NOVEL CINTA DI UJUNG SAJADAH KARYA ASMA NADIA:
ANALISIS EKSISTENSI PEREMPUAN
                           Widya Arieska1, Nurizzati2, Zulfadhli3
                             Program Studi Sastra Indonesia
                             FBS Universitas Negeri Padang
                              email: 
[email protected]                                              Abstract
       This study is a qualitative study using descriptive methods. Object
       of this research is the novel Cinta di Ujung Sajadah of Asma Nadia
       a novel family first printing, July 2012. Data collected with the
       following steps: (1) read and understand the novel, (2) marking
       the parts that indicate the existence of women in novel, (3)
       identify the nature of the character corresponding to the research
       problem, (4) to classify sentences and paragraphs that can show a
       picture of women in the novel. Data were analyzed with the
       following steps: (1) describe a novel structure, (2) interpret the
       existence of women as reflected in the figures of women in the
       novel, (3) concluded that the data has been analyzed and
       interpreted, and (4) report the results of research. Based on the
       analysis of data it can be concluded that the existence of the
       female characters in the novel Cinta di Ujung Sajadah of Asma
       Nadia works are grouped as follows. (1) The existence of women
       as a person is having a hard-hearted personality, has the
       establishment, independent, religious, and faithful, (2) the
       existence of women as members of the family are affectionate,
       patient nature, gentle, (3) the existence of women as members of
       the community is a concern for other people, the environment and
       other people's relationships, respect for others, and gregarious.
       Kata kunci; novel, tokoh perempuan, eksistensi perempuan
A. Pendahuluan
         Perkembangan karya sastra tidak terlepas dari perkembangan
masyarakat dari waktu ke waktu. Hal itu terjadi karena sastra lahir, tumbuh
dan berkembang dalam masyarakat dengan segala permasalahannya.
Permasalahan kehidupan yang terdapat dalam masyarakat itu sangat
1
  Mahasiswa Penulis Skripsi Prodi Sastra Indonesia untuk wisuda periode Juni2014
2
  Pembimbing I, dosen FBS Universitas Negeri Padang
3
  Pembimbing II, dosen FBS Universitas Negeri Padang
mempengaruhi jiwa pengarang, karena pengarang juga merupakan bagian
dari masyarakat yang memiliki kepekaan terhadap kehidupan. Sofia dan
Sugihastuti (2003: 2) mengemukakan bahwa karya sastra menurut ragamnya
dibedakan atas prosa, puisi dan drama. Dari gender tersebut prosa (novel
dan cerpen) merupakan gender yang sejak awal periode mengetengahkan
masalah pertentangan adat dan bias gender.
      Masalah kaum perempuan tidak pernah tuntas diungkapkan oleh
pengarang.    Perempuan      kurang      mendapat     kesempatan      untuk
mengembangkan dirinya menjadi seseorang yang juga mampu berkarir
seperti halnya kaum pria. Kurangnya pengakuan terhadap kemampuan
perempuan     sebagai   seseorang     yang   bisa   berkarir   menimbulkan
permasalahan dalam diri perempuan itu sendiri, karena perempuan juga
ingin mengembangkan potensi yang ada pada dirinya serta membuktikan
bentuk perjuangan dari kaum perempuan. Salah satu novel yang
mencerminkan adanya permasalahan tentang kaum perempuan khususnya
eksistensi perempuan adalah novel Cinta di Ujung Sajadah karya Asma Nadia.
Novel ini menceritakan tentang kerinduan seorang anak kepada ibunya serta
perjuangannya mencari tahu bagaimana sosok ibu kandungnya yang tidak
pernah ia temui. Novel Cinta di Ujung Sajadah ini sangat mengesankan
dilihat dari pribadi seorang perempuan yang memiliki sifat pantang
menyerah dan mampu berjuang mencari kebenaran dalam hidupnya yang
belasan tahun tidak ia ketahui. Gadis cantik dengan keberaniannya yang
besar, tanpa ragu dan tanpa keputus asaan ini akhirnya menemukan
kebenaran mengenai ibu kandungnya. Bentuk perjuangan dalam novel Cinta
di Ujung Sajadah karya Asma Nadia membuktikan bahwa perempuan
memiliki kemampuan untuk mengatasi masalah ataupun konflik yang ada
dalam kehidupannya.
