0% found this document useful (0 votes)
114 views20 pages

Dispensationalism in Biblical Interpretation

This document discusses dispensationalism as a method for understanding the Bible. It defines key terms like dispensation and provides explanations from prominent dispensationalist theologians like Scofield, Chafer, and Ryrie. Dispensationalism views history as divided into different periods of God testing mankind through specific revelations. While some theologians criticize dispensationalism for only emerging in the 19th century, the document argues it can provide a sharp method for comprehending the Bible as a whole.

Uploaded by

tyo
Copyright
© © All Rights Reserved
We take content rights seriously. If you suspect this is your content, claim it here.
Available Formats
Download as PDF, TXT or read online on Scribd
0% found this document useful (0 votes)
114 views20 pages

Dispensationalism in Biblical Interpretation

This document discusses dispensationalism as a method for understanding the Bible. It defines key terms like dispensation and provides explanations from prominent dispensationalist theologians like Scofield, Chafer, and Ryrie. Dispensationalism views history as divided into different periods of God testing mankind through specific revelations. While some theologians criticize dispensationalism for only emerging in the 19th century, the document argues it can provide a sharp method for comprehending the Bible as a whole.

Uploaded by

tyo
Copyright
© © All Rights Reserved
We take content rights seriously. If you suspect this is your content, claim it here.
Available Formats
Download as PDF, TXT or read online on Scribd
You are on page 1/ 20

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/340206327

Dispensasionalisme Sebagai Metode Dalam Memahami Alkitab

Article  in  Journal Kerusso · March 2020


DOI: 10.33856/kerusso.v5i1.122

CITATION READS

1 349

2 authors:

Philip Chia Juanda Juanda


Southeastern Baptist Theological Seminary STTII Surabaya
7 PUBLICATIONS   1 CITATION    16 PUBLICATIONS   1 CITATION   

SEE PROFILE SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Eksposisi Persembahan Persepuluhan View project

All content following this page was uploaded by Juanda Juanda on 07 April 2020.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


Dispensasionalisme
Sebagai Metode
Dalam Memahami Alkitab

Philip Suciadi Chia1), Juanda2)


1)
Southern Baptist Theological Seminary - Kentucky USA
E-mail: [email protected]
2)
Evangelical Theological Seminary of Indonesia - Surabaya
E-mail: [email protected]

Abstract

The Bible is the word of God that needs to be understood by all those who already
have Jesus as their personal Lord and Savior. This is called a Christian. It is different from
people who are Christians as a 'religion'. Christians are obliged to study the Bible as a basic
truth in order to know God's will from time to time.
On the other hand, Bible learners often experience confusion problems, when
understanding the continuity of the contents from Genesis to Revelation. Are there
interrelations? Or it is just a fragmented story with different intentions.
There are appropriate methods in avoiding confusion when doing this learning
process. This method has been understood since the beginning of the century which then
became popular throughout the world in the 19th century, with the term Dispensationalism.
Dispensation is a period of time during which humans are tested in the perspective of
obedience to a specific revelation of God's will. Theologically, the word dispensation means a
religious system that is understood as a divine provision or as a sign of progressive revelation
that expresses the changing needs of an individual nation or time period. Dispensationalism
views the world as a household run or worked by God.
Dispensation theology is often misunderstood by theologians, without wanting to
study it carefully, where is the oddity? This discussion will show that Dispensationalism is as
a sharp knife for understanding the Bible as a whole.

Abstrak

Alkitab itu firman Allah yang perlu dipahami oleh semua orang yang telah memiliki
Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamatnya secara pribadi. Ini disebut orang Kristen. Beda
dengan orang yang ‘beragama’ Kristen. Orang Kristen itu hukumnya wajib, untuk
mempelajari Alkitab, sebagai dasar kebenaran dalam rangka mengetahui kehendak Allah dari
zaman ke zaman.
Di sisi lain, para pembelajar Alkitab sering mengalami kendala kebingungan, saat
memahami kesinambungan dari isi Kitab Kejadian hingga Kitab Wahyu. Apakah ada saling
keterkaitannya? Ataukah hanya kisah yang terpotong-potong dengan maksud yang berbeda-
beda.
Ada metode yang tepat guna dalam menghindarkan diri dari kebingungan saat
melakukan proses pembelajaran ini. Metode ini telah dipahami sejak abad permulaan yang
kemudian mulai populer ke seluruh dunia pada abad 19, dengan istilah Dispensasionalisme.
Dispensasi merupakan suatu periode waktu di mana pada masa itu manusia
diuji di dalam perspektif ketaatan kepada suatu wahyu spesifik dari kehendak Allah.
Secara teologis kata dispensasi berarti sistem religius yang dipahami sebagai suatu
ketetapan ilahi atau sebagai penunjuk cara pewahyuan secara progresif yang
Philip Suciadi Chia & Juanda | 2

mengekspresikan perubahan kebutuhan bangsa secara individu atau periode waktu.


Dispensasionalisme memandang dunia sebagai rumah tangga yang dijalankan atau
dikerjakan oleh Allah.
Teologi Dispensasi sering disalahmengerti oleh para teolog, tanpa mau
mempelajari terlebih dahulu dengan teliti, di mana letak kejanggalannya? Pembahasan
ini akan menunjukkan bahwa Dispensasionalisme merupakan pisau yang tajam untuk
memahami Alkitab secara utuh.

Keywords: Oikonomia, Dispensasionalisme, Teologi Dispensasi, Penafsiran Literal

Introduction

Kata dispensasi merupakan bentuk ungkapan dari bahasa Latin dispensatio di


mana Vulgata memakainya untuk menerjemahkan kata Yunani oikonomia.1 Bentuk
feminim dari oikonomia memiliki beberapa pengertian yakni mengatur rumah tangga
namun bisa juga berarti susunan, pesanan dan rencana. Sedangkan dalam bentuk
maskulinnya dapat diartikan sebagai seseorang yang berperan sebagai atasan atau
melayani sebagai pelayan rumah tangga.2
Kata oikonomia itu sendiri merupakan gabungan dari kata Yunani yakni oikos
(rumah) dan nemo (membagi, mengatur atau membagi kekuasaan), yang dapat
diartikan sebagai “penatalayanan”.
Kata ini digunakan di dalam Lukas 16:2; 3; 4; 1 Korintus 9:17; Efesus 1:10;
3:2; 9; Kolose 1:25 dan 1 Timotius 1:4.3 Arti secara umum, dispensasi adalah sebuah
administrasi atau manajemen dari sebuah urusan rumah tangga oleh seorang pelayan
atau atasan.
Secara teologis kata dispensasi berarti sistem religius yang dipahami sebagai
suatu ketetapan ilahi atau sebagai penunjuk cara pewahyuan secara progresif yang
mengekspresikan perubahan kebutuhan bangsa secara individu atau periode waktu. 4
Dari sudut pandang teologi, dispensasi dapat diartikan sebagai “suatu pemisahan
ekonomi dalam melaksanakan tujuan Allah”.5

Definisi Tokoh

Scofield mengemukakan bahwa dispensasi merupakan suatu periode waktu di


mana pada masa itu manusia diuji di dalam perspektif ketaatan kepada suatu wahyu
spesifik dari kehendak Allah.
Luis Chafer mengatakan bahwa dispensasi dapat diartikan sebagai penunjuk
wahyu progresif dari ketetapan Allah sebagai ciri khas dari kehidupan pelayanan atau
pemerintahan.
Ryrie menjelaskan bahwa dispensasi merupakan pembedaan ekonomi di
dalam tujuan dari karya kerja Allah. Dispensasionalisme memandang dunia sebagai
rumah tangga yang dijalankan atau dikerjakan oleh Allah.

1
Eddy Peter, Teologi Perjanjian Versus Dispensasionalisme (Tangerang: STT International
Philadelphia, 2004), 8.
2
J.H Moulton and George Milligan, The Vocabulary of the Greek Testament (Grand Rapids:
Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1949), 442-443.
3
Paul Enns, The Moody Handbook of Theology 2 (Malang: SAAT, 2004), 156.
4
The Oxford English Dictionary (Oxford University Press, 1933), III, 481.
5
Enns, The Moody Handbook of Theology 2, 157.
| Dispensasionalisme Sebagai Metode Dalam Memahami Alkitab
Philip Suciadi Chia & Juanda | 3

Di dalam rumah tangga-Nya, Allah membagi atau mengatur persoalan-


persoalan yang terdapat di dalamnya berdasarkan kehendak-Nya dan di dalam tahap-
tahap yang berbeda dari pewahyuan di dalam masing-masing waktu.
Tahap-tahap yang berbeda ini ditandai dengan pembedaan ekonomi yang
berbeda di dalam pekerjaan-Nya dari seluruh maksud-Nya dan perbedaan ekonomi ini
terdapat di dalam dispensasi. Pengertian ilahi akan pembedaan ekonomi merupakan
hal yang esensial untuk mengintepretasi Kitab Suci secara layak dari Wahyu-Nya
dengan sejumlah ekonomi yang berbeda.6

Dallas Theological Seminary, yang beraliran Dispensasionalisme,


mengemukakan pandangannya dalam Statement of Faith:

“Kami percaya bahwa dispensasi merupakan penatalayanan dari Allah yang mengelola atau
menjalankan tujuan-Nya di dunia dalam pelbagai tanggung-jawab. Kami percaya bahwa
perubahan di dalam dipensasi dari Allah kepada manusia bergantung kepada perubahan
kondisi ataupun situasi manusia yang berada di dalam relasi dengan Tuhan dan perubahan ini
merupakan hasil dari kegagalan manusia dan penghakiman Allah. Kami percaya bahwa
perbedaan tanggung-jawab dalam mengatur merupakan bagian dari karakter Allah yang
dimanifestasikan di dalam tulisan Alkitab, dalam seluruh rentang waktu dari sejarah manusia
dan pada akhir dari masing-masing bagian terdapat akan kegagalan manusia di dalam ujian
ketaatan dan penghakiman Allah di dalamnya.”7

Dengan demikian, dispensasional merupakan suatu periode waktu di mana


dalam tiap-tiap periode waktu tertentu, manusia diuji untuk bertanggung-jawab
terhadap wahyu tertentu dari Allah.

