Keanekaragaman Jenis Herpetofauna di Daerah Teresterial dan Akuatik Sekitar Area Camping Ground
Blok Kancil, Kawah Ratu, Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS), Cidahu, Sukabumi
Dina Laila F1, Kurniawati1, Mentari Rizky1, Nabila Rahma1, Putri Wildatu Z1, Rahmi Ajeng R1, Syifa
Maulidia1, Yosafat Budi W1, Yudha Wastu P1, Yulia Nuraeni1, Yunita Safputri1, Zalfa Yania R1, Meilisha Putri
P2, Muhammad Taufik Awaludin2
Program Studi Pendidikan Biologi
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Pakuan
[email protected] ABSTRACT
Research on herpatofauna diversity in the terrestrial and aquatic areas of Ratu Crater, TNGHS
(Halimun Salak Mountain National Park), Cidahu, Sukabumi aimed to determine the diversity of herpetofauna
species. The study was conducted on December 21-23, 2018, with sampling time from 08.00 p.m to 11 p.m. Data
sampling was collected by traversing the terrestrial region as the 1 st observation station and aquatic area as the
2nd observation station around the camping ground area. The terrestrial area was divided into two lines, the
first was the forest with many trees, and the second was the road which had many trees on the right and left
side of the road. Meanwhile the aquatic area was river with clear water and many rocks conditions.VES (Visual
Encounter Survey) was used as this study method. It was done within 2 hours duration. Abiotic parameter data
were observed like air temperature, air humidity, and altitude. The results of the study found 14 species of
herpetofauna consisting of 8 speciese of amphibians in the terrestrial region, 3 species of amphibians in the
aquatic region, 2 species of reptiles in the terrestrial region and 1 species of reptiles in the aquatic region.
Limnonectes kuhlii is the most abundant and mostly found in the field, with dominance value is 0,694. The
diversity of amphibians in the terrestrial region is classified as low with a value of 1,79 and in the aquatic
region it is classified as very low with a value of 0.59. The diversity of reptile species in terrestrial and aquatic
regions is relatively very low with a value of 0.54 for terrestrial regions and 0.00 for aquatic regions.
Temperatures in the crater terrestrial and aquatic areas are 20˚C, and air humidity is 81%.
Keywords: Herpetofauna, Diversity, VES, TNGHS
ABSTRAK
Penelitian keanekaragaman jenis herpetofauna di area terrestrial dan akuatik Kawah Ratu, TNGHS
(Taman Nasional Gunung Halimun Salak), Cidahu, Sukabumi bertujuan untuk mengetahui keanekaragaman
jenis herpetofauna. Penelitian dilakukan pada tanggal 21 - 23 Desember 2018, dengan waktu pengambilan data
pada pukul 20.00-23.00 WIB. Pengambilan data herpetofauna dilakukan dengan menyusuri daerah teresterial
sebagai stasiun pengamatan 1 dan akuatik sebagai stasiun pengamatan 2 di sekitar area camping ground. Pada
daerah teresterial dibagi menjadi dua jalur, kondisi jalur pertama yaitu hutan yang terdapat banyak pepohonan,
dan kondisi jalur kedua dengan permukaan jalan berupa aspal yang terdapat pepohonan di sisi kanan dan kiri
jalan. Sedangkan daerah akuatik yaitu berupa aliran sungai dengan kondisi sungai yang masih jernih dan banyak
terdapat bebatuan. Metode yang digunakan adalah metode VES (Visual Encounter Survey) dengan durasi waktu
selama 2 jam. Data abiotik pengambilan data abiotik meliputi suhu udara, kelembaban udara, dan ketinggian.
Hasil penelitian dijumpai 14 jenis herpetofauna yang terdiri dari 8 jenis amfibi pada daerah teresterial, 3 jenis
amfibi pada daerah akuatik, 2 jenis reptil pada daerah teresterial dan 1 jenis reptil pada daerah akuatik. Jenis
herpetofauna yang melimpah dan paling sering dijumpai yaitu Limnonectes kuhlii dengan nilai dominansi 0,694.