      Berdasarkan uraian di atas, penelitian ini difokuskan kepada struktur
novel dan eksistensi tokoh perempuan dalam novel Cinta di Ujung Sajadah
karya Asma Nadia. Struktur novel dianalisis terlebih dahulu sebelum meneliti
isi yang terkandung dalam sebuah karya sastra. Dalam penelitian ini struktur
novel yang dianalisis adalah struktur instrinsiknya saja. Muhardi dan
Hasanuddin WS (1992:25) menjelaskan bahwa unsur intrinsik dapat
dikelompokkan atas dua macam yakni, unsur utama dan unsur penunjang.
Penelitian ini hanya menganalisis unsur instrinsik utama yaitu, penokohan,
alur (plot), latar, tema dan amanat.
       Menurut Muhardi dan Hasanuddin WS (1992:41) analisis fiksi
bertujuan untuk menemukan keadaan unsur-unsur dan karakteristik
hubungan antar unsur tersebut. Dalam meneliti novel, terdapat empat
pendekatan analisis fiksi yaitu pendekatan objektif, pendekatan mimesis,
pendekatan ekspresif dan pendekatan pragmatis. Penelitian ini meninjau sisi
luar dan dalam diri perempuan yang tercermin pada penokohan novel Cinta
di Ujung Sajadah karya Asma Nadia, dengan menggunakan pendekatan
objektif dan mimesis analisisnya feminisme. Menurut Goefe (dalam
Sugihastuti dan Suharto, 2002:18) feminisme ialah teori tentang persamaan
antara laki-laki dan perempuan di bidang politik, ekonomi dan sosial atau
kegiatan terorganisasi yang memperjuangkan hak-hak serta kepentingan
perempuan. Dapat disimpulkan bahwa feminisme adalah dapat berubah
dikarenakan oleh pemahaman atau pandangan para feminis yang didasarkan
atas realita secara historis dan budaya, serta tingkat kesadaran persepsi dan
prilaku. Kesadaran, penindasan dan eksploitasi terhadap perempuan yang
terjadi baik dalam keluarga, di tempat kerja, maupun di masyarakat serta
adanya tindakan sadar akan laki-laki maupun perempuan untuk mengubah
keadaan tersebut secara leksikal. Eksistensi seorang perempuan bukan
bergantung pada hal-hal seperti perempuan harus menjadi tokoh terkenal
atau turun kejalan untuk dikenal orang lain. Tetapi hal-hal kecil dan
sederhana yang dilakukan oleh seorang perempuan dalam keluarganya.
Sudah merupakan awal baik bagi manifestasi dirinya dalam berperan atau
berpengaruh terhadap kehidupan orang lain disekitarnya. Berdasarkan
uraian diatas dapat disimpulkan bahwa eksistensi perempuan adalah
keberadaan perempuan dimuka bumi ini, dengan segala peran yang
diembannya, baik itu dilingkungan keluarga maupun lingkungan sosial.
       Kepribadian adalah semua corak perilaku dan kebiasaan individu
yang terhimpun dalam diri dan digunakan untuk bereaksi serta
menyesuaikan diri terhadap segala rangsangan baik dari luar maupun dari
dalam. Dalam penelitian ini wanita sebagai pribadi sama halnya memiliki
kepribadian yakni, keras hati, memiliki pendirian, mandiri, religius, setia.
Eksistensi perempuan sebagai anggota keluarga adalah bentuk sifat dan
keberadaan perempuan yang menjadi pribadi dalam lingkungan rumah
tangga. Sifat khas dari perempuan yang banyak dituntut dan disorot oleh
masyarakat yaitu, keindahan rohani seperti kasih sayang terhadap sesama
manusia, sifat penyabar, dan sifat lemah lembut (Kartono, 1992:16).