Sejarah

Para teolog Covenant Theology mengecam bahwa Dispensasionalisme


bukanlah pengajaran dari para rasul karena ajaran ini baru muncul pada permulaan
abad 19. C.B. Bass bahkan dengan tegas mengemukakan, “Dispensasionalisme
bukanlah pengajaran para rasul, apalagi bila dilihat dari sudut pandang eskatologi.
Mereka menganut dan mengajarkan pretibulation8 yang sama sekali para rasul tidak
pernah ajarkan.
Jadi pretribulation merupakan ajaran Dispensasi. Bahkan banyak kalangan
juga yang mengatakan bahwa Dispensasionalisme tidak berasal pula dari zaman bapa-
bapa gereja bahkan tidak alkitabiah.
Dispensasionalisme secara resmi memang lahir pada permulaan abad 19 di
Inggris dalam gerakan Brethen yang akhirnya membawa teolog-teolog seperti John
Nelson Darby, Samuel P. Tregelles dan Charles Henry Mackintosh. Mereka kemudian
menerbitkan beberapa karya-karya eksposisional yang memengaruhi tokoh-tokoh
kekristenan di Amerika seperti D.L. Moody, James H. Brookes dan C.I. Scorfield.
Akan tetapi, tokoh-tokoh aliran dispensasionalisme ini berpendapat bahwa ide ajaran
ini sudah muncul sejak abad permulaan.
Di samping itu, kaum dispensasionalis memakai Ibrani 1:1-2 sebagai dasar
konsep pembagian periode-periode yang terdapat di dalam Alkitab:

6
Charles C. Ryrie, Dispensationalism Today (Chicago: Moody Press, 1965), 29-30.
7
Dallas Theological Seminary 2007-2008 Catalog, 188.
8
Pretibulation merupakan pandangan yang mengemukakan bahwa gereja sudah diangkat atau
tidak ada lagi sebelum masa tribulasi atau masa kesusahan besar.
| Dispensasionalisme Sebagai Metode Dalam Memahami Alkitab
Philip Suciadi Chia & Juanda | 4

“Setelah pada zaman dahulu Allah berulang kali dan dalam pelbagai cara berbicara kepada
nenek moyang kita dengan perantaraan nabi-nabi, maka pada zaman akhir ini Ia telah
berbicara kepada kita dengan perantaraan Anak-Nya, yang telah Ia tetapkan sebagai yang
berhak menerima segala yang ada. Oleh Dia Allah telah menjadikan alam semesta.”

Di lain pihak, nats ini mengindikasikan akan pengajaran Alkitab mengenai


konsep progresive revelation yang menjadi salah satu konsep dasar dari
dispensasionalisme.

Abad Permulaan

Justin Martyr (110-165 A.D). Justin dalam karyanya Dialogue with Trypho
melihat adanya beberapa perbedaan ekonomi dalam PL. Beliau mengakui bahwa
sebelum sunat dan Taurat, seseorang dapat menyenangkan Allah tanpa harus disunat
dan melakukan Taurat. Akan tetapi, setelah wahyu Allah kepada Abraham, sunat
menjadi suatu keharusan untuk menyenangkan Dia. Tidak hanya itu, setelah
pemberian Taurat, bangsa Israel harus melakukan berbagai ritual, tata cara dan hukum
yang terdapat di dalamnya. Lebih lanjut beliau mengatakan9:

“Jika seseorang bertanya kepada kamu, mengapa sejak zaman Henokh, Nuh dan anak-anaknya
dan lain-lain dari segi penyunatan, mereka tidak disunat atau memelihara hari Sabat. Namun
di sisi lain, para pemimpin lainnya secara khusus sejak diberikannya Taurat, setelah beberapa
generasi selanjutnya yang hidup antara zaman Abraham dan Musa, dibenarkan oleh sunat dan
upacara-upacara lainnya seperti Sabat, korban dan persembahan ... .”

Dengan demikian, Justin Martyr menganut esensi dari dispensasionalisme


dalam ajarannya mengenai perbedaan ekonomi di dalam PL.
Irenaeus (130-200 AD). Irenaeus dalam karya tulisnya mengenai empat
perjanjian yang diberikan pada umat manusia, secara khusus ia membuat garis
pemisah di antara tiga perjanjian di PL dan Injil. Di samping itu, ia juga menyertakan
argumentasinya yang terdapat di dalam karyanya yang berjudul Against Heresies.
Buku ini mengemukakan:

“... dan Injil merupakan empat bentuk (quadriform) seperti juga jalan yang diikuti oleh Tuhan
ini. Untuk alasan inilah terdapat empat prinsip perjanjian (covenants) yang diberikan kepada
manusia; pertama: sebelum air bah yang berada di bawah Adam; kedua: setelah air bah yang
berada di zaman Nuh; ketiga: tatkala Taurat telah diberikan di masa Musa; keempat
merupakan pembaharuan manusia dan segala sesuatu diperhitungkan di dalamnya melalui arti
dari Injil, bangkit dan membawa manusia di atas sayapnya masuk ke dalam Kerajaan Sorga.”

Pemisahan ini merupakan ciri khas dari dispensasionalisme, meskipun ia tidak


menggunakan istilah dispensasi dalam pernyataannya. Ryrie memperkuat pandangan
ini dengan menyatakan10:

“Meskipun Irenaeus tidak menyebutkan akan periode-periode dispensasi pada bagian ini,
namun ia sering berbicara mengenai dispensasi-dispensasi Allah dan khususnya tentang
dispensasi kekristenan.”

Dengan demikian, Irenaeus secara implisit sebenarnya mengemukakan akan adanya


dispensasi-dispensasi pada periode-periode yang berbeda-beda. Akan tetapi, Irenaeus

9
Enns, The Moody Handbook of Theology 2, 151.
10
Ryrie, Dispensationalism Today, 69.
| Dispensasionalisme Sebagai Metode Dalam Memahami Alkitab
Philip Suciadi Chia & Juanda | 5

selangkah lebih maju dalam mengemukakan pandangannya daripada Justin Martyr,


yaitu dalam hal pembagian ekonomi, yang bukan hanya di dalam PL tetapi juga PB.
Clement dari Alexandria (150-220 A.D). Beliau memberikan empat dispensasi,
yaitu periode Adam, Nuh dan Abraham dan Musa.11 Clement seperti Justin Martyr
yang hanya membagi periode dalam masa PL saja.
Augustine (354-430 A.D) Augustine membedakan antara “dispensasi yang
terdahulu” yang berkaitan dengan korban yang dipersembahkan dan masa kini yang
tidak lagi mempersembahkan korban. Kendati ada perubahan di dalam persembahan
korban, Allah tetap tidak berubah.
Di sini Augustine menyadari bahwa orang-orang beribadah kepada Allah
dengan cara yang berbeda pada zaman yang berbeda. Dengan demikian, Augustine
menyimpulkan bahwa Allah memiliki beberapa cara kerja yang berbeda di dalam
dunia ini sebagaimana ia menjalankan rencana-Nya di sepanjang sejarah. 12 Hal ini
merupakan konsep dasar bagi pemikiran dispensasionalisme.
Melalui pandangan-pandangan bapa-bapa gereja tersebut, Ryrie
menyimpulkan:

“Hal ini tidak mengindikasikan bahwa bapa-bapa gereja pada abad permulaan ini merupakan
penganut dispensasionalisme dalam pengertian modern dari kata itu. Akan tetapi, benar bahwa
beberapa dari pandangan mereka menjelaskan prinsip-prinsip penting yang kelak
dikembangkan menjadi dispensasionalisme atau konsep awal dari ajaran dispensasional.”13

Perkembangan Modern

Pierre Poiret (1646-1719). Ia merupakan seorang filsuf dan mistikus dari


Perancis. Ia menulis enam jilid teologi sistematik yang berjudul L’O Economie Divine,
yang pertama kali diterbitkan di Amsterdam pada tahun 1687. Karya tulis ini
kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris dan diterbitkan di London pada
tahun 1713.
Di dalam bukunya ini, ia memberikan akan konsep dispensasi atau sistem
pemerintahan Allah di sepanjang sejarah umat manusia. Ia menyajikan tujuh skema
dispensasionalisme, yang sebagai berikut:14
1. Masa Bayi – sampai Air Bah.
2. Masa Kanak-Kanak - sampai Musa.
3. Masa Remaja - sampai para nabi (kira-kira pada masa Salomo).
4. Masa Pemuda - sampai kedatangan Kristus.
5. Masa Dewasa - “beberapa waktu setelah itu” (periode awal ke-Kristenan).
6. Masa Tua - “masa kehancuran manusia” (periode akhir dari ke-Kristenan).
7. Renovasi dari segala sesuatu - Milenium.15
Ehlert menyimpulkan akan pandangan Poiret, secara khusus mengenai skema
dispensasi yang ketujuh sebagai berikut:
“Tidak perlu dipertanyakan bahwa kita di sini memiliki susunan dispensasional. Poiret
menggunakan frase “periode atau dispensasi” dan dispensasi ketujuhnya merupakan kerajaan
seribu tahun secara harafiah, yakni pada waktu Kristus datang kembali yang kedua kalinya

11
Enns, The Moody Handbook of Theology 2, 152.
12
Peter, Teologi Perjanjian Versus Dispensasionalisme, 21.
13
Ryrie, Dispensationalism Today, 70.
14
Enns, The Moody Handbook of Theology 2, 152-153.
15
Di sini, Poiret mengakui akan adanya perbedaan puncak dari dispensasi secara harafiah
dalam periode seribu tahun.
| Dispensasionalisme Sebagai Metode Dalam Memahami Alkitab
Philip Suciadi Chia & Juanda | 6

dan memerintah dunia bersama orang-orang kudus-Nya. Di sinilah Israel akan bertobat dan
ikut serta dalam pemerintahan selama seribu tahun ini ... .”16

