Vol.03 No.1 Mei 2017 PDF
Vol.03 No.1 Mei 2017 PDF
ABSTRACT
Agrisains
Jurnal Budidaya Tanaman Perkebunan Politeknik Hasnur 1
Volume 03, Nomor 1, Edisi Mei 2017
Agrisains
Jurnal Budidaya Tanaman Perkebunan Politeknik Hasnur 2
Volume 03, Nomor 1, Edisi Mei 2017
Agrisains
Jurnal Budidaya Tanaman Perkebunan Politeknik Hasnur 3
Volume 03, Nomor 1, Edisi Mei 2017
Agrisains
Jurnal Budidaya Tanaman Perkebunan Politeknik Hasnur 4
Volume 03, Nomor 1, Edisi Mei 2017
Besarnya nilai rasio hara N/P, N/K dan mengalami oksidasi menjadi NO3-
K/P disajikan pada Tabel 1. dalam proses nitrifikasi (Hakim dkk,
1986) seperti reaksi berikut.
Tabel 1. Hasil analisis status hara dan 2NH4+ + 3O2Nitrosomonas 2NO2- +2H2O +
rasio hara daun cabai besar 4H++ E
- Nitrobacter
2NO2 + O2 2NO3- + E
Titik Kadar Hara Daun (%) Rasio Hara Konsentrasi P-tersedia tanah (ppm
Sampling N P K N/P N/K K/P P2O5) tidak menunjukkan adanya
TGK a1 3,27 0,18 5,45 18,17 0,60 30,28 hubungan yang signifikan terhadap
TGK a2 3,42 0,18 5,73 19,00 0,60 31,83 kadar hara P pada daun cabai besar (R2
TGK a3 3,98 0,19 5,54 20,95 0,72 29,16 = 0,001). Hal ini dikarenakan unsur P
TGK a4 3,45 0,20 5,54 17,25 0,62 27,70 biasanya lebih banyak dimanfaatkan
TGK a5 3,09 0,19 5,35 16,26 0,58 28,16
tanaman cabai untuk proses
TGK a6 4,27 0,21 4,79 20,33 0,89 22,81
pertumbuhan buah dan biji, sehingga
TGK a7 4,36 0,16 5,73 27,25 0,76 35,81
pada bagian daun jumlahnya hanya
TGK a8 2,18 0,19 5,07 11,47 0,43 26,68
sedikit. Disisi lain, tanah merupakan
TGK a9 2,92 0,21 5,16 13,90 0,57 24,57
tempat untuk menyimpan unsur-unsur
TGK a10 3,38 0,18 5,54 18,78 0,61 30,78
hara yang diperlukan oleh tanaman,
sedangkan daun atau jaringan tanaman
Hubungan Status Hara Tanaman dan
yang lain tidak dapat menyimpan unsur
Hara Tanah
hara tersebut sebanyak-banyaknya,
Hasil analisis status hara N, P dan
melainkan hanya sebagian saja yang
K pada daun cabai besar berproduksi
digunakan oleh tanaman untuk
tinggi (Tabel 1) dihubungkan dengan
pertumbuhannya dan
status hara N (N-NH4+ dan N-NO3-), P
perkembangannya.
(ppm P2O5) dan K (K-dd) di dalam
Konsentrasi K-tanah (K-dd) juga
tanah menggunakan persamaan regresi
tidak menunjukkan adanya hubungan
diperoleh hasil bahwa konsentrasi N-
yang signifikan terhadap kadar K pada
ammonium (N-NH4+) di dalam tanah
daun cabai besar (R2 = 0,213). Hal ini
tidak menunjukkan adanya hubungan
disebabkan karena kalium yang diserap
yang signifikan terhadap kadar hara N
oleh tanaman diakumulasikan dalam
pada daun cabai besar (R2 = 0,134),
batang tanaman, sehingga pada bagian
sedangkan untuk N-nitrat (N-NO3-)
daun tidak menggambarkan korelasi.
menunjukkan adanya hubungan
Menurut Hanafiah (2010), unsur K
terhadap kadar hara N pada daun cabai
berfungsi sebagai aktivator enzim dalam
besar. Semakin tinggi konsentrasi nitrat
proses fotosintesis dan respirasi, sintesis
(NO3-) di dalam tanah, maka semakin
protein dan pati, translokasi karbohidrat
besar persentase kadar N pada daun
untuk mempercepat penebalan dinding-
cabai (R2 = 0,556).