Eksistensi perempuan sebagai anggota masyarakat sosial diantaranya,
kepedulian terhadap orang lain, hubungan dengan lingkungan dan orang lain,
menghormati orang lain, suka berteman
B. Metode Penelitian
       Penelitian ini menggunakan metode deskriptif. Secara deskriptif,
penelitian ini merupakan penelitian yang bertujuan untuk membuat
deskripsi atau gambaran-gambaran secara sistematis dan akurat mengenai
fakta, sifat-sifat, dan hubungan antara fenomena-fenomena yang sedang
diteliti. Data penelitian ini adalah unsur novel Cinta Di Ujung Sajadah yang
memperlihatkan eksistensi perempuan aspek penokohan. Sumber data
penelitian ini novel yang di tulis oleh Asma Nadia. Novel Cinta Di Ujung
Sajadah di terbitkan pula dalam terjemahan bahasa melayu. Novel ini
bertutur mengenai berbagai bentuk cinta. Novel Cinta Di Ujung Sajadah
sebuah roman keluarga. Cetakan pertama novel ini pada Juli 2012 yang di
terbitkan pertama kali oleh penerbit Republika 2012.
       Sehubungan dengan jenis penelitian ini merupakan penelitian
kualitatif, maka instrumen utama dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri.
Penelitian   secara    langsung     membaca,      memahami,      menghayati,
mengidentifikasi dan mencatat hal-hal penting yang berhubungan dengan
unsur     cerita   tersebut.    Kemudian      diambil    kutipannya      guna
menginventarisasikan data yang berhubungan dengan konsep permasalahan
tentang eksistensi perempuan yang terdapat dalam novel dan ditambah
dengan studi kepustakaan untuk bahan yang dapat menunjang hasil
penelitian ini.
C. Hasil dan Pembahasan
        Berdasarkan temuan penelitian unsur instrinsik utama dalam novel
Cinta di Ujung Sajadah karya Asma Nadia sebagai berikut. Tokoh perempuan
dalam novel ini terdiri atas tokoh utama Cinta yang memiliki paras ayu dan
berpenampilan sporti, berwatak keras, penyayang dan peduli dengan orang
lain, serta beberapa tokoh sampingan seperti, tokoh Neta adalah sahabat
Cinta yang memiliki paras manis dengan rambut keriting, seta memiliki sifat
peduli terhadap orang lain. Tokoh Aisyah adalah sahabat Cinta yang memiliki
postur gemuk dan memiliki sifat religius serta peduli terhadap orang lain.
Selain itu tokoh Mbok Nah adalah pembantu di rumah Cinta yang merawat
Cinta dari kecil. Mbok Nah memiliki sifat lembut dan penyabar, serta setia.
Tokoh lainnya yaitu Ayuningsih sebagai ibu kandung Cinta yang memiliki
paras ayu, memiliki sifat lemah lembut, sabar dan penyayang. Tokoh Anggun
adalah saudara tiri Cinta yang berpostur kurus, dan memiliki sifat pemarah,
keras hati dan egois, ia tidak pernah menyukai Cinta. Tokoh Cantik adalah
saudara tiri Cinta yang berpostur gemuk, selalu berpenampilan mencolok, ia
memiliki sifat egois dan pemarah. Cantik selalu mencari keributan dengan
Cinta. Tokoh Mama Alia adalah ibu kandung dari Anggun dan Cantik, ia
memiliki sifat penyayang kepada kedua anaknya, selain itu mama Alia adalah
ibu tiri dari Cinta, ia selalu berpenampilan cantik karena dahulunya ia adalah
seorang model, namun mama Alia memiliki sifat pemarah dan tidak pernah
peduli terhadap Cinta. Tokoh Bu Yayah adalah tokoh perempuan separuh
baya yang bertemu dengan Cinta di kereta api ketika Cinta tertidur di kereta
api dan Bu Yayah yang membangunkan Cinta sesampainya di stasiun
Bandung. Bu Yayah memiliki sifat lembut, peduli dan sabar. Unsur instrinsik
lainnya adalah latar. Latar tempat novel Cinta di Ujung Sajadah karya Asma
Nadia ini adalah kota Bogor tempat tinggal Cinta dan tempat Cinta
bersekolah, kemudian Jakarta, Bongkaran dan Kalijodo daerah rawan yang di
kunjungi Cinta ketika mencari alamat ibunya. Latar tempat lainnya adalah
Bandung, Jogja, Pasar Kembang dan Bantul merupakan tempat-tempat yang
di kunjungi Cinta untuk mencari informasi keberadaan ibu kandungnya.