Perkembangan modern lebih terperinci pembagian periodenya dibandingkan


dengan abad permulaan. Apabila diperhatikan, maka Poiret sebenarnya membagi ke 3
periode besar, yaitu masa PL, PB dan Millenium. Berbeda dengan abad permulaan
yang hanya memfokuskan pandangannya pada masa PL saja.
John Edwards (1637-1716). Ia pada tahun 1699 menerbitkan dua volume yang
Berjudul A Compleat History or Survey of All the Dispensations. Di dalam bukunya
ini, ia berusaha untuk memperlihatkan bagaimana pemeliharaan Allah sejak
penciptaan sampai pada akhir zaman. Ia memberikan garis besar dispensasi sebagai
berikut:17
1. Ketidak-berdosaan dan Kebahagiaan Adam.18
2. Dosa dan Kesengsaraan.19
3. Rekonsiliasi.20
A. Ekonomi Patriakh.
a. Periode Adam
b. Periode Nuh.
c. Periode Abraham.
B. Ekonomi Periode Musa.
C. Ekonomi Non-Yahudi.
D. Ekonomi Kristen.
a. Masa bayi, yaitu periode (primitif) yang telah lalu.
b. Masa kanak-kanak, periode sekarang.
c. Masa dewasa, periode (millenium) yang akan datang.21
d. Masa tua, periode penutup (kekalahan Iblis dan kemudian
dilemparkan ke dalam lautan api).
Garis besar Edwards lebih sistematis dan terperinci dibandingkan dengan
Poiret. Edwards bahkan menambahkan akan periode penutup yang merupakan
kekalahan Iblis dan penghukumannya yang kekal.
Isaac Watts (1674-1748). Ia merupakan penulis lagu-lagu himne yang terkenal
dan juga seorang teolog. Ia berpandangan bahwa dispensasi sebagai masa kondisional
di mana Allah memiliki pengharapan tertentu dari manusia dan membuat perjanjian
bersyarat dan larangan untuk mereka. Watts menyakini bahwa dispensasi publik dari
Allah (bagi manusia) merupakan konstitusi yang bijak dan kudus dari kehendak dan
pemerintahan-Nya yang dinyatakan atau dimanifestasikan kepada mereka (yang
berada di dalam urutan periode yang berbeda di dalam sejarah) di mana isinya
merupakan tugas-tugas yang diberikan kepada manusia. Berkat akan diperoleh apabila
mereka taat. Hukuman akan diberikan apabila mereka melakukan dosa-dosa yang
Allah telah larang. Secara ringkas, dispensasi Allah merupakan peraturan moral yang
ditetapkan oleh Allah tatkala berhubungan dengan manusia sebagai makhluk berakal

16
Ryrie, Dispensationalism Today, 71-72.
17
Enns, The Moody Handbook of Theology 2, 153.
18
Di sini mengemukakan bahwa Adam diciptakan sebagai orang yang tidak berdosa dan orang
benar.
19
Hal ini terdapat di dalam Kejadian 3 di mana seluruh ciptaan juga ikut terkena hukuman
akibat dosa yang dilakukan oleh Adam.
20
Keadaan di mana Adam dipulihkan, yaitu dari penebusan Adam sampai pada akhir zaman.
21
Pada periode millennium, tampak bahwa Edwards memahaminya sebagai pemerintahan
rohani. Hal ini dikemukakan olehnya, “Mungkin Yesus menampakkan diri secara personal, walaupun
Ia tidak akan memerintah secara personal di dunia”.
| Dispensasionalisme Sebagai Metode Dalam Memahami Alkitab
Philip Suciadi Chia & Juanda | 7

budi. Oleh karena itu, manusia dituntut bertanggung jawab kepada Allah segala
tingkah laku mereka baik pada dunia ini maupun dunia yang akan datang.22
Garis besar dispensasional dari Watts ialah:
1. Dispensasi dari Ketidak-berdosaan (sebelum kejatuhan).
2. Dispensasi Masa Adam dari Kovenan Anugerah (setelah kejatuhan).
3. Dispensasi Masa Nuh.
4. Dispensasi Masa Abraham.
5. Dispensasi Masa Musa (agama Yahudi).
6. Dispensasi Kristen.
Apabila diperhatikan, maka pembagian dispensasi yang dilakukan oleh Watts
tidak jauh berbeda dengan tokoh-tokoh sebelumnya. Akan tetapi, Watts tidak
mencantumkan milenium. Tampaknya ia tidak menganggapnya sebagai dispensasi.
John Nelson Darby (1800-1882). Ia merupakan seorang pemimpin di gereja
Plymouth Brethern pada abad 19. Darby merupakan penganut classical
dispensationalism. 23 Melalui pelayanannya, banyak orang Roma Katolik menjadi
Protestan. Di samping itu, ia merupakan penulis yang handal. Ia menulis buku
sebanyak 40 jilid. Masing-masing jilid terdiri dari enam ratus lembar. Di dalam buku-
bukunya ini, Darby menuangkan pengetahuannya dalam bahasa asli Alkitab, filsafat
dan sejarah gereja. Ia memberikan pandangannya akan sistem dispensasi yang
diyakininya24:
1. Tahap Firdaus hingga Air Bah.
2. Nuh.
3. Abraham.
4. Israel.
A. Di bawah Hukum.
B. Di bawah Keimaman.
C. Di bawah Raja-Raja.
5. Non-Israel.
6. Roh Kudus.
7. Milenium.
Hal yang menarik dari pandangan dispensasinya ialah Darby dengan lebih
mendalam menjelaskan bahwa di dalam setiap dispensasi, manusia ditempatkan di
dalam suatu kondisi di mana manusia memiliki tanggung jawab di hadapan Allah. Di
samping itu, Darby dengan tegas mengemukakan bahwa setiap dispensasi berakhir
dengan kegagalan. 25 Ia pun membedakan antara Israel dengan gereja sebagai dua
umat Allah yang berbeda.26
C. I Scofield (1843-1921). Ia dipengaruhi oleh gerakan Brethen di Amerika
telah menghasilkan Gerakan-Gerakan Konferensi Alkitab (Bible Conference
Movement) yang dimulai dengan Niagara Bible Conference. Tahun 1870. Pada tahun
1879, ia menghabiskan waktunya untuk menyelidiki dan mendalami Alkitab dan aktif
melayani di dalam pelayanan gerejawi. Pada tahun 1909, C. I Scofield menerbitkan
bukunya yang terkenal yakni Scofield Reference Bible yang mempromosikan
pengajaran-pengajarannya kepada khalayak umum. Buku ini kemudian direvisi

22
Ryrie, Dispensationalism Today, 73.
23
Classical dispensationalism merupakan aliran dispensasi yang berdasarkan pada
pandangan-pandangan dispensasionalis Inggris. Di samping itu, dispensasi ini mendasarkan banyak
pandangannya pada Scofield Reference Bible, yang dikarang oleh C.I. Scofield.
24
Ryrie, Dispensationalism Today, 75.
25
Enns, The Moody Handbook of Theology 2, 155.
26
Clarence B. Bass, Backgrounds to Dispensationalism (Grand Rapids: Eerdmans, 1960), 64.
| Dispensasionalisme Sebagai Metode Dalam Memahami Alkitab
Philip Suciadi Chia & Juanda | 8

kembali pada tahun 1917. Sebelum tahun 1930, penjualan dari dua edisi ini sudah
mencapai satu juta eksemplar. Ia banyak mempengaruhi banyak orang semasa
hidupnya, di antaranya James M. Gray (1851-1935) yang menjadi kepala dari Moody
Bible Institute dan Lewis Sperry Chafer yang merupakan pendiri dari dari Evangelical
Theological College yang kini telah berubah nama menjadi Dallas Theological
Seminary. Seminari ini kemudian menyebarkan ajaran dispensasionalisme di antara
gereja-gereja seluruh dunia.27
Dalam karyanya, ia menunjukkan tujuh dispensasi di mana periode-periode
tersebut ditandai di dalam Kitab Suci dengan beberapa perubahan dari cara Allah
dalam kaitannya dengan umat manusia. Dispensasi Scofield berbicara mengenai dosa
dan tanggung jawab manusia di mana masing-masing dari dispensasi itu diakhiri
dengan penghukuman karena adanya kegagalan diakhir setiap dispensasi. Scofield
mengategorikan dispensasinya sebagai berikut:28
1. Ketidak-bersalahan Manusia (dari penciptaan sampai pengusiran dari
Eden).
2. Manusia di Bawah Hati Nurani (dari Eden sampai Air Bah).
3. Manusia berkuasa atas Bumi (Nuh sampai Abraham).
4. Manusia di Bawah Janji (Abraham sampai Musa).
5. Manusia di Bawah Hukum (Musa sampai Kristus).
6. Manusia di Bawah Anugerah (kematian Kristus sampai pengangkatan).
7. Manusia di Bawah Pemerintahan Kristus (masa pemerintahan milenium
Kristus).
L.W Chafer (1871-1952). Beliau lahir pada tanggal 27 Februari 1871 di Rock
Creek, Ohio. Ia merupakan pendiri dan presiden pertama dari Dallas Theological
Seminary. Pada masa hidupnya, Chafer telah menulis buku Systematic Theology yang
telah memberikan ajaran dispensasi secara komprehensif. Ia memsistematiskan
dispensasinya sebagai berikut29:
1. Ketidak-Bersalahan Manusia.
2. Manusia di Bawah Hati Nurani.
3. Pemerintahan Manusia.
4. Janji.
5. Taurat.
6. Anugerah.
7. Pemerintahan Kristus.
Chafer mengambil gagasan yang pernah dicetuskan oleh Scofield sehingga
gagasan dispensasinya tidak berbeda sama sekali.
John F. Walvoord (1910). Ia pernah menjabat sebagai presiden dari Dallas
Theological Seminary, menggantikan L.S Chafer. Ia dengan jelas mengemukakan
akan pandangannya yang dispensasi berkenaan dengan eskatologi. Hal ini terdapat di
dalam salah satu bukunya di mana ia mengatakan mengenai Israel30:

“1. Hal ini merupakan peristiwa yang nyata bahwa Israel tidak memiliki Tanah Perjanjian
secara permanen.

