0% found this document useful (0 votes)
74 views15 pages

Pendidikan Karakter Dalam Perspektif Al-Qur'An Dan Al-Hadis: Barsihanor, Siti Liani

Uploaded by

Barsihanor
Copyright
© © All Rights Reserved
We take content rights seriously. If you suspect this is your content, claim it here.
Available Formats
Download as DOCX, PDF, TXT or read online on Scribd
0% found this document useful (0 votes)
74 views15 pages

Pendidikan Karakter Dalam Perspektif Al-Qur'An Dan Al-Hadis: Barsihanor, Siti Liani

Uploaded by

Barsihanor
Copyright
© © All Rights Reserved
We take content rights seriously. If you suspect this is your content, claim it here.
Available Formats
Download as DOCX, PDF, TXT or read online on Scribd
You are on page 1/ 15

AL-ASASIYYA: Journal Basic Of Education, Vol.4, No.2, Januari-Juni 2020, p.

1-12
Program Studi S1-PGMI, Fakultas Agama Islam, Universitas Muhammadiyah Ponorogo
ISSN: 2654-6329 (Print), ISSN: 2548-9992 (Online)

PENDIDIKAN KARAKTER DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN DAN AL-HADIS


a*
Barsihanor, bSiti Liani
a
Universitas Islam Kalimantan MAB, Jl Adhyaksa, No.02, Kayutangi, Banjarmasin, Kalimantan Selatan Indonesia
b
Pascasarjana PG PAUD Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin
[email protected]
[email protected]

ARTICLE HISTORY ABSTRACT


Submit: Basically character education is needed for every individual, even since early
27 November 2019 childhood, if the character is formed from an early age, later when he grows up
Accepted: he will not be easily influenced by negative environments. The values of
23 Desember 2019 universal religion can be used as a basis in character education. Among the
Publish: character values that exist in the Qur'an and the hadith are patience, integrity,
professionalism, and consistent. Patience is defined as preventing, and holding
13 Januari 2020
back, refraining from acting negatively and refraining from staying in good
behavior. The character of integrity is the behavior in harmony between words,
actions and work, so that people can be trusted. Honesty is an important moral
foundation in Islam. It takes great effort to instill and shape these traits.
Rasulullah stressed the importance of planting honesty in humiliation because
lying to children. Furthermore, professional character is defined as a view of
working with competence, discipline, earnest, having loyalty and having
dedicaton in working. With this understanding, professionalism is needed to
achieve work success. Without professionalism it is difficult to obtain
maximum results. All of these good characters must of course be carried out
with consistent, behavior that is carried out consistently and continuously.
KEYWORD: ABSTRAK
Hand Puppet Media, Pendidikan karakter pada dasarnya sangat dibutuhkan bagi setiap individu,
Listening Skills bahkan semenjak anak berusia dini, kalau karakter terbentuk sejak usia dini,
kelak ketika dewasa ia tidak akan mudah terpengaruh oleh lingkungan yang
negative. Nilai-nilai dari agama yang universal dapat dijadikan sebagai dasar
dalam pendidikan karakter. Di antara nilai-nilai karakter yang ada dalam Al-
qur’an dan hadis tersebut adalah sabar, integritas, professional, dan istiqomah.
Sabar diartikan mencegah, dan menahan diri, menahan diri untuk berbuat
negative dan menahan diri untuk tetap dalam perilaku yang baik. Adapun
karakter integritas merupakan perilaku selaras antara perkataan, tindakan dan
pekerjaan, sehingga menjadi manusia yang dapat dipercaya.. Sifat jujur
merupakan fondasi akhlak yang penting dalam Islam.Butuh upaya keras untuk
menanamkan dan membentuk sifat ini.Rasulullah menekankan arti pentingnya
penanaman sifat jujur dalam kehinaan, karena berdusta kepada anak.
Selanjutnya karakter profesional yang diartikan sebagai pandangan bekerja
dengan kompetensi, disiplin, sungguh-sungguh, memiliki loyalitas dan
memiliki dedikasi dalam bekerja. Dengan pengertian tersebut, profesionalisme
sangat diperlukan untuk mencapai keberhasilan kerja. Tanpa profesionalitas
sulit diperoleh hasil maksimal. Semua karakter baik tersebut tentunya harus
dilakukan dengan istiqomah, perilaku yang dilakukan secara konsiten dan terus
menerus.
Copyright © 2019. Al-Asasiyya: Journal Basic of Education,
http://journal.umpo.ac.id/index.php/al-asasiyya/index. All right reserved
This is an open access article under the CC BY-NC-SA license

1. Pendahuluan
Pendidikan bagian penting bagi manusia dalam menjalani kehidupan. Manusia sangat
memerlukan pendidikan dalam menjalani kehidupan, tanpa pendidikan manusia seakan tanpa arah
dalam menjalani kehidupannya. Pendidikan diartikan sebagai proses pengembangan diri bagi setiap
individu agar dapat menjalani kehidupannya dengan baik. Melalui pendidikan seseorang mampu
memahami nilai dan norma kehidupan, dengan begitu seseorang tidak menyimpang dari norma dan
nilai-nilai di masyarakat.
Pendidikan juga dapat dimaknai sebagai usaha yang dilakukan dalam membantu peserta didik
mengembangkan potensi yang dimilikinya untuk menghadapi perkembangan zaman. Pendidikan
hendaknya tidak hanya menjadikan peserta didik menjadi cerdas pada aspek kognitif saja, akan
tetapi juga membangun karakter baik pada setiap individu. Banyak kalangan yang beranggapan
kalau sistem pendidikan di Indonesia lebih menitik beratkan pada aspek kognitifnya saja, kurang
memperhatikan aspek karakter atau akhlak mulia, akibatnya banyaknya bermunculan masalah-
masalah yang terkait dengan karakter, di antaranya maraknya kekerasan pada anak, pergaulan
bebas, penyalahgunaan obat-obatan. Oleh kerena itu pendidikan karakter di pandang sebagai
kebutuhan yang penting dan mendesak.
Pendidikan karakter pada dasarnya sangat dibutuhkan bagi setiap individu, bahkan semenjak
anak berusia dini, kalau karakter terbentuk sejak usia dini, kelak ketika dewasa ia tidak akan mudah
terpengaruh oleh lingkungan yang negatif, dengan adanya pendidikan karakter sejak dini,
diharapkan persoalan mendasar dalam dunia pendidikan dapat diatasi. Berkaitan dengan pendidikan
karakter, ada pandangan bahwa nilai-nilai dari agama yang universal dapat dijadikan dasar
pendidikan karakter. Misalnya memiliki integritas, saling menghormati, tanggung jawab, kerja
keras, sabar, istiqomah, pemurah dan amanah. (Muhaimin, 2011)
Barsihanor, Siti Liani / Al-Asasiyya: Journal of Basic Education 4(2) 2020, p.1-12 3

