LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN

“BIOLISTRIK PADA SISTEM SARAF”

Disusun oleh:

ANGGUN WENING FATWA MAHARSI

1304617073
Pendidikan Biologi B 2017

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
2019
 BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Kajian Pustaka
Bioelectricity refers to electrical potentials and currents occurring within or produced
by living organisms. It results from the conversion of chemical energy into electrical energy.
Bioelectric potentials are generated by a number of different biological processes, and are
used by cells to govern metabolism, to conduct impulses along nerve fibers, and to regulate
muscular contraction. In most organisms bioelectric potentials vary in strength from one to
several hundred millivolts. The most important difference between bioelectric currents in
living organisms and the type of electric current used to produce light, heat, or power is that a
bioelectrical current is a flow of ions (atoms or molecules carrying an electric charge), while
standard electricity is a movement of electrons.
Bioelectricity begins with the fact that all animal cells have electrical properties
derived from the ability of the cell membrane to maintain unequal charges inside and outside
the cell. The cell membrane is semipermeable, which means that it forms a selective barrier
to ions, which are electrically charged atoms or atom groups. The semipermeability of the
cell membrane allows the cell to maintain concentrations of ions in the cytosol (the fluid
portion of cell cytoplasm) that differ from those in the fluid outside the cell. Potassium and
chloride ions can diffuse through the membrane relatively easily, while sodium ions cannot
diffuse into the cell at all. Because of the semipermeability of the cell membrane, the
concentration of sodium in the fluid outside the cell is higher than in the cytosol; the
concentration of potassium is higher inside the cell than outside, and the concentration of
chloride is higher outside the cell than inside. There are thus two forms of energy stored
across the cell membrane—a chemical force (the differences in ion concentration) and an
electrical force. This bioelectric potential across the cell membrane is called the resting
potential. In most cells the resting potential is about 50 millivolts.
The most important ions in bioelectrical phenomena are sodium (Na+, potassium
(K+, calcium (Ca2+, and chloride (Cl−). The first three types of ions carry a positive charge
while the chloride ion carries a negative charge. Ions can move across the cell membrane in
two ways. First, they can move through pores called ion channels. Most ion channels are
specific to a particular ion or group of ions. In addition, most ion channels are gated, which
means that they require a stimulus to open them. Because ions move passively through the
channels, the only direction they can travel via channels is from areas of high concentration
to areas of low concentration. This movement from areas of higher to areas of lower
concentration is called diffusion.
A second kind of transport, which moves ions across the cell membrane against the
electrochemical gradient is called active transport. Active transport involves an ion pump,
which is sometimes called a sodium/potassium pump. Ion pumps differ from ion channels in
that the pumps require energy to move the ions. The energy is derived from adenosine
triphosphate, or ATP, which is a nucleotide that is the primary source of energy in all living
cells. The sodium/ potassium pump controls the volume of the cell and creates the electrical
potential across the cell membrane. For example, the concentration of Na+ is approximately
10 times higher outside the cell compared to the inside, and the concentration of K+ is about
20 times higher on the inside of the cell. This difference is maintained by the action of the
cell's ion pumps, which pump three sodium ions outside the cell for every two potassium ions
that are pumped inside, consuming one molecule of ATP in the process. Because ions are
charged molecules, a difference in chemical concentration establishes a difference in
electrical charge as well. The ion channels and the ion pump work together to maintain this
charge difference across the cellular membrane. A neuron, or nerve cell, consists of dendrites
(receiving portions), a cell body, an axon, and the axon terminal. The axon is a long
appendage that conducts information in the form of action potentials away from the cell
body. The site of contact between two neurons is called a synapse. The presynaptic neuron
releases a chemical called a neurotransmitter into the synaptic cleft between the two neurons.
The neurotransmitter passes on information to the postsynaptic neuron. Although most forms
of communication between neurons are mediated by chemicals, some neurons also transmit
information by direct electrical communication. Neurons may connect to other neurons, to
muscles, or to receptor cells in the skin and other sensory organs.
Chemical or electrochemical stimulation of a neuron results in a temporary change in
the permeability of the cell membrane. The membrane becomes more permeable to sodium
and potassium ions. The sodium ions enter the cell because of their concentration and
electrical gradient, while the potassium ions leave the cell because of their chemical gradient.
The result is a depolarization (loss of electrical charge) of the cell. The nerve impulse, or
action potential, can be defined as a localized region of depolarization that travels down the
nerve fiber with the membrane potential being immediately restored behind it.
Biolistrik adalah energi yang dimiliki setiap manusia yang bersumber dari ATP(
Adenosine Tri Posphate) dimana ATP ini di hasilkan oleh salah satu energi
yang bernama mitokondria melalui proses respirasi sel. Biolistrik juga merupakan fenomena
sel. Sel-sel mampu menghasilkan potensial listrik yang merupakan lapisan tipis muatan
positif pada permukaan luar dan lapisan tipis muatan negatif pada permukaan dalam bidang
batas/membran. Kemampuan sel syaraf (neurons) menghantarkan isyarat biolistrik sangat
penting. Transmisi sinyal biolistrik (TSB) mempunyai sebuah alat yang dinamakan Dendries
yang berfungsi mentransmsikan isyarat dari sensor ke neuron. Stimulus untuk mentringer
neuron dapat berupa tekanan, perubahaan temperature, dan isyarat listrik dari neuron lain.
Aktifitasi bolistrik pada suatu otot dapat menyebar ke seluruh tubuh seperti gelombang pada
permukaan air. Pengamatan pulsa listrik tersebut dapat dilakukan dengan memasang
beberapa elektroda pada permukaan kulit. Hasil rekaman isyarat listrik dari jantung
(Electrocardiogran-ECG) diganti untuk diagnosa kesehatan. Seperti halnya pada ECG,
aktivitasi otak dapat dimonitor dengan memasang beberapa elektroda
pada posisi tertentu. Isyarat listrik yang dihasilkan dapat untuk mendiagnosa gejala epilepsy,
tumor, geger otak dan kelainan otak lainya.Gaya tarik listrik sudah diamatai pada zaman
yunani kuno.
Kelistrikan memegang peranan penting dalam hal kesehatan. Listrik yang ada di
tubuh kita disebut biolistrik atau sering diartikan sebagai listrik yang ada dalam tubuh
makhluk hidup, yang mana berasal dari kata bio berarti makhluk hidup dan kata listrik. Pada
dasarnya semua fungsi dan aktivitas tubuh banyak melibatkan listrik. Sistem saraf berperan
penting pada hampir semua fungsi tubuh. Kelistrikan pada tubuh berkaitan dengan komposisi
ion yang terdapat dalam tubuh. Komposisi ion ekstra sel berbeda dengan komposisi ion intra
sel.

