Vajracchedikā Prajñāpāramitā Sūtra - SKT, Eng, Indo - 20190521 PDF
Vajracchedikā Prajñāpāramitā Sūtra - SKT, Eng, Indo - 20190521 PDF
1 Inilah kata-kata yang saat itu saya dengar sewaktu Bhagawan tinggal di Sravasti,
di Hutan Jeta, di arama Anathapindada, beserta rombongan besar 1.250 biksu.
Saat itu Bhagawan berpakaian di pagi hari, mengambil mangkuk dan jubahnya,
lalu memasuki kota besar Sravasti untuk berpindapata.
Kemudian, setelah berjalan berkeliling di kota besar Sravasti untuk berpindapata,
di siang harinya Bhagawan kembali setelah memakan makanan dari pindapata,
mencuci kaki dan duduk bersila di alas duduk yang telah disediakan untuk beliau,
tubuh tegak dengan perhatian yang diarahkan ke depan.
Kemudian serombongan banyak biksu menghampiri Bhagawan, dan setelah mendekati beliau,
mereka bersujud di kaki Bhagawan, mengelilingi Bhagawan tiga kali dan duduk di satu sisi.
-4-
tena khalu punaḥ samayenāyuṣmān subhūtiḥ tasyām eva pariṣadi sannipatito ’bhūt 2 Moreover, on that occasion the Venerable Subhūti had joined that particular
sanniṣaṇṇaḥ | atha khalv āyuṣmān subhūtir utthāyāsanād ekāṃsam uttarāsaṃgaṃ assembly and was seated with it.
kṛtvā dakṣiṇaṃ jānumaṇdalaṃ pṛthivyāṃ pratiṣṭhāpya yena bhagavāṃs tenāṃjaliṃ
praṇāmya bhagavaṃtam etad avocat | āścaryaṃ bhagavan yāvad eva Then the Venerable Subhūti rose from his seat, arranged his cloak over one shoulder,
tathāgatenārhatā samyaksaṃbuddhena bodhisatvā mahāsatvā anuparigṛhītāḥ went down on his right knee, saluted the Lord with his hands placed together, and said
parameṇānugraheṇa | yāvad eva tathāgatena bodhisatvāḥ parittāḥ paramayā this to the Lord: “It is a marvellous thing, Lord, just how much bodhisattvas and
parindanayā | kathaṃ bhagavan bodhisattvayānasaṃprasthitena sthātavyam | mahāsattvas have been favoured with the highest of favours by the Realized, Worthy
kathaṃ pratipattavyam | kathaṃ cittaṃ pratigṛhītavyam | evam ukte bhagavān and Perfectly Awakened One, just how much bodhisattvas have been entrusted with the
āyuṣmaṃtaṃ subhūtim etad avocat | sādhu sādhu subhūte evam etat greatest of trusts by the Realized One.
subhūte anuparigṛhītās tathāgatena bodhisatvāḥ parameṇānugraheṇa | How, Lord, should one who has set out on the bodhisattva path take his stand, how
should he proceed, how should he control the mind?”
At these words the Lord said this to the Venerable Subhūti, “Well done, Subhūti,
well done! Quite so, Subhūti.
-5-
2 Pada saat itu Ayusman (Teman) Subhuti juga ikut dalam rombongan tersebut dan duduk bersama mereka.
Kemudian Ayusman Subhuti bangkit dari alas duduknya,
menyampirkan jubah di satu bahu, berlutut dengan kaki kanannya, bersujud dengan sembah kepada Bhagawan dan berkata demikian kepada Bhagawan:
“Sungguh sesuatu yang mengagumkan, Bhagawan, betapa Tathagata, Arhat, Samyaksambuddha mengasihi para bodhisatwa dan mahasatwa setinggi-tingginya;
betapa para bodhisatwa dipercayai dengan kepercayaan tertinggi oleh Tathagata.
Bhagawan, bagaimana seorang yang sudah berada dalam jalan kehidupan bodhisatwa mengambil sikap, bagaimana sebaiknya dia menerapkannya,
bagaimana sebaiknya dia memantau pikirannya?”
Mendengar kata-kata ini, Bhagawan berkata demikian kepada Ayusman Subhuti: “Bagus sekali, Subhuti, bagus sekali! Memang demikian, Subhuti.
-6-
parittās tathāgatena bodhisatvāḥ paramayānuparindanayā | tena hi subhūte śṛṇu Bodhisattvas have been favoured with the highest of favours by the Realized One,
sādhu ca suṣṭhu ca manasikuru bhāṣiṣye | yathā bodhisattvayānasaṃprasthitena bodhisattvas have been entrusted with the greatest of trusts by the Realized One.
sthātavyam | yathā pratipattavyam | yathā cittaṃ pratigṛhītavyam | evaṃ bhagavann
ity āyuṣmān subhūtir bhagavataḥ pratyaśrauṣīt | bhagavāṃs tān etad avocat | iha Therefore listen, Subhūti, and pay attention closely and carefully. I will tell how one
subhūte bodhisattvayānasaṃprasthitair evaṃ cittam utpādayitavyam || who has set out on the bodhisattva path should take his stand, how he should proceed,
how he should control the mind.”
“Yes, Lord,” replied the Venerable Subhūti, signifying his assent to the Lord.
The Lord said this to them: “In this regard, Subhūti, those who have set out on the
bodhisattva path should have the following thought:
-7-
3 ‘Betapa pun banyaknya semua makhluk hidup yang ada, yang dapat dikumpulkan dan dijumlah: baik yang lahir dari telur, atau lahir dari rahim,
atau lahir dari kelembaban, atau yang muncul secara spontan; baik yang memiliki jasmani maupun tanpa jasmani; baik yang memiliki pencerapan atau
yang tidak memiliki pencerapan; atau bahkan yang tidak memiliki pencerapan maupun tanpa pencerapan—
bagaimanapun definisi alam makhluk-makhluk hidup jika didefinisikan—
saya akan menghantarkan mereka semua pada pelepasan sempurna (pari-nirvāna) dalam alam pelepasan tanpa sisa (an-upadhiśeṣe nirvāṇa-dhātu).
Akan tetapi, setelah dengan demikian saya menghantarkan makhluk-makhluk hidup yang tak terhitung jumlahnya tersebut pada pelepasan sempurna (pari-nirvāna),
tidak ada satu makhluk hidup apa pun yang dihantarkan pada pelepasan.’
Apakah sebabnya?
Subhuti, jika gagasan tentang makhluk hidup terlintas di benak seorang bodhisatwa, dia seharusnya tidak dapat disebut bodhisatwa.
Mengapa demikian?
Subhuti, siapa pun yang dalam benaknya timbul gagasan tentang makhluk hidup (satvasaṃjñā), atau gagasan tentang jiwa (jīvasaṃjñā), atau
gagasan tentang sosok orang (pudgalasaṃjñā), dia tidak dapat disebut bodhisatwa.”
- 10 -
api tu khalu punaḥ subhūte bodhisatvena na vastupratiṣṭhitena dānaṃ dātavyam | na 4 “However, a bodhisattva should not give a gift while fixing on an object, Subhūti.
kvacit pratiṣṭhitena dānaṃ dātavyam | na rūpapratiṣṭhitena dānaṃ dātavyaṃ na
śabdagandharasaspraṣṭavyeṣu na dharmapratiṣṭhitena dānaṃ dātavyam | evaṃ hi He should not give a gift while fixing on anything.
subhūte bodhisatvena dānaṃ dātavyam | yathā na nimittasaṃjñāyāṃ pratitiṣṭhet | tat He should not give a gift while fixing on physical forms.
kasya hetoḥ | yaḥ subhūte bodhisatvaḥ apratiṣṭhito dānaṃ dadāti tasya subhūte
puṇyaskandhasya na sukaraṃ pramāṇam udgrahītum | He should not give a gift while fixing on sounds, smells, tastes or objects of touch,
or on dharmas.
