0% found this document useful (0 votes)
182 views10 pages

Laporan Praktikum Forensik Pangan Kelompok 2 Acara 3 Uji Rhodamin B.

This weekly practicum report discusses the qualitative Rhodamine B test (Acara III) conducted by Group 2. The test aimed to determine the qualitative method for testing food products suspected of containing the synthetic dye Rhodamine B. Two dyes were tested - textile/non-food dye and food dye. The results found that non-food textile dyes were a lighter or stronger color than food dyes. A Rhodamine B test kit with three reagents (Reagent A, B, and B2) was used. Sample A tested negative for Rhodamine B and appeared brown, while Sample B tested positive and appeared red after the reagents were added. The presence of Rhodamine B in food can negatively impact consumer health

Uploaded by

Dessy Wulandari
Copyright
© © All Rights Reserved
We take content rights seriously. If you suspect this is your content, claim it here.
Available Formats
Download as PDF, TXT or read online on Scribd
0% found this document useful (0 votes)
182 views10 pages

Laporan Praktikum Forensik Pangan Kelompok 2 Acara 3 Uji Rhodamin B.

This weekly practicum report discusses the qualitative Rhodamine B test (Acara III) conducted by Group 2. The test aimed to determine the qualitative method for testing food products suspected of containing the synthetic dye Rhodamine B. Two dyes were tested - textile/non-food dye and food dye. The results found that non-food textile dyes were a lighter or stronger color than food dyes. A Rhodamine B test kit with three reagents (Reagent A, B, and B2) was used. Sample A tested negative for Rhodamine B and appeared brown, while Sample B tested positive and appeared red after the reagents were added. The presence of Rhodamine B in food can negatively impact consumer health

Uploaded by

Dessy Wulandari
Copyright
© © All Rights Reserved
We take content rights seriously. If you suspect this is your content, claim it here.
Available Formats
Download as PDF, TXT or read online on Scribd
You are on page 1/ 10

LAPORAN MINGGUAN

PRAKTIKUM FORENSIK PANGAN

ACARA III
UJI KANDUNGAN RHODAMINB

KELOMPOK 2
1. DESSY WULANDARI (J1A 017 028)

2. EWITH NURUL ANNISA (J1A 017 036)


3. FENNY JUNIARTI (J1A 017 037)

4. I GUSTI WAYAN AYU S. D (J1A 017 043)


5. IRAWANTI (J1A 017 046)

6. WULAN AULIA (J1A 017 120)

PROGRAM STUDI ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PANGAN DAN AGROINDUSTRI
UNIVERSITAS MATARAM
2020
HALAMAN PENGESAHAN

Mataram, 10 Mei 2020

Mengetahui,

Co. Asst Praktikum Forensik Pangan Praktikan,

Kelompok 2
NIM.
UJI KUALITATIF RHODAMIN B
[Rhodamin B Qualitative Test]

Dessy Wulandari, Ewitha Nurul Annisa, Fenny Juniarti, I Gusti Wayan Ayu S.D.,
Irawanti, Wulan Aulia

Program Studi Ilmu dan Teknologi Pangan, Fakultas Teknologi Pangan dan Agroindustri,
Universitas Mataram

ABSTRACT
The use of non-food synthetic dyes, such as Rhodamin B, is still commonly found in food
products in the market. Rhodamin B includes textile dyes that are often added to food
products and this violates the rules regarding food additives in food products. The addition of
Rhodamin B in food will have a negative impact on consumer health, as it can cause liver
function disorders and even can cause cancer. That was clearly very dangerous. Therefore,
the Rhodamin B qualitative test practicum needs to be done in order to find out the
qualitative way of testing food products that are suspected to contain Rhodamin B. Testing is
done using 2 dyes namely textile or non-food coloring and food coloring. This is done in
order to determine the difference in color in non-food textile dyes, such as Rhodamin B and
food coloring. The test results found that non-food textile dyes have a lighter or stronger
color than food coloring. The test method applied was to use a Rhodamin B tester kit with
three types of reagents, namely reagent A, reagent B, and B2 reagent. The test results
showed that sample Anegative contained Rhodamin B, while sample B positively contained
Rhodamin B. The sample was said to be positive containing Rhodamin B if it formed a red
color after the reagent kit was dropped while the negative sample containing Rhodamin B
would be brown.
Keywords: Dyes, Rhodamin B, Synthetic