1.2 Tujuan
1. Menguji biolistrik pada sistem saraf katak.
2. Menguji pengaruh arus listrik pada sistem saraf katak.
3. Mengukur kecepatan perambatan impuls.
4. Menguji perambatan impuls pada katak.
5. Melihat pengaruh larutan alkohol 70% dan ringer pada uji biolistrik pada sistem
saraf.
 BAB 2
METODOLOGI PRAKTIKUM
2.1 Alat dan Bahan
1. Alat bedah
2. Baterai
3. Kabel
4. Stop Watch
5. Rana sp
6. Alkohol 70%
7. Ringer
2.2 Cara Kerja
A. Kegiatan 1: Mengukur Kecepatan Perambatan Impuls
1. Bedah kulit kaki belakang dan kulit bagian badan katak
2. Bedah bagian perut (usahakan tidak memotong vena abdominalis di bagian
tengah perut.
3. Buka rongga perut bagian dorsal maka akan terlihat serabut saraf yang
mempersarafi tungkai depan dan tungkai belakang
4. Bila sudah ditemukan, berilah perangsangan listrik dengan menghubungkan
pada kutub positif dan negatif baterai pada dua saraf yang berbeda, misal saraf
tungkai depan dan tungkai belakang. Amati dan hitung waktu terjadinya
tanggapan (kontraksi).
5. Lakukan pemblokiran pada serabut saraf dengan memberikan alkohol 70%.
Amati dan hitung wajtu terjadinya tanggapan dan jarak antara perangsangan
dan efektor yang bergerak.
B. Kegiatan 2: Perambatan Impuls
1. Isolasi serabut saraf yang mempersarafi otot gastrocnemius bersama dengan
otot tersebut dari sepasang kaki katak. Selanjtya letakkan dengan otot tersebut
dari sepasang kaki katak. Selanjutnya letakkan kedua preparat tersebut dan
sambungkan serabut saraf dari preparat ke 1 ke otot preparat ke 2 pada kaca
arloji.
2. Basahilah preparat saraf dan otot tersebut dengan larutan Ringer.
3. Lakukan perangsangan listrik dengan menempelkan kabel pada kedua ujung
dari preparat tersebut. Lakukan pemblokiran di titik tengah dengan alkohol
70%.
4. Amati waktu terjadinya tanggapan/kontraksi otot.
 BAB 3
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil
Perlakuan Hasil yang Didapati
Waktu Gerakan 1 detik

