Pengaruhh manajemen78-303-1-PB PDF
Pengaruhh manajemen78-303-1-PB PDF
Dul Muid
Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro Semarang
Jl. Erlangga Tengah No. 17 Semarang
Abstract
Earnings management’s is management’s act in financial statement preparing
process in order to obtain whether his personality welfare or his company’s value. This
research analyse to influence of earnings management to operation performance,
return stock which was listed in Jakarta Stock Exchange (JSX) at 2003 until 2005.
Earnings management relate research of Dechow et.al (1996), performance operate for
proksi by Return asset on (ROA) while return stock of proksi with Cummulative
Abnormal Return (CAR).
This research is to analyse what is there difference of operation performance, s
return stock between Earnings management companies and non erning management’s
companies. this Research population manufacturing business which was listed in
Jakarta Stock Exchange (JSX) at 2003 until 2005. Data collecting use method of
pooling and yield 31 sample research. Method of analysis the used independent t-Test.
Independent t-Test was used to analyzed data after it has normal distribution by
Kolmogorov-Smirnov through program aid of Spss 11.5.
The result of from independent t-Test that there was no difference operation
performance between earning management’s companies and non earning
management’s companies and there was no difference return stock between earning
management’s companies and non earning management’s companies
Keywords : Earning Management, Return on asset (ROA), Cumulative Abnormal
Return (CAR)
Abstaksi
Manajemen laba adalah tindakan manajemen dalam laporan keuangan
sebagai persiapan untuk meningkatkan kesejahteraannya atau untuk meningkatkan
nilai perusahaan. Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis pengaruh manajemen
laba terhadap kinerja operasional, tingkat pengembalian saham dengan mengambil
objek penelitian di BEJ selama periode 2003 sampai 2005. Definisi manajemen laba
sesuai dengan penelitian Dechow dkk (1996), kinerja operasional diproksi dengan ROA
dan tingkat pengembalian saham diukur dengan kumulatif abnormal return (CAR).
Pendahuluan
Pasar modal mempunyai peranan penting bagi perekonomian suatu negara,
karena pasar modal mempunyai beberapa fungsi yang dapat digunakan sebagai
indikator pertumbuhan ekonomi suatu Negara. Menurut keputusan menteri keuangan RI
No.1548/KMK/90 tentang peraturan pasar modal, pengertian pasar modal secara umum
yaitu: suatu sistem keuangan yang terorganisir, termasuk didalamnya adalah bank-bank
komersial dan semua lembaga perantara di bidang keuangan, serta keseluruhan surat-
surat berharga yang beredar.
Pasar modal banyak digunakan oleh perusahaan, untuk memperoleh dana dengan
jalan menjual saham kepada publik melalui Bursa Efek. Menurut Sunariyah (2003)
dalam bukunya mengenai pasar modal, perusahaan mempunyai berbagai alternative
sumber pendanaan yang berasal dari dalam maupun dari luar perusahaan. Dana dari
dalam perusahaan menggunakan laba ditahan perusahaan, sedangkan dari luar
perusahaan memperolehnya berupa utang ataupun pendanaan dalam bentuk saham
(equity). Proses pendanaan dari luar melalui suatu mekanisme penyertaan umum,
dengan menjual saham perusahaan kepada masyarakat yang lebih dikenal dengan “go
public”, dalam prosesnya perusahaan melakukan persiapan-persiapan dan mematuhi
syarat-syarat yang ditetapkan oleh Bapepam sebagai pengawas pasar modal.
Syarat yang ditetapkan oleh Bapepam salah satunya, perusahaan diharuskan
memberikan informasi perusahaan yang akan melakukan penawaran saham perdana
berupa informasi propektus, didalamnya berisi tentang perusahaan penerbit sekuritas
dan informasi lainnya yang berkaitan dengan sekuritas yang dijual. Informasi mengenai
kondisi perusahaan yang belum go public sangat sulit diperoleh karena tidak adanya
publikasi informasi kepada masyarakat, propektus hanya satu-satunya yang digunakan
176 JURNAL DINAMIKA EKONOMI & BISNIS Vol. 4 No. 2 Oktober 2007
oleh investor, menilai dan menganalisa serta melakukan keputusan investasi pada
perusahaan yang melakukan penawaran saham perdana. Hal ini yang mengakibatkan
adanya Asimetri Informasi antara manajemen dengan investor, asimetri yang tinggi
dapat digunakan oleh manajemen untuk berbuat kecurangan, dengan melakukan
manajemen laba (Earning Management).
Menurut Scott (1997) manajemen laba merupakan suatu tindakan yang dilakukan
oleh pihak manajemen, untuk memilih kebijakan akuntansi dari suatu standar tertentu
dengan tujuan memaksimumkan kesejahteraan dan atau nilai perusahaan. Manajeman
laba dapat memanfaatkan kelonggaran penggunaan metode dan prosedur akuntansi.
