NEXUS KEDOKTERAN KOMUNITAS VOL3./NO.
2/DESEMBER/2014
Hubungan antara Tingkat Aktivitas Fisik dan Siklus Menstruasi pada
Remaja di SMA Warga Kota Surakarta
The Correlation between Physical Activity and the Menstruation Cycle in
Adolescents at Warga Senior High School Surakarta
Winny Novietta K. Naibaho, Slamet Riyadi, Arif Suryawan
Faculty of Medicine, Sebelas Maret University
ABSTRACT
Backgrounds: Recently, many teenagers have an irregular menstruation periods.
Physical activity is one of the risk factor that increase the incidence of menstruation
periods irregularity. High School’s students had a lot of variation in daily physical
activities. This research aimed to determine the correlation between physical activity
and the menstrual cycle in adolescents at Warga High School Surakarta.
Methods: This research used descriptive analytical study by the cross sectional design.
The subject of the research were female students of X and XI grade at Warga High
School in Surakarta that taken by purposive random sampling technique. Independent
variable of this research was physical activity which was measured by International
Physical Activity Questionnaire (IPAQ). Dependent variable of this research was
menstruation cycle which was measured by menstruation cycle questionnaire. The size
of the sample were 90 female students who were divided into 3 group based on their
intensity of physical activities. These 3 groups were divided again based on their
menstruation cycle. The collected data were analysed with Chi Square formula and
Coeffisient Contiquenency (CC).
Results: The result of Chi Square analysis was 0,037 as p value and the value of Q was
0.261 .
Conclusions: There was correlation between physical activity and menstruation cycle
in adolescents at Warga Senior High Schools Surakarta but the correlation between
these two variables was less closely related.
Keywords: physical activity, menstruation cycle, adolescents
162
NEXUS KEDOKTERAN KOMUNITAS VOL3./NO.2/DESEMBER/2014
PENDAHULUAN Salah satu faktor yang mempengaruhi
Masa remaja merupakan masa keteraturan siklus menstruasi adalah
yang penting dari perjalanan aktivitas fisik (Andriani, 2012).
perkembangan tubuh manusia, karena Aktivitas fisik adalah setiap gerakan
masa ini adalah masa transisi dari anak- tubuh yang dihasilkan oleh otot rangka
anak ke dewasa. Pada masa remaja inilah yang memerlukan pengeluaran energi.
terjadi percepatan perkembangan fisik, Secara garis besar aktivitas fisik dibagi 3
mental, emosional dan sosial, terutama golongan yaitu rendah, sedang dan tinggi
pada wanita (Pardede, 2002). Pada masa (WHO, 2010).
remaja, seorang anak akan mengalami Remaja sekarang banyak
pubertas yang ditandai dengan menarche menghabiskan waktunya dengan duduk
(Sayogo, 2006). menonton televisi, mengikuti bimbingan
Menarche adalah menstruasi belajar, bermain game. Padahal aktivitas
pertama yang dialami seorang anak yang disebutkan diatas termasuk jenis
perempuan dan merupakan awal dari aktivitas ringan, yang kurang membantu
pertumbuhan dan perkembangan tanda dalam proses metabolisme (Clement dan
seks sekunder (Sarwono, 2007). Setelah Ferre, 2003).
menarche bukan berarti remaja putri akan Tetapi menurut penelitian Bagus
mengalami menstruasi secara teratur (2006), aktivitas fisik yang berlebihan
setiap bulannya, biasanya pada tahun- juga mengakibatkan ketidakteraturan
tahun pertama pola siklus haid tidak siklus menstruasi. Ketidakteraturan ini
teratur. Hal itu dikarenakan belum berkaitan dengan kadar estrogen yang
teraturnya siklus hormon seksual sebab menurun dan cadangan lemak yang
estrogen pada permulaan menstruasi rendah, padahal estrogen diperlukan untuk
sangat penting untuk pertumbuhan dan mengatur segala fase dalam proses
perkembangan tanda seks sekunder, rata- menstruasi dan lemak merupakan bahan
rata 2 tahun setelah menarche menstruasi utama pembentukan kolesterol, padahal
mulai teratur (Sherwood, 2011). kolesterol sangat dibutuhkan karena
Akan tetapi dewasa ini, banyak merupakan bahan dasar pembentuk
terjadi gangguan pada siklus menstruasi hormon androgen (estrogen dan
pada remaja antara lain amenorhae, progesterone).
polimenorhae dan juga oligomenorhae.