ABSTRAK
Penggunaan pewarna sintetik non-pangan, seperti Rhodamin B, masih banyak ditemukan
pada produk pangan dipasaran. Rhodamin B termasuk pewarna tekstil yang sering
ditambahkan dalam produk pangan dan hal tersebut menyalahi aturan tentang bahan
tambahan pangan dalam produk pangan. Penambahan Rhodamin B dalam pangan akan
berdampak negatif bagi kesehatan konsumen, seperti dapat menyebabkan gangguan fungsi
hati bahkan dapat menyebabkan kanker. Hal itu jelas sangat berbahaya. Oleh sebab itu,
praktikum uji kualitatif Rhodamin B perlu untuk dilakukan guna mengetahui cara pengujian
kualitatif produk pangan yang diduga mengandung Rhodamin B. Pengujian yang dilakukan
menggunaka 2 pewarna yaitu pewarna tekstil atau non-pangan dan pewarna pangan. Hal ini
dilakukan guna untuk mengetahui perbedaan warna pada pewarna tekstil non pangan,
seperti Rhodamin B dan pewarna makanan. Hasil pengujian didaptakan bahwa pewarna
tekstil non-pangan mempunyai warna yang lebih terang atau lebih kuat dari pada pewarna
makanan. Metode pengujian yang diterapkan adalah menggunakan kit tester Rhodamin B
dengan tiga jenis reagen, yakni reagen A, reagen B, dan reagen B2. Hasil pengujian
menunjukkan bahwa sampel A negatif mengandung Rhodamin B, sedangkan sampel B positif
mengandung Rhodamin B. Sampel dikatakan positif mengandung Rhodamin B apabila
terbentuk warna merah setelah ditetesi reagen kit sedangkan sampel yang negatif
mengandung Rhodamin B akan berwarna cokelat.
Kata kunci: Pewarna, Rhodamin B, Sintetik