Manajeman laba tidak harus dikatakan sebagai upaya untuk memanipulasi data-data
atau informasi tetapi lebih condong dikatakan dengan pemilihan metode akuntansi
(Accounting Method) untuk mengatur laba perusahaan. Manajemen laba adalah campur
tangan manajemen dalam proses pelaporan keuangan eksternal dengan tujuan untuk
menguntungkan diri sendiri atau kepentingan perusahaan. Manajemen laba adalah salah
satu faktor yang dapat mengurangi kredibilitas laporan keuangan, dapat menambah bias
dalam laporan keuangan dan mengganggu pemakai laporan keuangan, mereka
beranggapan dan mempercayai angka laba yang ada dilaporan keuangan tersebut adalah
sebagai angka laba yang sebenarnya tanpa hasil rekayasa.
Acyres (1994) berpendapat bahwa ada tiga faktor yang munculnya praktek
mengenai manajemen laba:
1. Manajemen akrual
2. Penciptaan suatu kebijakan akuntansi
3. Tambahan akuntansi secara sukarela
Jain dan Lani (1994) membuktikan hubungan antara kinerja operasi perusahaan
dengan underpricing penawaran saham perdana. Kinerja perusahaan setelah IPO
rendah, sehingga terjadi underpricing. Sangkar (1997) dalam Saiful (2002) hubungan
laba dan return saham tergantung laba yang dilaporkan manajemen, hubungan tersebut
cenderung non-linier untuk perusahaan yang melakukan manajemen laba, koefisien
respon return saham terhadap perusahaan yang melakukan manajemen laba lebih
rendah dibanding perusahaan yang tidak melakukan manajemen laba.
Berdasarkan alasan diatas penulis tertarik untuk meneliti lebih lanjut mengenai
pengaruh manajemen laba, khususnya terhadap kinerja operasi, return saham pada
perusahaan. Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan secara empiris apakah
perusahaan yang listing pada periode 2003-2005 di BEJ melakukan manajemen laba
pada periode tersebut, dan mencari perbedaan kinerja operasi serta return saham
perusahaan, antara perusahaan yang melakukan manajemen laba dengan yang tidak
melakukan manajemen laba. Penelitian ini mereplikasi penelitian sebelumnya yang
telah dilakukan oleh (Dul muid dan Nanang, 2005) mengenai manajemen laba terhadap
reaksi pasar dan resiko investasi pada perusahaan publik di Bursa Efek Jakarta.
Penelitian yang dilakukan Dul Muid dan Nanang dilakukan pada tahun 2005 dengan
Tinjauan Pustaka
Definisi Manajemen Laba
Manajemen laba timbul sebagai akibat dari penggunaan dasar akrual dalam
penyusunan laporan keuangan karena dasar akrual memang lebih rasional dan adil
dibandingkan dengan dasar kas. Manajemen laba adalah tindakan yang dilakukan oleh
manajemen dengan cara memilih kebijakan akuntansi dari standar akuntansi yang ada
dengan jalan memanfaatkan kelonggaran penggunaan metode dan prosedur akuntansi,
membuat kebijakan-kebijakan (discretionary) yang dapat mempercepat atau menunda
biaya-biaya dan pendapatan agar laba perusahaan lebih kecil atau lebih besar sesuai
yang diharapkan, dan secara alamiah diharapkan dapat memaksimumkan kepentingan
dan atau nilai pasar perusahaan. (Scott, 1997) dalam (Kawedar, 2005) dan (Dul muid
dan Nanang, 2005). Schipper (1989) mendefinisikan manajemen laba sebagai suatu
intervensi dengan maksud tertentu terhadap proses laporan keuangan eksternal dengan
178 JURNAL DINAMIKA EKONOMI & BISNIS Vol. 4 No. 2 Oktober 2007
sengaja memperoleh beberapa keuntungan pribadi.
Healy dan Wahlen (1999) menyatakan manajemen laba terjadi ketika manajer
menggunakan Adjusment dalam pelaporan keuangan dan penyusunan transaksi untuk
merubah laporan keuangan, sehingga menyesatkan stakeholder tentang kinerja ekonomi
perusahaan, untuk mempengaruhi hasil yang berhubungan dengan kontrak yang
tergantung pada angka akuntansi yang dilaporkan.
Fisher dan Rosenzweig (1995) dalam (Kawedar :2005) manajemen laba adalah
tindakan seorang manajer dalam menyajikan laporan keuangan yang menaikkan dan
menurunkan laba periode berjalan dari unit usaha yang menjadikan yang menjadi
tanggungannya, tanpa diimbangi penurunan atau kenaikan profitabilitas unit tersebut
dalam jangka panjang.
Beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa manajemen laba
merupakan tindakan dari manajemen untuk menaikkan dan menurunkan laba
perusahaan dengan jalan memanfaatkan suatu metode akuntansi yang ada yang
bertujuan untuk kepentingan pribadi.
180 JURNAL DINAMIKA EKONOMI & BISNIS Vol. 4 No. 2 Oktober 2007
Return Saham dan Pengukurannya
Return saham merupakan hasil yang diperoleh dari investasi. Return dapat berupa
return realisasi yang sudah terjadi merupakan return yang dihitung berdasarkan data
historis, return ini penting karena digunakan sebagai salah satu pengukur kinerja
perusahaan dan juga digunakan sebagai dasar penentuan return ekspektasi. Sedangkan,
return ekpektasi yang belum terjadi adalah return yang diharapkan akan diperoleh
investor dimasa yang akan datang, berbeda dengan return realisasi yang bersifat sudah
terjadi return ini merupakan kebalikanya yang bersifat belum terjadi. Pengukuran return
saham realisasi yang banyak digunakan adalah return total (total return), relative return
(relative return) dan kumulatif return (return cumulative)dan return disesuaikan.
Sedangkan rata-rata return dapat dihitung berdasarkan aritmatika atau rata-rata
geometri, rata ini banyak digunakan untuk menghitung rata-rata return untuk berbagai
macam periode, misalnya untuk menghitung return mingguan atau bulanan yang
dihitung berdasarkan geometric dari return harian. Untuk perhitungan return seperti ini,
rata-rata geometric lebih tepat digunakan dari pada rata-rata aritmatika biasa.
Sedangkan pengukuran return saham ekpektasi dapat dihitung berbagai macam cara
diantaranya dihitung berdasarkan nilai ekspektasi dimasa yang akan datang, nilai-return
historis, model return ekspektasi yang ada (Jogianto :2003).
Angg (1999) menyebutkan bahwa investor tertarik melakukan investasi pada
suatu intsrumen yang diajukan dengan harapan, mendapatkan kembalian investasi yang
sesuai. Return merupakan kembalian dari sebuah investasi yang dilakukan pada sesuatu
instrumen. Return investasi yang tergantung pada instrument investasi yang menjamin
tingkat kembalian yang diterima seperti sertifikat deposito pada bank yang memberikan
bunga sebesar prosentase tertentu, hal ini berbeda dengan saham.
Discretionary Accrual
Dictretionary accrual adalah suatu cara untuk mengurangi pelaporan laba yang
sulit terdeteksi melalui kebijakan akuntansi yang berkaitan dengan akrual, misalnya
dengan cara menaikan biaya amortisasi dan depresiasi, dan mencatat kewajiban yang
besar atas jaminan produk (garansi), kontijensi dan potongan harga, dan mencatat
persedian yang telah usang. Akrual adalah semua kejadian yang bersifat operasional
pada satu tahun yang berpengaruh terhadap arus kas. Perubahan piutang dan hutang
merupakan akrual juga perubahan persedian sedangkan biaya merupakan akrual uang
negatif (Scott, 1997). Model discretionary accrual dapat digunakan dalam melakukan
pendeteksian terhadap perilaku manajemen laba. Metode discretionary accruals (DA)
memiliki berbagai macam model yang dapat digunakan untuk membuktikan perusahaan
melakukan manajemen laba
182 JURNAL DINAMIKA EKONOMI & BISNIS Vol. 4 No. 2 Oktober 2007
yang menderita kerugian atau penurunan laba yang mencolok melakukan manajemen
laba dengan tingkatan secara signifikan lebih tinggi dibanding dengan perusahaan yang
memperoleh laba atau kenaikan laba yang cukup besar, tidak cukup diketemukan bukti
yang mendukung atas indikasi manipulasi dalam bentuk kebijakan akuntansi akrual dan
terbukti secara empiris pada perusahaan publik yang mengalami penurunan laba atau
kerugian dalam tiga tahun berturut-turut, melakukan manajemen laba pada laporan
keuangannya
Widyaningdyah (2001) melakukan penelitian tentang faktor-faktor yang
mempengaruhi manajemen laba pada perusahaan yang go public di Indonesia. Populasi
dalam pengamatan yang dilakukan adalah menggunakan perusahaan yang terdaftar di
BEJ sejak tahun 1994-1997. Hasil yang didapat leverage merupakan komponen yang
sangat berpengaruh secara signifikan terhadap manajemen laba,
Saiful (2002) melakukan pengamatan mengenai hubungan manajemen laba
dengan kinerja operasi dan return saham di sekitar IPO Hasil pengamatan yang didapat
menemukan adanya manajemen laba di sekitar IPO yaitu pada dua tahun sebelum IPO
dilakukan, ketika IPO dan dua tahun setelah IPO. Kinerja operasi setelah IPO rendah,
rendahnya kinerja dipengaruhi oleh manajemen laba. Return satu tahun setelah IPO
rendah, namun pengamatan yang dilakukan tidak menemukan bukti yang cukup
hubungan rendahnya return saham setahun setelah IPO dengan manajemen laba sekitar
IPO.