163
NEXUS KEDOKTERAN KOMUNITAS VOL3./NO.2/DESEMBER/2014
Penelitian akan dilakukan pada Pengambilan sampel dilakukan dengan
remaja yang menginjak bangku SMA teknik purposive random sampling.
dikarenakan pada rentang usia remaja Variabel bebas dalam penelitian
tersebut sudah memiliki emosi yang stabil ini adalah aktivitas fisik yang diukur
dan lebih baik dalam mengingat aktivitas dengan menggunakan kuesioner aktivitas
yang dilakukan dalam satu hari (Clement fisik. Aktivitas fisik berdasarkan tingkat
dan Ferre, 2003). intensitasnya dibedakan menjadi 3
Perbedaan keteraturan siklus kategori, yaitu intensitas rendah,
menstruasi di setiap kategori aktivitas intensitas sedang dan intensitas tinggi.
fisik ini yang membuat penulis tertarik Responden dikategorikan aktivitas fisik
untuk melakukan penelitian mengenai intensitas rendah apabila METs <600,
hubungan kedua variabel itu. Sampai saat aktivitas fisik intensitas sedang apabila
ini belum ada penelitian mengenai hal ini METs >600 tetapi <1500, dan aktivitas
yang dilakukan di kota Surakarta. Oleh fisik intensita tinggi apabila >1500 (IPAQ,
sebab itu, peneliti ingin melakukan 2002).
penelitian ini pada remaja di SMA Warga Sedangkan variabel terikatnya
kota Surakarta. adalah siklus menstruasi yang diukur
dengan kuesioner siklus menstruasi. Hasil
SUBJEK DAN METODE
dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu
Penelitian ini bersifat deskriptif memiliki siklus menstruasi teratur dan
analitik dengan pendekatan cross memiliki siklus menstruasi tidak teratur.
sectional. Penelitian dilakukan di SMA Instrumen penelitian adalah
Warga Kota Surakarta. kuesioner L-MMPI (Lie-Minnesota
Populasi penelitian adalah siswi Multiphasic Personality Inventory),
kelas X dan XI di SMA Warga Kota kuesioner IPAQ (International Physical
Surakarta. Besar sampel yang dipakai Activity Questionnaire), kuesioner
dalam penelitian ini adalah 90 sampel, karakterisitik diri dan kuesioner siklus
yaitu kelompok aktivitas fisik intensitas menstruasi (Lee dan Song, 1991;
ringan sebanyak 30 sampel, kelompok Sakuncoro, 2000; Lovibond, 1995; Allen
aktivitas fisik intensitas sedang sebanyak et al., 1991; IPAQ, 2002).
30 sampel dan kelompok aktivitas fisik Analisis data dilakukan dengan
intensitas tinggi sebanyak 30 sampel. metode statistik uji Chi Square (X2) untuk
164
NEXUS KEDOKTERAN KOMUNITAS VOL3./NO.2/DESEMBER/2014
melihat ada tidaknya hubungan antara Tidak
Kriteria Teratur Jumlah
variabel penelitian. Batas kemaknaan Teratur
Intensitas Rendah 21 9 30
yang dipakai adalah taraf signifikasi (α) =
Intensitas Sedang 26 4 30
0.05 atau dalam tabel interval kepercayaan Intensitas Tinggi 17 13 30
95%. Syarat uji Chi square terpenuhi Total 64 26 90
dimana tidak terdapat nilai expected yang (Data primer, 2014)
kurang dari 5 berjumlah lebih dari 20% Dari Tabel 1 di atas dapat
jumlah sel keseluruhan (Dahlan, 2011). diketahui bahwa dari 30 siswi kelompok
intensitas rendah terdapat 21 siswi (70%)
HASIL
yang mempunyai siklus menstruasi teratur
Penelitian dilakukan pada bulan dan terdapat 9 siswi (30%) yang
Mei dan Juni 2014, dengan membagikan
mempunyai ketidakteraturan siklus
kuesioner pada siswi kelas X dan XI di menstruasi. Sedangkan dari 30 siswi
SMA Warga Kota Surakarta.