Keanekaragaman jenis amfibi pada daerah teresterial tergolong rendah dengan niali 1,79 dan pada daerah
akuatik tergolong sangat rendah dengan nilai 0,59. Keanekaragaman jenis reptil pada daerah teresterial dan
akuatik tergolong sangat rendah dengan nilai 0,54 untuk daerah teresterial dan 0,00 untuk daerah akuatik. Suhu
di area terestrial dan akuatik Kawah Ratu yaitu 20˚C, dan kelembaban udara yaitu 81%
Kata kunci : Herpetofauna, Keanekaragaman, VES, TNGHS
PENDAHULUAN herpetofauna di taman nasional ini terdapat
Kekayaan hayati kawasan Taman sejumlah 16 spesies amfibi dan 21 spesies
Nasional Gunung Halimun Salak telah lama reptil.
menarik perhatian para peneliti baik dalam Herpetofauna yang terdiri dari reptil
maupun luar negeri. Catatan sementara dan amfibi merupakan salah satu jenis potensi
1
Mahasiswa Program Studi Pendidikan Biologi FKIP UNPAK
2
Staf Pengajar Program Studi Pendidikan Biologi FKIP UNPAK
keanekaragaman hayati hewani yang jarang Pengetahuan reptil dan amfibi di
diketahui dan kurang dikenal oleh masyarakat. Indonesia masih sangat berkurang (Ramdhani,
Padahal, sangatlah penting bagi suatu kawasan 2008), selain itu penelitian herpetofauna belum
memiliki data tentang keanekaragaman fauna, begitu banyak dilakukan padahal Indonesia
karena masing–masing fauna, termasuk memiliki keanekaragaman herpetofauna
herpetofauna memiliki peran penting dalam tertinggi ke-3 di dunia (IUCN, 2008).
menjaga keseimbangan dan keberlangsungan Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk
ekosistem kawasan tersebut (Qurniawan & mengetahui tingkat keanekaragaman
Epilurahman 2013). herpetofauna yang ada di daerah teresterial dan
Beberapa penelitian yang telah akuatik di sekitar area camping ground blok
dilakukan dalam jangka waktu beberapa tahun kancil, Taman Nasional Gunung Halimun
terakhir ini menunjukan bahwa terjadi Salak, Cidahu, Sukabumi.
penurunan populasi herpetofauna secara global
mulai tahun 1980-an seiring dengan METODE PENELITIAN
meningkatnya pencemaran lingkungan dan Penelitian mengenai keanekaragaman
berkurangnya habitat-habitat asli (hutan). Jika jenis herpetofauna di daerah teresterial dan
hal ini berlanjut menyebabkan kepunahan akuatik di sekitar area camping ground blok
herpetofauna di dunia sebelum sempat diteliti kancil, Kawah Ratu Taman Nasional Gunung
dan di data dengan baik (Kusrini 2009). Halimun Salak, Cidahu, Sukabumi. Kegiatan
Seiring dengan berkurangnya luasan ini dilaksanakan selama tiga hari yaitu pada
dan terfragmentasinya kawasan berhutan hari Jumat - Minggu, pada tanggal 21 - 23
diduga telah mengakibatkan penurunan Desember 2018.
populasi sampai kepunahan lokal satwa liar
termasuk herpetofauna dan merupakan
ancaman yang sangat nyata bagi kelestarian
keanekaragaman hayati flora-fauna. Sebagian
besar reptilia dan amphibia dapat dijumpai di
hutan-hutan tropis, rawa-rawa, dan sungai-
sungai. Sebaran habitat yang sangat luas ini
merupakan faktor utama penentu
keanekaragaman jenis.
Menurut Uetz (2016), jumlah reptil
yang telah teridentifikasi pada bulan Agustus
2016 sebanyak 10.450, sedangkan jumlah
amphibi yang telah teridentifikasi mencapai Gambar 1. Lokasi Penelitian
7.000 jenis (Wilkinson,2016). Jumlah tersebut
semakin meningkat dengan terus dilakukannya
penelitian-penelitian heretofauna. Metode yang
sering digunakan dalam penelitian herpetofauna
adalah metode VES (Visual Encounter Survey).