PENDAHULUAN bahan lebih mudah dihidangkan serta


Makanan merupakan salah satu memperbaiki preparasi bahan pangan.
kebutuhan dasar manusia yang terpenting Diantara beberapa bahan tambahan
dan juga merupakan faktor yang sangat makanan yang sering digunakan adalah
esensial bagi pertumbuhan dan pemanis dan pewarna sintetis (Winarno,
perkembangan manusia. Namun makanan 2009).
juga dapat berdampak negatif seperti Zat Pewarna adalah bahan
keracunan karena kurangnya keamanan tambahan makanan yang dapat
pangan. Salah satu masalah pangan yang memperbaiki warna makanan yang
masih memerlukan pemecahan yaitu berubah atau menjadi pucat selama
penggunaan bahan tambahan pangan proses pengolahan atau untuk memberi
untuk berbagai keperluan. Bahan warna pada makanan agar kelihatan lebih
Tambahan Makanan adalah bahan yang menarik. Pemakaian bahan pewarna
ditambahkan dengan sengaja ke dalam sintesis dalam pangan walaupun
makanan dalam jumlah sedikit, yaitu mempunyai dampak positif bagi produsen
untuk memperbaiki warna, bentuk, cita dan bagi konsumen, diantaranya dapat
rasa, tekstur atau memperpanjang daya membuat suatu pangan lebih menarik,
simpan. Tujuan menggunakan Bahan meratakan warna pangan, dan
Tambahan Makanan (BTM) adalah dapat mengembalikan warna dari bahan dasar
meningkatkan atau mempertahankan nilai yang hilang atau berubah selama
gizi dan kualitas daya simpan, membuat pengolahan, ternyata dapat pula
menimbulkan hal-hal yang tidak TINJAUAN PUSTAKA
diinginkan dan bahkan mungkin memberi Secara luas aditif pangan telah
dampak negative terhadap kesehatan ada lebih dari 2.500 jenis yang digunakan
manusia. Penggunaan pewarna sintesis untuk preservative (pengawet) dan
oleh para pedagang makanan tradisional pewarna (dye). Zat-zat aditif ini digunakan
di pasar-pasar atau dikantin atau kios untuk mempertinggi nilai pangan sebagai
pada makanan disebabkan kurangnya konsekuensi dari industrialisasi dan
pengetahuan terhadap bahaya pewarna perkembangan proses teknologi pangan.
sintesis yang dilarang. Selain itu Warna merupakan daya tarik terbesar
pertimbangan harga relatif murah untuk menikmati makanan setelah aroma.
sehingga para pedagang menggunakan Pewarna dalam pangan dapat
pewarna yang tidak diizinkan tersebut. meningkatkan penerimaan konsumen
Rhodamin B adalah zat pewarna terhadap suatu produk. Karena meskipun
sintesis yang digunakan pada industri makanan tersebut lezat, tetapi
tekstil dan kertas, zat pewarna sintesis ini penampilannya tidak menarik waktu
sangat berbahaya apabila terhirup, disajikan, akan mengakibatkan selera
mengenai mata dan kulit serta tertelan. orang yang akan memakannya menjadi
Pengaruh buruk bagi kesehatan antara hilangWarna makanan memegang
lain menimbulkan iritasi pada saluran peranan utama dalam penampilan
pencernaan dan air seni menjadi makanan. Oleh karena itu produsen pun
berwarna merah atau merah muda. Pada berlomba menawarkan aneka produknya
kondisi yang lebih akut dapat dengan tampilan yang menarik dan
mengganggu fungsi hati dan warna-warni (Moehyi, 1992).
menimbulkan kanker hati. Berdasarkan Bahan tambahan pangan (BTP)
permasalahan tersebut maka perlu adalah bahan atau campuran bahan yang
dilakukan praktikum uji kualitas rhodamin secara alami, bukan merupakan bagian
B untuk mengidentifikasi Rhodamin B dari bahan baku pangan, tetapi
pada makanan. Tujuan dari penelitian ini ditambahkan ke dalam pangan untuk
adalah untuk mengetahui ada tidaknya mempengaruhi sifat atau bentuk bahan
pewarna Rhodamin B pada beberapa pangan dan untuk memperbaiki karakter
sampel pewarna makanan. pangan agar memiliki kualitas yang
meningkat. Pemakaian bahan tambahan
pangan yang aman merupakan
pertimbangan yag penting, dimana jumlah
bahan tambahan pangan yang diizinkan Namun, pewarna sintetik dan produk
untuk digunakan dalam pangan harus metabolitnya jika dikonsumsi dalam
merupakan kebutuhan minimum untuk jumlah besar memungkinkan toksik dan
mendapatan pegaruh yang dikehendaki. menyebabkan kanker, deformasi dan lain-
Pada prinsipnya konsumen harus diberi lain (Vries, 1996).
informasi adanya bahan tambahan Zat pewarna sintetik yang
pangan dalam bahan baku makanan. dilarang penggunaannya dalam makanan
Pernyataan yang tertera atau etiket harus salah satunya adalah rhodamin B. Biasa
diberikan informasi adanya bahan digunakan sebagai pewarna tekstil, tetapi
tambahan pangan kepada konsumen, hal banyak pedagang yang
ini merupakan metode yang paling efektif menyalahgunakannya untuk mewarnai
untuk mencapai tujuan tersebut (Baliwati, makanan. Rhodamin B sangat larut dalam
2004). air dan alkohol, sedikit larut dalam asam
Pewarna makanan dapat hidroklorida dan natrium hidroksida.
digolongkan menjadi dua, yaitu pewarna Rhodamin B adalah zat warna sintetik
makanan alami dan pewarna makanan berbentuk serbuk kristal berwarna
sintetis (kimia). Pewarna kimia kehijauan, berwarna merah keunguan
didefinisikan sebagai bahan kimia aktif dalam bentuk terlarut pada konsentrasi
karena itu memerlukan perhatian yang tinggi dan berwarna merah terang pada
lebih besar daripada aditif lunak (bland) konsentrasi rendah. Rhodamin B dapat
seperti emulsifier. Pewarna pangan alami digunakan untuk pewarna kulit, kapas,
adalah diekstraksi dan diisolasi dari woll, serat kulit kayu, nilon, serat asetat,
Pewarna kimia didefinisikan sebagai kertas, tinta, vernis, sabun dan bulu
bahan kimia aktif karena itu memerlukan (Putri, 2017).
perhatian yang lebih besar daripada aditif Rhodamin B merupakan zat warna
lunak (bland) seperti emulsifier. Pewarna sintetik yang umum digunakan sebagai
pangan alami adalah diekstraksi dan pewarna tekstil yang dilarang
diisolasi dari tanaman dan hewan yang penggunaannya pada makanan dan
berbeda yang tidak memberika efek yang dinyatakan sebagai bahan yang
membahayakan sehingga mereka dapat berbahaya menurut Peraturan Menteri
digunakan dalam beberapa pangan dalam Kesehatan RI No.
jumlah tertentu. Pewarna ini memiliki 722/Menkes/Per/IX/1988 tentang zat
kestabilan yang rendah, kurang cerah dan warna yang dinyatakan berbahaya dan
tidak merata, namun sangat murah. dilarang di Indonesia. Rhodamin B