dinding sel dan ketegaran tangkai
Berdasarkan hasil analisis tanah
bunga, buah, cabang. Selain itu juga
yang ditanami cabai besar berproduksi
berperan dalam proses buka tutup
tinggi menunjukkan bahwa konsentrasi
stomata dalam pengaturan potensi
N-NH4+ dalam tanah lebih besar dari
osmotik sel-sel, serta sebagai penyusun
pada N-NO3-, namun N-NO3- yang
komponen tanaman seperti batang.
berada dalam larutan tanah lebih mudah
diambil tanaman dari pada N-NH4+
Norms Rasio Hara
yang terjerap pada misel tanah yang
Nilai norms rasio hara tanaman
bermuatan negatif. Nitrogen dalam
cabai besar ditentukan oleh kadar dan
bentuk NH4+ di dalam tanah akan
Agrisains
Jurnal Budidaya Tanaman Perkebunan Politeknik Hasnur 5
Volume 03, Nomor 1, Edisi Mei 2017
komposisi hara N, P dan K dalam daun 2/3 SD, dimana SD adalah standar
sebagai hasil metabolisme tanaman. deviasi masing-masing rasio hara.
Norms merupakan nilai rata-rata rasio Status kahat berat dirumuskan X – 4/3
hara N/P, N/K dan K/P dari kelompok SD, status berlebihan ringan
tanaman yang memiliki tingkat dirumuskan X + 2/3 SD, dan status
produktivitas tinggi atau kelompok berlebihan berat dirumuskan X + 4/3
tanaman yang pertumbuhannya SD (Sumner, 1976).
optimum. Norms rasio hara, standar Berdasarkan rumus di atas
deviasi dan koefisien keragaman daun diperoleh rasio hara N/P, N/K dan K/P
cabai besar disajikan pada Tabel 2. yang seimbang pada daun cabai besar.
Selang keseimbangan N/P terletak
Tabel 2. Nilai rasio hara, norms, standar antara 15,50 – 21,18; N/K antara 0,55 –
deviasi dan koefisien 0,72 dan K/P antara 26,30 – 31,26.
keragaman daun cabai besar Daerah cenderung tidak seimbang N/P
terletak antara 12,66 – < 15,50 dan >
Rasio Norms
Standar Koefisien 21,18 – 24,01; N/K antara 0,47 – < 0,55
Deviasi Keragaman dan > 0,72 – 0,80; K/P antara 23,82 – <
Hara (X)
(SD) (KK) (%) 26,30 dan > 31,26 – 33,74; sedangkan
n/p 18,34 4,26 23,22
daerah ketidakseimbangan N/P terletak
n/k 0,64 0,13 19,71
antara < 12,66 dan > 24,01; N/K antara
k/p 28,78 3,72 12,92
< 0,47 dan > 0,80; K/P antara < 23,82
dan > 33,74 (Tabel 3).
Hubungan antara produksi dengan
kadar hara daun cabai yang
Tabel 3. Hasil analisis status rasio hara
dikumpulkan dari suatu areal
N/P, N/K dan K/P daun cabai
pertanaman cabai pada tanah bertekstur
besar
lempung (loam) yang berproduksi
tinggi digambarkan melalui nilai norms Status Rasio Hara
Nisbah
rasio hara. Produksi tinggi yang Hara Kahat Kahat Berlebihan Berlebihan
Seimbang
Berat Ringan Ringan Berat
diperoleh dari penelitian ini terdiri dari
12,66 – < 15,50 – > 21,18 –
sepuluh tanaman cabai yaitu TGK a1, N/P < 12,66
15,50 21,18 24,01
> 24,01
0,47 – < 0,55 – > 0,72 –
TGK a2, TGK a3, TGK a4, TGK a5, N/K < 0,47
0,55 0,72 0,80
> 0,80
TGK a6, TGK a7, TGK a8, TGK a9 dan 23,82 – < 26,30 – > 31,26 –
K/P < 23,82 > 33,74
26,30 31,26 33,74
TGK a10. Menurut Jones et al., (1991)
norms merupakan nilai standar yang Kekurangan atau kelebihan unsur
diperlukan untuk mengevaluasi hara N, P dan K pada tanaman cabai
hubungan antar unsur jaringan tanaman besar, dapat dilakukan diagnosis secara
yang akan didiagnosa, yang kemudian kualitatif menggunakan diagram DRIS
dihitung menggunakan DRIS. (Gambar 1). Diagram DRIS merupakan
diagnosis kualitatif yang menunjukkan
Status Rasio Hara variasi hara berimbang yang
Hasil perhitungan norms rasio digambarkan dalam suatu lingkaran.
hara pada Tabel 2, selanjutnya dihitung Titik pusat lingkaran merupakan nilai
status rasio haranya berdasarkan tingkat rata-rata nisbah (rasio) hara, lingkaran
keseimbangan masing-masing rasio. dalam bergaris tengah merupakan
Status rasio hara yang seimbang kisaran nisbah hara berimbang,
dirumuskan dengan tanda X, dimana X sedangkan lingkaran luar merupakan
adalah nilai norms rasio hara. Status variasi batas kisaran hara yang dinilai
kahat ringan dirumuskan dengan X – kurang berimbang.