2. Pembahasan
a. Pendidikan Karakter
Kamus Besar Bahasa Indonesia mendefinisikan istilah “Karakter” berarti sifat-sifat kejiwaan,
akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dari yang lain. Secara etimologi istilah
karakter diadopsi dari bahasa latin character, yang diartikan, tabiat, watak, sifat kejiwaan,
kepribadian, budi pekerti, dan akhlak. Istilah karakter juga diadopsi dari bahasa Latin yaitu,
kharakter, kharessian, dan xharaz yang diartikan tools for marking, to engraven dan pointed stake,
yang kemudian hari dipahami sebagai cap atau stempel. Jadi watak itu adalah sifat yang melekat
pada diri seseorang dan sudah menjadi darah daging dalam perilakunya. (Musfah, 2011).
Bahasa Arab memakni karakter sebagai khuluq, sajiyyah, thab’u’ (budi pekerti, tabiat atau
watak, dan juga diartikan sebagai syakhsiyyah yang artinya yanki kepribadian. Dedangkan secara
terminologi, karakter definisikan sebagai sifat manusia yang bergantung pada kehidupannya
sendiri. Karakter merupakan sifat kejiwaan, akhlak, dan budi pekerti yang menjadi khas seseorang
atau kelompok orang. Penulis menyimpulkan yang dimaksud dengan karakter adalah perilaku yang
dilakukan tanpa pemikiran terlebih dahulu, dan secara reflex dilakukan.
Sejarah Islam, sekitar 1400 tahun lalu, Nabi Muhammad SAW, juga menegaskan bahwa misi
utamanya di dunia adalah menyempurnakan akhlaq. (Supiana, 2011). Al Qur’an dan Hadits dengan
jelas telah menjadi petunjuk bagi umat manusia pada umumnya dan khususnya bagi para pendidik
dalam rangka penanaman pendidikan karakter. Sebagai agama yang lengkap, Islam sudah memiliki
aturan yang jelas tentang pendidikan karakter. A-Quran banyak sekali pembicaraan tentang akhlak
atau karakter ini, seperti perintah untuk berbuat baik, sabar, jujur, adil, pemaaf, pemurah, menepati
janji, istiqomah, takut kepada Allah SWT, dan professional. Kesemuanya itu merupakan prinsip-
prinsip dan nilai karakter mulia yang harus dimiliki oleh setiap anak didik. (Cahyono, 2017). Dalam
kajian ini penulis akan mengkaji karakter sabar, integritas, professional, dan istiqomah.
1) Sabar
Kata sabar diartikan mencegah, dan menahan diri, menahan diri dari perbuatan negative dan
tetap pada perilaku yang positif. ( Munir, 2008) Dalam Al-qur’an Surah Luqman ayat 17:
           
      
Artinya: Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan
cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa
kamu. Sesungguhnya yang demikian itu Termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah).

Penafsiran “bersabar terhadap apa yang menimpa kamu” dimaknai sebagai menahan diri atas
perilaku orang lain yang tidak menyenangkan ketika kita menyerukan kebaikan kepada orang lain
dan memberikan nasehat kepada orang yang sedang berbuat maksiat. Perbuatan menyeru kebaikan
dan melarang maksiat rentan dari respon negative yang ditimbulkan dan tidak menutup
kemungkinan terjadi kekerasan dari masyarakat, sehingga hal tersebut menuntut kesabaran. (Arif,
2015) sebagaimana juga nasihat Luqman yang menganjurkan bersabar. Tidak jarang seruan
Barsihanor, Siti Liani / Al-Asasiyya: Journal of Basic Education 4(2) 2020, p.1-12 4
kebaikan dan meninggalkan perilaku maksiat dihadapkan pada ujian dan cobaan, oleh kerena itu
hendaknya kita sabar untuk menghadapinya. Cobaan tersebut juga disebutkan dalam Al-Qur’an
Surah Al-Baqarah Ayat 155.
          
  
Artinya: dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan,
kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. dan berikanlah berita gembira kepada
orang-orang yang sabar.

Ayat tersebut menerangkan kalau Allah akan memberikan berbagai ujian dan cobaan pada
setiap manusia seperti rasa takut gelisah hatinya dari kelaparan, kekurangan harta dan kematian
akibat serangan wabah penyakit dan kekurangan buah-buahan akibat kekeringan. Menghadapi ujian
dan cobaan itu manusia dianjurkan untuk bersabar. Ayat di atas juga menjelaskan bahwa hidup di
dunia ini, akan mendapatkan ujian dan cobaan dari Allah SWT. Dengan berbagai macam
bentuknya. Allah SWT menguji seorang hamba-Nya atas maksud dan tujuan tertentu. Ada yang
diuji untuk menaikkan derajatnya, ada yang diuji sebagai teguran atas perbuatannya, da ada pula
yang diuji sebagai azab dari Allah SWT.  Dunia adalah tempatnya ujian. Sudah menjadi
sunnatullah setiap insan pasti mendapatkan ujian dan cobaan dari Allah SWT.
Yakinlah bahwa manusia tidak terlepas dari sebuah cobaan ataupun ujian di dalam hidupnya,
maka dari itu kita harus bersabar ketika mendapatkan ujian. Dan ketika ujian itu berupa kebaikan
maka haruslah bersyukur. Sesungguhnya kebenaran iman seseorang tidak akan terlihat jelas,
kecuali ketika ia mendapatkan musibah, maka ketika itulah seseorang itu akan menampakkan ia
orang yang beriman dan orang yang ragu-ragu. Kita tidak bisa menghindari ujian/cobaan yang
diberikan oleh Allah SWT. Maka kita harus mempersiapkan diri untuk menerimanya. Sabar itu
dilakukan ketika menerima sebuah musibah sebagaimana dalam hadits Nabi Muhammad SAW.
ْ َ‫ال‬Kَ‫بِ ِري فَق‬K‫اص‬
‫ا‬K‫ت َو َم‬ ْ ‫ا اتَّقِي هَّللا َ َو‬Kَ‫ال لَه‬Kَ َ‫ا فَق‬Kَ‫بِ ٍّي لَه‬K‫ص‬ َ ‫رأَ ٍة تَ ْب ِكي َعلَى‬K َ ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم أَتَى َعلَى ا ْم‬ Kَ ‫أَ َّن َرس‬
َ ِ ‫ُول هَّللا‬
ْ ‫أَت‬KKَ‫ت ف‬
‫ ْد َعلَى‬K‫هُ فَلَ ْم ت َِج‬K َ‫َت بَاب‬ ِ ْ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم فَأَخَ َذهَا ِم ْث ُل ْال َمو‬
َ ِ ‫يل لَهَا إِنَّهُ َرسُو ُل هَّللا‬ َ ِ‫َب ق‬ َ ‫صيبَتِي فَلَ َّما َذه‬ ِ ‫تُبَالِي بِ ُم‬
َ ‫ص ْب ُر ِع ْن َد أَ َّو ِل‬
‫ص ْد َم ٍة‬ َ ‫ت يَا َرسُو َل هَّللا ِ لَ ْم أَ ْع ِر ْف‬
َّ ‫ك فَقَا َل إِنَّ َما ال‬ ْ َ‫بَابِ ِه بَ َّوابِينَ فَقَال‬

Bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam mendatangi seorang wanita yang sedang
menangisi bayinya yang telah meninggal. Lalu beliau bersabda kepadanya: "Bertakwalah
kepada Allah dan bersabarlah." Wanita itu menjawab, "Anda tidak merasakan bagaimana
pedihnya musibah yang aku derita ini." Setelah beliau berlalu, dikatakanlah kepada wanita itu
bahwa yang berbicara kepadanya itu adalah Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam.
Mendengar hal itu, wanita itu (setengah mati ketakutan), lalu dia pergi menemui Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam dan didapatinya rumah beliau tidak dikawal, lalu ia masuk dan
berkata, "Tadi aku tidak mengenal Anda wahai Rasulullah, (maafkanlah aku)." Beliau
bersabda: "Sesungguhnya kesabaran yang sebenarnya adalah pada goncangan yang pertama."
(HR. Muslim: 1535).

Pada hadits tersebut di atas dapat dimaknai kalau kesabaran itu letaknya tatkala seseorang
mendapatkan sebuah musibah atau cobaan. Allah SWT juga menekankan kepada kita agar
senantiasa menguatkan kesabaran dan bertawakkal kepada-Nya.
Ada beberapa kemuliaan yang diperoleh bagi orang yang bersabar. Di antaranya sebagaimana
Barsihanor, Siti Liani / Al-Asasiyya: Journal of Basic Education 4(2) 2020, p.1-12 5
yang yang disebutkan dalam Al-qur’an Surah Al-Baqarah ayat: 153.
         
 
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu
Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.

Setiap manusia pasti menemui sebuah masalah dan berbagai kesulitan, orang yang tidak kuat
menghadapi masalah tersebut, maka dia akan mengalami kekalahan. Bagi seorang muslim ada dua
senjata dalam menghadapi setiap cobaan yang menimpanya, yaitu sabar dan sholat. Dengan dua hal
itu, seorang Mukmin bersandar kepada dirinya sendiri (kesabaran) sekaligus bertawakal kepada
kekuatan ilahi yang tak terbatas (shalat). Allah sendiri menjanjikan bahwa ia akan menolong
hamba-hamba-Nya yang taat melakukan shalat dan bersabar, dan akan selalu bersama mereka.
Kebersamaan Allah inilah yang merupakan pendukung terbesar bagi seorang manusia dalam
menghadapi segala macam kesulitan.
Dalam hadits Nabi Muhammad SAW juga terdapat sebuah kemuliaan bagi orang yang sabar.
ُّ ‫ض فَ َما ِس َواهُ إِاَّل َحطَّ هَّللا ُ بِ ِه َسيِّئَاتِ ِه َك َما تَح‬
‫ُط ال َّش َج َرةُ َو َرقَهَا‬ ٍ ‫صيبُهُ أَ ًذى ِم ْن َم َر‬
ِ ُ‫َما ِم ْن ُم ْسلِ ٍم ي‬
“Tidaklah seorang muslim tertimpa suatu penyakit dan sejenisnya, melainkan Allah akan
mengugurkan bersamanya dosa-dosanya seperti pohon yang mengugurkan daun-
daunnya.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Kalau kita amati kemuliaan orang yang bersabar ketika ditiimpa musibah sebagaimana sabda
nabi di atas maka harusnya bersyukur bagi orang-orang yang diberikan cobaan sakit, kerena dosa-
dosanya diampuni oleh Allah SWT. Seseorang yang ketika diuji namun menyikapi ujianya dengan
tidak sabaran akan ditambahkan ujianya tersebut. Oleh kerena itu, setiap orang hendaknya
menyadari kalau setiap cobaan yang menimpanya datangnya dari Allah, dan Allah tidak
menzholimi hambanya. Semakin besar cobaan yang didapat oleh seseorang, semakin besar juga
pahala yang didapatnya ketika dia sabar, sebagaimana yang tertera dalam hadist.
َ Kَ‫خَ طُ ق‬K‫الس‬
‫ال‬K َّ ُ‫ه‬Kَ‫ َو َم ْن َس ِخطَ فَل‬K‫ِّضا‬ ِ ‫إِ َّن ِعظَ َم ْال َجزَ ا ِء َم َع ِعظَ ِم ْالبَاَل ِء َوإِ َّن هَّللا َ إِ َذا أَ َحبَّ قَوْ ًما ا ْبتَاَل هُ ْم فَ َم ْن َر‬
َ ‫ض َي فَلَهُ الر‬
‫َريبٌ ِم ْن هَ َذا ْال َوجْ ِه‬ ِ ‫يث َح َس ٌن غ‬ ٌ ‫أَبُو ِعي َسى هَ َذا َح ِد‬

Nabi Shallallahu 'alaihi wa Salam beliau bersabda: "Sesungguhnya besarnya balasan


tergantung dari besarnya ujian, dan apabila Allah cinta kepada suatu kaum Dia akan menguji
mereka, barangsiapa yang ridha maka baginya keridlaan Allah, namun barangsiapa yang murka
maka baginya kemurkaan Allah."  (HR.Turmudzi NO - 2320)

