0% found this document useful (0 votes)
30 views10 pages

Tingkat Anemia Berhubungan Dengan Kejadian Abortus Pada Ibu Hamil

This document discusses a study that examined the relationship between anemia levels and abortion incidence in pregnant women in Indonesia. The study found that 63.6% of women experienced anemia and 54.5% experienced abortion. Statistical analysis showed a significant correlation between higher anemia levels and increased abortion risk, with a correlation coefficient of 0.812. Iron deficiency in pregnant women can harm fetal growth and development, potentially leading to abortion or other complications. The study aims to encourage pregnant women to maintain nutrition, especially iron intake, to prevent anemia and reduce abortion risk.
Copyright
© © All Rights Reserved
We take content rights seriously. If you suspect this is your content, claim it here.
Available Formats
Download as PDF, TXT or read online on Scribd
0% found this document useful (0 votes)
30 views10 pages

Tingkat Anemia Berhubungan Dengan Kejadian Abortus Pada Ibu Hamil

This document discusses a study that examined the relationship between anemia levels and abortion incidence in pregnant women in Indonesia. The study found that 63.6% of women experienced anemia and 54.5% experienced abortion. Statistical analysis showed a significant correlation between higher anemia levels and increased abortion risk, with a correlation coefficient of 0.812. Iron deficiency in pregnant women can harm fetal growth and development, potentially leading to abortion or other complications. The study aims to encourage pregnant women to maintain nutrition, especially iron intake, to prevent anemia and reduce abortion risk.
Copyright
© © All Rights Reserved
We take content rights seriously. If you suspect this is your content, claim it here.
Available Formats
Download as PDF, TXT or read online on Scribd
You are on page 1/ 10

59

Jurnal Care Vol .5, No.1,Tahun 2017

TINGKAT ANEMIA BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN ABORTUS


PADA IBU HAMIL

Indah Jayani
Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Kadiri
e-mail: [email protected]

ABSTRACT

Iron deficiency in pregnant women can cause interference or hindrance in the growth of the fetus, both of body
cells and brain cells. Anemia can result in death of the fetus in the womb, abortion, birth defects, low birth
weight, anemia in babies born. Excessive bleeding caused the maternal mortality. This study was to
determine the relationship between the level of anemia with the abortion in pregnant women in community
health center of sub-district Mojo, Ngadi, Kediri. This research was a correlational analytical research with
cross-sectional approach using secondary data. The population in this study were all pregnant women in
community health center of sub-district Mojo, Ngadi, Kediri with a sample of 77 people, obtained by simple
random sampling. The research instrument was a data collection sheet. Data were analyzed using spearman
rank. The results show based on the level of anemia, most experienced anemia is 49 people (63.6%) and
based on the incidence of abortion, most experienced abortion were 42 people (54.5%). The bivariate
analysis using spearman rank test showed the value of ρ value = 0,000 <α = 0.05 which means that H0
rejected and H1 accepted, then there is a correlation between the level of anemia with abortion, with a
correlation coefficient of r = 0.812. Expected for all pregnant women who have experienced abortion to
keep her pregnancy by avoiding the factors that could trigger the abortion occurrence, that is by regularly
checking the pregnancy so that they can monitor its health. Additionally, pregnant women also can improve
their quality of life by eating and balanced nutrition especially the consumption of iron to prevent anemia
which is one of the pre-disposition of abortion.
Keywords : anemia, abortion, pregnant women

ABSTRAK
Kekurangan zat besi pada wanita hamil dapat menyebabkan gangguan ataupun hambatan
pada pertumbuhan janin, baik sel tubuh maupun sel otak. Anemia gizi dapat
mengakibatkan kematian janin didalam kandungan, abortus, cacat bawaan, BBLR, anemia
pada bayi yang dilahirkan. Perdarahan yang banyak menyebabkan kematian ibu.Penelitian
ini adalah mengetahui hubungan antara tingkat anemia dengan kejadian abortus pada ibu
hamil di wilayah kerja Puskesmas Ngadi kecamatan Mojo Kabupaten Kediri.Jenis penelitian
ini adalah penelitian analitik korelasional dengan pendekatan crossectional dengan
menggunakan data sekunder. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh ibu hamil di
Puskesmas Ngadi kecamatan Mojo Kabupaten Kediri dengan sampel sejumlah 77 orang,
diperoleh dengan simple random sampling. Instrumen penelitian yang digunakan adalah
lembar pengumpul data. Analisa data menggunakan rank spearman.Hasil penelitian
menunjukkan berdasarkan tingkat anemia sebagian besar mengalami anemia yaitu
49 orang (63,6%) dan berdasarkan kejadian abortus sebagian besar mengalami abortus
yaitu 42 orang (54,5%). Analisis bivariat menggunakan uji spearman rank didapatkan hasil
60
Jurnal Care Vol .5, No.1,Tahun 2017

