Efikasi Suplemen Besi-Multivitamin Untuk Perbaikan Status Besi Remaja Wanita
Efikasi Suplemen Besi-Multivitamin Untuk Perbaikan Status Besi Remaja Wanita
ABSTRACT
EFFICACY OF IRON-MULTIVITAMIN SUPPLEMENT FOR IMPROVING
THE IRON STATUS OF ADOLESCENT FEMALES
The study was aimed to analyze the efficacy of supplementation iron-multivitamin for improving
the iron status of adolescent females through the double-blind trial. Subjects were 224 of the first
grade university students (IPB) who were randomly allocated to three study groups through a
double blind trial. The first group received only placebo (control group); the second group received
60 mg iron, 250 ug folate (B-F group); the third group received 60 mg iron, 800 ug folate, 4200 ug
retinyl acetate, 500 mg vitamin C, and 16.8 ug vitamin B12 (B-MV group). All supplements were
distributed and consumed weekly during 25 weeks. The mean changes in Hb, STfR and SF
among the groups were tested with Ancova and adjusted with BMI; capsule compliance;
food/snack compliance; adequacy of energy, protein, vitamin A, vitamin C, iron; and baseline
value of Hb, STfR, SF. The results showed the demographics and nutritional characteristics of
samples were not significantly different. At the baseline, the mean of haemoglobin
(Hb=126.2±13.1 g/l) and serum ferritin (SF=18.3±15.9 ug/l) were not significantly different among
the three groups (p<0.05). However, the serum transferrin receptor (STfR) was lower in the control
(5.8 ± 3.2 mg/l) than B-F (7.9 ±4.4 mg/l) and B-MV (11.8±5.5 mg/l). After 25 week of
supplementation, the mean change of hemoglobin was not different among the three groups (10.1
g/l; p>0.05). The B-MV group significantly lower decreased in STfR (-4.2 mg/l) and higher
increased in SF (+13.4 ug/l) compared to B-F and control group (p<0.05). Meanwhile, only the
STfR in B-F group (-1.3 ug/l) was significantly lower than control group (p<0.05). This implied the
important of the multi-vitamin to complement the iron supplementation.
Keywords: haemoglobin (Hb), serum transferrin receptor (STfR), serum ferritin (SF), iron status,
iron-multivitamin, iron-folate, adolescent female
A
sasarannya. Namun penambahan
nemia merupakan salah satu
multivitamin baru sebatas pada tahap
indikator rendahnya status besi yang penelitian yang belum konklusif untuk dapat
paling banyak dijumpai di berbagai dijadikan rekomendasi internasional. Saat ini
negara, dan menjadi masalah global karena target program suplementasi diperluas tidak
jumlah penderita yang sangat besar yaitu hanya kepada ibu hamil, tetapi juga anak
hampir dua milyar (30%) dari populasi dunia. balita, anak sekolah, dan wanita usia subur
Program suplementasi besi-folat telah (Ekstrom, 2001). Studi efikasi dan efektifnes
dilakukan di berbagai negara sejak tahun suplementasi berbagai zat gizi mikro (multi-
1970-an, namun perkembangannya masih micro nutrients) sampai sekarang terus
dinilai sangat lambat. Pelaksanaan program dilakukan dan masih terbuka untuk
suplementasi besi telah mengalami dikembangkan guna mendukung
beberapa perubahan sesuai dengan keberhasilan program perbaikan status gizi
36
Gizi Indon 2007, 30(1):36-46 Efikasi suplemen Dodik Briawan, dkk.
37
Gizi Indon 2007, 30(1):36-46 Efikasi suplemen Dodik Briawan, dkk.
studi ini sebesar tiga kali AKG, dosis vitamin melaporkan manfaat yang dirasakan dan
C, B12, dan vitamin A sebesar tujuh kali keluhan yang ditimbulkan.
AKG (WNPG, 2004).
Sampel penelitian adalah remaja wanita Jenis dan Cara Pengumpulan Data
yang berusia 17-19 tahun (late adolescent). Sebelum suplementasi, sampel
Jumlah minimal sampel ditetapkan dengan diperiksa status kesehatan, pengukuran
asumsi α=5 persen power of test=90 persen, antropometri, pengambilan sampel darah,
SD=10,6 g/l, d=7,1 g/l (Angeles-Agdeppa et dan dilanjutkan dengan serangkaian
al.1997; Dillon 2005), sehingga diperoleh pengisian kuesioner. Untuk pengukuran
jumlah minimum 47 orang per perlakuan. berat dan tinggi badan menggunakan alat
Apabila diasumsikan drop-out 10-15 persen timbang (SECA skala terkecil 0,1 kg) dan
maka jumlah sampel minimal 52-54 orang. stadiometer (skala terkecil 0,1 cm).
