0% found this document useful (0 votes)
25 views10 pages

ID Faktor Faktor Yang Berhubungan Dengan Pe

This document analyzes factors that influence teenage girls' behavior of dating violence at SMA X Semarang City. It finds that age, class level, attitudes, infrastructure, family support, and friend support are related to dating violence, while knowledge and teacher support are not related.

Uploaded by

Icha Kristina
Copyright
© © All Rights Reserved
We take content rights seriously. If you suspect this is your content, claim it here.
Available Formats
Download as PDF, TXT or read online on Scribd
0% found this document useful (0 votes)
25 views10 pages

ID Faktor Faktor Yang Berhubungan Dengan Pe

This document analyzes factors that influence teenage girls' behavior of dating violence at SMA X Semarang City. It finds that age, class level, attitudes, infrastructure, family support, and friend support are related to dating violence, while knowledge and teacher support are not related.

Uploaded by

Icha Kristina
Copyright
© © All Rights Reserved
We take content rights seriously. If you suspect this is your content, claim it here.
Available Formats
Download as PDF, TXT or read online on Scribd
You are on page 1/ 10

JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)

Volume 3, Nomor 3, April 2015 (ISSN: 2356-3346)


http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

Analisis Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Remaja Putri terhadap


Perilaku Kekerasan dalam Pacaran di SMA “X” Kota Semarang

Khansa Maulidta Anantri *)

*) mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro

Koresponden : [email protected]

ABSTRACT

Women National Comission recorded that there are 21% violence behavior in
dating with 61 victims.BP3AKB Central Java recorded 12 violence victims in
dating is occured in high school.High number of violent behavior in dating is
came from knowledge and attitude to violence behavior in dating that is not
realized and understood by teenager.Female students of X High School in
Semarang who experience violence in dating are 48.2%.The purpose of this
research is to analyze the relation between knowledge and attitude of teenage
girl to violence behavior in dating in X secondary school in Semarang.This
research is using quantitative method with cross sectional approach.The
population is active student (female) in X secondary school in Semarang with
total amount 592 people and 85 samples who are choosen by random sampling
method with sample taking technic is propportional random sampling.The source
of this data is using primary and secondary data.The data analysis is using
univariate and bivariate with Chi Square statistical test (significance level
0.05).Most of the respondents were 17-20 years of age (late teens) (63.5%) and
grade level respondents were in grade 10 (35, 7%). Respondents have less
knowledge category (62.4%), the attitude of the respondents in both categories
(56.5%), infrastructure (56.5%), family support (61.2%), the support of friends
both categories (52, 9%) and support teachers (58.8%).The result of Chi Square
test found there is relation between age, grade levels, attitudes, infrastructure,
family support, and the support of friends as for the knowledge and support of the
teachers are not relate to violent behavior in dating inX high school in Semarang.

Keywords : analysis factor, behavior, violent, dating

PENDAHULUAN sekitar namun terkadang tidak


disadari baik itu oleh korban atau
Kekerasan dalam pacaran bahkan oleh pelakunya sendiri.
merupakan serangan seksual, fisik, Berdasarkan data Komnas
maupun emosional yang dilakukan Perempuan pada tahun 2012
kepada pasangan sewaktu pacaran.1 tercatat 13% atau 1.085 kasus
Kekerasan dalam berpacaran kekerasan dalam pacaran2 dan
tergolong dalam suatu bentuk meningkat pada tahun 2013
perilaku menyimpang remaja yang sebanyak 21% atau 2.507 kasus
kasusnya biasa terjadi di lingkungan kekerasan dalam pacaran.3

908
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 3, Nomor 3, April 2015 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