nilai ρ value = 0,000 <α = 0,05 yang berarti H0 ditolak dan H1 diterima maka ada
hubungan antara tingkat anemia dengan kejadian abortus, dengan nilai coefficient correlation
sebesar r=0,812.Diharapkan ibu hamil yang pernah mengalami abortus lebih menjaga
kehamilannya dengan menghindari faktor-faktor yang dapat memicu terjadinya abortus
yaitu dengan teratur berkunjung melakukan pemeriksaan kehamilannnya sehingga dapat
dimonitor kesehatannnya. Selain itu juga para ibu hamil dapat meningkatkan kualitas
hidupnya dengan makan dan gizi seimbang terutama konsumsi zat besi agar tidak terjadi
anemia yang merupakan salah satu faktor predisposisi terjadinya abortus.

Kata Kunci : anemia, abortus, ibu hamil

PENDAHULUAN 34 % ibu hamil mengalami anemia,


Kematian maternal dan neonatal diantaranya 75 % berada di negara sedang
merupakan masalah besar khususnya di berkembang (WHO, 2005 dalam Syafa,
negara yang sedang berkembang. Sekitar 2010). Di Indonesia, ditemukan sebanyak
98-99% kematian maternal dan perinatal 63,5% ibu hamil mengalami anemia
terjadi di negara berkembang, sedangkan (Saifudin, 2006); sedangkan di Bali
di negara maju hanya 1-2%. Sebagian 46, 2 % (Ani dkk., 2007). Status anemia
besar kematian tersebut masih dapat ibu hamil sekitar 62,3 % berupa anemia
dicegah apabila mendapat pertolongan defisiensi besi (ADB) (Wiknjosastro,
pertama yang adekuat (Manuaba, 2005).
2007).Sri Hermiyati (2008) mengatakan
terdapat 4.692 jiwa ibu melayang karena Abortus adalah ancaman atau
tiga kasus (kehamilan, persalinan, dan pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin
nifas). Kematian langsung ibu hamil dan dapat hidup di luar kandungan.Sebagai
melahirkan akibat terjadinya perdarahan batasan ialah kehamilan kurang dari
(28%), eklampsia (24%), infeksi (11%), 20 minggu atau berat janin kurang dari
partus lama (5%) dan abortus (5%). 500 gram (Bantuk Hadijanto,2008). Selain
Perdarahan yang banyak menyebabkan dampak tumbuh kembang janin, anemia
kematian ibu yang sekarang banyak pada ibu hamil juga mengakibatkan
ditemui adalah abortus (Saleh, 2010). terjadinya gangguan plasenta seperti
hipertropi, kalsifikasi, dan infark,
Anemia pada ibu hamil merupakan kasus sehingga terjadi gangguan fungsinya. Hal
dengan insiden yang tinggi dan ini dapat mengakibatkan gangguan
memberikan dampak baik pada ibu pertumbuhan janin (Wiknjosastro, 2005).
maupun pada janin. Didunia sebanyak Sedangkan Agoola (1979) melaporkan
61
Jurnal Care Vol .5, No.1,Tahun 2017