Metode VES merupakan metode jelajah bebas
dan belt transect. Metode tersebut dilakukan
dengan cara menyusuri dan mendata jenis yang
ditemukan serta keadaan daerah tempat jenis
tersebut ditemukan. (Susanto, 2006). Metode
tersebut umum digunakan karena hasil yang
diperoleh lebih akurat, dan akuisi data yang
cepat.
Gambar 2. Jalur Penelitian
Pengambilan data mengenai Kriteria:
herpetofauna menggunakan alat yaitu H’ < 1 : Kenaekaragaman sangat
headlamp atau senter, snake hook, stopwatch, rendah
kantong spesimen, meteran, GPS, sarung 1 < H’ < 2 : Kenekaragaman rendah
tangan, dan camera. Data daya dukung 2 < H’ < 3 : Keanekaragaman sedang
lingkungan diperoleh menggunakan alat antara 3 < H’ <4 : Keanekaragaman tinggi
lain yaitu altimeter dan soil tester. H’ > 4 : Keanekaragaman sangat
Penelitian dilakukan dengan tinggi
menggunakan metode VES (Visual Encounter 2. Kemerataan Pielou’s (E) (Husamah, 2017)
Survey). Metode VES dilakukan dengan cara E = H’/ ln S
mengambil jenis satwa berdasarkan perjumpaan Keterangan:
langsung pada jalur di daerah terestrial maupun H' : Indeks keanekaragaman Shannon
akuatik. Pengambilan data herpetofauna E : Indeks kemerataan
dilakukan dengan menyusuri daerah teresterial S : Jumlajenis yang ditemukan
dan akuatik di sekitar area camping ground. ln : Ogaritme natural
Pada daerah teresterial dibagi menjadi dua
jalur, kondisi jalur pertama yaitu hutan yang Kriteria:
terdapat banyak pepohonan, dan kondisi jalur E<1 : Kemerataan tinggi
kedua dengan permukaan jalan berupa aspal 0,4 < E < 0,6 : Kemerataan sedang
yang terdapat pepohonan di sisi kanan dan kiri E < 0,4 : Kemerataan rendah
jalan. Sedangkan daerah akuatik yaitu berupa 3. Indeks Dominansi (C) (Maduppa, 2016)
aliran sungai dengan kondisi sungai yang masih
∑[ ]
jernih dan banyak terdapat bebatuan.
Pegambilan data dilakukan pada malam Keterangan:
hari sekitar pukul 20.00 s.d 23.00 WIB, dan C :indeks dominansi
kegiatan penangkapan dilakukan selama 2 jam ni : Jumlah suatu spesies dalam
dengan waktu yang dihentikan selama kegiatan komunitas
penangkapan dan identifikasi. Spesies yang N : Jumlah Individu seluruh spesies
ditemukan kemudian dicatat jenis, jumlah dan Kriteria :
tempat spesies tersebut ditemukan. 0 ≤ C ≤ 0,5 : Dominansi rendah
Hasil data yang diperoleh dianalisis 0,5 < C ≤ 0,75 : Dominansi sedang
dengan menggunakan indeks keanekaragaman 0,75 < C ≤ 1 : Dominansi tinggi
jenis Shannon-Weiner (H’), indeks kemerataan 4. Indeks kekayaan jenis Margalef (Dmg)
jenis (E), indeks dominansi jenis (D) dan
indeks kekayaan jenis Margalef (Dmg).