For this is the way, Subhūti, a bodhisattva should give a gift, so that he does not fix on
the idea of the distinctive features (of any object).
Why is that? Subhūti, it is not easy to take the measure of the quantity of merit, Subhūti,
of the bodhisattva who gives a gift without fixation.
- 11 -
4 “Walau bagaimanapun, seorang bodhisatwa seharusnya tidak melakukan suatu pemberian sambil terpukau (pratiṣṭhita) pada objeknya, Subhuti.
Dia seharusnya tidak melakukan suatu pemberian sambil terpukau pada apa pun.
Dia seharusnya tidak melakukan suatu pemberian sambil terpukau pada wujud fisik.
Dia seharusnya tidak melakukan suatu pemberian sambil terpukau pada suara, bebauan, citarasa, objek sentuhan, atau objek mental (dharmas).
Karena dengan cara beginilah, Subhuti,
seorang bodhisatwa melakukan pemberian sehingga dia tidak terpukau pada gagasan tanda-tanda khusus (nimittasaṃjñā) dari objek apa pun.
Mengapa demikian?
Subhuti, tidaklah mudah untuk mengukur tumpukan daya kebajikan (puṇyaskandha) dari bodhisatwa yang melakukan pemberian tanpa terpukau (apratiṣṭhita), Subhuti.
- 12 -
tat kiṃ manyase subhūte sukaraṃ pūrvasyāṃ diśi ākāśasya pramāṇam udgrahītum | 5 What do you think, Subhūti, is it easy to take the measure of space in the east?”
subhūtir āha | no hīdaṃ bhagavan | evaṃ dakṣiṇapaścimottarāsv adha ūrdhvaṃ
vidikṣu-r-avidikṣu | daśasu dikṣu | sukaram ākāśasya pramāṇam udgrahītum | Subhūti said, “Indeed not, Lord.”
subhūtir āha | na hīdaṃ bhagavan | bhagavān āha | evam etat subhūte | evam etat “Similarly, is it easy to take the measure of space in the south, west, north, nadir,
subhūte yo bodhisatvo ’pratiṣṭhito dānaṃ dadāti tasya puṇyaskandhasya na sukaraṃ zenith, all the intermediate directions and any direction besides them, in the ten
pramāṇam udgrahītum | api tu khalu punaḥ subhūte evaṃ bodhisatvena dānamayaṃ directions?”
puṇyakṛyāvastuṃ dānaṃ dātavyam |
Subhūti said, “Indeed not, Lord.”
The Lord said, “Quite so, Subhūti. Quite so, Subhūti. It is not easy to take the measure
of the quantity of merit of the bodhisattva who gives a gift without fixation.
However, this is the way a bodhisattva should give a gift, Subhūti, as an instance of the
meritorious activity which consists in giving.
- 13 -
5 Bagaimana menurut pendapatmu, Subhuti, apakah mudah untuk mengukur ruang angkasa di sebelah timur?”
Subhuti berkata, “Tentu saja tidak, Bhagawan.”
“Begitu pula, apakah mudah untuk mengukur ruang angkasa di sebelah selatan, barat, utara, nadir (titik terendah), zenit (puncak teratas),
semua penjuru antara, dan penjuru-penjuru lainnya di sepuluh penjuru?”
Subhuti berkata, “Tentu saja tidak, Bhagawan.”
Bhagawan berkata, “Memang demikian, Subhuti. Memang demikian, Subhuti.
Tidaklah mudah untuk mengukur tumpukan daya kebajikan dari bodhisatwa yang melakukan pemberian tanpa terpukau.
Walau bagaimanapun, Subhuti, memang beginilah cara seorang bodhisatwa melakukan pemberian—
pemberian sebagai suatu tindakan pengumpul daya kebajikan (puṇyakṛyā).”
- 14 -
tat kiṃ manyase subhūte tathāgato lakṣaṇasaṃpadā draṣṭavyaḥ | bhagavān āha na “What do you think, Subhūti, can a Realized One be seen by virtue of the possession of
lakṣaṇasaṃpadā tathāgato draṣṭavyaḥ | tat kasya hetoḥ | yā sā tathāgatena distinctive features?”
lakṣaṇasaṃpad bhāṣitā saivālakṣaṇasaṃpat | evam ukte bhagavān āyuṣmaṃtaṃ
subhūtim etad avocat | yāvat subhūte lakṣaṇaṃ tāvan mṛṣā | yāvad alakṣaṇaṃ tāvad Subhūti said, “A Realized One cannot be seen by virtue of the possession of
amṛṣā | iti hi lakṣaṇālakṣaṇataḥ tathāgato draṣṭavyaḥ || distinctive features.
Why is that? The very thing which the Realized One has preached as the possession of
distinctive features lacks any possession of distinctive features.”
At these words the Lord said this to the Venerable Subhūti, “Subhūti, as long as there is
any distinctive feature there is falsehood, and as long as there is no distinctive feature
there is no falsehood.
Accordingly, it is by virtue of the featurelessness of his distinctive features that a
Realized One can be seen.”
- 15 -
Mengapa demikian?
Seandainya Subhuti, gagasan tentang dharma terlintas dalam benak para bodhisatwa tersebut, maka mereka akan menggenggam adanya diri (ātmagrāha),
akan menggenggam adanya makhluk hidup (satvagrāha), menggenggam adanya jiwa (jīvagrāha), menggenggam adanya sosok orang (pudgalagrāha).
Begitu juga, seandainya terlintas gagasan tentang non-dharma (adharmasaṃjñā) maka mereka akan menggenggam adanya diri (ātmagrāha), menggenggam adanya makhluk
hidup (satvagrāha), menggenggam adanya jiwa (jīvagrāha), menggenggam adanya sosok orang (pudgalagrāha).
Mengapa demikian?
Karena seseorang seharusnya tidak menggenggam adanya dharma (dharmā) atau non-dharma (adharmā) apa pun, Subhuti.
Jadi, dengan dasar pengertian inilah, Tathagata mengatakan bahwa mereka yang memahami pembabaran ajaran (dharmaparyāya) ‘Perumpamaan Rakit,’
seharusnya melepaskan dharma itu sendiri, apalagi non-dharma.
- 22 -
punar aparaṃ bhagavān āyuṣmaṃtaṃ subhūtim etad avocat | tat kiṃ manyase 7 Furthermore, the Lord said this to the Venerable Subhūti:
subhūte kācit tathāgatenānuttarā samyaksaṃbodhir abhisaṃbuddhā | kaścid vā
dharmas tathāgatena deśitaḥ || subhūtir āha | yathāhaṃ bhagavan bhagavato “What do you think, Subhūti? Is there anything whatsoever that the Realized One has
bhāṣitasyārtham ājānāmi nāsti sa kaścid dharmo yas tathāgatenānuttarā fully awakened to, or any dharma whatsoever that the Realized One has taught,
samyaksaṃbodhir abhisaṃbuddhā | nāsti sa kaścid dharmo yas tathāgatena deśitaḥ | as supreme and perfect awakening?”
tat kasya hetoḥ | yo ’sau tathāgatena dharmo deśitaḥ | agrāhyaḥ so ’nabhilapyaḥ | na Subhūti said, “Lord, as I understand the meaning of what the Lord has preached, there
sa dharmo nādharmaḥ | tat kasya hetoḥ | asaṃskṛtaprabhāvitā hy āryapudgalāḥ | is no dharma whatsoever that the Realized One has fully awakened to, nor any dharma
whatsoever that the Realized One has taught, as supreme and perfect awakening.
Why is that? The dharma which the Realized One has taught is ungraspable, it is
ineffable, it is neither a dharma nor a non-dharma.
Why is that? Because the Noble Persons are distinguished by the power they derive
from the unconditioned.”
- 23 -
Mengapa demikian?
Sebab karena dari sinilah, Subhuti, lahirnya penggugahan para Tathagata yang tertinggi, lengkap, dan sempurna;
dari sinilah para Buddha dan para Bhagawan lahir.