Hadis diatas menjelaskan bahwa Allah SWT memberikan ujian kepada hambanya yaitu untuk
menguji kesabaran, mengangkat derajatny dan menegur karena dosa-dosanya. Maksudnya, setiap
mendapatkan suatu ujian dari Allah SWT harus menghadapinya dengan bersabar dan ikhlas. Ketika
mendapatkan ujian haruslah berikhtiar mencari jalan keluar dan memohon pertolongan Allah.
Dibalik setiap musibah yang menimpa pasti ada terkandung hikamh bagi yang menerimanya
dengan sabar dan ikhlas.
2) Integritas
Integritas merupakan sikap yang menjadikan dirinya sebagai seseorang yang dapat dipercaya
Barsihanor, Siti Liani / Al-Asasiyya: Journal of Basic Education 4(2) 2020, p.1-12 6
dalam perkataan, perbuatan dan pekerjaan. (Romadhon & dkk, 2017) Kejujuran hati dan lisan yang
diikuti oleh perbuatan adalah amalan yang berharga nilainya dalam Islam. Karena dasar keimanan
yang paling dalam sebagai landasan hidup setiap umat adalah kejujuran itu sendiri. Jadi seorang
manusia yang menyatakan beriman mengatakan sesuatu untuk dirinya sendiri dan sebagai
penyampai kebaikan untuk menjauhi larangan Allah dan melakukan perintah-perintah-Nya tetapi
dengan sengaja tidak melakukannya dan tidak ada kemauan untuk melakukannya, maka ia telah
berdusta dengan Allah swt dan manusia termasuk dirinya sendiri.  Dihadapan Allah SWT orang yg
bersikap jujur akan mendapat predikat yang tinggi nilainya. Maka dari itu perkataan yang jujur dari
hati akan tercermin dan dapat terlihat dari sikap dan berdampak baik serta bermanfaat untuk diri
sendiri dan orang lain. Agama mengajarkan kita agar berprilaku “satu kata dengan perbuatan“. Bila
tidak, dakwah akan tersia-sia. Firman Allah dalam Surah al-Shaf ayat 2-3:
           
      
Artinya: (2) Wahai orang-orang yang beriman, kenapakah kamu mengatakan sesuatu yang
tidak kamu kerjakan, (3) Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa
yang tidak kamu kerjakan.

Surat Ash-Shaff ayat 2-3 menjelaskan tentang konsistensi dan keterpaduan antara perkataan
dan prilaku seseorang yang harus menghindari sifat munafik yang tercela dan berbahaya yang akan
berdampak buruk untuk diri pribadi dan orang lain. Pendidikan karakter disini pada dasarnya ingin
menjadikan seseorang berkpribadian bermoral dan berakhlaq al-karimah yang dapat bertanggung
jawab dalam hal apapun, dalam relasinya dengan orang lain dan dunianya di dalam dunia
pendidikan. Dari Usamah, beliau mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.

ِ َّ‫ ُل الن‬K‫ ُع أَ ْه‬K‫ار فَيَدُو ُر َك َما يَدُو ُر ْال ِح َما ُر بِ َر َحاهُ فَيَجْ تَ ِم‬
َ‫ون‬KKُ‫ ِه فَيَقُول‬K‫ار َعلَ ْي‬ ِ َّ‫ق أَ ْقتَابُهُ فِي الن‬ ِ َّ‫يَوْ َم ْالقِيَا َم ِة فَي ُْلقَى فِي الن‬
ُ ِ‫ار فَتَ ْن َدل‬
‫ا ُك ْم‬KKَ‫ ِه َوأَ ْنه‬K‫ُوف َواَل آتِي‬
ِ ‫ال َم ْعر‬K ْ Kِ‫ ُر ُك ْم ب‬K‫ت آ ُم‬ َ Kَ‫ َع ْن ْال ُم ْن َك ِر ق‬K‫ُوف َوتَ ْنهَانَا‬
ُ ‫ال ُك ْن‬K ْ
ِ ‫ْس ُك ْنتَ تَأ ُم ُرنَا بِ ْال َم ْعر‬ َ ُ‫أَيْ فُاَل نُ َما َشأْن‬
َ ‫ك أَلَي‬
‫ع َْن ْال ُم ْن َك ِر َوآتِي ِه‬

Pada hari qiyamat akan dihadirkan seseorang yang kemudian dia dilempar ke dalam neraka, isi
perutnya keluar dan terburai hingga dia berputar-putar bagaikan seekor keledai yang berputar-
putar menarik mesin gilingnya. Maka penduduk neraka berkumpul mengelilinginya seraya
berkata; "Wahai fulan, apa yang terjadi denganmu?. Bukankah kamu dahulu orang yang
memerintahkan kami berbuat ma'ruf dan melarang kami berbuat munkar?". Orang itu berkata;
"Aku memang memerintahkan kalian agar berbuat ma'ruf tapi aku sendiri tidak
melaksanakannya dan melarang kalian berbuat munkar, namun malah aku mengerjakannya"
(HR. Bukhari No. 3027).

Hadits sahih di atas menunjukkan akibat atau azab bagi orang yang menyuruh orang lain
berbuat baik padahal dirinya tidak melaksanakan dan dia juga mencegah orang lain untuk berbuat
buruk, tapi ternyata dia malah melakukan keburukan itu. Kedudukannya saat itu sama saja dengan
orang yang perbuatan maksiat yang ingkar pada perintah dan larangan Allah. Bahkan Allah lebih
murka kepada orang yang seperti ini karena kemunafikannya, serta tida juga menipu ajaran agama
Allah dengan kedustaan.
Islam sangat menekankan pada setiap orang untuk senantiasa bersikap jujur dalam segala hal
dan tindakan, Islam mengecam sikap bohong. Kebohongan merupakan sifat yang hina yang
Barsihanor, Siti Liani / Al-Asasiyya: Journal of Basic Education 4(2) 2020, p.1-12 7
memiliki banyak mudharat dan akibat negatif bagi kehidupan masyarakat. Sayyidah Aisyah Ra
berkata, “Tidak ada akhlak yang paling dibenci Rasulullah Saw, melebihi kebencian beliau
terhadap sikap bohong” (HR. Tirmidzi). Orang yang suka berbohong juga digolongkan dalam
orang yang munafik sebagaimana sabda nabi Muhammad SAW:
ْ ‫ب َوإِ َذا َو َع َد أَ ْخلَفَ َوإِ َذا‬
َ‫اؤتُ ِمنَ َخان‬ َ ‫ث َك َذ‬
َ ‫ث إِ َذا َح َّد‬ Kِ ِ‫آيَةُ ْال ُمنَاف‬
ٌ ‫ق ثَاَل‬

“Tanda-tanda orang munafik itu ada tiga, apabila bebicara selalu bohong, jika berjanji menyelisihi,
dan jika dipercaya khianat” (HR. Bukhari dan Muslim).

Hadits di atas mengatakan orang yang bohong sebagai orang yang munafik, kebohongan akan
senantiasa mendatangkan kebohongan-kebohongan yang lain, manusia bias saja dibohongi, akan tetapi
Allah maha mengetahui apa yang tersembunyi dari dalam dada manusia Sebagaimana dalam Al-
qur’an Surah Al-Qasas ayat 69.
       