dilarang digunakan dalam produk HASIL DAN PEMBAHASAN
makanan karena penggunaan Rhodamin B No Sampel Hasil
dalam waktu lama dan jumlah yang
1 Hakiki (tidak Merah cerah
banyak pada manusia dapat
mengandung
menyebabkan dampak negative bagi
Rhodamin B)
tubuh manusia. Dampak tersebut seperti
gangguan fungsi hati atau kanker hati 2 Wantex Merah pekat
dengan cara menumpuk dilemak yang (mengandung
lama kelamaan jumlahnya terus Rhodamin B)
bertambah didalam tubuh. Bila
Pewarna adalah bahan tambahan
mengkonsumsi makanan berwarna yang
makanan yang dapat memperbaiki atau
mengandung Rhodamin B, urine akan
memberi warna pada makanan. Zat warna
berwarna merah atau merah muda
adalah senyawa organik berwarna yang
(Rahmadini, 2017).
digunakan untuk memberi warna suatu
objek. Penentuan mutu bahan makanan
BAHAN DAN METODE PENELITIAN
pada umumnya sangat bergantung pada
Bahan
beberapa faktor, diantaranya cita rasa,
Bahan-bahan yang digunakan
warna, tekstur dan nilai gizinya.
dalam penelitian ini adalah sampel
Disamping itu ada faktor lain, misalnya
Rhodamin B, air, dan zat pewarna
sifat mikrobiologis. Tetapi sebelum faktor-
makanan.
faktor lain dipertimbangkan, secara visual
faktor warna tampil dahulu dan kadang-
Metode Penelitian
kadang sangat menentukan. Selain
Jenis penelitian yang digunakan
sebagai fungsi yang menentukan mutu,
adalah pengujian kualitatif. Penelitian
warna juga dapat digunakan sebagai
dilakukan di Laboratorium Biokimia
indikator kesegaran atau kematangan,
Pangan Fakultas Teknologi Pangan Dan
baik tidaknya pencampuran atau cara
Agroindustri Universitas Mataram, dengan
pengolahan dapat ditandai adanya warna
cara membandingkan warna dari sampel
yang seragam dan merata. Penambahan
setelah di larutkan dengan air.
bahan pewarna pada pangan dilakukan
untuk beberapa tujuan antara lain
memberi kesan menarik, menyeragamkan
warna makanan, menstabilkan warna,
menutupi perubahan warna selama proses
pengolahan, dan mengatasi perubahan pewarna kain, kosmetika, produk
warna selama penyimpanan (Winarno, pembersih mulut dan sabun. Nama lain
2009). Rhodamin B adalah D dan C Red no 19.
Berdasarkan sumbernya, zat Food Red 15, ADC Rhodamin B, Aizen
pewarna dibagi menjadi dua golongan Rhodamin dan Brilliant Pink (Rahayu,
yaitu pewarna alami dan pewarna buatan. 2016).
Pada pewarna alami zat warna yang Pada praktikum kali ini digunakan
diperoleh berasal dari hewan dan tumbuh- bahan-bahan antara lain air dan dua jenis
tumbuhan seperti: karamel, coklat, daun pewarna yaitu pewarna makanan dengan
suji, daun pandan dan kunyit. Jenis-jenis merek hakiki dan digunakan pewarna
pewarna alami tersebut antara lain, sintetik atau pewarna kain (Wantek). Dua
Klorofil, Mioglobulin dan Hemoglobin, pewarna tersebut dibandingkan dengan
Karotenoid, Anthosiamin, dan mencampurkan air pada masing-masing
Anthoxanthim. Sedangkan pewarna zat pewarna. Berdasarkan hasil
buatan memiliki kelebihan yaitu warnanya pengamatan pewarna sintetik memiliki
homogen dan penggunaannya sangat warna yang lebih pekat dibandingkan
efisien karena hanya memerlukan jumlah dengan pewarna alami. Hal ini ditandai
yang sangat sedikit. Akan tetapi dengan perubahan warna pada air sampel
kelemahannya adalah jika pada saat A (Pewarna alami)dan sampel B (Pewarna
proses terkontaminasi logam berat, sintetik). Pada sampel A didapatkan warna
pewarna jenis ini akan berbahaya. merah terang menyala dan terlihat bening
Praktikum kali ini membahas sedangkan pada sampel B didapatkan
tentang identifikasi Rhodamin B dalam warna merah yang pekat.
sampel makanan dengan tujuan dapat Berdasarkan hasil pengujian tes
mengidentifikasi adanya kandungan kit sampel makanan dilakukan
Rhodamin B dalam sampel makanan. penambahan 3 jenis reagen yaitu reagen
Rhodamin B merupakan pewarna sintesis A, B dan B2. Pada sampel makanan yang
berbentuk serbuk kristal, berwarna hijau ditambahkan reagen A dan B memiliki
atau ungu kemerahan, tidak berbau dan warna yang sama seperti warna
dalam larutan akan berwarna merah sebelumnya. Sedangkan ketika
terang berpendar atau berfluoresensi. ditambahkan reagen B2 yang positif
Rhodamin B merupakan zat warna menggunakan pewarna tekstil atau
golongan xanthenes dyes yang digunakan mengandung Rhodamin B yaitu
pada industri tekstil dan kertas, sebagai didapatkan warna merah tidak ada
perubahan warna. Sedangkan sampel penambahan bahan lain. Rhodamin B
negative dengan perlakuan yang sama dapat terakumulasi pada tubuh manusia
didapatkan warna yang pudar atau dan bersifat karsinogenik yang dalam
berubah warna menjadi kecoklatan jangka panjang menyebabkan penyakit-
setelah ditambahkan reagen. Sampel penyakit seperti kanker dan tumor pada
makanan yang menggunakan pewarna organ tubuh manusia.
sintetik tidak mengalami perubahan warna
karena memiliki sifat kestabilan warna KESIMPULAN
yang lebih tinggi dibandingkan pewarna Berdasarkan hasil pengamatan
alami dan pewarna alami juga warnanya dan pembahasan, maka dapat ditarik
lebih cepat pudar jika terpengaruh oleh beberapa kesimpulan sebagai berikut:
tingkat keasaman tertentu. 1. Pewarna adalah bahan tambahan
Rhodamin B dapat menyebabkan makanan yang dapat memperbaiki
iritasi saluran pernafasan, iritasi kulit, atau memberi warna pada makanan.
iritasi pada mata, iritasi pada saluran 2. Rhodamin B merupakan zat warna
pencernaan, keracunan, dan gangguan golongan xanthenes dyes yang
hati Namun, sampai sekarang masih digunakan pada industri tekstil dan
banyak produsen yang menggunakan kertas, sebagai pewarna kain,
Rhodamin B dalam produk makanan dan kosmetika, produk pembersih mulut
minuman yang dihasilkannya. Rhodamin B dan sabun.
ditemukan dalam berbagai produk seperti
kerupuk. Zat warna Rhodamin B walaupun
telah dilarang penggunaanya ternyata
masih ada produsen yang sengaja
menambahkan zat warna Rhodamin B
untuk produk kerupuk sebagai pewarna
merah dengan alasan warnanya sangat
bagus, mudah didapat, dan murah
harganya. Sebagian besar produk tersebut
tidak mencantumkan kode, label, merek,
jenis atau data lainnya. Para pedagang
kerupuk menggunakan pewarna untuk
memperbaiki warna merah makanan yang
berkurang (menjadi pudar) akibat
DAFTAR PUSTAKA