27
Dallas Theological Seminary juga telah melahirkan tokoh-tokoh yang terkenal seperti John
Walvoord, Charles C. Ryrie dan J. Dwight Pentecost.
28
Enns, The Moody Handbook of Theology 2, 155.
29
Lewis Sperry Chafer, Systematic Theology (Texas: Dallas Seminary Press, 1947), 46.
30
John F. Walvoord, Major Bible Prophecies (Grand Rapids: Zondervan, 1991), 95.
| Dispensasionalisme Sebagai Metode Dalam Memahami Alkitab
Philip Suciadi Chia & Juanda | 9

2. Nabi-Nabi dengan jelas menyampaikan janji Allah bahwa Israel akan dikumpulkan kembali
dari penyebaran-penyebaran mereka dan akan menetapi Tanah Perjanjian selama kerajaan
milenium.
3. Ini merupakan bukti bahwa janji yang diberikan kepada Israel tidak akan dipenuhi oleh
gereja ataupun orang-orang non-Yahudi.
4. Jadi, janji tersebut harus dipenuhi oleh benih secara fisik dari Yakub untuk menjaga
perjanjian Abraham.”

Dengan demikian, nampak jelas bahwa Walvoord membedakan antara Israel


dengan gereja. Ada janji-janji yang tidak dapat dinikmati oleh gereja tetapi semata-
mata hanya untuk Israel. Secara khusus, janji mengenai tanah. Hal ini diyakini
Walvoord akan dipenuhi dalam kerajaan seribu tahun. Oleh karena itu, kerajaan
seribu tahun tersebut tidak dapat ditafsirkan secara alegoris tetapi secara harafiah.

Sistem Hermeneutika

Hermeneutika merupakan ilmu dan seni menafsirkan Alkitab. Ilmu karena


hermeneutik berkaitan dengan prinsip-prinsip di dalam suatu sistem yang teratur. Ilmu
ini dimaksudkan untuk memperoleh dan menggolongkan prinsip-prinsip yang
diperlukan untuk menafsirkan Kitab Suci secara tepat. Seni karena berkaitan dengan
perihal-perihal untuk menerapkan prinsip-prinsip yang telah diperoleh. 31 Melalui
prinsip-prinsip hermeneutika, akan membawa penafsir ke dalam suatu sistem teologi.
Dengan kata lain, sistem teologi yang berbeda dari Teologi Perjanjian dengan
Dispensasionalisme merupakan perbedaan sistem hermeneutika.
Bernard Ramm mengatakan bahwa prinsip penafsiran Dispensasionalisme
merupakan penafsiran yang literal. Hal ini berarti bahwa setiap kata memiliki arti
yang sama dalam penggunaannya baik dalam tulisan, pengucapan ataupun
pemikiran. 32 Di samping itu, prinsip penafsiran literal juga harus didukung dari
grammatikal – historikal. Cara ini digunakan bertujuan untuk menentukan
penggunaan yan lazim dan biasa dari bahasa maka berbagai peraturan tata bahasa dan
retorika harus diperhatikan. Tidak hanya itu, pelbagai aspek kultural dan historis dari
Alkitab pun harus dipertimbangkan juga. Hal ini sering kali disebut sebagai normal
interpretation atau plain interpretation yang berarti interpretasi untuk mencari arti
yang biasa atau sederhana. Dengan demikian, Dispensasionalis menerapkan metode
penafsiran literal secaa konsisten termasuk di dalam studi eskatologis. Enns
mengatakan bahwa banyak orang-orang non-Dispensasionalis yang konservatif
menafsirkan Alkitab secara literal kecuali nubuatan.33
Penafsiran literal tidak mengesampingkan bahwa di dalam Alkitab juga
banyak terdapat arti kiasan. Kitab Mazmur menjadi salah satu bagian Alkitab yang
memiliki banyak kata-kata bernuansa kiasan. Banyak penafsir yang keliru memakai
istilah kiasan sebagai lawan dari literal. Hal ini menimbulkan kesan bahwa arti kiasan
dari kata-kata berlawan dengan arti secara literal. Oleh karena bahasa kiasan
merupakan bagian dari komunikasi yang lazim, maka bahasa kiasan juga mencakup
dalam sistem penafsiran literal. Dengan kata lain, penafsiran literal meliputi juga yang
bersifat kiasan.34 Jadi, kaum dispensasionalis menerima interpretasi figuratif, simbolik
dan spiritual apabila Alkitab itu sendiri yang menyatakan demikian.
31
Kevin J. Conner & Ken Malmin, Interpreting The Scriptures (Malang: Gandum Mas, 2004),
1.
32
Barnard Ramm, Protestant Biblical Interpretation (Boston: W. A wilde, 1956), 89-92.
33
Enns, The Moody Handbook of Theology 2, 160.
34
Conner, Interpreting The Scriptures, 33.
| Dispensasionalisme Sebagai Metode Dalam Memahami Alkitab
Philip Suciadi Chia & Juanda | 10

Dalam menafsirkan peristiwa eskatologi, kaum dispensasionalis mendasarkan


penafsiran literal nubuatannya pada waktu kedatangan Kristus yang pertama kalinya.
Hal ini merupakan alasan yang kuat bagi kalangan dispensasionalis untuk
mengharapkan penggenapan nubuatan berkaitan dengan kedatangan Kristus yang
kedua kali secara literal pula.
Ryrie memberikan argumentasi-argumentasinya mengenai alasan kaum
dispensasionalis memakai prinsip hermeneutika secara literal35:
1. Hal ini dapat diterima secara filosofikal. Tujuan bahasa adalah menuntut
interpretasi literal. Bahasa diberikan Allah supaya dapat berkomunikasi
dengan manusia. Jika Allah merupakan pencipta bahasa dan jika tujuan utama
dari penciptaan bahasa ialah untuk menyalurkan Firman-Nya kepada manusia.
Di samping itu, Allah yang penuh dengan kasih dan hikmat akan memakai
bahasa yang diberikan-Nya kepada manusia yaitu bahasa yang dapat
dipahamai oleh semua kalangan manusia. Dengan demikian, penafsiran
Alkitab menuntut bahasa literal, normal dan biasa yang harus Allah pakai
dalam menyampaikan Firman-Nya kepada manusia.
2. Dispensasionalis memegang prinsip literal karena penafsiran inilah satu-
satunya yang paling Alkitabiah. Nubuatan PL mengenai Yesus baik dalam
kelahiran, kehidupan, kematian dan kebangkitan-Nya semuanya digenapi
secara literal. Oleh karena itu, Alkitab jelas harus ditafsirkan secara literal.
3. Prinsip penafsiran literal merupakan hal yang paling logis. Jika penafsir tidak
menggunakan penafsiran literal dalam Alkitab maka semua objektifitas dari isi
Alkitab menjadi hilang. Apabila penafsir tidak menggunakan tafsiran ini,
maka orang akan dapat menemukan banyak arti dan bahkan dapat
bertentangan maknanya di dalam satu nats. Oleh karena itu, literal merupakan
tafsiran yang logis dan rasional.
Akan tetapi, penafsiran literal tidak semata-mata milik kaum dispensasionalis.
Beberapa kaum konservatif pun juga menggunakan metode penafsiran ini. Akan
tetapi yang menjadi perbedaannya ialah, kaum dispensasionalis menggunakan
penafsiran literal secara konsisten di dalam semua studi Alkitab. Bagi non-
dispensasionalis menggunakan prinsip alegoris atau menspiritualkan makna Alkitab
bila bertemu dengan bagian-bagian yang bersifat nubuatan.

Eskatologi Dari Dispensasionalisme

Dispensasionalisme (dan premilenialisme historis) menyakini bahwa Kristus


akan memerintah di bumi selama seribu tahun sesudah Ia datang kembali. Di samping
itu, kaum dispensasionalis memberikan perbedaan yang mendasar dan kekal antara
Israel dan gereja. Orang-orang dispensasionalis percaya bahwa di sepanjang sejarah,
Allah sedang menggenapi dua macam rencana-Nya: yang satu berkaitan dengan bumi,
dengan melibatkan umat di bumi dan sasaran-sasaran duniawi, yaitu Yudaisme; yang
lainnya berkaitan dengan sorga dengan melibatkan umat sorgawi dan sasaran-sasaran
sorgawi yaitu keKristenan.36
Walvoord mengemukakan bahwa hal yang paling penting dalam penafsiran
premilenialisme adalah bahwa Alkitab, khususnya Perjanjian Baru, membedakan
antara tujuan yang Allah tetapkan bagi gereja dan bagi bangsa Israel. Orang-orang
keturunan Yakub pada masa sekarang ini memiliki hak istimewa yang sama seperti

