Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan, Volume 8, No.
1, Februari 2012
PENGARUH TEKNIK RELAKSASI GENGGAM JARI TERHADAP
PENURUNAN INTENSITAS NYERI PADA PASIEN POST OPERASI
LAPARATOMI
Iin Pinandita 1, Ery Purwanti 2 , Bambang Utoyo 3
1, 2, 3 Jurusan Keperawatan STIKes Muhammadiyah Gombong
ABSTRACT
Pain is the most common reason for people to seek health care
and is one of the most common complaint of patients after a surgery. To cope
with pain, pain management is needed that includes non-
pharmacological and pharmacological management. Hand grip relaxation
technique is one of non-pharmacological techniques to emotions which
can cause pain increase for the post laparotomy patients. The aim of this
study is to find out the influence of hand grip Relaxation Technique to
Decrease pain Intensity of Post Laparatomy Patients in PKU
Muhammadiyah Gombong Hospital.This research method is a Quasi-
experiment with the pre test-post test approach with control group design.
The study was conducted in PKU Muhammadiyah Gombong Hospital with
34 respondents using purposive sampling based on inclusion and
exclusion criteria.
Thepaired t-test shows that mean pain intensity in the
experimental group pre-test = 6.64 and the mean postoperative pain
intensity of the test = 4.88. While the mean pain intensity in the control
group pre test = 6.58 and the mean postoperative pain intensity test =
6.47. The average difference of pre and post test in the experimental
group =1.764, whereas the average difference of the pre and post test in
the control group = 0.117. Based on independent t-test results, it was
obtained significance (p), with p-value = 0.000, where the value (p <0.05),
meaning that there is an influence of hand grip Relaxation Technique to
Decrease pain Intensity of Post Laparatomy Patients in PKU
Muhammadiyah Gombong Hospital.
Keywords Hand grip relaxation technique, Pain, Post Laparatomy
PENDAHULUAN menghasilkan respons atau
Setiap individu pernah perasaan yang identik pada
mengalami nyeri dalam tingkat seorang individu. Nyeri
tertentu. Nyeri merupakan merupakan sumber penyebab
alasan yang paling umum orang frustasi, baik klien maupun bagi
mencari perawatan kesehatan. tenaga kesehatan. Asosiasi
Individu yang merasakan nyeri Internasional untuk Penelitian
merasa tertekan atau menderita Nyeri (International Association
dan mencari upaya untuk for the Study of Pain, IASP)
menghilangkan nyeri. Nyeri mendefinisikan nyeri sebagai
bersifat subjektif, tidak ada dua “suatu sensori subjektif dan
individu yang mengalami nyeri pengalaman emosional yang
yang sama dan tidak ada dua tidak menyenangkan berkaitan
kejadian nyeri yang sama dengan kerusakan jaringan yang
1
aktual atau potensial atau yang menjadi pengalaman yang
dirasakan dalam kejadian- kurang menyenangkan akibat
kejadian dimana terjadi pengelolaan nyeri yang tidak
kerusakan” (IASP, 1979). Nyeri adekuat (Zulaik, 2008). Tingkat
dapat merupakan faktor utama dan keparahan nyeri pasca
yang menghambat kemampuan operatif tergantung pada
dan keinginan individu untuk fisiologis dan psikologis individu
pulih dari suatu penyakit (Potter dan toleransi yang ditimbulkan
& Perry, 2005). nyeri (Brunner & Suddart, 2002).