Baliwati,Y. F., 2004. Pengantar Pangan dan Gizi. Penebar Swadaya. Jakarta.

Moehyi, S., 1992. Penyelenggaraan Makanan Institusi dan Jasa Boga. Bharata. Jakarta.

Putri, A. A., F. Dhafir dan Abd. H. Laenggeng, 2017. Analisis Kandungan Rhodamin B Pada Jajanan
Makanan Yang Dijual di Area Pasar Bambaru Kota Palu dan Pemanfaatannya Sebagai Media
Pembelajaran Biologi. Jurnal Ilmu Pendidikan Biologi. 5 (2) : 9-19.

Rahayu, M., Aisyah, W., 2016. Identifikasi Zat Pewarna Rhodamin B dalam Saos Yang Beredar di
Beberapa Tempat Jajanan di Yogyakarta. Jurnal Teknologi Lab. 5 (1) :15-21.

Rahmadini, M. dan Apriani, 2017. Identifikasi Zat Pewarna Makanan Rhodamin Bdan Methanil Yellow
Pada Jajanan Anak SD di SDN Rawa Buaya 05 PT dan 08 PG Jakarta Barat. Jurnal Analisis
Kesehatan Krinikal Sains. 5 (2) : 55-60.

Vries, J., 1996. Food safety and toxicity. CRC. London.

Winarno, F. G. dan T.S. Rahayu, 2009. Bahan Makanan Tambahan untuk Makanan dan Kontaminan.
Pustaka Sinar Harapan. Jakarta.

Yuliarti, N., 2007. Awas Bahaya Di Balik Lezatnya Makanan. CV Andi Offset. Yogyakarta.

You might also like