Artinya: dan Tuhanmu mengetahui apa yang disembunyikan (dalam) dada mereka dan apa
yang mereka nyatakan.

Ayat di atas secara eksplisit menjelaskan ke-Maha Kuasa-an Allah. Allah maha mengetahui,
baik yang terang maupun yang tersembunyi. Dan ajaran untuk selalu bertakwa kepada Allah SWT,
“amar ma‟ruf nahi mungkar” dan memperbaiki hubungan dengan sesama dan alam, serta tidak
menyekutukan Allah juga tidak berpaling dari Allah, karena Allah maha mengetahui segala apa
yang kita perbuat dan kita ucapkan baik terang maupun tersembunyi. (Syaifullah, 2010).
3) Profesional
Profesionalisme adalah sikap dari seseorang profesional, dan profesional yaitu melakukan
suatu pekerjaan pokok, yang disebut profesi, artinya pekerjaan tersebut bukan hanya sebagai hobi.
Melainkan sebagai pandangan untuk selalu berfikir, berpendirian, bersikap dan berkerja dengan
bersungguh-sungguh, kerja keras dan memiliki tujuan untuk keberhasilan pekerjaanya tersebut.
Dengan pengertian tersebut profesional sangat dituntut untuk keberhasilan suatu perusahaan dan
sejenisnya tersebut jika ingin berhasil program-program, maka dari itu harus melibatkan orang-
orang yang sudah profesional. Tanpa orang-orang yang profesional maka suatu perusahaan tersebut
tidak akan memperoleh hasil yang maksimal, bahkan bisa saja bangkrut. Dalam kenyataan
masyarakat, banyak ditemukan beberapa perusahaan yang maju, sedang dan biasa-biasa. Diatara
faktor-faktor yang menyebabkan kemajuan dan kemunduran perusahaan atau lembaga tersebut
adalah sikap profesional dari orang-orang yang terlibat didalamnya. Terutama yang memimpinya.
Akhlak islam yang diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW, mempunyai sifat-sifat yang dapat
menjadikan acuan bagi pengembangan profesionalisme.
Dapat dilihat pengertian sifat-sifat akhlak Nabi sebagai berikut:
a) Sifat jujur (shiddiq). Sifat jujur adalah sebagai landasan paling penting untuk membangun
profesionalisme. Jika tidak adanya kejujuran dalam suatu pekerjaan maka akan hancur.
Maka dari itu kejujuran menjadi sifat yang wajib bagi Rasulullah SAW. Dan sifat ini yang
diajarkan oleh islam melalui al-Qur’an dan sunah Nabi. Suatu kegiatan apapun itu saat ini
Barsihanor, Siti Liani / Al-Asasiyya: Journal of Basic Education 4(2) 2020, p.1-12 8
sangat diterntukan oleh kejujuran. Begitu juga berdirinya suatu negara sangat ditentukan
oleh sikap jujur dari para pemimpinnya. Ketika pemimpinya tidak jujur maka negara
tersebut mengalami masalah yang sangat berat serta kesulitan untuk bangkit kembali.
b) Sifat bertanggung jawab (amanah). Sikap bertanggung jawab adalah sifat akhlak yang
sangat diperlukan untuk membangun profesionalisme. Suatu perusahaan atau apapun pasti
hancur bila orang-orang yang terlibat di dalamnya tidak amanah atau beratnggung jawab.
c) Sifat komunikatif (tabligh). Salah satu ciri profesional adalah sikap komunikatif dan
transparan. Dengan sifat komunikatif, seorang penanggung jawab akan dapat dengan mudah
berkerja sama dengan orang lain lebih lancar. Ia juga dapat menyampaikan dengan mudah
untuk melakukan kerja sama. Sementara dengan sifat transparan, suatu pimpinan di akses
semua pihak, tidak ada curiga sehingga semua anggota atau orang sekitar akan memberikan
penghargaan kepada kepemimpinanya. Dengan begitu sebuah perusahaan akan berjalan
lancar dan mendapat dukungan dari berbagai pihak.
d) Sifat cerdas (fathanah). Dengan kecerdasannya seseorang yang profesional akan dapat
dengan mudah melihat dan menangkap peluang. . (Najmuddin, 2004)
Islam mengajarkan setiap suatu pekerjaan harus dilakukan sesuai kesadaran dan pengetahuan
yang memadai. Seperti firman Allah dalam QS. Al-Isra: 36:
           
     
Artinya: dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai
pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati,
semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya.

Ayat tersebut menjelaskan dalam bekerja kita hendaknya mengetahui dan


sesuai dengan keahlian yang kita miliki, hal tersebut sebagaimana yang di
sabdakan oleh Nabi Muhammad SAW:
)‫البخاري‬ (َ‫السَّا َعة‬ ‫فَا ْنت َِظ ِر‬ ‫أَ ْهلِ ِه‬ ‫ َغي ِْر‬ ‫إِلَى‬ ‫اأْل َ ْم ُر‬ ‫ ُو ِّس َد‬ ‫إِ َذا‬

Apabila suatu urusan diserahkan kepada yang bukan ahlinya, maka tunggulah
saat kehancuran”. (HR. Bukhari).