Ditemukan ada empat jenis jenjang pendidikan menunjukan


kekerasan yang terjadi, yaitu secara bahwa remaja SMA / SLTA yang
seksual 2.634 (56%), fisik 897 mengalami kekerasan dalam
(19%), psikis 248 (5%), ekonomi 25 pacaran paling banyak yaitu 12
(1%), dan jenis yang dikategorikan korban, SD 1 korban, SMP 2 korban,
sebagai lain-lain 875 (19%). dan Perguruan tinggi 2 korban.8
Kasus Kekerasan dalam Tindakan kekerasan dalam pacaran
pacaran (KDP) menurut LRC- rentan terjadi pada remaja SMA,
KJHAM di Provinsi jawa tengah bentuk penyimpangan yang
pada tahun 2013 tercatat 61 kasus dilakukan banyak tidak di sadari dan
dengan 61 korban dan 70 pelaku dimengerti oleh para remaja SMA,
KDP. 4 Sementara pada tahun 2012 khususnya bentuk dari kekerasan
tercatat 48 kasus, dengan demikian yang terjadi dalam menjalin
kasus KDP pada tahun 2013, hubungan pacaran baik dari
mengalami peningkatan jika di kekerasan emosional, seksual, fisik,
bandingkan dengan kasus KDP sampai pada kekerasan ekonomi.
terjadi di tahun 2012.5 Dan Pada Tidak jarang pacaran juga menjadi
tahun 2014mditemukann47 kasus ajang dominasi yang merupakan
KDP.6 awal terjadinya kekerasan. Ciri khas
Kota Semarang merupakan yang sering muncul dalam kasus-
ibu kota dari Provinsi Jawa Tengah kasus kekerasan dalam pacaran
yang menduduki peringkat kasus adalah bahwa korban biasanya
tertinggi dari 36 daerah sebaran memang cenderung lemah, kurang
terjadinya kasus kekerasan dalam percaya diri dan sangat mencintai
pacaran. Pada tahun 2012 terdapat pasangannya dan yang terjadi
14 kasus, tingginya KDP di Kota apabila telah melakukan tindakan
Semarang salah satunya adalah kekerasan biasanya menunjukan
seringnya pemberitaan yang ada di sikap menyesal, minta maaf, dan
Media massa dan kasus pengaduan berjanji tidak akan mengulangi
di LRC- KJHAM. Selain itu juga tindakan kekerasan lagi, dan
terdapat 13 penemuan bayi yang bersikap manis kepada
diduga karena hasil hubungan tidak pasangannya.9
resmi atau pelaku yang tidak mau Dari hasil data LRC-KJHAM
bertanggung jawab terhadap menyebutkan bahwa di Kota
5
korban. Pada tahun 2013 terdapat Semarang terdapat remaja putri
19 kasus KDP. Dengan demikian yang pernah menjadi korban KDP
menunjukkan bahwa kasus KDP sebesar 14,19%.10 SMA “X” di Kota
mengalami peningkatan.7 Semarang dipilih sebagai tempat
Korban dari praktik penelitian karena sekolah tersebut
kekerasan dalam pacaran menurut termasuk dalam salah satu SMA
BP3AKB provinsi jawa tengah negeri dan terfavorit di Semarang
khususnya Kota Semarang pada dan ditiga tahun berturut – turut
tahun 2014, dari ciri korban secara terdapat kasus kekerasan dalam

909
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 3, Nomor 3, April 2015 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