Unsur intrinsik selanjutnya adalah tema. Tema novel Cinta di Ujung Sajadah
karya Asma Nadia adalah tentang kasih sayang, kesetian dan perjuang
seorang anak mencari keberadaan Ibu kandungnya. Selain itu, alur yang
digunakan dalam novel adalah alur mundur yang mana menceritakan
kembali peristiwa-peristiwa yang terjadi bertahun-tahun lalu. Novel ini
memiliki karakteristik alur konvensional, karena urutan peristiwa yang
disajikan tidak dimulai dari complication, namun peristiwa yang disajikan
bisa saja dari klimaks lebih dahulu dan disambung dengan peristiwa lain
selain yang terdapat pada plot tradisonal yang menyebabkan munculnya
peristiwa yang hadir selanjutnya. Dalam novel Cinta di Ujung Sajadah karya
Asma Nadia, eksistensi perempuan dikelompokkan menjadi tiga bagian,
berikut uraiannya.
1. Eksistensi Perempuan sebagai Pribadi
       Eksistensi perempuan sebagai pribadi dalam novel Cinta di Ujung
Sajadah karya Asma Nadia menggambarkan tokoh perempuan yang memiliki
sifat keras hati, memiliki pendirian, mandiri, religius, dan setia. Eksistensi-
eksistensi tersebut dimiliki oleh tokoh- tokoh perempuan seperti, Cinta,
Anggun, Cantik, Aisyah, dan Mbok Nah. Sifat keras hati dimiliki oleh tokoh
Cinta, digambarkan ketika Cinta mendapatkan perlakuan buruk dari saudara-
saudara tirinya hingga melibatkan papa Cinta, ia keras hati menanyakan
tentang ibunya, bagaimana sosok ibunya. Selain itu juga tergambar sifat keras
hati ketika Cinta tidak mendengarkan larangan papanya untuk mencari ibu
kandungnya. Eksistensi yang menggambarkan keras hati tokoh Cinta lainya
ketika Cinta bertahan menerima hinaan tentang dirinya dan keras hati
membantah penghinaan saudara tirinya terhadap ibu kandungnya. Tokoh
lain yang memiliki sifat keras hati adalah Anggun dan Cantik. Dua saudara tiri
Cinta ini tidak pernah mau mendengarkan perkataan orang lain, tergambar
ketika Cantik yang selalu mendongkol karena permintaannya tidak
dikabulkan papa. Selain itu sifat keras hati mereka juga terlihat ketika
berhadapan dengan Cinta, tergambar ketika Anggu tidak mau mendengarkan
penjelasan Cinta mengenai komputer Anggun yang bermasalah. Mereka
berdua tidak pernah mau mengakui kesalahan mereka kepada Cinta, malah
sebaliknya mereka memojokkan Cinta seperti orang yang bersalah. Tokoh
lain yang memiliki sifat keras hati adalah Aisyah. Aisyah keras hati untuk
tidak membenci Umminya dengan menahan kesedihan dan air matanya.
Tokoh lain yang memiliki sifat keras hati adalah Mbok Nah, tergambar ketika
Mbok Nah menahan dirinya untuk tidak memberitahu Cinta mengenai
kebenaran tentang ibu kandungnya walau pun keinginan memberitahu Cinta
sangat besar.
       Eksistensi perempuan sebagai pribadi yang memiliki sifat mandiri
tergambar pada tokoh Cinta, ketika Cinta harus menjalani hari-harinya
seorang diri serta berusaha mengumpulkan benda-benda koleksinya seorang
diri tanpa membebani orang di sekitarnya. Selain itu sifat mandiri yang
tergambar pada tokoh Cinta yaitu ketika Cinta harus membela dirinya sendiri
dari setiap masalah yang dihadapinya dari ibu tiri dan saudara-saudara
tirinya. Tokoh lain yang memiliki sifat mandiri adalah Aisyah, tergambar
ketika Aisyah melakukan pekerjaan rumah seorang diri bahkan harus
menjaga adik-adiknya yang masih kecil. Ia tidak pernah mau membebani
Umminya. Eksistensi perempuan sebagai pribadi yang memiliki prinsip
tergambar pada tokoh Cinta yang selalu saja diam ketika saudara-saudara
tirinya mulai membuat keributan dengannya, ia berusaha untuk tetap tenang,
selain itu tergambar ketika ia bertanya kepada papa mengenai ibu
kandungnya, namun papa menjawab dengan suara yang keras sehingga
membuat Cinta takut dan menahan air mata, ia tidak ingin meneteskan air
mata di depan saudara-saudara tirinya karena itu akan membuat saudara
tirinya senang. Tokoh lain yang memiliki prinsip adalah Mbok Nah,
tergambar ketika Mbok Nah yang hanya diam melihat perlakuan saudara-
saudara tiri Cinta kepadanya, karena Mbok Nah tidak ingin menambah
keributan di rumah dan membuat Cinta tambah disalahkan oleh papa Cinta.
