0% found this document useful (0 votes)
95 views48 pages

Skripsi Tanpa Bab Pembahasan

This document is the abstract of a thesis titled "Testing the Performance of Palm Seed Breaking Tools" by Hanang Agung Prastyo from the Faculty of Agriculture at Lampung University in 2017. The thesis tests the performance of a machine used for breaking palm seeds to separate the shell from the kernel. It examines the percentage of intact kernels released, fuel consumption, and other parameters using palm seeds of different sizes and clearance settings in the machine. The results showed that the percentage of broken shells and intact kernels varied depending on seed size, with most intact kernels released from medium sized seeds. Fuel consumption ranged from 210-269 ml per 1000 seeds.

Uploaded by

lita rahmini
Copyright
© © All Rights Reserved
We take content rights seriously. If you suspect this is your content, claim it here.
Available Formats
Download as PDF, TXT or read online on Scribd
0% found this document useful (0 votes)
95 views48 pages

Skripsi Tanpa Bab Pembahasan

This document is the abstract of a thesis titled "Testing the Performance of Palm Seed Breaking Tools" by Hanang Agung Prastyo from the Faculty of Agriculture at Lampung University in 2017. The thesis tests the performance of a machine used for breaking palm seeds to separate the shell from the kernel. It examines the percentage of intact kernels released, fuel consumption, and other parameters using palm seeds of different sizes and clearance settings in the machine. The results showed that the percentage of broken shells and intact kernels varied depending on seed size, with most intact kernels released from medium sized seeds. Fuel consumption ranged from 210-269 ml per 1000 seeds.

Uploaded by

lita rahmini
Copyright
© © All Rights Reserved
We take content rights seriously. If you suspect this is your content, claim it here.
Available Formats
Download as PDF, TXT or read online on Scribd
You are on page 1/ 48

UJI KINERJA ALAT PEMECAH BENIH KELAPA SAWIT

(Skripsi)

Oleh
HANANG AGUNG PRASTYO

FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2017

1
ABSTRACT

UJI KINERJA ALAT PEMECAH BENIH KELAPA SAWIT

By

Hanang Agung Prastyo

Palm oil is now a superior commodity compared to other plantation sectors, such

as rubber or pepper. Palm oil, which produces vegetable oils, can be processed

into a variety of products including cooking oil and butter. Ripple mill is machine

for breaking the shell so that the core (kernel) and shell can be separated. The

objective of this research is to test the performance of palm seed breaking tool, to

know the percentage of kernel loose intact and to know the consumption of fuel

used.

This study used 3 sizes of palm oil seed with 3 replicates for each treatment. The

oil palm seeds used are small, medium and large. There are 3 clearance is 10

mm, 12 mm, and 14 mm. All treatments were repeated 3 times. The tool success

characteristics are seen from (50% shell breaker, 50% shell rupture, complete

kernel release, kernel rupture, scratched kernel, and seed pass), as well as engine

capacity and fuel consumption.

The result of research that has shown that shell fragment less that <50% for

small, medium, and large seed size consecutively are 6%, 15%, and 11%. On the

2
other hand, shell splitting that more than > 50% are 3% (for small seed size), 5%

(for medium seed size), and 16% (for large seed size). Detacled intact kernel for

small seed sizes of 65%, medium 73%, and 63% large. Rupture kerner for small

seed size ie 11%, medium 3%, and big 3%. Kernels are scratched for small seed

sizes of 15%, medium 11%, and large 5%. Seeds pass for small sizes ie 0%,

medium 3%, and 1% large. As for fuel consumption at seed size of 210 ml / 1000

- 269 ml / 1000 seeds.

Keywords: Breaking Seed Oil, Seed Oil, Kernel.

3
ABSTRAK

UJI KINERJA ALAT PEMECAH BENIH KELAPA SAWIT

Oleh

Hanang Agung Prastyo

Tanaman kelapa sawit saat ini merupakan komoditas perkebunan unggulan

dibandingkan sektor perkebunan lainnya, seperti karet atau lada. Kelapa sawit,

yang menghasilkan minyak nabati ini dapat diolah menjadi berbagai macam

produk di antaranya adalah minyak goreng, dan mentega. Ripple mill adalah

suatu alat untuk memecahkan cangkang agar inti (kernel) dan cangkang dapat

dipisahkan. Penelitian ini bertujuan untuk menguji kinerja alat pemecah benih

kelapa sawit, mengetahui persentase lepas kernel utuh serta mengetahui konsumsi

bahan bakar yang terpakai.

Penelitian ini dilaksanakan menggunakan 3 ukuran benih kelapa sawit dengan 3

ulangan untuk setiap perlakuan. Benih kelapa sawit yang digunakan berukuran

kecil, sedang, dan besar, serta dengan menggunakan 3 clearance yaitu 10 mm, 12

mm, dan 14 mm. Semua perlakuan diulang sebanyak 3 kali. Karakteristik

keberhasilan alat dilihat dari (pecah cangkang < 50%, pecah cangkang > 50%,

lepas kernel utuh, pecah kernel, kernel tergores,dan benih lolos), serta kapasitas

mesin dan konsumsi bahan bakar.

4
Hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukan bahwa parameter pecah

cangkang < 50% untuk ukuran benih kecil yaitu 6%, sedang 5%, dan besar 11%.

Pecah cangkang > 50% untuk ukuran benih kecil yaitu 3%, sedang 5%, dan besar

16%. Lepas kernel utuh untuk ukuran benih kecil yaitu sebesar 65%, sedang

73%, dan besar 63%. Pecah kerner untuk ukuran benih kecil yaitu 11%, sedang

3%, dan besar 3%. Kernel tergores untuk ukuran benih kecil yaitu 15%, sedang

11%, dan besar 5%. Benih lolos untuk ukuran kecil yaitu 0%, sedang 3%, dan

besar 1%. Sedangkan untuk konsumsi bahan bakar pada ukuran benih sebesar

210 ml/1000 – 269 ml/1000 biji.

Kata Kunci: Alat Pemecah Benih Sawit, Benih Sawit, Kernel.

5
UJI KINERJA ALAT PEMECAH BENIH KELAPA SAWIT

Oleh

Hanang Agung Prastyo

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar


SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN

Pada

Jurusan Teknik Pertanian


Fakultas Pertanian Universitas Lampung

FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2017

6
RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Girikarto, Kecamatan

Sekampung, Kabupaten Lampung Timur pada

tanggal 21 Maret 1994, sebagai anak tunggal

keluarga Bapak Eko pujo Sumarto dan Ibu Yanti.