Analisis data yang digunakan dijabarkan
sebagai berikut : Keterangan:
1. Indeks diversitas Shannon-Weiner Dmg :Indeks kekayaan jenis
(Husamah, 2017) Margalef
H' = −∑pi ln pi S :Jumlah jenis yang ditemukan
N :Jumlah individu seluruh jenis
Keterangan: Kriteria :
H' : Indeks keanekaragaman Shannon Dmg < 3,5 kekayaan jenis rendah
Pi :proporsi kelimpahan jenis ke-i (ni/N) 3,5 < Dmg < 5 kekayaan jenis sedang
ni : Jumlah suatu spesies dalam Dmg > 5 kekayaan jenis tinggi (Moy,
komunitas M.S, et all. 2013)
N : Jumlah Individu seluruh spesies
HASIL
Tabel 1. Data pengamatan di Stasiun Pengamatan 1
Malam ke- Kelas No Famili Spesies Ketinggian (mdpl) Jumlah
1 Megophyridae Leptobrachium hasseltii 1131-1134 4
2 Ranidae Odorrana hosii 1101-1131 5
3 Ranidae Huia masoni 1120 1
Amfibi 4 Ranidae Fejervarya limnocharis 1122 1
5 Dicroglossidae Limnonectes microdiscus 1134 1
1
6 Dicroglossidae Polypedates leucomystax 1134 2
7 Megophyridae Megophrys montana 1101 1
Total 15
1 Agamidae Bronchocela jubata 1101-1195 4
Reptil
2 Gekkonidae Cyrtodactylus marmoratus 1122 1
Total 5
1 Ranidae Odorrana hosii 1118 3
2 Dicroglossidae Polypedates leucomystax 1122 2
Amfibi
4 Megophyridae Leptobrachium hasseltii 1118 1
2 5 Bufonidae Phrynoidis aspera 1118 1
Total 7
Reptil 1 Gekkonidae Cyrtodactylus marmoratus 1122 4
Total 4
Tabel 1 menunjukan bahwa jenis malam pertama ditemukan 15 individu amfibi
herpetofauna untuk kelas amfibi lebih banyak dan 5 individu reptil sedangkan pada malam
dijumpai dibandingkan dengan reptil. Pada kedua ditemukan 7 individu amfibi dan 4
individu reptil.
Tabel 2. Data pengamatan di Stasiun Pengamatan 2
Malam
Kelas No Famili Spesies Ketinggian (mdpl) Jumlah
ke-
1 Dicroglossidae Limnonectes kuhlii 1101-1195 19
Amfibi 2 Ranidae Amnirana nicobariensis 1195 3
3 Megophyridae Megophrys montana 1101 1
1
Total 23
Reptil 1 Colubridae Ahaetulla prasina 1
Total 1
Amfibi 1 Dicroglossidae Limnonectes kuhlii 1101-1130 61
Total 61
2
Reptil - - - - -
Total -
Tabel 2 menunjukan bahwa jenis malam pertama ditemukan 23 individu amfibi
herpetofauna untuk kelas amfibi lebih banyak dan 1 individu reptil sedangkan pada malam
dijumpai dibandingkan dengan reptil. Pada kedua ditemukan 61 individu amfibi dan tidak
ditemukan individu reptil.
Tabel 3. Hasil analisis indeks dominansi, indeks keanekaragaman jenis, indeks kekayaan jenis, dan
indeks kemerataan jenis amphibi di Stasiun Pengamatan 1
No Spesies Jumlah D H' E Dmg
1 Leptobrachium hasseltii 5 0,040 0,32
2 Odorrana hosii 8 0,102 0,36
3 Huia masoni 1 0,002 0,13
4 Fejervarya limnocharis 1 0,002 0,13
5 Limnonectes microdiscus 4 0,026 0,29
6 Polypedates leucomystax 4 0,026 0,29
7 Megophrys montana 1 0,002 0,13
8 Phrynoidis aspera 1 0,002 0,13
Total 25 0,200 1,79 0,86 7,69
Tabel 3 menunjukan bahwa dominansi pengamatan 1 yaitu 1,79, indeks kemerataan
jenis amfibi tertinggi pada stasiun pengamatan 1 jenis yaitu 0,86 dan indeks kekayaan jenis
yaitu spesies Odoranna hosii (0,102). Indeks margalef yaitu 7,69.
keanekaragaman jenis amfibi pada stasiun
Tabel 4. Hasil analisis indeks dominansi, indeks keanekaragaman jenis, indeks kekayaan jenis, dan
indeks kemerataan jenis reptil di Stasiun Pengamatan 1
No Spesies Jumlah D H' E Dmg
1 Bronchocela jubata 6 0,198 0,36
2 Cyrtodactylus marmoratus 5 0,309 0,33
Total 9 0,506 0,69 0,99 1,54
Tabel 4 menunjukan bahwa dominansi stasiun pengamatan 1 yaitu 0,69, indeks
jenis reptil tertinggi pada stasiun pengamatan 1 kemerataan jenis yaitu 0,99 dan indeks
yaitu spesies Bronchocela jubata (0,198). kekayaan jenis margalef yaitu 1,54.