Apakah sebabnya?
Subhuti, apa yang disebut ‘dharma dari Buddha’ (buddhadharmā),
sesungguhnya tidak memiliki dharma apa pun dari Buddha (abuddhadharmā).”
- 28 -
tat kiṃ manyase subhūte | api nu srotāpannasya evaṃ bhavati mayā 9a “What do you think, Subhūti? Does it occur to a Stream-enterer that he has
srotāpattiphalaṃ prāptam iti | subhūtir āha | no hīdaṃ bhagavan | bhagavān āha | tat obtained the fruit of Stream-entry?”
kasya hetoḥ | na hi sa bhagavan kiṃcid āpannaḥ | tenocyate srotāpanna iti | na
rūpam āpanno na śabdān na gandhān na rasān na spraṣṭavyān na dharmān Subhūti said, “No indeed, Lord. Why is that? Because, Lord, he has not entered
āpannaḥ | tenocyate srotāpanna iti | saced bhagavan srotāpannasyaivaṃ bhaven anything. That is why he is called a Stream-enterer. He has not entered form, nor has
mayā srotāpattiphalaṃ prāptam iti sa eva tasyātmagrāho bhavet sattvagrāho he entered sounds, smells, tastes, objects of touch, or dharmas. That is why he is called
jīvagrāhaḥ pudgalagrāho bhaved iti ‘a Stream-enterer.’”
If, O Lord, it would occur to the Streamwinner, ‘by me has the fruit of a Streamwinner
been attained’, then that would be in him a seizing of self, seizing of a being, seizing of
a soul, seizing of a person.
- 29 -
10c “Oleh karena itu, Subhuti, seorang bodhisatwa seharusnya membangkitkan aspirasinya (utpāda) tanpa terpukau.
Dia membangkitkan aspirasinya tanpa terpukau pada wujud,
dia membangkitkan aspirasinya tanpa terpukau pada suara, bebauan, citarasa, objek sentuhan, atau objek mental (dharmas);
dia membangkitkan aspirasinya tanpa terpukau sama sekali pada apa pun.
Subhuti, andaikan, katakanlah seseorang dengan keberadaan dirinya (ātmabhāva) sedemikian rupa,
katakanlah seperti Sumeru, raja dari semua gunung.
Bagaimana menurut pendapatmu, Subhuti? Apakah keberadaan dirinya akan besar dan kokoh?”
Subhuti berkata, “Keberadaan dirinya akan besar dan kokoh, Bhagawan, akan besar dan kokoh, Sugata.
Mengapa demikian, Bhagawan? Tathagata telah menjelaskannya sebagai suatu ketidakadaan (abhāva).
Itulah sebabnya disebut ‘keberadaan diri’ (ātmabhāva), karena itu bukan keberadaan (bhāva).
Dengan dasar pengertian itulah, digunakan istilah ‘keberadaan diri.’”
- 38 -
bhagavān āha | tat kiṃ manyase subhūte yāvaṃtyo gaṃgānadyāṃ vālukās tāvaṃtya 11 The Lord said, “What do you think, Subhūti? If there were just as many Ganges
eva gaṃgānadyo bhaveyuḥ | api nu tāsu bahvyo vālukā bhaveyuḥ | subhūtir āha | tā Rivers as there are grains of sand in the Ganges River, would the grains of sand in
eva tāvad bhagavan bahvyo gaṃgānadyo bhaveyuḥ prāg eva yās tāsu vālukāḥ | them be numerous?”
bhagavān āha | ārocayāmi te subhūte prativedayāmi te yāvaṃtyas tāsu gaṃgānadīṣu
vālukā bhaveyuḥ | tāvaṃtyo lokadhātavaḥ kaścid eva strī vā puruṣo vā Subhūti said, “That many Ganges Rivers alone would be numerous, Lord, to say
saptaratnapratipūrṇaṃ kṛtvā tathāgatebhyo ’rhadbhyaḥ samyaksaṃbuddhebhyo nothing of the grains of sand in them.”
dānaṃ dadyāt | tat kiṃ manyase subhūte | api nu sā strī vā puruṣo vā tatonidānaṃ The Lord said, “I’ll tell you, Subhūti, I’ll have you know—if there were as many world-
bahu puṇyaṃ prasunuyāt | subhūtir āha | bahu bhagavan bahu sugata | sā strī vā systems as there would be grains of sand in those Ganges Rivers, and some woman or
puruṣo vā tatonidānaṃ bahu puṇya prasunuyāt | man were to fill them with the seven treasures and make a gift of them to the Realized,
Worthy and Perfectly Awakened Ones, what do you think, Subhūti, would that woman
or man generate a lot of merit on that basis?”
Subhūti said, “A lot, Lord, a lot, Blessed One. That woman or man would generate a
lot of merit on that basis.”
- 39 -
11 Bhagawan berkata,
“Bagaimana menurut pendapatmu, Subhuti?
Seandainya ada sejumlah sungai-sungai Gangga sebanyak butiran-butiran pasir di Sungai Gangga itu sendiri,
apakah butir-butir pasir di dalamnya sangat banyak?”
Subhuti berkata,
“Sejumlah sungai-sungai Gangga itu sendiri sudah sangat banyak, Bhagawan, apalagi butiran-butiran pasir di dalamnya.”
Bhagawan berkata, “Saya akan memberitahumu, Subhuti, saya akan membuatmu tahu—
seandainya ada sejumlah sistem-sistem tata alam sebanyak butiran-butiran pasir di sungai-sungai Gangga tersebut;
dan seandainya ada wanita atau pria yang memenuhi itu semua dengan tujuh jenis ratna manikam dan memberikannya sebagai persembahan kepada
Tathagata, Arhat, Samyaksambuddha. Bagaimana menurut pendapatmu, Subhuti,
akankah wanita atau pria tersebut menghasilkan banyak sekali daya kebajikan dari perbuatannya itu?”
Subhuti berkata, “Banyak sekali, Bhagawan, banyak sekali, Sugata.
Wanita atau pria tersebut akan menghasilkan banyak sekali daya kebajikan dari perbuatannya itu.”
- 40 -
bhagavān āha | yaś ca khalu punaḥ subhūte tāvaṃtyo lokadhātavaḥ The Lord said, “If, however, someone were to fill that many world-systems with the
saptaratnapratipūrṇaṃ kṛtvā dānaṃ dadyāt | yaś ceto dharmaparyāyād aṃtaśaś seven treasures and make a gift of them, Subhūti, and if someone were to do no more
catuṣpadikām api gāthām udgṛhya parebhyo deśayet | ayaṃ tato bahutaraṃ puṇyaṃ than learn just a four-lined verse from this round of teachings and teach it to others,
prasunuyād aprameyam asaṃkhyeyam | the latter would generate from that a lot more merit, an immeasurable and incalculable
amount.
- 41 -
Bhagawan berkata,
“Akan tetapi, seandainya seseorang memenuhi begitu banyaknya sistem tata alam dengan
tujuh jenis ratna manikam dan membuatnya sebagai persembahan, Subhuti,
dan seandainya seorang lainnya mempelajari hanya satu bait berbaris empat dari pembabaran ajaran ini serta mengajarkannya kepada orang lain,
maka dari perbuatan tersebut, orang ini akan menghasilkan jauh lebih banyak
daya kebajikan yang jumlahnya tak terukur dan tak terhitung.”