Penulis menyelesaikan pendidikan Taman Kanak-

Kanak di TK Aisyiah Sekampung, kec. Sekampung,

kab. Lampung Timur (Tamat pada tahun 1999),

Sekolah Dasar di SD Negeri 2 Girikarto,

kec. Sekampung, kab. Lampung Timur (Tamat pada tahun 2006), Sekolah

Menengah Pertama di SMP Negeri 2 Sekampung, kec. Sekampung, kab.

Lampung Timur (Tamat pada tahun 2009), dan Sekolah Menengah Atas di SMK

Negeri 2 Metro, Kota Metro (Tamat pada tahun 2012). Pada tahun 2012 (tahun

ajaran 2012/2013) penulis diterima sebagai mahasiswa S1 Jurusan Teknik

Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung melalui jalur Seleksi

Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN). Selama menjadi

mahasiswa, penulis terdaftar aktif di berbagai unit lembaga kemahasiswaan

sebagai Anggota Bidang Pengabdian Masyarakat, Persatuan Mahasiswa Teknik

Pertanian (PERMATEP), Fakultas Pertanian, Universitas Lampung periode

10
2013/2014 dan 2014/2015. Penulis juga pernah menjadi Asisten Dosen Mata

Kuliah Hidrologi pada tahun 2015.

Pada tahun 2016 penulis mengikuti kegiatan Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tematik

periode I pada tahun 2016 di Desa Warga Indah Jaya, Kecamatan Banjar Agung,

Kabupaten Tulang Bawang. Penulis juga melaksanakan Praktik Umum (PU) di

PT. Momenta Agrikultura (Amazing Farm) dengan judul laporan “Mempelajari

Budidaya Tanaman Tomat Cherry Varietas Fortesa Dengan Menggunakan Sistem Irigasi

Tetes (Drip Irrigation) Di PT Momenta Agrikultura (Amazing Farm) Lembang, Bandung

Barat, Jawa Barat”. Penulis berhasil mencapai gelar Sarjana Teknologi Pertanian

(S.T.P) dengan judul skripsi “Uji Kinerja Alat Pemecah Benih Kelapa Sawit”.

11
Saya persembahkan karya kecil ini untuk

Kedua orangtuaku tercinta

Bapak Eko Pujo Sumarto & Ibu yanti

yang selalu memberikan doa dan dukungan terbaiknya

kepada ku untuk mencapai kesuksesanku

i
SANWACANA

Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-

Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir (Skripsi) ini. Sholawat

teriring salam semoga selalu tercurah kepada syuri tauladan Nabi Muhammad

SAW dan keluarga serta para sahabatnya. Aamiin.

Skripsi yang berjudul “Uji Kinerja Alat Pemecah Benih Kelapa Sawit” ini

adalah salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknologi Pertanian

(S.T.P) di Jurusan Teknik Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung.

Penulis memahami bahwa dalam penyusunan skripsi ini begitu banyak cobaan,

suka dan duka yang dihadapi, namun berkat ketulusan doa, semangat, bimbingan,

motivasi, dan dukungan orang tua serta berbagai pihak sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Maka pada kesempatan kali ini penulis

mengucapkan terimakasih kepada :

1. Bapak Dr. Ir. Tamrin, M.S., selaku pembimbing pertama, yang telah

memberikan bimbingan dan saran sehingga terselesaikanya skripsi ini.

2. Bapak Ir. Oktafri, M.Si., selaku pembimbing kedua sekaligus Pembimbing

Akademik yang telah memberikan berbagai masukan dan bimbingannya

dalam penyelesaian skripsi ini.

ii
3. Bapak Prof. Dr. Ir. Kukuh Setiawan, M.Sc., selaku Pembahas yang telah

memberikan saran dan masukan sebagai perbaikan selama penyusunan skripsi

ini.

4. Bapak Dr. Ir. Agus Haryanto, M.P., selaku Ketua Jurusan Teknik Pertanian,

Fakultas Pertanian, Universitas Lampung yang telah membantu dalam

administrasi penyelesaian skripsi ini.

5. Bapak Prof. Dr. Ir. Irwan Sukri Banua, M.S., selaku dekan Fakultas

Pertanian, Universitas Lampung yang telah membantu dalam administrasi

skripsi ini.

6. Bapak dan Mamak tercinta yang telah memberikan kasih sayang, dukungan

moral, material dan doa.

7. Teman-teman seperjuangan Bayu Titis Nolo, Badai Putra Sugara, Ahmad

Rifki Maulana, Prasetya Adi Chandra, dan Nasirin Sukron, yang telah

membantu Penelitian saya.

8. Teman-teman seperjuangan TEP 12 yang penulis sayangi.

9. Kakak Tingkat 2011 dan Adik-adik 2013, 2014, dan 2015 yang selalu

memberikan keceriaan dan doanya.

Sangat penulis sadari bahwa, Skripsi ini masih jauh dari sempurna kritik dan saran

membangun sangat penulis harapkan dari pembaca untuk kesempurnaan tulisan-

tulisan berikutnya. Semoga Skripsi ini memberikan manfaat, khususnya buat

penulis dan umumnya bagi pembaca.

Bandar Lampung, Mei 2017


Penulis,

Hanang Agung Prastyo

iii
DAFTAR ISI

Halaman
Teks
DAFTAR ISI .......................................................................................................... iv

DAFTAR TABEL ................................................................................................. vii

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. ix

I. PENDAHULUAN ............................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang .............................................................................................. 1

1.2 Tujuan Penelitian ........................................................................................... 3

1.3 Manfaat Penelitian ......................................................................................... 4

II. TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................................... 5

2.1 Kelapa Sawit .................................................................................................. 5

2.2 Buah Kelapa Sawit ........................................................................................ 8

2.3 Benih Kelapa Sawit ..................................................................................... 12

2.4 Perkecambahan Benih Kelapa Sawit ........................................................... 13

2.5 Alat Pemecah Benih Kelapa Sawit .............................................................. 14

III. METODELOGI PENELITIAN ...................................................................... 18

3.1 Waktu dan Tempat ...................................................................................... 18

iv
3.2 Alat dan Bahan ............................................................................................ 18

3.3 Metode Penelitian ........................................................................................ 18

3.4 Pelaksanaan Penelitian ................................................................................ 19

3.5 Uji Kinerja Mesin ........................................................................................ 21

3.5.1 Kapasitas Kerja Mesin .......................................................................... 21


3.5.2 Konsumsi Bahan Bakar ........................................................................ 22
3.5.3 Kriteria Keberhasilan Alat .................................................................... 22

3.6 Analisis Data ............................................................................................... 23

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ...................................................................... 24

4.1 Sortasi Benih Kelapa Sawit ......................................................................... 24

4.2 Tebal Cangkang dan Jarak Clearance ......................................................... 25

4.3 Uji Kekerasan Benih ................................................................................... 26

4.4 Uji Kinerja ................................................................................................... 27

4.4.1 Kapasitas Mesin .................................................................................... 27


4.4.2 Pecah Cangkang .................................................................................... 28
4.4.3 Lepas Kernel Utuh ................................................................................ 30
4.4.4 Pecah dan Retak Kernel ........................................................................ 30
4.4.5 Kernel Tergores .................................................................................... 31
4.4.6 Benih Lolos ........................................................................................... 32