Agrisains
Jurnal Budidaya Tanaman Perkebunan Politeknik Hasnur 6
Volume 03, Nomor 1, Edisi Mei 2017
Agrisains
Jurnal Budidaya Tanaman Perkebunan Politeknik Hasnur 7
Volume 03, Nomor 1, Edisi Mei 2017
Agrisains
Jurnal Budidaya Tanaman Perkebunan Politeknik Hasnur 8
Volume 03, Nomor 1, Edisi Mei 2017
Hakim, N., M.Y. Nyakpa, A.M. Lubis, Sumner, M.E. 1976. Use of the DRIS
S.G. Nugroho, M.A. Diha, G.B. system in foliar diagnosis of crops
Hong, dan H.H. Bailey. 1986. at high yield levels. Paper read at
Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Symp. Diagnosing Field Problem
Universitas Lampung. Lampung. at High Yield Levels. ASA
Hanafiah, K.A. 2010. Dasar-Dasar Meeting. Huston, Texas. Nov. 30,
Ilmu Tanah. PT Raja Grafindo 1976.
Persada. Jakarta. Sumner, M.E. 1977. Preliminary N, P,
Ifansyah, H. 2008. Prosedur Analisa and K foliar diagnosis norms for
Tanah, Jaringan Tanaman dan soybean. Agron. J. 69 : 226-230.
Pupuk. Fakultas Pertanian
Universitas Lambung Mangkurat.
Banjarbaru.
Jones, J. Benton Jr., B. Wolf and H.A
Mills. 1991. Plant Analysis
Handbook. Micro-macro
Publishing Inc, USA.
Agrisains
Jurnal Budidaya Tanaman Perkebunan Politeknik Hasnur 9
Volume 03, Nomor 1, Edisi Mei 2017
ABSTRACT
Utilization of cempedak skin fruit into fermentation products by the people of South
Kalimantan is usually called mandai. The objective of the study was to obtain a
formulation of nugget mandai which is favored by consumers. Preference level was
examined based on organoleptic test to know the level of preferences or acceptance of
panelists on the resulting product including color, texture, taste and aroma. The
preferred nugget formulations that consumers favored based on organoleptic test
results on color, texture, and taste were N3 (30% flour + maize flour 30%).
Agrisains
Jurnal Budidaya Tanaman Perkebunan Politeknik Hasnur 10
Volume 03, Nomor 1, Edisi Mei 2017
berjalan dimulai bulan Mei – November (8) Nugget dikemas dalam plastik
2016. pembungkus untuk dipasarkan.
Uji Organoleptik
Bahan dan Alat Analisis uji organoleptik pada
Bahan yang digunakan berupa nugget mandai untuk mengetahui
mandai, telur, tepung terigu, tepung tingkat kesukaan atau penerimaan
maizena, tepung roti, bumbu nugget, panelis terhadap produk yang dihasilkan
dan bahan-bahan analisa laboratorium. yang meliputi warna, tekstur, rasa dan
Alat yang digunakan berupa wajan, aroma. Uji ini dilaksanakan di lokasi
serok, dandang, baskom, pisau, blender, penelitian dengan menggunakan metode
sotil, sendok, kompor, freezer, dan gas. uji hedonik dengan responden 26 orang
panelis semi terlatih (Kartika et al.
Pembuatan Mandai 1990). Responden bukan merupakan
Pembuatan mandai dilakukan hasil seleksi tetapi umumnya terdiri dari
dengan mengambil kulit dalam buah individu-individu yang secara spontan
cempedak dengan proses fermentasi. mau bertindak sebagai penguji. Uji
Berat kulit dalam buah cempedak kesukaan ini bertujuan untuk melihat
adalah 17 kg yang dijadikan mandai tingkat kesukaan responden terhadap
dari total berat buah cempedak sebesar nugget mandai yang dihasilkan.