35
Ryrie, Dispensationalism Today, 86-89.
36
Lewis Sperry Chafer, Dispensationalism (Dallas: Seminary Press, 1936), 107.
| Dispensasionalisme Sebagai Metode Dalam Memahami Alkitab
Philip Suciadi Chia & Juanda | 11

bangsa-bangsa lain dalam hal iman kepada Kristus dan sebagai bagian dari tubuh
Kristus. Meskipun demikian, baik PL maupun PB menyatakan bahwa bangsa Israel
hanya akan memperoleh janji di dalam Kristus di masa yang akan datang, ketika
Kristus memerintah langsung atas mereka. Pada masa sekarang ini merupakan waktu
penggenapan bagi rencana dan tujuan Allah untuk memanggil sebagian dari orang-
orang Yahudi dan non-Yahudi untuk percaya kepada Kristus dan hidup sebagai umat
yang kudus. Bilamana tujuan ini tercapai, maka Allah akan melaksanakan
penghakiman-Nya yang menakutkan sebagai pendahuluan bagi kerajaan milenium
yang akan dipimpin oleh Kristus. Setelah itu, Allah akan menegakkan kebenaran dan
damai sebagai karakteristik utama kerajaan seribu tahun.37
Kaum dispensasionalis merujuk kepada Perjanjian Lama di mana terdapat
banyak janji bahwa suatu saat di masa yang akan datang, Allah akan menegakkan
Kerajaan-Nya di bumi yang akan melibatkan orang-orang Israel, yaitu bangsa
perjanjian Allah sejak semula. Dalam perjanjian Allah dengan Daud, Allah berjanji
bahwa salah seorang dari keturunan Daud (yaitu, Mesias yang akan datang) akan
duduk di takhta Daud selama-lamanya dan memerintah atas bangsa Israel. Janji Allah
yang baru sebagaimana yang tertulis dalam Yeremia 31:31-34, meskipun mencakup
beberapa hal yang telah digenapi dalam diri orang-orang percaya pada masa sekarang
ini adalah untuk bangsa Israel yang hanya akan digenapi dalam milenium yang akan
datang. Ayat-ayat lainnya dalam Mazmur dan nabi-nabi 38 menubuatkan bahwa di
masa yang akan datang bangsa Israel akan sekali lagi dikumpulkan di tanah Kanaan
dan akan menikmati masa yang penuh kemakmuran dan berkat serta akan
memperoleh status yang lebih istimewa dibandingkan bangsa-bangsa lainnya. Pada
masa itu, mereka akan hidup di bawah pemerintahan yang penuh kasih karunia dan
sempurna dari Sang Mesias yang merupakan keturunan Daud. Kalangan
dispensasionalis kemudian menyimpulkan bahwa semua ini akan terjadi pada
pemerintahan seribu tahun.
Kedatangan Yesus Kristus akan terjadi di dalam dua fase. Fase pertama
merupakan pengangkatan (rapture) yang dapat terjadi setiap saat, tiba-tiba dan tanpat
peringatan sebelumnya. Yesus akan mengangkat mereka yang siap sedia bagi
kedatangan-Nya. Pada pengangkatan tersebut, Kristus belum sepenuhnya turun ke
bumi, Ia masih berada di awan-awan (1 Tes. 4:16-18; II Tes. 2:1). Sebelum
pengangkatan, terjadilah kebangkitan seluruh orang-orang percaya, khususnya orang-
orang kudus dari masa Perjanjian Lama. Orang-orang percaya yang masih hidup, baik
orang Yahudi maupun bangsa lain, akan dalam sekejap mata diubahkan dan
dimuliakan. Baik orang percaya yang dibangkitkan maupun diubahkan akan diangkat
ke awan-awan untuk bertemu dengan Tuhan Yesus di langit.39 Bersama-sama dengan
Kristus, seluruh orang percaya yaitu Gereja akan naik ke Sorga untuk merayakan
perjamuan pernikahan dengan Anak Domba selama tujuh tahun.40
37
John F. Walvoord, The Millennial Kingdom (Findlay Ohio: Dunham, 1958), vii-viii.
38
Mzm. 72:1-20; Yes. 2:1-4; 11:1-9; 11-16; 65:18-25; Yer. 23:5-6; Am. 9;11-15; Mik. 4:1-4;
Zak. 14:1-9; 16-21).
39
Kata ‘diangkat’ ditulis sebagai kata kerja masa depan yang pasif dari harpazo. Sebuah kata
yang digunakan untuk menggambarkan perampok-perampok yang merenggut barang rampasan mereka,
burung rajawali yang merenggut mangsanya. Di dalam PB, Paulus yang diangkat dengan kuasa besar
ke tingkat ketiga dari Surga (II Kor. 12:2). Bahasa Latin menerjemahkan kata ini raptus yang
merupakan akar kata rapture dalam bahasa Inggris. Jadi, “dibawa pergi” dapat diterjemahkan
“diangkat” dan kata ‘pengangkatan” menjadi istilah yang resmi untuk menunjuk kepada peristiwa ini
yang telah dinubuatkan oleh Alkitab.
40
William W. Menzies & Stanley M. Horton, Doktrin Alkitab (Malang: Gandum Mas, 1998),
219.
| Dispensasionalisme Sebagai Metode Dalam Memahami Alkitab
Philip Suciadi Chia & Juanda | 12

Tujuh tahun yang dimaksud di atas merupakan penggenapan dari minggu


ketujuh puluh dari nubuat Daniel (Dan. 9:24-27). Kaum dispensasionalis percaya
bahwa meskipun enam puluh sembilan minggu yang disebutkan dalam nubuat
tersebut telah digenapi pada saat kedatangan Kristus yang pertama, namun nubuat
tentang minggu ketujuh puluh (ay. 27) hanya akan digenapi sesudah terjadinya
pengangkatan. Selama tujuh tahun ini, yaitu ketika Gereja berada di Sorga, sejumlah
peristiwa tetap berlangsung di bumi41:
1. Digenapinya akan masa kesusahan sebagaimana yang dinubuatkan dalam Dan.
9:27, yaitu pertengahan tujuh masa yang disebut kesusahan besar.
2. Antikristus mulai melaksanakan pemerintahannya yang penuh kejahatan.
Sebuah pemerintahan yang akan mencapai klimaksnya ketika pribadi
antikristus tersebut ingin disembah sebagai Allah.
3. Penghakiman yang menakutkan, jatuh ke atas orang-orang yang masih tinggal
di bumi.
4. Pada masa ini, sisa-sisa Israel akan berbalik kepada Yesus dan mengakui-Nya
sebagai Mesias, yaitu 144.000 orang Israel yang telah dimeteraikan seperti
yang tertulis dalam Wahyu 7:3-8.
5. Sisa-sisa Israel ini akan mulai memberitakan “Injil Kerajaan” yaitu Injil yang
inti beritanya adalah ditegakkannya kembali kerajaan Daud. Di samping itu,
termasuk pula berita tentang salib dan perlunya orang untuk bertobat dan
beriman.
6. Melalui kesaksian sisa-sisa orang Yahudi inilah, sejumlah besar bangsa-
bangsa lain akan dibawa ke dalam keselamatan (Why. 7:9);
7. Raja-raja fasik di bumi beserta tentara dan nabi-nabi palsunya akan bersatu
dan menyerang umat Allah dalam Perang Harmageddon.
Di akhir masa tujuh tahun tersebut, Kristus akan turun kembali dalam
kemuliaan beserta dengan Gereja-Nya. Ia akan turun sampai ke bumi dan
membinasakan musuh-musuh-Nya dan mengakhiri perang Harmagedon. Pada waktu
itulah bangsa Israel akan dikumpulkan kembali di tanah Palestina. Sejumlah besar
orang Israel yang masih hidup ketika Kristus turun ke bumi akan beriman kepada
Kristus dan diselamatkan. Hal ini seperti yang telah dinubuatkan dalam Perjanjian
Lama dan Perjanjian Baru. Iblis akan diikat, dilemparkan ke dalam jurang maut dan
dimeteraikan selama seribu tahun, yaitu suatu periode waktu dalam arti secara
harafiah.
Setelah semuanya ini, maka kerajaan seribu tahun akan dimulai yang dipimpin
oleh Yesus itu sendiri. Ia akan duduk di takhta yang berada di Yerusalem dan
memerintah atas bangsa-bangsa Yahudi serta non-Yahudi. Di awal kerajaan ini tidak
ada orang jahat yang tinggal di bumi. Pemerintahan ini merupakan penggenapan dari
janji Allah pada masa Perjanjian Lama. Ryrie mengatakan bahwa tujuan
pemerintahan di bumi atas orang-orang Israel, sebagaimana diajarkan oleh
dispensasionalisme adalah menyangkut janji kepada Israel sebagai bangsa, yang akan
digenapi pada masa seribu tahun yaitu ketika mereka hidup di bumi dengan belum
mengenakan tubuh kebangkitan. Kerajaan seribu tahun bagi Israel sama sekali tidak
berbicara tentang orang-orang Israel yang telah mati sebelum kerajaan tersebut
digenapi.42 Mereka yang masuk ke dalam kerajaan seribu tahun akan tetap menikah

41
Chris Marantika, Eskatologi (Yogyakarta: Iman Press, 2004), 79.
42
Ryrie, Dispensationalism Today, 146.
| Dispensasionalisme Sebagai Metode Dalam Memahami Alkitab
Philip Suciadi Chia & Juanda | 13

