0% found this document useful (0 votes)
106 views8 pages

39 73 2 PB PDF

This document summarizes a study on the catch composition of drift gillnets used at the Karangantu Archipelagic Fishing Port in Banten Province, Indonesia. The study found that the gillnets caught 18 species, dominated by Indian mackerel at 53%. Other common catches included eastern little tuna at 20.43%, red snapper at 17.15%, and scads at 14.96%. The gillnets were operated from fishing boats around 9 meters in length using a 20 HP engine and drifted in the waters around Tunda Island, Ampel Island and the Sunda Strait.

Uploaded by

Luffy
Copyright
© © All Rights Reserved
We take content rights seriously. If you suspect this is your content, claim it here.
Available Formats
Download as PDF, TXT or read online on Scribd
0% found this document useful (0 votes)
106 views8 pages

39 73 2 PB PDF

This document summarizes a study on the catch composition of drift gillnets used at the Karangantu Archipelagic Fishing Port in Banten Province, Indonesia. The study found that the gillnets caught 18 species, dominated by Indian mackerel at 53%. Other common catches included eastern little tuna at 20.43%, red snapper at 17.15%, and scads at 14.96%. The gillnets were operated from fishing boats around 9 meters in length using a 20 HP engine and drifted in the waters around Tunda Island, Ampel Island and the Sunda Strait.

Uploaded by

Luffy
Copyright
© © All Rights Reserved
We take content rights seriously. If you suspect this is your content, claim it here.
Available Formats
Download as PDF, TXT or read online on Scribd
You are on page 1/ 8

Jurnal Ilmu Pertanian dan Perikanan Desember 2013 Available online at:

Vol. 2 No. 2 Hal : 151-158 http://umbidharma.org/jipp


ISSN 2302-6308

KOMPOSISI HASIL TANGKAPAN JARING SILIR YANG


BERBASIS DI PPN KARANGANTU KOTA SERANG
PROVINSI BANTEN
(Catch Composition of Drift Gillnet in Karangantu Archipelagic Fishing
Port Serang City Banten Province)

Apriani1*, Ririn Irnawati1, Adi Susanto1

1Jurusan Perikanan Fakultas Pertanian Universitas Sultan Ageng Tirtayasa


Jl. Raya Jakarta Km. 4 Pakupatan Serang Banten
*Korespondensi: [email protected]

Diterima: 20 November 2013/ Disetujui: 21 Desember 2013

ABSTRACT
Karangantu archipelago fishing port is a base of capture fisheries activity in
Banten Province with high productivity and gillnet as dominant fishing gear. The
catch composition is one of the interesting research topics. The objectives of this
research are to determine specification of fishing unit of gillnet, to determine fishing
method and fishing ground of gillnet, and to calculate catch composition of gillnet.
The analysis method that was used are descriptive, including the catch distribution
of length and weight.The results showed that fishing vessel of gillnet has length 9.00
m, breadth 2.30 m, and depth 0.92 m; engine power is Dongfeng 20 HP. Gillnet has
length 51 m, width 5 m, mesh size 2 inches, large buoys, small buoys, head rope
with length 20,88 m and marking buoys. Gillnet was operated by 5 people consist of
1 people captain and 4 people crew. The fishing method of gillnet consists of 3
steps, setting, drifting and hauling with fishing ground at Tunda Island, Ampel Island
and Sunda Strait. The catch compositions consist of 18 species, dominated by
indian mackerel (Rastrelliger sp. 53%) as the target catch. By-catch about 47% such
as eastern little tuna (Auxis sp. 20,43%), red snapper (Lutjanus sp. 17,15%), scads
(Decapterus sp.14,96%), dorab wolf-herring (Chirocentrus sp. 9,48%), trevallies
(Selaroides sp. 8,39%), bigeyescad (Selar sp. 7,66%), torpedo scad (Megalaspis sp.
6,20%), pony fish (Leiognathus sp. 4,37) barracuda (Sphyraena sp. 3,64%) about
2,18 % and other.
Keywords: catch composition, gillnet, Karangantu archipelagic fishing port