Kompetensi dijadikan perhatian khusus dalam islam. Intinya, dari hadist diatas, serahkan segala
sesuatu pada ahlinya, berdasarkan kompetensi,dan keilmuanya bukan dari nepotisme, balas budi
atau bagi-bagi jabatan. Islam mendorong tumbuhnya sikap profesionalise, baik didunia maupun
akhirat. Amal didunia dan akhirat haruslah bisa seimbang. Semua itu merupakan ibadah kepada
Allah. Maka profesionalisme adalah pelaksanaan suatu amal atau pekerjaan dengan kualitas kerja
yang bermutu dan produktivitas yang tinggi.
4) Istiqomah
Istiqomah berasal dari kata qawama yang artinya berdiri tegak lurus. Kata istiqomah selalu
diartikan sebagai sikap teguh dalam pendirian, konsekuenm tidak bimbang. . (Shihab, 1997) maka
Barsihanor, Siti Liani / Al-Asasiyya: Journal of Basic Education 4(2) 2020, p.1-12 9
dari itu istiqomah sering diartikan dengan teguh hati, taat asas atau konsisten, istiqomah adalah tegak
dijalan Allah dengan menjalankan perintahnya. Dengan kata lain istiqomah adalah menempuh jalan yang
benar di jalan shiratal mustaqim dengan tidak menyimpang dari ajaran Allah SWT. Berdiri tegak lurus
merupakan ciri seseorang yang memiliki sikap disiplin, serius dan tidak main-main. Oleh karenanya,
perintah shalat dalam Al-Qur’an menggunakan kata aqiimuu yang berasal dari kata qoma, karena
shalat yang benar adalah shalat yang dilakukan dengan disiplin dan serius secara terus-menerus.
Dari pengertian tersebut, indikator keistiqomahan seseorang akan terlihat apabila mendapatkan
suatu godaan atau ujian dalam menjalani suatu perbuatan. Dengan seperti itu, dapat dicontohkan bahwa
istiqomah ibarat laboratorium ‘uji nyali’, apakah seseorang akan goyah dan terpancing oleh godaan dalam
menanamkan prinsip tersebut. Istiqomah adalah teguh pendirian atau semacamnya disebuah pertarungan
antar ketaatan, hawa nafsu dan keinginan. Maka dari itu mereka yang beristiqomah dengan sungguh-
sungguh pantas mendapatkan penghargaan berupa penurunan malaikat kepada mereka dlam
kehidupan di dunia untuk menghilangkan rasa takut dan sedih bahkan memberi kabar gembira
kepada mereka untuk menikmati surga. Firman Allah SWT dalm Al-Qur’an Surah Fushshilat: 30.
           
       
Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: "Tuhan Kami ialah Allah" kemudian mereka
meneguhkan pendirian mereka, Maka Malaikat akan turun kepada mereka dengan mengatakan:
"Janganlah kamu takut dan janganlah merasa sedih; dan gembirakanlah mereka dengan jannah
yang telah dijanjikan Allah kepadamu".

Istiqomah terdapat di surat al-Fushshilat ayat 30 di atas ada yang menafsirkan sebagai bentuk
keimanan kepada Allah dan tidak pernah mengotori keimanannya dengan kedzaliman”.   Ada juga
yang mengartikanya, “tidak berbuat dosa dan tidak mencemari imannya dengan kesalahan”. Ada
juga menurut Imam Qurthubiy, istiqamah adalah tegak lurus atau konsisten untuk selalu mentaati
Allah swt, baik dalam keyakinan, perkataan, dan perbuatan, kemudian tetap dalam kondisi
semacam itu secara terus-menerus.
Pada ayat di atas istiqomah diungkapkan dalam bentuk perintah, menurut Sayyid Qutub (1971,
h. 630), Istaqim adalah perintah untuk istiqomah, yakni: “Keseimbangan serta menelusuri jalan
yang telah ditetapkan tanpa penyimpangan.” Al-Maraghi juga menjelaskan bahwa istiqomah pada
ayat tersebut adalah teguh dalam iman, sehingga tidak tergelincir. Sebuah hadits menyebutkan:
‫أ َ ُل‬K ‫ُول هَّللا ِ قُلْ لِي فِي اإْل ِ ْساَل ِم قَوْ اًل اَل أَ ْس‬ ُ ‫ال قُ ْل‬
َ ‫ت يَا َرس‬ َ َ‫َح َّدثَنَا ِه َشا ُم بْنُ عُرْ َوةَ ع َْن أَبِي ِه ع َْن ُس ْفيَانَ ْب ِن َع ْب ِد هَّللا ِ الثَّقَفِ ِّي ق‬
‫ت بِاهَّلل ِ ثُ َّم ا ْستَقِ ْم‬ ِ ‫ك قَا َل أَبُو ُم َع‬
ُ ‫اويَةَ بَ ْعدَكَ قَا َل قُلْ آ َم ْن‬ َ ‫َع ْنهُ أَ َحدًا َغي َْر‬
Telah menceritakan kepada kami Hisyam bin 'Urwah dari Bapaknya dari Sufyan bin Abdullah
Ats-Tsaqofi berkata; saya berkata; Wahai Rasulullah, katakanlah kepadaku dalam Islam sebuah
perkataan, yang saya tidak perlu menanyakan lagi kepada selain anda. Abu Mu'awiyah berkata;
"Setelah anda", beliau bersabda: "Katakanlah, saya beriman kepada Allah, lalu
beristiqomahlah." (HR. Ahmad, No. 14869)

Hadits tersebut sejalan dengan QS. Fussilat di atas untuk mengajarkan orang yang beriman
untuk istiqomah dalam beragama yaitu beriman kepada Allah SWT dan menjalani semua perintah-
Barsihanor, Siti Liani / Al-Asasiyya: Journal of Basic Education 4(2) 2020, p.1-12 10
Nya. Hal tersebut juga di kuatkan Q.S. Hud: 112 berikut ini:
           
 
Artinya:“Maka tetaplah kamu pada jalan yang benar, sebagaimana diperintahkan kepada kamu
dan (juga) orang-orang yang bertaubat bersama kamu dan janganlah kamu melampaui batas,
sesungguhnya Dia Maha melihat apa yang kamu kerjakan (Q.S. Hud : 112).

Pada ayat tersebut istiqomah diungkapkan dengan bentuk perintah, menurut Sayyid Qutub
(1971, h. 630), Istaqim adalah perintah untuk istiqomah, yaitu: “Keseimbangan serta menelusuri
jalan yang telah ditetapkan tanpa penyimpangan.” Sedangkan menurut Al-Maraghi (hal. 6556)
istiqomah adalah: keseimbangan dalam bertaat baik yang berhubungan dengan i’tikad, ucapan,
maupun perbuatan dengan melanggengkan sikap seperti itu. Ayat tersebut ditunjukkan dan
ditekankan kepada Nabi SAW, karena Nabi merupakan suri tauladan bagi umatnya. Menurut
Quraisy Shihab dalam ayat ini Nabi diperintahkan untuk konsisten di dalam menegakkan
tuntunan wahyu Illahi sebaik mungkin sehingga terlaksana secara sempurna sebagaimana
mestinya, adapun tuntunan wahyu itu mencakup seluruh persoalan agama dan kehidupan, baik
kehidupan dunia maupun akhirat. Dengan demikian perintah tersebut mencakup perbaikan
kehidupan duniawi dan ukhrowi, pribadi, masyarakat dan lingkungan. Apabila seseorang tidak
ber-istiqomah secara utuh hendaklah melakukan semampunya. Dalam sebuah hadits Nabi
bersabda:
“Diriwayatkan dari Aisyah, bahwasanya dia berkata: Rasulullah SAW pernah bersabda:
berlakulah lurus dan saling mendekatkan diri! Katahuilah! Tidak seorangpun diantara kamu
bisa masuk ke dalam syurga kerena amalnya,“Mereka (para sahabat) bertanya : “Termasuk
aku, dan ketahuilah sesungguhnya amal yang disukai oleh Allah SWT adalah amal yang
dilakukan dengan konsisten walaupun sedikit.” (HR. Muslim).