dan memiliki anak.43 Di samping itu, ini merupakan masa yang penuh kemakmuran,
produktivitas dan damai sejahtera (Yes. 2:4). Dengan kata lain, masa yang belum
pernah ada di bumi sebelumnya. Bumi akan dipenuhi oleh pengenalan akan Allah.
Kemuliaan Allah akan tinggal pada bait-Nya yang sudah dibangun kembali (Yes.
45:23; Za. 8:23; 9:7; 13:2; 14:6, Mal. 11:1; Why. 5:9-14). Sukacita meliputi seluruh
bumi.44 Tidak hanya itu saja, bumi akan menjadi subur dan sangat produktif (Yes.
35:1-7). Penuaian yang terjadi terus-menerus (Am. 9:14). Kehadiran Allah di bumi
akan dirasakan secara luar biasa (Za. 2:2; 10:13; Why. 21:3).45
Di samping itu, orang-orang percaya yang telah dibangkitkan akan ikut
memerintah di dalam kerajaan seribu tahun. Namun, mereka hidup di dalam
Yerusalem baru yang bersifat sorgawi sebagaimana digambarkan dalam Wahyu 21:1-
22:5. Selama masa seribu tahun, Yerusalem sorgawi tersebut akan berada di awan-
awan, di atas bumi dan memancarkan terangnya ke seluruh bumi. Akan tetapi, orang-
orang percaya yang dibangkitkan dapat turun dari Yerusalem baru ke bumi dan
terlibat dalam pemerintahan.46
Setelah pemerintahan seribu tahun, Iblis akan dilepaskan. Pembebasan Iblis ini
memperlihatkan bahwa setelah dunia menyaksikan damai dan berkat selama seribu
tahun di bawah pemerintahan Kristus, masih ada orang-orang yang mengikut Iblis.
Hal ini kemudian berakhir dengan dibakarnya Iblis dan pengikut-pengikutnya dengan
api dari Sorga. Iblis sendiri akan dilemparkan ke dalam lautan api selamanya. Setelah
itu akan ada penghakiman bagi orang fasik dan kematian yang kedua di dalam lautan
api.47
Pada akhirnya seluruh orang percaya akan masuk ke dalam kehidupan kekal.
Allah menciptakan langit dan bumi yang baru di mana dosa dan kelemahan akan
dihapuskan. Yerusalem sorgawi akan turun ke bumi yang baru. Di sanalah Allah dan
seluruh umat-Nya akan tinggal bersama dalam kemuliaan yang sempurna selama-
lamanya. Dengan demikian, Perjanjian Lama memberikan sebuah pengharapan bagi
seluruh bangsa Israel yang penggenapannya akan sepenuhnya terwujud pada masa
kerajaan seribu tahun. Pengharapan orang-orang percaya dalam PL bagi adanya
sebuah kota yang kekal akan diwujudkan melalui kebangkitan yang terjadi di dalam
Yerusalem sorgawi, di mana Israel – tanpa kehilangan identitasnya – akan bergabung
bersama-sama dengan seluruh umat Allah lainnya yang telah dibangkitkan dan
diubahkan untuk mengambil bagian dalam kemuliaan Kristus selama-lamanya.48

Kelemahan Eskatologi Dispensasionalisme Menurut Teologi Perjanjian

Keberatan tentang pembedaan antara Israel dengan gereja. Hoekema


berpendapat bahwa premilenialisme dispensasi mengabaikan hal yang sangat
mendasar dalam Alkitab, yaitu kesatuan Alkitab.49 Kaum dispensasionalis membagi
43
Ada mereka yang dilahirkan pada masa ini akan menjadi orang perccaya sejati. Akan tetapi,
ada pula yang memberontak kepada Tuhan di dalam masa ini. Orang-orang yang memberontak akan
langsung dibinasakan oleh Tuhan. Oleh karena itu, orang-orang yang mati di dalam usia 100 tahun
akan dianggap muda dan bila tidak mencapai usia 100 tahun akan dianggap kena kutuk (Yes. 65:20).
44
Orang-orang yang dibebaskan Tuhan akan pulang dan masuk ke Sion dengan bersorak-sorai
sedang sukacita abadi meliputi mereka; kegirangan dan sukacita akan memenuhi mereka, kedukaan dan
keluh kesah akan menjauh. (Yes. 35:10, 51:11; 55:12; 61:10; Yer. 31:12).
45
Marantika, Eskatologi, 151-152.
46
Walvoord, The Millennial Kingdom, 39.
47
Horton, Doktrin Alkitab, 253.
48
J. Dwight Pentecost, Things to Come (Findlay, Ohio: Dunham, 1958), 546.
49
Anthony A. Hoekema, Alkitab dan Akhir Zaman (Surabaya: Momentum, 2004), 263.
| Dispensasionalisme Sebagai Metode Dalam Memahami Alkitab
Philip Suciadi Chia & Juanda | 14

sejarah dunia ke dalam beberapa periode. Bahaya yang ditimbulkan ialah tampaknya
kaum ini lebih menekankan akan perbedaan-perbedaan di antara periode sejarah
penebusan ketimbang kesatuan sejarah penebusan yang merupakan sifat dasar bagi
sejarah tersebut. Lebih jauh lagi, ada beberapa hal lainnya yang perlu diperhatikan.
Tatkala seseorang mengabaikan kesatuan sejarah penebusan dan membuat berbagai
perbedaan di antara periode dispensasi yang berbeda-beda, maka bahaya yang
ditimbulkan ialah tidak mampunya untuk mengenali perkembangan yang bersifat
kumulatif dan permanen yang menandai hubungan Allah dengan umat-Nya pada masa
Perjanjian Baru. Alkitab dengan jelas menyebutkan bahwa Kristus telah
menghancurkan tembok pemisah antara orang Yahudi dengan bangsa lain (ef. 2:14-
15). Berdasarkan pemahaman ini, mengapa kaum dispensasionalis masih terus
menerus menekankan pemisahan antara bangsa Yahudi dan bangsa-bangsa lain di
masa seribu tahun? Dengan mengatakan bahwa orang-orang Yahudi akan menempati
posisi khusus dan ditinggikan lebih daripada bangsa-bangsa lain? Kaum
dispensasionalis tampaknya menganggap bahwa tembok pemisah antara bangsa
Yahudi dan bangsa-bangsa lain telah diruntuhkan dalam periode dispensasi zaman
gereja sekarang ini. Namun seribu tahun merupakan suatu periode dispensasi di mana
mereka telah mengabaikan apa yang PB katakan penghapusan tembok baik orang
Yahudi maupun non-Yahudi.50

Keberatan Tentang Gereja

Keberatan kedua ialah dispensasionalisme melupakan bahwa menurut


Perjanjian Baru, gereja merupakan “Israel baru” (Rm. 9:6; Gal. 6:15-16), “Yahudi”
(Rm. 2:28-29), “keturunan Abraham” (Gal. 3:29)51, “Sion” (1 Pet. 2;6; Ibr. 12:22).
Mereka yang dicuci dengan darah Kristus telah menjadi “dua belas suku” yang baru
(Yak. 1:1), “orang-orang pendatang yang tersebar” di antara bangsa-bangsa (1 Pet.
1:1).52 Hoekema bahkan dengan tegas mengatakan bahwa ajaran yang mengatakan
Allah memiliki tujuan yang berbeda bagi Israel dan gereja merupakan paham yang
tidak benar.
Pada kenyataannya, PB sendiri sering kali menjelaskan ungkapan-ungkapan
yang berkaitan dengan Israel dan diaplikasikan kepada gereja pada masa PB, yang
mencakup baik orang-orang Yahudi maupun bangsa-bangsa lain. 53 Kalangan
dispensasionalis sering kali memakai Roma 11 sebagai acuan untuk mengajarkan
periode waktu di masa yang akan datang, yang merupakan masa penuh berkat hanya

50
Anthony A. Hoekema, Alkitab dan Akhir Zaman, 266.
51
Bagian ini dengan jelas menyatakan bahwa seluruh orang percaya dalam PB merupakan
keturunan Abraham., bukan dalam arti fisik tetapi rohani. Conn melihat bahwa gereja PB diidentikan
dengan Israel sejati dan seluruh anggota di dalamnya merupakan pewaris sejati dari janji yang Allah
buat dengan Abraham.
52
Harvie M. Conn, Teologia Kontemporer (Malang: SAAT, 1996), 132.
53
Paulus dengan jelas menyatakan dalam Gal. 6:15-16, “Sebab bersunat atau tidak bersunat
tidak ada artinya, tetapi menjadi ciptaan baru, itulah yang ada artinya. Dan semua orang, yang memberi
dirinya dipimpin oleh patokan ini, turunlah krinya damai sejahtera dan rahmat atas mereka dan atas
Israel milik Allah”. Dalam bahasa aslinya adalah kai epi ton Israel tou theou. Walvoord mengatakan
bahwa kai harus diterjemahkan dan, sehingga “Israel milik Allah” artinya adalah orang-orang Yahudi
yang percaya. Akan tetapi, Hoekema membantah hal tersebut. Permasalahan penafsiran semacam ini
adalah bahwa orang-orang Yahudi yang percaya itu sudah tercakup dalam kalimat “dan semua orang,
yang memberi dirinya dipimpin oleh patokan ini”- yaitu, semua orang percaya yang sejati, yang terdiri
dari bangsa Yahudi maupun bangsa-bangsa lain. Dengan kata lain, Hoekema berpendapat bahwa
Paulus di sini menjelaskan gereja sebagai Israel sejati.
| Dispensasionalisme Sebagai Metode Dalam Memahami Alkitab
Philip Suciadi Chia & Juanda | 15

bagi bangsa Israel. Akan tetapi, Hoekema menyakini bahwa Roma 11:26 tidak
mengajarkan akan pertobatan bangsa Israel di masa datang.54 Nats ini terambil dari
Yesaya 59:20 dan 27:955, yang sering digunakan oleh kaum dispensasionalis sebagai
rujukan kedatangan Kristus yang kedua kali. Hal ini tidaklah tepat apabila dimengerti
secara demikian karena kalimat dalam Yesaya ini menggambarkan akan kedatangan
Yesus yang pertama telah menghapuskan dosa manusia.56 Bahkan jika dua ayat dari
Yesaya tersebut hendak dikenakan pada Kedatangan Kedua, tentunya Alkitab pasti
akan mencatat dari Sorga (bukan dari Zion) akan datang penebus. Oleh karena itu,
pertobatan dari orang Yahudi dan non-Yahudi (yang akan terjadi sepanjang sejarah)
akan disebut sebagai israel sejati.57

Keberatan Kerajaan 1000 Tahun

Perjanjian Lama tidak pernah mengajarkan akan adanya kerajaan seribu tahun
yang bersifat fisik. Kaum dispensasionalis menyatakan bahwa PL banyak bukti yang
berbicara tentang pemerintahan Kristus selama seribu tahun. Dispensasionalis
mendasarkan pemahamannya ini dari Yes. 65:17-25.
Semua sepakat (dispensasionalisme dan teologi perjanjian) bahwa ayat 17
berbicara mengenai langit dan bumi baru, namun dispensasional membatasi ayat 18-
25 hanya pada milenium yang akan mendahului langit dan bumi baru. Namun,
Hoekema berpendapat bahwa seseorang akan mendapati gambaran akan milenium
dalam perikop ini, apabila ia mengabaikan isi dalam ayat 17-19. 58 Akan tetapi,