Dul Muid dan Nanang (2005) melakukan penelitian tentang pengaruh manajemen
laba terhadap reaksi pasar dan risiko investasi pada perusahaan publik di Bursa Efek
Jakarta. Hasil yang diperoleh pada tahun 2001 terdapat manajemen laba yang dilakukan
oleh 12 perusahaan dari 32 perusahaan yang dilakukan pengamatan, tidak terdapat
perbedaan reaksi pasar antara perusahaan yang melakukan manajemen laba dengan
yang tidak melakukan. Reaksi pasar pada pengamatan ini tidak terdapat perbedaan
antara perusahaan yang melakukan manajemen laba dengan yang tidak melakukan
manajemen laba.
Perusahaan
melakukan
Manajemen Laba (+)
Kinerja operasi
Perusahaan tidak
melakukan
manajemen laba (-)
Gambar 2
Kerangka Pemikiran Manajemen Laba dan Return Saham
Perusahaan
melakukan
Manajemen Laba (+)
Return Saham
Perusahaan tidak
melakukan
manajemen laba (-)
184 JURNAL DINAMIKA EKONOMI & BISNIS Vol. 4 No. 2 Oktober 2007
Hipotesis
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian adalah:
1. H1: Terdapat perbedaan kinerja operasi perusahaan antara perusahaan yang
melakukan manajemen laba dengan perusahaan yang tidak melakukan
manajemen laba.
2. H2: Terdapat perbedaan return saham antara perusahaan yang melakukan
manajemen laba dengan perusahaan yang tidak melakukan manajemen laba.
Metode Penelitian
Populasi dan Penentuan Sampel
Populasi yang digunakan pada penelitian ini adalah perusahaan-perusahaan
Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Melaporkan laporan keuangan yang
lengkap dan dipublikasikan pada Indonesian Capital Market Directory. Penelitian
dilakukan selama tiga tahun pengamatan antara tahun 2003-2005. Penentuan sampel
dilakukan dengan metode purposive sampling, yakni sampel dipilih dengan kriteria-
kriteria tertentu agar dapat mewakili populasinya).
Sampel yang diambil dalam penelitian ini berdasarkan kriteria sebagai berikut:
1. Perusahaan yang sejenis adalah kelompok perusahaan manufaktur yang
terdaftar di BEJ.
2. Menyampaikan laporan keuangan berturut-turut dalam jangka waktu 2003-
2005.
3. Tersedia data mengenai harga saham selama periode estimasi dan pengamatan.
4. Perusahaan yang sahamnya aktif diperdagangkan berdasarkan kriteria pada
surat edaran PT. BEJ No. SE-03 / BEJ-11-1/1/1999. kriteria aktif yaitu apabila
frekuensi perdagangan saham selama 3 bulan sebanyak 75 kali
5. Tersedia kecukupan data dalam periode pengamatan.
Melalui prosedur penentuan kategori sampel yang telah diajukan terdapat 31
perusahaan yang memenuhi syarat dijadikan sebagai sampel penelitian. maka diperoleh
bahwa periode 2003 terdapat 22 perusahaan yang terindikasi melakukan manajemen
laba, dan 9 perusahaan yang tidak terindikasi melakukan manajemen laba. Pada periode
2004 terdapat 26 perusahaan yang terindikasi melakukan manajemen laba sisanya 5
perusahaan yang tidak terindikasi melakukan manajemen laba, sedangkan pada periode
2005 sebanyak 23 perusahaan yang terindikasi melakukan manajemen laba, dan
sebanyak 8 perusahaan yang tidak terindikasi melakukan manajemen laba.
Operasionalisasi Variabel
1. Variabel Manajemen Laba
Penggunaan disretionary accrual sebagai suatu proxy earning
management. Selain mengacu pada penelitian yang telah dilakukan oleh
Dechow et.al (1996), juga dikarenakan pengukuran dengan dicretionary accrual
saat ini telah digunakan secara luas oleh beberapa penelitian dan telah diakui
sebagai yang terbaik dalam pengukurannya,.untuk mendeteksi apakah
perusahaan melakukan manajemen laba dalam laporan keuangannya
dipergunakan model discretionary accrual adalah:
DA =TA it – NDA it
Keterangan:
DAit = Discretionary accrual perusahaan ipada tahun t
TAit = Total accrual perusahaan i pada tahun t
NDAit = Non discretionary acrual perusahaan i pada tahun t
186 JURNAL DINAMIKA EKONOMI & BISNIS Vol. 4 No. 2 Oktober 2007
persamaan:
ROAit =LBSEit/TAit-1
Keterangan:
ROAit : Merupakan Return on Asset perusahaan i pada tahun t
LBSEit: Laba bersih perusahaan i pada tahun t
TAit : Total aktiva perusahaan i pada periode t-1
Untuk mengetahui apakah kinerja operasi perusahaan mengalami
perbedaan pada perusahaan yang melakukan manajemen laba dengan yang tidak
melakukan manajemen laba. Perlu diadakan pengujian dengan hubungan
perubahan dengan return asset (∆ROA) dengan variabel discretionary accrual
(DA).