Hadits tersebut mengandung makna perintah kepada kita agar ber-istiqomah, yakni berbuat
lurus dan benar. Nabi menyadari bahwa istiqomah secara utuh merupakan suatu hal yang sulit
untuk dilaksanakan dan dicapai, oleh karena itu beliau memberikan keringanan yakni minimal
berusaha untuk mendekatinya sesuai dengan kesanggupannya. Untuk mewujudkan istiqomah perlu
adanya pembinaan yang dilakukan secara terus menerus tidak bias dilakukan secara sambilan saja,
artinya perlu kesungguhan dalam menjalankannya.
Istiqomah mampu membawa manfaat hilangnya rasa takut dan hlangnya rasa duka cita
sebagaimana firman Allah dalam Al-Quran Surah Al-Ahqaaf ayat 13.
           
 
Artinya: Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: "Tuhan Kami ialah Allah", kemudian
mereka tetap istiqamah Maka tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan mereka tiada (pula)
berduka cita.

Disamping hilangnya rasa takut, istiqomah juga mendatangkan kebahagiaan di dunia dan juga
di akhirat, sebagaimana Allah SWT berfirman dalam Surah Jin Ayat 16.
       
Artinya: dan bahwasanya: Jikalau mereka tetap berjalan Lurus di atas jalan itu (agama Islam),
Barsihanor, Siti Liani / Al-Asasiyya: Journal of Basic Education 4(2) 2020, p.1-12 11
benar-benar Kami akan memberi minum kepada mereka air yang segar (rezki yang banyak).

Ayat tersebut di atas menyebutkan bahwa Allah SWT akan melimpahkan air pada orang yang
istiqomah. Air adalah lambing dari kemakmuran sebagaimana kemakmuran itu adalah sumber
kebahagiaan di dunia ini, dan juga Allah SWT menjanjikan kebahagiaan hidup di akhirat bagi
orang-orang yang beristiqomah.
b. Model Pembentukan Karakter
Menurut Mulyasa, model pendidikan karakter antara lain adalah sebagai berikut (Mulyasa,
2011):
1) Pembiasaan
Pembiasaan adalah perbuatan yang sengaja dilakukan berulang-ulang agar perbuatan itu dapat
menjadi kebiasaan. Pembiasaan sebenarnya bermula dari sebuah pengalaman yang dibiasakan dan
kemudian diamalkan. Pembiasaan menjadikan manusia sebagai sesuatu yang istimewa yang bisa
menghemat kekuatan, karen menjadi kebiasaan yang melekat dan yang spontan, agar kekuatan itu
dapat dipergunakan untuk berbagai kegiatan dalam setiap pekerjaan dan aktifitas lainnya.
Dalam psikologi pendidikan, metode pembiasaan ini dikenal dengan istilah operan
conditioning, mengajarkan peserta didik untuk berperilaku terpuji, disiplin, giat belajar, bekerja
keras dan ikhlas, jujur serta bertanggung jawab atas setiap tugas yang telah diberikan. Pembiasaan
akan meningkatkan internalisasi nilai dengan tepat karena nilai merupakan penetapan kualitas
terhadap objek yang menyangkut suatu bentuk aspirasi atau minat. Internalisasi adalah cara
menghayati dan mendalami sebuah nilai, agar tertanam dalam diri setiap manusia. Karena
pendidikan karakter berorientasi pada pendidikan nilai, maka harus ada proses internalisasi
tersebut.
Tahap internalisasi nilai dalam bidang pendidikan karakter mencakup a) Transformasi nilai,
pada tahap ini pendidik hanya sekadar menginformasikan nilai-nilai yang baik dan kurang baik
kepada peserta didik yang semata-mata merupakan komunikasi verbal. b) Transaksi nilai, yaitu
suatu tahap pendidikan karakter dengan melakukan komunikasi dua arah, atau interaksi antara
siswa dan guru bersifat timbal balik. Dalam tahap ini tidak hanya memberikan informasi tentang
nilai baik dan buruk tetapi juga memberikan suatu contoh dalam kehidupan sehari-hari, dan peserta
didik diminta untuk memberikan respon dengan menerima dan mengamalkan nilai itu. c)
Transinternalisasi, tahap ini adalah lebih dari sekedar transaksi. Dalam tahap ini penampilan
pendidik di hadapan peserta didik bukan lagi tentang sosok fisiknya, melainkan sikap mental, dan
kepribadiannya. (Mulyasa, 2011)
2) Keteladanan
Keteladanan guru sangat berpengaruh terhadap perkembangan pribadi peserta didik. Oleh
karena itu, dalam mengefektifkan dan mensukseskan pendidikan karakter di sekolah, para pendidik
dituntut untuk memiliki kompetensi kepribadian yang memadai, bahkan kompetensi ini untuk
melandasi kompetensi kompetensi lainnya.
Barsihanor, Siti Liani / Al-Asasiyya: Journal of Basic Education 4(2) 2020, p.1-12 12
Dalam keteladanan ini guru harus berani untuk tampil beda dengan penampilan orang yang
bukan guru, beda dan unggul. Karena penampilan guru bisa membuat peserta didik senang untuk
belajar dan betah di kelas, tetapi bisa juga membuat peserta didik malas belajar dan bahkan malas
masuk kelas seandainya penampilan gurunya yang acak-acakan dan tidak karuan. Konsistensi
dalam pendidikan karakter tidak hanya sekedar melalui apa yang dijelaskan melalui pembelajaran
di kelas, melainkan nilai itu muncul dalam diri sang guru, dalam kehidupan nyatanyamaupun di
dalam ataupun di luar kelas.
3) Pembinaan disiplin
Dalam rangka untuk mensukseskan pendidikan karakter, pendidik harus mampu
menumbuhkan disiplin peserta didik, terutama untuk disiplin diri (self-dicipline). Guru harus bisa
membantu peserta didik untuk mengembangkan pola perilakunya, yakni meningkatkan standar
perilakunya serta menjalankan aturan sebagai alat menegakkan disiplin. Disiplin harus demokratis,
artinya disiplin dari, oleh dan untuk peserta didik.Membina disiplin juga harus mempertimbangkan
berbagai macam situasi dan memahami berbagai faktor yang mempengaruhinya. (Mulyasa, 2011)
4) Hadiah dan hukuman
Apresiasi atau hadiah atau penghargaan sangat dibutuhkan untuk menjadi stimulus bagi
perkembangan peserta didik ke arah yang lebih baik. Hukuman juga sebagai sebuah peringatan dan
ketaatan pada peraturan yang telah disepakati bersama. Dalam setiap bidang kehidupan, hadiah dan
hukuman (reward and punishment) sesungguhnya ada. Buktinya, kita seringkali mendengar banyak
sekali penghargaan diberikan untuk berbagai bidang, demikian juga mengenai hukumanya
walaupun tentu saja tidak diumumkan ke publik.
Dalam perspektif pendidikan, hadiah dan hukuman diberikan dengan prinsip kepantasan dan
kemanusiaan. Terutama dalam hal hukuman, sanksi yang diberikan haruslah yang konstruktif dan
tetap penuh dengan nilai-nilai pendidikan dan harus menjauhi pembunuhan karakter peserta didik.
(Mulyasa, 2011)