4.5 Konsumsi Bahan Bakar ............................................................................... 33

4.6 Perbandingan Memecah Benih Menggunaan Puli ...................................... 34

V. KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................................ 36

5.1 Kesimpulan .................................................................................................. 36

5.2 Saran ............................................................................................................ 36

v
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 37

LAMPIRAN .......................................................................................................... 42

vi
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman
Teks
1. Tebal cangkang. ................................................................................................ 25

2. Uji kekerasan Benih Sawit dalam satuan kilo Newton. .................................... 27

3. Kriteria pecah cangkang. ................................................................................... 29

4. Lepas kernel utuh. ............................................................................................. 30

5. Kapasitas pecah kernel. ..................................................................................... 31

6. kernel tergores. .................................................................................................. 31

7. Benih lolos. ....................................................................................................... 32

8. Konsumsi bahan bakar. ..................................................................................... 34

9. Pengaruh kinerja puli. ....................................................................................... 35

Lampiran

10. Data pengukuran dimensi benih kelapa sawit dan hasil pemecahan benih

dengan ukuran kecil. ............................................................................................. 41

11. Hasil proses pemecahan benih ukuran kecil. .................................................. 41

12. Data pengukuran dimensi benih kelapa sawit dan hasil pemecahan benih

dengan ukur sedang. .............................................................................................. 42

13. Hasil proses pemecahan benih ukuran sedang. ............................................... 42

14. Data pengukuran dimensi benih kelapa sawit dan hasil pemecahan benih

dengan ukuran besar. ............................................................................................. 43

vii
15. Hasil proses pemecahan benih ukuran besar. .................................................. 43

16. Persentase keberhasilan pemecahan benih kelapa sawit pada ukuran kecil,

sedang dan besar. .................................................................................................. 44

17. Karakteristik Benih Kelapa Sawit ................................................................... 44

18. Data proses pemecahan manual menggunakan ragum dengan tiga posisi

pemecahan yaitu posisi panjang, lebar dan tebal benih. ....................................... 45

19. Persentase penggunaan puli kecil dan puli besar pada benih ukuran besar. ... 46

20. Tebal cangkang pada benih kelapa sawit ........................................................ 46

viii
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman
Teks
1. Jenis Buah Kelapa Sawit. .................................................................................... 7

2. Buah kelapa sawit. .............................................................................................. 9

3.Penampang buah kelapa sawit ........................................................................... 10

4. Perkecambahan benih sawit .............................................................................. 11

5. Desain Alat Pemecah Benih Kelapa Sawit. ...................................................... 15

6. Alat ripple mill. ................................................................................................. 16

7. Diagram Alir Penelitian. ................................................................................... 19

8. Alat yang akan diuji. ......................................................................................... 21

9. Grafik dimensi benih ukuran kecil, sedang, dan besar...................................... 25

10. Sketsa arah gaya tekanan. ............................................................................... 26

11. Grafik rata – rata kapasitas mesin. .................................................................. 28

12. Sketsa pemecahan manual (a) memecah pada posisi tebal benih, .................. 30

13. Grafik rata – rata konsumsi bahan bakar......................................................... 33

Lampiran

14. Hasil proses pemecahan benih kelapa sawit dengan ukuran kecil .................. 51

15. Hasil proses pemecahan benih kelapa sawit dengan ukuran sedang............... 52

16. Hasil proses pemecahan benih kelapa sawit dengan ukuran Besar................. 53

17. Proses sortasi secara manual ........................................................................... 54

ix
18. Menghidupkan mesin pemecah ....................................................................... 54

19. Proses pemecahan ........................................................................................... 55

20. Proses pemecahan manual .............................................................................. 55

21. Hasil proses pemecahan manual pada tebal benih .......................................... 56

22. Hasil proses pemecahan manual pada lebar benih .......................................... 56

23. Hasil proses pemecahan manual pada panjang benih. .................................... 57

24. Perbedaan penggunaan puli............................................................................. 57

x
1

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tanaman kelapa sawit saat ini merupakan komoditas perkebunan unggulan

dibandingkan dengan sektor perkebunan lainnya, seperti karet atau lada. Kelapa

sawit, yang menghasilkan minyak nabati dapat diolah menjadi berbagai macam

produk, di antaranya adalah minyak goreng dan mentega. Menurut Setyamidjaja

(2006), Kelapa sawit merupakan komoditas perdagangan yang sangat

menjanjikan, karena beberapa tahun yang akan datang, selain digunakan untuk

minyak goreng, mentega, sabun, dan kosmetika, minyak sawit juga dapat

dijadikan sebagai substitusi bahan bakar minyak. Menurut Rawi, Hariyadi, dan

Budijanto (2004), kelapa sawit dan hasil olahannya {berupa minyak sawit (CPO)

dan minyak inti

kelapa sawit (PKO)} merupakan komoditi penting ekspor nonmigas Indonesia.

Peluang pengembangan tanaman kelapa sawit di Indonesia sangat besar. Faktor

lingkungan di Indonesia yang sesuai dengan tanaman kelapa sawit merupakan

salah satu penentuan perkembangan perkebunan kelapa sawit. Hal ini dapat

dilihat dari luas areal perkebunan kelapa sawit di Indonesia. Sebelum tahun 1983

total luas kurang dari satu juta hektar, tetapi sampai tahun 2004 telah mencapai

4,2 juta hektar dengan produksi CPO (Crude Palm Oil) per tahun 10,6 juta ton
2

(Anonim, 2004). Perkembangan rata-rata luas areal kelapa sawit di Indonesia per

tahun setelah 2001 mencapai 3,58% (Ditjenbun, 2002). Sebagian besar areal

perkebunan kelapa sawit saat ini berada di Sumatera dan sebagian lagi tersebar di

pulau Kalimantan, Sulawesi, Jawa dan Irian. Untuk meningkatkan produktivitas

tanaman kelapa sawit dibutuhkan benih yang bermutu. Benih yang berkualitas

tinggi untuk meningkatkan produktivitas tanaman kelapa sawit adalah benih hasil

persilangan antar pohon induk varietas dura dengan pisifera (Anonim,2007).

Mangoensoekarjo dan Semangun (2005) menyatakan bahwa, ketika baru dipanen,

benih kelapa sawit mengalami dormansi dan perkecambahan alami sangat jarang

terjadi. Hal ini dapat mempengaruhi hasil perkecambahan pada benih kelapa

sawit, baik secara kualitas maupun kuantitas. Salah satu permasalahan dalam

meningkatkan produksi benih kelapa sawit adalah pada tahap awal

perkecambahan. Untuk mempercepat proses perkecambahan benih kelapa

sawit maka diperlukan perlakuan tambahan (khusus).

