100% found this document useful (1 vote)
321 views13 pages

Bauxite Mining Plan at PT Kalbar Bumi Perkasa

This document summarizes the technical design for bauxite mining in Hill X by PT Kalbar Bumi Perkasa in West Kalimantan Province, Indonesia. It discusses: 1) The location of the mining concession area in Tayan Hilir district. 2) Exploration activities conducted through test wells to determine resource amounts. 3) The stages of bauxite ore exploration, including indirect literature studies and direct observation, mapping, and detailed exploration. 4) Factors influencing bauxite formation like climate, geology, and vegetation.

Uploaded by

Rahmat Spentibel
Copyright
© © All Rights Reserved
We take content rights seriously. If you suspect this is your content, claim it here.
Available Formats
Download as PDF, TXT or read online on Scribd
100% found this document useful (1 vote)
321 views13 pages

Bauxite Mining Plan at PT Kalbar Bumi Perkasa

This document summarizes the technical design for bauxite mining in Hill X by PT Kalbar Bumi Perkasa in West Kalimantan Province, Indonesia. It discusses: 1) The location of the mining concession area in Tayan Hilir district. 2) Exploration activities conducted through test wells to determine resource amounts. 3) The stages of bauxite ore exploration, including indirect literature studies and direct observation, mapping, and detailed exploration. 4) Factors influencing bauxite formation like climate, geology, and vegetation.

Uploaded by

Rahmat Spentibel
Copyright
© © All Rights Reserved
We take content rights seriously. If you suspect this is your content, claim it here.
Available Formats
Download as PDF, TXT or read online on Scribd
You are on page 1/ 13

Rancangan Teknis Penambangan Bijih Bauksit di Bukit X pada PT

Kalbar Bumi Perkasa Kecamatan Tayan Hilir Kabupaten Sanggau


Provinsi Kalimantan Barat

JURNAL

FITRATUL RAHMI (16137021)

AFRIZAL WILDAN (16137039)

PROGRAM STUDI S1 TEKNIK PERTAMBANGAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2019
Rancangan Teknis Penambangan Bijih Bauksit di Bukit X pada PT
Kalbar Bumi Perkasa Kecamatan Tayan Hilir Kabupaten Sanggau
Provinsi Kalimantan Barat
1Fitratul Rahmi 1, 1Afrizal Wildan 2,

1Jurusanteknik Pertambangan, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Padang,Jalan Prof


Hamka , Padang 25131, Indonesia

Abstract. Bauxite is the main ore of alumina derived from leaching of alumina-rich rocks, low iron
and silicate content, and other clay minerals. PT. Kalbar Bumi Perkasa is one of the bauxite mining
companies that has a mining concession area in the Tayan Hilir area, Sanggau Regency, West
Kalimantan Province. The company has carried out exploration activities by using the Test Well and
will immediately carry out mining activities in the area of hill X with 30 test points. Based on the
results of the value of the Test Well that can be used as a result of the calculation of resources located in
the area of Front X. Calculation of resources for bauxite ore material has several stages that must be
carried out before obtaining the results of resource estimation such as direct and indirect exploration
activities. In indirect exploration activities can refer to previous literature studies, maps of bauxite ore
distribution, geological maps, environmental conditions around the pit X area. Direct exploration of the
search for bauxite ore found in Bukit X was carried out in several stages such as direct observation on
the location of Bukit X, mapping (geology, geophysics and geochemistry) and further detailed
exploration. PT. Kalbar Bumi Perkasa testing to find reserves is done by using the Test Well which is
carried out with 200 m, 150 m, 100 m, 50 m and 25 m spaces. This research was conducted to be able to
see the stages of bauxite ore exploration activities that were carried out and determine the form of
sediment ore and calculate the amount of resources owned by Bukit X.