3. Kesimpulan
Pendidikan karakter pada dasarnya sangat dibutuhkan bagi setiap individu, bahkan semenjak
anak berusia dini, kalau karakter terbentuk sejak usia dini, kelak ketika dewasa ia tidak akan mudah
terpengaruh oleh lingkungan yang negatif, ada nilai-nilai dari agama yang universal dapat dijadikan
landasan dasar dalam pendidikan karakter. Misalnya memiliki sabar, integritas, professional dan
istiqomah. Sabar diartikan mencegah, dan diindikasikan pada kekuatan yang didasarkan pada
dinamika jiwa. Dinamika ini mengacu pada dua hal; yaitu untuk berbuat baik untuk menuju kepada
sesuatu yang positif, dan untuk menahan dari sesuatu yang negative. Adapun karakter integritas
merupakan perilaku sikap yang didasarkan pada upaya untuk menjadikan dirinya sebagai orang
yang bisa dipercaya dalam perkataan, tindakan dan pekerjaan. Selanjutnya karakter professional
diartikan sebagai pandangan untuk selalu berfikir, berpendirian, bersikap dan bekerja sungguh-
Barsihanor, Siti Liani / Al-Asasiyya: Journal of Basic Education 4(2) 2020, p.1-12 13
sungguh, bekerja keras, bekerja sepenuh waktu, disiplin, jujur, dengan loyalitas yang tinggi serta
penuh dedikasi demi keberhasilan pekerjaannya. Semua karakter tersebut akan benar-benar
terwujud melalui keistiqomahan, yakni perilaku Teguh dengan pendiriannya, berkonsekuen dan
tetap berjalan di garis lurus yang sudah diyakini kebenarannya.
Barsihanor, Siti Liani / Al-Asasiyya: Journal of Basic Education 4(2) 2020, p.1-12 14
Daftar Pustaka

Aisah, A. S. (2017). Belajar dengan Meniru atau Keteladanan (Studi Komparatif antara Belajar
Menurut AL-Qur’an dan Teori Belajar Bandura). Skripsi: IAIN Ponorogo

Munir, A. (2008). Tafsir Tarbawi Mengungkap Pesan Al-Qur‟an Tentang Pendidikan. Yogyakarta:
Teras.

Andri Ramdani Sumarna, dkk. Pengelolaan Pendidikan Agama Islam di Islamic Fullday School
SMP Salman Al-Farisi Bandung, Tarbawy. (2017). Indonesian Journal of Islamic
education, Vol. 4 No. 2, 185.

Arif, M. (2015). Nilai-Nilai Pendidikan Karakter dalam Al-Qur’an (Studi QS Luqman: 12-19),.
Volume 11 Nomor 1.

B.S, T. W. (2017). Psikologi Pendidikan. Jakarta: Kencana.

Baharun, H., & Saudatul, A. (2008). Pendidikan Fullday School dalam Perspektif Epistemologi
Muhammad ‘Abid Al- Jabiri. Potensia: Jurnal Kependidikan Islam, Vol. 4, No. 1,.

Cahyono, G. (2017). Pendidikan Karakter Perspektif Al qur’an dan Hadits. Al-Astar, Volume V,
Nomor 1.

Desmita. (2013). Psikologi Perkembangan. Bandung: Remaja Rosadakarya.

Laila, Q. N. (2015). Pemikiran Pendidikan Moral Albert Bandura. Modeling, Vol. III, No. 1.

Muhaimin, A. (2011). Urgensi Pendidikan Karakter di Indonesia. Yogyakarta: Ar-ruzz Media.

Mulyasa, E. (2011). Manajemen Pendidikan Karakter. Bumi Aksara: Bumi Aksara.

Musfah. (2011). Pendidikan Karakter: Sebuah Tawaran Model Pendidikan Holistik Integralistik.
Jakarta: Prenada media.

Najmuddin, Z. M. (2004). Ber Islam: Menuju Keshalehan Individual Dan Sosial. Surakarta:
Lembaga Studi Islam.

Romadhon, A. F., & dkk. (2017). Nilai-nilai Pendidikan Karakter dalam Al-qur’an surat yusuf. Edu
Riligia, EduRiligia: Vol. 1 No. 3.

Shihab, Q. (1997). Membumikan Al-Qur’an. Bandung: Mizan.

Siregar, , L. S. (2017). Fullday School Sebagai Penguatan Pendidikan Karakter (Perspektif


Psikologi Pendidikan Islam). Fikrotuna: Jurnal Pendidikan dan Manajemen Islam, Volume.
05, No. 02, hlm. 310.

Sumarna, A. a., & dkk. (2017). Pengelolaan Pendidikan Agama Islam di Islamic Fullday School
SMP Salman Al-Farisi Bandung. Tarbawy: Indonesian Journal of Islamic education, Vol. 4
No. 2, hlm.185.

Supiana. (2011). Mozaik Pemikiran Islam: Bunga Serampai Pemikiran Pendidikan Indonesia.
Jakarta: Dirjen Dikti.

Susiati, U., & Asyhar, A. (2015). Pelaksanaan Fullday School Sekolah dasar islam terpadu al huda
Kecamatan sangkapura kabupaten gresik (Studi Problematika Perkembangan Sosial Peserta
Didik). CENDEKIA: Jurnal Studi Keislaman, Vol. 1, No. 1, hlm. 78.
Barsihanor, Siti Liani / Al-Asasiyya: Journal of Basic Education 4(2) 2020, p.1-12 15
Syaifullah, A. (2010). Ayat-ayat Motivasi Berdaya Ledakan Super Dahsyat. Yogyakarta: Diva press.

You might also like