- 42 -
api tu khalu subhūte yasmin pṛthivīpradeśe ito dharmaparyāyād aṃtaśaś 12 “However, Subhūti, the piece of ground where one might do no more than recite or
catuṣpadikām api gāthāṃ bhāṣyeta vā deśyeta vā sa pṛthivīpradeśaś caityabhūto teach just a four-lined verse from this round of teachings would become a veritable
bhavet | sadevamānuṣāsurasya lokasya kaḥ punar vādaḥ subhūte ya imaṃ shrine for the whole world with its gods, humans and anti-gods, so it goes without
dharmaparyāyaṃ dhārayiṣyaṃti parameṇa te āścaryeṇa samanvāgatā bhaviṣyaṃti | saying, Subhūti, that those who will memorize this round of teachings will come to be
tasmiṃś ca pṛthivīpradeśe śāstā viharaty anyatarānyataro vā gurusthānīyaḥ | endowed with the most marvellous thing, and on that piece of ground the Teacher
himself dwells, or one or another of his venerable lieutenants.”
evam ukte āyuṣmān subhūtir bhagavaṃtam etad avocat | ko nāmāyaṃ bhagavan
dharmaparyāyaḥ kathaṃ cainaṃ dhārayāmi | evam ukte bhagavān āyuṣmaṃtaṃ 13a At these words, the Venerable Subhūti said this to the Lord, “What is the name,
subhūtim etad avocat | prajñāpāramitā nāmāyaṃ subhūte dharmaparyāyaḥ | evaṃ Lord, of this round of teachings, and how should I memorize it?”
cainaṃ dhāraya | tat kasya hetoḥ | yaiva subhūte prajñāpāramitā tathāgatena bhāṣitā
| saivāpāramitā | At these words, the Lord said this to the Venerable Subhūti, “This round of teachings,
Subhūti, is called the Perfection of Insight, and this is how you should memorize it. Why
is that? The very Perfection of Insight, Subhūti, which the Realized One has preached is
itself perfectionless.
- 43 -
12 Begitu juga, Subhuti, tempat di mana seseorang melafalkan atau mengajar meskipun hanya satu bait berbaris empat dari pembabaran ajaran ini,
akan menjadi sanggar pemujaan sejati bagi seluruh alam beserta para dewa, manusia, dan asura-nya;
terlebih lagi, Subhuti, mereka yang menghafalkan pembabaran ajaran ini, akan memiliki hal yang paling mengagumkan; dan di tempat itu,
Guru Buddha sendiri atau pengganti beliau akan bersemayam.”
13a Menanggapi kata-kata ini, Ayusman Subhuti berkata demikian kepada Bhagawan,
“Bhagawan, apakah nama dari pembabaran ajaran ini dan bagaimana saya harus menghafalkannya?”
Menanggapi kata-kata ini, Bhagawan berkata demikian kepada Ayusman Subhuti,
“Pembabaran ajaran ini, Subhuti, disebut Kesempurnaan Pengetahuan (prajñāpāramitā), dan begitulah sebaiknya engkau menghafalkannya.
Mengapa demikian? Subhuti, khususnya Kesempurnaan Pengetahuan yang Tathagata babarkan ini, tidak memiliki kesempurnaan (apāramitā).
- 44 -
tat kiṃ manyase subhūte api nu sa kaścid dharmo tathāgatena bhāṣitaḥ | subhūtir 13b “What do you think, Subhūti? Is there any dharma at all which the Realized One
āha | no hīdaṃ bhagavan | na sa kaścid bhagavaṃ dharmo yaḥ tathāgatena has preached?”
bhāṣitaḥ |
Subhūti said, “No indeed, Lord. There is no dharma at all, Lord, which the Realized
bhagavān āha | yāvataḥ subhūte tṛsāhasramahāsāhasryāṃ lokadhātau pṛthivīrajaḥ One has preached.”
kaccit tad bahu bhavet | subhūtir āha | bahu bhagavans tat pṛthivīrajo bhavet | yat
tad bhagavan | pṛthivīrajaḥ tathāgatena bhāṣitaḥ arajaḥ sa tathāgatena bhāṣitaḥ | 13c Would all the dust of the earth, Subhūti, that there is in the trigalactic megagalactic
tad ucyate pṛthivīraja iti | yā sā lokadhātur adhātuḥ sā tathāgatena bhāṣitaḥ | tad world-system be a lot?”
ucyate lokadhātur iti | || Subhūti said, “Lord, the dust of that much earth would be a lot. Any dust of the earth
preached by the Realized One, Lord, has been preached by the Realized One as
dustless. Thus it is called ‘the dust of the earth.’ Any world-system there is has been
preached by the Realized One as systemless. Thus it is called ‘a world-system.’”
- 45 -
14a Kemudian karena pengaruh dari dharma ini, Ayusman Subhuti menangis.
Sambil menyeka air mata yang terus bercucuran, Subhuti berkata demikian kepada Bhagawan:
“Sungguh sesuatu yang mengagumkan, Bhagawan, sungguh sesuatu yang sangat mengagumkan, Sugata,
bahwa pembabaran ajaran ini telah dibabarkan oleh Tathagata. Bhagawan, semenjak daya tahu (jñāna) muncul dalam diri saya,
saya belum pernah mendengar pembabaran ajaran seperti ini.
Bhagawan, mereka yang ketika ajaran ini dibabarkan, mengerti bahwa ini adalah kebenaran—
akan memiliki sesuatu yang sangat mengagumkan.
Akan tetapi, Bhagawan, gagasan tentang kebenaran (bhūtasaṃjñā) apa pun tidak mempunyai gagasan (asaṃjñā).
Oleh karena itu, Tathagata membabarkan apa yang disebut ‘gagasan tentang kebenaran.’”
- 50 -
na mama bhagavann āścaryaṃ yad ahaṃ dharmaparyāyaṃ bhāṣyamāṇam 14b “For me it is no great marvel, Lord, that I believe and have faith in the round of
avakalpayāmy adhimucyāmi | ye te bhagavann imaṃ dharmaparyāyaṃm teachings when it is being preached. Those living beings, Lord, who will learn, master,
udgṛhīṣyaṃti paryavāpsyaṃti dhārayiṣyaṃti | te paramāścaryasamanvāgatā and memorize this round of teachings will come to be endowed with a most marvellous
bhaviṣyaṃti | || thing.
api tu khalu punaḥ bhagavan na teṣām ātmasaṃjñā pravartsyate | na satvasaṃjñā na 14c “However, Lord, the idea of a self will not occur to them, nor will the idea of a
jīvasaṃjñā | na pudgalasaṃjñā pravartsyate | tat kasya hetoḥ yāsāv ātmasaṃjñā living being, the idea of a soul, or the idea of a person occur.
saivāsaṃjñā | yā satvasaṃjñā jīvasaṃjñā pudgalasaṃjñā saivāsaṃjñā | tat kasya
hetoḥ | sarvasaṃjñāpagatā hi buddhā bhagavaṃtaḥ || Why is that? Any such idea of a self is indeed idealess, any idea of a living being, idea
of a soul, or idea of a person is indeed idealess.
Why is that? Because the Buddhas and Lords are free of all ideas.”
- 51 -
14b “Bhagawan, bagi saya bukan suatu hal yang mengagumkan bahwa saya percaya dan meyakini pembabaran ajaran yang diajarkan.
Bhagawan, mereka yang akan mempelajari, menguasai, dan menghafalkan pembabaran ajaran ini,
akan memiliki sesuatu yang sangat mengagumkan.”
14c “Meskipun demikian, Bhagawan,
gagasan tentang diri tidak akan terlintas dalam benak mereka, maupun gagasan tentang makhluk hidup,
gagasan tentang jiwa, atau gagasan tentang sosok orang.
Mengapa demikian?
Gagasan apa pun mengenai diri seperti itu, memang tidak ada gagasannya.
Gagasan tentang makhluk hidup, gagasan tentang jiwa, atau gagasan tentang sosok orang, memang tidak ada gagasannya.
Mengapa demikian?
Karena para Buddha dan para Bhagawan bebas dari segala gagasan.”