Sampel diambil dari peserta penerima PMT Pengumpulan data dilakukan oleh peneliti
mahasiswi TPB-IPB tahun 2005/2006 yang yang dibantu tiga orang asisten untuk
bersedia ikut kegiatan (informed concent) verifikasi pengisian kuesioner, tiga orang
kemudian dibagi menjadi tiga kelompok petugas klinik untuk pengambilan darah, dan
secara acak (random assignment), sehingga seorang dokter medis untuk pemeriksaan
diperoleh masing-masing sebanyak 74-75 kesehatan. Sebelumnya petugas diberi
orang per perlakuan. penjelasan tentang data yang akan
Pertimbangan peneliti untuk melakukan dikumpulkan dan cara pengumpulannya.
suplementasi pada peserta penerima PMT Data konsumsi pangan yang
adalah untuk homogenisasi subyek agar dikumpulkan meliputi konsumsi di hari kuliah
terjadi optimalisasi metabolisme zat besi. dan hari libur. Formulir konsumsi pangan
Studi pendahuluan menunjukkan mahasiswi diberikan kepada responden dan dijelaskan
IPB rata-rata mengalami defisit energi cara pengisiannya, meliputi jenis makanan,
sebesar 250-400 kkal, sehingga mereka jumlah yang dimakan (URT), harga
memperoleh tambahan energi setara dengan makanan, dan tempat membeli makanan,
jumlah tersebut dari snack dan minuman yang kemudian diverifikasi satu-persatu pada
berupa kombinasi aneka biskuit dan susu, minggu berikutnya.
roti dan juice setiap hari selama 25 minggu. Pengambilan darah baseline dan
Sehingga dengan homoenisasi ini, endline dilakukan secara serentak pada pagi
kemungkinan sampel tidak dalam kondisi (jam 06.00-08.00). Analisa Hb menggunakan
defisit zat gizi makro. Proses metabolisme metode cyanmethemoglobin, analisis SF dan
zat besi di dalam tubuh mulai dari absorpsi, STfR dengan metode sandwich ELISA.
transportasi, dan mobilisasi simpanannya Prosedur untuk analisis serum ferritin (SF)
tidak terlepas dari keberadaan penyediaan dan serum transferin receptor (STfR)
energi dan protein tubuh (Beard et al. 1996). mengacu metode yang dikembangkan oleh
Suplementasi dilakukan selama 25 Erhard et al. (2004).
minggu antara bulan November 2005 – Juni
2006. Seminggu sebelum intervensi kepada Pengolahan dan Analisis Data
seluruh sampel diberikan kapsul antihelminth Untuk menghitung tingkat kecukupan
(pirantel pamoat 250 mg). Kapsul suplemen energi dan zat gizi menggunakan Angka
didistribusikan setiap hari rabu sore jam Kecukupan Gizi hasil WNPG 2004. Kategori
16.00-18.00, di Kantor BP Asrama IPB. tingkat kecukupan energi dan protein adalah
Untuk mengawasi compliance, diusahakan <70 persen defisit berat, 70-80 persen defisit
kapsul langsung diminum di tempat, dengan sedang, 80-90 persen defisit ringan, 90-110
air minum di depan peneliti yang dibantu dua persen normal, >110 persen kelebihan.
petugas distribusi. Selama suplementasi, Untuk vitamin A, vitamin C, dan zat besi
sampel melaporkan (self reported) menggunakan batas 2/3 (70% AKG).
penggunaan kapsul yang telah diberikan Kategori untuk Indeks Massa Tubuh (IMT)
dengan cara mengisi formulir, termasuk kurus (< 18,5 kg/m2), normal (18,5-25,0 kg/
38
Gizi Indon 2007, 30(1):36-46 Efikasi suplemen Dodik Briawan, dkk.