54
Untuk memahami Roma 11:25-26a, Hoekema mengajak untuk melihat dengan teliti konteks
dari pasal ini. Pasal 9, Paulus menyingkapkan bahwa penolakan Tuhan atas Israel adalah tidak
sepenuhnya. “Sebab tidak semua orang yang berasal dari Israel adalah orang Israel” (9:6). Artinya,
meskipun benar bahwa banyak di antara orang Israel adalah orang-orang yang terhilang, tetapi Israel
sejati akan diselamatkan. Secara ajaib Allah menggenapi janji-Nya atas diri mereka yang merupakan
anak-anak perjanjian. Dari sejak permulaan sejarah Israel, telah ada pemisahan di dalam bangsa itu
sendiri atas kehendak Tuhan. Rasul Paulus menjelaskan beberapa bentuk pemisahan tersebut yaitu
yang berasal dari Ishak akan disebut sebagai keturunan Abraham (9:7); bukan Esau tetapi Yakub yang
dipilih sebagai penerus perjanjian (9:10:12). Pada pasal 10, Paulus melanjutkan dengan menunjukkan
bahwa penolakan atas sebagain orang Israel tidaklah sewenang-wenang. Mereka telah menolak Injil
dan beriman kepada Yesus. Rm. 10:12 dituliskan bahwa tidak ada perbedaan bagi orang Yahudi
maupun orang Yunani mengenai cara memperoleh keselamatan. Oleh karena itu, Hoekema
berpendapat bahwa “jumlah yang penuh” (pleroma) harus dimengerti secara eskatologis, yaitu
keseluruhan bangsa-bangsa non-Yahudi yang hendak Allah selamatkan. Ketika seluruh jumlah bangsa-
bangsa lain di sini tidak hanya akan terjadi di masa yang akan datang, melainkan terus berlangsung di
sepanjang sejarah gereja. Akan tetapi, akan tetap ada orang-orang Israel yang berbalik kepada Tuhan
hingga kedatangan kedua di mana pada saat yang bersamaan jumlah yang penuh dari bangsa-bangsa
lain yang diselamatkan juga akan terpenuhi. Dengan demikian, Rm, 11 bukan hanya berbicara
mengenai pertobatan Yahudi saja tetapi juga non-Yahudi dan terus berlangsung dari kedatangan
Kristus yang pertama hingga yang kedua. Lagipula, kalaupun seseorang cenderung memahami perikop
tersebut sebagai ajaran tentang pertobatan Israel di masa akan datang, ia masih harus mengakui bahwa
Roma 11 sama sekali tidak berbicara mengenai Israel yang dikumpulkan kembali ke tanah Kanaan atau
pemerintahan Kristus di masa yang akan datang dalam kerajaan seribu tahun.
55
Dari Sion akan datang Penebus, Ia akan menyingkirkan segala kefasikan daripada Yakub.
Dan inilah perjanjian-Ku dengan mereka, apabila Aku menghapuskan dosa mereka.
56
George Eldon Ladd, Theology Of the New Testament (Grand Rapids: Eerdmans, 1974), 562.
57
Hoekema, Alkitab dan Akhir Zaman, 190-200.
58
Jelas sekali bahwa ayat 17 berbicara mengenai langit dan bumi yang baru. Ayat 18
mengajak pembaca untuk “bersukacita selama-lamanya” – bukan berbicara mengenai kerajaan seribu
tahun – di dalam langit dan bumi yang baru, yang disebutkan dalam ayat 17. Di sini Yesaya tidak
sedang berbicara mengenai sebuah keberadaan baru yang akan berakhir tidak lebih dari seribu tahun
melainkan tentang kondisi kekal yang penuh kemuliaan. Lebih lanjut dijelaskan dalam ayat 19
| Dispensasionalisme Sebagai Metode Dalam Memahami Alkitab
Philip Suciadi Chia & Juanda | 16

dispensasionalis sering menggunakan ayat 20 59 sebagai argumentasi mereka akan


adanya kerajaan seribu tahun. Hoekema mengakui bahwa ayat ini sulit untuk
dimengerti, tetapi menyakini bukan mengenai kerajaan seribu tahun.60 Pada ayat 20
dikatakan bahwa orang yang tidak mencapai usia seratus tahun akan dianggap kena
kutuk. Ayat 22 mendukung akan nats ini, “sebab umur umat-Ku akan sepanjang umur
pohon, dan orang-orang pilihan-Ku akan menikmati pekerjaan tangan mereka”.
Dengan demikian, nats di atas tidak perlu harus dimengerti sebagai gambaran
akan kerajaan seribu tahun, tetapi masuk akal apabila dimengerti sebagai nubuat
tentang kondisi dalam bumi yang baru di masa yang akan datang.61 Di samping itu,
Yesaya 11:6-10 sering dianggap sebagai lukisan yang indah dalam kerajaan seribu
tahun di mana “serigala dan anak doma akan bersama-sama makan rumput”.
Hoekema sependapat dengan dispensasionalis bahwa perikop ini tidak sepatutnya
dimengerti sebagai gambaran dari sorga.62
Kalimat, “sebab seluruh bumi penuh dengan pengenalan bumi akan Tuhan,
seperti air laut yang menutupi dasarnya” bukanlah gambaran yang tepat bagi kerajaan
seribu tahun berlangsung tetap akan ada sebagian orang yang tidak mengenal atau
mencintai Tuhan, yaitu mereka yang akan berkumpul di akhir masa seribut tahun
untuk mengadakan peperangan terakhir kepada kemah-kemah orang-orang percaya.
Dengan demikian, ini harus dimengerti sebagai gambaran bumi yang baru
bukan kerajaan seribu tahun. Di pihak lain, dispensasional sering kali menggunakan
juga Yehezkiel 40-48 yang berjudul “Bait Allah dalam kerajaan seribu tahun dan
penyembahan di dalamnya” (40:1-47:12) dan “pembagian tanah selama zaman
kerajaan seribu tahun” (42:13-48:35).63
Dispensasionalis mengatakan bahwa pasal-pasal ini menubuatkan akan
pembangunan kembali Bait Allah Yerusalem di masa kerajaan seribu tahun dan
ibadah yang akan mengikutinya. Akan tetapi kesulitan terbesar ialah memahami
pasal-pasal di atas secara harafiah adalah adanya korban-korban binatang. 64 Oleh
karena itu, Yehezkiel sama sekali tidak memberikan indikasi dalam pasal-pasal ini

merupakan gambaran tambahan bagi kondisi yang dalam Why. 21:4 yang merupakan tanda bagi
kondisi kekekalan: “Tidak akan ada lagi perkabungan atau ratap tangis atau dukacita, sebab segala
sesuatu yang lama itu telah berlalu”.
59
Ayat 20, “Di situ tidak akan ada lagi bayi yang hanya hidup beberapa hari atau orang tua
yang tidak mencapai usia suntuk, sebab siapa yang mati pada usia seratus tahun akan dianggap kena
kutuk”. Oleh karena kematian, disebutkan dalam ayat ini, maka kaum dispensasionalis mengatakan
bahwa perikop ini tidak membicarakan langit dan bumi yang baru melainkan zaman milennium.
60
Berdasarkan ayat 19, Yesaya berkata, “Di dalamnya tidak akan kedengaran lagi bunyi
tangisan dan bunyi erangpun tidak”. Dapatkah seseorang membayangkan sebuah kematian tanpa
tangisan? Yes. 25:8 telah menyatakan bahwa tidak akan ada lagi kematian bagi umat Allah di dalam
kondisi kekekalan! Nubuat ini juga mencakup bahwa tidak akan ada lagi air mata: “Ia, Tuhan semesta
alam, akan meniadakan maut untuk seterusnya; dan Tuhan Allah akan menghapuskan air mata dari
pada segala muka.
61
Ayat 25 mendukung argumen ini, “Tidak ada yang akan berbuat jahat atau yang berlaku
busuk di segenap gunung-Ku yang kudus”.
62
Hoekema, Alkitab dan Akhir Zaman, 270.
63
Pasal-pasal ini berisi akan sebuah penglihatan tentang Bait Allah yang akan didirikan
kembali ketika bangsa Israel kembali dari pembuangan. Di samping itu, berisi juga penjelasan
mengenai Bait Allah dan ukuran-ukuran yang harus diperhatikan di Bait Allah: korban penghapus dosa,
korban penebus salah, korban bakaran dan korban pendamaian.
64
Apakah persembahan korban-korban sembelihan masih diperlukan sesudah Kristus
menggenapi semua korban tersebut? Untuk apakah umat Allah di masa milennium harus kembali
melaksanakan korban-korban persembahan dengan tujuan sebagai peringatan bagi kematian Kristus,
jikalau Tuhan sendiri telah memberikan kepada ktia tanda lain sebagai peringatan yaitu Perjamuan
Kudus?
| Dispensasionalisme Sebagai Metode Dalam Memahami Alkitab
Philip Suciadi Chia & Juanda | 17