Nyeri merupakan salah Perawat berperan dalam
satu keluhan tersering pada mengidentifikasi kebutuhan-
pasien setelah mengalami suatu kebutuhan pasien dan
tindakan pembedahan. membantu serta menolong
Pembedahan merupakan suatu pasien dalam memenuhi
peristiwa yang bersifat bifasik kebutuhan tersebut termasuk
terhadap tubuh manusia yang dalam manajemen nyeri
berimplikasi pada pengelolaan (Lawrence, 2002). Menurut
nyeri. Lama waktu pemulihan Simpson (2001), keahlian
pasien post operasi normalnya perawat dalam berbagai strategi
terjadi hanya dalam satu sampai penanganan rasa nyeri adalah
dua jam (Potter & Perry, 2005). hal yang sangat penting, tapi tidak
Pemulihan pasien post operasi semua perawat meyakini atau
membutuhkan waktu rata-rata menggunakan pendekatan non
72,45 menit, sehingga pasien farmakologis untuk
akan merasakan nyeri yang menghilangkan rasa nyeri ketika
hebat rata-rata pada dua jam merawat pasienpost operasi
pertama sesudah operasi karena karena kurangnya pengenalan
pengaruh obat anastesi sudah teknik non farmakologis, maka
hilang, dan pasien sudah keluar perawat harus mengembangkan
dari kamar sadar (Mulyono, keahlian dalam berbagai strategi
2008). dalam penanganan rasa nyeri.
Pasca pembedahan (pasca Manajemen nyeri
operasi) pasien merasakan nyeri merupakan salah satu cara yang
hebat dan 75% penderita digunakan dibidang kesehatan
mempunyai pengalaman yang untuk mengatasi nyeri yang
kurang menyenangkan akibat dialami oleh pasien. Manajemen
pengelolaan nyeri yang tidak nyeri yang tepat haruslah
adekuat. (Sutanto, 2004 cit mencakup penanganan secara
Novarizki, 2009). Hal tersebut keseluruhan, tidak hanya
merupakan stressor bagi pasien terbatas pada pendekatan
dan akan menambah kecemasan farmakologi saja, karena nyeri juga
serta keteganggan yang berarti dipengaruhi oleh emosi dan
pula menambah rasa nyeri tanggapan individu terhadap
karena rasa nyeri menjadi pusat dirinya. Secara garis besar ada
perhatiannya. Bila pasien dua manajemen
mengeluh nyeri maka hanya untuk mengatasi nyeri
satu yang mereka inginkan yaitu yaitu manajemen
mengurangi rasa nyeri. Hal itu farmakologi dan
wajar, karena nyeri dapat manajemen non farmakologi.
Teknik farmakologi adalah mencakup latihan pernafasan
cara yang paling efektif untuk diafragma, teknik relaksasi
menghilangkan nyeri terutama progresif, guided imagery, dan
untuk nyeri yang sangat hebat meditasi, beberapa penelitian
yang berlangsung selama telah menunjukkan bahwa
berjam-jam atau bahkan relaksasi nafas dalam sangat
berhari-hari (Smeltzer and Bare, efektif dalam menurunkan nyeri
2002). Pemberian analgesik pasca operasi (Brunner &
biasanya dilakukan untuk Suddart, 2001).
mengurangi nyeri. Selain itu, Beberapa penelitian, telah
untuk mengurangi nyeri menunjukkan bahwa relaksasi
umumnya dilakukan dengan efektif dalam menurunkan nyeri
memakai obat tidur. Namun pascaoperasi. Ini
pemakaian yang berlebihan mungkin karena relatif
membawa efek samping kecilnya peran
kecanduan, bila overdosis dapat otot-otot skeletal dalam nyeri
membahayakan pemakainya pasca-operatif atau kebutuhan
(Coates, 2001). Pemberian pasien untuk melakukan teknik
analgesik dan pemberian relaksasi tersebut agar efektif.
narkotik untuk menghilangkan Periode relaksasiyang teratur
nyeri tidak terlalu dianjurkan dapat membantu untuk
karena dapat mengaburkan melawan keletihan dan
diagnosa (Sjamsuhidayat, 2002). ketegangan otot yang terjadi
Metode pereda nyeri non dengan nyeri kronis dan yang
farmakologis biasanya meningkatkan nyeri (Smeltzer
mempunyai resiko yang sangat and Bare, 2002). Demikian juga
rendah. Meskipun tindakan penelitian yang dilakukan oleh
tersebut bukan merupakan Jacobson dan Wolpe
pengganti untuk obat–obatan, menunjukkan bahwa relaksasi
tindakan tesebut mugkin dapat mengurangi ketegangan
diperlukan atau sesuai untuk dan kecemasan (Wallace, 1971.