m2) dan overweight/obese (>25,0 kg/m2). Rata-rata berat badan (BB) sampel
Kategori anemia adalah konsentrasi Hb adalah 46,8±5,7 kg, dengan selang antara
<120,0 g/l, kategori defisiensi zat besi 33,1-64,4 kg. Rata-rata tinggi badan (TB)
eritropoiesis (IDE) jika STfR >8,3 mg/l dan pada ketiga kelompok adalah 153,7±5,5 cm
kategori deplesi zat besi jika SF <15 ug/l. dengan selang 138,8–166,4 cm. Rata-rata
Uji ANOVA digunakan untuk nilai IMT sampel sebelum suplementasi
mengetahui perbedaan peubah confounder adalah 19,8 kg/m2, dan sebanyak 24,5%
(baseline), dan selisih perubahan nilai Hb, berada pada kategori kurus. Dengan analisis
SF, dan STfR setelah suplementasi. Uji Ancova, peubah IMT pengaruhnya tidak
normalitas terhadap data biomarker signifikan terhadap efikasi ketiga indikator
menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov, dan status besi (p>0,05). Pada studi cross-
uji keragaman varian menggunakan Lavene sectional ditemukan adanya korelasi antara
test. Untuk uji siginifikansi karena tidak IMT dengan kadar Hb (Permaesih dan
berdistribusi normal, data Hb Herman 2005, Khatib et al. 2006), tetapi
ditransformasikan kedalam kuadratik, pada studi eksperimental lainnya nilai IMT
sedangkan STfR dan SF ditransformasi tidak berpengaruh terhadap hemoglobin dan
kedalam bentuk logaritma (log), namun serum feritin (Ahmed et al. 2005, Dillon
didalam penyajian menggunakan data 2005).
aktual. Uji ANCOVA digunakan untuk Seluruh sampel penelitian adalah
mengkoreksi (adjusted) peubah yang remaja yang sudah mengalami menstruasi,
potensial menjadi perancu (confounder), dan tidak mengalami gangguan menstruasi
yaitu: 1) konsentrasi biomarker awal Hb, (metroragia dan meno-metroragia). Umur
STfR, SF, 2) indeks massa tubuh, 3) pertama kali sampel mengalami menstruasi
compliance kapsul, 4) compliance PMT, 5) (menarche) berkisar antara 10-16 tahun.
tingkat kecukupan energi, protein, zat besi, Rata-rata umur menarche sampel adalah
vitamin A dan vitamin C. 13,0 tahun, dan diantara ketiga kelompok
perlakuan tidak berbeda nyata (p>0,05).
HASIL DAN BAHASAN Sebanyak 27,1 persen sampel sudah
mengalami menstruasi sejak umur ≤ 12,0
Karakteristik sampel tahun, dan bahkan 4,9 persen sudah
Pada ketiga kelompok perlakuan, rata- menstruasi sejak umur ≤ 11,0 tahun.
rata umur sampel 18,5 ± 0,6 tahun (Tabel 2). Sebagian besar sampel (80,8%)
Sebagian besar sampel (98,5%) pada usia menyatakan mempunyai siklus menstruasi
remaja lanjut (late adolescence) yaitu antara yang teratur. Pengertian teratur adalah jika
17-19 tahun. Rata-rata pengeluaran bulanan sampel selalu mengalami menstruasi sesuai
sampel selama tinggal di Asrama IPB adalah dengan siklusnya (25-35 hari). Pada sampel
Rp 476.985 ± 177.651 Kurang lebih yang menstruasinya tidak teratur, dalam satu
terdapat 20 jenis alokasi pengeluaran tahun rata-rata mengalami menstruasi
bulanan untuk mahasiswi. Rata-rata alokasi sebanyak 10,2 ± 3,9 kali. Rata-rata lama
per bulan untuk membeli makanan Rp menstruasi pada seluruh sampel adalah 6,4
212.660 (44,6%), minuman Rp 32.464 ± 1,5 hari, dan perbedaan diantara ketiga
(6,8%) dan jajanan Rp 26.819 (5,7%), kelompok tidak nyata. Pada sampel yang
sehingga sebagian besar (58,0%) alokasi mengalami siklus menstruasi teratur, lama
pengeluaran untuk pangan. Sebanyak 20 siklus menstruasi adalah 28,1 ± 3,7 hari, dan
persen sampel biasa mengeluarkan uang diantara ketiga kelompok juga tidak terdapat
Rp12.500/bulan untuk membeli suplemen perbedaan yang signifikan. Dengan uji
pangan, seperti minuman berenergi, vitamin Anova perbedaan lama siklus menstruasi,
C, dan serat makanan. Dengan uji Anova lama menstruasi dan siklus menstruasi
diantara ketiga kelompok perlakuan, rata- dalam setahun diantara ketiga kelompok
rata peubah di atas tidak berbeda nyata tidak berbeda nyata (p>0,05).