Selain itu tergambar ketika Mbok Nah mengambil foto Ayuningsih untuk di
berikan kepada Cinta sebelum waktunya namun ia mengurungkan niatnya.
Tokoh lain yang memiliki prinsip adalah Ayuningsih, tergambar ketika
Ayuningsih memilih untuk pergi meninggalkan Cinta karena mengharapkan
kehidupan yang layak bagi Cinta bersama papa Cinta.
       Eksistensi perempuan sebagai pribadi yang memiliki sifat religius
tergambar pada tokoh Cinta, ketika Cinta menunaikan ibadah haji dan
berlinang air mata berdoa untuk tempat terindah bagi ibunya di sisi Allah,
kemudian ketika Cinta memutuskan untuk mengenakan hijab sebagai bentuk
pengabdiannya dan berdoa agar dipertemukan dengan ibu kandungnya, dan
sifat religusnya juga tergambar ketika Cinta melakukan shalat tahajud disaat
pencarian ibu kandungnya yang tidak menemukan titik terang. Tokoh lain
yang memiliki sifat religius adalah Aisyah, tergambar ketika Aisyah bercerita
tentang malamnya di masjidil haram sewaktu ia menunaikan ibadah umroh,
selain itu Aisyah senang mengikuti siaran rohis serta selalu manasehati
sahabat-sahabatnya dengan ajaran-ajaran islam dan tutur bahasa arab yang
pakai. Tokoh lain yang memiliki sifat religius adalah Lin, ia selalu melakukan
shalat lima walau pun memiliki kekurangan pada fisik dan mentalnya, selain
itu ia selalu berdoa setelah shalatnya dan ia berdoa sangat lama.
       Eksistensi perempuan sebagai pribadi yang memiliki sifat setia
tergambar pada tokoh Mbok Nah yang berjanji kepada Ayuningsih untuk
menjaga Cinta dan menceritakan setiap kenangan tentang Ayuningsih kepada
Cinta, ia setia dan berjanji untuk tidak meninggalkan Cinta seorang diri serta
ia setia harus menahan beban berat yang selalu ia dapatkan.
2. Eksistensi Perempuan sebagai Anggota Keluarga
      Eksistensi perempuan sebagai keluarga dalam novel Cinta di Ujung
Sajadah karya Asma Nadia menggambarkan tokoh perempuan yang memiliki
sifat sabar, kasih sayang dan lemah lembut. Eksistensi tersebut dimiliki oleh
tokoh- tokoh perempuan seperti, Cinta, Ayuningsih, Mama Alia, Bu Yayah,
dan Mama Neta. Sifat kasih sayang dimiliki oleh Cinta tergambar ketika Cinta
mendoakan ibunya agar diberikan pahala kepada ibunya, selain itu eksistensi
yang menggambarkan kasih sayang yang dimiliki Cinta adalah ketika saudara
tirinya menghina ibu kandung Cinta, dan Cinta berusaha untuk membela ibu
kandungnya dan menjelaskan bahwa ibunya bukan seperti apa yang
dikatakan saudara-saudara tirinya itu. Tokoh lain yang memiliki sifat kasih
sayang adalah Ayuningsih, tergambar ketika Ayuningsih merelakan Cinta
untuk tinggal bersama papanya agar mendapatkan kehidupan yang layak,
serta ketika Ayuningsih bertemu dengan Cinta dan berpura-pura menjadi
sahabat ibu kandung Cinta, ia memeluk Cinta dengan memberikan kasih
sayang yang selama belasan tahun tidak pernah ia curahkan kepada Cinta.