bahwa berat plasenta pada ibu hamil BBLR dan prematur juga lebih besar
dengan anemia adalah lebih tinggi tanpa (Lubis, 2003).
tergantung dengan jenis anemianya.
Selain itu, anemia pada ibu hamil terdapat Angka kejadian anemia cukup tinggi di
hipertrofi plasenta dan villi yang seluruh dunia, berkisar antara 10% dan
mempengaruhi berat plasenta (Robert et 20%. Hal ini disebabkan defisiensi
al., 2008). makanan memegang peranan penting
dalam timbulnya anemia, maka dapat
Terdapat dua jenis abortus, yaitu abortus dipahami bahwa angka kejadian tersebut
spontan dan abortus provokatus. Abortus lebih besar di negara-negara yang
spontan didefinisikan sebagai abortus berkembang (Wiknjosastro, 2005).
yang terjadi tanpa tindakan mekanis atau Frekuensi ibu hamil dengan anemia di
medis.Dengan kata lain yang luas Indonesia relatif tinggi yaitu 63,5%
digunakan adalah keguguran sedangkan di Amerika hanya 6%.
(miscarriage). Sedangkan abortus yang Kekurangan gizi dan kurangnya perhatian
terjadi dengan sengaja dilakukan tindakan terhadap ibu hamil merupakan
disebut sebagai abortus provokatus predisposisi anemia defisiensi pada ibu
(Cunningham dkk.,2010). Kekurangan zat hamil di Indonesia (Saifuddin, 2002).
besi pada wanita hamil dapat Prevalensi anemia di Indonesia adalah
menyebabkan gangguan ataupun 70% ini berarti 7 dari 10 wanita hamil
hambatan pada pertumbuhan janin, baik menderita anemia yang di sebabkan
sel tubuh maupun sel otak. Anemia gizi karena konsumsi makanan yang buruk
dapat mengakibatkan kematian janin (Khomsan, 2002). Berdasarkan Suvei
didalam kandungan, abortus, cacat Kesehatan Rumah Tangga (2001), di
bawaan, BBLR, anemia pada bayi yang Indonesia prevalensi anemia pada
dilahirkan.Hal ini menyebabkan kehamilan masih tinggi yaitu sekitar
morbiditas dan mortalitas ibu dan 40,1%. Berdasarkan survei pemetaan
kematian perinatal secara bermakna lebih anemia tahun 2000 di Jawa Tengah
tinggi. Ibu hamil yang menderita anemia terdapat 58,1% ibu hamil terkena anemia.
berat dapat meningkatkan resiko
morbiditas maupun mortalitas ibu dan Dari data yang diperoleh, pada tahun
bayi, kemungkinan melahirkan bayi 2015 jumlah ibu primigravida yang
mengalami anemia di Puskesmas Ngadi
62
Jurnal Care Vol .5, No.1,Tahun 2017

Kecamatan Mojo Kabupaten Kediri Sedangkan dampak jangka panjang antara


tahun 2015 sebanyak 266 orang dan ibu lain tidak dapat hamil kembali, abortus
primigravida yang mengalami abortus berulang, kelahiran prematur, peradangan
sebanyak 52 atau 21%. Dari hasil survey pelvis dan hysterectomy.
tersebut di peroleh data bahwa masih
tingginya ibu hamil primigravida dengan METODE PENELITIAN
anemia dan kejadian abortus imminen Rancangan yang digunakan dalam
pada ibu hamil primigravida. penelitian ini adalah analitik korelasional
dengan pendekatan crossectional. Cara
Penyebab abortus secara umum bisa pengumpulan data yang digunakan adalah
karena beberapa faktor, baik faktor janin survey dengan menggunakan sumber data
maupun faktor maternal. Faktor janin primer. Populasi dalam penelitian ini
diantaranya adalah perkembangan zigot adalah semua ibu hamil primigravida di
karena kromosom abnormal seperti Puskesmas Ngadi Kecamatan Mojo
aneuploidi, euploid, trisomi autosom, Kabupaten Kediri tahun 2015 sebanyak
monosomi X, sedangkan faktor ibu bisa 266 orang, dengan sampel sebanyak
karena usia, infeksi seperti chlamidia 77 orang melalui teknik simple random
trachomatis, penyakit kronis seperti sampling.
TBC, karsinoma, malnutrisi, radiasi,
merokok, kelainan endrokinologi, Variabel penelitian pada penelitian ini
defisiensi progesterone, trauma, adalah variabel independen adalah tingkat
laparatomi, kelainan struktur uterus, anemia, sedangkan variabel dependen
respon imun abnormal dan faktor adalah kejadian abortus imminens.
ekternal lingkungan. Instrumen yang digunakan dalam
penelitian ini adalah lembar pengumpul
Abortus memberikan dampak yang data, dan uji valliditas dan reliabilitas
berkepanjangan baik itu dalam jangka lakukan sebelum alat ukur di gunakan
pendek maupun jangka panjang. Dampak untuk penelitian. Penguji validitas yang
jangka pendek adalah rasa sakit yang digunakan pada instrumen penelitian ini
berkepanjangan, perdarahan, komplikasi adalah construct validity yaitu konsep
infeksi, syok sampai dengan koma, bagian validitas yang mengacu pada kemampuan
bayi bisa tertinggal didalam, dan akibat instrumen untuk mengukur konsep,
lebih lanjut adalah kematian ibu. Factory al validity berdasar factor yang
63
Jurnal Care Vol .5, No.1,Tahun 2017

