan f(K/P)
Tahap pertama dalam membuat adalah fungsi nisbah hara NPK dari
diagram DRIS adalah menghitung contoh yang diteliti, n/p adalah norms
norms nisbah hara yaitu rasio hara yaitu rata-rata rasio hara N dibagi P dari
tanaman cabai besar berproduksi tinggi. petak-petak perlakuan yang berproduksi
Norms nisbah hara dinyatakan dengan tinggi. KK adalah koefisien keragaman
perbandingan %N dan %P (disimbolkan dari norms n/k dan k/p, sedangkan Z
n/p); perbandingan %N dan %K adalah jumlah fungsi. Jumlah seluruh
(disimbolkan n/k); perbandingan %K indeks hara adalah nol, karena masing-
dan %P (disimbolkan k/p). Masing- masing nilai fungsi rasio hara yang satu
masing nisbah dihitung rata-rata (X), ditambah dan dikurangkan terhadap
standar deviasi (SD) dan koefisien lainnya. Semakin negatif indeks suatu
keragamannya (KK). hara maka semakin kurang unsur hara
Tahap kedua yaitu membuat tersebut, dan semakin positif indeks
diagram DRIS. Masing-masing norms suatu hara semakin tidak dibutuhkan
dibuat sumbunya dan perpotongan antar oleh tanaman. Indeks hara yang
sumbu merupakan nilai norms tersebut. mendekati nol menunjukkan unsur hara
Titik pusat lingkaran merupakan nilai tersebut seimbang.
rata-rata nisbah hara (Norms) lingkaran
dalam yang bergaris tengah X ± 2/3SD HASIL DAN PEMBAHASAN
yang selanjutnya merupakan variasi
batas kisaran hara seimbang. Lingkaran Status Hara dan Rasio Hara
luar yang bergaris tengah X ± 4/3SD Berdasarkan hasil analisis sampel
merupakan variasi batas kisaran hara daun cabai besar yang diambil dari areal
yang dinilai kurang seimbang atau pertanaman cabai pada tanah bertekstur
mendekati seimbang bila terletak lempung (loam) yang berproduksi
diantara lingkaran dalam dan lingkaran tinggi sebesar 7,8 t/ha, diperoleh kadar
luar, sedangkan di luar lingkaran luar hara N, P dan K daun cabai. Kadar hara
merupakan batas nisbah hara yang tidak N pada daun cabai berkisar antara 2,18
seimbang. – 4,36%, kadar hara P berkisar antara
7. Penghitungan Indeks DRIS 0,16 – 0,21%, dan kadar hara K dari
Untuk mengetahui relatif 4,79 – 5,73%. Hasil analisis tersebut
besarnya kekurangan (kahat) masing- digunakan untuk menentukan rasio hara
masing unsur hara, maka diperlukan N/P, N/K dan K/P pada daun cabai.

Agrisains
Jurnal Budidaya Tanaman Perkebunan Politeknik Hasnur 4
Volume 03, Nomor 1, Edisi Mei 2017

Besarnya nilai rasio hara N/P, N/K dan mengalami oksidasi menjadi NO3-
K/P disajikan pada Tabel 1. dalam proses nitrifikasi (Hakim dkk,
1986) seperti reaksi berikut.
Tabel 1. Hasil analisis status hara dan 2NH4+ + 3O2Nitrosomonas 2NO2- +2H2O +
rasio hara daun cabai besar 4H++ E
- Nitrobacter
2NO2 + O2 2NO3- + E
Titik Kadar Hara Daun (%) Rasio Hara Konsentrasi P-tersedia tanah (ppm
Sampling N P K N/P N/K K/P P2O5) tidak menunjukkan adanya
TGK a1 3,27 0,18 5,45 18,17 0,60 30,28 hubungan yang signifikan terhadap
TGK a2 3,42 0,18 5,73 19,00 0,60 31,83 kadar hara P pada daun cabai besar (R2
TGK a3 3,98 0,19 5,54 20,95 0,72 29,16 = 0,001). Hal ini dikarenakan unsur P
TGK a4 3,45 0,20 5,54 17,25 0,62 27,70 biasanya lebih banyak dimanfaatkan
TGK a5 3,09 0,19 5,35 16,26 0,58 28,16
tanaman cabai untuk proses
TGK a6 4,27 0,21 4,79 20,33 0,89 22,81
pertumbuhan buah dan biji, sehingga
TGK a7 4,36 0,16 5,73 27,25 0,76 35,81
pada bagian daun jumlahnya hanya
TGK a8 2,18 0,19 5,07 11,47 0,43 26,68
sedikit. Disisi lain, tanah merupakan
TGK a9 2,92 0,21 5,16 13,90 0,57 24,57
tempat untuk menyimpan unsur-unsur
TGK a10 3,38 0,18 5,54 18,78 0,61 30,78
hara yang diperlukan oleh tanaman,
sedangkan daun atau jaringan tanaman
Hubungan Status Hara Tanaman dan
yang lain tidak dapat menyimpan unsur
Hara Tanah
hara tersebut sebanyak-banyaknya,
Hasil analisis status hara N, P dan
melainkan hanya sebagian saja yang
K pada daun cabai besar berproduksi
digunakan oleh tanaman untuk
tinggi (Tabel 1) dihubungkan dengan
pertumbuhannya dan
status hara N (N-NH4+ dan N-NO3-), P
perkembangannya.
(ppm P2O5) dan K (K-dd) di dalam
Konsentrasi K-tanah (K-dd) juga
tanah menggunakan persamaan regresi
tidak menunjukkan adanya hubungan
diperoleh hasil bahwa konsentrasi N-
yang signifikan terhadap kadar K pada
ammonium (N-NH4+) di dalam tanah
daun cabai besar (R2 = 0,213). Hal ini
tidak menunjukkan adanya hubungan
disebabkan karena kalium yang diserap
yang signifikan terhadap kadar hara N
oleh tanaman diakumulasikan dalam
pada daun cabai besar (R2 = 0,134),
batang tanaman, sehingga pada bagian
sedangkan untuk N-nitrat (N-NO3-)
daun tidak menggambarkan korelasi.
menunjukkan adanya hubungan
Menurut Hanafiah (2010), unsur K
terhadap kadar hara N pada daun cabai
berfungsi sebagai aktivator enzim dalam
besar. Semakin tinggi konsentrasi nitrat
proses fotosintesis dan respirasi, sintesis
(NO3-) di dalam tanah, maka semakin
protein dan pati, translokasi karbohidrat
besar persentase kadar N pada daun
untuk mempercepat penebalan dinding-
cabai (R2 = 0,556).
dinding sel dan ketegaran tangkai
Berdasarkan hasil analisis tanah
bunga, buah, cabang. Selain itu juga
yang ditanami cabai besar berproduksi
berperan dalam proses buka tutup
tinggi menunjukkan bahwa konsentrasi
stomata dalam pengaturan potensi
N-NH4+ dalam tanah lebih besar dari
osmotik sel-sel, serta sebagai penyusun
pada N-NO3-, namun N-NO3- yang
komponen tanaman seperti batang.
berada dalam larutan tanah lebih mudah
diambil tanaman dari pada N-NH4+
Norms Rasio Hara
yang terjerap pada misel tanah yang
Nilai norms rasio hara tanaman
bermuatan negatif. Nitrogen dalam
cabai besar ditentukan oleh kadar dan
bentuk NH4+ di dalam tanah akan

Agrisains
Jurnal Budidaya Tanaman Perkebunan Politeknik Hasnur 5
Volume 03, Nomor 1, Edisi Mei 2017

komposisi hara N, P dan K dalam daun 2/3 SD, dimana SD adalah standar
sebagai hasil metabolisme tanaman. deviasi masing-masing rasio hara.
Norms merupakan nilai rata-rata rasio Status kahat berat dirumuskan X – 4/3
hara N/P, N/K dan K/P dari kelompok SD, status berlebihan ringan
tanaman yang memiliki tingkat dirumuskan X + 2/3 SD, dan status
produktivitas tinggi atau kelompok berlebihan berat dirumuskan X + 4/3
tanaman yang pertumbuhannya SD (Sumner, 1976).
optimum. Norms rasio hara, standar Berdasarkan rumus di atas
deviasi dan koefisien keragaman daun diperoleh rasio hara N/P, N/K dan K/P
cabai besar disajikan pada Tabel 2. yang seimbang pada daun cabai besar.
Selang keseimbangan N/P terletak
Tabel 2. Nilai rasio hara, norms, standar antara 15,50 – 21,18; N/K antara 0,55 –
deviasi dan koefisien 0,72 dan K/P antara 26,30 – 31,26.
keragaman daun cabai besar Daerah cenderung tidak seimbang N/P
terletak antara 12,66 – < 15,50 dan >
Rasio Norms
Standar Koefisien 21,18 – 24,01; N/K antara 0,47 – < 0,55
Deviasi Keragaman dan > 0,72 – 0,80; K/P antara 23,82 – <
Hara (X)
(SD) (KK) (%) 26,30 dan > 31,26 – 33,74; sedangkan
n/p 18,34 4,26 23,22
daerah ketidakseimbangan N/P terletak
n/k 0,64 0,13 19,71
antara < 12,66 dan > 24,01; N/K antara
k/p 28,78 3,72 12,92
< 0,47 dan > 0,80; K/P antara < 23,82
dan > 33,74 (Tabel 3).
Hubungan antara produksi dengan
kadar hara daun cabai yang
Tabel 3. Hasil analisis status rasio hara
dikumpulkan dari suatu areal
N/P, N/K dan K/P daun cabai
pertanaman cabai pada tanah bertekstur
besar
lempung (loam) yang berproduksi
tinggi digambarkan melalui nilai norms Status Rasio Hara
Nisbah
rasio hara. Produksi tinggi yang Hara Kahat Kahat Berlebihan Berlebihan
Seimbang
Berat Ringan Ringan Berat
diperoleh dari penelitian ini terdiri dari
12,66 – < 15,50 – > 21,18 –
sepuluh tanaman cabai yaitu TGK a1, N/P < 12,66
15,50 21,18 24,01
> 24,01
0,47 – < 0,55 – > 0,72 –
TGK a2, TGK a3, TGK a4, TGK a5, N/K < 0,47
0,55 0,72 0,80
> 0,80

TGK a6, TGK a7, TGK a8, TGK a9 dan 23,82 – < 26,30 – > 31,26 –
K/P < 23,82 > 33,74
26,30 31,26 33,74
TGK a10. Menurut Jones et al., (1991)
norms merupakan nilai standar yang Kekurangan atau kelebihan unsur
diperlukan untuk mengevaluasi hara N, P dan K pada tanaman cabai
hubungan antar unsur jaringan tanaman besar, dapat dilakukan diagnosis secara
yang akan didiagnosa, yang kemudian kualitatif menggunakan diagram DRIS
dihitung menggunakan DRIS. (Gambar 1). Diagram DRIS merupakan
diagnosis kualitatif yang menunjukkan
Status Rasio Hara variasi hara berimbang yang
Hasil perhitungan norms rasio digambarkan dalam suatu lingkaran.
hara pada Tabel 2, selanjutnya dihitung Titik pusat lingkaran merupakan nilai
status rasio haranya berdasarkan tingkat rata-rata nisbah (rasio) hara, lingkaran
keseimbangan masing-masing rasio. dalam bergaris tengah merupakan
Status rasio hara yang seimbang kisaran nisbah hara berimbang,
dirumuskan dengan tanda X, dimana X sedangkan lingkaran luar merupakan
adalah nilai norms rasio hara. Status variasi batas kisaran hara yang dinilai
kahat ringan dirumuskan dengan X – kurang berimbang.