kelompok intensitas sedang terdapat 26
Dari 164 siswi kelas X dan XI siswi (86,7%) yang mempunyai siklus
yang telah mengisi kuesioner hanya 102
menstruasi yang teratur dan 4 siswi
siswi yang memenuhi kriteria penelitian. (13,3%) yang mempunyai siklus
Dari 102 siswi itu, terdapat 32 siswi
menstruasi tidak teratur. Untuk kelompok
dengan aktivitas fisik intensitas tinggi, 39 siswi intensitas tinggi, dari 30 siswi
siswi dengan aktivitas fisik intensitas terdapat 17 siswi (56,7%) yang
sedang dan 31 siswi dengan aktivitas fisik mempunyai siklus menstruasi yang teratur
intensitas tinggi. Peneliti hanya dan 13 siswi (44,3%) mempunyai siklus
mengambil 30 responden dari tiap menstruasi yang tidak teratur. Jadi, dari 90
kelompok intensitas aktivitas fisik dengan sampel, sebanyak 64 siswi (71,1%)
total responden adalah 90 responden. mempunyai siklus menstruasi teratur dan
Berikut ini daftar distribusi 26 siswi (28,9%) yang mempunyai siklus
aktivitas fisik dengan siklus menstruasi menstruasi tidak teratur.
dari 90 responden yang diambil : Hasil penelitian dalam Tabel 1
Tabel 1 Distribusi Aktivitas Fisik dengan menunjukkan adanya perbedaan antara
Siklus Menstruasi pada Remaja di SMA kelompok intensitas rendah, kelompok
Warga Kota Surakarta intensitas tinggi dengan kelompok
intensitas sedang. Siswi yang memiliki
165
NEXUS KEDOKTERAN KOMUNITAS VOL3./NO.2/DESEMBER/2014
siklus menstruasi tidak teratur mayoritas intensitas sedang dan kelompok aktivitas
berasal dari kelompok aktivitas fisik fisik intensitas tinggi dimana pada
intensitas tinggi. Siswi yang termasuk ketiganya terdapat perbedaan yang berarti
kelompok aktivitas fisik intensitas sedang pada jumlah siswi yang memiliki siklus
dan intensitas rendah mayoritas memiliki menstruasi tidak teratur. Dengan
siklus menstruasi yang teratur. demikian, peneliti berasumsi bahwa
Dengan menggunakan rumus Chi intensitas aktivitas fisik merupakan salah
2
Square (X ), didapatkan tabel memenuhi satu faktor penyebab ketidakteraturan
syarat uji Chi Square (X2) dimana tidak siklus menstruasi. Hal ini sesuai dengan
terdapat expected count kurang dari 5 penelitian Souza et.al, (2013) yang
sehingga peneliti dapat menggunakan uji menyebutkan bahwa aktivitas fisik
Chi Square dalam menganalisis data. Dari intensitas tinggi akan menyebabkan
uji Chi Square (X2), didapatkan nilai X2 peningkatan jumlah hormon ghrelin,
hitung = 6,599. Hal ini menunjukkan dimana hormon Ghrelin menyebabkan
bahwa nilai X2 hitung 6,599 lebih besar pulsalitas Luteinizing Hormone (LH)
dari X2 tabel 5,9915. Dengan demikian, menurun, padahal Luteinizing Hormone
terdapat perbedaan antara kelompok (LH) berperan penting dalam proses
intensitas ringan, kelompok intensitas ovulasi dan pematangan corpus luteum.
sedang dengan kelompok intensitas tinggi Selain itu dalam penelitiannya, Souza et
sehingga H0 ditolak dan H1 diterima. al. juga menyebutkan bahwa peningkatan
Selanjutnya untuk mengetahui hormon ghrelin merupakan pertanda
seberapa juat hubungan antara kedua bahwa tubuh sedang mengalami defisit
variabel, dilanjutkan dengan uji koefisien energi.