3. Variabel Return Saham
a. Return Total
Return secara keseluruhan dari suatu investasi dalm periode tertentu.
Return total terdiri dari capital gain (loss) ditambah dengan yield. Capital
gain merupakan selisih untung rugi dari harga investasi sekarang relatif dari
harga yang lalu. Perhitungan total accrual dapat dibuat dengan persamaan
sebagai berikut:
Rit= Pt - Pt-1/Pt-1
Keterangan:
Rit : Return saham masing-masing perusahaan ( actual return)
Pt : Harga saham masing-masing perusahaan pada tanggal t
Pt-1 : Harga saham masing-masing perusahaan pada tanggal t-1
b. Return Abnormal
Perhitungan abnormal return diperoleh dari selisih antara return untuk
saham i pada hari t dengan yang diharapkan. Secara matematis perhitungan
abnormal return dapat dijabarkan sebagai berikut:
ARit = Rit – ERit
Keterangan:
ARit :Abnormal return untuk saham i pada hari t
Rit : Return saham (actual return) i pada hari t
ERit : Return yang diekspektasi untuk saham i pada hari t
Untuk menghitung return ekspektasi diukur dengan model
penyesuaian pasar (Adjusted Market Model), yang menggunakan beberapa
perhitungan terdiri atas: membentuk model ekspektasi dengan
menggunakan data realisasi selama periode estimasi, kemudian
menggunakan model ekspektasi tersebut untuk mengestimasi return
ekspektasi keperiode jendela.
Setelah dilakukan perhitungan terhadap abnormal return maka
dilakukan perhitungan cumulative abnormal return (CAR) persamaanya
Metode Analisis
Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif menggambarkan atau mendeskriptifkan data menjadi sebuah
informasi yang lebih jelas dan mudah dipahami.. Statistik deskriptif digunakan untuk
mengambil profil perusahaan yang menjadi sampel, pada penelitian ini menggunakan
statistik deskriptif yang terdiri dari rata-rata, deviasi standar dan minimum serta
maksimum.
Uji Normalitas
Salah satu cara untuk mendeteksi normalitas dengan menggunakan statistik
adalah dengan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov satu arah. Uji Kolmogorov-
Smirnov dilakukan dengan tingkat signifikansi 0.05, untuk lebih sederhana dapat
dilakukan dengan pengujian probabilitas dari Kolmogorov-Smirnov Z statistik. Jika
probabilitas Z lebih dari 0.05 maka distribusi residual terdistribusi secara normal,
sedangkan Z statistik lebih kecil dari 0.05 maka nilai residual didalam model regresi
tidak terdistribusikan secara normal Ghozali (2005)
Uji t-sampel independen
Uji beda t-test digunakan untuk menentukan apakah sampel yang tidak
berhubungan memiliki nilai rata-rata yang berbeda. Uji t-test dilakukan dengan cara
membandingkan dua nilai rata-rata dengan standar error dari perbedaan rata-rata dua
sampel Pengujian dimulai dengan mengklasifikasikan perusahaan kedalam perusahaan
yang melakukan menajemen laba dan perusahaan yang tidak melakukan praktik
188 JURNAL DINAMIKA EKONOMI & BISNIS Vol. 4 No. 2 Oktober 2007
manajemen laba. Selanjutnya dilakukan uji t-test, untuk perusahaan yang melakukan
praktik manajemen laba dan yang tidak melakukan praktik manajemen laba dengan
kinerja operasi yang diproksikan dengan ROA. dilakukan uji t-test perusahaan yang
melakukan menajemen laba dan yang tidak melakukan manajemen laba dengan return
saham yang diproksikan dengan CAR (Cumulative Abnormal Return) yang terdiri atas
dua pengamatan 5 hari sebelum pengumuman laporan keuangan dan 5 hari sesudah
pengumuman laporan keuangan.
Keterangan Jumlah
1. Perusahaan manufaktur di BEJ yang listing berturut-turut 141
selama periode 2003-2005.
2. Emiten yang tidak menerbitkan laporan keuangan periode (0)
2003-2005.