Agrisains
Jurnal Budidaya Tanaman Perkebunan Politeknik Hasnur 6
Volume 03, Nomor 1, Edisi Mei 2017

Tabel 4. Hasil diagnosis hara N, P dan


K daun cabai berdasarkan
DRIS pada lokasi yang
berproduksi rendah

Kadar Hara Daun Hasil


Rasio Hara
Titik (%) Diagnosis
Sampling Diagram
DRIS
N P K N/P N/K K/P

TGK b1 2,96 0,18 6,01 16,44 0,49 33,39


N

TGK b2 2,31 0,19 5,73 12,16 0,40 30,16 N

Hubungan antara kadar hara


Gambar 1. Diagram DRIS untuk dalam daun cabai (Tabel 4) pada tanah
memperoleh urutan bertekstur sandy-clay loam ada titik
kualitatif kebutuhan hara sampling TGK b1 dan TGK b2
NPK pada tanaman cabai diperoleh nilai indeks hara N bernilai
besar negatif yaitu -9,94 dan -25,68. Nilai
negatif menunjukkan bahwa lahan kahat
Berdasarkan diagram DRIS hara N. Akan tetapi dari hasil analisis
(Gambar 1), kisaran rasio hara tanaman unsur hara N-NH4+ dan N-NO3-
cabai pada tanah bertekstur lempung menunjukkan bahwa konsentrasi di
untuk rasio hara N/P yang seimbang dalam tanah tergolong sangat tinggi
adalah 15,50 – 21,18. Rasio hara N/K akibat pemberian pupuk oleh petani.
seimbang berkisar antara 0,55 – 0,72; Hal ini diduga karena pemupukan yang
sedangkan rasio hara K/P seimbang tidak berimbang sehingga
berkisar antara 26,30 – 31,26. Hasil mengakibatkan tanaman tidak mampu
tersebut dapat digunakan sebagai dasar menyerap unsur N tersebut secara
untuk penilaian terhadap tanaman cabai maksimal. Oleh karena itu, diperlukan
yang ingin didiagnosis pada fase yang peningkatan ketersediaan N di dalam
sama pada tanah bertekstur lempung tanah untuk menjaga keseimbangan
(loam). hara. Nilai indeks hara P masing-
Pengujian terhadap keseimbangan masing adalah -3,72 dan 9,09. Nilai
hara NPK pada tanaman cabai yang positif menunjukkan kadar hara P
dilakukan pada lokasi tanah yang berada di atas keseimbangan atau dalam
berproduksi rendah yaitu 5,5 t/ha. Hasil keadaan berlebih, sehingga pemupukan
analisis daun cabai yang berproduksi P dapat dikurangi supaya tidak
rendah menunjukkan kisaran hara N mengganggu keseimbangan hara pada
antara 2,31% – 2,96%; kisaran hara P tanaman cabai, sedangkan pada lahan
adalah 0,18% – 0,19%; sedangkan yang mempunyai nilai indeks negatif
unsur hara K memiliki kisaran 5,73% – diharapkan dapat meningkatkan
6,01%. Dengan menggunakan cara ketersediaan P di dalam tanah. Nilai
perhitungan yang sama dengan diagram indeks hara K masing-masing lokasi
DRIS hasil diagnosis disajikan pada adalah bernilai positif yaitu 13,66 dan
Tabel 4. 16,59. Hal ini menunjukkan bahwa
lahan tidak memerlukan pemupukan K,
melainkan hanya menjaga ketersediaan

Agrisains
Jurnal Budidaya Tanaman Perkebunan Politeknik Hasnur 7
Volume 03, Nomor 1, Edisi Mei 2017

dan keseimbangan unsur hara tersebut dapat ditetapkan langkah-langkah


di dalam tanah. pemupukan untuk musim berikutnya.
Disisi lain, DRIS mempunyai
Penilaian Status Hara Menggunakan kelemahan dalam hal membuat
Indeks DRIS rekomendasi pemupukan, yaitu tidak
Gejala kekahatan hara yang dapat menentukan kebutuhan pupuk
menjadi penyebab ketidakseimbangan pada lahan yang mengalami kekahatan
hara dalam tanaman dapat diketahui hara tersebut.
dengan menghitung indeks DRIS.
Sebagai contoh bagaimana cara KESIMPULAN
mendiagnosis permasalahan hara yang
terjadi pada tanaman cabai yang 1. Hubungan status hara tanaman dan
memiliki produktivitas rendah. hara tanah dapat digambarkan dari
Berdasarkan indeks DRIS tersebut konsentrasi N-NO3- di dalam tanah.
dapat diketahui urutan kebutuhan hara Semakin tinggi konsentrasi N-NO3-
yang merupakan prioritas utama yang di dalam tanah, maka semakin besar
harus diberikan untuk memperbaiki persentase kadar N pada daun cabai.
tingkat keseimbangan hara yang 2. Berdasarkan metode DRIS diperoleh
berproduksi rendah tersebut. Tabel 5 status rasio hara seimbang daun
menyajikan urutan kebutuhan hara N, P cabai besar yang di tanam pada tanah
dan K tanaman cabai berdasarkan bertekstur lempung (loam) yang
indeks DRIS. berproduksi tinggi adalah N/P 15,50
– 21,18; N/K 0,55 – 0,72 dan K/P
Tabel 5. Hubungan antara kadar hara 26,30 – 31,26.
dalam daun, indeks hara dan 3. Tanaman cabai pada tanah bertekstur
urutan kebutuhan NPK sandy-clay loam yang berproduksi
tanaman cabai besar rendah, kekahatan hara terutama
terjadi pada unsur N, sehingga
Kadar hara daun
Indeks hara Urutan rekomendasi lebih diutamakan pada
Titik (%)
Sampling
Kebutuhan
Hara
peningkatan ketersediaan hara N di
N P K N P K dalam tanah.
TGK b1 2,96 0,18 6,01 -9,94 -3,72 13,66 N>P>K

TGK b2 2,31 0,19 5,73 -25,68 9,09 16,59 N>P>K


DAFTAR PUSTAKA

Beaufils, E.R., and M.E. Sumner. 1976.


Berdasarkan indeks DRIS tersebut Application of the DRIS approach
dapat diketahui bahwa urutan for calibrating soil and plant
kebutuhan hara tanaman cabai pada factor in their effect on yield of
tanah bertekstur lempung liat berpasir sugarcane. Proc. the South
adalah sebagai berikut: unsur N African Sugarcane Technologists
merupakan prioritas utama yang harus Association.
ditingkatkan ketersediaannya di dalam Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan
tanah, kemudian prioritas selanjutnya Hortikultura. 2013. Laporan
yaitu hara P dan K agar terjadi Tahunan Dinas Pertanian
keseimbangan di antara ketiga unsur Tanaman Pangan dan
tersebut. Selain itu, dengan indeks Hortikultura. Departemen
DRIS dapat memperoleh informasi Pertanian Provinsi Daerah
tentang keadaan tanaman sehingga Tingkat I Kal-Sel. Banjarbaru.

Agrisains
Jurnal Budidaya Tanaman Perkebunan Politeknik Hasnur 8
Volume 03, Nomor 1, Edisi Mei 2017

Hakim, N., M.Y. Nyakpa, A.M. Lubis, Sumner, M.E. 1976. Use of the DRIS
S.G. Nugroho, M.A. Diha, G.B. system in foliar diagnosis of crops
Hong, dan H.H. Bailey. 1986. at high yield levels. Paper read at
Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Symp. Diagnosing Field Problem
Universitas Lampung. Lampung. at High Yield Levels. ASA
Hanafiah, K.A. 2010. Dasar-Dasar Meeting. Huston, Texas. Nov. 30,
Ilmu Tanah. PT Raja Grafindo 1976.
Persada. Jakarta. Sumner, M.E. 1977. Preliminary N, P,
Ifansyah, H. 2008. Prosedur Analisa and K foliar diagnosis norms for
Tanah, Jaringan Tanaman dan soybean. Agron. J. 69 : 226-230.
Pupuk. Fakultas Pertanian
Universitas Lambung Mangkurat.
Banjarbaru.
Jones, J. Benton Jr., B. Wolf and H.A
Mills. 1991. Plant Analysis
Handbook. Micro-macro
Publishing Inc, USA.

Agrisains
Jurnal Budidaya Tanaman Perkebunan Politeknik Hasnur 9
Volume 03, Nomor 1, Edisi Mei 2017

UJI ORGANOLEPTIK NUGGET MANDAI SEBAGAI SALAH SATU


DIVERSIFIKASI PANGAN KALIMANTAN SELATAN

Uswatun Chasanah1, Hikma Ellya1, dan Herry Iswahyudi1


1)
Prodi Budidaya Tanaman Perkebunan Politeknik Hasnur
[email protected]

ABSTRACT

Utilization of cempedak skin fruit into fermentation products by the people of South
Kalimantan is usually called mandai. The objective of the study was to obtain a
formulation of nugget mandai which is favored by consumers. Preference level was
examined based on organoleptic test to know the level of preferences or acceptance of
panelists on the resulting product including color, texture, taste and aroma. The
preferred nugget formulations that consumers favored based on organoleptic test
results on color, texture, and taste were N3 (30% flour + maize flour 30%).

Keywords : mandai, nugget, organoleptic

PENDAHULUAN tersebut. Nugget merupakan salah satu


bahan makan yang banyak disukai
Kalimantan Selatan merupakan berbagai kalangan masyarakat, sehingga
salah satu provinsi penghasil buah dapat dijadikan sebagai salah satu
cempedak di Indonesia. Belum terdapat alternatif produk turunan mandai.
angka pasti tingkat produksi buah Produk makanan selayaknya
cempedak di Indonesia. Hal ini harus disukai oleh konsumen pada
dikarenakan data yang tersedia di umumnya untuk dapat diterima di
Deptan (2014) pada sub sektor pasaran. Untuk itu, perlu dilakukan uji
hortikultura, buah cempedak merupakan organoleptik untuk memperoleh
komoditas yang menjadi satu bagian komposisi nugget mandai yang disukai
dengan nangka. Sehingga setiap data oleh konsumen.
yang disajikan merupakan perpaduan Tujuan penelitian adalah untuk
komoditas cempedak dan nangka. memperoleh formulasi nugget mandai
Berdasarkan hal tersebut, produksi yang banyak disukai oleh konsumen.
nasional cempedak/nangka tahun 2014
mencapai 640.072 ton, Kalimantan METODE PENELITIAN
Selatan merupakan provinsi penghasil
cempedak/nangka peringkat kesepuluh Waktu dan Tempat
dengan produksi 20.787 ton. Eksplorasi bahan baku dilakukan
Semenjak beberapa generasi lalu, pada sentra buah cempedak di
masyarakat Kalimantan Selatan telah Kalimantan Selatan. Pembuatan
memanfaatkan sebagian limbah dari mandai dan nugget mandai
buah cempedak berupa kulit bagian dilaksanakan di Laboratorium
dalam buah cempedak. Pemanfaatan Politeknik Hasnur Kota Banjarmasin.
kulit cempedak menjadi produk Analisis kandungan gizi dilakukan di
fermentasi biasanya disebut mandai. Laboratorium Dasar MIPA Universitas
Akan tetapi sampai saat ini, belum ada Lambung Mangkurat. Waktu penelitian
pengolahan produk turunan mandai