(p>0,05).
39
Gizi Indon 2007, 30(1):36-46 Efikasi suplemen Dodik Briawan, dkk.
Asupan dan Tingkat Kecukupan Gizi vitamin C (10-20 mg) dan zat besi (1-3 mg)
Hasil analisis konsumsi pangan dan gizi per hari, meskipun secara statistik tidak
antar ketiga kelompok perlakuan relatif signifikan (p<0,05). Berdasarkan kategori
sama, baik antar kelompok perlakuan, persen AKG (tanpa suplemen), ditemukan
sebelum dan sesudah suplementasi. masih sekitar 35-94 persen sampel yang
Sebelum suplementasi, rata-rata asupan mengalami defisiensi asupan vitamin A, C
energi 1481 kkal, protein 36 g, vitamin A 621 dan zat besi.
RE, vitamin C 59,3 mg, Fe 13,7 mg per hari Asupan zat besi dari konsumsi pangan
(Tabel 3). Dibandingkan dengan kecukupan relatif tidak terjadi peningkatan, namun
gizi (AKG), maka tingkat kecukupan energi karena terdapat peningkatan asupan energi-
dan protein antara 71-78 persen. Hanya protein kemungkinan akan memperbaiki
vitamin A yang sudah memenuhi AKG optimalisasi metabolisme zat besi (Beard
(>90%), dibandingkan vitamin C dan zat besi 2000). Tabulasi silang menggunakan cut-off
yaitu berturut-turut 68-90 persen dan 50-55 70 persen dan 80 persen AKG menunjukkan
persen. Prevalensi kategori defisit asupan tingkat kecukupan energi cenderung tidak
gizi mikro (vitamin A, C dan zat besi) masih berpengaruh terhadap perubahan Hb, STfR
sangat tinggi (35-86%). Dengan kebiasaan dan SF. Demikian pula hasil Ancova, tingkat
makan tersebut selama tinggal di Asrama, kecukupan energi dan zat gizi tidak
kemungkinan banyak ditemukan kasus mempengaruhi peningkatan Hb, STfR dan
defisiensi gizi seperti yang dilaporkan dari SF (p>0,05). Pada studi ini nampaknya
identifikasi kegiatan PMT, yaitu mahasiswi peningkatan asupan zat gizi makro terbatas
gizi kurang (IMT<18,5 kg/cm2) 39,5 persen hanya memperbaiki indikator besi fungsional
dan anemia 28,5 persen. (hemoglobin). Perbaikan cadangan besi
Rata-rata tingkat kepatuhan konsumsi akan terjadi apabila disertai peningkatan
PMT adalah 86,5 ± 9,2 persen. Asupan zat asupan vitamin seperti folat, vitamin A, C,
gizi dari PMT dianalisis dari asupan energi, dan B12 seperti pada kelompok yang
protein, vitamin A, vitamin B12, vitamin C, memperoleh suplemen B-MV.
zat besi per hari. Rata-rata asupan energi Kepatuhan konsumsi makanan
pada kontrol 294 kkal, kelompok B-F 300 tambahan (PMT) juga cukup besar, yaitu
kkal, dan kelompok B-MV 294 kkal. Untuk rata-rata 86 persen. Tingkat kepatuhan
zat gizi lainnya antar kelompok relatif sama, konsumsi PMT diantara ketiga kelompok
yaitu rata-rata asupan protein sekitar 5 g, perlakuan sangat baik, dan dengan analisis
vitamin A 68 RE, vitamin B12 0,2 mg, vitamin Ancova peubah ini tidak signifikan
C 9 mg dan zat besi 2,3 mg. Rata-rata pengaruhnya terhadap perbaikan status besi
asupan energi dan gizi dari PMT seperti (p>0,05). Selama suplementasi, rata-rata
vitamin A, vitamin B12, vitamin C dan zat asupan energi dan zat gizi dari PMT adalah
besi diantara ketiga kelompok perlakuan 296 kkal, protein 5,1 g, vitamin A 68 RE,
tidak berbeda nyata (p>0,05) vitamin B12 0,2 mg, vitamin C 9,4 mg, Fe 2,4
Asupan zat gizi pada Tabel 3 tidak mg.