mempersingkat episode nyeri Beech dkk, 1982). Relaksasi
yang berlangsung hanya merupakan kebebasan mental
beberapa detik atau menit dan fisik dari ketegangan dan
(Smeltzer and Bare, 2002). stress, karena dapat mengubah
Teknik relaksasi merupakan persepsi kognitif dan motivasi
salah satu metode manajemen afektif pasien. Teknik relaksasi
nyeri non farmakologi dalam membuat pasien dapat
strategi penanggulangan nyeri, mengontrol diri ketika terjadi
disamping metode TENS rasa tidak nyaman atau nyeri,
(Transcutaneons Electric Nerve stress fisik dan emosi pada nyeri
Stimulation), biofeedack, plasebo (Potter & Perry, 2005).
dan distraksi. Manajemen nyeri Berbagai macam bentuk
dengan melakukan teknik relaksasi yang sudah ada adalah
relaksasi merupakan tindakan relaksasi otot, relaksasi
eksternal yang mempengaruhi kesadaran indera, relaksasi
respon internal individu meditasi, yoga dan relaksasi
terhadap nyeri. Manajemen nyeri hipnosa (Utami, 1993). Dari
dengan tindakan relaksasi bentuk relaksasi di atas belum
pernah dimunculkan kajian
tentang teknik relaksasi kontrol dan kelompok
genggam jari. Relaksasi genggam eksperimen dilakukan
jari adalah sebuah teknik berdasarkan acak atau random.
relaksasi yang sangat sederhana Kemudian dilakukan pretest
dan mudah dilakukan oleh pada kedua kelompok tersebut, dan
siapapun yang berhubungan diikuti intervensi (X) pada
dengan jari tangan serta aliran kelompok eksperimen. Setelah
energi di dalam tubuh kita. beberapa waktu dilakukan
Teknik genggam jari disebut juga postest pada kedua kelompok
finger hold (Liana,2008 ). tersebut (Notoatmodjo, 2002).
Berdasarkan data rekam Populasi dalam penelitian ini
medik RSU PKU Muhmmadiyah adalah semua pasien rawat inap
Gombong pada tanggal 16 RSU PKU Muhammadiyah
Agustus 2010, dalam 1 tahun Gombong yang telah menjalani
terakhir RS PKU Muhammadiyah post operasi laparatomi. Jumlah
Gombong telah menangani 168 populasi pasien laparatomi
kasus bedah laparatomi. Dari dalam 1 tahun terakhir adalah
hasil wawancara dengan 5 berjumlah 168 orang.
pasien post operasi, mereka Sampel merupakan bagian
mengatakan mulai merasakan populasi yang akan diteliti atau
nyeri antara 3-4 jam pasca sebagian jumlah atau
pembedahan dan nyeri akan karakteristik yang dimiliki oleh
berkurang dengan pemberian populasi (Aziz, 2007).
obat analgetik. Selain itu, Pengambilan sampel
perawat diruangan juga menggunakan Purposive
mengajarkan teknik nafas dalam Sampling yaitu suatu teknik
untuk mengurangi nyeri pasien, penetapan sampel dengan cara
tetapi cara yang diajarkan masih memilih sampel diantara
sangat sederhana dan pasien populasi sesuai yang
masih tetap mengeluhkan dikehendaki peneliti, sehingga
nyerinya. Berdasarkan latar sampel tersebut dapat mewakili
belakang diatas penulis tertarik karakteristik populasi yang telah
untuk mengambil judul dikenal sebelumnya (Nursalam,
“Pengaruh Teknik Relaksasi 2001). Dalam menentukan
Genggam Jari Terhadap sampel, apabila populasinya
Penurunan Intensitas Nyeri pada berjumlah lebih dari 100 maka
Pasien Post Operasi Laparatomi sebaiknya diambil antar 10 – 15
di RS PKU Muhammadiyah % atau 20 – 25 % (Arikunto,
Gombong”. 2006). Dan jika populasinya
kurang dari 100 maka jumlah
METODE PENELITIAN sampelnya adalah seluruh dari
Penelitian ini menggunakan jumlah populasi (Arikunto,
metode Quasi-Experiment dengan 2006). Sampel yang akan
rancangan pretest-posttest with digunakan dalam penelitian ini
control group design . Rancangan adalah 20% dari jumlah populasi
pretest-posttest with control group yaitu:
design yaitu pengelompokkan Rumus :
anggota-anggota kelompok
20% X ∑ populasi
20% X 168 = 33.6 dibulatkan 34
Jadi peneliti akan menggunakan 17 responden kelompok
eksperimen dan 17 responden kelompok kontrol dalam 3 bulan.