ABSTRAK
Gillnet merupakan salah satu alat tangkap dominan di Pelabuhan Perikanan
Nuantara (PPN) Karangantu yang menjadi pusat peikanan tangkap di Provinsi
Banten. Beragamnya komposisi hasil tangkapan gillnet merupakan salah satu topik
penelitian yang menarik, karena dapat digunakan untuk menilai tingkat selektivitas
dan keramahan lingkungan suatu alat tangkap. Penelitian ini bertujuan untuk
mendeskripsikan unit penangkapan dan metode pengoperasian serta menganalisis
komposisi hasil tangkapan gillnet yang berbasis di PPN Karangantu. Analisis
dilakukan secara deskriptif dalam bentuk tabel dan grafik distribusi frekuensi hasil
tangkapan yang diperoleh. Kapal yang digunakan untuk pengoperasian gillnet
meggunakan mesin Dongfeng berkekuatan 20 HP dengan LOA 9,00 m; B 2,30 m;
152 APRIANI ET AL. JIPP

dan D 0,92 m. Dalam satu piece, panjang badan gillnet adalah 51 m dengan lebar 5
m yang terbuat dari bahan PA mulfilament bermesh size 2 inci. Pengoperasian
gillnet dilakukan oleh 5 orang dengan tahapan setting, drifting, dan hauling. Daerah
penangkapannya berada di perairan Teluk Banten, Pulau Tunda, Pulau Ampel dan
Selat Sunda. Komposisi hasil tangkapan gillnet didominasi oleh ikan kembung
(Rastrelliger sp. 53%) sebagai hasil tangkapan utama dan 17 spesies lain sebagai
hasil tangkapan sampingan. Hasil tangkapan sampingan yang dominan antara lain
tongkol (Auxis sp. 20,43%), bambangan (Lutjanus sp. 17,15%) dan layang
(Decapterus sp.14,96%).
Kata kunci: gillnet, hasil tangkapan, komposisi, PPN Karangantu

PENDAHULUAN METODE PENELITIAN


Pelabuhan Perikanan Nusantara Waktu dan Tempat
(PPN) Karangantu merupakan salah Pengumpulan data dilakukan de-
satu pusat aktivitas perikanan tangkap ngan mengikuti operasi penangkapan
di Provinsi Banten dengan produktivitas ikan menggunakan jaring silir di
yang tinggi (PPN Karangantu 2013). Perairan Teluk banten selama 15 hari
Ikan yang didaratkan tidak hanya didis- pada bulan November 2012. Pengola-
tribusikan ke wilayah Provinsi Banten, han dan analisis data dilakukan di
namun juga dijual ke Jakarta dan Lam- Jurusan Perikanan Fakultas Pertanian
pung. Beragam alat tangkap beroperasi Universitas Sultan Ageng Titrayasa.
di perairan Teluk Banten dan umumnya
memiliki basis di PPN Karangantu.
Alat dan Bahan
Jaring insang (gillnet) merupakan salah
satu alat tangkap yang dominan di PPN Alat dan bahan yang digunakan
Karangantu. Jenis gillnet di PPN antara lain alat tulis, penggaris, tim-
Karangantu terdiri atas gillnet rajungan, bangan, kamera, ember, perangkat
silir, ciker dan rampus. komputer, unit penangkapan jaring silir
dan ikan.
Gillnet cenderung menangkap ikan
yang beragam (multispesies) sehingga
banyak jenis ikan yang tertangkap de- Metode Penelitian
ngan berbagai ukuran. Komposisi hasil Metode penelitian yang digunakan
tangkapan merupakan salah satu topik adalah survei dan experimental fishing.
penelitian yang menarik. Data kompo- Data yang dikumpulkan meliputi spesi-
sisi hasil tangkapan akan memberikan fikasi unit penangkapan, metode
gambaran lebih jelas tentang jenis dan pengoperasian, daerah penangkapan
ukuran ikan yang diperoleh nelayan. (DPI) dan komposisi hasil tangkapan
Setiap daerah di Indonesia memiliki jaring silir.
desain dan spesifikasi gillnet yang
berbeda, begitu pula dengan nelayan di Metode Pengumpulan Data
PPN Karangantu. Perbedaan desain Data primer dikumpulkan melalui
dan konstruksi jaring tentunya akan observasi dan wawancara dengan
memberikan pengaruh terhadap kompo- responden secara langsung di lokasi
sisi hasil tangkapan yang didapatkan. penelitian dengan mengikuti kegiatan
Hal ini menyebabkan peneliti tertarik operasi penangkapan ikan. Data primer
untuk meneliti mengenai spesifikasi unit mencakup dimensi armada penang-
penangkapan, metode pengoperasian kapan (panjang, lebar, dalam), dimensi
jaring silir dan DPI serta komposisi hasil alat tangkap (panjang, lebar, mesh size,
tangkapan yang berbasis di PPN nomor jaring, bahan jaring, ukuran
Karangantu. pemberat, ukuran pelampung, tali ris
atas), metode pengoperasian jaring silir
Vol. 2, 2013 Komposisi Hasil Tangkapan 153