Menurut Sadjad (1993), dormansi benih adalah keadaan dimana benih mengalami

istirahat total sehingga meskipun dalam keadaan media tumbuh benih optimum,

benih tidak menunjukan gejala atau fenomena hidup. Benih dikatakan dorman

apabila benih tersebut sebenarnya hidup tetapi tidak berkecambah walaupun

diletakkan pada keadaan yang secara umum dianggap telah memenuhi persyaratan

bagi suatu perkecambahan (Sutopo, 2002).

Menurut Silomba (2006), umumnya perlakuan pematahan dormansi diberikan

secara fisik (seperti skarifikasi mekanik). Skarifikasi meliputi pengamplasan,

pengikiran, pemotongan, dan penusukan bagian tertentu pada benih. Kimiawi


3

biasanya dilakukan dengan menggunakan air panas dan bahan-bahan kimia,

seperti asam kuat ( dan HCl), alcohol dan yang bertujuan untuk

merusak atau melunakkan kulit benih kernel.

Ripple mill adalah suatu alat yang digunakan untuk memecahkan cangkang

supaya inti (kernel) dan cangkang dapat dipisahkan. Namun alat ripple mill yang

sudah ada ini belum mampu memecahkan benih dengan baik karena ripple mill

bertujuan untuk memisahkan kernel untuk mendapatkan minyak kernel. Inti

(kernel) utuh adalah salah satu penentu kualitas untuk menghasilkan minyak inti

sawit yang berkualitas, maka digunakan alat atau mesin pemecah biji yang

berfungsi untuk memisahkan cangkang dengan inti. Proses pemisahan ini

berlangsung pada alat ripple mill (alat pemecah biji). Inti sawit yang utuh dari

hasil pemecahan di ripple miil adalah tolak ukur keberhasilan kerja ripple mill,

karena semakin banyak inti utuh maka losses inti sawit semakin kecil. Maka

penelitian ini memodifikasi bentuk dan kekuatan motor atau daya yang lebih besar

menggunakan motor diesel dengan daya 8 HP agar kernel tidak pecah dan dapat

di semai serta dibudidayakan.

1.2 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini yaitu :

1. Untuk menguji kinerja alat pemecah benih kelapa sawit.

2. Mengetahui persentase lepas kernel utuh.

3. Untuk mengetahui konsumsi bahan bakar


4

1.3 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini direkomendasikan alat pemecah benih kelapa sawit kepada

petani atau perkebunan agar mengurangi terjadinya dormansi pada benih kelapa

sawit yang akan diperkecambahkan.


5

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kelapa Sawit

Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq) adalah tanaman perkebunan penting

penghasil minyak makan, minyak industri, maupun bahan bakar nabati

(biodiesel). Indonesia adalah penghasil minyak kelapa sawit kedua dunia setelah

Malaysia. Untuk meningkatkan produksi kelapa sawit dilakukan kegiatan

perluasan areal pertanaman, rehabilitas kebun yang sudah ada dan intensifikasi.

Pelaku usaha tani kelapa sawit di Indonesia terdiri dari perusahaan perkebunan

besar swasta, Perkebunan Negara, dan perkebunan rakyat. Usaha perkebunan

kelapa sawit rakyat umumnya dikelola dengan model kemitraan dengan

perusahaan besar swasta atau perkebunan Negara (inti-plasma).

Khusus untuk perkebunan kelapa sawit rakyat, permasalahan umum yang

dihadapi adalah rendahnya produktivitas dan mutu produksinya. Prokduktivitas

kebun kelapa sawit rakyat rata-rata 16 ton tandan buah segar (TBS) per hektar,

sementara potensi produksi bila menggunakan bibit unggul sawit bias mencapai

30 ton TBS/hektar /tahun. Produktivitas CPO (Crude Palm Oil) perkebunan

rakyat hanya mencapai rata-rata 2,5 ton CPO/hektar/tahun dan 0,33 ton minyak

inti sawit (PKO)/hektar/tahun, sementara pada perkebunan Negara rata-rata

menghasilkan 4,82 ton CPO/hektar/tahun dan 0,91 ton PKO/hektar/tahun, dan


6

perkebunan swasta rata-rata menghasilkan 3,48 ton CPO/hektar/tahun dan 0,57

ton PKO/hektar/tahun (Balai Pengkajian Teknologi,2008).

Klasifikasi kelapa sawit menurut Mangoensoekarjo dan Semangun (2000),

taksonomi tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq) adalah :

Divisi : Spermatophyta

Kelas : Angiospermae

Subkelas : Monocotyledoneae

Ordo : Palmales

Family : Palmae

Subfamily : Cocoidae

Genus : Elaeis

Spesies : Elaeis guineensis Jacq

Kelapa sawit merupakan tanaman monokotil, yaitu batangnya tidak mempunyai

kambium dan umumnya tidak bercabang. Batang kelapa sawit berbentuk silinder

dengan diameter 20 – 27 cm. tinggi maksimum yang ditanam diperkebunan

antara 15 – 18 meter, sedangkan yang dialam dapat mencapai 30 meter. Tanaman

kelapa sawit rata-rata menghasilkan buah 20 – 22 tandan/tahun dan semakin tua

produksinya menurun menjadi 12 – 14 tandan/tahun (Tim penulis PS, 1999).

Bunga dan buahnya berupa tandan bercabang banyak. Buahnya kecil, bila masak

barwarna merah kehitaman. Buah kelapa sawit terdiri dari dua bagian utama yaitu

perikarpium dan biji.


7

Gambar 1. Jenis Buah Kelapa Sawit.


Jenis dura merupakan sawit yang buahnya memiliki cangkang tebal sehingga

dianggap memperpendek umur mesin pengolah namun biasanya tandan buahnya

besar-besar dan kandungan minyak pertandannya berkisar 18%. Pisifera buahnya

tidak memiliki cangkang namun bunga betinanya steril sehingga sangat jarang

menghasilkan buah. Menurut Tim Penulis Penebar Swadaya (1999), jenis tenera

adalah persilangan antara induk Dura dan Pisifera. Jenis ini dianggap bibit

unggulan karena melengkapi kekurangan masing-masing induk dengan sifat

cangkang buah tipis namun bunga betinanya tetap fertile. Beberapa jenis tenera

unggul persentase daging perbuahannya dapat mencapai 90% dan kandungan

minyak pertandannya dapat mencapai 28%. Kelapa sawit memilik banyak jenis.

Berdasarkan ketebalan cangkangnya, kelapa sawit dibagi menjadi tiga jenis yaitu :

Dura, Pisifera, dan Tenera (Anonim, 2007).