Agrisains
Jurnal Budidaya Tanaman Perkebunan Politeknik Hasnur 10
Volume 03, Nomor 1, Edisi Mei 2017

berjalan dimulai bulan Mei – November (8) Nugget dikemas dalam plastik
2016. pembungkus untuk dipasarkan.
Uji Organoleptik
Bahan dan Alat Analisis uji organoleptik pada
Bahan yang digunakan berupa nugget mandai untuk mengetahui
mandai, telur, tepung terigu, tepung tingkat kesukaan atau penerimaan
maizena, tepung roti, bumbu nugget, panelis terhadap produk yang dihasilkan
dan bahan-bahan analisa laboratorium. yang meliputi warna, tekstur, rasa dan
Alat yang digunakan berupa wajan, aroma. Uji ini dilaksanakan di lokasi
serok, dandang, baskom, pisau, blender, penelitian dengan menggunakan metode
sotil, sendok, kompor, freezer, dan gas. uji hedonik dengan responden 26 orang
panelis semi terlatih (Kartika et al.
Pembuatan Mandai 1990). Responden bukan merupakan
Pembuatan mandai dilakukan hasil seleksi tetapi umumnya terdiri dari
dengan mengambil kulit dalam buah individu-individu yang secara spontan
cempedak dengan proses fermentasi. mau bertindak sebagai penguji. Uji
Berat kulit dalam buah cempedak kesukaan ini bertujuan untuk melihat
adalah 17 kg yang dijadikan mandai tingkat kesukaan responden terhadap
dari total berat buah cempedak sebesar nugget mandai yang dihasilkan.
50 kg. Pengujian organoleptik yang dilakukan
pada penelitian ini menggunakan skala
Pembuatan Nugget Mandai hedonik yakni skala 1= Sangat Tidak
Percobaan pembuatan nugget Suka (STS), 2= Tidak Suka (TS), 3=
dilakukan untuk mendapatkan Suka (S), 4= Sangat Suka (SS), 5=
komposisi yang tepat. Formulasi Amat Sangat Suka (SAS).
mandai dibagi tiga kelompok yaitu
N1(Tepung terigu 10 % + tepung HASIL DAN PEMBAHASAN
maizena 10%); N2 (Tepung terigu 20 %
+ tepung maizena 20%); dan N3 Percobaan pembuatan nugget
(Tepung terigu 30 % + tepung maizena dilakukan beberapa kali sampai
30%). didapatkan komposisi yang tepat
Proses pembuatan nugget mandai dengan melakukan uji organoleptik.
yaitu : (1) Mandai digiling kasar Hasil uji organoleptik menunjukan
menggunakan blender; (2) mandai yang bahwa nugget mandai dengan
telah digiling dimasukan ke dalam konsentrasi tepung terigu dan tepung
baskom bersama dengan bumbu nugget, maizena sebanyak 30% dari berat
tepung terigu dan tepung maizena lalu mandai menjadi pilihan banyak orang.
diaduk sampai rata; (3) adonan dicetak Hal ini ditunjukkan oleh Tabel 1 bahwa
dengan ukuran homogen 3 x 3 cm warna, tekstur, rasa, dan aroma yang
dengan tebal 1,5 cm; (4) setelah dicetak disukai panelis yaitu dari S (Suka), SS
adonan dikukus selama kurang lebih (Sangat Suka), dan SAS (Sangat Amat
120 menit; (5) setelah didinginkan dari Suka) terdapat pada perlakuan N3.
pengukusan nugget dipotong; (6) Penentuan mutu bahan makanan
potongan nugget dimasukkan ke dalam pada umumnya sangat bergantung pada
kocokan telur kemudian ditaburi tepung beberapa faktor diantaranya cita rasa,
panir hingga seluruh permukaan warna, tekstur dan nilai gizinya.
tertutup rapat; (7) nugget kemudian
dibekukan dalam freezer selama 24 jam;

Agrisains
Jurnal Budidaya Tanaman Perkebunan Politeknik Hasnur 11
Volume 03, Nomor 1, Edisi Mei 2017

Tabel 1. Hasil uji organoleptik pada warna, tekstur, rasa, dan aroma nugget mandai

Parameter Perlakuan STS TS S SS SAS Total S-SAS


Warna N1 7,69 15,38 61,54 11,54 3,85 76,92
(%) N2 3,85 15,38 65,38 15,38 0,00 80,77
N3 3,85 11,54 46,15 30,77 7,69 84,62
Tekstur N1 3,85 34,62 53,85 7,69 0,00 61,54
(%) N2 0,00 7,69 57,69 34,62 0,00 92,31
N3 0,00 3,85 26,92 57,69 11,54 96,15
Rasa N1 7,69 50,00 34,62 7,69 0,00 42,31
(%) N2 0,00 11,54 65,38 23,08 0,00 88,46
N3 0,00 7,69 23,08 53,85 15,38 92,31
Aroma N1 3,85 0,00 84,62 11,54 0,00 96,15
(%) N2 0,00 11,54 69,23 19,23 0,00 88,46
N3 3,85 3,85 42,31 38,46 11,54 92,31
Keterangan : N1(Tepung terigu 10 % + tepung maizena 10%); N2 (Tepung terigu 20 % + tepung
maizena 20%); N3 (Tepung terigu 30 % + tepung maizena 30%); STS (Sangat Tidak Suka);
TS (Tidak Suka); S (Suka); SS (Sangat Suka); SAS (Sangat Amat Suka)

Berdasarkan Tabel 1 diketahui N3 sehingga konsumen kurang


bahwa N3 memiliki warna kesukaan menyukainya. Hal demikian juga
konsumen tertinggi dengan total Suka terjadi pada parameter rasa, di mana N1
(S), Sangat Suka (SS), dan Sangat Amat masih didominasi dengan rasa mandai
Suka (SAS) sebanyak 84,62%. yang agak kecut sehingga kurang
Perubahan warna nugget disukai oleh panelis.
berhubungan dengan reaksi Salah satu faktor penting yang
pencoklatan yang terjadi selama menjadi pertimbangan konsumen dalam
penggorengan. Reaksi non enzimatis memilih produk makanan adalah aroma.
yang terjadi berdampak langsung Winarno (1997), menyatakan bahwa
terhadap warna nugget yang dihasilkan, dalam banyak hal, kelezatan makanan
warna yang ditimbulkan oleh reaksi ditentukan oleh aroma atau bau dari
antara gula dan asam amino yang makanan tersebut. Aroma yang
dikenal dengan reaksi maillard. Hasil menggugah selera akan menjadi
reaksi tersebut menghasilkan bahan parameter yang baik bagi konsumen
berwarna coklat, yang sering untuk memilih produk tersebut.
dikehendaki atau menjadi tanda Berdasarkan Tabel 1 diketahui
penurunan mutu (Winarno, 1997). bahwa N1 memiliki warna kesukaan
Berdasarkan Tabel 1 diketahui konsumen tertinggi dengan total Suka
bahwa N3 memiliki tekstur kesukaan (S), Sangat Suka (SS), dan Sangat Amat
konsumen tertinggi dengan total Suka Suka (SAS) sebanyak 96,15%.
(S), Sangat Suka (SS), dan Sangat Amat
Suka (SAS) sebanyak 96,15%. KESIMPULAN
Bahan pengisi yang ditambahkan
ke dalam nugget berupa tepung terigu Formulasi nugget mandai yang
dan tepung maizena. Tekstur N1 lebih disukai konsumen berdasarkan hasil uji
lembek dibandingkan dengan N2 dan organoleptic terhadap warna, tekstur,

Agrisains
Jurnal Budidaya Tanaman Perkebunan Politeknik Hasnur 12
Volume 03, Nomor 1, Edisi Mei 2017

dan rasa adalah N3 (Tepung terigu 30 %


+ tepung maizena 30%).

DAFTAR PUSTAKA

Deptan. 2014. Basis Data Statistik


Pertanian.
http://aplikasi.pertanian.go.id/b
dsp/index.asp. Diakses pada
tanggal 16 April 2015.
Kartika B, Guritno AD, Ismoyowati D.
1990. Petunjuk Evaluasi Produk.
Industri Hasil Pertanian. PAU
Pangan dan Gizi UGM,
Yogyakarta.
Winarno, F.G. 1997. Kimia Pangan dan
Gizi. PT Gramedia Pustaka
Utama. Jakarta.

Agrisains
Jurnal Budidaya Tanaman Perkebunan Politeknik Hasnur 13
Volume 03, Nomor 1, Edisi Mei 2017

PENERAPAN METODE LSU (Leaf Sampling Unit) UNTUK ANALISIS


KANDUNGAN UNSUR HARA PADA SAMPEL DAUN KELAPA SAWIT
(Elaeis guineensis Jacq.)

Linda Rahmawati1 dan Eko Porwo Santoso1


1)
Prodi Budidaya Tanaman Perkebunan Politeknik Hasnur
[email protected]

ABSTRAK

This study aims to determine the nutrient content of oil palm leaves, by applying the LSU
(Leaf Sampling Unit) method. LSU is a leaf sampling activity which then analyzed the
element of nutrient content to determine the dose of fertilization next period. Fertilization
is a very important activity in the cultivation of oil palm crops. With the determination of
fertilizer doses in accordance with the needs of plants, plants are expected to grow and
produce fresh fruit bunches of quality. The method used in this research is descriptive
method. The LSU is done by selecting the sample blocks, determining the number of trees,
selecting the tree samples, taking the midrib, the determination of the spiral, the
determination of the location of the leaves and the leaf sampling. Nutrient elements
analyzed in this research are N, P, K, B and S. The results of nutrient analysis showed that
the nutrient content of the 80% palm oil plant is still below optimal.

Key words: LSU, nutrient content, palm oil leaf

PENDAHULUAN Penggunaan analisa kimiawi terhadap


material tanaman untuk keperluan
Kelapa sawit merupakan tanaman diagnosis didasarkan pada asumsi bahwa
komoditas perkebunan yang cukup terdapat hubungan antara tingkat
penting di Indonesia dan masih memiliki pertumbuhan tanaman dan kandungan
prosppek pengembangan yang cukup berat kering atau berat basah atau dengan
cerah (Sastrosayono, 2003). Sebagai kata lain konsentrasi hara di dalam
tanaman produksi, tentunya kelapa sawit jaringan tanaman. Kandungan hara di
perlu diperhatikan perawatannya daun terbukti lebih baik dalam
terutama dalam hal pemupukan. merefleksikan status hara tanaman
Diagnosis kebutuhan pupuk untuk dibandingkan organ tanaman yang lain
tanaman kelapa sawit dilakukan untuk (Marschner, 1995).
mengetahui jumlah pupuk yang harus Setelah dilakukan pengambilan
diaplikasikan. Hal ini penting untuk sampel, kemudian dilakukan analisa
diperhatikan agar diperoleh hasil unsur hara. Dengan demikian akan
(produk) yang optimal. Untuk itu, diketahui kesesuaian unsur hara dengan
perlunya suatu metode sebelum kebutuhan tanaman kelapa sawit serta
dilakukan pemupukan yaitu pengambilan sebagai acuan untuk menentukan dosis
sampel daun yang disebut dengan metode pemupukan periode selanjutnya.
LSU (Leaf Sampling Unit).
Analisis daun merupakan salah satu
indikator dalam mengetahui apakah suatu
unsur dalam keadaan optimal atau tidak.