1. Pendahuluan
Bahan galian merupakan salah satu sumberdaya alam non hayati yang keterjadiannya disebabkan oleh
proses-proses geologi. Berdasarkan keterjadian dan sifatnya bahan galian dapat dibagi menjadi 3 (tiga)
kelompok; mineral logam, mineral industri serta batubara dan gambut. Karakteristik ketiga bahan galian
tersebut berbeda, sehingga metode eksplorasi yang dilakukan juga berbeda. oleh karena itu diperlukan
berbagai macam metode untuk mengetahui keterdapatan, sebaran, kuantitas dan kualitasnya.
Eksplorasi merupakan kegiatan yang dilakukan setelah prospeksi atau setelah endapan suatu bahan galian
ditemukan yang bertujuan untuk mendapatkan kepastian tentang endapan bahan galian yang meliputi
bentuk, ukuran, letak kedudukan, kualitas (kadar) endapan bahan galian serta karakteristik fisik dari
endapan bahan galian tersebut.
Selain untuk mendapatkan data penyebaran dan ketebalan bahan galian, dalam kegiatan ini juga dilakukan
pengambilan contoh bahan galian dan tanah penutup. Tahap ekplorasi ini juga sangat berperan pada tahap
penentuan jumlah sumberdaya yang terdapat diarea yang akan dilakukan penambangan. Tahap eksplorasi
meruakan penentu suatu area tambang tersebut dapat dikatakan layak untuk ditambang. Kegiatan eksplorasi
bahan galian umumnya melalui beberapa tahap eksplorasi, dimulai dari survey tinjau, prospeksi, eksplorasi
umum sampai eksplorasi rinci. Setiap tahap eksplorasi yang dilakukan tidak hanya melibatkan ahli geologi tetapi
juga ahli – ahli geofisika, geokimia, geodesi, teknik pemboran, geostatistik dan sebagainya.
Dari hasil kegiatan eksplorasi, perlu dilakukannya pemodelan geologi, dan estimasi sumberdaya untuk
menggambarkan keberadaan endapan baik secara bentuk, ukuran, sebaran, kualitas dan kuantitas agar
nantinya memberikan tingkat kepercayaan yang tinggi dan dapat memberikan hasil yang optimal sebelum
dilakukannya kegiatan penambangan. Faktor lainnya yang perlu dikaji sebelum melakukan kegiatan
penambangan yaitu perancangan tambang yang merupakan bagian dari perencanaan tambang yang
berkaitan dengan aspek-aspek geometri penambangan.
1.1. Lokasi Penelitian
Provinsi Kalimantan Barat merupakan daerah yang memiliki sumberdaya bauksit terbesar di Indonesia mencapai
3.268.533.344 ton, dan cadangan sebesar 1.129.154.090 ton. PT. Kalbar Bumi Perkasa merupakan salah satu
perusahaan tambang yang memiliki area konsesi penambangan di daerah Tayan Hilir, Kabupaten
Sanggau, Provinsi Kalimantan Barat. Perusahaan tersebut telah melakukan kegiatan eksplorasi dengan
menggunakan sumur uji dan akan segera melakukan kegiatan penambangan pada wilayah bukit X

(Sumber:PT.Kalbar Bumi Perkasa)

Gambar 1. Lokasi IUP Perusahaan)


2. Studi Pustaka
2.1 Kondisi Lingkungan(Sumber: “Removal ofcadmium, zinc, copper and lead by red mud, aniron oxides
containing hydrometallurgical)
Bijih bauksit terjadi di daerah tropis dan subtropis yang memungkinkan pelapukan yang sangat kuat.
Bauksit terbentuk dari batuan yang mempunyai kadar alumunium nisbi tinggi, kadar Fe rendah dan
tidak atau sedikit mengandung kuarsa (SiO¬2) bebas atau tidak mengandung sama sekali. Bentuknya
menyerupai cellular atau tanah liat dan kadang-kadang berstruktur Pisolitic. Secara makroskopis bauksit
berbentuk amorf. Kekerasan bauksit berkisar antara 1 – 3 skala Mohs dan berat jenis berkisar antara 2,5 –
2,6. Kondisi – kondisi utama yang memungkinkan terjadinya endapan bauksit secara optimum adalah;
  Adanya batuan yang mudah larut dan menghasilkan batuan sisa yang kaya alumunium
 Adanya vegetasi dan bakteri yang. mempercepat proses pelapukan
 Porositas batuan yang tinggi, sehingga sirkulasi air berjalan dengan mudah
 Adanya pergantian musim (cuaca) hujan dan kemarau (kering)
  Adanya bahan yang tepat untuk pelarutan
 Relief (bentuk permukaan) yang relatif rata, yang mana memungkinkan terjadinya pergerakan air
 dengan tingkat erosi minimum
 Waktu yang cukup untuk terjadinya proses pelapukan

Bauksit terbentuk dari batuan yang mengandung unsur Al. Batuan tersebut antara lain Nepheline, Syenit,
Granit, Andesit, Dolerite, Gabro, Basalt, Hornfels, Schist, Slate, Kaolinitic, Shale, Limestone dan Phonolite.
Apabila batuan-batuan tersebut mengalami pelapukan, mineral yang mudah larut akan terlarutkan,
seperti mineral – mineral alkali, sedangkan mineral – mineral yang tahan akan pelapukan akan
terakumulasikan.
Di daerah tropis, pada kondisi tertentu batuan yang terbentuk dari mineral silikat dan lempung akan
terpecah-pecah dan silikanya terpisahkan sedangkan oksida alumunium dan oksida besi terkonsentrasi
sebagai residu. Proses ini berlangsung terus dalam waktu yang cukup dan produk pelapukan terhindar
dari erosi, akan menghasilkan endapan lateritik.

 Adanya batuan yang mudah larut dan menghasilkan batuan sisa yang kaya alumunium
 Adanya vegetasi dan bakteri yang mempercepat proses pelapukan
 Porositas batuan yang tinggi, sehingga sirkulasi air berjalan dengan mudah
 Adanya pergantian musim (cuaca) hujan dan kemarau (kering)
  Adanya bahan yang tepat untuk pelarutan
 Relief (bentuk permukaan) yang relatif rata, yang mana memungkinkan terjadinya pergerakan air
 dengan tingkat erosi minimum
 Waktu yang cukup untuk terjadinya proses pelapukan
(Sumber: Journal of Hazardous Materials 157, 579-586)
[1] Gambar 2. Endapan Bauksit
Penyebaran bauksit laterit didunia dapat dilihat dari beberapa negara seperti India, Australia, Guanea,
Brazil, Indonesia, Malaysia dan lain-lannya.

(Sumber: Implementation and Education of Mathematics and Sciences, Yogyakarta State University, 17-19 May
2015.)
[3] Gambar 3. Penyebaran Bauksit di Dunia
2.3. Tahapan Eksplorasi
2.3.1. Studi Pendahuluan dan Rancangan Eksplorasi
Studi Pendahuluan merupakan: mengiventarisasi dan melakukan studi literatur data berupa; Lokasi dan
Kesampaian Daerah, Kondisi Topografi dan Morfologi, Kondisi Geologi Regional dari keterdapatan
endapan khromit, studi citra lendsat, interpretasi foto udara, synthesa-synthesa geologi dan laporan
terdahulu tentang keberadaan endapan khromit.
Rancangan eksplorasi: yaitu berupa pengajuan Eksplorasi Model sebagai hipotesa kerja lanjutan,
penentuan petunjuk-petunjuk geologi yang akan digunakan, penentuan strategi dan pentahapan dan
pemilihan metoda eksplorasi.
2.3.2. Tahapan Tinjau/Strategis
Penilaian daerah berdasarkan pustaka dan data yang ada, bisa berdasarkan peta- peta (landset satelit, foto
udara, topografi dan morfologi, dll) atau berdasarkan data-data yang ada dari propinsi, kabupaten,
kecamatan atau lokasi dimana ekplorasi itu akan dilaksanakan.
Prospeksi Umum, (sekala 1: 50.000 – 1 : 25.000); survey darat menindak-lanjuti daerah prospek secara
bersistem dengan metoda geologi (prospeksi batuan atau/dan prospeksi sungai seperti stream sediment
sampling, float mapping, rock sampling, dan pemboran dangkal setempat) dan/atau bersamaan dengan
metoda geokimia (stream sediment sampling, soil sampling) dan/atau metoda geofisika umum, (seperti
survey magnetic dan survey gravitasi) yang dipilih sesuai dengan petunjuk geologi yang digunakan.
2.3.3. Tahapan Detail
Prospeksi Detail/ Eksplorasi Pendahuluan, pemetaan sekala 1: 5.000 – 1: 1.000, detail diukur dengan alat
metoda paritan dan sumur-uji, survey geofisika rinci dengan kisi, survey geokimia rinci (soil sampling)
dengan Kisi (grid), beberapa pemboran pengambilan contoh.
Eksplorasi Detail, pemetaan 1: 500, program pemboran yang terperinci dan sistematik/atau pembuatan
terowongan eksplorasi. Penentuan cadangan pendahuluan. Pengambilan contoh sistematis.
2.3.4. Prospek Evaluation
Prospek evaluasi dilakukan untuk mengevaluasi data yang telah diolah dan diinterpretasikan dari data
lapangan, hal – hal yang mempengaruhi prospek evaluasi diantaranya; teknik pengambilan conto, jumlah
conto, jarak pengambilan conto, besar cadangan dan bentuk sebaran dari cebakan mineral itu sendiri.
Dalam melakukan eksplorasi, perlu mengetahui cara terjadinya endapan bahan galian tersebut. Dengan
mengetahui cara terjadinya, maka cara penyelidikan tertentu dapat segera dilakukan.

3. Metoda Eksplorasi
Setelah diketahui terdapatnya bahan galian di suatu daerah dalam kegiatan prospeksi, yang mempunyai
prospek untuk dilakukan kegiatan selanjutnya, maka dilakukanlah eksplorasi dengan metode atau cara
antara lain sebagai berikut:
3.1. Metoda langsung, terdiri dari :
 Metoda langsung di permukaan
 Metoda langsung di bawah permukaan
3.2.
 Metoda tidak langsung, terdiri dari :
 Metoda tidak langsung cara geokimia yang mencakup antara lain mengenai bed rock, soil, air,
 vegetasi dan stream deposit.
 Metoda tidak langsung cara geofisika yang mencakup beberapa cara yaitu cara magnetik (sudah
jarang digunakan),
3.1. Metoda Langsung
a. Penyelidikan singkapan (out crop) Singkapan segar umumnya dijumpai pada :
1) Lembah-lembah sungai, hal ini dapat terjadi karena pada lembah sungai terjadi pengikisan oleh air
sungai sehingga lapisan yang menutupi tubuh batuan tertransportasi yang menyebabkan tubuh batuan
nampak sebagai singkapan segar
2) Bentuk-bentuk menonjol pada permukaan bumi, hal ini terjadi secara alami umumnya disebabkan oleh
pengaruh gaya yang berasal dari dalam bumi (gaya endogen) misalnya adanya letusan gunung berapi
yang memuntahkan material ke permukaan bumi serta adanya gempa bumi akibat gesekan antara
kerak bumi yang mengakibatkan terjadinya patahan atau timbulnya singkapan ke permukaan bumi
yang dapat dijadikan petunjuk letak tubuh batuan.
b. Penjejakan (Trenching Float)
Float adalah fragmen-fragmen atau potongan-potongan biji yang berasal dari penghancuran singkapan
yang umumnya disebabkan oleh erosi, kemudian tertransportasi yang biasanya dilakukan oleh air, dan
dalam melakukan tracing kita harus berjalan berlawanan arah dengan arah aliran sungai sampai float dari
bijih yang kita cari tidak ditemukan lagi, kemudian kita mulai melakukan pengecekan pada daerah antara
float yang terakhir dengan float yang sebelumnya dengan cara membuat parit yang arahnya tegak lurus
dengan arah aliran sungai, tetapi jika pada pembuatan parit ini dirasa kurang dapat memberikan data
yang diinginkan maka kita dapat membuat sumur uji sepanjang parit untuk mendata tubuh batuan yang
terletak jauh di bawah overburden.
Pembuatan parit memiliki keterbatasan yaitu hanya bisa dilakukan pada overburden yang tipis, karena
pada pembuatan parit kedalaman yang efektif dan ekonomis yang dapat dibuat hanya sedalam 2 – 2,5
meter, selebih dari itu pembuatan parit dinilai tidak efektif dan ekonomis. Pembuatan parit ini dilakukan
dengan arah tegak lurus ore body dan jika pembuatan parit ini dilakukan di tepi sungai maka pembuatan
parit harus tegak lurus dengan arah arus sungai. Paritan dibangun dengan tujuan untuk mengetahui tebal
lapisan permukaan, kemiringan perlapisan, struktur tanah dan lain-lain.
(Sumber:Dokumentasi lapangan PT.Kalbar Bumi Perkasa)
Gambar 4. Trencing Float

(Sumber: Implementation and Education of Mathematics and Sciences, Yogyakarta State University, 17-19 May
2015.)
[3] Gambar 5. Diagram Tracing Float
Jika dengan trenching tidak dapat memberikan data yang akurat maka sebaiknya dilakukan test pitting
untuk menyelidiki tubuh batuan yang letaknya relatif dalam. Kita harus ingat bahwa pada test pitting kita
harus memilih daerah yang terbebas dari bongkahan-bongkahan maka hal ini akan menyulitkan kita pada
waktu pembuatan sumur uji dan juga daerah yang hendak kita buat sumur uji harus bebas dari air, karena
dengan adanya air dapat menyulitkan kita pada waktu melakukan penyelidikan struktur batuan yang
terdapat pada sumur uji yang kita buat. Pada pembuatan sumur uji ini kita juga harus mempertimbangkan
faktor keamanan, kita harus dapat membuat sumur dengan penyangga sesedikit mungkin tetapi tidak
mudah runtuh. Hal ini juga akan mempengaruhi kenyamanan pada waktu melakukan penelitian.
Kedalaman sumur uji yang kita buat bisa mencapai kedalaman sampai 30 meter.

(Sumber:Gambar lapangan PT.Kalbar bumi perkasa)


Gambar 6. Test Pit
3.2 Metoda tidak langsung
3.2.1. Metoda tidak langsung cara geofisika
Metoda tidak langsung cara geofisika yang dapat dilakukan eksplorasi bauksit diantaranya : Metoda tidak
langsung cara geokimia. Metoda ini merupakan metoda tidak langsung yang sangat awal harus dilakukan
dalam Eksplorasi Prospekting, dimana pengamatan cara ini dapat dilakukan pengukuran sistematika terhadap
satu atau lebih unsur jejak (trace elements) pada batuan, tanah, stream, air atau gas. Tujuannya untuk mencari
anomali geokimia berupa konsentrasi unsur-unsur atau kadar dari endapam bauksit yang kontras terhadap
lingkungannya atau background geokimia. Anomali dihasilkan dari mobilitas dan dispresi unsur-unsur yang
terkonsentrasi pada zona mineralisasi bauksit. Anomali merupakan perbedaan-perbedaan yang mencolok antara
satu titik atau batuan dengan titik lainnya. Pada dasarnya eksplorasi jenis ini lebih cenderung untuk
menentukan perbedaan mendasar (anomali) unsur-unsur yang terdapat pada tanah atau sampel yang kita cari.
Proses untuk membedakan unsur ini dilakukan dengan beberapa reaksi kimia.
3.2.2. Metoda Gravitasi
Metoda ini berdasarkan hukum gaya tarik antara dua benda di alam. Bumi sebagai salah satu benda di
alam juga menarik benda-benda lain di sekitarnya. Kalau sebuah bandul digantung dengan sebuah pegas,
maka pegas tersebut akan merengganng akibat bandulnya mengalami gravitasi, di tempat yang
gravitasinya rendah maka regangan tadi kecil dan di tempat yang gravitasinya besar maka regangan tadi
juga lebih besar. Dengan demikian dapat diperkirakan bentuk struktur bawah tanah dari melihat besarnya
nilai gravitasi dari bermacam-macam lokasi dari suatu daerah penyelidikan. Di lapangan besarnya
gravitasi ini diukur dengan alat yang disebut gravimeter, yaitu suatu alat yang sangat sensitif dan presisi.
Gravimeter bekerja atas dasar “torsion balance”, maupun bantuk atau pendulum, dan dapat mengukur
perbedaan yang kecil dalam gravitasi bumi di berbagai lokasi pada suatu daerah penyelidikan. Gaya
gravitasi bumi dipengaruhi oleh besarnya ukuran batuan, distribusi atau penyebaran batuan, dan
kerapatan (density) dari batuan. Jadi kalau ada anomali gravitasi pada suatu tempat, mungkin di situ
terdapat struktur tertentu, seperti lipatan, tubuh intrusi dangkal, dan sebagainya. Juga jalur suatu patahan
besar, meskipun tertutup oleh endapan aluvial, sering dapat diketahui karena adanya anomali gravitasi.

3.4 Data Hasil Eksplorasi Bauksit


Tabel 1. Data Ekplorasi Bauksit Sebanyak 30 Titik Uji
BLOK KODE
ZONA X Y Z FROM TO TEBAL
BUKIT TP
DIV/G9 33/25 A 323,797.28 58,998.72 104.06 0.30 3.60 3.30
DIV/G9 33/25 B 323,797.28 58,998.72 104.06 2.30 3.60 1.30
DIV/G9 33/25 Waste 323,797.28 58,998.72 104.06 3.60 4.20 0.60
DIV/G10 37/17 OB 323,900.19 58,799.99 127.02 0.00 1.30 1.30
DIV/G10 37/17 A 323,900.19 58,799.99 127.02 1.30 3.30 2.00
DIV/G10 37/17 B 323,900.19 58,799.99 127.02 3.30 5.30 2.00
DIV/G10 37/17 C 323,900.19 58,799.99 127.02 5.30 7.30 2.00
DIV/G10 37/17 D 323,900.19 58,799.99 127.02 7.30 9.30 2.00
DIV/G10 37/17 Waste 323,900.19 58,799.99 127.02 9.30 10.00 0.70
DIV/G11 39/17 OB 323,950.10 58,800.16 122.68 0.00 1.50 1.50
DIV/G11 39/17 A 323,950.10 58,800.16 122.68 1.50 3.50 2.00
DIV/G11 39/17 B 323,950.10 58,800.16 122.68 3.50 5.50 2.00
DIV/G11 39/17 C 323,950.10 58,800.16 122.68 5.50 7.50 2.00
DIV/G11 39/17 Waste 323,950.10 58,800.16 122.68 7.50 7.60 0.10
DIV/G12 33/23 OB 323,807.73 58,949.70 120.78 0.00 1.00 1.00
DIV/G12 33/23 A 323,807.73 58,949.70 120.78 1.00 3.00 2.00
DIV/G12 33/23 B 323,807.73 58,949.70 120.78 3.00 5.00 2.00
DIV/G12 33/23 Waste 323,807.73 58,949.70 120.78 5.00 6.70 1.70
DIV/G13 35/17 OB 323,850.22 58,799.27 122.02 0.00 2.30 2.30
DIV/G13 35/17 A 323,850.22 58,799.27 122.02 2.30 4.30 2.00
DIV/G13 35/17 B 323,850.22 58,799.27 122.02 4.30 4.80 0.50
DIV/G13 35/17 Waste 323,850.22 58,799.27 122.02 4.80 5.50 0.70
DIV/G14 33/27 OB 323,799.82 59,049.88 83.12 0.00 0.10 0.10
DIV/G14 33/27 A 323,799.82 59,049.88 83.12 0.10 2.10 2.00
DIV/G14 33/27 B 323,799.82 59,049.88 83.12 2.10 3.30 1.20
DIV/G14 33/27 Waste 323,799.82 59,049.88 83.12 3.30 3.60 0.30
DIV/G15 37/23 OB 323,901.29 58,956.00 89.55 0.00 0.70 0.70
DIV/G15 37/23 A 323,901.29 58,956.00 89.55 0.70 2.70 2.00
DIV/G15 37/23 B 323,901.29 58,956.00 89.55 2.70 4.70 2.00
DIV/G15 37/23 C 323,901.29 58,956.00 89.55 4.70 6.50 1.80
DIV/G15 37/23 Waste 323,901.29 58,956.00 89.55 6.50 7.00 0.50
DIV/G16 33/21 OB 323,796.93 58,895.53 141.85 0.00 1.20 1.20
DIV/G16 33/21 A 323,796.93 58,895.53 141.85 1.20 3.20 2.00
DIV/G16 33/21 B 323,796.93 58,895.53 141.85 3.20 4.50 1.30
DIV/G16 33/21 Waste 323,796.93 58,895.53 141.85 4.50 5.00 0.50
DIV/G17 31/25 OB 323,749.92 59,000.18 99.26 0.00 0.00 0.00
DIV/G17 31/25 A 323,749.92 59,000.18 99.26 0.00 2.00 2.00
DIV/G17 31/25 B 323,749.92 59,000.18 99.26 2.00 4.00 2.00
DIV/G17 31/25 C 323,749.92 59,000.18 99.26 4.00 4.80 0.80
DIV/G17 31/25 Waste 323,749.92 59,000.18 99.26 4.80 5.00 0.20
DIV/G18 29/27 OB 323,699.92 59,049.86 82.91 0.00 1.20 1.20
DIV/G18 29/27 A 323,699.92 59,049.86 82.91 1.20 3.20 2.00
DIV/G18 29/27 B 323,699.92 59,049.86 82.91 3.20 5.00 1.80
DIV/G18 29/27 Waste 323,699.92 59,049.86 82.91 5.00 5.20 0.20
DIV/H9 1/25 OB 323,999.96 58,999.97 93.64 0.00 1.90 1.90
DIV/H9 1/25 A 323,999.96 58,999.97 93.64 1.90 3.90 2.00
DIV/H9 1/25 B 323,999.96 58,999.97 93.64 3.90 5.90 2.00
DIV/H9 1/25 C 323,999.96 58,999.97 93.64 5.90 6.50 0.60
DIV/H9 1/25 Waste 323,999.96 58,999.97 93.64 6.50 7.80 1.30
DIV/H10 1/17 OB 324,000.15 58,800.02 118.11 0.00 2.10 2.10
DIV/H10 1/17 A 324,000.15 58,800.02 118.11 2.10 4.10 2.00
DIV/H10 1/17 Waste 324,000.15 58,800.02 118.11 4.10 6.60 2.50
DIV/H11 1/27 OB 323,999.96 59,049.89 85.46 0.00 2.20 2.20
DIV/H11 1/27 A 323,999.96 59,049.89 85.46 2.20 4.20 2.00
DIV/H11 1/27 Waste 323,999.96 59,049.89 85.46 4.20 5.20 1.00
DIV/H12 3/25 OB 324,050.02 58,999.93 96.00 0.00 1.70 1.70
DIV/H12 3/25 A 324,050.02 58,999.93 96.00 1.70 3.70 2.00
DIV/H12 3/25 B 324,050.02 58,999.93 96.00 3.70 5.70 2.00
DIV/H12 3/25 C 324,050.02 58,999.93 96.00 5.70 7.50 1.80
DIV/H13 5/27 OB 324,100.29 59,050.02 99.10 0.00 5.90 5.90
DIV/H13 5/27 A 324,100.29 59,050.02 99.10 5.90 7.40 1.50
DIV/H13 5/27 Waste 324,100.29 59,050.02 99.10 7.40 8.00 0.60
DIV/H14 3/27 OB 324,049.96 59,049.98 95.44 0.00 4.20 4.20
DIV/H14 3/27 A 324,049.96 59,049.98 95.44 4.20 6.20 2.00
DIV/H14 3/27 B 324,049.96 59,049.98 95.44 6.20 6.80 0.60
DIV/H14 3/27 Waste 324,049.96 59,049.98 95.44 6.80 7.50 0.70
DIV/H15 3/29 OB 324,049.99 59,099.93 84.50 0.00 3.00 3.00
DIV/H15 3/29 A 324,049.99 59,099.93 84.50 3.00 5.00 2.00
DIV/H15 3/29 B 324,049.99 59,099.93 84.50 5.00 7.00 2.00
DIV/H15 3/29 C 324,049.99 59,099.93 84.50 7.00 9.00 2.00
DIV/H15 3/29 D 324,049.99 59,099.93 84.50 9.00 9.80 0.80
DIV/H15 3/29 Waste 324,049.99 59,099.93 84.50 9.80 10.00 0.20
DIV/H16 5/15 OB 324,099.82 58,749.74 102.52 0.00 1.90 1.90
DIV/H16 5/15 A 324,099.82 58,749.74 102.52 1.90 3.90 2.00
DIV/H16 5/15 B 324,099.82 58,749.74 102.52 3.90 5.90 2.00
DIV/H16 5/15 C 324,099.82 58,749.74 102.52 5.90 7.90 2.00
DIV/H16 5/15 D 324,099.82 58,749.74 102.52 7.90 8.50 0.60
DIV/H16 5/15 Waste 324,099.82 58,749.74 102.52 8.50 8.80 0.30
DIV/H17 9/17 OB 324,199.86 58,799.77 100.57 0.00 1.70 1.70
DIV/H17 9/17 A 324,199.86 58,799.77 100.57 1.70 3.70 2.00
DIV/H17 9/17 B 324,199.86 58,799.77 100.57 3.70 5.70 2.00
DIV/H17 9/17 C 324,199.86 58,799.77 100.57 5.70 7.70 2.00
DIV/H17 9/17 D 324,199.86 58,799.77 100.57 7.70 10.00 2.30
DIV/H18 7/25 OB 324,147.17 58,998.34 94.00 0.00 3.70 3.70
DIV/H18 7/25 A 324,147.17 58,998.34 94.00 3.70 5.70 2.00
DIV/H18 7/25 B 324,147.17 58,998.34 94.00 5.70 7.50 1.80
DIV/H18 7/25 Waste 324,147.17 58,998.34 94.00 7.50 7.80 0.30
DIV/H19 9/25 OB 324,199.65 58,999.94 94.43 0.00 3.20 3.20
DIV/H19 9/25 A 324,199.65 58,999.94 94.43 3.20 5.20 2.00
DIV/H19 9/25 B 324,199.65 58,999.94 94.43 5.20 7.30 2.10
DIV/H19 9/25 Waste 324,199.65 58,999.94 94.43 7.30 7.50 0.20
DIV/H20 7/17 OB 324,149.87 58,799.78 110.14 0.00 2.50 2.50
DIV/H20 7/17 A 324,149.87 58,799.78 110.14 2.50 4.50 2.00
DIV/H20 7/17 B 324,149.87 58,799.78 110.14 4.50 6.50 2.00
DIV/H20 7/17 C 324,149.87 58,799.78 110.14 6.50 8.50 2.00
DIV/H20 7/17 D 324,149.87 58,799.78 110.14 8.50 10.00 1.50
DIV/H21 5/17 OB 324,099.85 58,799.78 106.43 0.00 2.30 2.30
DIV/H21 5/17 A 324,099.85 59,799.78 106.43 2.30 4.30 2.00
DIV/H21 5/17 B 324,099.85 59,799.78 106.43 4.30 6.30 2.00
DIV/H21 5/17 C 324,099.85 59,799.78 106.43 6.30 8.30 2.00
DIV/H21 5/17 D 324,099.85 59,799.78 106.43 8.30 10.00 1.70
DIV/H22 9/27 OB 324,199.73 59,049.99 96.84 0.00 4.60 4.60
DIV/H22 9/27 A 324,199.73 59,049.99 96.84 4.60 6.00 1.40
DIV/H22 9/27 Waste 324,199.73 59,049.99 96.84 6.00 6.50 0.50
DIV/H23 11/25 OB 324,249.91 59,000.56 97.75 0.00 5.00 5.00
DIV/H23 11/25 A 324,249.91 59,000.56 97.75 5.00 6.60 1.60
DIV/H23 11/25 Waste 324,249.91 59,000.56 97.75 6.60 6.80 0.20
DIV/H24 7/15 OB 324,148.27 58,751.02 95.59 0.00 3.10 3.10
DIV/H24 7/15 A 324,148.27 58,751.02 95.59 3.10 5.10 2.00
DIV/H24 7/15 B 324,148.27 58,751.02 95.59 5.10 7.10 2.00
DIV/H24 7/15 C 324,148.27 58,751.02 95.59 7.10 9.10 2.00
DIV/H24 7/15 D 324,148.27 58,751.02 95.59 9.10 10.00 0.90
DIV/H25 11/23 OB 324,250.24 58,950.58 97.14 0.00 4.20 4.20
DIV/H25 11/23 A 324,250.24 58,950.58 97.14 4.20 5.90 1.70
DIV/H25 11/23 Waste 324,250.24 58,950.58 97.14 5.90 6.10 0.20
DIV/H26 1/19 OB 323,999.90 58,849.83 108.21 0.00 4.30 4.30
DIV/H26 1/19 A 323,999.90 58,849.83 108.21 4.30 6.30 2.00
DIV/H26 1/19 B 323,999.90 58,849.83 108.21 6.30 7.80 1.50
DIV/H26 1/19 Waste 323,999.90 58,849.83 108.21 7.80 8.20 0.40
DIV/H27 3/19 OB 324,050.48 58,847.58 105.60 0.00 2.80 2.80
DIV/H27 3/19 A 324,050.48 58,847.58 105.60 2.80 4.80 2.00
DIV/H27 3/19 B 324,050.48 58,847.58 105.60 4.80 6.80 2.00
DIV/H27 3/19 C 324,050.48 58,847.58 105.60 6.80 7.80 1.00
DIV/H27 3/19 Waste 324,050.48 58,847.58 105.60 7.80 8.10 0.30
DIV/H28 3/21 OB 324,050.01 58,900.11 88.14 0.00 4.80 4.80
DIV/H28 3/21 A 324,050.01 58,900.11 88.14 4.80 7.00 2.20
DIV/H28 3/21 Waste 324,050.01 58,900.11 88.14 7.00 7.50 0.50

Berdasarkan hasil pengujian sumur uji (test pit) yang dilakukan dapat ditentukan lapisan ore bauksit yang
akan ditambang berdasarkan nilai koordinat yang dimiliki. Pada satu titik sumur uji (test pit) Memiliki
kedalaman 7 m sampai 10 m. Dari hasil pengujian sumur uji (test pit) dapat dilihat lithologi dari bauksit
sendiri yang terdiri dari 5 zona. Pada zona pertama di sebut juga dengan lapisan penutup (OB) yang
memiliki karateritik warna laterilisasi yait coklat kemerahan, pada zona kedua sampai keempat disebut
bagian lapisan ore dari bauksit yang terdiri dari 3 lapisan bedasarkan kadar yaitu zona A, zona B, dan
Zona C. Lapisan paling dasar adalah lapisan bedrock atau disebut juga dengan lapisan pengotor (waste)
yang terdapat pada bagian paling bawah dari pelapisan setiap zona. Berdasarkan hasil pengujian sumur
uji (test pit) dapat dilihat hasil bentuk endapan bijih, arah mineralisasi dan tonase sertavolume dari bahan
endapan bauksit.
4. Hasil dan Pembahasan
4. 1 Hasil Test Pit
Berdasarkan data yang dimiliki sebanyak 30 titik sumur uji. Pada titik test pit memiliki diamensi 1.5 m x 0.5 m
dengan kedalaman paling dalam 10 m. Test pit dilakukan pengalian manual selama kurang lebih 2 sampai
3 hari. Pengalian test pit dilakukan sampai menemukan bedrock. Untuk koordinat dari test pit didapat
dari GPS. Test pit memiliki lima buah zonasi yaitu:
 Zona overbarden yang tipis dengan ketebalan sekiatar 1.5 m sampai 2.5 m
 Zona ore kadar rendah A dengan ketebalan 1 m
 Zona ore kadar medium B dengan ketebalan 2 m sampai 3.5 m
 Zona ore kadar tinggi C dengan ketebalan 1.5 m.

(Sumber:Pengolahan data menggunakan Surpac)


Gambar 8. Titik uji test pit)

(Sumber:Pengolahan data menggunakan Surpac


Gambar 9. Hasil database

4.3 Hasil bentuk endapan mineral bauksit


Pada endapan overbourden (OB) dapat terlihat bentuknya berwarna coklat terang dengan kandungan Fe
yang tinggi. Rata rata ketebalan OB sendiri sekiatar 1.5 m sampai 2.5 m. Hal ini yang menunjukan kalau
eksplorasi bauksit tidak cocok dipakai metode geofisika atau pun geokimia karna bentuk ketebalan OB
yang tipis sehingga sangat mudah di temukannya ore dari bauksit. Overbourden biasanya diambil untuk
pengunaan penutupan lahan ketika penambanan telah dilakukan. Berdasarkan pengujian 30 test pit dapat
dilihat hasil bentuk overbourden dan arah cebakan mineral.
(Sumber:Pengolahan data menggunakan Surpac)
Gambar 10. Bentuk Overbourden

Pada bentuk ore bauksit dapat berwarna orange dengan pembagian tiga zonasi yaitu A, B dan C namun
kadang pada lapisan yang paling dalam kita dapat melihat zonasi ore D. Ketebalan rata rata rata yaitu
sebesar 1 m sampai 2 m untuk masing masing zonasi.

(Sumber:Pengolahan data menggunakan Surpac


Gambar 11. Bentuk Ore

(Sumber:Pengolahan data menggunakan Surpac)


Gambar 12. Bentuk gabungan ore
Pada zona waste atau bedrock terdapat ketebalan sekitar 1.5 meter yang mana lapisan ini sebagai penentu
kalau proses test pit pada satu lubang galian itu berakhir. Biasanya pada lapisan ini tidak dilakukan
pengalian kembali karna ini hanya sebagai lapisan pengotor saja.

(Sumber:Pengolahan data menggunakan Surpac)


Gambar 13. Bentuk Waste

5. Kesimpulan
Berdasarkan tahapan kegiatan eksplorasi bauksit yang dilakukan oleh PT Kalbar Bumi Persada dapat
diambil kesimpulan sebagai berikut :
a. Eksplorasi bauksit pada PT Kalbar Bumi Prima hanya dilakukan uji Test Pit.
b. Kegiatan pencarian bijih bauksit dilakukan dengan pengalian secara manual dan dengan kedalaman
lebih kurang 10 meter
c. Ore bauksit terbagi atas tiga zona dengan perbandingan nilai kadar dan elevasi hasil test pit
d. Berdasarkan gambaran bentuk bijih bauksit dapat dilihat arah mineralisasinya dan proses intruksi ore
bauksit

References
[2] Agatzini-Leonardou, S., Oustadakis, P., Tsakiridis, P.E., Markopoulos, C., (2008). “Titanium leaching
from red mud by diluted sulfuric acid at atmospheric pressure”. Journal of Hazardous
Materials 157, 579-586.
[3] Aziz, M., (2012). “Karakterisasi Mineral Ampas Serta Evaluasinya Untuk Pembuatan Material
Geopolimer Bangunan”. Journal of Waste Management Technology. 15
[4] Gao WG, Huang YZ, Lei M. (2008), “Effects of compost and red mud addition on bioavailability of
Cd and Zn in soil”. Chinese Journal Environment Engginering. (2):78–82..
[5] Huang W, Shaobin W, Zhonghua Z, Li L, Xiangdong Y, Victor R et al., (2008), “Phosphate removal
from wastewater using red mud”. Journal of hazardous materials., 158(1):35-42.
[6] Liu, Y., Lin, C., Wu, Y., (2007). Characterization of red mud derived from a combined Bayer process
and bauxite calcination method. J.
[7] Ramdhani, E.P., Suprapto, Prasetyoko, D., Hartati, (2015), “Synthesis of Mesoporous Alumina from
Red Mud”, Proceeding of International Conference on Research, Implementation and
Education of Mathematics and Sciences, Yogyakarta State University, 17-19 May 2015.
[7] Vaclavikova, M., Misaelides, P., Gallios, G., Jakabsky, S., Hredzak, S., (2005). “Removal
ofcadmium, zinc, copper and lead by red mud, aniron oxides containing hydrometallurgical

You might also like