- 52 -
evam ukte bhagavān āyuṣmaṃtaṃ subhūtim etad avocat | evam etat subhūte evam 14d At these words the Lord said this to the Venerable Subhūti:
etat subhūte paramāścaryasamanvāgatās te satvā bhaviṣyaṃti | ya iha sūtre
bhāṣyaṃmāṇe śrutvā nottrasiṣyaṃti | na saṃtrasiṣyaṃti | na saṃtrāsam āpatsyaṃte | “Quite so, Subhūti! Quite so, Subhūti! Those living beings will come to be endowed
tat kasya hetoḥ | paramapāramiteyaṃ subhūte tathāgatena bhāṣitā | yāṃ ca with a most marvellous thing who, when this discourse is being preached, do not
tathāgataḥ paramapāramitāṃ bhāṣate tām aparimāṃṇā buddhā bhagavaṃto become afraid, frightened or fearful on hearing it.
bhāṣaṃte | tenocyate paramapāramiteti | Why is that? This has been preached by the Realized One as the supreme perfection.
And what the Realized One preaches as the supreme perfection is preached by
innumerable Buddhas and Lords. That is why it is called ‘the supreme perfection.’
- 53 -
14d Menanggapi kata-kata ini, Bhagawan berkata seperti ini kepada Ayusman Subhuti:
“Memang demikian, Subhuti! Memang demikian, Subhuti!
Para makhluk hidup tersebut akan memiliki sesuatu yang sangat mengagumkan,
yaitu ketika ajaran ini dibabarkan—mereka tidak menjadi takut, tidak memiliki ketakutan atau menjadi gentar setelah mendengarnya.
Mengapa demikian?
Karena inilah yang telah dibabarkan oleh Tathagata sebagai Kesempurnaan Tertinggi (paramapāramitā).
Apa yang Tathagata babarkan sebagai Kesempurnaan Tertinggi, juga telah dibabarkan oleh para Buddha dan para Bhagawan yang tak terhingga jumlahnya.
Oleh karena itu, disebut ‘Kesempurnaan Tertinggi.’”
- 54 -
api tu khalu punaḥ subhūte yā tathāgatasya kṣāṃtipāramitā saivāpāramitā | tat 14e “However, Subhūti, any perfection of acceptance the Realized One has is
kasya hetoḥ | yadā me subhūte kaliṃgarājā aṃgapratyaṃgāny acchetsīn nāsīn me indeed perfectionless.
tasmin samaye ātmasaṃjñā vā satvasaṃjñā vā jīvasaṃjñā vā pudgalasaṃjñā vā na
me kācit saṃjñā nāsaṃjñā babhūva | tat kasya hetoḥ | sacet subhūte mama tasmin Why is that? When, Subhūti, King Kaliṃga cut off my limbs and extremities, I did not
samaye ātmasaṃjñābhaviṣyat | vyāpādasaṃjñāpi me ’bhaviṣyat tasmin samaye sacet have at that time any idea of a self or idea of a living being or idea of a soul or idea of
sattvasaṃjñā jīvasaṃjñā pudgalasaṃjñābhaviṣyad vyāpādasaṃjñāpi me tasmin a person. I had no idea whatsoever, nor any non-idea.
samaye ’bhaviṣyat | abhijānāmy ahaṃ subhūte atīte ’dhvani paṃca jātiśatāni yad Why is that? If, Subhūti, I had had the idea of a self at that time, I would also have had
ahaṃ kṣāṃtivādī riṣir abhū tadāpi me nātmasaṃjñā babhūva | the idea of ill-will at that time. If I had had a perception of a being, a perception of a
soul, a perception of a person, then I would also have had a perception of ill-will at
that time.
I remember, Subhūti, five hundred rebirths in the past when I was the sage Kṣāntivādin,
and then too I had no idea of a self, no idea of a living being, no idea of a soul, and no
idea of a person.
- 55 -
“Dengan alasan tersebut, Subhuti, seorang bodhisatwa dan mahasatwa seharusnya membangkitkan aspirasinya untuk
penggugahan yang tertinggi, lengkap, dan sempurna, setelah menghilangkan segala gagasan.
Dia seharusnya tidak lagi membangkitkan aspirasi yang terpukau pada wujud;
dia seharusnya tidak membangkitkan aspirasi yang terpukau pada suara, bebauan, citarasa, atau objek sentuhan;
dia seharusnya tidak membangkitkan aspirasi yang terpukau pada objek mental (dharmas);
dia seharusnya tidak membangkitkan aspirasi yang terpukau pada non-dharma;
dia seharusnya tidak membangkitkan aspirasi yang terpukau pada apa pun.
Mengapa demikian?
Karena apa pun yang berbatas (pratiṣṭhita), sebenarnya tidak berbatas (apratiṣṭhita).
Dengan alasan itulah, Tathagata membabarkan bahwa setiap pemberian seharusnya dilakukan tanpa terpukau pada wujud.”
- 58 -
api tu khalu punaḥ subhūte bodhisatvenaivaṃ dānaparityāgaḥ parityajyaḥ 14f “However, Subhūti, this is the way in which a bodhisattva should engage in the
sarvasatvānām arthāya | yaiva ca satvasaṃjñā sa evāsaṃjñā | ya eva te sarvasatvāḥ giving away of gifts for the benefit of all living beings, but any idea of a living being is
tathāgatena bhāṣitāḥ ta evāsatvāḥ | bhūtavādī subhūte tathāgataḥ satyavādī indeed idealess.
tathāvādī tathāgato na vitathāvādī tathāgato |
All living beings of whom the Realized One has preached are indeed beingless. The
Realized One, Subhūti, speaks truly, the Realized One tells the truth, he tells things as
they are, the Realized One does not tell lies.
- 59 -
14f “Walau bagaimanapun, Subhuti, beginilah cara seorang bodhisatwa melakukan pemberian
demi memberi manfaat kepada semua makhluk hidup,
meskipun gagasan (saṃjñā) apa pun mengenai makhluk hidup, memang tidak ada gagasannya (asaṃjñā).
Semua makhluk hidup yang menerima ajaran babaran Tathagata, sesungguhnya memang tidak ada makhluknya.
Subhuti, Tathagata berkata benar; Tathagata mengatakan yang benar;
beliau mengatakan sesuatu sebagaimana adanya; Tathagata tidak berkata bohong.”
- 60 -
api tu khalu punaḥ subhūte yaḥ tathāgatena dharmo ’bhisaṃbuddho deśito vā na 14g “However, Subhūti, in that dharma which the Realized One has awakened to and
tatra satyaṃ na mṛṣā | tad yathāpi nāma subhūte puruṣo ’ndhakāra praviṣṭaḥ | evaṃ taught there is no truth and no falsehood.
vastupatito bodhisatvo draṣṭavyo yo vastupatitaṃ dānaṃ parityajati | tad yathāpi
nāma subhūte cakṣuṣmān puruṣo vibhātāyāṃ rātryāṃ sūrye ’bhyudgate nānāvidhāni Subhūti, one should regard a bodhisattva who has sunk to the level of objects and who
rūpāṇi paśyet | evaṃ bodhisatvo draṣṭavyo yo vastvapatitaṃ dānaṃ parityajati | gives away a gift which has sunk to the level of objects as being like, say, a man who
has been plunged into darkness.
api tu khalu punaḥ subhūte ye kulaputrā vā kuladuhitaro vā imaṃ dharmaparyāyam
udgrahīṣyaṃti | dhārayiṣyaṃti | vācayiṣyaṃti | paryavāpsyaṃti | jñātās te subhūte Subhūti, one should regard a bodhisattva who gives a gift which has not sunk to the
tathāgatena dṛṣṭās te subhūte tathāgatena buddhās te tathāgatena | sarve te satvāḥ level of objects as being like, say, a man endowed with sight, who would see shapes of
aprameyaṃ puṇyaskandhaṃ prasaviṣyaṃti | various kinds when dawn breaks and the sun comes up.
14h “However, Subhūti, those gentlemen or ladies who will learn, memorise, recite,
and master this round of teachings, the Realized One knows them, Subhūti, the Realized
One sees them, Subhūti, the Realized One comprehends them.