3. Perusahaan yang sahamnya tidak aktif diperdagangkan. (82)
frekuensi perdagangan saham selama 3 bulan sebanyak 75
kali dalam periode 2003-2005
4. tidak tersedia data tanggal pengumuman laporan keuangan (10)
5. perusahaan yang tidak memiliki kelengkapan data (1)
jumlah Sampel akhir 31
Sumber: ICMD BEJ
Tabel 3
Deskriptif Penelitian kelompok terindikasi manajemen laba
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
roa terindikasi 71 -1.036000 .299893 .02689360 .152488110
car1 terindikasi
71 -.277089 .375105 -.044476 .122967554
manajemen laba
car2 terindikasi
71 -.274354 .472940 -.003361 .129713329
manajemen laba
Valid N (listwise) 71
190 JURNAL DINAMIKA EKONOMI & BISNIS Vol. 4 No. 2 Oktober 2007
Tabel 4
Deskriptif Penelitian kelompok tidak terindikasi manajemen laba
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
roa tidak terindikasi 22 -.392508 .401465 .04687041 .177428057
car1 tidak terindikasi
22 -.160535 .301402 -.012460 .103703437
manajemen laba
car2 tidak terindikasi
22 -.189765 1.108692 .03961172 .289157016
manajemen laba
Valid N (listwise) 22
Tabel 5
Uji Normalitas
DA ROA CAR1 CAR2
N 93 93 93 93
Kolmogorof-Smimov Z .665 .979 1.351 .792
Asymp. Sig (2-tailed) .768 .293 .052 .558
Sumber : Data sekunder diolah, 2007
Pengujian Hipotesis
1. Pengujian Hipotesis I
Hipotesis pertama akan dilakukan pengujian dengan uji t-Test dimana DA
(discretionary accrual) yang diproksikan sebagai manajemen laba, dilakukan
uji beda dengan ROA yang diproksikan sebagai kinerja operasi perusahaan.
HipotesisI berbunyi ”Terdapat perbedaan antara perusahaan yang melakukan
manajemen laba dengan perusahaan yang tidakmelakukan manajeman laba”.
Hasil pengujian t-Test sampel independen untuk membandingkan ROA dengan
DA disajikan pada tabel 6 sebagai berikut:
Tabel 6
Tabel 8
192 JURNAL DINAMIKA EKONOMI & BISNIS Vol. 4 No. 2 Oktober 2007
Hasil Uji t-Test sampel Independen Cumulative Abnormal Return
Pada Pengamatan Sesudah Pengumuman (CAR2)
Levene’s Test for t-test for Equality of means
Equality of
Variances
F Sig. t df Sig.
Equal variances assumed .916 .341 -1.015 91 .313
Equal variances not assumed -.871 28.613 .391
Sumber : Data sekunder diolah, 2007
Tabel 7 pada perhitungan CAR1 periode pengamatan sebelum
pengumuman. Menunjukan hasil pengujian t-Test sampel independen pada
Levene’s Test nilai F hitung sebesar 0,085 dan signifikansi 0,771. Pada tingkat
signifikansi 0,05 yaitu: 0,771>0,05, di karenakan varian sama maka
menggunakan Equal Variance assumed. Perhitungan t-Test pada Equal
Variance assumed besarnya t hitung adalah 0,754 dengan tingkat probabilitas
0,453. Tingkat signifikansi t hitung sebesar 0,453 >0,05, maka menunjukan
bahwa H0 tidak dapat ditolak dengan kata lain H0 diterima. Dapat disimpulkan
tidak terdapat perbedaan Return saham yang diproksikan CAR1 sebelum
pengumuman. Hipotesis II yang berbunyi “Terdapat perbedaan return saham
antara perusahaan yang melakukan menajemen laba dengan perusahaan yang
tidak melakukan manajemen laba” tidak dapat teruji.
Tabel 8 menunjukan hasil perhitungan CAR2 sesudah pengumuman,
hasil pengujian t sampel independen pada Levene’s Test nilai F hitung untuk
CAR2 sebesar 0, 916 dengan probabilitas 0,341 menunjukan tingkat
signifikansi lebih dari 5 persen. Car2 memiliki variance yang sama maka yang
dipergunakan Equal Variance assumed. Pada Equal Variance assumed nilai t
hitung sebesar negatif 1,015 dengan probabilitas 0,313 yang menunjukan
tingkat signifikansi lebih dari 0,05 atau tidak signifikan. Dari perhitungan
tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa Hipotesis II “ Terdapat perbedaan
Return saham antara perusahaan yang melakukan mamajemen laba dengan
perusahaan yang tidak melakukan manajemen laba” tidak dapat teruji.