Agrisains
Jurnal Budidaya Tanaman Perkebunan Politeknik Hasnur 14
Volume 03, Nomor 1, Edisi Mei 2017

METODE PELAKSANAAN Spiral Daun


Pelepah kelapa sawit tersusun
Penelitian ini dilakukan selama 3 dalam formasi spiral (spiral kanan dan
bulan dan berlokasi di kebun 3 PT. kiri) dengan rumus duduk daun 1/8,
Hasnur Citra Terpadu. artinya untuk sampai kepada pelepah
Peralatan yang digunakan yaitu dengan posisi yang sejajar vertical 91
parang, egrek, kua, map plastik, cat spiral) didapati ada 8 posisi pelepah/
minyak, formulir dan alat tulis. duduk daun.
Bahan-bahan yang digunakan yaitu
daun kelapa sawit (TM 2). Letak Daun
Prosedur pelaksanaan pengambilan Penentuan letak daun sesuai dengan
sampel daun sebagai berikut : Handayani (2012), cara menentukan letak
1. Pemilihan blok sampel daun ke 17 yaitu di bawah daun ke 9 agak
2. Penentuan jumlah sampel ke kiri pada pokok yang berspiral kanan
3. Pemilihan sampel pohon dan agak ke kanan pada pokok yang
4. Pemilihan pelepah (pelepah ke-17) berspiral.
5. Penentuan spiral (spiral kanan dan
kiri) Sampel Daun
6. Penentuan letak daun Pengambilan sampel daun
7. Pengambilan sampel daun dilakukan pada pukul 08.00 – 11.00
8. Pengiriman sampel untuk dianalisa WITA, dan tidak boleh dilakukan pada
unsur hara ke PT. Sampoerna Agro hari hujan. Hal ini karena jika ada uap air
Tbk yang masih menempel pada daun, maka
9. Penerimaan hasil analisa sampel akan mengganggu proses persiapan
10. Penentuan dosis sampel.
11. Aplikasi pemupukan Daun yang diambil adalah daun
pada pelepah ke 17. Pelepah yang akan
HASIL DAN PEMBAHASAN diambil daunnya dipotong. Empat helai
daun dipotong dari bagian tengah pelepah
Sampel Pohon yaitu 4 helai daun sisi kiri dan 4 helai
Pohon yang memenuhi syarat daun sisi kanan. Helai daun yang telah
sebagai sampel pohon adalah posisi diambil, dipotong 3 bagian yaitu pangkal,
pohon tidak terletak di pinggir jalan, tengah dan ujung. Daun dan lidinya
sungai atau parit atau perumahan, bukan dipisahkan.
merupakan pohon sisipan, bukan pohon Sebelum dikirim untuk analisa ke
kerdil atau pun pohon steril, pohon bebas laboratorium, sampel dibungkus Koran,
dari hama dan penyakit, tumbuhnya kemudian dioven dengan suhu 700-800C
lurus, pohon yang pelepah ke 17 nya selama + 20 jam. Setelah kering sampel
sehat. Pohon dihitung setiap kelipatan 10 diremas dengan tangan hingga hancur.
pohon pada baris yang sama.
Pada kelapa sawit TM 2, diambil Hasil Analisis Laboratorium
daun pada pelepah ke 17 karena pelepah Tabel 1. Hasil analisis laboratorium
membentuk sudut 450 dan pada pelepah untuk unsur hara N, P, K, B
tersebut merupakan titik maksimal dan S
pertumbuhan unsur hara (Sastrosayono, No.
Unsur Hara Unsur Hara
2003). Makro (%) Mikro
Sampel
N P K B S
(ppm) (%)
1. 2,05 0,121 0,82 13,06 0,18

Agrisains
Jurnal Budidaya Tanaman Perkebunan Politeknik Hasnur 15
Volume 03, Nomor 1, Edisi Mei 2017

2. 1,88 0,118 0,74 12,82 0,14 berwarna kuning (klorosis) dan


3. 1,95 0,124 0,88 12,36 0,18 terkadang tidak merata, secara umum
4. 1,52 0,104 0,57 11,27 0,11
gejala yang terlihat hamper mirip
dengan defisiensi nitrogen (Fauzi
5. 1,52 0,116 0,74 10,04 0,15 dkk, 2012).
6. 1,84 0,113 0,72 12,29 0,15 Menurut Hakim (2010) dalam
7. 1,65 0,121 0,70 10,78 0,15 Sugianto (2015), proses LSU sangat
penting untuk diperhatikan
8. 1,48 0,105 0,56 11,23 0,10
pelaksanaannya karena biaya yang
9. 2,92 0,165 1,46 14,12 0,09 dikeluarkan untuk kegiatan pemupukan
10. 2,69 0,159 1,44 11,31 0,07 di perkebunan kelapa sawit tergolong
Kadar 2,6- 0,16- 1,1- 15-25 0,3- tinggi yaitu sebesar 40-60 % dari total
optimum 2,9 0,19 1,3 0,4 biaya pemeliharaan atau 30 % dari total
biaya produksi.
Berdasarkan tabel 1 tersebut, 80% Tanaman kelapa sawit merupakan
sampel tanaman memiliki kandungan tanaman yang memiliki tingkat produksi
unsur hara di bawah nilai optimum, bobot kering tertinggi karena mampu
kecuali unsur N, P dan K pada sampel 9 mengubah energi matahari menjadi bahan
dan 10 yang masuk pada nilai optimum kering dan minyak lebih baik dibanding
dan lebih dari nilai optimum. Kadar tanaman C3 yang lain, proses ini
optimum tersebut berlaku untuk tanaman membutuhkan hara dalam jumlah besar
kelapa sawit muda yang umurnya kurang yang harus disediakan melalui tanah dan
dari 6 tahun atau termasuk TM 2. pupuk yang diberikan ke tanaman. Oleh
Dengan demikian, artinya tanaman karena itu seringkali ditemukan gejala
kelapa sawit tersebut mengalami defisiensi hara pada tanaman kelapa sawit
defisiensi unsur hara. Dimana jika di lapangan akibat suplai hara yang
tanaman kekurangan unsur hara maka berasal dari tanah dan pupuk yang tidak
akan mengalami gejala sebagai berikut : mencukupi kebutuhan tanaman (Goh and
1. Defisiensi Nitrogen (N), daun tua Teo, 2008).
berwarna hijau pucat kekuningan, Dengan demikian, rekomendasi
ukuran anak daun dan tulang daun pemupukan untuk periode berikutnya
semakin mengecil. perlu dievaluasi agar kebutuhan unsur
2. Defisiensi Fosfor (P), bentuk batang hara tanaman terpenuhi. Selain itu,
seperti pyramid, panjang pelepah perlunya penelitian lanjut untuk
lebih pendek dari tanaman normal, mengetahui kesesuaian antara visualisasi
pertumbuhan tanaman terhambat dan dari gejala defisiensi dengan unsur hara
semakin kerdil. yang dikandung.
3. Defisiensi Kalium (K), terdapat
bercak-bercak orange pada daun yang KESIMPULAN
dapat ditembus cahaya matahari.
4. Defisiensi Boron (B), daun berkerut, Berdasarkan penelitian tersebut, dapat
daun kecil, anak daun seperti anak disimpulkan :
pancing dan pada ujung pelepah yang 1. Metode LSU sebagai cara
rata, ujung pelepah tumpul, anak daun pengambilan sampel daun digunakan
sobek pada pangkal tulang anak daun. untuk menentukan kandungan unsur
5. Defisiensi Sulfur (S), pertumbuhan hara tanaman kelapa sawit.
terhambat tanaman menjadi pendek, 2. Sebanyak 80% tanaman kelapa sawit
kurus dan kerdil. Daun muda TM 2, unsur hara yang dikandung

Agrisains
Jurnal Budidaya Tanaman Perkebunan Politeknik Hasnur 16
Volume 03, Nomor 1, Edisi Mei 2017

masih dibawah nilai optimum dari


kandungan unsur hara yang
seharusnya.

DAFTAR PUSTAKA

Fauzi, Y., E. Yustina, W. Imam dan H.


Rudi. 2012. Budidaya,
Pemanfaatan Hasil dan Limbah,
Analisis Usaha dan Pemasaran
Kelapa Sawit. Penebar Swadaya.
Jakarta.
Goh, K.J and C.B.Teo. 2008. Agronomic
principles and practices of fertilizer
management of oil palm. In: ACT
2008: Agronomic Principles and
Practices of Oil Palm Cultivation :
157-210.
Marschner, H. 1995. Mineral Nutrition of
Higher Plants. Academic Press.
London.
Sugianto. 2015. Teknik pemupukan
tanaman kelapa sawit (Elaeis
guineensis Jacq.) Pada Tanaman
Menghasilkan Di PT. Sumbar
Andalas Kencana I (SAK-I)
Inderapura Incasi Raya Group.
Laporan Tugas Akhir. Program
Studi Budidaya Tanaman
Perkebunan Politeknik Negeri
Pertanian Payakumbuh.
Sastrosayono, S. 2003. Budidaya Kelapa
Sawit. AgroMedia Pustaka. Jakarta.

Agrisains
Jurnal Budidaya Tanaman Perkebunan Politeknik Hasnur 17
Volume 03, Nomor 1, Edisi Mei 2017

TINGKAT SERANGAN HAMA ULAT API PADA TANAMAN KELAPA


SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) FASE BELUM MENGHASILKAN
DI PT BARITO PUTERA PLANTATION

Mila Lukmana1 dan Nisa Elafia1


1)
Prodi Budidaya Tanaman Perkebunan Politeknik Hasnur
Email: [email protected]

ABSTRACT

Oil palm leaf-eating caterpillars (UPDKS) are the main pests in oil palm plantations.
One of the UPDKS pests that are often encountered is the nettle caterpillar. Nettle
caterpillars attack palm leaf and if the loss of the leaf reaches nearly 100% in the plant
phase produce, a direct impact on production decline. This study aims to determine the
level of caterpillar attack on the TBM phase in PT Barito Putera Plantation. The level
of pest attack can be a recommendation for pest control considerations. The result of
the research on the level of caterpillar attack on oil palm plantation PT Barito Putera
Plantation are 16.1% in TBM 1, 15.2% in TBM 2 and 12.7% in TBM 3. Attack rate
<20% of caterpillar / tree is categorized as mild attack. Therefore, the control of the
caterpillar that needs to be done biologically with natural enemies.

Keywords : oil palm, nettle caterpillar, biological control.