(cara setting, cara drifting, dan cara


hauling), jenis dan jumlah tangkapan Daerah Penangkapan Ikan
serta ukuran hasil tangkapan (panjang Daerah penangkapan jaring silir
cagak, panjang total, panjang baku, dan berada di Pulau Tunda, Pulau Ampel
berat ikan). Data sekunder diperoleh hingga ke Selat Sunda dengan
melalui studi pustaka yang terkait kedalaman 60 m. Lama perjalanan
dengan topik penelitian yang dilakukan. menuju fishing ground biasanya 4 jam.

Analisis Data Metode Pengoperasian Jaring silir


Analisis data yang dilakukan dalam Setting diawali dengan pelepasan
penelitian ini meliputi tiga aspek yaitu pelampung tanda yang dilengakapi
analisis unit penangkapan ikan, analisis bendera dengan arah barat laut
metode pengoperasian dan analisis terhadap arus yang kemudian diikuti
hasil tangkapan. Analisis hasil tang- dengan pelepasan pemberat dan jaring
kapan dibuat dalam bentuk grafik secara cepat sampai jaring terakhir.
distribusi panjang dan berat dengan Selama penurunan jaring, kondisi mesin
formula (Walpole 1995). kapal dalam keadaan menyala namun
berjalan secara perlahan hingga jaring
selesai diturunkan. Lama kegiatan
setting adalah 30 menit.
Dimana : Drifting adalah tahapan penghanyu-
K : Jumlah kelas tan jaring yang merupakan tahapan
N : Banyak kelas
kedua setelah setting selesai. Pengha-
I : Interval kelas
R : Nilai (panjang/bobot) terbesar -nilai nyutan jaring dilakukan selama 4-5 jam
(panjang/bobot) terkecil dengan kondisi mesin perahu dalam
keadaan mati.
Hauling dilakukan di bagian depan
HASIL DAN PEMBAHASAN
kapal dan memerlukan waktu sekitar 3
Armada Penangkapan jam. Metode pengangkatan jaring
Kapal yang digunakan dalam dilakukan dengan tenaga manusia. Satu
operasi penangkapan dengan jaring silir orang ABK menarik jaring pada tali ris
berukuran 2 GT memiliki panjang 9,00 dengan memakai sarung tangan untuk
m; lebar 0,95 m; dalam 2,30 m dengan mengurangi rasa sakit. Satu orang ABK
mesi Dongfeng berkekuatan 20 HP. bertugas menata pelampung (disusun)
dengan rapi; dua orang ABK bertugas
menarik jaring bagian bawah sekaligus
Konstruksi Alat Tangkap
memisahkan atau mengambil ikan hasil
Jaring silir termasuk ke dalam tangkapan yang tersangkut di jaring;
klasifikasi gillnet pertengahan (midwater dan seorang sebagai nakhoda.
gillnet) yang terdiri atas satu lembar
jaring (single gillnet). Satu piece jaring
Hasil Tangkapan
silir mempunyai panjang 51 m, lebar 5
m dan mesh size 2 inci, berbahan PA Hasil identifikasi ikan hasil tang-
multifilament Nomor 210 d/3. Setiap kapan jaring silir diperoleh sebanyak 18
piece dilengkapi dengan pelampung spesies, terdiri atas ikan kembung seba-
kecil sebanyak 25 buah, pelampung gai hasil tangkapan utama sebanyak
besar sebanyak 2 buah, pemberat jaring 309 ekor (53%), dan ikan hasil
terbuat dari semen cor (beton) tangkapan sampingan (HTS) sebesar
sebanyak 2 buah, tali ris atas dengan 47%. Jenis ikan HTS yang tertangkap
panjang 54 m dan pelampung tanda adalah ikan tongkol sebanyak 56 ekor,
(Gambar 1). Nelayan menggunakan 20 bambangan 47 ekor, layang 41 ekor,
piece dalam satu operasi penangkapan. golok-golok 26 ekor, selar 23 ekor,
154 APRIANI ET AL. JIPP