Indeks keanekaragaman jenis reptil pada
Tabel 5. Hasil analisis indeks dominansi, indeks keanekaragaman jenis, indeks kekayaan jenis, dan
indeks kemerataan jenis amphibi di Stasiun Pengamatan 2
No Spesies Jumlah D H' E Dmg
1 Limnonectes kuhlii 20 0,694 0,15
2 Amnirana nicobariensis 3 0,016 0,26
3 Megophrys montana 1 0,002 0,13
Total 24 0,712 0,54 0,50 2,69
Tabel 5 menunjukan bahwa dominansi stasiun pengamatan 2 yaitu 0,54, indeks
jenis amfibi tertinggi pada stasiun pengamatan kemerataan jenis yaitu 0,50 dan indeks
2 yaitu spesies Limnonectes kuhlii (0,694). kekayaan jenis margalef yaitu 2,69.
Indeks keanekaragaman jenis amfibi pada
Tabel 6. Hasil analisis indeks dominansi, indeks keanekaragaman jenis, indeks kekayaan jenis, dan
indeks kemerataan jenis reptil di Stasiun Pengamatan 2
No Spesies Jumlah D(%) H Dmg E
1 Ahaetulla prasina 1 100 0,00
Total 1 0,00 - -
Tabel 6 menunjukan bahwa dominansi jenis (1). Pada malam kedua tidak terdapat spesies
reptil pada malam pertama di stasiun yang ditemukan sehingga tidak ada dominansi.
pengamatan 2 yaitu spesies Ahaetulla prasina Indeks keanekaragaman jenis reptil pada
Tabel 7. Data parameter abiotik di stasiun pengamatan 1 dan 2
Parameter Malam 1 Malam 2
Ketinggian (mdpl) 1000-1195 1000-1195
Kelembapan Udara (%) 81 81
suhu udara 20 20
Tabel 7 menunjukkan bahwa penelitian mdpl. Kelembapan udara sekitar kawasan
dilakukan pada ketinggian antara 1000-1195 berkisar 81%, dan suhu udara 20 oC.
PEMBAHASAN Kelembaban di hutan relatif lebih tinggi, hal ini
Berdasarkan hasil pengamatan, disebabkan oleh adanya penutupan tajuk pohon
didapatkan banyak jenis herpetofauna yang yang menghalangi sinar matahari dan angin.
dapat ditemukan pada area penelitian. Jenis Kebanyakan jenis amfibi hidup di kawasan
herpetofauna yang ditemukan diidentifikasi hutan ditempat yang berada dekat dengan
berdasarkan referensi buku identifikasi amfibi perairan, Iskandar (1998) dalam Sardi, dkk
Jawa Barat (Kusrini, 2009) dan Buku A Field (2013) menyatakan bahwa amfibi
Guide To The Reptile Of South-East Asia (Das, membutuhkan kelembaban yang cukup untuk
Indraneil, 2010). Komposisi seluruh jenis melindungi tubuh dari kekeringan. Sardi, dkk
herpetofauna di kawah ratu TNGHS dijumpai (2013) menyatakan bahwa amfibi secara umum
sebanyak 13 jenis yang terdiri dari 10 amfibi memiliki batas toleransi suhu antara 3-27 oC,
dan 3 reptil. Dari 10 jenis amfibi yang dan Sardi, dkk (2013) menyatakan reptil hidup
ditemukan paling banyak dari famili Ranidae aktif pada suhu antara 20°C - 40°C.