pacaran berupa kekerasan seksual sampel yang diambil sebesar 85


yang mengakibatkan korban (remaja orang.
putri) mengalami kehamilan yang Variabel penelitian :
tidak diinginkan dan dikeluarkan dari a. Variabel bebas (Independent
sekolah karena melanggar aturan variable)  variabel bebas
sekolah. Letak dari sekolah tersebut dalam penelitian ini adalah
juga sangat strategis yaitu berada di variabel demografi yaitu usia
tengah kota atau di pusat kota. responden dan tingkatan kelas.
Dari latar belakang di atas, Variabel struktural yaitu
maka peneliti merumuskan pengetahuan, sikap, akses
permasalahan sebagai berikut : penunjang, peran keluarga,
“Bagaimana Faktor – Faktor yang peran teman, dan peran guru
Mempengaruhi Remaja Putri tentang perilaku kekerasan
terhadap Perilaku Kekerasan dalam dalam pacaran.
Pacaran Sma “X” Kota Semarang ?” b. Variabel terikat (Dependent
variable)  variabel terikat
MATERI DAN METODE dalam penelitian ini adalah
perilaku kekerasan dalam
Penelitian ini menggunakan pacaran pada remaja putri di
pendekatan kuantitatif dengan jenis SMA “X” Kota Semarang
penelitian survei (survey research
method). Rancangan pada penelitian HASIL DAN PEMBAHASAN
ini adalah penelitian deskriptif
analitik. Peneliti bertujuan untuk Tabel 1. Uji Hubungan
mendeskripsikan dan menganalisis Variabel p- Keterangan
faktor-faktor yang mempengaruhi Bebas value
remaja putri terhdap perilaku Usia p = Ada
kekersan dalam pacaran di SMA “X” Responden 0,027 Hubungan
Kota Semarang. Tingkatan p = Ada
Penelitian ini melakukan Kelas 0,030 Hubungan
pengukuran pada variabel bebas Responden
(independen) dan terikat (dependen) Pengetahuan p = Tidak ada
kemudian menganalisis data yang responden 0,170 Hubungan
terkumpul untuk mencari hubungan Sikap p = Ada
antar variabel. Penelitian ini responden 0,004 Hubungan
merupakan penelitian cross
sectional study di mana dinamika Akses p = Ada
penunjang 0,005 Hubungan
korelasi antara faktor-faktor efek dan
responden
resiko, dengan cara pendekatan, Peran p = Ada
observasi atau pengumpulan data Keluarga 0,016 Hubungan
sekaligus pada suatu waktu. Jumlah
populasi sebanyak 592 orang dan Peran Teman p = Ada
0,007 Hubungan

910
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 3, Nomor 3, April 2015 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

Peran Guru p = Tidak ada Umur adalah usia individu yang


0,136 Hubungan terhitung mulai saat dilahirkan
sampai saat beberapa tahun.
Semakin cukup umur tingkat
Berdasarkan uraian dapat kematangan dan kekuatan
diketahui bahwa terdapat enam seseorang akan lebih matang dalam
variabel yang memiliki hubungan berfikir dan bekerja dari segi
dengan perilaku kekerasan dalam kepercayaan masyarakat yang lebih
pacaran siswi SMA “X” di Kota dewasa akan lebih percaya dari
Semarang yaitu usia responden pada orang belum cukup tinggi
dengan p-value = 0,027; tingakatan kedewasaannya.11
kelas responden responden dengan Selain usia, karakteristik
p-value = 0,030; sikap responden responden dalam penelitian ini
dengan p-value = 0,004; akses adalah tingkatan kelas responden,
responden responden dengan p- hasil penelitian menunjukan bahwa
value = 0,005; Peran keluarga yang menerima praktik kekerasan
responden dengan p-value = 0,016; dalam pacaran paling banyak pada
dan Peran teman dengan p-value = tingkatan kelas 11sebesar 64,3%.
0,007 yang berarti p-value ≤ α Berdasarkan penelitan yang
(0,05), dan dua variabel lainnya tidak dilakukan di SMA “X” di Kota
ada hubungan dengan perilaku Semarang maka dapat diketahui
kekerasan dalam pacaran siswi SMA bahwa sebagian besar responden
“X” di Kota Semarang yaitu mempunyai pengetahuan baik, hal
pengetahuan responden dengan p- tersebut ditunjukkan dengan hasil
value= 0,170, dan Peran guru pengetahuan responden tentang
responden dengan p-value= 0,136 perilaku kekerasan dalam pacaran
karena p-value ≥α (0,05). kurang baik sebesar 62,4%
Berdasarkan hasil penelitian sedangkan dapat diketahui bahwa
remaja putri yang pernah mengalami responden yang menerima perilaku
praktik kekerasan dalam pacaran kekerasan dalam pacaran berada
SMA “X” di Kota Semarang sebesar pada responden kategori
48,2. Pada penelitian ini umur pengetatahuan baik sebesar 59,4%.
responden dengan praktik Sehingga tidak ada hubungan antara
kekerasan dalam pacaran SMA “X” kekerasan dalam pacaran denga
diperoleh bahwa responden yang pengetahuan responden. Hal ini
menerima praktik kekerasan dalam mungkin dapat disebabkan oleh
pacaran pada umur responden tingkat pengetahuan remaja tidak
kategori akhir ( 17 – 20 tahun ) lebih sama dengan pengertian pacaran
banyak yaitu sebesar 58,5% yang mereka miliki.
dibandingkan remaja menegah ( 15 Sikap responden tentang
– 16 tahun). perilaku kekerasan dalam pacaran
menunjukan responden yang
menerima praktik kekerasan dalam