50 kg. Pengujian organoleptik yang dilakukan
pada penelitian ini menggunakan skala
Pembuatan Nugget Mandai hedonik yakni skala 1= Sangat Tidak
Percobaan pembuatan nugget Suka (STS), 2= Tidak Suka (TS), 3=
dilakukan untuk mendapatkan Suka (S), 4= Sangat Suka (SS), 5=
komposisi yang tepat. Formulasi Amat Sangat Suka (SAS).
mandai dibagi tiga kelompok yaitu
N1(Tepung terigu 10 % + tepung HASIL DAN PEMBAHASAN
maizena 10%); N2 (Tepung terigu 20 %
+ tepung maizena 20%); dan N3 Percobaan pembuatan nugget
(Tepung terigu 30 % + tepung maizena dilakukan beberapa kali sampai
30%). didapatkan komposisi yang tepat
Proses pembuatan nugget mandai dengan melakukan uji organoleptik.
yaitu : (1) Mandai digiling kasar Hasil uji organoleptik menunjukan
menggunakan blender; (2) mandai yang bahwa nugget mandai dengan
telah digiling dimasukan ke dalam konsentrasi tepung terigu dan tepung
baskom bersama dengan bumbu nugget, maizena sebanyak 30% dari berat
tepung terigu dan tepung maizena lalu mandai menjadi pilihan banyak orang.
diaduk sampai rata; (3) adonan dicetak Hal ini ditunjukkan oleh Tabel 1 bahwa
dengan ukuran homogen 3 x 3 cm warna, tekstur, rasa, dan aroma yang
dengan tebal 1,5 cm; (4) setelah dicetak disukai panelis yaitu dari S (Suka), SS
adonan dikukus selama kurang lebih (Sangat Suka), dan SAS (Sangat Amat
120 menit; (5) setelah didinginkan dari Suka) terdapat pada perlakuan N3.
pengukusan nugget dipotong; (6) Penentuan mutu bahan makanan
potongan nugget dimasukkan ke dalam pada umumnya sangat bergantung pada
kocokan telur kemudian ditaburi tepung beberapa faktor diantaranya cita rasa,
panir hingga seluruh permukaan warna, tekstur dan nilai gizinya.
tertutup rapat; (7) nugget kemudian
dibekukan dalam freezer selama 24 jam;
Agrisains
Jurnal Budidaya Tanaman Perkebunan Politeknik Hasnur 11
Volume 03, Nomor 1, Edisi Mei 2017
Tabel 1. Hasil uji organoleptik pada warna, tekstur, rasa, dan aroma nugget mandai
Agrisains
Jurnal Budidaya Tanaman Perkebunan Politeknik Hasnur 12
Volume 03, Nomor 1, Edisi Mei 2017
DAFTAR PUSTAKA
Agrisains
Jurnal Budidaya Tanaman Perkebunan Politeknik Hasnur 13
Volume 03, Nomor 1, Edisi Mei 2017
ABSTRAK
This study aims to determine the nutrient content of oil palm leaves, by applying the LSU
(Leaf Sampling Unit) method. LSU is a leaf sampling activity which then analyzed the
element of nutrient content to determine the dose of fertilization next period. Fertilization
is a very important activity in the cultivation of oil palm crops. With the determination of
fertilizer doses in accordance with the needs of plants, plants are expected to grow and
produce fresh fruit bunches of quality. The method used in this research is descriptive
method. The LSU is done by selecting the sample blocks, determining the number of trees,
selecting the tree samples, taking the midrib, the determination of the spiral, the
determination of the location of the leaves and the leaf sampling. Nutrient elements
analyzed in this research are N, P, K, B and S. The results of nutrient analysis showed that
the nutrient content of the 80% palm oil plant is still below optimal.
Agrisains
Jurnal Budidaya Tanaman Perkebunan Politeknik Hasnur 14
Volume 03, Nomor 1, Edisi Mei 2017
Agrisains
Jurnal Budidaya Tanaman Perkebunan Politeknik Hasnur 15
Volume 03, Nomor 1, Edisi Mei 2017
Agrisains
Jurnal Budidaya Tanaman Perkebunan Politeknik Hasnur 16
Volume 03, Nomor 1, Edisi Mei 2017
DAFTAR PUSTAKA
Agrisains
Jurnal Budidaya Tanaman Perkebunan Politeknik Hasnur 17
Volume 03, Nomor 1, Edisi Mei 2017
ABSTRACT
Oil palm leaf-eating caterpillars (UPDKS) are the main pests in oil palm plantations.
One of the UPDKS pests that are often encountered is the nettle caterpillar. Nettle
caterpillars attack palm leaf and if the loss of the leaf reaches nearly 100% in the plant
phase produce, a direct impact on production decline. This study aims to determine the
level of caterpillar attack on the TBM phase in PT Barito Putera Plantation. The level
of pest attack can be a recommendation for pest control considerations. The result of
the research on the level of caterpillar attack on oil palm plantation PT Barito Putera
Plantation are 16.1% in TBM 1, 15.2% in TBM 2 and 12.7% in TBM 3. Attack rate
<20% of caterpillar / tree is categorized as mild attack. Therefore, the control of the
caterpillar that needs to be done biologically with natural enemies.