bentong 21 ekor, tetengkek 17 ekor, tangkapan sasaran utama yang diha-


pepetek 12 ekor, barakuda 10 ekor, silkan semakin besar, maka alat terse-
layur 6 ekor, tudak 5 ekor, tembang 3 but dikatakan selektif dari segi jenis.
ekor, manyung 2 ekor, kurisi 2 ekor, Suadela (2004) menyatakan apabila
tenggiri 1 ekor, ekor kuning 1 ekor, proporsi hasil tangkapan utama ≥ 60%
kuwe 1 ekor. maka suatu alat tangkap dapat
Jaring silir tidak hanya menangkap dikatakan ramah lingkungan dari segi
ikan kembung, namun juga spesies lain. jumlah hasil tangkapan. Berdasarkan
Hal ini menunjukkan bahwa jaring silir kriteria tersebut, maka dapat dikatakan
kurang selektif. Ramdhan (2008) bahwa jaring silir tidak ramah ling-
menyatakan komposisi hasil tangkapan kungan karena proporsi HTU yang
utama dapat menunjukkan selektivitas diperoleh hanya 53%.
suatu alat tangkap. Bila proporsi hasil

1.020 m

5m PA 2 inci 5m

1.020 m
25,5 m d

h 2m
c
g
b

a 5m

e 25,5 m
f
51 m
Keterangan:
a. Badan jaring e. Tali pemberat (16 cm)
b. Tali ris atas f. Pemberat
c. Tali pelampung besar (8,50 m) g. Tali pelampung kecil
d. Pelampung besar h. Pelampung besar

Gambar 1 Desain dan konstruksi jaring silir.