Tanaman kelapa sawit pertama kali diperkenalkan di Indonesia oleh pemerintah

kolonial Belanda adalah pada tahun 1848. Tanaman kelapa sawit ini baru

dikembangkan secara kormersil pada tahun 1911 oleh Andrien Hallet seorang
8

Belgia yang telah banyak belajar tentang kelapa sawit di Afrika. Perkebunan

kelapa sawit pertama kali berlokasi di pantai timur Sumatera (Deli) dan Aceh.

Pohon kelapa sawit yang telah dibudidayakan hingga saat ini adalah jeni Dura,

Pisifera, dan Tenera. Kelapa sawit yang banyak dibudidayakan oleh pemilik

perkebunan adalah varietas Tenera karena daging buahnya cukup tebal sedangkan

cangkangnya tipis.

2.2 Buah Kelapa Sawit

Bunga betina setelah dibuahi akan berkembang menjadi buah. Buah disebut

dengan fructus. Buah yang terletak disebelah dalam tandan berukuran lebih kecil

dan bentuknya kurang sempurna dibandingkan dengan yang berada diluar tandan.

Pada umumnya tanaman kelapa sawit yang tumbuh baik dan subur sudah dapat

menghasilkan buah serta siap dipanen pada umur sekitar 3,5 tahun jika dihitung

mulai dari penanaman biji kecambah di pembibitan. Buah kelapa sawit berukuran

kecil antara 12 – 18 gram/butir yang duduk pada bulir. Setiap bulir terdiri dari 10

– 18 butir tergantung pada kesempurnaan penyerbukan. Buah kelapa sawit yang

dipanen dalam tandan disebut tandan buah sawit. Lama proses pembentukan

buah, dari saat terjadinya peyerbukan sampai matang, dipengaruhi oleh keadaan

iklim. Selama buah kelapa sawit masih muda, yaitu umur 3 – 4 bulan, buah

kelapa sawit tersebut masih berwarna ungu. Setelah itu, warna kulit buah ungu

secara berangsur-angsur menjadi merah kekuning-kuningan. Pada saat ini terjadi

pembentukan minyak pada dading buah. Cangkang dan inti merupakan biji

kelapa sawit. Di dalam biji terdapat embrio yang panjangnya 3 mm dan


9

berdiameter 1,2 mm berbentuk silindris. Inti merupakan cadangan makanan bagi

pertumbuhan embrio.

Gambar 2. Buah kelapa sawit.


Secara anatomi, buah kelapa sawit terdiri dari dua bagian utama yaitu :

a. Perikarpium, terdiri dari :

1. Epikarpium, Kulit buah yang keras dan licin. Ketika buah masih muda,

warnanya hitam atau ungu tua atau hijau. Semakin tua, warnanya berubah

menjadi orange merah atau kuning orange.

2. Mesokarpium, Daging buah yang berserabut dan mengandung minyak dengan

rendemen paling tinggi (tinggi rendahnya kandungan minyak sawit ini

tergantung pada umur dan varietas tanaman kelapa sawit).

b. Biji, mempunyai bagian :

1. Endokarpium, Tempurung berwarna hitam dan keras. Ketika masih muda,

endokarp memiliki tektur lunak dan berwarna coklat muda. Ketika buah sudah

tua, endokarp berubah menjadi keras dan berwarna hitam. Ketebalan endokarp

tergantung pada jenis buah.

2. Endosperm (kernel/daging biji) berwarna putih dan dari bagian ini akan
10

didapat minyak inti sawit setelah melalui ekstraksi.

3. Lembaga atau embrio, merupakan bakal tanaman.

4.

5.

Gambar 3.Penampang buah kelapa sawit


Usia tumbuh rata-rata tanaman kelapa sawit adalah 20 – 25 tahun dan berubah

pada usia 4 – 6 tahun. Pada usia 7 – 10 tahun disebut periode matang, karena

periode tersebut kelapa sawit mulai menghasilkan tandan buah segar (TBS).

Tanaman kelapa sawit pada usia 11 – 20 tahun mulai mengalami penurunan

produksi TBS dan terkadang mati pada usia 20 – 25 tahun (Anonim, 2006).

Menurut Sastrosayono (2006), tanaman kelapa sawit diperkebunan bisa mencapai

umur 100 tahun.

Kelapa sawit berkembang biak dengan cara generatif. Buah sawit matang pada

kondisi tertentu, embrionya akan berkecambah menghasilkan tunas (plumula) dan

bakal akar (radikula). Beberapa ciri yang dapat digunakan untuk menandai

kecambah yang dikatagorikan baik dan layak untuk ditanam antara adalah

radikula berwarna kekuning-kuningan dan plumula berwarna keputih-putihan.

Ukuran radikula lebih panjang dari plumula. Pertumbuhan radikula dan plumula

lurus berlawanan arah. Panjang maksimum radikula 5 cm, sedangkan

plumula 3 cm (Anonim, 2006).


11

Gambar 4. Perkecambahan benih sawit


Pengelompokkan kelapa sawit dapat dilakukan berdasarkan tebal tipisnya

cangkang (Risza, 1994). Berdasarkan tebal tipisnya cangkang, tanaman kelapa

sawit dapat dibedakan menjadi 3 varietas yaitu :

1. Varietas Dura

Kelapa sawit ini memiliki tempurung (cangkang) yang sangat tebal, tetapi

kandungan minyak dalam buahnya rendah.

2. Varietas Pisifera

Memiliki tempurung (cangkang) yang sangat tipis bahkan hanya berbentuk

bayangan cincin, namun kandungan minyak dalam buah tinggi.

3. Varietas Tenera

Merupakan persilangan antara Dura sebagai pohon ibu,dengan Pisifera sebagai

pohon bapak. Tenera memiliki tempurung yang tipis dan kandungan minyak

tinggi.
12

2.3 Benih Kelapa Sawit

Benih yang baik adalah benih yang akan tumbuh menghasilkan tanaman yang

bermutu, berproduksi tinggi, memiliki sifat sekunder yang baik atau unggul, serta

telah dilepas oleh pemerintah secara resmi. Pada UU No. 12 tahun 1992 sistem

Budidaya Tanaman dikatakan bahwa, benih bermutu jika varietasnya benar dan

murni serta mempunyai mutu genetis, mutu fisiologis dan mutu fisik yang tinggi

sesuai standar mutu pada kelasnya.