All those living beings will generate an immeasurable quantity of merit.
- 61 -
14g “Meskipun demikian, Subhuti, di dalam dharma penggugahan Tathagata beserta ajaran-ajarannya,
tidak ada kebenaran dan tidak ada kepalsuan.
Subhuti, seorang bodhisatwa yang menurunkan cara tata pikirnya dan melakukan pemberian dalam tataran gagasan objek,
seharusnya bisa dikatakan sebagai seorang yang tenggelam dalam kegelapan.
Subhuti, seorang bodhisatwa yang dalam melakukan pemberian tanpa menurun dalam tataran gagasan objek,
seharusnya bisa dikatakan sebagai seorang yang memiliki penglihatan,
yang dapat melihat aneka ragam pemandangan di saat fajar menyingsing dan matahari terbit.”
14h “Dengan demikian Subhuti,
para waris Buddha yang ingin mempelajari, menghafalkan, melafalkan, dan menguasai pembabaran ajaran ini—
Tathagata mengenali mereka, Subhuti; Tathagata melihat mereka, Subhuti; Tathagata memahami mereka.
Semua makhluk hidup tersebut akan menghasilkan tumpukan daya kebajikan yang tak terukur jumlahnya.”
- 62 -
yaś ca khalu punaḥ subhūte strī vā puruṣo vā pūrvāhṇakālasamaye 15a If, however, some woman or man were to sacrifice in the morning as many of their
gaṃgānadīvālukopamān ātmabhāvān parityajet | madhyāhṇakālasamaye own bodies as there are grains of sand in the Ganges River, Subhūti, were to sacrifice
sāyāhṇakālasamaye gaṃgānadīvālukopamān ātmabhāvān parityajet | anena in the middle of the day and in the evening as many of their own bodies as there are
paryāyeṇa kalpakoṭīnayutaśatasahasrāṇy ātmabhāvān parityajet | yaś cemaṃ sands in the Ganges River, were to sacrifice their own bodies in this manner for a
dharmaparyāyaṃ śrutvā | na pratikṣiped ayam eva tatonidānaṃ bahutaraṃ hundred thousand million billion aeons, and if someone were to hear this round of
puṇyaskandhaṃ prasunuyāt | aprameyam asaṃkhyeyam | kaḥ punar vādaḥ yo teachings and not reject it, the latter would on that basis generate a much larger
likhitvodgṛhṇīyāt | dhārayet | vācayet | paryavāpnuyāt | parebhyaś ca vistareṇa quantity of merit, an immeasurable and incalculable amount, to say nothing of someone
saṃprakāśayet | who after copying it would learn it, memorize it, recite it, master it, and elucidate it in
full for others.
- 63 -
15b “Bagaimanapun, Subhuti, pembabaran ajaran ini tak terbayang dan tiada bandingnya.
Tathagata telah membabarkan dharma ini demi memberi manfaat kepada para makhluk yang berada dalam jalan tertinggi;
demi memberi manfaat kepada para makhluk yang berada dalam jalan terbaik.
Mereka yang akan mempelajari, menghafalkan, melafalkan, dan menguasai ajaran ini—
Tathagata mengenali mereka, Subhuti; Tathagata melihat mereka, Subhuti.
Semua makhluk hidup tersebut akan memiliki tumpukan daya kebajikan yang tak terukur;
mereka akan memiliki tumpukan daya kebajikan yang tak terbayang, tak terbandingkan, tak terhitung, dan tak terukur.
Semua makhluk hidup tersebut akan dilengkapi dengan penggugahanku di bahu mereka.
Mengapa demikian? Subhuti, dharma ini tak dapat didengar oleh mereka yang cenderung mengarah pada hal yang rendah, juga tak dapat didengar, atau dipelajari,
atau dihafalkan, atau dilafalkan, atau dikuasai oleh mereka yang berpandangan keliru tentang diri (atmadṛṣṭi),
mereka yang berpandangan keliru tentang makhluk (satvadṛṣṭi),
mereka yang berpandangan keliru tentang jiwa (jīvadṛṣṭi), atau mereka yang berpandangan keliru tentang sosok orang (pudgaladṛṣṭi).
Itu sesuatu yang tidak mungkin.”
- 66 -
api tu subhūte yatra pṛthivīpradeśe idaṃ sūtraṃ prakāśayiṣyati | pūjanīyaḥ sa 15c “However, Subhūti, on whatever piece of ground one elucidates this discourse, that
pṛthivīpradeśo bhaviṣyati | sadevamānuṣāsurasya lokasya vandanīyaḥ piece of ground will become worthy of worship, that piece of ground will become
pradakṣiṇīkaraṇīyaś ca sa pṛthivīpradeśo bhaviṣyati | caitya sa pṛthivīpradeśo worthy of veneration and reverential circumambulation for the whole world with its
bhaviṣyati | gods, human beings and anti-gods, that piece of ground will become a shrine.
ye te subhūte kulaputrā vā kuladuhitaro vā imān evaṃrūpāṃ sūtrāntān 16a “Those gentlemen and ladies, Subhūti, who will learn, memorise and master such
udgrahīṣyaṃti dhārayiṣyaṃti paryavāpsyaṃti | te paribhūtā bhaviṣyaṃti discourses as these will be despised, they will be roundly despised.
suparibhūtāś ca bhaviṣyaṃti | || yāni teṣāṃ satvānāṃ paurvajanmikāni karmāṇi
kṛtāny apāyasaṃvartanīyāni dṛṣṭa eva dharme paribhūtatayā pūrvajanmikāny Whatever acts leading to perdition those living beings have done in former rebirths,
aśubhāni karmāṇi kṣapayiṣyaṃti | buddhabodhiṃ ca prāpsyaṃti | through being despised they will in this life exhaust the demeritorious acts of their
former rebirths, and they will attain the awakening of a Buddha.
- 67 -
16c “Subhuti, seandainya ada seseorang yang mampu menggambarkan tumpukan daya kebajikan
dari para waris Buddha tersebut,
meskipun hanya satu bagian dari tumpukan daya kebajikan yang diperoleh
para waris Buddha tersebut pada waktu itu—
makhluk-makhluk hidup itu akan menjadi gila atau terganggu mentalnya.
Bagaimanapun, Subhuti,
pembabaran ajaran ini tak terbayang, dan dampaknya pun benar-benar tak terbayang.”
- 72 -
āha | kathaṃ bhagavan bodhisatvayānasaṃprasthitena sthātavyaṃ kathaṃ 17a He said, “How, Lord, should one who has set out on the bodhisattva path take his
pratipattavyaṃ kathaṃ cittaṃ pragṛhītavyaṃ | bhagavān āha | iha subhūte stand, how should he proceed, how should he control the mind?”
bodhisatvayānasaṃprasthitenaivaṃ cittam utpādayitavyaṃ sarvasatvā mayā
anupadhiśeṣe nirvāṇadhātau parinirvāpayitavyāḥ evaṃ ca satvān parinirvāpya na The Lord said, “In this regard, Subhūti, one who has set out on the bodhisattva path
kaścit satvaḥ parinirvāpito bhavati | tat kasya hetoḥ sacet subhūte bodhisatvasya should have the following thought:
satvasaṃjñā pravartteta | jīvasaṃjñā pudgalasaṃjñā vā na sa bodhisatva iti ‘I should bring all living beings to final extinction in the realm of extinction without
vaktavyaḥ tat kasya hetoḥ nāsti subhūte sa dharmo yo bodhisatvayānasaṃprasthito substrate remaining. But after I have brought living beings to final extinction in this
nāma | way, no living being whatsoever has been brought to extinction.’
Why is that? If, Subhūti, the idea of a living being were to occur to a bodhisattva, or the
idea of a soul or the idea of a person, he should not be called a bodhisattva.
Why is that? There is no dharma called ‘one who has set out on the bodhisattva path.’