Agrisains
Jurnal Budidaya Tanaman Perkebunan Politeknik Hasnur 18
Volume 03, Nomor 1, Edisi Mei 2017
Raya Kecamatan Marabahan Kabupaten Ulat api yang menyerang daun kelapa
Barito Kuala Kalimantan Selatan. sawit dapat dilihat pada gambar 2.
Bahan yang digunakan meliputi Menurut Syahputra (2013), ulat api
tanaman kelapa sawit fase belum termasuk golongan hama yang
menghasilkan (TBM), yaitu TBM 1, menyerang pada fase larva. Larva instar
TBM 2 dan TBM 3, Turnera subulata, pertama memakan mesofil daun dari
hama ulat api dan predator/ parasitoid. permukaan bawah dan meninggalkan
Alat yang digunakan meliputi botol epidermis daun sebelah atas. Menurut
spesimen, alat tulis dan kamera. Satriawan (2011) ulat api menyukai
Penelitian menggunakan metode daun kelapa sawit yang tua, namun bila
deskriptif dengan pengumpulan data daun tua sudah habis ulat juga
primer dan data sekunder. Data memakan daun-daun muda.
sekunder merupakan SOP pengendalian
hama oleh perusahaan. Data primer
melalui observasi lapangan dengan
sensus hama, tingkat serangan hama
dan angket. Angket disebarkan pada
karyawan perusahaan PT Barito Putera
Plantation sebanyak 30 responden.
Tingkat serangan hama dinyatakan
dalam presentase dengan rumus sebagai
berikut:
Agrisains
Jurnal Budidaya Tanaman Perkebunan Politeknik Hasnur 19
Volume 03, Nomor 1, Edisi Mei 2017
Agrisains
Jurnal Budidaya Tanaman Perkebunan Politeknik Hasnur 20
Volume 03, Nomor 1, Edisi Mei 2017
Agrisains
Jurnal Budidaya Tanaman Perkebunan Politeknik Hasnur 21
Volume 03, Nomor 1, Edisi Mei 2017
Agrisains
Jurnal Budidaya Tanaman Perkebunan Politeknik Hasnur 22
Volume 03, Nomor 1, Edisi Mei 2017
ABSTRACT
The nursery is early activity in the cultivation of oil palm. Maintenance is done on the
main nursery in between watering, fertilizing, weed control and pest control disease.
Maintenance of oil palm seedlings lacking good will have an impact on the results of
the production later. The purpose of this research is to know the technique of watering,
fertilizing, weed control, pest control and disease.
Research conducted is a descriptive research by doing observation of all activities in
the field include observations of watering, fertilizing, weed control, pest control and
disease in nursery and primary supported by data obtained from an employee of PT
Barito Putera Plantation through interviews and documentation.
Watering activities carried out every day in the morning and the afternoon. Watering
using the tool in the form of a water pump, and hose kirico, placed between the
largebag with the system of condensation. Fertilizing is done by way of flushing,
sprinkled and ditugal. The type of fertilizer used is the single rock phosphate,
agricultural lime, urea and compound fertilizer used is NPK 17:8: 9:3MgO. Weed
control technique using two methods, namely, mechanical machetes and using chemical
herbicides. Control of weeds up machetes and control weeds under the machetes as well
as herbicide paraquat.Adoretussp, Apogoniasp, Metisaplana and leaf spotting diseases
due to Curvulariasp chemically controlled by using insecticides and fungicides.
Macacafascicularis is controlled mechanically by using a slingshot. Obstacles faced in
maintenance is hole hose clogged kirico rust carried by air, the limitations of the
equipment such as buckets and barrels of water, damage to the tool knapsack sprayer
herbicide, limitations, and conditions of the nursery was inundated.