kontingensi dan hasilnya didapatkan nilai Pada penelitian Loucks et.al,
Q sebesar 0.261 yang berarti korelasi (2003) disebutkan bahwa ketika tubuh
kedua variabel kurang erat. mengalami defisit energi (hipometabolik)
akan menyebabkan siklus menstruasi
PEMBAHASAN
terganggu. Hal serupa juga didapatkan
Dari hasil penelitian dalam tabel 1, pada penelitian Wade dan Jones (2004),
diketahui terdapat perbedaan yang dimana defisit energi akan menekan siklus
bermakna antar kelompok aktivitas fisik ovulasi, menghambat sekresi
intensitas rendah, kelompok aktivitas fisik Gonadotrophin-Releasing Hormone
166
NEXUS KEDOKTERAN KOMUNITAS VOL3./NO.2/DESEMBER/2014
(GnRH), serta mengurangi pulsalitas LH. kelebihan energi. Ketersediaan energi
Ketika tubuh mengalami defisit energi, sangat mempengaruhi fungsi reproduksi
maka akan terjadi perubahan pada axis seperti sekresi hormon. Proses reproduksi,
gonadal hipofise sebagai bentuk adaptasi. termasuk sistem hipotalamus-hipofisis-
Hal ini terjadi karena ketersediaan energi gonad (HPG) sangat sensitif terhadap
untuk kelangsungan hidup lebih penting ketersediaan cadangan energi teroksidasi.
dibandingkan untuk menjalankan fungsi Seperti yang dipaparkan dalam penelitian
reproduksi. Schneider (2004), dimana hormon leptin
Souza et al. (2013) juga dan insulin mengontrol asupan makanan
menyebutkan, bahwa aktivitas fisik dan reproduksi. Kedua hormon ini
dengan intensitas tinggi akan menurunkan memediasi efek dari metabolisme energi
jumlah hormon leptin dalam tubuh. Hal pada fungsi reproduksi dan memodulasi
serupa juga didapatkan pada penelitian ketersediaan energi di otak. Rangsangan
Chan dan Montzorous (2005) yang metabolik dapat secara langsung
menyebutkan bahwa ketika tubuh mempengaruhi sekresi hormon di
mengalami defisit energi maka hormon hipotalamus-hipofisis-gonad. Jadi ketika
leptin akan memegang peranan penting. dalam keadaan kelebihan cadangan energi
Hormon leptin berperan untuk memberi di jaringan adiposa akan menyebabkan
sinyal ketersediaan energi sehingga terjadi defisit cadangan energi teroksidasi,
perubahan rangsang lapar dalam sumbu dimana cadangan energi teroksidasi ini
neuroendokrin, dan ketika kadar hormon diperlukan dalam sistem reproduksi.
leptin menurun maka tubuh kesulitan Dengan demikian, maka fungsi reproduksi
untuk mendapatkan sinyal kekurangan akan terhambat meskipun tubuh memiliki
energi sehingga sulit untuk kembali ke kandungan lemak yang tinggi dan jumlah
bentuk homoestasis. Hal-hal inilah yang hormon dalam plasma yang memadai
menjelaskan ketidakteraturan siklus untuk merangsang proses reproduksi.
menstruasi pada siswi di kelompok Defisit dalam cadangan energi ini akan
aktivitas fisik intensitas tinggi. mengirimkan stimulus sensorik primer
Disisi lain, bukan hanya ketika yang menghambat sistem reproduksi.
tubuh dalam keadaan defisit energi akan Horst et al. (2007) menyatakan
terjadi gangguan pada axis gonadal bahwa aktivitas fisik dengan intensitas
hipofise tetapi juga dalam keadaan yang rendah akan meningkatkan cadangan
167
NEXUS KEDOKTERAN KOMUNITAS VOL3./NO.2/DESEMBER/2014
energi di jaringan adiposa. Hal ini mengevaluasi ekstrakurikuler serta
menjelaskan alasan ketidakteraturan siklus pelajaran olahraga sehingga kegiatan ini
menstruasi juga terjadi pada kelompok dapat memberi pengaruh yang baik
aktivitas fisik intensitas rendah. terhadap kesehatan reproduksi para siswi.
Dari tabel 1 didapatkan juga nilai p Untuk penelitian yang selanjutnya
= 0,037 menunjukkan kekuatan korelasi perlu dikendalikan variabel luar yang
tergolong cukup kuat. Penelitian yang berpengaruh seperti faktor herediter dan
menghasilkan kekuatan korelasi cukup faktor psikologis. Dapat pula dilakukan
kuat menunjukkan bahwa variabel bebas penelitian serupa dengan meneliti aktivitas
merupakan salah satu faktor yang fisik terhadap gangguan menstruasi seperti
mempengaruhi variabel terikat (Priyatno, oligomenorhae maupun polimenorhae,
2011), sehingga jelas menunjukkan bahwa atau dengan menggunakan metode
aktivitas fisik berpengaruh terhadap penelitian yang lain.
keteraturan siklus menstruasi.