Vol. 2, 2013 Komposisi Hasil Tangkapan 155

Ukuran panjang total ikan kembung Ukuran panjang total bambangan dan
dan tongkol layang
Mosse dan Hutubessy (1996) Damayanti (2005) menyatakan ikan
menyatakan ikan kembung yang kakap merah (Lutjanus malabicus) yang
tertangkap di perairan Pulau Ambon tertangkap di perairan Kabupaten
pada ukuran < 20 cm belum terlihat Lombok Timur Nusa Tenggara Barat
adanya perkembangan gonad dan jika memijah pada ukuran panjang total
ada itu pun masih sangat kecil. Ikan 40,0-43,9 cm dengan berat 1.197-1.414
kembung pertama kali matang gonad g. Berdasarkan ukuran tersebut, maka
pada ukuran 24 cm dan ukuran pertama ikan bambangan yang tertangkap
kali memijah berkisar >24 cm. Hasil selama penelitian seluruhnya belum
penelitian menunjukkan bahwa hasil layak tangkap karena ukuran ikannya
tangkapan ikan kembung yang layak masih kecil (< 23 cm).
tangkap sebanyak 31%. Ikan layang yang tertangkap
Irnawati (2004) menyatakan pan- selama penelitian sudah layak tangkap
jang total ikan tongkol di perairan Ulak (Gambar 3). Tanjaya (2011), ikan
Karang Sumatera Barat saat memijah layang hasil tangkapan di perairan
berukuran 40 cm. Tertangkapnya ikan Kabupaten Maluku Tenggara matang
tongkol sebagai hasil tangkapan gonad pada ukuran panjang total 18-
sampingan pada jaring silir diduga 25,8 cm. Ikan layang dikategorikan
karena ikan tongkol sedang melakukan sebagai ikan muda (juvenile) jika
migrasi untuk mencari makan, mencari panjang totalnya 8,2-11,1 cm. Ukuran
tempat memijah dan mencari kondisi ikan dewasa memiliki panjang total
lingkungan yang sesuai. Hasil penelitian 12,9-15,2 cm. Ukuran pertama kali
menunjukkan ikan tongkol yang matang gonad ikan jantan di Perairan
tertangkap dan sudah memiliki ukuran Teluk Tolitoli yaitu 15,8 cm dan ikan
layak tangkap hanya 11%. Distribusi betina yaitu 15,3 cm (Silooy 2009).
panjang total ikan kembung dan tongkol Sudirman (2003), ikan layang yang
selama penelitian disajikan pada tertangkap di perairan Baru-Selat
Gambar 2. Makasar matang gonad pada ukuran
130 mm dan pertama kali memijah
berukuran >150 mm.

Belum layak tangkap Layak tangkap


Belum layak tangkap Layak
17 17 tangkap
160 136
123 18
140 16
Jumlah (ekor)

120 14
Jumlah (ekor)

100 12 7
80 10
8 5
60 40 6 5
4
40 4
20 2 8 0 0 0 0 2 1
0 0

Panjang total (cm) Panjang total (cm)

Gambar 2 Distribusi panjang total ikan kembung dan ikan tongkol.


156 APRIANI ET AL. JIPP

Ukuran panjang total ikan golok- selar hasil tangkapan di perairan Teluk
golok dan selar Bone ukuran pertama kali matang
Martalena et al. (2012) menyatakan gonad adalah 159,0 mm dan ukuran
ikan golok-golok jantan yang tertangkap betina matang gonad 155 mm.
di perairan Laut Bengkalis mengalami Sudirman (2003) menyatakan ukuran
matang gonad pada ukuran panjang ikan selar di perairan Baru-Selat
total berkisar 321-590 mm dan berat Makasar pertama kali matang gonad
tubuh 195,8-745 g dan ikan golok-golok berukuran 155 mm dan mulai
betina matang gonad pada ukuran melakukan pemijahan sebagian pada
panjang 565-691 mm dan berat tubuh ukuran 165 mm. Berdasarkan
650-1.610 g. Berdasarkan hal tersebut pernyataan Sudirman (2003) dapat
maka ikan golok-golok hasil tangkapan disimpulkan, ikan selar yang tertangkap
jaring silir 100% belum layak tangkap, di perairan Teluk Banten sebagian
karena ukuran yang paling besar adalah besar sudah memasuki matang gonad
60 cm. dan sudah pernah memijah (layak
tangkap) sebanyak 15 ekor (65%).
Sudradjat (2006) menyatakan
Distribusi ukuran panjang total ikan
panjang maksimum ikan selar di
golok-golok dan selar yang tertangkap
perairan pantai Timur Pulau Bintan
disajikan pada Gambar 4.
secara teoritis berukuran 18 cm.
Sudirman et al. (2010) menyatakan ikan

Layak tangkap Layak tangkap


25
30 27
20
20 18 25
Jumlah (ekor)
Jumlah (ekor)

15 20
15 13
10
7 10
5 5
2 0 0 1 0 0 0
0 0
16-1718-1920-2122-2324-2526-27 17-1819-2021-2223-2325-2627-28
Panjang total (cm) Panjang total (cm)

Gambar 3 Distribusi panjang total ikan bambangan dan ikan layang.