Pembahasan
Tujuan dari penelitian ini untuk mencari bukti secara empiris, mengenai analisis
manajeman laba Dimana tindakan perusahaan yang melakukan manajemen laba oleh
perusahaan manufaktur pada periode 2003-2005 di Bursa Efek Jakarta mempengaruhi
kinerja operasi dan Return saham perusahaan. Berdasarkan hasil uji DA yang dilakukan
pada 31 perusahaan yang terdaftar di BEJ menunjuka bahwa terdapat perusahaan yang
melakukan praktik manajemen laba. Diperoleh bahwa periode 2003 terdapat 22
194 JURNAL DINAMIKA EKONOMI & BISNIS Vol. 4 No. 2 Oktober 2007
manajemen laba dengan tidak melakukan manejemen laba. Hasil pengujian ini
didukung dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Saiful (2002). Penelitian yang
telah dilakukan oleh Saiful (2002) tidak dapat menemukan antara hubungan antara
kinerja saham dengan manajemen laba. Hasil yang didapat juga konsisten dengan
pebelitian yang diperoleh oleh Dul Muid dan Nanang (2005) dimana CAR tidak
memiliki perbedaan antara perusahaan perusahaan yang melakukan manajemen laba
dengan perusahaan yang tidak melakukan manajemen laba. Penelitian yang telah
dilakukan oleh Salno dan Baridwan (2000) mendukung hasil penelitian yang telah
didapat bahwa tidak terdapat perbedaan return saham antara perusahaan kelompok
perusahaan perata laba dengan bukan perata laba, dimana perataan laba merupakan
model dari manajemen laba.
Selain itu penelitian yang telah dilakukan oleh Mangara (2001) mengemukakan
bahwa faktor eksternal perusahaan seperti kondisi sosial, ekonomi, dan tingkat suku
bunga diduga lebih berpengaruh terhadap harga saham dibandingkan dengan faktor
internal perusahaan itu sendiri. Perusahaan yang terindikasi manajemen laba secara
deskriptif memiliki rata-rata penurunan harga saham yang berimbas pada penurunan
return saham.
Secara keseluruhan pengamatan CAR dapat disimpulkan tidak ada pengaruh
antara perusahaan yang melakukan manajemen laba dengan yang tidak melakukan
manajemen laba. Hal ini mungkin disebabkan investor dan analisis pasar modal belum
mampu untuk mendeteksi adanya indikasi manajemen laba secara dini. Dari hasil yang
diperoleh tidak adanya perbedaan return saham antara perusahaan yang melakukan
manajemen laba dengan yang tidak melakukan manajemen laba, kemungkinan bahwa
tindakan manajemen laba yang terkandung dalam informasi pengumuman laporan
keuangan tidak memiliki kandungan informasi yang cukup kuat untuk meningkatkan
atau menurunkan harga saham perusahaan. kemungkinan investor tidak mengantisipasi
adanya informasi yang baru mengenai manajemen laba yang terpublikasi kemasyarakat,
sehingga tidak mengubah prefernsi investor untuk berinvestasi. Tidak hanya faktor
internal saja yang dapat mempengaruhi harga saham suatu perusahaan tetapi banyak
faktor lain yang dapat mempengaruhinya, seperti kebijakan Pemerintah dan issue yang
berkembang. Hal ini yang memungkinkan tidak adanya perbedaan return saham antara
perusahaan yang melakukan manajemen laba dengan perusahaan yang tidak melakukan
manajemen laba.
Simpulan
Secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa berdasarkan uji t-test yang telah
dilakukan, kinerja operasi (ROA) antara perusahaan yang melakukan manajemen laba
dan perusahaan yang tidak melakukan manajemen laba tidak memiliki pengaruh yang
signifikan, dengan taraf signifikansi 0,766 >0,05.
Berdasarkan uji t-test return saham (CAR) yang telah dilakukan, bahwa didapat
Daftar Pustaka
Ary, Tatang Gumati, 2001, “Earning Managemet dalam Penawaran Saham Perdana di
Bursa Efek Jakarta”, Jurnal Riset Akuntansi, Vol.4. No.2. Mei 2001:165-183.
Asih, Prihat dan Gundono M, 2000, “Tindakan Pemerataan Laba dengan Reaksi Pasar
atas Pengumuman, Informasi Laba Peruasahaan yang Terdaftar di Bursa Efek
Jakarta”, Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, Vol.3.No.1. Januari 2000:35-53.
Asyik, Nur Fajriah, 2000, “Pengaruh Asimetri Informasi terhadap Manajemen Laba”.
Ekuitas, Vol.4.No.1. Maret 2001.
Bani, Fajar, D, 2004, Analisis Pengaruh Reputasi Auditor Leverage dan Prosentase
Saham yang ditawarkan kepada Publik terhadap Manajemen Laba, Skipsi
Program Strata 1. Universitas Diponegoro. Tidak dipublikasikan.