PENDAHULUAN (defoliasi) tanaman yang berdampak


pada penurunan produksi.
Hama ulat pemakan daun kelapa Kehilangan daun yang mencapai
sawit (UPDKS) diantaranya ulat api, hampir 100% pada TM berdampak
ulat kantong dan ulat bulu. Ulat api langsung terhadap penurunan produksi
merupakan salah satu jenis ulat hingga 70% (1 kali serangan) dan 93%
pemakan daun kelapa sawit yang paling (terjadi serangan ulangan dalam tahun
sering ditemukan dan menimbulkan yang sama). Seekor hama ulat api
kerugian besar di perkebunan kelapa mampu mengkonsumsi daun
sawit. Beberapa jenis ulat api yang seluas 300-500 cm2 per hari (Purba et
menyerang tanaman kelapa sawit belum al., 2005; Syahputra., 2013). Pada
menghasilkan, yaitu Setothosea asigna, serangan berat ulat api memakan
Setora nitens, Darna trima, Darna seluruh daun tanaman kelapa sawit
diducta, Darna brodley, Susi malayana, sehingga daun tanaman tampak melidi.
Birthose bisura, Thosea vetusta dan Oleh sebab itu, diperlukan pengetahuan
Olona gater. pengendalian hama ulat api.
Serangan hama pemakan daun
banyak menimbulkan masalah yang METODE PENELITIAN
berkepanjangan dengan terjadinya
eksplosi dari waktu ke waktu. Hal ini Penelitian ini berlangsung mulai
menyebabkan kehilangan daun bulan Februari – Mei 2015 di
Perkebunan Kelapa Sawit PT Barito
Putera Plantation (PT BPP) Desa Antar

Agrisains
Jurnal Budidaya Tanaman Perkebunan Politeknik Hasnur 18
Volume 03, Nomor 1, Edisi Mei 2017

Raya Kecamatan Marabahan Kabupaten Ulat api yang menyerang daun kelapa
Barito Kuala Kalimantan Selatan. sawit dapat dilihat pada gambar 2.
Bahan yang digunakan meliputi Menurut Syahputra (2013), ulat api
tanaman kelapa sawit fase belum termasuk golongan hama yang
menghasilkan (TBM), yaitu TBM 1, menyerang pada fase larva. Larva instar
TBM 2 dan TBM 3, Turnera subulata, pertama memakan mesofil daun dari
hama ulat api dan predator/ parasitoid. permukaan bawah dan meninggalkan
Alat yang digunakan meliputi botol epidermis daun sebelah atas. Menurut
spesimen, alat tulis dan kamera. Satriawan (2011) ulat api menyukai
Penelitian menggunakan metode daun kelapa sawit yang tua, namun bila
deskriptif dengan pengumpulan data daun tua sudah habis ulat juga
primer dan data sekunder. Data memakan daun-daun muda.
sekunder merupakan SOP pengendalian
hama oleh perusahaan. Data primer
melalui observasi lapangan dengan
sensus hama, tingkat serangan hama
dan angket. Angket disebarkan pada
karyawan perusahaan PT Barito Putera
Plantation sebanyak 30 responden.
Tingkat serangan hama dinyatakan
dalam presentase dengan rumus sebagai
berikut:

Tingkat serangan hama = Gambar 1. Daun kelapa sawit yang


terserang hama ulat api
Keterangan:
n = Jumlah masing-masing hama pada
setiapTBM
x = Jumlah SPH dalam satu blok

Tingkat serangan hama ulat pemakan


daun (UPDKS) dapat dinyatakan ke
dalam kategori serangan sebagai berikut
: Gambar 2. Hama ulat api yang
1. < 20 % ulat/pokok di kategorikan menyerang daun kelapa
ringan sawit
2. 20-50% ulat/pokok dikategorikan Serangan berat pada daun kelapa
sedang sawit tampak melidi. Tanaman tidak
3. > 50% ulat/pokok dikategorikan dapat menghasilkan tandan selama 2-3
berat tahun jika serangan yang terjadi sangat
(SOP Asian Agri, 2004). berat.
Gejala serangan dimulai dari bagian
HASIL DAN PEMBAHASAN bawah hingga akhirnya helaian daun
berlubang habis dan bagian yang tersisa
Keadaan Fisik Daun Kelapa Sawit hanya tulang daun saja. Hasil percobaan
yang Terserang Ulat Api menunjukan bahwa kerusakan daun
Tanda serangan ulat api pada tanaman sebesar 50% pada tanaman kelapa sawit
kelapa sawit umumnya sama, yaitu berumur 8 tahun dapat mengakibatkan
rusaknya daun kelapa sawit (Gambar 1). penurunan produksi sebesar 30-40%

Agrisains
Jurnal Budidaya Tanaman Perkebunan Politeknik Hasnur 19
Volume 03, Nomor 1, Edisi Mei 2017

selama dua tahun seteleh terjadi berkembang dengan baik. Lahan


kehilangan daun (Wood et al., 1972; perkebunan PT Barito Putera Plantation
Liau & Ahmad , 1993; Simajuntak et termasuk lahan rawa pasang surut
al., 2011). Ulat api lebih menyukai sehingga beberapa bagian lahan ada
pelepah tua. Pelepah muda dibutuhkan yang dalam kondisi tergenang.
ulat api sebagai naungan agar terlindung Menurut Pardamean (2017)
dari sinar matahari (Satriawan., 2011). serangan hama UPDKS terjadi
disebabkan terganggunya keseimbangan
Tingkat serangan ulat api alami. Hal ini merupakan akibat
Monitoring serangan ulat api di penerapan kultur teknis yang kurang
perkebunan kelapa sawit dilakukan tepat, seperti penyemprotan gulma
melalui sensus hama. Titik sampel secara blanket, penggunaan bahan kimia
dalam sensus hama dilakukan menyebar yang tidak selektif serta kondisi cuaca
dan merata setiap blok dengan norma 1 seperti musim kering yang panjang.
titik sampel mewakili 1 Ha. Hasil
tingkat serangan ulat api tersaji pada Pengendalian hama ulat api
gambar Ulat api merupakan salah satu hama
yang paling sering ditemui di
perkebunan kelapa sawit. Hasil angket
menunjukan bahwa 96.6% responden
menyatakan bahwa hama UPDKS
paling banyak menyerang TBM
dibandingkan hama lainnya.
Hasil tingkat serangan ulat api yang
tergolong ringan memberikan
pertimbangan/rekomendasi dalam
teknik pengendalian yang diterapkan.
Berdasarkan hasil tersebut,
pengendalian yang tepat yaitu secara
hayati dengan musuh alami. Menurut
Gambar 3. Tingkat serangan hama ulat Simajuntak et al. (2011), pengendalian
api pada kelapa sawit TBM secara mekanik menggunakan light trap
di PT Barito Putera dan secara kimia menggunakan
Plantation insektisida dapat diterapkan jika
populasi hama ulat api di atas ambang
Berdasarkan hasil yang tersaji pada ekonomi.
gambar 4.3, diketahui bahwa tingkat Aplikasi pengendalian hama ulat api
serangan hama ulat api pada TBM di perkebunan PT Barito Putera
berturut dari tertinggi ke rendah, yaitu Plantation dengan penanaman Turnera
TBM 1 sebesar 16.1%, TBM 2 sebesar subulata di area main collection
15.2% dan TBM 3 sebesar 12.7%. (Gambar 4) dan root collection.
Meskipun demikian serangan hama ulat Tanaman Turnera subulata merupakan
api pada TBM tersebut tergolong tanaman inang bagi musuh alami ulat
kategori serangan ringan (< 20% api. Tanaman ini berperan sebagai
ulat/pokok). Tingkat serangan ulat api tempat berlindung dan sumber makanan
tertinggi terdapat pada TBM 1 musuh alami.
kemungkinan disebabkan oleh kondisi
lahan TBM 1 yang tidak tergenang air,
sehingga pupa UPDKS dapat

Agrisains
Jurnal Budidaya Tanaman Perkebunan Politeknik Hasnur 20
Volume 03, Nomor 1, Edisi Mei 2017

Berdasarkan observasi di lapangan,


diketahui bahwa pokok tanaman kelapa
sawit yang terdapat semut rangrang
tidak ditemukan adanya serangan ulat
api. Penelitian Falahudin., (2012)
menunjukkan semut rangrang (Oecophylla
smaragdina) juga berperan sebagai
pengendali biologis hama UPDKS.
Gambar 4. Tanaman Turnera subulata
di main collection KESIMPULAN
Musuh alami ulat api diantaranya
Kesimpulan yang dapat diambil
predator Eochantecona furcellata, Sycanus
leucomesus serta parasitoid Brachimeria sebagai berikut:
lasus, Spinaria spinator, Apanteles aluella, 1. Tingkat serangan hama ulat api pada
Chlorocryptus purpuratus, Fornicia kelapa sawit belum menghasilkan
ceylonica, Systropus roepkei, (TBM) di perkebunan kelapa sawit
Dolichogenidae metesae,dan Chaetexorista PT. Barito Putera Plantation
javana (Simajuntak et al., 2011). termasuk kategori serangan ringan.
Mekanisme kerja parasitoid betina dapat 2. Monitoring hama secara kontinu
meletakkan telur di permukaan inang diperlukan untuk untuk memonitor
kemudian setelah menetas akan kelimpahan hama sehingga
menghisap cairan inang atau dengan pengendalian hama dapat di evaluasi.
dengan memasukan telur melalui 3. Penerapan pengendalian hayati pada
ovipositornya ke dalam serangga inang perkebunan TBM menggunakan
selanjutnya telur parasit akan musuh alami semut rangrang dan
berkembang di dalam tubuh inang penanaman tanaman Turnera
(Sembel, 2010). Penelitian Kembaren et subulata sebagai inang bagi
al. (2014) menunjukan perlakuan parasitoid dan predator ulat api.
terbaik kemampuan predasi dengan 3
pasang imago Rhynocoris fuscipes F DAFTAR PUSTAKA
terhadap 8 ekor Setothosea asigna E.
Cara memangsanya dengan menangkap, Falahudin, I. 2012. Peranan semut
menahan dan menusuk ulat api rangrang (Oecophylla smaragdina)
menggunakan stilet sehingga ulat api dalam pengendalian biologis pada
kehilangan cairan dan mati. perkebunan kelapa sawit.Prosiding
Musuh alami sedang memangsa ulat api Annual International Conference
yang ditemukan di lapangan dapat dilihat on Islamic Studies XII. 2604-2618.
pada gambar 5. Kembaren, E. D, Bakti dan L,Lubis.
Daya predasi Rhynocoris fuscipesF.
Hemiptera: Reduviidae) terhadap
ulat api Setothosea asigna
E.(Lepidoptera: Limacodidae) di
Laboratorium. Jurnal online
Agroekoteknologi 2: 577-585
Liau SS & A.Alwi. 1993. Defoliation
and croploss in young oil palms.
1993. PORIMInt. Palm Oil congr. -
Gambar 5. Predator sedang memangsa ulat Update and Vision (Agriculture)pp.
api 408 - 425.

Agrisains
Jurnal Budidaya Tanaman Perkebunan Politeknik Hasnur 21
Volume 03, Nomor 1, Edisi Mei 2017

Pardamean, M. 2017. Kupas Tuntas


Agribisnis Kelapa Sawit. Penebar
Swadaya, Jakarta
Satriawan, R. 2011. Kelimpahan
populasi ulat api (Lepidoptera:
Limacodidae) dan ulat kantung
(Lepidoptera:Psychidae) serta
predator pada perkebunan kelapa
sawit (Elaeis guineensis Jacq)
Cikindang Plantation estate,
Sukabumi. Skripsi. Tidak
dipublikasikan.
Sembel, D.T. 2010. Pengendalian
Hayati Hama-hama Serangga
Tropis dan Gulma. Yogyakarta:
Andi
Simajuntak, D, T.A.P Rozziansha,
H.Priwiratama, Sudharto,
A.Sipayung, R. D de Chenon, A.
E. Prasetyo, A. Susanto. 2011.
Informasi Pengganggu Tanaman
Setothosea asigna van Ecke.
http://iopri.org. [ 19 Mei 2017]
__________.2011. Informasi
Pengganggu Tanaman Setora
nitens Walker. http://iopri.org. [
19 Mei 2017]
SOP Asian Agri. 2004. Pengendalian
Hama dan Penyakit. AA-SOP-
1100.Series
Syahputra, E. 2013. Keefektifan
Insektisida Campuran
Emamektin Benzoat + Beta
Sipermetrin Terhadap Hama Ulat
Api Setothosea Asigna Pada
Tanaman Kelapa Sawit.
Agrovigor Vol.6 No.1:30-37
Wood BJ, Corley RHV, & Goh KH.
1972. Studies on the effect of
pest damage on oil palm yield.
Advanced in oil palm cultivation
(Wastrie RL & Earp DA. eds.).
The Incorp. Soc. of Plant., K.
Lumpur. pp. 360-379.