Lubis (1993) menyatakan bahwa benih kelapa sawit unggul memiliki ciri-ciri,

yaitu :

1. Berasal dari hasil pemulian serta telah diuji pada berbagai kondisi.

2. Tersedia sebagai bahan tanaman dalam jumlah yang dibutuhkan.

3. Umur genjah.

4. Memiliki produksi dan minyak yang tinggi.

5. Tahan terhadap hama dan penyakit serta toleran terhadap lingkungan.

6. Respon terhadap perlakuan yang diberikan.

7. Memiliki umur ekonomis cukup panjang.

8. Benih diperoleh dari Pusat Sumber Benih yang resmi dan telah diakui

pemerintah.

Benih kelapa sawit termasuk kelompok benih rekalsitran, yaitu benih yang tidak

tahan disimpan dalam suhu dingin di bawah C dan akan mati apabila kadar

airnya dibawah 12,5% (Chin dan Robert, 1980). Tingkat kemasakan buah tidak

begitu mempengaruhi perkecambahan benih kelapa sawit, karena itu pemanenan

dilakukan sebelum buah mulai rontok untuk mencegah banyaknya kehilangan


13

buah. Menurut Khan (1977), after ripening merupakan periode setelah benih

terlepas dari tanaman induk dimana benih tidak dapat berkecambah meskipun

kondisi lingkungan optimum untuk perkecambahan. Konservasi benih yang

terbaik adalah tiga bulan. Waktu konservasi yang kurang atau lebih dari tiga

bulan akan menurunkan daya berkecambah. Penurunan kadar air dapat

mengakibatkan pengeringan di bagian embrio, sehingga menurunkan viabilitas

benih.

2.4 Perkecambahan Benih Kelapa Sawit

Imbibisi adalah tahapan pertama yang sangat penting dalam benih berkecambah,

karena menyebabkan peningkatan kandungan air benih yang diperlukan untuk

memicu perubahan biokimiawi dalam benih sehingga benih berkecambah (Asiedu

dan Powell, 2000). Jika proses ini terhambat maka perkecambahan juga akan

terhambat. Menurut Widyawati, Tohari, Yudono, dan Soemardi (2009)

terhambatnya imbibisi menyebabkan perkecambahan benih aren berlangsung

cukup lama dan saat perkecambahan tidak serentak. Dalam budidaya tanaman

aren, hal tersebut menyebabkan proses pembibitan tidak efisien baik dalam hal

pendanaan, alokasi tenaga, waktu dan pemakaian tempat serta menyebabkan

viabilitas dalam pertumbuhan bibit. Untuk mengatasi hal tersebut diperlukan

berbagai cara dilakukan untuk mematahkan dormansi benih, agar benih dapat

berkecambah.

Dormansi pada benih atau biji yang terjadi biasanya mengalami periode dorman

sebelum berkecambah untuk menyelesaikan hidupnya (Soerodikoesomo dan

Wibisono, 1994). Dormansi adalah keadaan biji yang tidak berkecambah atau
14

dengan kata lain tunas yang tidak dapat tumbuh (terhambatnya pertumbuhan)

selama periode tertentu yang disebabkan oleh faktor-faktor internal dalam biji

atau tunas tersebut. Suatu biji dikatakan dorman apabila biji tersebut tidak dapat

berkecambah, setelah periode tertentu, meski faktor-faktor lingkungan yang

dibutuhkan tersedia (Zuliasdin dan Riska, 2011). Anatomi lapisan biji atau

cangkang merupakan salah satu penyebab adanya dormansi. Wada, Kennedy, dan

Reed (2011) menyarankan bahwa perlakuan skarifikasi pada lapisan biji dapat

menggradasi PA (Proanthocyanidin) sehingga biji mampu berkecambah.

Dormansi pada benih atau biji (misalnya buah batu, buah keras, buah padi)

umumnya disebabkan oleh adanya kulit keras yang tidak permeabel untuk air atau

udara, serta memberikan hambatan mekanik yang menghalangi embrio tumbuh.

Untuk mengatasi dormansi diperlukan perlakuan terhadap kulit biji atau kulit

buah, misalnya dengan cara digosok atau diberi perlakuan kimia (Soerodikoesomo

dan Wibisono, 1994).

2.5 Alat Pemecah Benih Kelapa Sawit

Mesin pemecah benih kelapa sawit berfungsi untuk memecah sekaligus memilah

antara cangkang buah dengan biji kelapa sawit. Mekanisme yang digunakan pada

mesin ini adalah dengan menggunakan dua silinder bergerigi yang saling

begesekan berlawanan arah. Pada pemecahan ini buah kelapa sawit dihimpit

antara silinder bergerigi untuk memecahkan cangkang benih kelapa sawit.


15

Gambar 5. Desain Alat Pemecah Benih Kelapa Sawit.


Fungsi bagian-bagian dari mesin pemecah benih kelapa sawit diatas (Gambar 5)

adalah sebagai berikut:

- Hopper berfungsi untuk menampung bahan baku yang akan dipecah. Hopper

juga berfungsi mengalirkan benih kelapa sawit ke silinder pemecah.

- Silinder pemecah berfungsi untuk memecah benih kelapa sawit. Silinder

tersebut memiliki permukaan bergerigi yang berfungsi melakukan penggerakan

antara silinder dengan benih kelapa sawit sehingga benih akan pecah.

- Motor diesel berfungsi sebagai penghasil daya yang digunakan untuk

menggerakan poros yang terhubung ke silinder pemecah.

- Kerangka mesin berfungsi untuk menahan berat seluruh komponen yang

terdapat pada mesin pemecah benih kelapa sawit. Kerangka ini menggunakan

baja profil “L” sebab selain material ini mudah didapat di pasaran, juga

mempunyai kekuatan yang cukup untuk menahan beban dari komponen

komponen mesin pemecah.

- Alat pemisah berfungsi untuk memisahkan ukuran benih yang akan dikeluarkan.
16

Ada beberapa jenis alat pengupas cangkang biji sawit. Salah satunya adalah alat

pengupas menggunakan ripple mill. Hasil pengupasan alat ini adalah inti (kernel)

dan cangkang biji sawit. Didapatkan kernel dalam keadaan utuh adalah salah satu

penentu kualitas untuk menghasilkan minyak kernel sawit yang berkualitas,

karena semakin banyak kernel sawit yang utuh maka losses kernel sawit semakin

kecil. Untuk mengetahui alat ripple mill bekerja dengan maksimal atau tidak,

maka perlu dilakukan pengecekan pada hasil keluaran ripple mill yaitu cracked

mixture (campuran cangkang dengan kernel).

Gambar 6. Alat ripple mill.


Ripple mill adalah alat untuk memecahkan biji sawit, pada ripple mill terdapat

rotor bagian yang berputar di ripple plate bagian yang diam. Benih masuk di

antara rotor dan ripple platese sehingga saling berbenturan dan memecahkan

cangkang dari kernel. Oleh karena itu sangat diperlukan ketelitian untuk dapat

menganalisa, memilih dan menggunakan alat yang efektif di dalam prosesnya

untuk mendapatkan biaya olah yang optimal dengan kinerja yang bagus sehingga

dapat menjadi masukan yang bagus pada pabrik kelapa sawit. Alat yang efektif

dapat dilihat dari sisi perawatan, biaya operasi, dan kemudahan dalam kinerjanya
17

(Makyunis, A.P.G. Goal, dan R.H. Lestari, 2015).