Getaran dalam 30 detik sebanyak 74 kali

Dengan larutan ringer

 Getaran dalam 30 detik sebanyak 48 kali

Dengan larutan alkohol 70%

3.2 Pembahasan

Pada perlakuan pertama dilakukan pada serabut saraf katak. Perlakuan ini dilakukan
degan memberikan perangsangan dari aliran listrik dengan baterai. Ketika diberi rangsangan
listrik, tungkai depan dan tungkai belakang katak bereaksi dengan cepat. Hal ini
menunjukkan bahwa rangsangan diberikan pada saraf dibagian perut juga mempengaruhi
tungkai bagian depan dan belakang. Kedua tungkai tersebut merespon. Akibatnya terjadi
perambatan impuls dengan cepat.

Perlakuan selanjutnya dengan menggunakan dua otot gastrocnemius. Sebelum

diberikan rangsangan listrik, kedua otot tersebut diberikan larutan ringer. Yang terjadi ketika
kedua otot itu diberikan arus litrik, otot tersebut memberikan respon pergerakan sebanyak 74
kali pada waktu 30 detik lamanya. Larutan ringert merupakan larutan steril kalsium klorida.
Dimana kerja ringer ini dapat mampu memperlancar aliran lisrtik dan yang kita ketahuli
bahwa bahwa impuls erat kaitannya dengan peristiwa depolarisasi dan polarisasi.
Penambahan ringer pun mendukung terjadinya keadaan tersebut.

Perlakuan terakhir adalah dengan menambahkan larutan alkohol 70%. Hasil yang
didapati adalah pergerakan kedua otot tersebut melambat. Didapati sebanyak 48 pergetaran
selama 30 detik lamanya. Adanya alkohol ini meningkatkan efek neurotransmitter GABA.
Meningkatnya GABA ini menyebabkan menurunya kecepatan perambatan impuls. Hal ini
menunjukkan bahwa alkohol dapat menghambat kerja impuls
 KESIMPULAN
Kesimpulan yang didapati dari praktikum ini ialah:

1. serabut saraf akan bereaksi bila diberi rangsangan listrik

2. Kecepatan rambatan impulse dapat dihambat dengan pemberian alkohol

3. Larutan ringer berfungsi untuk mendukung terciptanya keadaan polarisasi sebelum

diberi rangsangan

4. Kecepatan neurotransmitter bergantung pada kalsium

5. Meningkatnya GABA menyebabkan menurunnya kecepatan perambatan impulse

Daftar Pustaka

Eckert, R., Randall, D. 1983. Animal Physiology. New York: W.H. Freeman Company.
Farndon, John. 2000. The Element: Calcium. New York: Marshall Cavendish
Ganong, W.F. 2003. Review of Medical Physiology. Bogota: McGrawhill.
Guyton, A.C. 1991. Textbook of Medical Physiology. London: W.B. Saunder Company.
Sherwood, Lauralee. 1996. Fisiologi Manusia. Jakarta: EGC