mempengaruhi, dan Face validity Tabel 1 Distribusi Frekuensi Berdasarkan


Riwayat Penyakit Infeksi Ibu
berdasarkan keefektifan alat ukur.
Hamil di Puskesmas Ngadi
Kecamatan Mojo Kabupaten
Kediri
HASIL Riwayat Jumlah %
Penyakit Infeksi
Karakteristik responden berdasarkan Pernah 17 22,1
umur ibu hamil di Puskesmas Ngadi Tidak Pernah 60 77,9
Jumlah 77 100
Kecamatan Mojo Kabupaten Kediri Sumber : Data rekam medik, 2015
diketahui bahwa sebagian besar ibu hamil
mempunyai umur lebih dari 35 tahun Tabel 2 Distribusi Frekuensi Berdasarkan
yakni sebanyak 50 orang(64,9%). Riwayat Penyakit Endokrinologi
Ibu Hamil di Puskesmas Ngadi
Kecamatan Mojo Kabupaten
Karakteristik responden berdasarkan Kediri
Riwayat Penyakit Jumlah %
paritas ibu hamil diketahui bahwa Endokrinologi
sebagian besar ibu hamil tergolong Ada 20 26,0
Tidak Ada 57 74,0
multipara yakni 47 orang (61%). Jumlah 77 100
Sumber : Data rekam medik, 2015
Karakteristik responden berdasarkan Berdasarkan Tabel 2 dapat
pendidikan terakhir ibu hamil diketahui diinterpretasikan bahwa sebagian besar
bahwa hampir setengah ibu hamil ibu hamil tidak pernah mempunyai
mempunyai pendidikan terakhir riwayat penyakit endokrinologi yakni
menengah yakni 32 orang (41,6%). sebanyak 57 orang (74,0%).
Karakteristik responden berdasarkan
riwayat abortus sebelumnya diketahui Tabel 3 Distribusi Frekuensi Berdasarkan
bahwa sebagian besar responden tidak Tingkat Anemia Ibu Hamil di
Puskesmas Ngadi Kecamatan
pernah mempunyai riwayat abortus yaitu Mojo Kabupaten Kediri
sebanyak 54 orang (70,1%). Tingkat Anemia Jumlah %
Tidak anemia 28 36,4
Anemia ringan 19 24,7
Berdasarkan Tabel 1 dapat Anemia sedang 5 6,5
Anemia Berat 25 32,5
diinterpretasikan bahwa hampir seluruh
Jumlah 77 100
responden tidak mempunyai riwayat Sumber : Data hasil penelitian, 2015
penyakit infeksi yakni sebanyak 60 orang
Berdasarkan Tabel 3 dapat
(77,9%).
diinterpretasikan bahwa sebagian besar
64
Jurnal Care Vol .5, No.1,Tahun 2017