Belum layak tangkap Belum layak tangkap Layak tangkap


16 15
9 8 8
14 8
Jumlah (ekor)

Jumlah (ekor)

12 7
10 6
8 5 4
6 4
6 3 2
4 3 1
2
2 1 1 1 0
0
0 0
29-3435-4041-4647-5253-5859-64 12-1516-1920-2324-2728-3132-35
Panjang total (cm) Panjang total (cm)

Gambar 4 Distribusi panjang total ikan golok-golok dan ikan selar.


Vol. 2, 2013 Komposisi Hasil Tangkapan 157

KESIMPULAN sumber daya perikanannya tetap


lestari.
Armada penangkapan jaring silir
2) Perlu dilakukan penelitian lebih
terbuat dari kayu jati dengan ukuran
lanjut terkait hasil tangkapan yang
(LOA B, D) 9,00 x 2,30 x 0,92 m dan
dominan belum layak tangkap, serta
menggunakan mesin merk Dongfeng
pada bulan-bulan yang lain sehing-
dengan daya mesin 20 PK. Jaring silir
ga dapat diperoleh gambaran hasil
mempunyai panjang 51 m dan lebar 5
tangkapan selama kurun waktu satu
m. Bahan jaring terbuat dari PA
tahun. Hal ini diharapkan dapat
multifilament Nomor 210 d/3 dengan
memberikan gambaran produktivitas
mesh size 2 inci. Jumlah nelayan pada
jaring silir selama musim dan waktu
kapal jaring silir sebanyak 5 orang,
tertentu.
terdiri dari 1 orang nakhoda dan 4 orang
ABK.
Pengoperasian jaring silir dilakukan DAFTAR PUSTAKA
pada malam hari. Nelayan berangkat
dari PPN Karangantu pada pukul 12.30 Damayanti AA. 2005. Keramahan
WIB dan kembali pukul 07.00 WIB. Lingkungan Unit Penangkapan Ikan
Pengoperasian jaring silir terdiri dari tiga Karang Menggunakan Rawai Dasar
tahap, yaitu penurunan jaring (setting), di Kabupaten Lombok Timur, Nusa
penghanyutan jaring (drifting), dan Tenggara Barat [Skripsi]. Bogor:
penarikan jaring (hauling). Daerah Program Studi Pemanfaatan
penangkapan meliputi Pulau Tunda, Sumberdaya Perikanan. Fakultas
Pulau Ampel dan perairan Selat Sunda. Perikanan dan Ilmu Kelautan.
Hasil tangkapan utama jaring silir Institut Pertanian Bogor. 60 hlm.
adalah ikan kembung (Rastrelliger sp.) Irnawati S. 2004. Analisis Aspek Bio-
sebanyak 53% dan 31% (layak Teknis Unit Penangkapan Payang
tangkap). Hasil tangkapan sampingan di Perairan Ulak Karang, Sumatera
(by-catch) sebanyak 47% terdiri dari Barat [Skripsi]. Bogor: Program
ikan tongkol (Auxis sp.) sebanyak Studi Pemanfaatan Sumberdaya
20,43% dan 11% (layak tangkap), ikan Perikanan. Departemen Peman-
bambangan (Lutjanus sp.) sebanyak faatan Sumberdaya Perikanan.
17,15% dan 100% (belum layak Fakultas Perikanan dan Ilmu
tangkap), ikan layang (Decapterus sp.) Kelautan. Institut Pertanian Bogor.
sebanyak 14,96% dan 100% (layak 60 hlm.
tangkap), ikan golok-golok (Chirocen- Martalena L, R Elvyra, Yusfiati. 2012.
trus sp.) sebanyak 9,48% dan 100% Aspek Reproduksi Ikan Parang-
(belum layak tangkap), ikan selar Parang (Chirocentrus dorab
(Selaroides sp.) sebanyak 8,39% dan Forsskal 1775) di Perairan Laut
65% (layak tangkap), ikan bentong Bengkalis Kabupaten Bengkalis
(Selar sp.) sebanyak 7,66%, ikan Provinsi Riau. Bekanbaru: Fakultas
tetengkek (Megalaspis sp.) sebanyak Matematika dan Ilmu Pengetahuan
6,20%, ikan pepetek (Leiognathus sp.) Alam. Binawidya Pekanbaru. 13
sebanyak 4,37%, ikan barakuda hlm.
(Sphyranea sp.) sebanyak 3,64% dan Mosse J W, Hutubessy B G. 1996.
lain-lain sebanyak 2,18% Umur, Pertumbuhan dan Ukuran
. Pertama Kali Matang Gonad Ikan
Kembung (Rastrelliger kanagurta)
SARAN dari Perairan Pulau Ambon dan
1) Penggunaan ukuran mesh size Sekitarnya. Goti. Jurnal Sains dan
pada jaring perlu diperbesar, agar Teknologi Universitas Patimura.
158 APRIANI ET AL. JIPP