UCAPAN TERIMA KASIH
SIMPULAN Ucapan terima kasih ditujukan
kepada Rosalia Sri Hidayanti, dr., M.Kes.
Berdasarkan hasil penelitian dapat
dan Widardo, Drs., M.Sc. atas saran dan
disimpulkan terdapat hubungan antara
kritiknya yang sangat bermanfaat, serta
tingkat aktivitas fisik dengan siklus
kepada pihak-pihak lain yang telah
menstruasi akan tetapi hubungan kedua
membantu penelitian ini.
variabel ini kurang erat
DAFTAR PUSTAKA
SARAN
Andriani M (2012). Pengantar Gizi
Secara praktis, perlu dilakukan Masyarakat.Jakarta: Penerbit
Kencana Prenada Media Group.
penyuluhan kepada siswi SMA tentang
pentingnya keteraturan siklus menstruasi Chan JL, Mantzoros CS (2005). Role of
Leptin in Energy-Deprivation
beserta faktor-faktor yang mempengaruhi
States: Normal Human Physiology
keteraturan siklus menstruasi itu sendiri and Clinical Implications for
sehingga siswi dapat menghindari faktor- Hypothalamic Amenorrhoea and
faktor tersebut. Selain itu, bagi guru dan Anorexia Nervosa. The Lancet
366:9479: 74-85
karyawan sekolah perlu untuk memonitor
aktivitas fisik para siswi dan
168
NEXUS KEDOKTERAN KOMUNITAS VOL3./NO.2/DESEMBER/2014
Clement K, Ferre P (2003). Genetics and Sherwood, L. (2011). Fisiologi Manusia
the pathophysiology of obesity. dari Sel ke Sistem. Edisi ke 6.
Pediatric Research 53(5): 721-725 Jakarta: EGC, p: 718.
Dahlan, MS (2011). Statistik untuk Souza MJ, Leidy HJ, O’Donnell E, Lasley
kedokteran dan kesehatan. Jakarta: B, Williams NI (2013). Fasting
Salemba Medika, p: 19. Ghrelin Levels in Physically Active
Women: Relationship with
IPAQ (2002). International Physical Menstrual Disturbances and
Activity Questionnaire. Metabolic Hormones.
http://www.ipaq.ki.se/downloads.ht
m - Diakses Maret 2014 Van der Horst K, Paw MJCA, Twisk
JWR, Van Mechellen (2007). A
Lee YH, Song JY (1991). A Study of the Brief Review on Correlates of
reliability and the validity of the
BDI, SDS, and MMPI-D scales. Physical Activity and Sedentariness
Korean J Clin Psychol., 10: 98-113. in Youth. Med. Sci. Sports Exerc.,
Vol. 39, No. 8, pp. 1241–1250.
Lovibond SH, Lovibond PF (1995).
Manual for the depression anxiety Wade GN, Jones JE (2004).
stress scale. Edisi ke 2. Sydney: Neuroendocrinology of nutritional
Psychology Foundation. infertility. Am J Physiol Regul
Integr Comp Physiol 287: 1277–
Loucks AB (2003). Energy availability, 1296.
not body fatness, regulates
reproductive function in women. WHO (2010). Global recommendations
Exerc Sport Sci Rev;31:144–8. on physical activity for health.
Geneva: World Health
Pardede, Nancy (2002). Masa Remaja
Organization.
dalam Tumbuh Kembang Anak dan
http://whqlibdoc.who.int/publication
Remaja Buku Ajar I. Jakarta:
s/2010/9789241599979_eng.pdf
Sagung Seto
Diakses Maret 2014.
Sakuncoro (2000). Kecemasan
menghadapi Ujian Nasional.
http://rumahbelajarpsikologi.com –
Diakses Februari 2013
Sarwono (2007). Psikologi Remaja.
Jakarta : Raja Grafindo Persada.
Sayogo, Savitri (2006). Gizi Remaja Putri.
Jakarta: Balai Penerbit FKUI
Schneider JE (2004). Energy Balance and
Reproduction. Physiology &
Behaviour 81: 2: 289-317
169