Tokoh lain yang memiliki kasih sayang adalah mama Alia, tergambar ketika
mama Alia memperhatikan porsi makan anak-anaknya dan memenuhi
kebutuhan anak-anaknya walau secara berlebihan. Mama Alia selalu
mengabulkan permintaan anak-anaknya. Tokoh lain yang memiliki kasih
sayang adalah Bu Yayah, tergambar ketika ia membesarkan anak-anaknya
seorang diri dengan kasih sayangnya, selain itu tergambar ketika ia
menemani dan mendengarkan anaknya Lin yang memiliki keterbelakangan
mental dengan tabah dan dengan wajah bahagia.
      Eksistensi perempuan sebagai keluarga yang memiliki sifat sabar
tergambar pada tokoh Cinta, ketika ia memilih untuk diam dan tidak
membela Mbok Nah saat Mbok Nah diperlakukan tidak baik oleh kedua
saudara tirinya, Cinta tidak mau menambah masalah kepada Mbok
kesayangannya itu. Selain itu tergambar sifat sabar Cinta ketika ia dimintai
tolong oleh Mama Alia untuk mencarikan benda Mama Alia yang hilang,
padahal itu semua hanyalah cara ibu tirinya untuk membuat Cinta mendapat
masalah di sekolah, namun Cinta sabar dan tidak membantah ibu tirinya itu.
Tokoh lain yang memiliki sifat sabar adalah Bu Yayah, tergambar ketika ia
bercerita tentang hidupnya membesarkan anak-anaknya seorang diri kepada
Cinta, sudah tiga belas tahun ia membesarkan anak-anaknya seorang diri
karena suaminya telah meninggal dunia, dengan sabar ia mampu
membesarkan anak-anaknya.
      Eksistensi perempuan sebagai keluarga yang memiliki sifat lemah
lembut tergambar pada tokoh Cinta, ketika ia melihat Mbok Nah menangis
dan memeluknya yang menceritakan rahasia yang selama ini disimpan Mbok
Nah, Cinta dengan lembut mengusap dan mencium lembut tangan Mbok Nah.
Tokoh lain yang memiliki sifat lemah lembut adalah Mama Neta, tergambar
ketika mama menyiapkan perbekalan untuk Neta dan Aisyah yang akan
menginap di rumah Cinta, dan ketika Neta bergurau dengan mamanya, mama
Neta mencubit lembut pipi anak gadis satu-satunya. Tokoh lain yang
memiliki sifat lemah lembut adalah Bu Yayah, tergambar ketika ia menyuapi
anaknya Lin yang mengalami keterbelakangan mental dengan penuh kasih
dan lembut, ia mengusap sudut bibir anaknya yang basah karena air liur Lin.
Tokoh lain yang memiliki sifat lemah lembut adalah Ayuningsih, tergambar
ketika Ayuningsih dengan tangannya yang lembut dan keibuan mengusap
lembut air mata Cinta dan memberikan simbol senyuman pada sudut-sudut
bibir Cinta, ia berusaha memberikan ketegaran pada hidup Cinta.
3. Eksistensi Perempuan sebagai Anggota Masyarakat
      Eksistensi perempuan sebagai anggota masyarakat dalam novel Cinta
di Ujung Sajadah karya Asma Nadia menggambarkan tokoh perempuan yang
memiliki sifat peduli terhadap orang lain, memilihi hubungan dengan
lingkungan dan orang lain, menghormati orang lain, dan suka berteman.