Sebagai pembanding beberapa penelitian yang telah dilaksanakan seperti

pengelupas kulit polong kacang tanah atau seperti yang dilakukan oleh Hanifah

dan Afifah (2008) dan Tamrin (2010).

Tamrin (2010) dengan jurnal penelitian pengembangan alat pengupas kulit polong

kacang tanah tipe piring menyebutkan bahwa, untuk memperkecil tingkat

kerusakan biji, maka pengupasan kulit harus dilakukan pada keadaan kadar air biji

kacang tanah 8 – 16 %. Kadar air akan mempengaruhi sifat fisik kacang tanah,

antara lain panjang, ketebalan, diameter, kerapatan, koefisien gaya gesek dan

tingkat kerapuhan. Sedangkan, Hanifah dan Afifah (2008) telah melakukan

penelitian untuk merancang bangun dan melakukan uji performansi mesin

pengupas kulit kacang tanah. Alat dirancang untuk mengupas kulit dan

memisahkan kulitnya serta mensortasi biji kacang tanah berdasarkan ukuran.

Prinsip pengupasan yang diterapkan adalah tekanan dan gesekan, unit pengupas

berupa silinder berputar dan landasan, cangkang dengan biji dipisahkan

menggunakan kipas. Unit sortasi berupa ayakan bertingkat. Secara keseluruhan,

mesin terdiri dari bagian hopper, unit pengupas, kipas, saluran pengeluaran kulit,

pengayak, saluran pengeluaran biji ukuran besar, saluran pengeluaran biji ukuran

kecil, rangka, motor listrik 2 Hp dan Vbelt. Uji performansi alat dilakukan

dengan variasi kecepatan putaran silinder pengupas (168, 192, dan 223 rpm).

Hasil pengujian menunjukan bahwa pada kisaran kecepatan putaran 168 – 223

rpm menghasilkan kapasitas mesin dan efisiensi yang optimal.


18

III. METODELOGI PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat

Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari – Maret 2017, di Laboratorium Daya

Alat dan Mesin Pertanian (L. DAMP), Jurusan Teknik Pertanian, Fakultas

Pertanian, Universitas Lampung.

3.2 Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah mesin pemecah benih kelapa

sawit, stopwatch, ember, timbangan analitik, jangka sorong, gelas ukur, nampan

plastik, plastik es, dan staples.

Sedangkan Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih kelapa sawit

varietas Dura yang diperoleh dari tempat pembibitan kelapa sawit.

3.3 Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan 3 ukuran benih kelapa sawit dengan 3 ulangan untuk

setiap perlakuan. Benih kelapa sawit yang digunakan adalah berukuran kecil,

sedang, dan besar. Dan dengan menggunakan 3 jarak clearance yaitu 10 mm, 12

mm, dan 14 mm.


19

3.4 Pelaksanaan Penelitian

Mulai

Pesiapan alat dan bahan

Sortasi benih
(kecil, sedang, besar)

Pengukuran jarak clearance

Proses pemecahan benih

Data :
- Kapasitas kerja mesin
- Komsumsi bahan bakar
- Persentase lepas kernel utuh

Analisis data

Selesai

Gambar 7. Diagram Alir Penelitian.

Tahapan pengujian alat menggunakan langkah sebagai berikut :

1. Pesiapan alat dan bahan

Sebelum proses pemecahan dimulai, hal pertama yang dilakukan adalah persiapan

Alat dan Bahan. Benih kelapa sawit yang sudah ada dikeringkan selama 50 hari
20

dengan suhu C lalu benih siap diproses. Sedangkan alat pemecah

dipersiapkan dan dilakukan pengecekan terlebih dahulu agar tidak ada kesalahan

teknis.

2. Sortasi benih

Setelah alat dan bahan disiapkan, langkah selanjutnya yang harus dilakukan

adalah sortasi benih. Benih kelapa sawit yang sudah dikeringkan, maka dilakukan

pengelompokan ukuran atau sortasi ukuran kecil, sedang, dan besar.

3. Pengukuran jarak clearance

Pengukuran jarak clearance ditentukan saat benih sudah disortasi dan di ukur

diameter benih untuk mengetahui berapa jarak yang sesuai terhadap tiga ukuran

benih yang akan diuji.

4. Proses pemecahan benih

Proses pemecahan dilaksanakan pada setiap ukuran benih dengan menggunakan

jarak clearance yang sudah ditentukan. Untuk ukuran benih kecil, clearance yang

digunakan adalah 10 mm, untuk ukuran benih sedang, clearance yang digunakan

adalah 12 mm, dan untuk ukuran benih besar, clearance yang digunakan adalah

14 mm.

5. Pengambilan data

Data yang diambil meliputi perhitungan kapasitas kerja mesin, perhitungan

konsumsi bahan bakar dan persentase lepas kernel utuh.

6. Analisis data

Data hasil percobaan, pengamatan yang diperoleh dianalisis dalam bentuk tabel

dan grafik.
21

3.5 Uji Kinerja Mesin

Uji kinerja mesin dilakukan untuk mengevaluasi kemampuan kerja mesin

pemecah benih kelapa sawit yang dioperasikan pada kondisi tertentu. Pada mesin

ini silinder pemecahan dapat diatur jarak kerenggangannya atau celahnya.

Pengujian ini juga akan mencoba seberapa efektif apabila bahan baku pada

kondisi dikeringkan atau dipanaskan pada suhu C selama 50 hari.

Gambar 8. Alat yang akan diuji.

3.5.1 Kapasitas Kerja Mesin

Kapasitas kerja mesin adalah kemampuan mesin untuk memecahkan cangkang

atau tempurung benih kelapa sawit tiap satuan waktu. Perhitungan kapasitas

pemecahan dapat dilihat pada persamaan berikut :

Ka = ………………………………………..(1)
22

Dimana :

Ka : Kapasitas kerja mesin (biji/jam)


JB : Jumlah bahan yang dipecah (biji)
t : Waktu yang dibutuhkan untuk pemecahan (jam)

3.5.2 Konsumsi Bahan Bakar

Konsumsi bahan bakar diukur dengan cara mengisi tangki bahan bakar hingga

penuh sebelum mesin beroperasi, setelah selesai memecah benih kelapa sawit,

tangki diisi kembali hingga penuh seperti semula. Banyaknya bahan bakar yang

diisi kembali merupakan pemakaian bahan bakar selama pemecahan. Pemakaian

bahan bakar dihitung dengan rumus :

Fc = ………....................................................(2)

Keterangan :

Fuel consumption (Fc) = konsumsi bahan bakar (liter/jam)


Fuel volume (Fv) = volume bahan bakar yang dipakai (liter)
Waktu (t) = waktu beroperasi motor penggerak (jam)

3.5.3 Kriteria Keberhasilan Alat

Ada 6 kriteria ukuran pecahan benih kelapa sawit untuk menguji tingkat

keberhasilan alat pemecah benih kelapa sawit.