Agrisains
Jurnal Budidaya Tanaman Perkebunan Politeknik Hasnur 23
Volume 03, Nomor 1, Edisi Mei 2017
Agrisains
Jurnal Budidaya Tanaman Perkebunan Politeknik Hasnur 24
Volume 03, Nomor 1, Edisi Mei 2017
Pemupukan
Cara pemupukan yang dilakukan
di pembibitan utama PT. Barito Putera
Plantation ada tiga, yaitu ditabur,
ditugal dan disiram. Kegiatan
pemupukan dengan cara ditabur dibagi
menjadi dua, yaitu pada saat pengisian
media tanam ke largebag dan ditabur di
permukaan media tanam pada saat bibit
kelapa sawit telah ditanam. Pemupukan
dengan cara ditugal dilakukan pada saat
melakukan transplanting bibit dari Gambar 1. Grafik Perbandingan Unsur
pembibitan awal ke pembibitan utama. Hara
Alat yang digunakan untuk pemupukan
dengan cara ditugal berupa pipa bor
Pengendalian Gulma
(dop) ukuran 4 inci. Gulma sering disebut sebagai
Rekomendasi pemupukan tumbuhan liar dan merugikan tanaman
berdasarkan SOP di pembibitan utama budidaya terutama dalam persaingan
PT. Barito Putera Plantation dapat penyerapan unsur hara, H2O, udara,
dilihat pada tabel di bawah ini. cahaya, tempat hidup, serta merupakan
inang untuk patogen. Jenis gulma yang
Tabel 1. Rekomendasi Pemupukan di banyak ditemukan di areal pembibitan
Main Nursery kelapa sawit PT. Barito Putera
Dosis (g/pokok) Jenis
Frekuensi Plantation adalah jenis gulma teki-
Umur Pupuk
Aplikasi Kieserite NPK tekian berdaun sempit seperti gambar
NPK
4 4 0 1 15.15.6.4 dibawah ini :
5 1 0 10 12.12.17.2
6 1 10 15 12.12.17.2
7 1 15 15 12.12.17.2
8 1 15 30 12.12.17.2
9 1 30 35 12.12.17.2
10 1 30 35 12.12.17.2
11 1 30 35 12.12.17.2
12 1 30 35 12.12.17.2
13 1 30 40 12.12.17.2
14 1 30 40 12.12.17.2
Gambar 2. Gulma dominan di
pembibitan utama
Jumlah 220 291
Agrisains
Jurnal Budidaya Tanaman Perkebunan Politeknik Hasnur 25
Volume 03, Nomor 1, Edisi Mei 2017
Alat Dosis
Gulma yang dua, yaitu secara kimia dan mekanis.
Teknik dan Herbisi Jenis hama yang menyerang pembibitan
dibuang
Bahan da
utama PT. Barito Putera Plantation
(Pengenda Parang - Gulma yang
lian gulma berada di adalah Apogoniasp danAdoretussp
bawah sekitar hama ini menyerang bibit kelapa sawit
)Mekanis largebag melalui perakarannya dan aktif pada
Kimia Knapsa Paraqu malam hari.Macacafascicularis hama
ckpump at ini menyerang pembibitan utama
dengan
konsen dengan berkelompok dan merusak daun
trasi bibit kelapa sawit.Metisaplana hama ini
0,5% menyerang bagian daun bibit kelapa
(Sumber: data primer, 2016). sawit, pada tingkat lanjut serangannya
dapat menghabiskan daun kelapa sawit.
Pengendalian gulma yang
dilakukan di pembibitan utama PT.
Barito Putera Plantation dilakukan
dengan dua metode, yaitu secara
mekanis dan kimia. Pengendalian gulma
dengan cara mekanis dilakukan dengan
menggunakan alat berupa parang,
sedangkan secara kimia dengan
menggunakan herbisida. Pengendalian
gulma atas dilakukan dengan cara
mekanis, pengendalian gulma bawah Gambar 3. Macacafascicularis
dapat dilakukan dengan cara mekanis
maupun kimia. Jenis herbisida yang
digunakan dalam pengendalian gulma
secara kimia di pembibitan utama PT.
Barito Putera Plantation adalah
herbisida paraquat (jenis herbisida
kontak yang digunakan untuk jenis
gulma keras atau berkayu) dengan
merek dagang supretox. Konsentrasi
yang digunakan dalam pengendalian
gulma secara kimia adalah 0,5%.
Gambar 4. MetisaPlana
Tabel 3. Frekuensi Pengendalian Gulma
di Pembibitan Utama
Frekuensi
Tabel 4. Jenis Hama Penyakit di
No Jenis Pengendalian Pembibitan Utama PT.
(minggu)
Pengendalian gulma 2 Barito Putera Plantation
1 atas Jenis hama Cara Pestisida
Gejala
Pengendalian gulma 4 penyakit aplikasi (dosis)
2 Apogonia sp Lapisan Kimia Sevin 85
bawah
dan epidermis EC
(Sumber: data primer, 2016) Adoretus sp dikikis atau (500
dimakan gram)/2
Pengendalian Hama dan Penyakit seluruhnya minggu
Pengendalian hama yang hingga
dilakukan di pembibitan utama kelapa berlubang
sawit PT. Barito Putera Plantation ada
Agrisains
Jurnal Budidaya Tanaman Perkebunan Politeknik Hasnur 26
Volume 03, Nomor 1, Edisi Mei 2017
Jenis hama
Gejala
Cara Pestisida memasukkan air ke areal pembibitan
penyakit aplikasi (dosis) yang semprotkan ke tanaman
Metisaplana Memakan Kimia Bayrusil dengan menggunakan selang kirico
jaringan (500
daun/epider gram)/ 2 dengan sistem pengembunan.