Eksistensi-eksistensi tersebut tergambar pada tokoh Cinta, Neta, Aisyah,
Mbok Nah, Salsa, dan Bu Yayah. Eksistensi sebagai anggota masyarakat yang
memiliki sifat peduli terhadap orang lain tergambar pada tokoh Cinta, ketika
Mbok Nah ke kamar Cinta dengan wajah pucat dan air mata yang berlinang,
Cinta merasa khawatir dan mengajak Mbok Nah berobat kedokter, selain itu
kepedulian Cinta terhadap orang lain tergambar ketika Cinta membesuk
teman satu kelasnya yang bernama Mirna yang sudah lima hari tidak sekolah,
kepedulian Cinta terhadap oranglain juga tergambar ketika Cinta dengan
setia mendengarkan curahan hati Aisyah dan memberikan saran serta
nasehat kepada Aisyah. Toko lain yang memiliki sifat peduli terhadap orang
lain adalah Neta, tergambar ketika Neta khawatir Cinta pergi sendirian
mencari ibunya ke daerah-daerah yang belum pernah ia kunjungi. Tokoh lain
yang memiliki sifat peduli terhadap orang lain adalah Aisyah, tergambar
ketika Cinta meminta nasehat mengenai niatnya untuk berhijab, dengan
senang hati Aisyah memberikan saran serta ketika Cinta bertanya mengenai
pengabdian seorang anak kepada ibunya, Aisyah dengan senang hati
memberikan gambaran. Tokoh lain yang memiliki sifat peduli terhadap orang
lain adalah Salsa, tergambar ketika Salsa melihat koleksi-koleksi foto Cinta,
dan memberikan kado disaat ulang tahun Cinta sebuah album untuk
menyimpan koleksi foto-foto Cinta. Tokoh lain yang peduli terhadap orang
lain adalah Bu Yayah, tergambar ketika sampai di stasiun, Cinta tertidur di
ketera api, dan Bu Yayah membangunkan Cinta dan menanyakan tujuan
Cinta. Bu Yayah mengajak Cinta untuk menginap di rumahnya karena malam
sudah larut untuk mencari penginapan.
      Eksistensi perempuan sebagai anggota masyarakat yang memiliki
hubungan dengan lingkungan dan orang lain tergambar pada tokoh Cinta,
ketika Cinta mencari ibu kandungnya ke daerah-daerah yang rawan, Cinta
melihat berbagai macam kehidupan yang tidak pernah ia lihat selama ini. Ia
melihat segerombolan penduduk yang berkumpul di satu warung dengan
banyaknya asap rokok dan minuman, namun Cinta tetap tenang dan tidak
terlihat seperti orang asing, walau pun sebenarnya Cinta merasa sangat asing
di daerah itu. Selain itu juga tergambar ketika Cinta melihat beberapa anak-
anak yang suka cita bermain dan mandi di kali kecil yang kebersihannya
tidak terjamin. Cinta merasa tersentuh dan terharu, selain itu Cinta juga
merasa sedih dan simpati ketika melihat sesosok anak dengan kepala yang
besar tergelatak di tepi jalan bersama ibunya, Cinta tak kuasa melihatnya dan
memberikan sedikitnya uang untuk disumbangkan kepada anak itu.
Eksistensi perempuan sebagai anggota masyarakat yang memiliki sifat
menghormati orang lain tergambar pada tokoh Cinta, ketika Cinta bertemu
dengan seorang laki-laki bertubuh besar, dengan sopan Cinta menanyakan
alamat tempat Ayuningsih berada, namun balasan dari laki-laki itu kasar.
Cinta tidak membalas dan tetap bersikap sopan kepada laki-laki itu. Selain itu
tergambar ketika Cinta bertemu dengan sekumpulan penduduk daerah yang
berpakaian seadanya, Cinta tidak memandang rendah setiap apa yang di
lihatnya melainkan ia hanya tersenyum sopan kepada mereka. Selain itu,
Cinta memiliki sikap menghormati orang lain tergambar ketika Cinta
bertemu dengan sosok Ayuningsih menyalami Ayuningsih ketika hendak
berpamitan.
D. Simpulan dan Saran
       Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa struktur novel
Cinta di Ujung Sajadah karya Asma Nadia ini menganalisis unsur instrinsik
utama dengan menggunakan alur konvensional. Tokoh terdiri dari tokoh
utama perempuan yaitu Cinta dan beberapa orang tokoh sampingan
perempuan seperti Ayuningsih, Mbok Nah, Neta, Aisyah, Anggun, Cantik,
Mama Alia, Bu Yayah, Salsa, Lin, dan Mama Neta. Latar tempat novel Cinta di
Ujung Sajadah karya Asma Nadia ini adalah kota Bogor tempat tinggal Cinta
dan tempat Cinta bersekolah, kemudian Jakarta, Bongkaran dan Kalijodo
daerah rawan yang di kunjungi Cinta ketika mencari alamat ibunya. Latar
tempat lainnya adalah Bandung, Jogja, Pasar Kembang dan Bantul merupakan
tempat-tempat yang di kunjungi Cinta untuk mendapatkan informasi tentang
ibu kandungnya. Tema novel Cinta di Ujung Sajadah karya Asma Nadia adalah
tentang kasih sayang, kesetian dan perjuang seorang anak mencari
keberadaan Ibu kandungnya. Bentuk eksistensi tokoh perempuan dalam
novel ini sebagai berikut.