1. Pecah cangkang < 50%

Benih yang sudah melalui proses pemecahan tetapi cangkang hanya lepas

sebagian.

2. Pecah cangkang > 50%

Cangkang terpecah tetapi kernel belum terlepas dari cangkang


23

3. Lepas kernel utuh

Benih yang sudah melalui proses pemecahan secara sempurna karnel akan lepas

dari cangkang.

4. Pecah kernel

Benih yang sudah melaui proses pemecahan secara sempurna akan tetapi kernel

mengalami pecah (rusak).

5. Kernel tegores

Benih sawit yang sudah melalui proses pemecahan dengan baik tetapi kernel

tertekan dan tertusuk cangkang yang mengakibatkan kernel tergores.

6. Benih lolos

Benih yang sudah melalui proses pemecahan namun tidak terpecah atau utuh.

3.6 Analisis Data

Data hasil percobaan, diperoleh dianalisis dalam bentuk tabel dan grafik.
36

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Adapun kesimpulan dari penelitian ini diantaranya :

1. Untuk jarak clearance 12 mm dengan ukuran benih sedang menghasilkan

persentase 73% merupakan hasil lepas kernel utuh yang lebih baik

dibandingkan perlakuan lainnya.

2. Kapasitas alat pemecah benih kelapa sawit menghasilkan sebanyak 1914

biji/jam – 2385 biji/jam.

3. Konsumsi bahan bakar alat pemecah benih kelapa sawit sebesar 210

ml/1000 biji – 269 ml/1000 biji.

4. Alat pemecah benih kelapa sawit menggunakan daya motor 8 HP dengan

2600 rpm. Dengan pengurangan rpm putaran motor 50 kali pada selinder

pemecah menjadi 32 rpm.

5.2 Saran

1. Disarankan memodifikasi bentuk silinder pemecah agar benih lebih

banyak lepas kernel utuh dan mengurangi benih rusak (error).


37

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2004. 10 Persen lahan sawit gunakan benih palsu


http://www.republika.co.id/asp/koran_detail?. Februari 2005.

Anonim. 2006. Profil Komoditi Kelapa Sawit.


http://webmail.regionalinvestment.com/ sipid/ id/ unserfiles/ komoditi/2/
oilpalm_profilsingkat.pdf. [12 Juni 2007].

Anonim. 2007. Kelapa Sawit. http://www.wikimedia.org\Kelapa_Sawit.htm [31


Mei 2007].

Asiedu, E. A., dan T. Powell,. Stuchbury. 2000. Cowpea seed coat chemical
analysis in relation to storage seed quality. Afric. Crop Sci. J. 8(3):283-
294.

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian. 2008. Teknologi Budidaya Kelapa Sawit.


Bandar Lampung.

Chin H. F dan E. H Robert. 1980. Recalsintrant Crop Seeds. Kuala Lumpur: BHD
Publishing.

Direktorat Jenderal Produksi Perkebunan. 2010. Statistik Perkebunan Indonesia


1999 – 2002, Kelapa Sawit (Oil Palm). Direktorat Jenderal Perkebunan.
Departemen Pertanian. Jakarta.

Hanifah U dan Afifah. 2008. Pengaruh Kecepatan Putaran Silinder Pengupas


Kulit Kacang Tanah. Prosiding. Seminar Nasional Teknik Kimia 2008
Universitas Katolik Parahyangan, 28 April 2008.

Khan A. A. 1977. The Physiology and Biochimestry of Seed Dormancy and


Germination. Amsterdam: North Holland Publishing.
38

Lubis , U. 1992. Kelapa Sawit (Elaeisguinensis) L.) Pusat Penelitian Kelapa


Sawit. Medan.

Mahyunis, A.p.g. Goal dan R.H. Lestari, 2015. Analisis Hasil Ckacked Mixture
Pada Alat pemecah biji (Ripple Mill) kelapa sawit kapasitas 250 kg/jam.
Jurnal Penelitian STIPAP. Vol 6(1). Hal 17 – 24.

Mangoensoekarjo, S dan H. Semangun. 2005. Manajemen Agrobisnis Kelapa


Sawit. Gadjah Madha University Press. Yogyakarta.

Risza, S. 1994. Kelapa Sawit. Kanisius, Yogyakarta.

Rawi D. F. A, P Hariyadi,dan S Budijanto, 2004. Kajian Hidrolisis Enzimatis


Minyak sawit Secara In Situ. Forum Pascasarjana 27:2.

Sadjad, S. 1993. Dari benih kepada benih. Grasindo. Jakarta.

Sastrosayono S. 2006. Budidaya Kelapa Sawit. Jakarta: Agromedia Pustaka.


Setyamidjaja D. 2006. Kelapa sawit, Teknik Budidaya, Panen dan Pengolahan.
Yogyakarta : kanisius.

Silomba S. D. A. 2006. Pengaruh Lama Perendaman dan Pemanasan Terhadap


Viabilitas Benih Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jaqc) [Skripsi]. Bogor :
Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Soerodikoesomo, dan Wibisono, 1994, Anatomo dan Fisiologi Tumbuhan,


Depdikbud, Jakarta.

Sutopo, L. 2002. Teknologi benih. Edisi Revisi. PT Raja Gafindo Persada.


Jakarta.

Tamrin. 2010. Pengembangan Alat Pengupas Kulit Polong Kacang Tanah Tipe
Piring. Teknologi Pertanian. 11: 170-176.

Tim Penulis PS. 1999. Kelapa Sawit: Usaha Budidaya, Pemanfaatan Hasil, dan
Aspek Pemasaran. Jakarta: Penebar Swadaya.
39

Wada S, J.A. Kennedy, and B.M. Reed. 2011. Seed-coat anatomy and
proanthocyanidins contribute to the dormancy of Rubus seed. Scientia
Horticulturae 130: 762-768.

Widyawati, N, Tohari, P. Yudono dan I. Soemardi, 2009. Permeabilitas dan


Perkecambahan Benih Aren (Arenga pinnata (Wurmb.) Merr.) J. Agron.
Indonesia 37 (2) : 152-158

Zuliasdin, dan Rizka, 2011, Pematangan Dormansi,


http://mbozocity.blogspot,com, diakses minggu tanggal 15 mai 2016.

You might also like