911
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 3, Nomor 3, April 2015 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

pacaran mempunyai sikap terbujuk memenuhi permintaan


mendukung terhadap perilaku pasangan dan muncul rasa takut
kekerasan dalam pacaran sebesar kehilangan dan takut apabila pacar
67,7%. marah dan meninggalkannya. Hal ini
Berdasarkan hasil wawancara yang membuat kasus kekerasan
diketahui responden menyatakan dalam pacaran terus terjadi secara
mereka akan memukul/memaki/ berulang – ulang. Kejadian ini
menyakiti apabila pasangan tidak sepadan dengan penelitian Dewi
menuruti keinginan. Artinya dan Erna menyatakan penyebab
responden yang memiliki terjadinya kekerasan yang remaja
kecenderungan sikap positif putri pada masa pacaran adalah
terhadap kekerasan dalam Perempuan terlalu lemah dalam
berpacaran mengetahui bahwa menghadapi laki-laki baik secara
kekerasan adalah hal yang wajar fisik maupun secara psikis, terlalu
untuk diterima atau dilakukan yang mengatas namakan cinta, rasa takut
bertujuan untuk membuat jera, kehilangan dan ditinggalkan yang
menyukai dan merasa pantas untuk berlebihan, merasa terikat dan tidak
mendapatkan perlakuan kasar, serta punya pilihan lain lagi. Di antara
memiliki kecenderungan untuk sekian banyak penyebab yang
menerima atau melakukan menjadi penyebab utama adalah
kekerasan dalam berpacaran. rasa cinta yang berlebihan sehingga
Kejadian ini sepadan dengan hasil menyebabkan si laki-laki menjadi
penelitian Gracia Ferlita Responden semena-mena.13
yang memiliki sikap positif terhadap Peran keluarga mendukung
kekerasan dalam berpacaran terhadap perilaku kekerasan dalam
menyetujui atau mendukung pacaran, peran keluarga terhadap
terhadap perilaku (konatif) perilaku kekerasan dalam pacaran
kekerasan dalam berpacaran.12 menunjukan bahwa responden yang
Akses penunjang responden menerima praktik kekerasan dalam
tentang perilaku kekerasan dalam pacaran mempunyai keluarga
pacaran responden yang menerima mendukung KDP sebesar 59,6%.
praktik kekerasan dalam pacaran Dapat disimpulkan bahwa peran
tersedia akses penunjang terhadap keluarga sangat mendukung perilaku
perilaku kekerasan dalam pacaran kekerasan dalam pacaran karena
sebesar 62,5%. kondisi kedua orang bekerja akan
Berdasarkan hasil wawancara mempersulit orangtua memantau
akses penunjang untuk terjadi perkembangan anak sehingga
kekerasan dalam pacaran masih membuat anak sulit untuk terbuka
tinggi terjadi diawali dengan rasa dan menceritakan masalah pacaran
cinta yang berlebihan kepada laki – mereka. Selain itu kebanyakan
laki mempunyai penampilan yang remaja putri juga mempunyai sifat
menarik, tampan, dan berasal dari penurut dan mudah diatur (61,2%)
keluarga kaya-raya sehingga sehingga muncul sifat membuat