ibu hamil mengalami anemia berat yakni uji spearman rank didapatkan hasil nilai
49 orang (63,6%). ρ value = 0,00 <α = 0,05 yang berarti H0
ditolak dan H1 diterima maka ada
Berdasarkan Tabel 4 dapat hubungan antara tingkat anemia dengan
diinterpretasikan bahwa sebagian besar kejadian abortus pada ibu hamil di
ibu hamil pernah mengalami abortus Puskesmas Ngadi Kecamatan Mojo
yaitu 42 orang (54,5%). Kabupaten Kediri.
Tabel 4 Distribusi Frekuensi Berdasarkan
Kejadian Abortus pada Ibu Hamil
di Puskesmas Ngadi Kecamatan PEMBAHASAN
Mojo Kabupaten Kediri
Sebagian besar ibu hamil mengalami
Kejadian Abortus Jumlah %
Abortus 42 54,5 anemia berat yakni 49 orang (63,6%).
Tidak Abortus 35 45,5 Anemia dalam kehamilan adalah anemia
Jumlah 77 100
Sumber : Data hasil penelitian, 2015 karena kekurangan zat besi.Anemia pada
kehamilan merupakan masalah nasional
karena mencerminkan nilai kesejahteraan
Berdasarkan Tabel 5 diinterpretasikan
sosial ekonomi masyarakat dan
bahwa ibu hamil yang mengalami anemia
pengaruhnya sangat besar terhadap
berat dapat berakibat pada terjadinya
kualitas sumber daya manusia (Manuaba,
abortus yakni sebanyak 25 orang (59,5%).
2008).
Hasil analisa data dengan menggunakan

Tabel 5 Tabulasi Silang Hubungan Tingkat Anemia dengan Kejadian Abortus Ibu Hamil di
Wilayah Kerja Puskesmas Ngadi Kecamatan Mojo Kabupaten Kediri
Tingkat Kejadian Abortus Jumlah
Anemia Abortus Tidak Abortus
N % N % N %
Tidak Anemia 0 0 28 80 28 32,5
Anemia Ringan 15 35,7 4 11,4 19 29,9
Anemia Sedang 2 4,8 3 8,6 5 25,9
Anemia Berat 25 59,5 0 0 25 32,5
Jumlah 42 100 35 100 77 100
ρ=0,00 r=0,504 α =0,05
Sumber : Data hasil penelitian, 2015

Anemia yang sering terjadi pada trimester 2 nilai batas tersebut dan
kehamilan disebabkan kondisi ibu dengan perbedaannya dengan kondisi wanita
kadar Hb dibawah 11 gr% pada trimester tidak hamil karena terjadi hemodilusi
1 dan 3 atau kadar <10,5 gr% pada terutama trimester 2 (Sarwono, 2009).
65
Jurnal Care Vol .5, No.1,Tahun 2017

Sebagian besar tingkat usia mengalami berkaitan dengan pemenuhan gizi ibu
anemia yaitu 49 orang (63,6%). Menurut hamil dan konsumsi zat besi untuk
peneliti hal tersebut kemungkinan terjadi tambahan zat gizi yang diperlukan oleh
dikarenakan ibu hamil tidak ibu hamil. Hal ini sesuai dengan hasil
mengkonsumsi zat besi selama penelitian yang menyebutkan bahwa
kehamilannya. Jika terjadi kesalahan 63,6% ibu mengalami anemia walaupun
dalam konsumsi tablet Fe akan sebagian besar dari mereka sudah
berpengaruh terhadap anemia. Jumlah Fe berpengalaman dalam kehamilan
yang kurang akan berakibat pada sebelumnya. Sebagian besar ibu 61%
kehamilan karena akan menguras mengalami anemia adalah multipara dan
persediaan Fe dalam tubuh dan akhirnya 19,5% adalah grandemultipara.
menimbulkan anemia pada kehamilan.
Pada kehamilan relatif terjadi anemia Sebagian besar ibu hamil mengalami
karena darah ibu mengalami hemodilusi abortus yaitu 42 orang (54,5%). Lebih
dengan peningkatan volume 30% sampai dari 80% kasus abortus spontan terjadi
40% yang puncaknya pada kehamilan 32 pada usia kehamilan 12 minggu, setelah
sampai 34 minggu. Jumlah peningkatan itu angka kejadiannya cepat menurun.
sel darah 18 sampai 30%,dan hemoglobin Kelainan kromosom merupakan
sekitar 19%. Bila hemoglobin ibu penyebab terbanyak dari kasus abortus.
sebelum hamil sekitar 11 gr% maka Risiko terjadinya abortus spontan
dengan terjadinya hemodilusi akan meningkat seiring dengan meningkatnya
meningkatkan anemia hamil fisiologis dan usia ibu dan ayah serta faktor lain seperti
Hb ibu akan menjadi 9,5 sampai infeksi dan penyakit endokrinologi
10,5 gr%. (Cuningham dkk, 2005).Opini peneliti
bahwa kejadian abortus yang dialami ibu
Banyak faktor yang mempengaruhi hamil dimungkinkan ahyak faktor,
anemia pada ibu hamil salah satunya termasuk faktor janin dan faktor ibu.
adalah faktor pendidikan. Asumsi Faktor janin diantaranya dikarenakan
peneliti faktor pendidikan secara tidak perkembangan zigot abnormal,
langsung dapat mempengaruhi kejadian aneuploidi, euploid, trisomi autosom,
anemia. Ibu dengan pendidikan yang monosomi x, dan kelainan struktural
rendah akan mempengaruhi proses kromosom. Sedangkan dari faktor ibu
berpikir dan berperilaku. Dalam hal ini dapat dipengaruhi oleh usia ibu, infeksi,
66
Jurnal Care Vol .5, No.1,Tahun 2017