dan yang sedikit dari famili Bufonidae. Nilai indeks keanekaragaman jenis
Sedangkan dari 3 jenis reptil, yang ditemukan amfibi pada SP 1 tergolong rendah dengan nilai
paling banyak dari famili Agamidae dan yang 1,79. Indeks kekayaan jenis tergolong tinggi
paling sedikit ditemukan dari famili Clubridae. dengan nilai 7,69, indeks dominansi tergolong
Adanya perbedaan dalam perolehan jenis ini rendah dengan nilai 0,2 dan indeks kemerataan
dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya tergolong tinggi dengan nilai 0,86, dan untuk
perbedaan ketinggian (mdpl) yang dapat reptil indeks keanekaragaman jenis tergolong
mempengaruhi perbedaan dalam perolehan sangat rendah dengan nilai 0,69, indeks
jenis. Amfibi mampu hidup pada ketinggian kekayaan jenis tergolong rendah dengan nilai
250-1200 mdpl, sedangkan reptile mampu 1,54, indeks dominansi tergolong sedang
hidup pada ketinggian 400-1200 mdpl (Rosadi, dengan nilai 0,506 dan indeks kemerataan
dkk, 2016) tergolong tinggi dengan nilai 0,99. Adapun
Pengambilan data pengamatan didapat kriteria dominansi pada jenis amfibi dengan
kelembaban udara 81% serta suhu udara 20oC. nilai terbesar yaitu pada spesies Odorana hosii
sebesar 0,102 dan pada jenis reptil dengan nilai Peluang perjumpaan yang cukup
terbesar yaitu pada spesies Bronchocela jubata rendah pada reptile dikarenakan komposisi
0,198 reptile akan berkurang seiring bertambahnya
Nilai indeks keanekaragaman jenis ketinggian, penetrasi cahaya matahari, dan suhu
amfibi pada SP 2 tsergolong sangat rendah yang lebih rendah. Daerah pegunungan dengan
dengan nilai 0,54. Indeks kekayaan jenis suhu yang ekstrim juga bukan merupakan
tergolong rendah dengan nilai 2,69, indeks habitat yang ideal untuk habitat ular.
dominansi tergolong sedang dengan nilai 0,712 (Endarwin, 2006)
dan indeks kemerataan tergolong sedang
dengan nilai 0,50 dan untuk reptil indeks SIMPULAN
keanekaragaman jenis tergolong sangat rendah Berdasarkan hasil pengamatan dan
dengan nilai 0,00, indeks kekayaan jenis dan pembahasan dapat diambil kesimpulan bahwa,
indeks kemerataan tidak dapat diinterpretasikan keanekaragaman jenis amfibi pada daerah
dengan nilai karena tidak adanya jenis lain teresterial tergolong rendah dengan niali 1,79
yang ditemukan saat penelitian selain Ahaetula dan pada daerah akuatik tergolong sangat
nasuta. Adapun kriteria dominansi pada jenis rendah dengan nilai 0,59. Serta
amfibi dengan nilai terbesar yaitu pada spesies keanekaragaman jenis reptil pada daerah
Limnocetes kuhlii sebesar 79,17% dan pada teresterial dan akuatik tergolong sangat rendah
jenis reptil dengan nilai 100% pada jenis dengan nilai 0,54 untuk daerah teresterial dan
Ahaetula prasina. 0,00 untuk daerah akuatik.
Wahyuni, dkk (2014) menyatakan
SARAN
bahwa keanekaragaman jenis berhubungan Perlu dilakukan studi lanjutan mengenai
dengan banyaknya jenis dan jumlah individu keanekaragaman jenis herpetofauna di kawasan
tiap jenis sebagai komponen penyusun
Taman Nasional Gunung Halimun Salak karena
komunitas, oleh karena itu semakin tinggi nilai dimungkinan ditemukan jenis-jenis barun
indeks keragaman menunjukkan komunitas di
melihat ekosistem di TNGHS sangat lengkap.
lokasi tersebut semakin beragam dan tidak ada
spesies yang mendominasi. DAFTAR PUSTAKA
Maduppa (2016) menyatakan bahwa Das, Idraneil. 2010. A Field Guide to The
apabila semakin tinggi dominansi maka akan Reptiles Of South-East Asia. UK: New
terlihat suatu jenis mendominasi daerah Holland Publishers
tersebut. Jika nilai indeks dominansi mendekati Endarwin, Wempy. 2006. Keanekaragaman
0 maka menunjukkan pada daerah tersebut Jenis Reptil dan Biologi
tidak ada jenis yang mendominasi dan biasanya Cyrtodactyluscf fumosus di Taman
diikuti oleh nilai kemerataan yang tinggi. Nasional Bukit Barisan Selatan
Sebaliknya, jika nilai indeks dominansi Lampung-Bengkulu. Departemen
mendekati 1 maka menggambarkan pada Konservasi Sumber Daya Hutan dan
daerah tersebut ada salah satu jenis yang Ekowisata Fakultas Kehutanan IPB
mendominasi dan biasanya diikuti oleh nilai Farikhin. dkk. 2012. Panduan Lapang
kemerataan yang rendah. Herpetofauna (Amfibi dan Reptil) Taman
Peluang perjumpaan terbesar dimiliki Nasional Alas Purwo. Banyuwangi: Balai
oleh jenis Limnonectes kuhlii, jenis ini paling Taman Nasional Alas Purwo
banyak dijumpai di habitat akuatik. Menurut Husamah, dkk. 2017. Ekologi Hewan Tanah.