termasuk dari suplementasi besi-folat/multi-
vitamin. Hasil penilaian konsumsi pangan Kepatuhan Konsumsi Kapsul
setelah suplementasi (end line) terjadi Rata-rata konsumsi kapsul sebanyak 22
peningkatan tingkat kecukupan zat gizi dari 25 butir yang diberikan selama
makro, tetapi tidak untuk zat gizi mikro. Rata- suplementasi (92%). Analisis Ancova,
rata asupan energi 1838 kkal, protein 42 g, peubah kovariat kepatuhan minum kapsul
vitamin A 558 RE, vitamin C 47,2 mg, dan Fe tidak menjadi confounders terhadap hasil
11,8 mg. Dibandingkan baseline, kecukupan perbaikan biomarker (p>0,05), karena
energi meningkat dari 76,4 persen menjadi cakupan kepatuhannya pada ketiga
98,3 persen, dan kecukupan protein dari kelompok sudah cukup tinggi dan tidak
73,5% menjadi 87,1 persen. Asupan vitamin berbeda diantara ketiga kelompok (p>0,05).
A relatif tetap, tetapi menurun untuk asupan Penilaian secara subyektif tentang manfaat
40
Gizi Indon 2007, 30(1):36-46 Efikasi suplemen Dodik Briawan, dkk.
minum kapsul adalah 27 persen menyatakan kelompok (p>0,05), yaitu peningkatan untuk
jarang sakit, dan 34% tidak cepat lelah; B-MV 10,4 g/l. Peningkatan Hb tersebut
sedangkan keluhannya 47 persen sering cukup besar, meskipun kondisi sampel pada
mengantuk, dan 43 persen nafsu makan baseline tidak anemia (Hb = 126,2 g/l). Studi
meningkat. Jawaban sampel tersebut antara lainnya dengan sampel remaja wanita
kelompok kontrol dan perlakuan relatif anemia, peningkatan hemoglobin ini sama
seragam (placebo effect). Untuk itu agak sulit dengan studi Tee et al. (1999) yang
disimpulkan terhadap jawaban tersebut meningkat 11,4 g/l. Namun peningkatan Hb
apakah karena perbedaan perlakuan kapsul studi ini masih lebih tinggi dibandingkan
atau oleh faktor eksternal lainnya (kegiatan dengan studi lainnya dengan sampel tidak
akademik dan non-akademik). anemia, yaitu sebesar 0,5 – 6,8 g/l
Pada studi ini drop-out karena keluhan (Angeles-Agdepa et al. 1997; Zhu dan Haas
minum kapsul sangat rendah (2,7%), yaitu 1998; Ahmed et al. 2005). Pada studi lainnya
ditemukan sebanyak tiga sampel (B-F) dan dengan sampel remaja wanita menderita
satu sampel (B-MV), yang menunjukkan anemia, peningkatan Hb antara 17,3 – 21,0
rendahnya efek samping kapsul ini sehingga g/l (Dillon, 2005). Kadar Hb awal secara
tingkat compliance cukup tinggi. Studi Tee et signifikan berpengaruh terhadap peningkatan
al. (1999) menunjukkan bahwa penggunaan Hb (p<0,05), yaitu yang memiliki kadar Hb
dosis Fe 60 mg (dibanding 120 mg) dapat awal lebih rendah peningkatannya lebih
menurunkan keluhan efek samping dan besar.
meningkatkan penerimaan suplemen, namun Apabila peningkatan hemoglobin
masih memberikan efikasi yang sama kelompok perlakuan (B-F dan B-MV)
terhadap peningkatan hemoglobin dan feritin. dikoreksi dengan kelompok kontrol, maka
peningkatan kadar Hb hanya 2-3 g/l karena
Status Gizi Besi peningkatan Hb pada kontrol sekitar 8,3 g/l.