penyakit kronis, kelainan endokrinologi, artinya jika semakin berat tingkat anemia
malnutrisi, anemia, radiasi, merokok, maka semakin tinggi kejadian abortus,
kafein, trauma dan laparatomi, kelainan sebaliknya jika semakin rendah tingkat
struktur uterus, penyakit autoimun : SLE anemia maka semakin rendah kejadian
(Systemic Lupus Eritematosus), ACA abortus.
(antibody anticardiolipin), Respon imunne
abnormal, toksin lingkungan. Kekurangan zat besi pada wanita hamil
dapat menyebabkan gangguan ataupun
Sebagian besar ibu hamil mengalami hambatan pada pertumbuhan janin, baik
abortus yaitu 42 orang (54,5%). Hal ini sel tubuh maupun sel otak. Anemia gizi
sesuai dengan teori yang dikemukakan dapat mengakibatkan kematian janin
oleh Cuningham (2005) yang didalam kandungan, abortus, cacat
menyebutkan bahwa secara klinis bawaan, BBLR, anemia pada bayi yang
frekuensi abortus bertambah 12% pada dilahirkan, hal ini menyebabkan
wanita yang berusia kurang dari 20 tahun morbiditas dan mortalitas ibu dan
dan menjadi 26% pada wanita diatas 35 kematian perinatal secara bermakna lebih
tahun. Menurut peneliti hasil tersebut tinggi. Ibu hamil yang menderita anemia
dipengaruhi oleh usia dan paritas ibu berat meningkatkan resiko morbiditas
hamil, dimana didapatkan sebagian besar maupun mortalitas ibu dan bayi,
adalah usia diatas 35 tahun dan paritas kemungkinan melahirkan bayi BBLR dan
yang terbanyak adalah multipara. prematur juga lebih besar (Lubis, 2003).

Analisa data dengan menggunakan uji Penyebab abortus secara umum bisa
spearman rank didapatkan hasil nilai ρ karena beberapa faktor, baik faktor janin
value = 0,000 <α = 0,05 yang berarti H0 maupun faktor maternal. Faktor janin
ditolak dan H1 diterima maka ada diantaranya adalah perkembangan zigot
hubungan tingkat anemia dengan kejadian karena kromosom abnormal seperti
abortus pada ibu hamil diwilayah kerja aneuploidi, euploid, trisomi autosom,
Puskesmas Ngadi kecamatan Mojo monosomi X, sedangkan faktor ibu bisa
kabupaten Kediri tahun 2015, dengan karena usia, infeksi seperti chlamidia
nilai coefficient correlation sebesar r = 0,504. trachomatis, penyakit kronis seperti TBC,
Hal ini menunjukan bahwah terdapat karsinoma, malnutrisi, radiasi, merokok,
hubungan cukup kuat dengan arah (+), kelainan endrokinologi, defisiensi
67
Jurnal Care Vol .5, No.1,Tahun 2017