Farikhin, dkk (2012) Amfibi hidup pada daerah Malang : UMM Press
yang dekat dengan air karena air dapat menjaga International Union for Conservation of Nature
perubahan temperatur pada tubuhnya selaian itu and Naturak Resources (IUCN).
suhu dan kelembaban yang sesuai sangat Conservation International and
diperlukan bagi kehidupan amfibi. Naturseve. 2008. Major. Threats.
http://www.iucnredlist.org/amphibians/ Pembelajaran Biologi Sma. Jurnal:
major_threats.html Universitas Sriwijaya
Kusrini MD, Endarwin W, Ul-Hasanah A, Susanto, D. 2006. Struktur Komunitas Amfibi
Yazid M. 2007. Metode Pengamatan di Kampus Universitas Indonesia,
Herpetofauna di Taman Nasional Depok, Jawa Barat. Skripsi :
Bantimurung Bulusaraung, Sulawesi Departemen Biologi FMIPA UI, Depok
Selatan. Modul Pelatihan. Departemen Uetz, Peter. 2016. Species Numbers by Higher
Konservasi Sumberdaya Hutan dan Taxa. http://www.reptil-database.org
Ekowisata, Fakultas Kehutanan Institut Wahyuni, dkk. 2014. KEANEKARAGAMAN
Pertanian Bogor, Bogor. Tanggal 30 JENIS HERPETOFAUNA JALUR
Agustus-2 September 2007. CIKAWENI PUSAT PENDIDIKAN
Maduppa, Hawis. 2016. Modul Penelitian KONSERVASI ALAM BODOGOL,
Teknik Analisis Kuantitatif Data. TAMAN NASIONAL GUNUNG
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan GEDE PANGRANO. Jurnal : Fakultas
Institut Pertanian Bogor Kehutanan Institut Pertanian Bogor
Moy, M.S, et all. 2013. Analisis Berbagai Wilkinson. 2016. Worldwide Amphibian
Indeks Keanekaragaman (Diversitas) Decline.
Tumbuhan di Beberaoa Ukuran Petak http://www.amphibianweb.org/declines
Contoh Pengamatan. Fakultas .html
Kehutanan IPB
Muhammad Sardi , Erianto, Sarma Siahaan.
2013. KEANEKARAGAMAN
HERPETOFAUNA DI RESORT
LEKAWAI KAWASAN TAMAN
NASIONAL BUKIT BAKA BUKIT
RAYA KABUPATEN SINTANG
KALIMANTAN BARAT. Jurnal :
Fakultas Kehutanan Universitas
Tanjungpura PontianakJalan Imam
Bonjol
Qurniawan dan Eprilurahman. 2013.
Keanekaragaman Jenis Amfibi dan
Reptil Gumuk Pasir Provinsi Daerah
Istimewa Yogyakarta. Jurnal: Fakultas
Biologi Universitas Gadjah Mada
Yogyakarta.
Ramdhani. 2008. Studi Keanekaragaman Jenis
Reptil pada Beberapa Tipe Habitat di
EKSHPH PT RKI Kabupaten Bungo
Provinsi Jambi. Skripsi: FAKULTAS
KEHUTANAN INSTITUT
PERTANIAN BOGOR
Rosadi, dkk. 2016. Identifikasi Jenis-Jenis
Reptilia (Sub Ordo Sauria) Di Taman
Wisata Alam (Twa) Bukit Kaba
Kabupaten Rajang Lebong Provinsi
Bengkulu Dan Kontribusunya Dalam