912
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 3, Nomor 3, April 2015 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

ketergantungan pada orang lain banyak responden yang mempunyai


sangat besar karakter sifat tertutup (49,4%)
Berdasarkan penelitian lain sehingga membuat sulit teman
menyatakan bahwa sikap orang tua sekitar untuk berkomunikasi dengan
yang kasar dan keras, perilaku responden untuk memberi nasihat
orang tua yang menyimpang, atau saran. Adapun pada penelitian
dinginnya hubungan antara anak gracia Responden yang memiliki
dengan orang tua dan antara ayah Teman sebaya tidak respect apabila
dengan ibu, orang tua bercerai, dan pasangan memaksa untuk
ekonomi lemah menjadi faktor melakukan Kekerasan dalam
pendorong untuk terbentuknya suatu pacaran. Temen sebaya memiliki
perilaku. Begitu juga apabila anak kecenderungan tidak menyukai
jarang bercerita tentang pacar kekerasan dan tidak menghargai
kepada keluarga mereka akan seseorang yang melakukan
menyebabkan remaja beresikountuk kekerasan maka responden akan
mengalami kekerasan dalam menyamakan perilakunya yaitu tidak
pacaran. Ibu yang berpendidikan menyukai juga atau negatif terhadap
merupakan salah satu indikator kekerasan dalam berpacaran.12
keberhasilan dalam mendidik Teman sebaya merupakan
anaknya, tetapi cenderung ibu yang kelompok yang banyak memberikan
berpendidikan memiliki karir yang pengaruh kepada remaja baik itu
baik yang berdampak kurang pengaruh positif maupun pengaruh
memperhatikan perkembangan negatif. Pada penelitian ini dapat
anak. Kekerasan dalam pacaran dikatakan bahwa teman sebaya
sering dialami oleh remaja putri yang mempunyai pengaruh yang positif
mempunyai sifat penurut dan mudah terhadap remaja.
diatur. Sifat ini biasanya akibat sifat Peran Guru dalam perilaku
ketergantungan yang besar kepada kekerasan dalam pacaran
orang lain termasuk pacar.14 menunjukan perilaku kekerasan
Peran teman responden dalam pacaran pada peran guru
yang tidak mendukung terhadap kategori mendukung sebesar
perilaku kekerasan dalam pacaran 56,0%. Hal ini menunjukkan bahwa
menunjukkan bahwa responden peran guru responden mendukung
yang menerima praktik kekerasan dalam perilaku kekerasan dalam
dalam pacaran teman mendukung pacaran, sehingga perilaku
terhadap perilaku kekerasan dalam kekerasan dalam pacaran SMA “X”
pacaran sebesar 65,0%. masih banyak.
Hasil penelitian menunjukan Hasil penelitian
bahwa teman responden yang menyimpulkan bahwa tidak ada
mendukung terhadap perilaku hubungan antara dukungan guru
kekerasan dalam pacaran paling responden dan perilaku kekerasan
banyak menerima praktik kekerasan dalam pacaran Siswi SMA “X” Kota
dalam pacaran hal ini dikarenakan Semarang. Hal ini mungkin dapat di