1. Eksistensi perempuan sebagai pribadi dalam novel Cinta di Ujung Sajadah
   karya Asma Nadia ini menggambarkan kekerasan hati seorang anak
   bertemu dengan ibunya, kekerasan hati seorang yang tidak mau
   mendengarkan pendapat orang lain, kemandirian seorang anak hidup
   tanpa kasih seorang ibu, kemandirian seorang anak untuk tidak
   menyusahkan      orang    tua,   kesetiaan   seorang   pembantu   kepada
   majikannya. Kemudian menggambarkan sifat yang religius tertanam
   dalam watak tokoh Cinta dan Aisyah yang berserah kepada Allah Swt.,
   dan tokoh yang menggambarkan sifat memiliki pendirian dalam dirinya
   ketika di hadapkan dengan cobaan hidup.
2. Eksistensi perempuan sebagai anggota keluarga menggambarkan
   kelembutan seorang ibu kepada anaknya, kasih sayang seorang anak
   kepada ibunya dengan dengan berbakti kepada ibunya, kasih sayang
   seorang ibu menjaga dan membesarkan anaknya, kesabaran seorang
   perempuan terhadap cobaan dan masalah hidupnya.
3. Eksistensi perempuan sebagai anggota masyarakat menggambarkan
   kepeduli terhadap dengan orang lain yang senantiasa memberikan
   nasehat, kekhawatir terhadap orang tua, teman, sahabat. Menggambarkan
   hubungan seseorang dalam lingkungan yang baru, dapat hidup
   bertetangga, dan cara beradaptasi dengan lingkungan, menggambarkan
   seorang anak yang menghormati orang yang lebih tua, serta orang yang
   belum pernah di kenal atau asing.
       Sehubung dengan penelitian ini di sarankan sebagai berikut:
1. bagi mahasiswa Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia FBS UNP khususnya
   dan pembaca umumnya, penelitian ini dapat memberikan gambaran
   dalam memahami karya sastra dan menganalisis novel.
2. bagi pembaca sastra, disarankan untuk menggunakan pendekatan yang
   sesuai dengan karakteristik eksistensi perempuan yang dibaca atau yang
   akan    dijadikan   penelitian   nantinya.   Tujuannya     adalah    untuk
   memudahkan dalam menganalisis sebuah novel.
3. bagi pembaca dan pecinta sastra, khususnya dilingkungan jurusan Bahasa
   dan Sastra Indonesia FBS UNP, agar lebih meningkatkan penelitiannya
   pada masalah eksistensi perempuan dalam novel.
Catatan: artikel ini disusun berdasarkan hasil penelitian dari skripsi penulis
Widya Arieska dengan Pembimbing I, Dra. Nurizzati, M.Hum. dan
Pembimbing II, Zulfadhli, S.S., M.A.
Daftar Rujukan
Ahmadi, Abu. 2007. Psikologi Sosial. Jakarta: Rineka Cipta.
Atmazaki. 2005. Ilmu Sastra: Teori dan Terapan. Padang: Yayasan Citra
       Budaya Indonesia.
Dagun, Save M. 1990. Filsafat Eksistensialisme. Jakarta: Rineka Cipta.
Minderop, Albertine. 2010. Psikologi Sastra, Metode, Teori dan Contoh Kasus.
       Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia.
Moleong, Lexi J. 2005. Metode Penelitian Kuantitatif. Bandung: PT Remaja
       Rosdakarya.
Muhardi dan Hasanuddin . 1992 Prosedur Analisis Fiksi. Padang; IKIP Padang
       press.
Nadia, Asma. 2012. Cinta di Ujung Sajadah. Jakarta: Republika.
Semi, M. Atar. 1993. Metode Penelitian Sastra. Bandung: Angkasa Raya.
Suharto, dan Sugihastuti. 2002. Kritik Sastra Feminis: Teori dan Aplikasi.
       Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset.