0% found this document useful (0 votes)
172 views18 pages

Kebijakan Pengelolaan Ekosistem Laut Akibat Pertambangan Timah Di Provinsi Bangka Belitung

YAHOO

Uploaded by

baihaqi
Copyright
© © All Rights Reserved
We take content rights seriously. If you suspect this is your content, claim it here.
Available Formats
Download as PDF, TXT or read online on Scribd
0% found this document useful (0 votes)
172 views18 pages

Kebijakan Pengelolaan Ekosistem Laut Akibat Pertambangan Timah Di Provinsi Bangka Belitung

YAHOO

Uploaded by

baihaqi
Copyright
© © All Rights Reserved
We take content rights seriously. If you suspect this is your content, claim it here.
Available Formats
Download as PDF, TXT or read online on Scribd
You are on page 1/ 18

ISSN:

2541-2515(p), 2541-2035(e)
Volume: 4 (1) 2019:
PUBLISIA: Jurnal Ilmu Administrasi Publik p. 63 - 80
http://jurnal.unmer.ac.id/index.php/jkpp

KEBIJAKAN PENGELOLAAN EKOSISTEM LAUT AKIBAT


PERTAMBANGAN TIMAH DI PROVINSI BANGKA BELITUNG

Tanti Rismika¹, Eko Priyo Purnomo2


1, 2 Department of Government Affairs and Administration, Jusuf Kalla School of

Government, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY)


Email: 1 [email protected], 2 [email protected]

Abstract
Bangka Regency is one of the regions that has the potential of natural
resources with abundant tin mineral content. Initially tin mining was
mostly carried out on the land, but with the development of the times and
depletion of tin sources on the ground began to shift towards the sea.
Environmental problems arising from marine mining are increasing, which
is exacerbating damage to marine ecosystems, damaged coral reefs, and a
decline in fishing production with this decreasing fishermen's income. This
study aims to determine the policies of the Bangka Regency Government in
the management of marine ecosystems and to know the impact of damage to
marine ecosystems due to tin mining. This research uses descriptive
qualitative approach method aims to describe the phenomena that occur at
this time. The results of this study describe the contents of the marine mining
policy as regulated No. 32 of 2009 concerning Environmental Protection and
Management which aims to ensure the survival of living things and the
preservation of ecosystems; Policy benefits; Management of Sea Water
Article Histori: Pollution Control which includes: Environmental management objectives,
Submited: 29/11/2018
Review: 24/04/2019
Management Location, Time of Management and Implementers of
Editing: 25/04/2019 Management and Management of B3 Waste; and Sea Water Quality
Publish: 29/04/2019 Measurement Results.

Keyword: Mining Policy, Waste Management, Seawater Quality Measurement

PENDAHULUAN sangat strategis sebagai salah satu


Pertambangan timah merupakan kabupaten penghasil timah di pulau
Sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) Bangka Belitung. Pendapatan Daerah
terbesar bagi Kabupaten Bangka selama ini. Kabupaten Bangka tahun anggaran 2015
Pulau Bangka merupakan salah satu setelah perubahan dengan target Rp. 1
wilayah yang memiliki petensi sumber trilyun 164 milyar lebih dapat terealisasi Rp
daya alam dengan kandungan mineral 1 trilyun 73 miliar lebih atau 92,53 %.
timah yang melimpah. Demikian pula Pendapatan daerah tersebut diantaranya
dengan wilayah Bangka memiliki peran berasal dari pendapatan asli daerah

63
P-JIAP: Vol. 4 (1) 2019; Rismika & Purnomo
terealisasi Rp 129 milyar 295 juta lebih atau meningkat dengan diberlakukannya pajak
94,52% dari target Rp 136 milyar 797 juta terhadap pengelolaan sumber daya alam
lebih serta pendapatan lainnya berasal dari tersebut (Wahyuni , Sasongko, P.
pos pajak daerah, restribusi daerahdan Sasongko. 2013).
pendapatan lainnya. Pendapatan asli Tabel 1. Potensi Sumber Daya Mineral
daerah yang sah berupa pendapatan hibah (Ton) Menurut Kabupaten tahun 2015
dari PT Timah, perusahaan smelter dan
Kapasitas
kapal isap senilai Rp 9 miliar. Kab/Kota Potensi
Potensi
(Bangka.go.id) a. Timah 350.000.000
Timah merupakan ekspor terbesar Kab.
b. Bauksit 180
Bangka
yaitu berperan 83,37 persen dari total c. Monasit 439
ekspor Provinsi Kepulauan Bangka Kab. a. Timah 92.793
Belitung. Tujuan utama ekspor timah Mei Belitung b. Monasit 3.404
2015 adalah Singapura yang mencapai Kab. a. Timah 1.042.200.000
Bangka b. Monasit 471.088.267
US$32,82 juta atau 49,04 persen dari
Barat c. Xenotim 17.395.231
keseluruhan ekspor timah, diikuti Belanda Kab. a. Titan Plaser 6.732.764
US$7,44 juta (11,12 persen), India US$5,33 Bangka b. Timah 127.105
juta (7,96 persen), Taiwan US$5,11 juta (7,64 Tengah c. Monasit 138.735.432
persen), dan Jepang US$3,64 juta (5,44 Kab. a. Besi Primer 58.765
persen). Timah tersebut banyak digunakan Bangka b. Timah 148.130
untuk solder, industri plating, untuk Selatan c. Monasit 182
a. Besi Primer 35.856.709
bahan dasar kimia, kuningan dan
b. Seng 12.230.000
perunggu, industri gelas, dan berbagai Kab.
c. Timah 16.583.226
macam aplikasi lain (BPS Kabupaten Belitung
d. Timbal 12.230.000
Timur
Bangka). e. Monasit 102.059.872
Pengoperasian pertambangan timah f. Xenotim 4.014.539
dilakukan di darat maupun di laut. Sumber: Provinsi Bangka Belitung, 2016
Awalnya pertambangan timah marak
dilakukan didarat, namun seiringnya Dari tabel 1 di atas menunjukan
perkembangan zaman dan menipisnya bahwa jumlah produksi bijih timah dan
sumber timah didarat mulai bergeser logam menurut Kecamatan di Kabupaten
menuju laut. Meskipun pertambangan Bangka lebih banyak di Belinyu dengan
memiliki izin namun pertambangan bijih timah 2946,508 dan logam timah
berdampak positif dan negatif. Dampak 3,080.75.
positif bagi pemerintah yaitu terciptanya Sedangkan dampak negative yang
lapangan kerja, mengurangi tingkat akibat dari pertambangan timah dilaut
pengangguran dan menekan angka yaitu rusaknya lingkungan alam,
kemiskinan khususnya di daerah tersebut. tercemarnya air laut, terjangkit penyakit
Pendapatan pemerintah juga akan bagi masyarakat di daerah pesisir,
rusaknya ekosistem laut seperti terumbu
64
P-JIAP: Vol. 4 (1) 2019; Rismika & Purnomo
karang dan penghuni laut lainnya, petambang timah rakyat lepas pantai kerap
penurunan pendapatan nelayan berarti muncul. Bangka Pos (28 Desember 2015)
menurunkan produksi ikan setiap Memberitakan bahwa Saat ini ada 70 lebih
tahunnya dan terjadi konflik antar jumlah kapal isap yang beroperasi di
pengusaha tambang dan nelayan. Harian perairan Bangka. Laut menjadi padat oleh
Kompas (25 April 2012) menyatakan bahwa aktivitas kapal isap. Produktivitas nelayan
masyarakat bangka yang terdiri dari jadi terganggu dan terancam kehilangan
pengusaha, pelaku pariwisata, nelayan, mata pencaharian. Ada 16.000 nelayan
peneliti laut, dan pemerhati lingkungan harian dari 45 ribu nelayan mengalami
mendesak pemerintah daerah agar segera akibat langsung. Hasil tangkap ikan mulai
membatasi daerah penambangan timah menurun dan semakin jauh diatas 5 mil
lepas pantai yang saat ini marak di sekitar mendapatkan ikan lebih banyak dan
Pulau Bangka. Kerusakan lingkungan laut terumbu karang terancam rusak akibat
sejak adanya aktivitas penambangan telah salah dalam pengelolaan sumber daya
merugikan sektor perikanan dan wisata di alamnya.
Pulau Bangka. konflik antara nelayan dan
Tabel 2. Luas dan Kondisi Terumbu Karang di Kepulauan Bangka Tahun 2016
Luas Persentase Luas Terumbu Karang (%)
No Kota Tutupan Sangat
Baik Sedang Buruk
(ha) Baik
1 Pangkal Pinang 0 0 0 0 0
2 Bangka 9.162,4 0 14,68 28,23 57,09
3 Bangka Tengah 3.376,8 0 0 100 0
4 Bangka Barat 703,2 0 100 0 0
5 Bangka Selatan 29.82 0 10 30 60
6 Belitung 25.607,2 0 100 0 0
7 Belitung Timur 9.452,2 0 60 40 0
Total 78.124,9 0 46,48 23,93 29,60
Sumber: Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Bangka Belitun, 2016

Tabel 2. Di atas menjelaskan luasan Belitung Timur, sedangkan terumbu


dan kondisi terumbu karang di masing- karang dengan kondisi rusak terdapat di
masing kabupaten/kota yang ada di Kabupaten Bangka 57,06% dan Bangka
Kepulauan Bangka Belitung tahun 2016. Selatan 29,60%. Khususnya dikabupaten
Terlihat bahwa Kondisi terumbu karang di Bangka terumbu karang 50 persen rusak
Kabupaten Belitung, seluruhnya dalam akibat aktivitas penambangan timah dilaut
kondisi baik, seperti halnya kondisi karena pori-pori terumbu karang tertutup
terumbu karang di Kabupaten Bangka limbah penambangan yaitu lumpur
Barat. Kondisi sedang pada terumbu sehingga membuat terumbu karang rusak.
karang terdapat di Kabupaten Bangka,
Bangka Tengah, Bangka Selatan, dan

65
P-JIAP: Vol. 4 (1) 2019; Rismika & Purnomo
Grafik 1. Produksi Penangkapan Ikan pertambangan timah. Hal tersebut
(Ton) Kabupaten Bangka Tahun 2013-2016 dikarenakan pemerintah melakukan
pengelolaan sumber daya alam yang terjadi
Produksi Penangkapan Ikan
(Ton) akibat buruk model pengelolaan sumber
30000 daya alam yang dicanangkan oleh
26756.9
25000 25034.7 Pemerintah. Karena dibuktikan pemerintah
20000 terlalu mudah mengeluarkan Izin Usaha
15000
Pertambangan (IUP) pertambangan
10000 10575.3
6322.26 meskipun secara lingkungan dan sosial
5000
0 ekonomi sesungguhnya tidak layak. Dalam
2013 2014 2015 2016 permasalahan ini diperlukannya kebijakan
yang tegas pada pengelolaan ekosistem laut
Sumber: BPS Provinsi Bangka Belitung,
untuk mengambil tindakan dan langkah
2017
yang cepat untuk menghentikan kegiatan
Produksi penangkapan ikan di
penambangan timah baik yang mendapat
Kabupaten Bangka pada tahun 2013 dan
izin (legal) atau yang tidak mendapatkan
2014 hasil tangkapan ikan sangat baik,
izin (ilegal). Karena Jika terus dibiarkan,
kemudian pada tahun 2015 dan 2016
maka kerusakan ekosistem laut bertambah
mengalami penurunan pendapatan hasil
parah dan masyarakat pesisir yang akan
tangkapan ikan tahun 2015 menurun
merasakan dampaknya.
6322.26 ton pada tahun 2016 naik 4253.04
ton jadi 10575.3 ton. Penurunan produksi
METODE
penangkapan ikan lantaran adanya aktifitas
Dalam Penelitian ini mengunakan
penambangan timah di kawasan laut
metode pendekatan kualitatif deskriptif
dengan ini menurunnya pendapatan
bertujuan untuk menggambarkan
nelayan karena terumbu karang rusak
fenomena-fenomena yang terjadi saat ini.
akibat tertutup lumpur dihasilkan dari
Selain itu juga mendeskripsikan suatu
limbah penambangan pasir timah di laut
kondisi secara sistematis, faktual, dan
jadi hasil tangkapan ikan berkurang.
akurat mengenai fakta dengan
Kebijakan yang dikeluarkan oleh
mengumpulkan informasi aktual secara
pemerintah daerah yang mengatur
rinci yang menggambarkan gejala yang
pengelolaan pertambangan timah yang
ada, mengindetifikasi masalah atau
ditujukan untuk mengurangi dampak
memeriksa kondisi. Kemudian melakukan
kerusakan lingkungan serta memberikan
analisis data dengan memperbanyak
kepastian hukum bagi pihak yang
informasi, mencari hubungannya,
berkepentingan seperti pengusaha,
membandingkan, dan menemukan hasil
masyarakat, perusahaan, dan pemda. Akan
bukan berbentuk angka-angka tetap berupa
tetapi saat ini belum adanya pemantauan
gambaran dan kata-kata. Penelitian ini akan
dan perhatian yang pasti dari pemerintah
mengungkapkan masalah-masalah
dalam pengelolaan ekosistem laut akibat
66
P-JIAP: Vol. 4 (1) 2019; Rismika & Purnomo
kerusakan-kerusakan ekosistem laut dan aspek kehidupan. Dikatakan sebagai modal
kebijakan pemeritah kabupaten Bangka utama karena hanya melalui kebijakan
dalam Pengelolaan ekosistem laut akibat publiklah pemerintah memiliki kekuatan
pertambangan timah. dan kewenangan hukum untuk
memanejemen masyarakat dan sekaligus
TELAAH TEORITIS memaksakan segala ketentuan yang telah
Kebijakan Publik ditetapkan. Walaupun memaksa, akan
Wahab (Hosio, 2007) mengemukakan tetapi sah dan legitimate karena didasari
bahwa istilah kebijakan sendiri masih regulasi yang jelas. Kebijakan publik adalah
terjadi silang pendapat dan merupakan alat untuk mencapai tujuan public bukan
ajang perdebatan para ahli. Maka untuk tujuan orang perorang atau golongan dan
memahami istilah kebijakan ada beberapa kelompok. Meskipun sebagai alat (tool)
pedoman yaitu : Kebijakan harus keberadaan kebijakan publik sangat
dibedakan dari keputusan penting dan sekaligus krusial. Penting
a. Kebijakan sebenarnya tidak serta merta karena keberadaannya sangat menentukan
dapat dibedakan dari administrasi tercapainya sebuah tujuan, meskipun
b. Kebijakan mencakup perilaku dan masih ada sejumlah prasyarat atau tahapan
harapan-harapan lain yang harus dipenuhi sebelum sampai
c. Kebijakan mencakup ketiadaan pada tujuan yang dikehendaki.
tindakan ataupun adanya tindakan Easton sebagaimana dikutip Leo
d. Kebijakan biasanya mempunyai hasil Agustino (2009: 19) memberikan definisi
akhir yang akan dicapai kebijakan publik sebagai “ the autorative
e. Setiap kebijakan memiliki tujuan atau allocation of values for the whole society”.
sasaran tertentu baik eksplisit maupun Definisi ini menegaskan bahwa hanya
implisit pemilik otoritas dalam sistem politik
f. Kebijakan muncul dari suatu proses (pemerintah) yang secara syah dapat
yang berlangsung sepanjang waktu berbuat sesuatu pada masyarakatnya dan
g. Kebijakan meliputi hubungan- pilihan pemerintah untuk melakukan
hubungan yang bersifat antar sesuatu atau tidak melakukan sesuatu
organisasi dan yang bersifat intra diwujudkan dalam bentuk pengalokasian
organisasi nilai-nilai. Hal ini disebabkan karena
h. Kebijakan publik meski tidak ekslusif pemerintah termasuk ke dalam “authorities
menyangkut peran kunci lembaga- in a political system” yaitu para penguasa
lembaga pemerintah dalam sistem politik yang terlibat dalam
i. Kebijakan itu dirumuskan atau urusan sistem politik sehari-hari dan
didefinisikan secara subyektif mempunyai tanggungjawab dalam suatu
Sedangkan Rusli (2013) mengatakan, masalah tertentu dimana pada suatu titik
kebijakan publik merupakan modal utama mereka diminta untuk mengambil
yang dimiliki pemerintah untuk menata keputusan di kemudian hari kelak diterima
kehidupan masyarakat dalam berbagai

67
P-JIAP: Vol. 4 (1) 2019; Rismika & Purnomo
serta mengikat sebagian besar anggota untuk memecahkan sebuah masalah yang
masyarakat selama waktu tertentu. terjadi. Bertujuan untuk mendorong
Beberapa pendapat ahli yang masayarakat untuk membangun daya saing
mendefinisikan kebijakan publik adalah dan mencapai tujuan atau merealisasikan
suatu tindakan yang dilakukan pemerintah suatu sasaran.
dalam merespon suatu masalah publik.
Dye menyatakan bahwa kebijakan public Implementasi Kebijakan
adalah apapun yang dipilih oleh Implementasi adalah suatu tindakan
pemerintah untuk dilakukan atau tidak atau pelaksanaan dari sebuah rencana yang
dilakukan. Sedangkan Rose mengatakan sudah disusun secara matang dan
bahwa kebijakan adalah serangkaian terperinci (Nurdin, 2013). Meter dan Horn
kegiatan yang sedikit banyak berhubungan (dalam Winarno, 2008:146) membatasi
beserta konsekuensi-konsekuensi bagi implementasi kebijakan sebagai tindakan
mereka yang bersangkutan daripada tindakan yang dilakukan oleh individu-
sebagai keputusan yang berdiri sendiri. individu (atau kelompok-kelompok)
Sedangkan pengertian dan pemahaman pemerintah maupun swasta yang
akan kebijakan public yang dikemukan diarahkan untuk mencapai tujuan-tujuan
oleh Friedrich menegaskan kebijakan yang telah ditetapkan dalam keputusan-
public sebagai suatu arah tindakan yang keputusan kebijakan sebelumnya. Lester
diusulkan oleh seseorang, kelompok atau dan Stewart yang dikutip oleh Winarno,
pemerintah dalam suatu lingkungan menjelaskan bahwa implementasi
tertentu yang memberikan hambatan- kebijakan adalah: “Implementasi kebijakan
hambatan dan peluang-peluang terhadap dipandang dalam pengertian luas
kebijakan yang diusulkan untuk merupakan alat administrasi hukum
menggunakan dan mengatasi dalam rangka dimana berbagai aktor, organisasi,
mencapai tujuan atau merealisasikan suatu prosedur dan teknik yang bekerja bersama-
sasaran atau suatu maksud tertentu sama untuk menjalankan kebijakan guna
(Winarno,2013). meraih dampak atau tujuan yang
Nugroho (2004) berpendapat bahwa diinginkan”. (Winarno, 2013).
kebijakan Publik adalah jalan mencapai Grindle 1980 (Dalam Mutiarin 2014)
tujuan bersama yang dicita-citakan. menyatakan bahwa proses umum
Kebijakan publik yang terbaik adalah implementasi dapat dimulai ketika tujuan
kebijakan yang mendorong setiap warga dan sasaran telah dispesifikasikan,
masyarakat untuk membangun daya program-program telah didesain, dan dana
saingnya masing-masing, dan bukan telah dialokasikan untuk pencapaian
semakin menjerumuskan ke dalam pola tujuan. Ketiga hal tersebut merupakan
ketergantungan dapat disimpulkan syarat-syarat dasar (the Content of policy)
kebijakan public adalah suatu tindakan dan konteks kebijakan (the context od policy)
atau keputusan yang dilakukan pemerintah yang terkait dengan formulasi kebijakan.

68
P-JIAP: Vol. 4 (1) 2019; Rismika & Purnomo
Keberhasilan implementasi menurut
Grindle dipengaruhi oleh 2 variabel besar, Pengelolaan Ekosistem
yakni isi kebijakan (content of policy) dan Pengelolaan berasal dari kata
lingkungan implementasi (context of manajemen atau administrasi. Hal tersebut
implementation). seperti yang dikemukakan oleh Usman
Variabel isi kebijakan ini mencakup: (1) bahwa management diterjemahkan dalam
sejauh mana dalam isi kebijakan; (2) jenis bahasa Indonesia menjadi manajemen atau
manfaat yang diterima oleh target group, pengelolaan. Dalam beberapa konteks
sebagai contoh, masyarakat di wilayah slum keduanya mempunyai persamaan arti,
areas lebih suka menerima program air dengan kandungan makna to control yang
bersih atau pelistrikan daripada menerima artinya mengatur dan mengurus
program kredit sepeda motor; (3) sejauh (Hardyanti, 2012). Sedangkan dalam kamus
mana perubahan yang diinginkan dari Bahasa indonesia menyebutkan bahwa
sebuah dari sebuah kebijakan. Suatu pengelolaan adalah proses atau cara
program yang berujuan mengubah sikap perbuatan mengelola atau proses
dan prilaku kelompok sasaran relative lebih melakukan kegiatan tertentu dengan
sulit diimplementasikan daripada program menggerakkan tenaga orang lain, proses
yang sekedar memberikan bantuan kredit yang membantu merumuskan
dan bantuan beras kepada kelompok kebijaksanaan dan tujuan organisasi atau
miskin; (4) apakah letak sebuah program proses yang memberikan pengawasan pada
udah tepat. Misalnya, ketika BKKBN semua hal yang terlibat dalam pelaksanaan
memiliki program peningkatan kebijaksanaan dan pencapai tujuan
kesejahteraan keluarga dengan (Daryanto, 1997).
memberikan bantuan dana kepada Fattah, (2011) berpendapat bahwa
keluarga prasejahtera, banyak orang dalam proses manajemen terlibat fungsi-
menanyakan apakah letak program ini fungsi pokok yang ditampilkan oleh
sudah tepat berada di BKKBN; (5) apakah seorang manajer atau pimpinan, yaitu
sebuah kebijakan telah menyebutkan perencanaan (planning), pengorganisasian
implementornya dengan rinci; dan (6) (organising), pemimpin (leading), dan
apakah sebuah program didukung oleh pengawasan (controlling). Oleh karena itu,
sumber daya yang memadai. Sedangkan manajemen diartikan sebagai proses
variabel lingkungan kebijakan mencakup: merencanakan, mengorganising,
(1) seberapa besar kekuasaan, kepentingan, memimpin, dan mengendalikan upaya
dan strategi yang dimiliki oleh para aktor organisasi dengan segala aspeknya agar
yang terlibat dalam implementasi tujuan organisasi tercapai secara efektif dan
kebijakan; (2) karakteristik institusi dan efisien. Sedangkan Follet mendefinisikan
rejim yang sedang berkuasa; (3) tingkat pengelolaan adalah seni atau proses dalam
kepatuhan dan responsivitas kelompok menyelesaikan sesuatu yang terkait dengan
sasaran. pecapaian tujuan. Dalam penyelesaian akan
sesuatu tersebut, terdapat tiga faktor yang

69
P-JIAP: Vol. 4 (1) 2019; Rismika & Purnomo
terlibat yaitu Pertama, adanya penggunaan penyusunan, pengarahan dan pengawasan
sumber daya organisasi, baik sumber daya daripada sumberdaya manusia untuk
manusia maupun faktor-faktor produksi mencapai tujuan yang telah ditetapkan
lainya. Kedua, proses yang bertahap mulai (Heriyanto, 2009).
dari perencanaan, pengorganisasian, Manajemen dapat diartikan sebagai
pengarahan dan pengimplementasian, kegiatan apa saja yang akan dilakukan oleh
hingga pengendalian dan pengawasan. seorang manajer dalam kegiatan
Ketiga, Adanya seni dalam penyelesaian manajerialnya. Sehingga kegiatan
pekerjaan (Sule dan Saefullah. 2009). manajerial yang dilakukan oleh manajer
Beberapa pendapat ahli yang tersebut dapat dikatakan sebagai kegiatan
menyatakan bahwa manajemen adalah proses manajemen. Proses tersebut bermula
suatu proses yang terdiri dari rangkaian dari pembuatan perencanaan sampai pada
kegiatan, seperti perencanaan, pengadaan pengawasan terhadap
pengorganisasian, penggerakan dan pelaksanaan rencana tersebut. Pengawasan
pengendalian/pengawasan, yang yang dilakukan bertujuan untuk
dilakukan untuk menentukan dan mengetahui efektif atau tidaknya
mencapai tujuan yang telah ditetapkan pelaksanaan rencana sehingga tujuan yang
melalui pemanfaatan sumberdaya manusia telah ditetapkan dapat tercapai (Arif dan
dan sumberdaya lainnya. Koontz dan Zulkarnain, 2008).
O'donnel menyatakan bahwa manajemen Sedangkan Ekosistem adalah satu
adalah usaha untuk mencapai suatu tujuan kelompok yang mempunyai ciri khas
tertentu melalui kegiatan orang lain. tersendiri yang terdiri dari beberapa
Sedangkan Terry mengatakan bahwa komunitas yang berbeda. pengertian
manajemen merupakan suatu proses khas ekosistem terdapat dalam pasal 1 ayat 5 UU
yang terdiri dari tindakan-tindakan No. 32 tahun 2009, yaitu ekosistem adalah
perencanaan, pengorganisasian, tatanan unsur lingkungan hidup yang
penggerakan dan pengendalian yang merupakan kesatuan utuh-menyeluruh dan
dilakukan untuk menentukan serta saling mempengaruhi dalam membentuk
mencapai sasaran yang telah ditentukan keseimbangan, stabilitas, dan produktivitas
melalui pemanfaatan sumberdaya manusia lingkungan hidup. Dari pengertian
dan sumberdaya lainnya. Pengertian dan tersebut, jelaslah bahwa syarat
pemahaman akan manajemen oleh Stoner terbentuknya ekosistem ialah adanya
menegaskan manajemen adalah proses keteraturan hubungan dan ketergantungan
perencanaan, pengorganisasian dan antar sub-ekosistem. Di dalam ekosistem,
penggunakan sumberdaya organisasi organisme yang ada selalu berinteraksi
lainnya agar mencapai tujuan organisasi secara timbal balik dengan lingkungannya.
yang telah ditetapkan. Sedangkan Lee Interaksi timbal balik ini membentuk suatu
berpendapat bahwa manajemen adalah seni sistem yang kemudian kita kenal sebagai
dan ilmu perencanaan pengorganisasian, sistem ekologi atau ekosistem. Dengan kata

70
P-JIAP: Vol. 4 (1) 2019; Rismika & Purnomo
lain Ekosistem merupakan suatu satuan berkelanjutan. Dengan ini disahkannya
fungsional dasar yang menyangkut proses Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009
interaksi organisme hidup dengan tentang Pertambangan Mineral dan
lingkungannya. Lingkungan yang Batubara (UU Minerba), menggantikan
dimaksud dapat berupa lingkungan biotik Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1967
(makhluk hidup) maupun abiotik (non tentang Ketentuan-ketentuan Pokok
makhluk hidup). Sebagai suatu sistem, di Pertambangan. Perubahan mendasar yang
dalam suatu ekosistem selalu dijumpai terjadi adalah perubahan dari sistem
proses interaksi antara makhluk hidup kontrak karya dan perjanjian menjadi
dengan lingkungannya, antara lain dapat sistem perijinan, sehingga Pemerintah tidak
berupa adanya aliran energi, rantai lagi berada dalam posisi yang sejajar
makanan, siklus biogeokimiawi, dengan pelaku usaha dan menjadi pihak
perkembangan, dan pengendalian. yang memberi ijin kepada pelaku usaha di
Ekosistem diartikan sebagai tatanan industri pertambangan mineral dan
kesatuan secara utuh menyeluruh antara batubara. Falsafah diterbitkannya UU No. 4
segenap komponen lingkungan hidup yang Tahun 2009 adalah adanya perubahan
saling berinteraksi membentuk suatu paradigma terhadap pengelolaan sumber
kesatuan yang teratur. Keteraturan tersebut daya alam.
ada dalam suatu keseimbangan tertentu Prosedur pengurusan izin usaha
yang bersifat dinamis. Artinya, bisa terjadi pertambangan dengan mengajukan
perubahan, baik besar maupun kecil, yang permohonan izin kemudian melengkapi
disebabkan oleh faktor alamiah maupun persyaratan adminitrasi terlebih dahulu
akibat ulah manusia (Utomo, 2014). yang telah ditetapkan. Kemudian IUP
eksplorasi diberikan berdasarkan
HASIL DAN PEMBAHASAN permohonan dari badan usaha, koperasi,
Kebijakan Pertambangan dan Lingkungan dan perseorangan yang telah mendapatkan
Hidup Wilayah Izin Usaha Pertambangan (WIUP).
Mempertimbangkan perkembangan Dalah hal Izin Usaha Pertambangan
nasional maupun internasional, Undang- Eksplorasi harus meliputi kegiatan
Undang Nomor 11 Tahun 1967 tentang Penyelidikan umum, Eksplorasi, dan Study
Ketentuan-Ketentuan Pokok Pertambangan kelayakan Dalam hal kegiatan eksplorasi
sudah tidak sesuai lagi sehingga dan kegiatan studi kelayakan, pemegang
dibutuhkan perubahan peraturan IUP eksplorasi yang mendapatkan mineral
perundang-undangan di bidang atau batubara yang tergali wajib
pertambangan mineral dan batubara yang melaporkan kepada pemberi IUP.
dapat mengelola dan mengusahakan Kemudian setelah proses pemberi Izin
potensi mineral dan batubara secara Usaha Pertambangan setiap usaha
mandiri, andal, transparan, berdaya saing, pertambangan perlunya izin lingkungan
efisien, dan benwawasan lingkungan, guna sebagaimana diatur Nomor 32 Tahun 2009
menjamin pernbangunan nasional secara Tentang Perlindungan dan Pengelolaan

71
P-JIAP: Vol. 4 (1) 2019; Rismika & Purnomo
Lingkungan Hidup yang bertujuan untuk merupakan beban sosial, yang akhirnya
menjamin kelangsungan kehidupan masyarakat dan pemerintah harus
makhluk hidup dan kelestarian ekosistem, menanggung biaya pemulihannya.
melestarikan fungsi lingkungan hidup, Terpeliharanya keberlanjutan fungsi
menjamin terpenuhinya keadilan generasi lingkungan hidup merupakan kepentingan
masa kini dan generasi masa depan, rakyat sehingga menuntut tanggung jawab,
mengendalikan pemanfaatan sumber daya keterbukaan, dan peran anggota
alam secara bijaksana, mewujudkan masyarakat, yang lembaga swadaya
pembangunan berkelanjutan dan mencegah masyarakat, kelompok masyarakat adat,
terjadinya pencemaran dan/atau dan lain-lain, untuk memelihara dan
kerusakan lingkungan hidup yang meliputi meningkatkan daya dukung dan daya
perencanaan, pemanfaatan, pengendalian, tamping lingkungan hidup yang menjadi
pemeliharaan, pengawasan, dan penegakan tumpuan keberlanjutan pembangunan.
hukum. Pembangunan yang memadukan
Kebijakan pemerintah dalam lingkungan hidup, termasuk sumber daya
pengelolaan ekosistem laut akibat alam, menjadi sarana untuk mencapai
pertambangan ini berjalan efektif dan keberlanjutan pembangunan dan menjadi
efisien harus sesuai dengan jaminan bagi kesejahteraan dan mutu
prosedur/mekanisme yang ditetap hidup generasi masa kini dan generasi
pemerintah. Maka kebijakan pemerintah masa depan. Dalam rangka pemulihan
dalam pengelolaan laut pada kegiatan ekosistim laut yang sudah rusak melalui
pertambangan laut sebagaimana yang upaya reklamasi yang memerlukan dana
diatur UU No. 32 Tahun 2009 Pasal 36 ayat yang sangat besar. Kebijakan
1 yang mengatakan bahwa Setiap usaha pertambangan dan pengelolaan lingkungan
dan/atau kegiatan pertambangan wajib sangat perlu disosialisasikan kepada
memiliki izin lingkungan. Permohonan Izin masyarakat dan juga pada para calon
Lingkungan dilengkapi dengan dokumen investor agar dapat mengetahui aturan-
AMDAL (KA, draft Andal dan RKL-RPL), aturan yang ada dan ditetapkan
dokumen pendirian Usaha dan/atau pemerintah.
Kegiatan; dan profil Usaha dan/atau
Kegiatan. Pengelolaan Pengendalian Pencemaran
Dari penjelasan diatas, terlihat bahwa Air Laut
semakin meningkatnya kegiatan Pengendalian pencemaran laut di
penambangan mengandung tingkat resiko KK/KI/KIP/BWD dilakukan melekat
pencemaran dan perusakan lingkungan dengan proses operasi penambangan laut
hidup sehingga struktur dan fungsi dasar yang berlangsung di masing-masing jenis
ekosistem yang menjadi penunjang kapal penambangan. Kegiatan
kehidupan dapat rusak. Pencemaran dan pengendalian pencemaran laut ini meliputi
perusakan lingkungan hidup itu akan pengelolaan limbah hidrokarbon yang

72
P-JIAP: Vol. 4 (1) 2019; Rismika & Purnomo
dihasilkan oleh operasional kapal adalah beroperasi di laut dilakukan disetiap
ceceran minyak, oli bekas, dan lain-lain, lokasi penambangan laut yang dekat
limbah cair seperti oli/pelumas bekas dan dengan atau berpengaruh terhadaip
ceceran BBM (solar) serta lainnya yang ekosistem terumbu karang, vegetasi
dihasilkan akan ditangani PT Timah mangrove, habitat khusus , dan obyek
(Persero) Tbk., berdasarkan standard wisata bahari.
operasional procedure (SOP) mengacu pada 2. Pengendalian pencemaran laut
peraturan menteri lingkungan hidup dilakukan di:
nomor 101 tahun 2014 tentang pengelolaan 1) Setiap unit KK/KI/KIP/BWD dan
limbah B3. Dampak penurunan kualitas air Mitra yang beroperasi di laut
laut menjadi penting mengingat 2) Setiap kapal angkutan laut atau
penggunaan perairan laut oleh nelayan kapal penjangkaran yang
sebagai sumber mata pencahariannya. memindahkan dan mengangkut
Selain itu perairan laut juga terkait erat liimbah hidrokarbon dan limbah
dengan kawasan habitat terumbu karang, padat/limbah domestik dari
rumput laut dan biota perairan lainnya KK/KI/KIP/BWD ke pelabuhan
serta terkait dengan kegiatan wisata pantai. darat.
Kegiatan pertambangan di Kabupaten Waktu Pengelolaan Dilakukan disaat
Bangka tidak mungkin bisa lepas dari KK/KI/KIP/BWD beroperasi di laut yaitu
peningkatan padatan tersuspensi dalam dengan pengendalian jumlah dan lokasi
perairan laut. Tujuan pengelolaan KK/KI/KIP/BWD dan mitra dilakukan
lingkungan hidup: selama kapal penambangan tersebut
1. Mencegah dan mengendalikan beroperasi di KP laut tertentu dimana
pencemaran laut yang bersumber dari sebagaian diantaranya merupakan daerah
limbah dari operasi KK/KI/KIP/BWD. asuh, terumbu karang, habitat khusus, dan
2. Mencegah dan menggendalikan obyek wisata bahari. Dan Pelaksana
pencemaran laut yang bersumber dari Pengelolaan : Kuasa KK/KI/KIP/BWD
pemindahan dan pengangkutan limbah (milik PT Timah dan Mitra) dan Kepala
dari KK/KI/KIP/BWD ke TPS Lingkungan Hidup, Operasi Kapal Keruk
penimbunan limbah dilaut. Wilayah bersangkutan, PT Timah.
3. Menghindari kemungkinan konflik
dengan masyarakat khususnya nelayan Pengelolaan Limbah B3
yang melakukan penangkapan ikan di Peraturan Pemerintah Nomor 85 Tahun
laut, juga golongan masyarakat tertentu 1999 Tentang perubahan atas Peraturan
yang memanfaatkan laut sebagai obyek Pemerintah No 18 Tahun 1999 tentang
wisata bahari pengelolaan Limbah Bahan Beracun dan
Pengendalian pencemaran laut dilakukan Berbahaya (Limbah B3) adalah sisa suatu
di: usaha dan/atau kegiatan yang
1. Pengendalian jumlah mengandung bahan berbahaya dan/atau
KK/KI/KIP/BWD dan Mitra yang beracun yang karena sifat dan/atau

73
P-JIAP: Vol. 4 (1) 2019; Rismika & Purnomo
konsentrasinya dan/atau jimlah, baik Lingkungan Hidup dalam hal ini adalah
secara langsung maupun tidak langsung, PT. Valten Cahaya Anugrah untuk
dapat memancarkan dan/atau merusakan pengangkutan limbah B3 yang bekerjasama
lingkungan hidup, dan/atau dapat dengan PT. Tenang jaya dan PT.
membahayakan lingkungan hidup, Muchtomas., Perusahaan tersebut secara
kesehatan, kelangsungan hidup manusia rutin mengambil limbah Bahan Berbahaya
serta makhluk hidup lain. Pengelolaan dan Beracun (LB3) Unit Produksi Laut
limbah B3 yang bertujuan untuk Bangka untuk diolah atau dimusnahkan
mengindetifikasi Limbah B3, pelaku dan didaur ulang kembali. Kewajiban
pengelolaan, kegiatan pengelolaan, tata pemegang izin penyimpanan limbah B3
laksana, dan sanksi. 1. Melakukan identifikasi Limbah B3 yang
Pengelolaan limbah B3 adalah kegiatan dihasilkan;
yang meliputi pengurangan, penyimpanan, 2. Pencatatan nama dan jumlah Limbah B3
pengumpulan, pengangkutan, yang dihasilkan;
pemanfaatan, pengolahan dan/atau 3. Melakukan Penyimpanan Limbah B3;
penimbunan. Pengelolaan limbah B3 tidak 4. Melakukan Pemanfaatan dan/atau
dilakukan oleh sebab limbah tersebut Pengolahan dan/atau Penimbunan
diambil oleh pihak ketiga untuk dan/atau menyerahkan kepada
dimanfaatkan kembali sesuai dengan Pengumpul dan/atau Pengolah
macam dan karakteristiknya. Pada dan/atau Pemanfaat dan/atau
Tambang Perusahaan pengelolaan Limbah Penimbun Limbah B3 yang memiliki
Bahan Berbahaya dan Beracun (LB3) Unit izin.
Penambangan Laut Bangka terhadap majun 5. Menyusun dan menyampaikan laporan
bekas oli, filter bekas oli, oli bekas, oil Penyimpanan Limbah B3.
sludge yang berasal dari oil trap, accu Prosedur tindakan sistem
bekas ditampung di tempat Penampungan pengelolaan limbah Bahan Berbahaya dan
Sementara Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3):
Beracun (LB3) disetiap lokasi kapal 1. Melengkapi tempat penyimpanan
produksi yang ada. sementara limbah B3 dengan
TPS Limbah Bahaya Berbahaya dan kemiringan 1% ke satu arah, pembuatan
Beracun (LB3) Unit Produksi Laut Bangka saluran, bak penampung tumpahan
memiliki izin penyimpanan sementara dari minyak dan pemasangan papan nama.
BLH Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. 2. Melengkapi kemasan limbah B3 dengan
Unit Produksi Laut Bangka bekerjsama simbol dan label sesuai dengan
dengan pihak III untuk melakukan peraturan yang berlaku.
penanganan, pengelolaan dan 3. Pelaporan inventarisasi limbah B3 setiap
pengangkutan Limbah B3 yang telah tiga bulan.
dimiliki izin operasi dari Kementerian

74
P-JIAP: Vol. 4 (1) 2019; Rismika & Purnomo
Tabel 3. Daftar Pengelolaan Limbah B3 UPLB

Data Limbah (Kg)


No Bulan Jenis Limbah Stok Stok
Masuk Keluar
Awal Akhir
1 Oktober 2016 Oli Bekas 27.289 0 27.289 0
Solar Bekas 2.929 0 2.929 0
Filter Bekas 0.954 0 0.954 0
Grease 0.616 0 0.616 0
2 Nopember 2016 Oli Bekas 0 7.854 - 7.854
Solar Bekas 0 488 - 488
Filter Bekas 0 1050 - 1050
Grease Bekas 0 0 - 0
3 Desember 2016 Oli Bekas 3.179 - 11.033
Solar Bekas 110 - 0.545
Filter Bekas 525 - 1.575
Grease Bekas 0 - 0.215
Sumber: PT Timah, 2016

Pengelolaan limbah B3 dan interaksi antar  Membuat dan menyimpan catatan


pelaku pengelolaan: tentang jenis, karakteristik, jumlah,
1. Penghasil dan waktu limbah B3 dihasilkan dan
 Wajib melakukan reduksi, mengolah, diserahkan ke pihak ke-3, serta nama
dan/atau menimbun LB3. Jika tidak pengangkut yang melaksanakan
bisa, dapat diserahkan ke pihak ke-3 pengiriman.
yang berizin.  Pelaporan minimal 6 bulan sekali
 Menyimpan limbah B3 maksimal 90 kepala KLH, atau berdasarkan surat
hari, dapat diperpanjang jika limbah izin penyimpanan.
B3 yang dihasilkan kurang dari 50 2. Pengumpul
kg/hari. Tempat penyimpanan  Pengumpul harus berbentuk badan
mengikuti ketentuan teknis (KepKa usha dan membuat AMDAL untuk
Bapedal 01/1995). pengumpulan lebih dari 1 jenis LB3.
 Memberikan simbol dan label di  Menyimpan limbah B3 maksimal 90
setiap kemasan dan symbol di tempat hari sebelum diserahan ke pihak lain.
penyimpanan (Kepka Bapedal  Memiliki sistem tanggap darurat.
05/1995).  Memiliki laboratorium analisa LB3
 Memiliki sistem tangkap darurat. dan tenaga terdidik di bidang
pengelolaan LB3

75
P-JIAP: Vol. 4 (1) 2019; Rismika & Purnomo
 Memiliki asuransi pencemaran  Memiliki laboratorium analisa LB3
lingkungan dengan nilai minimal Rp. dan tenaga terdidik di bidang
5 milyar. pengelolaan LB3.
 Membuat dan menyimpan catatan  Memiliki asuransi pencemaran
tentang jenis, karakteristik, jumlah, lingkungan dengan nilai minimal Rp.
dan waktu limbah B3 diterima dan 5 Milyar.
diserahkan ke pihak ke-3, serta nama  Membuat dan menyimpan catatan
pengangkut yang melaksana tentang jenis, karakteristik, jumlah,
pengiriman. dan waktu limbah B3 dikumpulkan,
 Melaporkan pencatatan minimal 6 dimanfaatkan, dan produk yang
bulan sekali kepada KLH, atau dihasilkan, serta nama pengangkut
berdasarkan surat izin pengumpulan. yang melaksanakan pengiriman.
3. Pengangkut  Melaporkan pencatatan minimal 6
 Pengangkut harus berbentuk badan bulan sekali kepada KLH, atau
usaha berdasarkan surat izin pemanfaatan.
 Dapat dilakukan oleh penghasil 5. Pengolah
dengan ketentuan yang berlaku sama  Pengolah harus berbentuk badan
dengan pengangkut limbah B3. usaha dan memiliki AMDAL.
 Memiliki rekomendasi dari KLH dan  Memiliki izin dari KLH.
izin dari Departemen Perhubungan.  Menyimpan limbah B3 maksimal 90
 Wajib Ddisertai dokumen limbah B3 hari sebelum diolah atau limbah B3
(Manifest limbah B3). yang dihasilkan.
 Menyerahkan Limbah B3 yang  Memiliki sistem tanggap darurat.
diangkut ke penerima yang sudah  Memiliki laboratorium analisa LB3
terlebih dahulu ditunjuk oleh dan tenaga terdidik di bidang
pengirim (PerMen LH 18/2009 Pasal pengelolaan LB3.
4 ayat (2).  Memiliki asuransi pencemaran
 Memiliki asuransi pencemaran lingkungan dengan nilai minimal Rp.
lingkungan nilai minimal Rp. 5 5 Milyar.
milyar.  Membuat dan menyimpan catatan
 Memiliki sistem tanggap darurat. tentang jenis, karakteristik, jumlah,
4. Pemanfaat dan waktu limbah B3 dikumpulkan,
 Pemanfaat harus berbentuk badan diolah, , serta nama pengangkut yang
usaha dan memiliki AMDAL melaksanakan pengiriman.
 Memiliki rekomendasi dari KLH dan  Melaporkan pencatatan minimal 6
izin dari departemen perindustrian. bulan sekali kepada KLH, atau
 Meyimpan limbah B3 maksimla 90 berdasarkan surat izin pengolahan.
hari sebelum dimanfaatkan. 6. Penimbun
 Memiliki sistem tanggap darurat.
76
P-JIAP: Vol. 4 (1) 2019; Rismika & Purnomo
 Pengolah harus berbentuk badan ditetapkan dalam keputusan Menteri
usaha dan memiliki AMDAL. Lingkungan Hidup Republik Indonesia
 Memiliki izin dari KLH. Nomor 51 Tahun 2004 Lampiran III.
 Dapat dilakukan oleh penghasil Dengan adanya monitoring terhadap
dengan ketentuan yang berlaku sama kualitas air laut diharapkan kegiatan
dengan penimbun limbah B3. penambangan yang dilakukan tidak
 Memiliki sistem tanggap darurat. mencemari perairan pantai dan laut.
 Memiliki laboratorium analisa B3 dan Parameter yang diukur meliputi kecerahan,
tenaga terdidik di bidang kebauan, kekeruhan, residu tersuspensi,
pengelolaan LB3. sampah, suhu (in-situ), dan lapisan minyak,
 Memiliki asuransi pencemaran salinitas, pH, oksigen terlarut (Dissolved
lingkungan dengan nilai minimal Rp. Oxygen), Biological Oxygen Demand (BOD2),
5 milyar. ammonia (N-NH3), fosfat (PO4P), nitrat
 Membuat dan menyimpan catatan (NO3-N), Sianida (CN), sulfide (H2S).
tentang sumber, jenis, karakteristik, senyawa fenol total, surfaktan (detergen),
dan jumlah limbah B3 yang ditimbun, minyak dan lemak, raksa (Hg), kromium VI
serta nama pengangkut yang (Cr VI), arsen (As), cadmium terlarut (Cd),
melakukan pengakutan. tembaga terlarut (Cu), timbal larut (Pb),
 Melaporkan pencatatan minimal 6 seng terlarut (Zn), nikel (Ni), PAH
bulan sekali kepada KLH, atau (poliaromatik hidrokarbon), PCB total
berdasarkan surat izin penimbunan. (Poliktor bifenil), Tributil Tin (TBT).
Upaya yang pengelolaan lingkungan Berdasarkan penjelasan diatas,
yang telah dilakukan oleh usaha terlihat bahwa hasil analisis untuk
pertambangan laut untuk mencegah keseluruhan tersebut jadi telah memenuhi
timbulnya kerusakan terumbu karang, baku mutu masing-masing parameter,
kekeruhan, serta limbah hidrokarbon. kecuali pada parameter salinitas yang
menunjukan hasil 35,7% (titik 1), 34,8%
Hasil Pengukuran Kualitas Air Laut (titik 2), dan 37,5% (titik 3) yang berarti
Air merupakan kebutuhan paling melebihi baku mutu (33-34%).
esensial bagi makhluk hidup. aktifitas
manusia yang semakin meningkat dengan KESIMPULAN
jumlah populasi yang cenderung naik dari Aktivitas pertambangan dilaut yang
waktu ke waktu berpotensi menimbulkan semakin marak di kabupaten Bangka saat
dampak terhadap penurunan kualitas ini telah berdampak terhadap menurunnya
lingkungan terurama kualitas air. Air laut daya dukung dan daya tampung
merupakan komponen utama penyusunan lingkungan, terjadinya penyusutan
keseluruhan air di muka bumi ini. sumberdaya alam dan lingkungan,
Pengukuran kualitas air laut ditetapkan penerapan Standar Mutu Lingkungan
melaui pembandingan nilai hasil Hidup yang masih lemah, masalah
pengukuran dengan nilai baku mutu yang Pemanfaatan Dan Pengurasan Sumber

77
P-JIAP: Vol. 4 (1) 2019; Rismika & Purnomo
Daya Alam (hutan, tanah, sumberdaya air, Kebijakan tersebut dan ketepatan sebuah
keanekaragaman hayati dan sumberdaya program sudah mulai berjalan dengan
pesisir dan laut) , dan pencemaran cukup baik dan dengan ada kebijakan
lingkungan. Kebijakan pertambangan yang tersebut pemerintah kabupaten Bangka
diatur dalam UU No. 32 Tahun 2009 untuk mendorong penaatan perusahaan
tentang Perlindungan dan Pengelolaan dalam pengelolaan lingkungan hidup
Lingkungan Hidup, terbit 3 Oktober 2009 melalui instrumen informasi.
pada pasal 1 yang menyebutkan bahwa izin
lingkungan adalah izin yg diberikan DAFTAR PUSTAKA
kepada setiap orang yg melakukan usaha Arif & Zulkarnain. (2008). Dasar-Dasar
dan/atau kegiatan yang wajib AMDAL Manajemen dalam Teknologi
atau UKL-UPL dalam rangka perlindungan Informasi. Jurnal SAINTIKOM Vol. 5,
dan pengelolaan lingkungan hidup sebagar No. 2 Agustus 2008.
prasyarat untuk memperoleh izin usaha Daryanto. (1997). Kamus Indonesia Lengkap.
dan/atau kegiatan. Surabaya : Apollo.
Hasil pengukuran kualitas air laut Sule, ET., Kurniawan. S. (2009). Pengantar
yang meliputi kecerahan, kebauan, Manajemen. Jakarta: Kencana Prenada
kekeruhan, residu tersuspensi, sampah, Media Goup.
suhu (in-situ), dan lapisan minyak, Fattah, N. (2011). Landasan Manajemen
salinitas, pH, oksigen terlarut (Dissolved Pendidikan. Bandung : PT Remaja
Oxygen), Biological Oxygen Demand (BOD2), Rosdakarya.
ammonia (N-NH3), fosfat (PO4P), nitrat Heriyansyah. (2015). Implementasi
(NO3-N), Sianida (CN), sulfide (H2S). peraturan pemerintah nomor 78 tahun
2010 tentang reklamasi dan
senyawa fenol total, surfaktan (detergen),
pascatambang (Studi Kasus Pada PT.
minyak dan lemak, raksa (Hg), kromium VI
Raja Kutai Baru Makmur di Desa
(Cr VI), arsen (As), cadmium terlarut (Cd), Kutai Lama Kecamatan Anggana
tembaga terlarut (Cu), timbal larut (Pb), Kabupaten Kutai Kartanegara).
seng terlarut (Zn), nikel (Ni), PAH eJournal Ilmu Pemerintahan, 3 (1)
(poliaromatik hidrokarbon), PCB total 2015: 520-534 ISSN 0000-0000,
(Poliktor bifenil), Tributil Tin (TBT) telah ejournal.ip.fisip-unmul.ac.id ©
Copyright.
memenuhi baku mutu masing-masing
parameter, kecuali pada pengukuran Heriyanto. (2009). Suatu Tinjauan Atas
salinitas yang menunjukan hasil yang Penilaian Prestasi Kerja Pegawai Pada
Pusat Penelitian Dan Pengembangan
melebihi baku mutu tetapi masih dalam
Sumber Daya Air.
batas kewajaran.
Hosio. (2007). Kebijakan Publik dan
Jadi setiap usaha atau kegiatan
Desentralisasi : Esai-Esai Dari Sorong.
pertambangan di laut harus memiliki izin Yogyakarta: Laksbang Yogyakarta.
lingkungan supaya pertambangan di laut
terarah sesuai dengan peraturan yang ada.

78
P-JIAP: Vol. 4 (1) 2019; Rismika & Purnomo
Manik, J.D.N. (2014). Kebijakan Vatria, B. (2013). Berbagai Kegiatan Manusia
Pertambangan Laut Timah Yang Yang Dapat Menyebabkan Terjadinya
Berdampak Pada Lingkungan. Degradasi Ekosistem Pantai Serta
Dampak Yang Ditimbulkannya.
Manullang, M. (1983). Dasar-Dasar
Manajemen. Edisi ketiga. Jakarta. Wahyuni, Sasongko, P. Sasongko. (2013).
Erlangga. Kandungan Logam Berat pada Air,
Sedimen dan Plankton di Daerah
Moleong, J.L. (2004). Metode Penelitian
Penambangan Masyarakat Desa Batu
Kualitatif. Bandung: Remaja Rosda
Belubang Kabupaten Bangka Tengah.
Karya.
Widyastuti, M. (2007). Analisis ekonomi
Nazir. M. (2003). Metode Penelitian. Jakarta:
usaha timah tambang inkonvensional (ti)
PT. Ghalia Indonesia. di kecamatan belinyu kabupaten bangka
Nugroho, R. (2004). Kebijakan Publik, propinsi kepulauan bangka Belitung.
Formulasi, Implementasi, dan Evaluasi. Winarno, B. (2013). Kebijakan Publik Teori,
Jakarta : PT Gramedia. Proses, dan Studi Kasus. Yogyakarta
Rusli, Budiman.2013. KEBIJAKAN PUBLIK: CPAS (Center Of Academic Publishing
Membangun Pelayanan Publik Yang Service).
Responsif. Bandung : Hakim Winarno, B. (2008). Kebijakan Publik Teori
Publishing. dan Proses. Jakarta: PT Buku Kita
Subarsono, AG. (2011). Analisis kebijakan Yustiani, Rusmaya, & Pratama. (2012).
Publik : Konsep. Teori dan Aplikasi. Pengaruh Aktivitas Penambangan Timah
Yogyakarta : Pustaka Pelajar. Oleh Kapal Keruk Terhadap Kualitas
Suharno. (2010). Dasar-Dasar Kebijakan Parameter Fisik (Kekeruhan, TSS, Suhu)
Publik. UNY Press. Air Laut Di Teluk Kebalat Belinyu
Kabupaten Bangka. Volume 14 Nomor
Sapanli, K. (2009). Analisis Kebijakan
2 Desember 2012.
Pembangunan Ekonomi Kelautan Di
Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Mutiari, D. (2014). Manajemen Birokrasi dan
Kebijakan (Penelusuran Konsep dan
Soebandono. (2009). Sistem Manajemen
Teori). Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Keselamatan dan Kesehatan Kerja
(Pengertian dan Fungsi Manajemen).
Soemarwoto, O. (1994). Ekologi Lingkungan Undang-Undang dan peraturan lainnya:
dan Pembangunan. Jakarta: Djambatan. Undang-Undang No. 11 Tahun 1967
Soerjani. M. et al (editor). (1987). Lingkungan Tentang Pertambangan Umum.
sumberdaya alam dan kependudukan Undang-Undang No 4 Tahun 2009 tentang
dalam pembangunan. Jakarta : Penerbit Pertambangan Mineral dan Batubara.
Universitas Indonesia (UI-Press).
Undang-Undang No. 32 tahun 2009 tentang
Soewartoyo dan Soetopo, T. (2009). Potensi Perlindungan dan Pengelolaan
sumber daya alam dan Lingkungan Hidup, terbit 3 Oktober
peningkatankualitas sumber daya manusia 2009
di kawasan Masyarakat Pesisir, kabupaten
Bangka. Vol. IV, No. 2, 2009. PP No.78 Tahun 2010 Tentang Reklamasi
dan Penutupan Tambang.

79
P-JIAP: Vol. 4 (1) 2019; Rismika & Purnomo
80
P-JIAP: Vol. 4 (1) 2019; Rismika & Purnomo

You might also like