Hasil studi ini menunjukkan bahwa Tidak semua studi suplementasi, kelompok
prevalensi anemia di kalangan mahasiswi kontrol mengalami kenaikan hemoglobin,
sebelum suplementasi adalah 25,1 persen bahkan pada beberapa studi terjadi
(kategori sedang). Selain anemia masih penurunan Hb (–0,8 sampai -6,1 g/l), yaitu
menjadi masalah di kalangan mahasiswi, pada studi Soekarjo et al. (2004), Angeles-
juga ditemukan banyak yang menderita Agdepa et al. (1997), Zhu dan Haas (1998).
deplesi zat besi (ID) dan defisit besi Pada studi ini, peningkatan kadar Hb kontrol
eritropoiesis (IDE), yaitu berturut-turut 41,7 cukup tinggi dibandingkan studi lain 1,2-1,6
persen dan 40,1 persen. Prevalensi g/l (Ahmed, Khan, Jackson 2001; Zavaleta,
defisiensi gizi besi (IDA) sebelum Respicio, Garcia 2000), karena kontrol tidak
suplementasi sebesar 16,4 persen yang semata-mata berupa plasebo tetapi juga
menunjukkan bahwa sekitar 65 persen memperoleh PMT.
anemia di kalangan remaja putri disebabkan Suplementasi kapsul B-MV
oleh defisiensi zat besi. Angka ini lebih besar pengaruhnya sangat signifikan terhadap
dari asumsi INACG (2003) dan WHO (2004) serum transferin reseptor (STfR). Pada
bahwa 50 persen kejadian anemia akibat kelompok B-MV meskipun rata-rata STfR
defisiensi zat besi. sebelum suplementasi lebih buruk, tetapi
Efikasi suplemen terhadap status gizi sesudah suplementasi perbaikan status atau
besi dianalisis dari tiga indikator Hb, STfR, penurunan STfR (-3,8 mg/l) lebih signifikan
dan SF yang masing-masing mencerminkan dibandingkan kelompok B-F (-1,3 m/l) dan
tahapan defisiensi zat besi didalam tubuh. kontrol (+0,5 mg/l) (uji Anova, p<0,05) (Tabel
Peningkatan kadar hemoglobin pada ketiga 5). Hasil analisis Ancova, selisih STfR pada
kelompok relatif sama, yaitu antara 8-11 g/l B-MV sebesar -4,2 mg/l jauh lebih rendah
(Tabel 4). Rata-rata penambahan Hb setelah dibandingkan kedua kelompok lainnya. Hal
dikoreksi (adjusted) dengan peubah kovariat tersebut karena STfR awal pada kelompok
tetap tidak berbeda nyata diantara ketiga B-MV jauh lebih tinggi dibandingkan dua
41
Gizi Indon 2007, 30(1):36-46 Efikasi suplemen Dodik Briawan, dkk.
42
Gizi Indon 2007, 30(1):36-46 Efikasi suplemen Dodik Briawan, dkk.
43
Gizi Indon 2007, 30(1):36-46 Efikasi suplemen Dodik Briawan, dkk.
6. Beard JL. 2000. Iron requirements in 17. Khatib L et al. 2006. Folate deficiency is
adolescent females. J. Nutr 130:440S- associated with nutritional anaemia in
442S. Lebanese women of childbearing age.
7. Beard JL. 2001. Functional Public Health Nutrition: 9(7), 921-927.
consequences of nutritional anemia in 18. Permaisih D, Herman S. 2005. Faktor-
adults. Di dalam Ramakrishnan ed: faktor yang mempengaruhi anemia
Nutritional Anemias. CRC Press. USA pada remaja. Bul.Penel. Kesehatan
8. Cook JD, Flowers CH, Skikne BS. 33(4):162-171.
2003. The quantitative assessment of 19. Soekarjo DD, et al. 2004. Effectiveness
body iron. BLOOD, 101(9):3359-3364 of weekly vitamin A (10 000 IU) and iron
9. Departemen Kesehatan RI. 2007. Gizi (60 mg) supplementation for adolescent
dalam Angka. Jakarta. boys and girls through schools in rural
and urban East Java, Indonesia.
10. Dillon DHS. 2005. Nutritional health of European Journal of Clinical Nutrition
Indonesian adolescent girls: the role of
58: 927-937.
riboflavin and vitamin A on iron status
[disertasi]. Netherlands: Wageningen 20. Tee E, et al. 1999. School-administered
University. weekly iron-folate supplements improve
hemoglobin and ferritin concentrations
11. Ekstrom EC. 2001. Supplementation for in Malaysian adolescent girls. Am J
nutritional anemias. Di dalam:
Clin Nutr 69:1249-56.