913
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 3, Nomor 3, April 2015 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

sebabkan karena dukungan guru mendukung terhadap perilaku


tidak sejalan dengan perilaku kekerasan dalam pacaran
kekerasan dalam pacaran, (67,7%), dan akses tersedia
terkadang guru hanya memberikan terhadap perilaku kekerasan
pendidikan formal pada siswa di dalam pacaran (62,5%).
sekolah sehingga sangat jarang 4. Sebagian besar responden yang
konsep kekerasan dalam pacaran di pernah menerima perilaku
berikan pada siswa di sekolah ini kekerasan dalam pacaran
berarti guru belum memberikan memiliki peran keluarga
edukasi mengenai kekerasan dalam (59,6%), peran teman (65,0%),
pacaran , secara pengertian, bentuk, dan peran guru (56,0%) yang
pencegahan, dan tempat-tempat mendukung terhadap perilaku
perlindungan, pertolongan, dan kekerasan dalam pacaran.
pengaduan korban Kekerasan 5. Variabel yang berhubungan
Dalam Pacaran. oleh karena itu dengan perilaku kekerasan
sebagian besar responden merasa dalam pacaran responden;
mendapat dukungan dari guru a. Usia responden (P value :
terhadap kekerasan dalam pacaran 0,027)
karena mereka belum mengetahui b. Tingkatan kelas responden
langsung seperti apa bentuk-bentuk (P value : 0,030)
kekerasan dalam pacaran, maka c. Sikap responden (P value
guru sekolah perlu memberi :0,004)
informasi mengenai kekerasan d. Akses responden (P value :
dalam pacaran 0,005)
e. Peran keluarga responden (P
value : 0,016)
SIMPULAN f. Peran teman responden (P
value : 0,007)
1. 48,2% responden pernah 6. Variabel yang tidak
menerima perilaku kekerasan berhubungan dengan perilaku
dalam pacaran kekerasan dalam pacaran
2. Sebagian besar responden yang responden;
pernah menerima perilaku a. Pengetahuan responden (P
kekerasan dalam pacaran value : 0,170)
adalah kategori remaja akhir b. Peran guru responden (P
(17-20 tahun) (58,5%) dan value : 0,136)
kategori tingkatan kelas 11
(64,3%)
3. Sebagian besar responden yang
pernah menerima perilaku
kekerasan dalam pacaran
memiliki pengetahuan baik
mengenai perilaku kekerasan
dalam pacaran (59,4%), sikap

914
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 3, Nomor 3, April 2015 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

SARAN kekerasan dalam pacaran


dengan melakukan edukasi
1. Mengembangkan pelayanan yang dilakukan di luar jam
kesehatan ramah remaja yang sekolah atau sebagai
mampu mengintegrasikan pendidikan non-formal yang
penyediaan informasi tentang diberikan guru.
keselamatan remaja dari tindak 5. Siswi kurang mendapatkan
kekerasan dengan pelayanan aturan dan kontrol berpacaran di
kesehatan wanita dan sekolah sehingga diharapkan
kesehatan reproduksi remaja. sekolah dapat melakukan
Khususnya kepada remaja putri pemantauan terhadap para
yang memiliki pacar/ pasangan, siswa dan siswi yang sedang
dan menyediakan sarana berpacaran di lingkungan
konsultasi bagi remaja yang sekolah untuk menghindari
mengalami tindak kekerasan tindak kekerasan yang
sehingga remaja tersebut dilakukan dalam masa
mampu menciptakan ketegasan berpacaran melalui diskusi
diri tentang pacaran yang sehat,
2. Memberikan penyuluhan atau bimbingan konseling, dan kerja
pemberian informasi tentang sama dengan pihak orang tua
hal-hal agar remaja dapat dalam melakukan pemantauan
terhindar dari tindak kekerasan di rumah
dan dapat mengatasi jika 6. Siswi yang berpacaran sebagian
mereka mengalami tindak besar memiliki orang tua yang
kekerasan tersebut. tidak memberikan aturan dan
3. Memberikan life skill education kontrol dalam bercaran
untuk para remaja agar dapat sehingga orang tua jarang untuk
mengatasi dan memiliki memberikan nasihat dan
keterampilan hidup untuk teguran dalam kegiatan
menghindari diri dari tindakan pacaran. Diharapkan orang tua
kekerasan dan mengetahui dapat meningkatkan
tempat perlindung tindak pengawasan terhadap remaja
kekerasan dan pertolongan putri dengan siapa mereka
untuk melaporkan tindak menjalin hubungan pacaran.
kekerasan dalam pacaran Orang tua hendaknya selalu
tersebut. menjalin komunikasi yang baik
4. Siswi disekolah belum dengan para remaja sehingga
memberikan edukasi mengenai konflik yang ada dalam keluarga
kekerasan dalam pacaran tidak membuat remaja mencari
diharapkan sekolah dapat orang lain di luar lingkungan
meningkatkan pengetahuan rumah untuk mengatasi
siswi mengenai pengertian, masalah yang ada pada diri
bentuk, pencegahan, terhadap