Agrisains
Jurnal Budidaya Tanaman Perkebunan Politeknik Hasnur 22
Volume 03, Nomor 1, Edisi Mei 2017

TEKNIK PEMELIHARAAN BIBIT KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.)


DI PEMBIBITAN UTAMA PT. BARITO PUTERA PLANTATION

Dewi Amelia Widiyastuti1 dan Muamar Khadafi1


1)
Prodi Studi Budidaya Tanaman Perkebunan Politeknik Hasnur
Email : [email protected]

ABSTRACT

The nursery is early activity in the cultivation of oil palm. Maintenance is done on the
main nursery in between watering, fertilizing, weed control and pest control disease.
Maintenance of oil palm seedlings lacking good will have an impact on the results of
the production later. The purpose of this research is to know the technique of watering,
fertilizing, weed control, pest control and disease.
Research conducted is a descriptive research by doing observation of all activities in
the field include observations of watering, fertilizing, weed control, pest control and
disease in nursery and primary supported by data obtained from an employee of PT
Barito Putera Plantation through interviews and documentation.
Watering activities carried out every day in the morning and the afternoon. Watering
using the tool in the form of a water pump, and hose kirico, placed between the
largebag with the system of condensation. Fertilizing is done by way of flushing,
sprinkled and ditugal. The type of fertilizer used is the single rock phosphate,
agricultural lime, urea and compound fertilizer used is NPK 17:8: 9:3MgO. Weed
control technique using two methods, namely, mechanical machetes and using chemical
herbicides. Control of weeds up machetes and control weeds under the machetes as well
as herbicide paraquat.Adoretussp, Apogoniasp, Metisaplana and leaf spotting diseases
due to Curvulariasp chemically controlled by using insecticides and fungicides.
Macacafascicularis is controlled mechanically by using a slingshot. Obstacles faced in
maintenance is hole hose clogged kirico rust carried by air, the limitations of the
equipment such as buckets and barrels of water, damage to the tool knapsack sprayer
herbicide, limitations, and conditions of the nursery was inundated.

Keywords: technique, maintenance, breeding, constraints

PENDAHULUAN dan di dalam polybag. Sistem


pembibitan di dalam polybag terbagi
Berdasarkan data Badan Pusat atas pembibitan awal (prenursery) dan
Statistik (2014) luas areal perkebunan pembibitan utama (main nursery).
kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Keberadaan bibit di pembibitan
menduduki posisi pertama awal maupun pembibitan utama
dibandingkan tanaman perkebunan memerlukan pemeliharaan. Kegiatan
lainnya dengan luas 530.600 Ha pada pemeliharaan merupakan hal penting
tahun 2013. Kelapa sawit yang dalam budidaya kelapa sawit.
dibudidayakan merupakan jenis bibit Pemeliharaan bibit yang dilakukan di
unggul. pembibitan seperti penyiraman,
Pembibitan dilakukan sekitar pemupukan, pengendalian gulma dan
satu tahun sebelum penanaman di pengendalian hama penyakit, serta
lapangan. Sistem pembibitan terbagi konsolidasi.
menjadi dua, yaitu langsung di lapangan

Agrisains
Jurnal Budidaya Tanaman Perkebunan Politeknik Hasnur 23
Volume 03, Nomor 1, Edisi Mei 2017

Pemeliharaan tanaman kelapa melakukan pengamatan terhadap


sawit yang sesuai dengan anjuran akan keseluruhan kegiatan di lapangan yang
berdampak kepada hasil yang di menyangkut aspek-aspek pemeliharaan
peroleh, sehingga kegiatan ini sangat bibit kelapa sawit di pembibitan utama
penting untuk dilakukan mulai dari (main nursery). Tahapan yang
tanaman kelapa sawit pada fase dilakukan pada penelitian ini meliputi:
pembibitan, tanaman belum 1. Menentukan lokasi,
menghasilkan, maupun tanaman 2. Mengamati teknik penyiraman,
menghasilkan. 3. Mengamati teknik pemupukan,
Sistem pembibitan terbagi 4. Mengamati teknik pengendalian
menjadi dua, yaitu sistem pembibitan gulma,
tunggal (system single stage) dan sistem 5. Mengamati teknik pengendalian
pembibitan ganda (system double hama penyakit.
stage). Sistem pembibitan tunggal bibit 6. Melakukan wawancara untuk
ditanam di lapangan, sedangkan sistem mengetahui kendala dalam
pembibitan ganda terdiri dari pemeliharaan kelapa sawit di
pembibitan awal selama tiga bulan dan pembibitan utama (main nursery).
pembibitan utama selama sembilan 7. Melakukan dokumentasi.
bulan dengan menggunakan polybag. Pada penelitian ini terdapat
Tujuan dari pembibitan ini adalah beberapa teknik yang digunakan dalam
menyiapkan bibit yang baik dan pengumpulan data antara lain observasi
mempunyai daya tahan tinggi saat dan wawancara.
ditanam di lapangan sehingga dapat
menekan bibit yang mati. (Fauzi dkk, HASIL DAN PEMBAHASAN
2012).
Menurut Pahan (2013) pembibitan Penyiraman
utama merupakan lanjutan dari Penyiraman merupakan kegiatan
pembibitan awal. Pemeliharaan pemberian air pada tanaman. Tujuan
pembibitan utama tidak intensif seperti dari penyiraman di pembibitan utama
pembibitan awal, namun adalah untuk memberikan air pada bibit
pemeliharaannya harus dilakukan kelapa sawit untuk menunjang proses
dengan hati-hati agar pertumbuhan bibit kehidupannya.
optimal. Kegiatan pemeliharaan dalam Berdasarkan hasil wawancara
pembibitan utama antara lain teknik penyiraman di pembibitan utama
penyiraman, pemupukan, pengendalian PT. Barito Putera Plantation, air yang
gulma dan pengendalian hama penyakit, digunakan adalah air yang berada di
serta konsolidasi. kanal areal pembibitan utama yang
airnya berasal dari Sungai Barito.
METODE PENELITIAN Penyiraman di pembibitan utama
dilakukan dengan sistem pengembunan
Penelitian dilaksanakan pada menggunakan selang kirico. Jumlah air
Maret sampai 7 Mei 2016 di pembibitan yang diberikan untuk setiap bibit + 2-3
utama (main nursery) kelapa sawit PT. liter setiap hari. Tekanan air yang keluar
Barito Putera Plantation, yang dari selang kirico dapat mencapai 0,2-
beralamat di Jl. Anjir Talaran Desa 0,8 kg/cm2. Penyiraman dilakukan saat
Antar Raya Kecamatan Marabahan pagi dan sore hari.
Kabupaten Barito Kuala.
Penelitian yang dilaksanakan
merupakan penelitian deskriptif dengan

Agrisains
Jurnal Budidaya Tanaman Perkebunan Politeknik Hasnur 24
Volume 03, Nomor 1, Edisi Mei 2017

Pemupukan
Cara pemupukan yang dilakukan
di pembibitan utama PT. Barito Putera
Plantation ada tiga, yaitu ditabur,
ditugal dan disiram. Kegiatan
pemupukan dengan cara ditabur dibagi
menjadi dua, yaitu pada saat pengisian
media tanam ke largebag dan ditabur di
permukaan media tanam pada saat bibit
kelapa sawit telah ditanam. Pemupukan
dengan cara ditugal dilakukan pada saat
melakukan transplanting bibit dari Gambar 1. Grafik Perbandingan Unsur
pembibitan awal ke pembibitan utama. Hara
Alat yang digunakan untuk pemupukan
dengan cara ditugal berupa pipa bor
Pengendalian Gulma
(dop) ukuran 4 inci. Gulma sering disebut sebagai
Rekomendasi pemupukan tumbuhan liar dan merugikan tanaman
berdasarkan SOP di pembibitan utama budidaya terutama dalam persaingan
PT. Barito Putera Plantation dapat penyerapan unsur hara, H2O, udara,
dilihat pada tabel di bawah ini. cahaya, tempat hidup, serta merupakan
inang untuk patogen. Jenis gulma yang
Tabel 1. Rekomendasi Pemupukan di banyak ditemukan di areal pembibitan
Main Nursery kelapa sawit PT. Barito Putera
Dosis (g/pokok) Jenis
Frekuensi Plantation adalah jenis gulma teki-
Umur Pupuk
Aplikasi Kieserite NPK tekian berdaun sempit seperti gambar
NPK
4 4 0 1 15.15.6.4 dibawah ini :
5 1 0 10 12.12.17.2
6 1 10 15 12.12.17.2
7 1 15 15 12.12.17.2
8 1 15 30 12.12.17.2
9 1 30 35 12.12.17.2
10 1 30 35 12.12.17.2
11 1 30 35 12.12.17.2
12 1 30 35 12.12.17.2
13 1 30 40 12.12.17.2
14 1 30 40 12.12.17.2
Gambar 2. Gulma dominan di
pembibitan utama
Jumlah 220 291

Tabel 2. Teknik pengendalian gulma di


Aplikasi pemupukan di PT. Barito Putera Plantation
pembibitan utama adalah 50 gram Alat Dosis
pupuk rockphosphate, 50 gram kapur Gulma yang
Teknik dan Herbisi
dibuang
pertanian, 50 gram NPK 17:8:9:3MgO. Bahan da
Selain itu, pupuk urea diberikan dalam (Pengenda Parang - Gulma yang
bentuk cair dengan dosis 2,5 gram/ 0,5 lian gulma berada di
atas dalam dan
liter air. Perbandingan pemberian unsur )Mekanis dinding
hara menurut rekomendasi SOP largebag
perusahaan dengan aplikasi di lapangan
dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

Agrisains
Jurnal Budidaya Tanaman Perkebunan Politeknik Hasnur 25
Volume 03, Nomor 1, Edisi Mei 2017