Ramakrishnan U, editor. Nutritional
Anemias. Florida:CRC Press:129-152 21. WHO [World Health Organization].
2004. WHO/CDC expert consultation
12. Haas JD, Brownlie IV T. 2001. Iron agrees on best indicators to assess iron
deficiency and reduced work capacity: a deficiency, a major cause of anemia.
critical review of the research to
determine a causal relationship. J. Nutr: 22. http://www,who.int/
676S-690S. mediacentre/news/notes/2004/anemia/e
n [20 Mei 2005]
13. Halterman JS et al. 2001. Iron
deficiency and cognitive achievement 23. Zavaleta N, Respicio G, Garcia T. 2000.
among school-aged children and Efficacy and acceptability of two iron
adolescent in the United States. supplementation schedules adolescent
PEDIATRIC 107(6):1381-1386. school girls in Lima, Peru. J. Nutr
130:462S-464S.
14. INACG [International Nutritional Anemia
Consultative Group]. 2003. Integrating 24. Zhu IY, Haas JD. 1998. Response of
programs to move iron deficiency and serum transferring receptor to iron
control anemia forward. Report of the supplementation in iron-depleted, non-
2003 INACG symposium, Marrakesh, anemic women. Am J Clin Nutr 67:271-
Marocco. 5
15. INACG [International Nutritional Anemia 25. Wessling-Resnick M. 2000. Iron
Consultative Group]. 2004. Iron transport. Annu. Rev. Nutr.20:129-151
deficiency in early life: challenges and 26. Beard JL, Dawson H, Pinero DJ. 1996.
progress. Report of the 2004 INACG Iron metabolism: a comprehensive
international anemia consultative group review. Nutrition Review 54 (10): 295-
symposium, Lima, Peru. 317
16. Kanani SJ, Poojara RH. 2000. 27. Ahmed F, Khan MR, Jackson AA. 2001.
Supplementation with iron and folic acid Concomitant supplemental vitamin A
enhances growth in adolescent Indian enhances the response to weekly
girls. J. Nutr 452S-455S. supplemental iron folic acid in anemia
44
Gizi Indon 2007, 30(1):36-46 Efikasi suplemen Dodik Briawan, dkk.
Tabel 1
Kelompok perlakuan dan jenis suplemen
Tabel 2
Karakteristik sampel sebelum suplementasi
Tabel 3
Rata-rata asupan dan tingkat kecukupan energi dan zat gizi
sebelum dan sesudah suplementasi1
Kelompok
Energi dan Zat Gizi p
Kontrol B-F B-MV
Sebelum:
Energi (kkal) 1431 (74,4) a 1509 (78,0) a 1502 (76,7) a 0,302
Protein (g) 34,8 (71,2) a 36,7 (75,2) a 36,5 (74,1) a 0,357
Vitamin A (RE) 541 (95,1) a 699 (122,9) a 622 (108,0) a 0,156
Vitamin C (mg) 51 (68,0) a 60 (79,6) a 67 (89,1) a 0,227
Zat besi (mg) 13,0 (45,4) a 14,0 (53,8) a 14,1 (54,2) a 0,302
Sesudah:
Energi (kkal) 1727 (93,0) a 1875 (99,6) b,c 1897 (101,5) c 0,019
Protein (g) 39,8 (82,6) a 42,6 (88,1) a,b 43,4 (89,8) b 0,101
Vitamin A (RE) 505 (95,0) a 589 (108,5) a 572 (103,7) a 0,485
45
Gizi Indon 2007, 30(1):36-46 Efikasi suplemen Dodik Briawan, dkk.
Tabel 5
Rata-rata kadar STfR sebelum dan sesudah suplementasi
Tabel 6
Rata-rata kadar SF sebelum dan sesudah suplementasi
Tabel 7
Rata-rata simpanan zat besi sebelum dan setelah suplementasi menurut kelompok1
Kelompok
Suplementasi Total
Kontrol B-F B-MV
Sebelum (mg/kg) 2,7 ± 4,3 a 1,9 ± 4,1 a 1,0 ± 3,7 b 0,104
Setelah (mg/kg) 2,3 ± 4,3 a 3,4 ± 3,9 a 3,5 ± 3,9 a 0,211
1
x ± Sd
a,b
Pada baris yang sama, angka dengan huruf yang tidak sama menunjukkan terdapat perbedaan yang nyata
antar kelompok (Uji Anova, p<0,05).
46