Sampel diambil berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi, yaitu :
a. Kriteria Inkulsi
1) Umur 15 - 50 tahun
2) Pasien post operasi laparatomi hari ke-1
3) Pasien mendapatkan terapi analgetik yang sama
4) 7-8 jam setelah pemberian analgetik
5) Pasien sadar
6) Pasien bersedia menjadi responden
b. Kriteria eksklusi
1) Pasien post operasi laparatomi yang masuk ICU
2) Pasien tidak kooperatif
Variabel merupakan gejala kontrol dengan menggunakan
yang menjadi fokus peneluti paired t-test yaitu apabila data
untuk diamati sebagai atribut yang dikumpulkan dari dua
dari sekelompok orang/ objek sampel yang saling berhubungan
yang mempunyai variasi antara artinya bahwa satu sampel akan
satu dengan yang lainnya dalam mempunyai dua data. Paired t-
kelompok itu (Sugiyono, 2006). test adalah untuk menguji
Analisa bivariat pada data-data efektifitas suatu perlakuan
interval yaitu terhadap suatu besaran variabel
untuk yang ingin ditentukan
membandingkan pre test dan (Riwidikdo, 2008).
post test pada kelompok
eksperimen dan kelompok
Rumus :
atau
Sedangkan harga dari simpangan baku ( ) adalah
keterangan :
t : t hitung
: selisih/ beda antara nilai pre test dan post test
: rata-ratan dari beda antara nilai pre test dengan post test
: simpangan baku dari
: banyaknya sampel
Selanjutnya hasil t hitung membandingkan antara
dibandingkan dengan t tabel, kelompok eksperimen dan
tabel t yang digunakan dengan kelompok kontrol menggunakan t-
derajat bebas (df = db = dk) = n – test independent adalah
1. Apabila t hitung > t tabel, digunakan untuk mengetahui
maka Ho ditolak, dan menerima perbedaan nilai rata-rata antara
Ha artinya ada beda secara satu kelompok dengan kelompok
signifikan antara rata-rata pre yang lain, dimana satu kelompok
dan post (Riwidikdo, 2008) dengan kelompok yang lain tidak
Sedangkan untuk saling berhubungan.
Rumus :
Dimana nilai s diperoleh dari rumus:
Keterangan :
Uji Varians F : Hipotesisnya, Ho : tidak ada beda varians.
Uji t : hipotesisnya, Ho : tidak ada beda rata-rata antar
kelompok (Riwidikdo, 2008)
HASIL DAN BAHASAN eksperimen dan kelompok
Intensitas Nyeri Pre Test dan kontrol
Post Tes pada kelompok
Tabel 1 Intensitas Nyeri Pre Test dan Post Tes pada KelompokEksperimen
Dan Kelompok Kontrol di RS PKU Muhammadiyah Gombong Tahun
2011 (N = 34)
Intensitas Beda
Kelompok Mean SD t P
Nyeri Mean
Pre 6.64 0.492
Eksperimen 1.76 9.670 0.000
Post 4.88 0.600
Pre 6.58 0.507
Kontrol 0.11 1.461 0.163
Post 6.47 0.624
Berdasarkan uji statistik 9.670 dan p-value 0.000. Oleh
paired sample t-test, didapatkan karena t hitung > t tabel (9.670
hasil intensitas nyeri pre test > 1.75) dan p-value (0,000 <
pada kelompok eksperimen 0,05) maka H 0 ditolak, artinya
menunjukkan mean = 6.64 dan ada perbedaan antara pre dan
pada post test menunjukkan post dengan perlakuan relaksasi
mean = 4.88. Sedangkan beda genggam jari terhadap
mean pre test dan post test penurunan intensitas nyeri pada
adalah 1.76 dengan t-hitung kelompok eksperimen di Rumah
Sakit PKU Muhammadiyah mengemukakan bahwa
Gombong. pemulihan waktu post operasi
Berdasarkan uji statistik membutuhkan waktu rata-rata
paired sample t-test pada 72,45 menit, sehingga pasien
kelompok kontrol, intensitas akan merasakan nyeri yang
nyeri pre test menunjukan mean hebat rata-rata pada dua jam
= 6.58 dan pada post test pertama setelah operasi karena
menunjukkan mean = 6.47. pengaruh obat anastesi sudah
Sedangkan beda mean pre test dan hilang.
post test adalah 0.11 dengan Intensitas nyeri post
t-hitung 1.461 dan p-value = test pada responden yang
0.163. Oleh karena t hitung > t dilakukan relaksasi genggam jari
tabel (1.852 > 1.75) dan p-value memiliki rata-rata ( mean ) 4.88
(0.163 < 0.05) maka H o diterima, sedangkanpost test pada
artinya tidak ada perbedaan kelompok kontrol memiliki rata-
antara pre dan post tanpa rata ( mean ) 6.47, sehingga
perlakuan relaksasi genggam jari tampak perbedaan intensitas
pada kelompok kontrol di nyeri antara kelompok
Rumah Sakit PKU eksperimen dan kelompok
Muhammadiyah Gombong. kontrol post test . Pada kelompok
Berdasarkan hasil penelitian, eksperimen telah diberikan
terlihat bahwa Intensitas nyeri perlakuan relaksasi genggam jari
pre test pada responden yang selama +
dilakukan relaksasi genggam jari 15 menit sehingga
(kelompok eksperimen) memiliki terdapat penurunan intensitas
rata-rata ( mean ) 6.64, sedangkan nyeri. Sesuai dengan Liana
pre test pada kelompok kontrol (2008) yang mengemukakan
memiliki rata-rata ( mean ) 6.58, bahwa menggenggam jari sambil
yang berarti kedua kelompok menarik nafas dalam-dalam
tersebut memiliki hasil rata-rata (relaksasi) dapat mengurangi
yang tidak jauh berbeda, dan menyembuhkan ketegangan
dikarenakan pre test pada kedua fisik dan emosi, karena
kelompok ini dilakukan pada genggaman jari akan
hari pertama (24 jam setelah menghangatkan titik-titik keluar
operasi), dimana dalam masa dan masuknya energi pada
tersebut nyeri sudah mengalami meredian (energi channel) yang
penurunan sehingga tidak terletak pada jari tangan kita.
ditemukan nyeri yang berat dan Titik-titik refleksi pada tangan
sangat berat. Hal ini sesuai akan memberikan rangsangan
dengan penelitian Ekstein (2006) secara refleks (spontan) pada
tentang studi prospektif saat genggaman. Rangsangan
intensitas nyeri dalam 24 jam tersebut akan mengalirkan
dan pemberian analgesia pada semacam gelombang kejut atau
pembedahan laparaskopi dan listrik menuju otak. Gelombang
laparatomi, pada penelitian tersebut diterima otak dan
tersebut ditemui 0-4 jam post diproses dengan cepat, lalu
operasi kategori hebat dan diteruskan menuju saraf pada
setelah 24 jam nyeri berkurang. organ tubuh yang mengalami
Mulyono (2008) juga gangguan, sehingga sumbatan di
jalur energi menjadi lancar nyeri. Hal ini dikarenakan pada
(Puwahang, 2011). hari pertama (24 jam setelah
Potter & Perry (2005) operasi), luka post operasi masih
menyatakan bahwa teknik dalam fase inflamasi dimana fase
relaksasi membuat pasien dapat inflamasi berlangsung sampai 5
mengontrol diri ketika terjadi hari pasca operasi dan pasien
rasa tidak nyaman atau nyeri, masih berada dalam kondisi
stress fisik dan emosi pada merasakan nyeri (artikel
nyeri. Relaksasi juga dapat kesehatan, 2009). Pasien yang
menurunkan kadar hormon tidak mendapatkan perlakuan
stres cortisol , menurunkan relaksasi genggam jari masih
sumber-sumber depresi dan berpusat pada rasa nyeri dan
kecemasan, sehingga nyeri dapat ketidaknyamanan terhadap nyeri
terkontrol dan fungsi tubuh yang dirasakan. Sehingga dalam
semakin membaik (Tarigan, waktu + 15 menit dilakukannya
2006). post test tanpa perlakuan
Pada kelompok kontrol, relaksasi genggam jari, nyeri
dapat diartikan bahwa tidak tersebut tidak mengalami
terjadi penurunan intensitas penurunan.
Perbedaan Rata-Rata Intensitas Nyeri Pada Responden Kelompok
Eksperimen Dan Kelompok Kontrol
Tabel 2 Perbedaan Responden Berdasarkan Rata-Rata Intensitas Nyeri
Kelompok Eksperimen Dan Kontrol Di RS PKU
Muhammadiyah Gombong Tahun 2011 (N = 34)
Intensitas
Kelompok Nyeri Mean Beda Mean
Pre Test 6.64
Eksperimen 1.764
Post Test 4.88
Pre Test 6.58
Kontrol Post Test 6.47 0.117
Berdasarkan tabel 2. dapat dimungkinkan dapat terjadi
diketahui perbedaan rata-rata karena kemampuan setiap
pre test-post test pada kelompok individu berbeda dalam
kelompok eksperimen adalah merespon dan mempersepsikan
1.764, sedangkan perbedaan nyeri yang dialami, keadaan ini
rata-rata pre test -post test pada dapat dihubungkan dengan
kelompok kontrol adalah 0.117. karakteristik yang dimiliki oleh
Berdasarkan hasil penelitian responden. Menurut Potter dan
diketahui perbedaan rata-rata Perry (2005), kemampuan
pre test-post test pada kelompok seseorang dalam
eksperimen adalah 1.764, mempersepsikan nyeri
sedangkan perbedaan rata-rata dipengaruhi oleh sejumlah faktor
pre test-post test pada kelompok seperi usia, jenis kelamin,
kontrol adalah 0.117. Perbedaan lingkungan, kecemasan dan lain-
rata-rata intensitas nyeri yang lain. Dimana faktor-faktor
dirasakan responden tersebut dapat meningkatkan
atau menurunkan persepsi diinterpretasikan sebagai nyeri. Pada
nyeri, meningkatkan atau kelompok perlakuan yang diberikan
menurunkan toleransi terhadap relaksasi genggam jari
nyeri, dan mempengaruhi sikap menghasilkan impuls yang
respons terhadap nyeri. dikirim melalui serabut saraf
Mekanisme perbedaan aferen non-nosiseptor . Serabut
intensitas nyeri pada kelompok saraf non-nosiseptor
eksperimen dan kelompok mengakibatkan “gerbang”
kontrol dapat dijelaskan dengan tertutup sehingga stimulus pada
teori gate control . Akibat adanya kortek serebri dihambat atau
stimulasi nyeri pada area luka dikurangi akibat counter
bedah menyebabkan keluarnya stimulasi relaksasi dan
mediator nyeri yang akan menggenggam jari. Sehingga
menstimulasi transmisi impuls intensitas nyeri akan berubah
disepanjang serabut saraf aferen atau mengalami modulasi akibat
nosiseptor ke substansia stimulasi relaksasi genggam jari
gelatinosa di medula spinalis yang lebih dahulu dan lebih
untuk selajutnya disampaikan banyak mencapai otak.
ke kortek serebri dan
Pengaruh Teknik Relaksasi Pada Pasien Post Operasi
Genggam Jari Terhadap Penurunan Laparatomi
Intensitas Nyeri
Tabel 3 Distribusi Frekuensi Pengaruh Teknik Relaksasi Genggam
Jari Terhadap Penurunan Intensitas Nyeri Pada Pasien Post Operasi
Laparatomi Di RS PKU Muhammadiyah Gombong
Tahun 2011 (N = 34)
Intensitas Beda
Nyeri Kelompok Mean SD t p
Mean
Eksperimen 6.64 0.492
Pre Test 0.058 0.343 0.734
Kontrol 6.58 0.507
-
Post Test Eksperimen 4.88 0.600 - 0.000
Kontrol 6.47 0.624 1.588 7.562
Berdasarkan uji statistik penurunan intensitas nyeri pada
independen t-test , didapatkan kelompok eksperimen.
hasil bahwa intensitas nyeri Berdasarkan harga signifikansi
kelompok eksperimen setelah (p), dimana nilai p=0.000,
dilakukan relaksasi genggam jari dimana nilai tersebut (p < 0.05),
menunjukkan mean = 4.88 pada artinya relaksasi genggam
kelompok kontrol menunjukkan jari berpengaruh
mean = 6.47. Sedangkan beda terhadap penurunan
mean kelompok eksperimen dan intensitas nyeri pada pasien post
kelompok kontrol adalah -1.588 operasi laparatomi (Riwidikdo,
dengan p-value = 0.000. Oleh 2008).
karena p-value (0.000 < 0,05) Hal tersebut karena
artinya ada pengaruh teknik relaksasi genggan jari dapat
relaksasi genggam jari terhadap mengendalikan dan
mengembalikan emosi yang akan
membuat tubuh menjadi relaks. 2011 didapatkan kesimpulan
Seperti yang telah dijelaskan berupa:
sebelumnya, bahwa proses tersebut 1. Pada kelompok
dapat dijelaskan dengan eksperimen, intensitas
teori gate control . Adanya nyeri pre tes memiliki
stimulasi nyeri pada area luka mean 6.64 dan intensitas
bedah menyebabkan keluarnya nyeri post test memiliki
mediator nyeri yang akan mean 4.88. Pada
menstimulasi transmisi impuls kelompok kontrol,
disepanjang serabut saraf aferen intensitas nyeri pre tes
nosiseptor ke substansia memiliki mean 6.58 dan
gelatinosa (pintu gerbang) di intensitas nyeri post test
medula spinalis untuk selajutnya memiliki mean 6.47.
melewati thalamus kemudian 2. Perbedaan rata-rata
disampaikan ke kortek serebri intensitas nyeri pre test-
dan diinterpretasikan sebagai post test pada kelompok
nyeri. eksperimen adalah 1.764
Perlakuan relaksasi dan perbedaan rata-rata
genggam jari akan menghasilkan intensitas nyeri pre test-
impuls yang dikirim melalui post test pada kelompok
serabut saraf aferen non- kontrol adalah 0.117.
nosiseptor . Serabut saraf non- 3. Berdasarkan harga
nosiseptor mengakibatkan “pintu signifikansi (p), dimana
gerbang” tertutup sehingga nilai p=0.000, dimana
stimulus nyeri terhambat dan nilai tersebut (p < 0.05),
berkurang. Teori two gate control artinya terdapat
menyatakan bahwa terdapat pengaruh teknik
satu “pintu gerbang” lagi di relaksasi genggam jari
thalamus yang mengatur impuls terhadap penurunan
nyeri dari nervus trigeminus. intensitas nyeri pada
Dengan adanya relaksasi, maka pasien post operasi
impuls nyeri dari nervus laparatomi di RS PKU
trigeminus akan dihambat dan Muhammadiyah
mengakibatkan tertutupnya Gombong.
“pintu gerbang” di thalamus.
Tertutupnya “pintu gerbang” di DAFTAR PUSTAKA
thalamus mengakibatkan Agus, D dan Triyanto, 2004,
stimulasi yang menuju korteks Manajemen Nyeri Dalam
serebri terhambat sehingga Suatu Tatanan Tim
intensitas nyeri berkurang untuk Medis Multidisiplin
kedua kalinya. Majalah Kedokteran
Atma Jaya , Januari,
SIMPULAN Vol 3, No 1.
Berdasarkan hasil penelitian Arikunto, Suharsini, 2006,
yang dilakukan pada pasien post Prosedur Penelitian
operasi Laparatomi di RS PKU Suatu Pendekatan
Muhammadiyah Gombong, Praktik, Edisi
terhitung mulai tanggal 14 Revisi VI, Rineka
Januari sampai tanggal 14 April Cipta, Jakarta.
Artikel Kesehatan, 2009, Proses Bedah, Edisi 2, EGC,
Penyembuhan Luka, Jakarta.
http:// perawatpskiatri. Notoatmodjo, S. 2002. Metodologi
blogspot.com/ 2009/ 03 Penelitian Kesehatan , Edisi Revisi,
/ proses-penyembuhan- Rineke Cipta,
luka.html Jakarta.
Benson, H dan Klipper, Z.M., Nursalam, 2001, Konsep
2000, Respon & Penerapan
Relaksasi , Mizan Metodelogi Penelitian
Pustaka, Jakarta. Ilmu
Brunner & suddart., 1996, Keperawatan, Salemba
Keperawatan Medikal Medika, Jakarta.
Bedah , EGC, Jakarta. Pahria, T...[et al],. 1996, Asuhan
Carpenito, L.J., 1998, Diagnosa Keperawatan pada
Keperawatan Aplikasi Pasien dengan
Pada Praktik Klinis , EGC, Gangguan Sistem
Jakarta. Persarafan, Penerbit
Corwin, Elizabeth J . 2001, Buku Kedokteran EGC,
Patofisiologi, EGC, Jakarta.
Jakarta. Potter and Perry, 2006,Buku
Ekstein., 2006, dalam Skripsi Ajar Fundamental
Utoyo, B., 2007, Pengaruh Keperawatan : Konsep,
Terapi Musik Terhadap Proses dan Praktek,
Penurunan Sensasi Nyeri Volume 2, Edisi 4, EGC,
Pada Pasien Post Operasi Jakarta.
di RS PKU Muhammadiyah Price, Silvia dan Wilson, Lorraine
Gombong , STIKES M. 2005, Patofisiologi
Muhammadiyah Konsep Klinis Proses-
Gombong, Gombong. Proses Penyakit, Edisi 6,
Fauzan, L,2009, Teknik Vol.3, EGC, Jakarta.
konseling individu
relaksasi, Terdapat Priharjo, R., 1993, Perawatan
pada : Nyeri , Milenia Populer,
http:// www.wordpress . Jakarta.
html . Puwahang., 2011. Pijat Tangan
Guyton ang Hall, 2008, Buku untuk Relaksasi .
Ajar Fisiologi www.jarijaritangan.wor
Kedekteran, Edisi 11 , dpress.com .
EGC, Jakarta. Riwidikdo, H., 2008, Statistik
Hidayat, A.A.A., 2007, Metode Kesehatan , Mitra
Penelitian Keperawatan Cendikia, Yogyakarta.
Dan Teknik Analisis Setiyohadi, Bambang, dkk, 2006, Buku
Data , salemba medika, Ajar Ilmu Penyakit Dalam,
Jakarta. Edisi IV , J ilid II, FKUI,
Irman, 2007. Konsep Nyeri , Jakarta.
Terdapat pada : Smeltzer, Suzanna C dan Bare,
http:// .blogspot.html . Brenda G. 2002, Buku
Jong, Win de dan Sjamsuhidayat Ajar Keperawatan
R. 2002, Buku Ajar Ilmu Medikal Bedah, Edisi 8,
Vol.1, Buku Kedokteran penurunan intrensitas
EGC, Jakarta. nyeri pada pasien post
Sugiyono, 2006, Statistik Untuk operasi di RS PKU
Penelitian , CV. Alfabeta, Muhammadiyah
Bandung. Gombong : diterbitkan
Tamsuri, Anas, 2006, Konsep & 24 Maret 2009.
Penatalaksanaan Nyeri ,
EGC, Jakarta. Wilkinson, J .M., 2006, Buku
Tarigan. 2009. Sehat dengan Saku Diagnosis
Terapi Pijat . Keperawatan Dengan
www.mediaindonesia.com . Intervensi NIC Dan Kriteria
Ucup, M., 2006, Let’s Talk about Hasil NOC , EGC, Jakarta.
Music. Wordpress, 2009. Laparatomi
http:// www.wartakita.com/ Dan Torako
warta/ 139 . Laparatomi, Terdapat
Utoyo, B, 2007.” Pengaruh terapi pada : bedah
musik terhadap umum.html .