Belkoui, AR, 1993, Accounting Theory 3 Edition, Orlando:Harcore Brale Javanovich.
Cahan, SF, 1992, The Effect of Antitrust Investigation on Discretionary Accrual A
Refined Test of Political Cost Hipotesis Review, 67 (1): 77-95.
Defond, Marck L. And James Jimbalvo,1994, “Debt Covanent Violation and
Manipulation of Accruals”. Jurnal of Accounting and Economic. 1994:145-
176.
Dulmuid, Nanang Catur P, 2005, “Pengaruh Manajemen Laba terhadap Reaksi Pasar
dan Risiko Investasi pada perusahaan Publik di Bursa Efek Jakarta”. Jurnal
Akuntansi dan Auditing, Vol.1 No.2. Mei. 2005:139-161.
Ezra, Ingka, NS, 2005, Besaran Manajemen Laba Perusahaan Manufaktur yang Listing
di BEJ: Analisis Sebelum dan Sesudah Pengangkatan Komisaris Independen
dan Komite Audit Tahun 2002. 2005. Skipsi Program Strata 1. Universitas
Diponegoro.Tidak dipublikasikan.
Fahmi, Mohammad, 2005, Analisis Pengaruh Accrual dan Komponen Accrual terhadap
Return. Skipsi Porgram Strata 1. Universitas Diponegoro. Tidak
dipublikasikan.
Fanani, Zanal, 2006, ” Manajemen Laba: Bukti dari Satu Kesempatan Investasi, Utang,
Kos Politis, dan Konsentrasi Pasar pada Pasar yang Sedang Berkembang”.
Simposium Nasional Akuntansi Padang 9.
Fisher, Marllyn and Kenneth Rozenweigh, 1995, “Attitudes of Studen and Accuonting
196 JURNAL DINAMIKA EKONOMI & BISNIS Vol. 4 No. 2 Oktober 2007
Pratitionans Concerning the Ethnic Aceptibilitiy of Earning Management”.
Journal of Business Ethics.1995:435-444.
Ghozali, Imam, 2005, Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Semarang:
Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Hevly, PM, MC, 1985, “The Effecct of Bonus Schanes and Accounting Decision”.
Journal of Accounting and Economic. 1985: 85-97.
Heavy, PM and JM Wahlen, 1999, “A review of the Earning Management Literatur
Implication for Standart Setting”.Accounting Horizon. 1999:365-383.
Indiarto, Nur dan Supomo,1999, Metodlogi Penelitian Bisnis. Yogyakarta: BPFE.
Jensen, MC and Mecling, 1976, “Teory of The Firm Managerial Behavior Agency
Cost, and Ownership Structur”. Journal of Financing Economic. Vol.3. P.
305-360.
Jogianto, 2000, Teory Portofolio dan Analisis Investasi. Yogyakarta: BPFE.
Kawedar, Warsito, 2005, “Sikap Etis Akuntan dan Penggunaan Jasa Akuntan terhadap
Praktek Manajemen Laba”. Jurnal Akuntansi dan Auditing. Vol.1. No.2.
Mei. 2005:198-214.
Kiswara, Endang, 1999, “Indikasi Keberadaan Unsur Manajemen Laba (Earnings
Management): dalam Laporan Perusahaan Keuangan Publik”. Thesis S2
Program Pasca Sarjana. Universitas Gajah Mada.
Komalasari, Puput Tri, 1999, “Modal Perencanaan Sistem Informasi Suatu Perpektif
Teory Agency”. Jurnal Akuntansi dan Auditing Indonesia. Vol.3. No.2.
Desember.1999:161-173.
Mayangsari, Sekar dan Wilopo, 2002, “Konservatisme Akuntansi, Value Relevance dan
Dictionary Accrula Implikasi Empiris Model Feitham-Ohloson (1996)”.
Jurnal Riset Akuntansi Indonesia.Vol.5. No.3. September.2002:291-310.
Ridwan, Akhmad, 2001, ”Studi Praktek Earning Management pada Perusahaan yang
Melakukan IPO”. Ekuitas.Vol.5.No.3. September. 2001:313-338.
Saiful, 2002, ”Hubungan Manajemen Laba (Earning Management) dengan Kinerja
Operasi dan Return Saham di Sekitar IPO”. Simposium Nasional Akuntansi
5.Hal 149-160.
Setiawati, Lilis, dan Naim, Ainun, 2000, “Manajemen Laba”.Jurnal Ekonomi dan
Bisnis Indonesia. Vol.15. No.4. Hal:424-441.
Sunariyah, 2004, Pengetahuan Pasar Modal. Yogyakarta: UPP AMP YKPN.
198 JURNAL DINAMIKA EKONOMI & BISNIS Vol. 4 No. 2 Oktober 2007