progesterone, trauma, laparatomi, 3. Ada hubungan antara tingkat anemia


kelainan struktur uterus, respon imun dengan kejadian abortus pada ibu
abnormal dan faktor ekternal lingkungan. hamil di Puskesmas Ngadi Kecamatan
Mojo Kabupaten Kediri
Hasil penelitian menunjukkan ada
REFERENSI
hubungan cukup kuat antara tingkat
anemia dengan kejadian abortus. Menurut Bantuk Hadijanto.(2008). Pendarahan
peneliti pada anemia resiko terjadinya pada Kehamilan Muda In: Ilmu
abortus cukup tinggi. Hal ini dapat terjadi Kebidanan Sarwono
karena pada kondisi anemia dinding Prawirohardjo. Jakarta , PT Bina
pembuluh darah mudah mengalami Pustaka Sarwono Prawirohardjo :
trombosis dari pembuluh darah 459-473. Cunningham. (2010).
uteroplasenta akan menyebabkan perfusi Williams Obstetrics 21st. USA: The
ke plasenta terganggu. Kegagalan pada Mc Graw Hill Companies, Inc.
endovaskular dan interstisial dari
Depkes. (2009). Kebijakan Depkes Dalam
diferensiasi extravillus trofoblas akan
Penurunan AKI Dan AKB. Jakarta
menyebabkan abortus pada awal
kehamilan. Pada kasus lain dari abortus Dewi, Vivian,N. (2011). Asuhan Neonatus

spontan pada awal kehamilan, sinsitial Bayi dan Balita, Jakarta: Salemba

extravillous trofoblas tidak mencapai Medika

arteri spiralis. Hal ini menyebabkan arteri Hermiyanti, Sri. (2008). Kebijakan
tidak berpulsasi dan suplai darah yang Operasional Percepatan Penurunan
melalui arteri spiralis tidak akan adekuat Angka Kematian. Direktur Bina
sampai akhir kehamilan trimester pertama Kesehatan Ibu Ditjen Bina
yang menyebabkan terjadinya abortus Kesmas.
spontan.
Lubis, Z. (2003).Status Gizi Ibu Hamil
KESIMPULAN Serta Pengaruhnya Terhadap Bayi
1. Sebagian besar ibu hamil mengalami Yang Di Lahirkan.
anemia berat Source:http://pustaka.ictsleman.ne
2. Sebagian besar ibu hamil pernah t/how/k/kesehatan/12_status_gizi
mengalami abortus _i bu_hamilManuaba IBG.
2001. Kapita Selekta Penatalaksanaan
68
Jurnal Care Vol .5, No.1,Tahun 2017

Rutin Obstetri Ginekologi dan KB. dan profesi tahun akademik 2013-
Jakarta: EGC 2014. Kediri : UNIK.

Manuaba, IBG. (2007). Ilmu Kebidanan, Proverawati, Atikah, dan Erna K. (2011).
Penyakit Kandungan dan Keluarga Ilmu Gizi untuk Keperawatan dan Gizi
Berencana untuk Pendidikan Bidan. Kesehatan. Yogyakarta: Nuha
Jakarta : EGC. Medika

McKenzia, F., Zames, Pinger, R., Robert, Pudjiadi, Solihin. (2003). Ilmu Gizi Klinis
Kotecki, E., Jerome.( 2007). pada Anak. Jakarta: Balai Penerbit
Kesehatan Masyarakat Suatu FKUI.
Pengantar (Terjemahan Palupi
Saifuddin.(2002). Buku Acuan : Asuhan
Widyastuti), Jakarta: EGC
Persalinan Normal. Penerbit Buku
Prawirohardjo,Sarwono.(2002).Ilmu Kedokteran EGC. Jakarta.
Kebidanan. Jakarta:Yayasan Bina
Survey Demografi Kesehatan Indonesia.
Pustaka
(2007). Angka Kematian Bayi.
Prodi Bidan Pendidik (D.IV), FIK-
Wiknjosastro H. (2005).Ilmu Kandungan
UNIK.( 2013). Pedoman penyusunan
Ed 2. Jakarta : EGC. 2005. P-78
dan penulisan skripsi program sarjana

You might also like