- 73 -
17a Subhuti berkata, “Bhagawan, bagaimana seorang yang sudah berada dalam jalan kehidupan bodhisatwa mengambil sikap,
bagaimana sebaiknya dia menerapkannya, bagaimana sebaiknya dia memantau pikirannya?”
Bhagawan berkata,
“Begini Subhuti, mereka yang berada dalam jalan kehidupan bodhisatwa, sebaiknya mempunyai cara pikir demikian:
‘Saya akan menghantarkan semua makhluk hidup pada pelepasan sempurna (pari-nirvāna) dalam alam pelepasan tanpa sisa (an-upadhiśeṣe-nirvāṇa-dhātu).
Akan tetapi, setelah dengan demikian saya menghantarkan makhluk-makhluk hidup yang tak terhitung jumlahnya itu pada pelepasan sempurna (pari-nirvāna),
tidak ada satu makhluk hidup apa pun yang dihantarkan pada pelepasan.’
Apakah sebabnya?
Subhuti, siapa pun yang dalam benaknya timbul gagasan tentang makhluk hidup (satvasaṃjñā), atau gagasan tentang jiwa (jīvasaṃjñā), atau
gagasan tentang sosok orang (pudgalasaṃjñā), dia tidak dapat disebut bodhisatwa.
Mengapa demikian?
Tidak ada dharma yang disebut ‘seorang yang sudah berada dalam jalan bodhisatwa.’”
- 74 -
tat kiṃ manyase subhūte asti sa kaścid dharmo yas tathāgatena dīpaṃkarasya 17b “What do you think, Subhūti? Is there any dharma which the Realized One had
tathāgatasyāntikād anuttarāṃ samyaksaṃbodhim abhisaṃbuddhaḥ āha | nāsti sa from the Realized One Dīpaṃkara by which he fully awakened to supreme and
bhagavan kaścid dharmo yas tathāgatena dīpaṃkarasya tathāgatasyāntikād anuttarā perfect awakening?”
samyaksaṃbodhim abhisaṃbuddhaḥ evam ukte bhagavān āyuṣmantaṃ subhūtim
etad avocat | evam etat subhūte evam etat nāsti subhūte sa kaścid dharmo yas He said, “There is no dharma whatsoever which the Realized One had from the
tathāgatena dīpaṅkarasya tathāgatasyārhataḥ samyaksambuddhasyāntikād Realized One Dīpaṃkara by which he fully awakened to supreme and
anuttarāṃ samyaksambodhim abhisambuddhaḥ | sacet punaḥ subhūte kaścid perfect awakening.”
dharmas tathāgatenābhisambuddho ’bhaviṣyat na māṃ dīpaṅkaras tathāgato The Lord said: “So it is, Subhuti, so it is, there is no dharma by which the Tathagata,
vyākariṣyad | bhaviṣyasi tvaṃ māṇavānāgate ’dhvani śākyamunir nāma when he was in the presence of Dīpaṃkara, the Tathagata, Arhat, Fully Enlightened
tathāgato ’rhan samyaksambuddha iti | One, has awoken to the utmost, right and perfect enlightenment. If again, Subhuti,
some dharma had been fully known by the Tathagata, not of me would the Tathagata
Dīpaṃkara have predicted: «You, young Brahmin, will in a future period be
a Tathagata, Arhat, Fully Enlightened, by the name Śākyamuni».
- 75 -
Subhuti, karena tidak ada dharma apa pun di mana dengan dharma itu,
menyebabkan Tathagata, Arhat, Samyaksambuddha sepenuhnya tergugah pada
penggugahan yang tertinggi, lengkap, dan sempurna,
maka beliau berkata,
“Dengan demikian, Tathagata Dipamkara telah meramal saya,
‘Anak muda, di masa mendatang, engkau akan menjadi
Tathagata, Arhat, Samyaksambuddha dengan nama Sakyamuni!’”
- 78 -
tat kasya hetos tathāgata iti subhūte tathatāyā etad adhivacanam 17c “Why is that? The word ‘Realized’ (tathāgata), Subhūti, is a synonym
for reality (tathatā).
yaḥ kaścit subhūte evaṃ vadet tathāgatenānuttarā samyaksaṃbodhir
abhisaṃbuddheti sa vitathaṃ vadet | nāsti subhūte sa kaścid dharmo yas 17d “Should anyone say, Subhūti, that the Realized One has fully awakened to supreme
tathāgatenānuttarā samyaksaṃbodhir abhisaṃbuddhaḥ yaḥ subhūte tathāgatena and perfect awakening, he would be speaking a falsehood, there is no dharma
dharmo ’bhisaṃbodhir abhisaṃbuddhaḥ yaḥ subhūte tathāgatena whatsoever to which the Realized One has fully awakened as supreme and perfect
dharmo ’bhisaṃbuddhas tatra na satyaṃ na mṛṣāḥ tasmāt tathāgato bhāṣate | awakening.
sarvadharmā buddhadharmā iti | sarvadharmā iti subhūte sarve te adharmās
tenocyante sarvadharmā iti | || In the dharma to which the Realized One has fully awakened, there is no truth and no
falsehood. Therefore, the Realized One preaches ‘All dharmas are Buddha-dharmas.’
As far as ‘all dharmas’ are concerned, Subhūti, all of them are dharma-less. That is
why they are called ‘all dharmas.’
- 79 -
17e “Subhuti, andaikan, katakanlah ada seorang yang bertubuh berisi dan bertubuh besar.”
Subhuti berkata, “Orang yang Tathagata gambarkan bertubuh berisi dan bertubuh besar (mahākāya), Bhagawan,
telah dijelaskan oleh Tathagata tidak memiliki tubuh (akāya). Dengan dasar pengertian itulah, digunakan istilah ‘tubuh berisi dan tubuh besar.’”
17f Bhagawan berkata, “Memang demikian, Subhuti. Bodhisatwa mana pun yang mengatakan hal-hal seperti:
‘Saya akan menghantarkan makhluk-makhluk hidup pada pelepasan sempurna,’ tidak dapat disebut seorang bodhisatwa.
Mengapa demikian? Apakah ada dharma apa pun yang disebut ‘seorang bodhisatwa,’ Subhuti?”
Subhuti berkata, “Memang tidak ada, Bhagawan.”
Bhagawan berkata, “Oleh karena itu, Tathagata membabarkan bahwa dalam semua dharma, tidak ada makhluk hidup (niḥsatvā),
tidak ada jiwa (nirjīvā), tidak ada sosok orang (niṣpudgalā).”
- 82 -
yaḥ subhūte bodhisatva evaṃ vaded ahaṃ kṣetravyūhān niṣpādayiṣyāmīti | so ’pi 17g The bodhisattva, Subhūti, who would say such things as ‘I shall make the
tathaiva vaktavyaḥ tat kasya hetoḥ kṣetravyūhāḥ kṣetravyūhā iti subhūte avyūhās te dispositions of a field perfect’ should also be described in just that way.
tathāgatena bhāṣitās tenocyante kṣetravyūhā iti |
Why is that? The Realized One has preached, Subhūti, that the so-called ‘dispositions
yaḥ subhūte bodhisatvo nirātmāno dharmā nirātmāno dharmā ity adhimucyate sa of a field’ are dispositionless. That is why they are called ‘dispositions of a field.’
tathāgatenārhatā samyaksaṃbuddhena bodhisatvo bodhisatva ity ākhyātas
17h “The bodhisattva who has faith, Subhūti, in the oft-repeated saying ‘Dharmas are
selfless’ has been declared by the Realized, Worthy and Perfectly Awakened One to be
a bodhisattva, a bodhisattva indeed.
- 83 -
23 “Walau bagaimanapun, Subhuti, dharma itu tadi sama dengan dharma yang lain,
dan sama sekali tidak ada yang tidak sama (viṣama) dengan yang lain.
Dengan dasar pengertian itulah, digunakan istilah ‘penggugahan yang tertinggi, lengkap, dan sempurna.’