mis minggu 2. Teknik pemupukan dilakukan
Mamacafas Merusak Mekanis Ketapel dengan cara adalah disiram, ditabur
cicularis daun dan ditugal. Pemupukan di
Curvularia Bercak Kimia Dithane pembibitan utama menggunakan
daun bulan M45/
mula-mula Cozeb 80
jenis pupuk tunggal dan pupuk
cokelat, WP majemuk. Jenis pupuk tunggal yang
bercak (500 digunakan adalah rockphosphate,
bertambah gram)/ 2 kapur pertanian, urea, dan pupuk
besar dan minggu majemuk yang digunakan adalah
saling
bertemu
NPK 17:8:9:3MgO (Agroblen).
3. Gulma dominan di pembibitan main
Penyakit merupakan suatu kondisi nursery adalah jenis teki-tekian.
tanaman mengalami gangguan fisik Teknik pengendalian gulma
baik yang disebabkan oleh virus, menggunakan dua metode
patogen, jamur, maupun kekurangan pengendalian gulma yaitu, mekanis
unsur hara. Pengendalian penyakit dapat dan kimia.
dilakukan dengan beberapa metode di 4. Pengendalian Apogoniasp,
antaranya secara fisik, secara mekanis, Adoretussp, Metisaplanadan
secara kimia, secara biologis dan secara penyakit bercak daun akibat
kultur teknis. Curvulariasp dikendalikan dengan
Pengendalian penyakit di cara kimia dengan menggunakan
pembibitan PT. Barito Putera Plantation insektisida dan fungisida.
dilakukan dengan menggunakan cara Pengendalian
kimia. Jenis penyakit yang terdapat di Macacafascicularisdikendalikan
pembibitan utama kelapa sawit PT. dengan cara mekanis dengan
Barito Putera Plantation bercak daun menggunakan ketapel.
akibat Curvulariasp gejala penyakit ini
pada daun muncul bercak-bercak tidak DAFTAR PUSTAKA
beraturan. Ukuran dari bercak tersebut
tidak bisa membesar namun dengan Fauzi, Yan, dkk.2012. Kelapa sawit.
jumlahnya yang banyak menyebabkan Penebar Swadaya. Jakarta.
daun menjadi kering. Pahan, Iyung.2013.Panduan kelapa
sawit. Jakarta: Penebar Swadaya.
Pahan.2015.Panduan teknis budidaya
KESIMPULAN
kelapa sawit untuk praktisi
Kesimpulan dari penelitian teknik perkebunan. Penebar Swadaya.
pemeliharaan bibit kelapa sawit Jakarta.
(ElaeisguineensisJacq) di pembibitan Sastrosayono, Selardi. 2008. Budi daya
utama PT. Barito Putera Plantation kelapa sawit. AgroMedia Pustaka.
adalah sebagai berikut: Jakarta.
1. Teknik penyiraman bibit di
pembibitan utama PT. Barito Putera
Plantation menggunakan alat berupa
mesin pompa air untuk
Agrisains
Jurnal Budidaya Tanaman Perkebunan Politeknik Hasnur 27
Volume 03, Nomor 1, Edisi Mei 2017
Siska Fitriyanti
Balai Pengkajian dan Pengembangan Pertanian Terpadu (BP3T)
Provinsi Kalimantan Selatan
E-mail: [email protected]
ABSTRACT
The high public interest in foodstuff in the form of noodles, both fresh and instant, has
encouraged the high demand of wheat flour to meet the needs of making noodles. To
reduce dependence on wheat import required a material that can replace the role of
wheat flour as the main raw material of noodles. Corn is one of the alternative
commodities of locally available with cheaper price. These commodities are widely
known, easy to cultivate, their adaptability is widespread and can be planted in less
fertile soil. This study aims to describe the prospect of substitution of wheat flour with
flour made from local commodities, namely corn, in terms of economy, taste, and
nutritional value. Thus, it is expected to increase the economic value of corn. Corn used
in this study there are 2 variants, namely sweet corn and pulut corn. The combination of
noodle material is divided into 6 groups namely A1 (50% sweet corn + 50% wheat
flour); A2 (50% pulut corn + 50% wheat flour), B1 ((75% sweet corn + 25% wheat
flour); B2 (75% pulut corn + 25% wheat flour); C1 (100% sweet corn); and C2 (100%
pulut corn) Basically, corn is very potential to be used as raw material of noodles on a
large scale, but there are still some obstacles that need to be overcome such as
neutralizing the typical corn aroma and the consistency of noodle dough elasticity.
Agrisains
Jurnal Budidaya Tanaman Perkebunan Politeknik Hasnur 28
Volume 03, Nomor 1, Edisi Mei 2017
pati. Mie berbasis pati yang telah Mie berbahan baku tepung
dikenal dan dikonsumsi oleh jagung dibagi menjadi 6 kelompok
masyarakat antara lain bihun, kwetiau, kombinasi bahan, yaitu sebagai berikut:
dan soun (Analianasari dan Zaini 2016). A1 = 50% tepung jagung manis : 50%
Berbeda dengan mie terigu yang tepung terigu
memiliki gluten sebagai pembentuk A2 = 50% tepung jagung pulut : 50%
tekstur mie, struktur mie pati dibentuk tepung terigu
oleh matrik yang terbentuk akibat B1 = 75% tepung jagung manis : 25%
gelatinisasi. Sehingga karakteristik pati tepung terigu
sangat berpengaruh terhadap kualitas mi B = 75% tepung jagung pulut: 25%
pati yang dihasilkan (Arief dan Zahara tepung terigu
2016). C1 = 100% tepung jagung manis
Penelitian ini bertujuan untuk C2 = 100% tepung jagung pulut
mendeskripsikan prospek substitusi Uji organoleptik merupakan cara
tepung terigu dengan tepung berbahan untuk mengetahui respon panelis
komoditas lokal yaitu jagung, dari segi terhadap produk mie jagung. Uji
ekonomi, rasa, dan nilai gizi. Dengan organoleptik dilakukan dengan tiga
demikian diharapkan dapat parameter yaitu kenampakan (warna &
meningkatkan nilai ekonomi jagung bentuk), tekstur dan rasa karena tingkat
bagi masyarakat dengan cara kesukaan konsumen terhadap suatu
mengolahnya menjadi produk pangan produk dipengaruhi oleh warna, aroma,
lanjutan yaitu mie. rasa, dan rangsangan mulut (Laksmi
2012). Pengujian ini dilakukan untuk
METODE PENELITIAN mengetahui penilaian masing-masing
panelis terhadap mie jagung sebagai
Bahan utama adalah jagung bahan penguji. Pengujian organoleptik
manis dan jagung pulut, tepung terigu, yang dilakukan adalah uji hedonik yaitu
baking powder, telur, garam. Alat yang pengujian yang dilakukan pada
digunakan dalam penelitian ini adalah sejumlah panelis untuk mengetahui
pisau, sendok, ayakan 80 mesh, mixer, tingkat daya terima konsumen terhadap
mesin sheeter, mesin pencetak mie, produk. Skor penilaian panelis adalah
timbangan, oven, kompor, panci, sebegai berikut:
baskom. 1= sangat tidak suka
Tepung jagung dibuat dengan 2= tidak suka
cara jagung ditumbuk kasar. Kemudian 3= agak suka
hasil tumbukan direndam selama satu 4= suka
malam. Hasil rendaman ditiriskan, 5= sangat suka.
ditumbuk lagi untuk kemudian
dihaluskan menggunakan alat HASIL DAN PEMBAHASAN
penggiling. Jagung yang telah halus
dijemur di bawah sinar matahari selama Mie jagung merupakan produk
satu hari (jika terasa masih belum baru yang dapat dikembangkan dalam
terlalu kering dilanjutkan dengan rangka diversifikasi pangan. Pembuatan
pengeringan menggunakan oven). produk mie dari bahan baku jagung
terakhir dilakukan pengayakan sehingga memerlukan beberapa bentuk
dihasilkan tepung jagung yang halus penyesuaian. Proses pengolahan mie
(Indrianti, Sholichah dan Darmajana jagung berbeda dengan pengolahan mie
2014). terigu karena setelah pencampuran
bahan dilakukan pengukusan.
Agrisains
Jurnal Budidaya Tanaman Perkebunan Politeknik Hasnur 29
Volume 03, Nomor 1, Edisi Mei 2017
Agrisains
Jurnal Budidaya Tanaman Perkebunan Politeknik Hasnur 30
Volume 03, Nomor 1, Edisi Mei 2017
Agrisains
Jurnal Budidaya Tanaman Perkebunan Politeknik Hasnur 31
Volume 03, Nomor 1, Edisi Mei 2017
Agrisains
Jurnal Budidaya Tanaman Perkebunan Politeknik Hasnur 32