Alat Dosis
Gulma yang dua, yaitu secara kimia dan mekanis.
Teknik dan Herbisi Jenis hama yang menyerang pembibitan
dibuang
Bahan da
utama PT. Barito Putera Plantation
(Pengenda Parang - Gulma yang
lian gulma berada di adalah Apogoniasp danAdoretussp
bawah sekitar hama ini menyerang bibit kelapa sawit
)Mekanis largebag melalui perakarannya dan aktif pada
Kimia Knapsa Paraqu malam hari.Macacafascicularis hama
ckpump at ini menyerang pembibitan utama
dengan
konsen dengan berkelompok dan merusak daun
trasi bibit kelapa sawit.Metisaplana hama ini
0,5% menyerang bagian daun bibit kelapa
(Sumber: data primer, 2016). sawit, pada tingkat lanjut serangannya
dapat menghabiskan daun kelapa sawit.
Pengendalian gulma yang
dilakukan di pembibitan utama PT.
Barito Putera Plantation dilakukan
dengan dua metode, yaitu secara
mekanis dan kimia. Pengendalian gulma
dengan cara mekanis dilakukan dengan
menggunakan alat berupa parang,
sedangkan secara kimia dengan
menggunakan herbisida. Pengendalian
gulma atas dilakukan dengan cara
mekanis, pengendalian gulma bawah Gambar 3. Macacafascicularis
dapat dilakukan dengan cara mekanis
maupun kimia. Jenis herbisida yang
digunakan dalam pengendalian gulma
secara kimia di pembibitan utama PT.
Barito Putera Plantation adalah
herbisida paraquat (jenis herbisida
kontak yang digunakan untuk jenis
gulma keras atau berkayu) dengan
merek dagang supretox. Konsentrasi
yang digunakan dalam pengendalian
gulma secara kimia adalah 0,5%.
Gambar 4. MetisaPlana
Tabel 3. Frekuensi Pengendalian Gulma
di Pembibitan Utama
Frekuensi
Tabel 4. Jenis Hama Penyakit di
No Jenis Pengendalian Pembibitan Utama PT.
(minggu)
Pengendalian gulma 2 Barito Putera Plantation
1 atas Jenis hama Cara Pestisida
Gejala
Pengendalian gulma 4 penyakit aplikasi (dosis)
2 Apogonia sp Lapisan Kimia Sevin 85
bawah
dan epidermis EC
(Sumber: data primer, 2016) Adoretus sp dikikis atau (500
dimakan gram)/2
Pengendalian Hama dan Penyakit seluruhnya minggu
Pengendalian hama yang hingga
dilakukan di pembibitan utama kelapa berlubang
sawit PT. Barito Putera Plantation ada

Agrisains
Jurnal Budidaya Tanaman Perkebunan Politeknik Hasnur 26
Volume 03, Nomor 1, Edisi Mei 2017

Jenis hama
Gejala
Cara Pestisida memasukkan air ke areal pembibitan
penyakit aplikasi (dosis) yang semprotkan ke tanaman
Metisaplana Memakan Kimia Bayrusil dengan menggunakan selang kirico
jaringan (500
daun/epider gram)/ 2 dengan sistem pengembunan.
mis minggu 2. Teknik pemupukan dilakukan
Mamacafas Merusak Mekanis Ketapel dengan cara adalah disiram, ditabur
cicularis daun dan ditugal. Pemupukan di
Curvularia Bercak Kimia Dithane pembibitan utama menggunakan
daun bulan M45/
mula-mula Cozeb 80
jenis pupuk tunggal dan pupuk
cokelat, WP majemuk. Jenis pupuk tunggal yang
bercak (500 digunakan adalah rockphosphate,
bertambah gram)/ 2 kapur pertanian, urea, dan pupuk
besar dan minggu majemuk yang digunakan adalah
saling
bertemu
NPK 17:8:9:3MgO (Agroblen).
3. Gulma dominan di pembibitan main
Penyakit merupakan suatu kondisi nursery adalah jenis teki-tekian.
tanaman mengalami gangguan fisik Teknik pengendalian gulma
baik yang disebabkan oleh virus, menggunakan dua metode
patogen, jamur, maupun kekurangan pengendalian gulma yaitu, mekanis
unsur hara. Pengendalian penyakit dapat dan kimia.
dilakukan dengan beberapa metode di 4. Pengendalian Apogoniasp,
antaranya secara fisik, secara mekanis, Adoretussp, Metisaplanadan
secara kimia, secara biologis dan secara penyakit bercak daun akibat
kultur teknis. Curvulariasp dikendalikan dengan
Pengendalian penyakit di cara kimia dengan menggunakan
pembibitan PT. Barito Putera Plantation insektisida dan fungisida.
dilakukan dengan menggunakan cara Pengendalian
kimia. Jenis penyakit yang terdapat di Macacafascicularisdikendalikan
pembibitan utama kelapa sawit PT. dengan cara mekanis dengan
Barito Putera Plantation bercak daun menggunakan ketapel.
akibat Curvulariasp gejala penyakit ini
pada daun muncul bercak-bercak tidak DAFTAR PUSTAKA
beraturan. Ukuran dari bercak tersebut
tidak bisa membesar namun dengan Fauzi, Yan, dkk.2012. Kelapa sawit.
jumlahnya yang banyak menyebabkan Penebar Swadaya. Jakarta.
daun menjadi kering. Pahan, Iyung.2013.Panduan kelapa
sawit. Jakarta: Penebar Swadaya.
Pahan.2015.Panduan teknis budidaya
KESIMPULAN
kelapa sawit untuk praktisi
Kesimpulan dari penelitian teknik perkebunan. Penebar Swadaya.
pemeliharaan bibit kelapa sawit Jakarta.
(ElaeisguineensisJacq) di pembibitan Sastrosayono, Selardi. 2008. Budi daya
utama PT. Barito Putera Plantation kelapa sawit. AgroMedia Pustaka.
adalah sebagai berikut: Jakarta.
1. Teknik penyiraman bibit di
pembibitan utama PT. Barito Putera
Plantation menggunakan alat berupa
mesin pompa air untuk

Agrisains
Jurnal Budidaya Tanaman Perkebunan Politeknik Hasnur 27
Volume 03, Nomor 1, Edisi Mei 2017

KAJIAN POTENSI MIE BERBAHAN BAKU JAGUNG

Siska Fitriyanti
Balai Pengkajian dan Pengembangan Pertanian Terpadu (BP3T)
Provinsi Kalimantan Selatan
E-mail: [email protected]

ABSTRACT

The high public interest in foodstuff in the form of noodles, both fresh and instant, has
encouraged the high demand of wheat flour to meet the needs of making noodles. To
reduce dependence on wheat import required a material that can replace the role of
wheat flour as the main raw material of noodles. Corn is one of the alternative
commodities of locally available with cheaper price. These commodities are widely
known, easy to cultivate, their adaptability is widespread and can be planted in less
fertile soil. This study aims to describe the prospect of substitution of wheat flour with
flour made from local commodities, namely corn, in terms of economy, taste, and
nutritional value. Thus, it is expected to increase the economic value of corn. Corn used
in this study there are 2 variants, namely sweet corn and pulut corn. The combination of
noodle material is divided into 6 groups namely A1 (50% sweet corn + 50% wheat
flour); A2 (50% pulut corn + 50% wheat flour), B1 ((75% sweet corn + 25% wheat
flour); B2 (75% pulut corn + 25% wheat flour); C1 (100% sweet corn); and C2 (100%
pulut corn) Basically, corn is very potential to be used as raw material of noodles on a
large scale, but there are still some obstacles that need to be overcome such as
neutralizing the typical corn aroma and the consistency of noodle dough elasticity.

Keywords : sweet corn, pulut corn, noodle

PENDAHULUAN dapat diperoleh secara lokal dengan


harga yang lebih murah. Ditinjau dari
Mie merupakan produk pangan aspek ketahanan pangan, jagung
yang paling sering dikonsumsi oleh merupakan pangan sumber karbohidrat
sebagian besar masyarakat baik sebagai kedua setelah beras di Indonesia
makanan sarapan maupun sebagai (Analianasari dan Zaini 2016). Selain
selingan. Pada umumnya mie dibuat itu jagung mengandung lemak dan
dari terigu dengan penambahan bahan protein yang cukup dalam memenuhi
makanan tambahan yang diizinkan. kebutuhan gizi masyarakat (Harry
Bahan baku tepung terigu yaitu gandum 2014). Jagung merupakan suatu peluang
masih harus diimpor dari luar negeri ekonomi yang ditunjang oleh
yang mana jumlah impornya semakin berkembangnya industri pangan dan
lama semakin meningkat (Arief dan pakan. Komoditas ini cukup dikenal
Zahara 2016). luas, mudah budidayanya, daya
Untuk mengurangi adaptasinya luas dan dapat ditanam di
ketergantungan terhadap impor terigu tanah yang kurang subur.
adalah menggantikan peran tepung Mie berbahan baku jagung
terigu sebagai bahan baku utama mie. dikategorikan sebagai golongan mie
Jagung merupakan salah satu komoditas non terigu. Mie non-terigu terkadang
alternatif pengganti tepung terigu yang juga disebut juga dengan mie berbasis

Agrisains
Jurnal Budidaya Tanaman Perkebunan Politeknik Hasnur 28
Volume 03, Nomor 1, Edisi Mei 2017

pati. Mie berbasis pati yang telah Mie berbahan baku tepung
dikenal dan dikonsumsi oleh jagung dibagi menjadi 6 kelompok
masyarakat antara lain bihun, kwetiau, kombinasi bahan, yaitu sebagai berikut:
dan soun (Analianasari dan Zaini 2016). A1 = 50% tepung jagung manis : 50%
Berbeda dengan mie terigu yang tepung terigu
memiliki gluten sebagai pembentuk A2 = 50% tepung jagung pulut : 50%
tekstur mie, struktur mie pati dibentuk tepung terigu
oleh matrik yang terbentuk akibat B1 = 75% tepung jagung manis : 25%
gelatinisasi. Sehingga karakteristik pati tepung terigu
sangat berpengaruh terhadap kualitas mi B = 75% tepung jagung pulut: 25%
pati yang dihasilkan (Arief dan Zahara tepung terigu
2016). C1 = 100% tepung jagung manis
Penelitian ini bertujuan untuk C2 = 100% tepung jagung pulut
mendeskripsikan prospek substitusi Uji organoleptik merupakan cara
tepung terigu dengan tepung berbahan untuk mengetahui respon panelis
komoditas lokal yaitu jagung, dari segi terhadap produk mie jagung. Uji
ekonomi, rasa, dan nilai gizi. Dengan organoleptik dilakukan dengan tiga
demikian diharapkan dapat parameter yaitu kenampakan (warna &
meningkatkan nilai ekonomi jagung bentuk), tekstur dan rasa karena tingkat
bagi masyarakat dengan cara kesukaan konsumen terhadap suatu
mengolahnya menjadi produk pangan produk dipengaruhi oleh warna, aroma,
lanjutan yaitu mie. rasa, dan rangsangan mulut (Laksmi
2012). Pengujian ini dilakukan untuk
METODE PENELITIAN mengetahui penilaian masing-masing
panelis terhadap mie jagung sebagai
Bahan utama adalah jagung bahan penguji. Pengujian organoleptik
manis dan jagung pulut, tepung terigu, yang dilakukan adalah uji hedonik yaitu
baking powder, telur, garam. Alat yang pengujian yang dilakukan pada
digunakan dalam penelitian ini adalah sejumlah panelis untuk mengetahui
pisau, sendok, ayakan 80 mesh, mixer, tingkat daya terima konsumen terhadap
mesin sheeter, mesin pencetak mie, produk. Skor penilaian panelis adalah
timbangan, oven, kompor, panci, sebegai berikut:
baskom. 1= sangat tidak suka
Tepung jagung dibuat dengan 2= tidak suka
cara jagung ditumbuk kasar. Kemudian 3= agak suka
hasil tumbukan direndam selama satu 4= suka
malam. Hasil rendaman ditiriskan, 5= sangat suka.
ditumbuk lagi untuk kemudian
dihaluskan menggunakan alat HASIL DAN PEMBAHASAN
penggiling. Jagung yang telah halus
dijemur di bawah sinar matahari selama Mie jagung merupakan produk
satu hari (jika terasa masih belum baru yang dapat dikembangkan dalam
terlalu kering dilanjutkan dengan rangka diversifikasi pangan. Pembuatan
pengeringan menggunakan oven). produk mie dari bahan baku jagung
terakhir dilakukan pengayakan sehingga memerlukan beberapa bentuk
dihasilkan tepung jagung yang halus penyesuaian. Proses pengolahan mie
(Indrianti, Sholichah dan Darmajana jagung berbeda dengan pengolahan mie
2014). terigu karena setelah pencampuran
bahan dilakukan pengukusan.

Agrisains
Jurnal Budidaya Tanaman Perkebunan Politeknik Hasnur 29
Volume 03, Nomor 1, Edisi Mei 2017

Pengukusan diperlukan agar terbentuk yang kohesif sehingga adonan tidak


adonan sehingga dapat dicetak menjadi dapat langsung dicetak dalam bentuk
mie (Arief dan Zahara 2016). Hal ini lembaran dan mie. Oleh karena itu,
disebabkan protein total endosperm untuk membentuk massa adonan yang
dalam jagung 80-85% terdiri dari zein kohesif dan cukup elastis diperlukan
dan glutelin. Sedangkan protein total proses pengukusan. Proses pengukusan
endosperm dalam gandum 80-85 % ini dilakukan pada suhu 100oC selama ±
terdiri dari gliadin dan glutenin 10-15 menit (Indrianti, Sholichah dan
(Analianasari dan Zaini 2016). Gliadin Darmajana 2014).
dan glutenin merupakan jenis protein Suspensi tepung dan air pada saat
yang mempunyai sifat membentuk pengukusan mengalami proses
adonan yang elastis-cohessive bila gelatinisasi pati. Pada saat gelatinisasi,
ditambah air dan diuleni (Laksmi 2012). maka granula pati tepung akan
Proses pembuatan mie jagung mengembang karena molekul-molekul
terdiri dari proses pencampuran bahan, air berpenetrasi masuk ke dalam granula
pengukusan pertama, pencetakan pati dan terperangkap pada susunan
(pembentukan lembaran, pembentukan molekul molekul amilosa dan
untaian mie, pemotongan). amilopektin. Pengembangan granula
Pencampuran merupakan tahap awal pati berpengaruh terhadap massa
dari proses pembuatan mie. Pada tahap adonan. Setelah pengukusan, dihasilkan
ini dilakukan pencampuran dan massa adonan yang kohesif dan cukup
pengadukan bahan yang terdiri dari elastis ketika diuleni. Massa adonan
tepung jagung, air, garam 1 %, dan yang kohesif dan elastis ini, mudah
bahan pengembang (baking powder). dibuat lembaran, mudah dicetak dan
Perbandingan tepung jagung dan menghasilkan mie dengan tekstur yang
air yang digunakan secukupnya halus dan tidak mudah patah
sehingga kalis. Tujuan dari proses ini (Analianasari dan Zaini 2016).
adalah untuk membentuk adonan yang Untuk jagung manis, semakin
dapat dibuat menjadi lembaran dengan besar konsentrasi tepung jagung kadar
penambahan air yang tepat, air semakin meningkat. Peningkatan
mengaduknya dan mengukusnya. Untuk kadar air tersebut karena jagung manis
mendapatkan adonan yang baik dengan mengandung air yang cukup tinggi.
ciri-ciri kompak, warna homogen, Menurur Iskandar (2007) kandungan
penampakan mengkilat, tekstur halus, kadar air jagung 90% dari berat buah.
plastis dan elastis serta adonan tidak
pera ataupun lembek, harus
diperhatikan jumlah air yang
ditambahkan, waktu pengadukan dan
suhu adonan.
Jumlah air yang ditambahkan
pada mie terigu umumnya adalah 28-38
%. Jika melebihi batas 38 %, biasanya
adonan menjadi basah dan menyulitkan
dalam proses selanjutnya. Jika air yang
ditambahkan kurang maka adonan Gambar 1. Grafik respon panelis
menjadi rapuh (Indrianti, Sholichah dan terhadap rasa mie
Darmajana 2014) .
Pada proses pencampuran ini Mie yang mendapat skor nilai
tidak dapat dihasilkan massa adonan paling tinggi adalah mie dengan

Agrisains
Jurnal Budidaya Tanaman Perkebunan Politeknik Hasnur 30
Volume 03, Nomor 1, Edisi Mei 2017

kombinasi 50 % jagung manis dan 50% molekul air berpenetrasi masuk ke


tepung terigu. Sedangkan skor nilai dalam granula pati dan terperangkap
terendah ada pada mie dengan 100% pada susunan molekul molekul amilosa
tepung jagung manis. Hal ini diduga dan amilopektin. Pengembangan
disebabkan oleh aroma khas jagung granula pati berpengaruh terhadap
manis yang terdapat pada jagung manis massa adonan. Setelah pengukusan,
yang menyebabkan penurunan cita rasa dihasilkan massa adonan yang kohesif
pada mie. Namun secara umum rasa dan cukup elastis ketika diuleni (Jumadi
masih dapat diterima oleh panelis 2008). Massa adonan yang kohesif dan
dengan nilai yang diberikan oleh panelis elastis ini, mudah dibuat lembaran,
agak suka. Oleh karena itu, dengan mudah dicetak dan menghasilkan mie
teknik pencampuran yang lebih dengan tekstur yang halus dan tidak
disempurnakan maka jagung manis dan mudah patah.
jagung pulut dapat digunakan sebagai
alternatif sebagai bahan baku
pembuatan mie dengan tidak
mempengaruhi rasa dari mie itu sendiri.

Gambar 3. Grafik panelis terhadap


kenampakan penampilan)
mie jagung

Gambar 2. Grafik respon panelis Penampilan mie jagung yang


terhadap tekstur mie paling disukai panelis adalah kombinasi
jagung 50% jagung pulut & 50% tepung terigu.
Hal ini dikarenakan warna mie yang
Elastisitas mie jagung memang dihasilkan dari kombinasi tersebut
kurang jika dibandingkan dengan mie mendekati mie yang lazim beredar di
berbahan baku tepung terigu. Hal ini pasaran.
disebabkan karena tepung jagung Warna kuning – putih
memiliki kadar air yang lebih tinggi kekuningan pada mie jagung
dari tepung terigu. Rata rata respon merupakan warna alami yang
panelis terhadap tekstur mie jagung disebabkan oleh pigmen kuning pada
adalah dari agak suka hingga tidak suka. jagung yaitu beta karoten, lutein dan
Untuk mengatasi masalah ini xanthin. Ketiga pigmen tersebut
selain melakukan proses pengukusan termasuk dalam karotenoid. Di antara
adonan, air yang digunakan saat ratusan karotenoid yang terdapat di
menguleni adonan sebaiknya alam, hanya bentuk alfa, beta, dan
menggunakan air panas. Suspensi gamma yang tergolong kriptosanthin
tepung dan air pada saat penambahan yang berperan sebagai provitamin A.
air panas dan pengukusan mengalami Beta karoten adalah bentuk provitamin
proses gelatinisasi pati. Pada saat A yang paling aktif. Terdapat hubungan
gelatinisasi, maka granula pati tepung antara beta karoten dengan vitamin A
akan mengembang karena molekul- yang berhubungan dengan pencegahan

Agrisains
Jurnal Budidaya Tanaman Perkebunan Politeknik Hasnur 31
Volume 03, Nomor 1, Edisi Mei 2017

dan penyembuhan penyakit jantung Arief, R. Wylis, dan Zahara. 2016.


koroner dan kanker. Hal ini dikaitkan “Peluang Pengolahan Jagung
dengan fungsi beta karoten dan vitamin Menjadi Tortilla dan Mie Jagung
A sebagai antioksidan yang mampu Skala Rumah Tangga di
berperan pada fungsi kekebalan dan Pedesaan.” Prosiding Seminar
sistem perlawanan tubuh (Syuryawati Nasional Sains dan Teknologi
dan Faesal 2009). Adanya beta karoten Pertanian. Lampung. 461-47.
pada jagung menyebabkan mie jagung Harry, W. 2014. “Pencernaan sebagai
tidak memerlukan pewarna. Warna Kunci Hidup Sehat .” Journal
kuning mie jagung juga berbeda dengan Teknologi dan Industri Pangan
mie terigu. 19-23.
. Indrianti, Novita, E. Sholichah, dan D.
KESIMPULAN A Darmajana. 2014. “Proses
Pembuatan Mie Jagung dengan
Mie jagung memiliki prospek Bahan Baku Tepung Jagung 60
yang cukup cerah untuk dikembangkan Mesh dan Teknik Sheeting-
dalam skala industri. Namun, proses Slitting.” Pangan Vol. 23 (3) 256 -
pembuatan mie jagung masih 267.
menghadapi beberapa kendala, antara Iskandar, D. 2007. Pengaruh Dosis
lain aroma yang dihasilkan, terutama Pupuk N,P terhadap Pertumbuhan
pada jagung pulut yang memiliki aroma dan Produksi Tanaman Jagung.
khas jagung pakan ternak. Hal ini Diakses September 20, 2016.
mungkin dapat diatasi dengan http://www.iptek.net.id.
pemberian bahan pendamping yang Jumadi. 2008. “Pengkajian Teknologi
dapat mengurangi aroma jagung. Proses Pengolahan Tortila Jagung.”
gelatinisasi adonan juga masih agak Buletin Teknik Pertanian 73-74.
sulit jika belum menemukan formula Laksmi, R. 2012. “Daya Ikat Air, pH
suhu panas yang tepat saat proses dan Sifat Organoleptik Chicken
pembuatan mie. Pada saat proses Nugget Yang Disubstitusi Telur
pembentukan untaian mie yang Rebus.” Animal Agriculture
dilakukan adalah pemberian tekanan Journal 453-460.
secara manual, sehingga kadang hasil Resmisari, A. t.thn. “Review : Tepung
mie tidak seragam bentuknya. Untuk Jagung Komposit, Pembuatan dan
mengatasi hal tersebut perlu dilakukan Pengolahannya.” Studi Ilmu
modifikasi ekstruder, yaitu pengaturan Pangan IPB.
tekanan sehingga tekanan dapat Setianty. 2011. Pembuatan Minuman
dikontrol. Dengan demikian mie basah Probiotik Jagung Manis. Diakses
yang dihasilkan lebih terstandar. September 20, 2016.
http://www.scribd.com/doc/.
DAFTAR PUSTAKA Syuryawati, dan Faesal. 2009. “Usaha
Tani Jagung Pulut Mendukung
Analianasari, dan M. Zaini. 2016. Kemandirian Pangan dan
“Pemanfaatan Jagung Manis Dan Peningkatan Pendapatan Petani.”
Kulit Buah Naga Untuk Olahan Prosiding Seminar Serealia. 527-
Mie Kering Kaya Nutrisi.” Jurnal 531.
Penelitian Pertanian Terapan Vol.
16 (2) 123-131.

Agrisains
Jurnal Budidaya Tanaman Perkebunan Politeknik Hasnur 32

You might also like