Justru karena tanpa jiwa (nirjīva), tanpa makhluk hidup (niḥsatva), tanpa sosok orang (niṣpudgala),
maka penggugahan yang tertinggi, lengkap, dan sempurna itu sepenuhnya tercapai
dalam dharma yang sama dengan semua dharma yang bermanfaat (kuśalā dharma).
Subhuti, apa yang disebut dharma yang bermanfaat (kuśalā dharma) itu
tidak memiliki dharma (adharmā) seperti yang telah dibabarkan oleh Tathagata.
Dengan dasar pengertian itulah, digunakan istilah ‘dharma yang bermanfaat.’”
- 100 -
yaś ca khalu punaḥ subhūte yāvantas trisāhasramahāsāhasre lokadhātau sumeravaḥ 24 “If, however, someone were to amass piles of the seven treasures as high as all the
parvatarājās tāvato rāśīn saptānāṃ ratnānām abhisaṃhṛtya dānaṃ dadyād yaś cetaḥ Sumerus, kings of all mountains, in the trigalactic megagalactic world-system and give
prajñāpāramitāyā antaśaś catuṣpadikām api gāthām udgṛhya parebhyo deśayed asya them as a gift, Subhūti,
subhūte puṇyaskandhasyāsau pūrvakaḥ puṇyaskandhaḥ śatatamīm api kalān nopaiti
| yāvad upaniśām api na kṣamate | and if someone else were to do no more than learn just a four-lined verse from this
Perfection of Insight and teach it to others,
then the former quantity of merit, Subhūti, does not approach even a hundredth part of
the latter quantity of merit and so on, until nor does it even permit of any analogy.
- 101 -
28 “Subhuti, seandainya ada waris Buddha yang memenuhi sistem tata alam sebanyak butiran-butiran pasir di Sungai Gangga
dengan tujuh jenis ratna manikam dan memberikannya sebagai persembahan kepada para Tathagata, Arhat, Samyaksambuddha;
dan seandainya ada bodhisatwa yang dapat mencapai tahap ketahanan (kṣānti) dengan menerima bahwa dharma tidak memiliki diri,
maka bodhisatwa ini akan menghasilkan jauh lebih banyak daya kebajikan.
Akan tetapi, Subhuti, tumpukan daya kebajikan seharusnya tidak didapatkan oleh bodhisatwa tersebut.”
Subhuti berkata, “Bhagawan, bukankah seharusnya tumpukan daya kebajikan itu didapatkan?”
Bhagawan berkata, “Subhuti, itu seharusnya didapatkan (parigrahīta), tetapi tidak digenggam (nodgrahīta).
Dengan dasar pengertian itulah, digunakan istilah ‘didapatkan.’”
- 112 -
api tu khalu punaḥ subhūte yaḥ kaścid evaṃ vadet tathāgato gacchati vāgacchati vā | 29 “However, Subhūti, if someone were to say that the Realized One goes or comes or
tiṣṭati vā niṣīdati vā śayyāṃ vā kalpayati | na me sa bhāṣitasyārtham ājānāti | tat stands or sits or lies down, he does not understand the meaning of what I have
kasya hetoḥ tathāgata iti subhūte na kutaścid āgato na kvacid gataḥ tenocyate preached. Why is that? He who is called ‘the Realized One’ (tathāgata), Subhūti, has
tathāgato ’rhan samyaksaṃbuddha iti | not come (āgata) from anywhere, nor has he gone (gata) anywhere. That is why he is
called ‘the Realized, Worthy and Perfectly Awakened One.’
yaś ca khalu punaḥ subhūte kulaputro vā kuladuhitā vā yāvantas
trisāhasramahāsāhasre lokadhātau pṛtivīrajāṃsi tāvato lokadhātūn maṣiṃ kuryāt 30a “If, however, some gentleman or lady were to take as many world-systems as there
tadyathāpi nāma paramāṇusaṃcayas tat kiṃ manyase subhūte bahu sa are dust-particles of earth in the trigalactic megagalactic world-system, Subhūti, and
paramāṇusaṃcayo bhavet āhaivam etad bhagavan bahu sa paramāṇusaṃcayo grind them to powder, so that they were like, say, a pile of the most minute atoms, what
bhavet tat kasya hetoḥ saced bhagavan saṃcayo ’bhaviṣyan na bhagavān avakṣyat do you think, Subhūti? Would that pile of the most minute atoms be considerable?”
paramāṇusaṃcaya iti | tat kasya hetoḥ yo ’sau paramāṇusaṃcayo bhāṣitaḥ He said, “Quite so, Lord, that pile of the most minute atoms would be considerable.
asaṃcayaḥ sa bhagavatā bhāṣitas tenocyate paramāṇusaṃcaya iti |
Why is that? If, Lord, there were a pile, the Lord would not say ‘pile of the most
minute atoms.’ Why is that? Any pile of the most minute atoms which has been
preached has been preached as pile-less by the Lord. That is why it is called ‘a pile of
the most minute atoms.’
- 113 -
30b “Lebih lanjut, kapan pun Tathagata membabarkan ‘sistem miliaran dari miliaran dari miliaran tata alam’ (tṛsāhasramahāsāhasrā lokadhātu)—
itu telah dibabarkan oleh Tathagata, tidak memiliki sistem tata (adhātu).
Dengan dasar pengertian itulah, digunakan istilah ‘sistem miliaran dari miliaran dari miliaran tata alam.’
Mengapa demikian? Bhagawan, seandainya ada sistem tata, maka Bhagawan akan menggenggam adanya massa yang padat,
tetapi apa yang Tathagata babarkan sebagai menggenggam adanya massa yang padat (piṇḍagrāha)—
telah dibabarkan oleh Tathagata dengan pengertian tidak memiliki genggaman (agrāha).
Dengan dasar pengertian itulah, digunakan istilah ‘menggenggam adanya massa yang padat.’”
Bhagawan berkata,
“Walau bagaimanapun, Subhuti, menggenggam adanya massa yang padat adalah dharma di luar jangkauan ekspresi bahasa, itu tidak dapat diterangkan.
Akan tetapi, itulah yang dipahami oleh orang-orang biasa yang dungu.”
- 116 -
tat kasya hetoḥ yaḥ kaścit subhūte evaṃ vaded ātmadṛṣṭis tathāgatena bhāṣitā 31a “Why is that? If someone were to say, Subhūti, that the Realized One preached the
satvadṛṣṭir jīvadṛṣtiḥ pudgaladṛṣṭiḥ api nu subhūte sa samyag vadan vadet āha | no view of a self, the view of a living being, the view of a soul, the view of a person, would
bhagavaṃs tat kasya hetoḥ yā sā bhagavann ātmadṛṣṭis tathāgatena bhāṣitā adṛṣṭiḥ he be saying the right thing by saying that, Subhūti?”
sā tathāgatena bhāṣitā tenocyate ātmadṛṣṭir iti |
He said, “No, Lord. Why is that? Any view of a self, Lord, preached of by the Realized
bhagavān āha | evaṃ subhūte bodhisatvayānasaṃprasthitena sarvadharmā jñatavyā One has been preached by the Realized One as viewless. That is why it is called ‘a view
adhimoktavyās tathā cādhimoktavyā yathā na dharmasaṃjñāpi pratyupatiṣṭhet tat of a self.’”
kasya hetoḥ dharmasaṃjñā dharmasaṃjñeti subhūte asaṃjñaiṣā tathāgatena bhāṣitā
tenocyate dharmasaṃjñeti | 31b The Lord said, “It is in this way, Subhūti, that one who has set out on the
bodhisattva path should know all dharmas and have faith in them. But he should have
faith in them in such a way that even the idea of a dharma does not come to be present.
Why is that? This so-called ‘idea of a dharma,’ Subhūti, has been preached by the
Realized One as idealess. That is why it is called the ‘idea of a dharma.’
- 117 -