Ramdhan D. 2008. Keramahan Gillnet Sudirman, MAI Hajar, Musbir, Saprudin,


Millenium Indramayu Terhadap Suhartono, T Arimoto. 2010.
Lingkungan: Analisis Hasil Tang- Efektivitas dan Keramahan
kapan [Skripsi]. Bogor: Departemen Lingkungan Set Net Tipe Jepang di
Pemanfaatan Sumberdaya Per- Perairan Teluk Bone. Jurnal
ikanan. Fakultas Perikanan dan Penelitian Perikanan Indonesia
Ilmu Kelautan. Institut Pertanian (6):35-47.
Bogor. 90 hlm. Sudradjat A. 2006. Studi Pertumbuhan,
Silooy FD. 2009. Kebiasaan Makanan Mortalitas, dan Tingkat Eksploitasi
Ikan Layang (Decapterus macroma, Ikan Selar Kuning, Selaroides
Bleeker, 1851) di Perairan Teluk leptolepis (Cuvier dan
Tolitoli Sulawesi Tengah. Jurnal Valenciennes) di Perairan Pulau
Ichtyos (8): 22-25. Bintan, Riau. Jurnal Perikanan
Suadela P. 2004. Analisis Tingkat (2):223-228.
Keramahan Lingkungan Unit Tanjaya E. 2011. Aktivitas Perikanan
Penangkapan Jaring Rajungan Purse Seine Mini Selama Musim
(Studi Kasus di Teluk Banten) Timur di Perairan Kabupaten
[Skripsi]. Bogor: Fakultas Perikanan Maluku Tenggara. [Prosiding
dan Ilmu Kelautam. Institut Seminar Nasional; Pengembangan
Pertanian Bogor. 111 hlm. Pulau-Pulau Kecil]. Maluku:
Sudirman. 2003. Analisis Tingkah Laku Program Studi Teknologi
Ikan untuk Mewujudkan Teknologi Penangkapan Ikan. Politeknik
Ramah Lingkungan dalam Proses Perikanan Negeri Tual. 110 hlm.
Penangkapan pada Bagan Rambo Walpole RE. 1995. Pengantar Statistik.
[Disertasi]. Bogor: Program Jakarta: PT. Gramedia Pustaka
Pascasarjana. Institut Pertanian Utama. 151 hlm.
Bogor. 330 hlm.

You might also like