915
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 3, Nomor 3, April 2015 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

sendiri, di sekolah, maupun di “Laporan Kasus Kekerasan


dalam keluarga. terhadap perempuan di Jawa
Tengah,” 2013, 29
7. Legal Resources Center untuk
KEPUSTAKAAN
Keadilan Jender dan Hak Asasi
1. Burin P . Voice against Woman, Manusia (LRC-KJHAM),
Dating Violence, Canada. 2006 “Laporan Kasus Kekerasan
2. Lembar Fakta Catatan Tahunan terhadap perempuan di Jawa
( catahu ) Komnas Perempuan, Tengah,” 2012
“CATAHU 2011,” catatan 8. Setyawati, Karlina, Studi
tahunan komnas perempuan, Eksploratif mengenai faktor-
2012, 1–2. Faktor Penyebab dan Dampak
3. Legal Resources Center untuk Sosial Kekerasan Dalam
Keadilan Jender dan Hak Asasi Pacaran ( Dating Violance) di
Manusia (LRC-KJHAM), Kalangan Mahasiswa. Jurusan
“Laporan Kasus Kekerasan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial
terhadap perempuan di Jawa dan Ilmu Politik Universitas
Tengah,” 2013, 28 Sebelas Maret. Surakarta :
4. Legal Resources Center untuk Universitas Sebelas Maret ;
Keadilan Jender dan Hak Asasi 2010.
Manusia (LRC-KJHAM), 9. Legal Resources Center untuk
“Laporan Kasus Kekerasan Keadilan Jender dan Hak Asasi
terhadap perempuan di Jawa Manusia (LRC-KJHAM),
Tengah,” 2012, 6-8 “Laporan Kasus Kekerasan
5. Legal Resources Center untuk terhadap perempuan di Jawa
Keadilan Jender dan Hak Asasi Tengah,” 2013, 32
Manusia (LRC-KJHAM), 10. Notoatmodjo S. Pendidikan dan
“Resume Kasus Kekerasan Perilaku Kesehatan. Jakarta:
terhadap perempuan di Jawa Rineka Cipta; 2003.
Tengah,” 2014, 1 11. Notoatmodjo,S, Metodologi
6. Legal Resources Center untuk Penelitian Kesehatan, Rinka
Keadilan Jender dan Hak Asasi Cipta, Jakarta; 2002.
Manusia (LRC-KJHAM),

916
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 3, Nomor 3, April 2015 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

12. Ferlita, G. Sikap terhadap


Kekerasan dalam Berpacaran (
Penelitian Pada Mahasiswi
Reguler Universitas Esa Unggul
yang Memiliki Pacar ); 2009,
6(1), 10–24.
13. Sagala, R. Kekerasan dalam
Pacaran pada Mahasiswa
Ditinjau dari Pola Asuh Otoriter
Orang Tua. Univesitas Dian
Nusantoro, semarang; 2008, 04.
14. Ariestina, D. Kekerasan dalam
Pacaran pada Siswi SMA di
Jakarta; 2002, (1), 161–170

917

You might also like