bahwa ia sedang membicarakan sesuatu yang akan terjadi dalam sebuah masa
milenium yang akan mendahului kondisi kekekalan.65
Di samping itu, Berkoff menambahkan bahwa premilenial memasukkan diri
ke dalam kesulitan yang berat dengan doktrin milenium mereka. Ia berpendapat
bahwa sangatlah mustahil untuk memahami bagaimana bisa sebagian dari dunia lama
dari masnuai berdosa bisa ada bersama-sama dengan bagian dunia yang baru di mana
orang-orang hidup dalam kemuliaan? Bagaimana orang kudus dalam tubuh kemuliaan
bisa bersatu dengan orang berdosa dalam daging? Bagaimana mungkin orang kudus
yang telah dimuliakan bisa hidup bersama dalam suasana penuh dosa dan di tengah-
tengah kematian dan kehancuran?
Pasal dua puluh satu dari kitab Wahyu mengatakan bahwa Tuhan dan gereja
yang ditebus akan menempati kedudukan mereka di bumi sesudah langit dan bumi
diperbaharui. Akan tetapi, bagaimana mungkin hal ini dapat terjadi bila Kristus dan
orang kudus tinggal di sana selama seribu tahun sebelum pembaharuan ini?
Bagaimana mungkin orang berdosa dan orang kudus dalam daging bisa hadir dalam
kemuliaan Kristus? Kaum Teologi Perjanjian menyimpulkan bahwa hal ini
merupakan kekacauan yang saling tidak konsisten semata-mata.66
Keberatan selanjutnya ialah Alkitab tidak mengajarkan pemulihan politik bagi
Israel melalui masa seribu tahun. Dispensasionalis menggunakan Yesaya 11:11-1667
untuk mendukung gagasannya ini. Akan tetapi, hal-hal yang dinubuatkan dalam
Yesaya merupakan kembalinya sisa-sisa umat Allah dari pembuangan di masa yang
jauh di depan mereka.
Bangsa Asyur disebutkan pertama dalam nats tersebut menunjukkan bahwa
Yesaya menuliskan nubuatannya ini sesudah kerajaan Utara ditawan ke Asyur pada
tahun 721 SM. Nubuat ini tergenapi secara harafiah ketika bangsa Israel kembali dari
pembuangan pada abad ke enam SM. Yeremia 23:3, 7:8 68 , Dispensasionalis
mengatakan bahwa ini merupakan pemulihan akhir yang akan digenapi pada sesudah
terjadinya kesusahan besar.
Akan tetapi, Hoekema mempertanyakan mengapa nubuat ini tidak dimengerti
sebagai hal yang telah digenapi melalui kembalinya bangsa Israel dari tawanan pada
abad ke enam SM? Bukankah Yeremia mengucapkan kata-kata tersebut sesaat
sebelum ditawannya kerajaan Yehuda ke Babel? Fakta bahwa Yeremia sendiri secara
khusus menyebutkan kembalinya mereka dari pembuangan di Babel pada pasal

65
Tafsiran terhadap bagian ini yang sejalan dengan ajaran PB dan yang tidak mengandung
permasalahan seperti pengertian korban peringatan dalam milennium adalah bahwa Yehezkiel sedang
menggambarkan masa depan umat Allah yang penuh kemuliaan di zaman yang akan datang dengan
menggunakan bahasa yang dimengerti oleh orang-orang Yahudi pada masa itu. Dengan demikian,
rincian tentang Bait Allah dan korban-korbannya harus dimengerti bukan secara harafiah melainkan
figuratif.
66
Berkhof, Doktrin Akhir Zaman, 105-106.
67
Nats ini berbunyi, “Pada waktu itu Tuhan akan mengangkat pula tangan-Nya (yang kedua
kalinya) untuk menembus sisa-sisa umat-Nya yang tertinggal di Asyur dan di Mesir, di Patros, di
Etiophia dan di Elam, di Sinear, di Hamat dan di pulau-pulau di laut”. Nats ini berbicara mengenai
sebuah gambaran nubuatan tentang kemuliaan dari kerajaan yang akan datang, yang akan ditegakkan
ketika Anak Daud datang kembali.
68
Nats ini berkata, “Dan Aku sendiri akan mengumpulkan sisa-sisa kambing domba-Ku dari
segala negeri ke mana Aku mencerai-beraikan mereka dan Aku akan membawa mereka kembali ke
padang mereka: mereka akan berkembang baik dan bertambah banyak (ay. 3). Sebab itu, demikianlah
firman Tuhan, sesungguhnya, waktunya akan datang, bahwa orang tidak lagi mengatakan: Demi Tuhan
yang hidup yang menuntun orang Israel keluar dari tanah Mesir, melainkan: Demi Tuhan yang hidup
yang menuntun dan membawa keturunan kaum Israel keluar dari tanah utara dan dari segala negerti ke
mana Ia telah mencerai-beraikan mereka, maka mereka akan tinggal di tanahnya sendiri (7-8).
| Dispensasionalisme Sebagai Metode Dalam Memahami Alkitab
Philip Suciadi Chia & Juanda | 18

berikutnya mendukung pernyataan bahwa hal ini merupakan peristiwa kembalinya


bangsa Israel sebagaimana yang telah dinubuatkan di dalam pasal 23.69

Keberatan Konsep Pengangkatan, Kebangkitan & Penghakiman

Keberatan keempat dikemukakan oleh Berkof. Pandangan dispensasionalisme


bertentangan dengan penjelasan Alkitab mengenai peristiwa-peristiwa besar di masa
depan yaitu kebangkitan, penghakiman terakhir dan akhir zaman.
Alkitab menyebutkan bahwa semua peristiwa itu terjadi secara bersamaan.
Semua peristiwa itu bersamaan terjadi (Mat. 13:37-43, 47-50). Pemisahan antara yang
baik dan yang jahat “pada akhir” dan bukan pada seribu tahun sebelumnya.70
Gagasan dispensasionalisme mengenai pengangkatan gereja secara “rahasia”
yang tidak diketahui oleh orang non-Kristen berlawanan sama sekali dengan tujuan isi
1 Tesalonika 4:16-17. Bukanlah rahasia apabila Alkitab berbicara tentang “penghulu
malaikat berseru”, “sangkakala Allah berbunyi”. Jika suara tersebut membangunkan
orang mati, maka tentunya itu tidak mungkin merupakan suatu rahasia.71
Di samping itu, tidak ada dasar dari Alkitab yang positif untuk menyebutkan
akan adanya kebangkitan ganda dari orang-orang mati. Alkitab tidak pernah
membedakan adanya dua kebangkitan (orang benar dan orang fasik) yang terpisah
selama 1000 tahun. Akan tetapi, kebangkitan umat Allah berbeda dengan kebangkitan
orang yang tidak percaya dalam prinsip geraknya, natur esensialnya dan akhir
terjadinya.
Dengan demikian, nats-nats Alkitab sama sekali tidak mengarah kepada
kebangkitan ganda yang dikemukakan oleh kaum dispensasionalis. Alkitab dengan
jelas mengatakan bahwa orang benar dengan orang durhaka akan dibangkitkan
bersama-sama seperti di dalam Dan. 12:2, Yoh. 5:28-29; Kis. 24:15. Nats-nats ini
tidak pernah berisi satu petunjuk sekecil apapun bahwa kedua peristiwa kebangkitan
itu akan terpisah sejauh 1000 tahun.
Alkitab justru mengajarkan bahwa kebangkitan akan terjadi pada hari terakhir
dan akan segera diikuti dengan penghakiman terakhir (Mat. 25:31-32; Yoh. 5:27-29;
6:39-40, 44-54; 11:24; Why 20:11-15). 72 Kaum dispensasionalis mempertahankan
kebangkitan ganda berdasarkan Why. 20:4-6. Dalam nats ini, Yohanes menyebutkan
adanya kebangkitan yang pertama. Secara langsung, banyak ahli yang berpendapat
akan adanya kebangkitan yang kedua.
Berkoff menyangsikan bahwa di dalam nats ini membicarakan akan
kebangkitan tubuh. Lagipula, istilah-istilah yang dipakai juga tidak menunjukkan
akan adanya kebangkitan jasmani. Menurutnya, penulis kitab Wahyu tidak

69
Sebab beginilah Firman Tuhan: Apabila telah genap tujuh puluh tahun bagi Babel, barulah
Aku memperhatikan kamu. Aku akan menepati janji-Ku itu kepadamu dengan mengembalikan kamu
ke tempat ini (Yer. 29:10). Di samping itu, perlu diperhatikan juga bahwa dalam pasal 24:5-6, yaitu
pasal yang mengiktui 23:3, Yeremia dengan jelas menunjukkan kepada kembalinya Israel dari
pembuangan di Babel (Kasdim): “Sama seperti buah ara yang baik ini, demikianlah Aku akan
memperhatikan untuk kebaikannya orang-orang Yehuda yang Kubawa dari tempat ini ke dalam
pembuangan, ke negeri orang-orang Kasdim. Maka Aku akan mengarahkan mata-Ku kepada mereka
untuk kebaikan mereka, dan Aku akan membawa mereka kembali ke negeri ini . . .”
70
Louis Berkhof, Doktrin Akhir Zaman (Surabaya: Lembaga Reformed Injili Indonesia, 2001),
104-105.
71
Conn, Teologia Kontemporer, 133.
72
Berkhof, Doktrin Akhir Zaman, 125.
| Dispensasionalisme Sebagai Metode Dalam Memahami Alkitab
Philip Suciadi Chia & Juanda | 19

membicarakan mengenai pribadi-pribadi atau tubuh-tubuh yang dibangkitkan, tetapi


tentang jiwa yang hidup dan memerintah bersama Kristus.73
Kaum dispensasionalis membagi penghakiman Allah bagi manusia ke dalam
beberapa bagian74:
1. Penghakiman orang-orang percaya. Hal ini terdapat di dalam 2 Kor. 5:10
bahwa gereja akan diadili kursi pengadilan atau bema Kristus. Pengadilan ini
akan terjadi ketika gereja diangkat dari dunia yang bertujuan untuk
memberikan pahala.
2. Pengadilan Israel terjadi sebelum kerajaan seribu tahun ditetapkan atau setelah
pengangkatan gereja atau dipenghujung masa tribulasi di bumi.
3. Penghakiman bangsa-bangsa terjadi ketika Yesus datang yang kedua kali. Hal
ini mendahului kerajaan seribu tahun yang bertujuan untuk menyaring mereka
yang akan masuk ke dalam kerajaan seribu tahun.
4. Pengadilan di Takhta Putih Besar yaitu untuk mengadili kejahatan-kejahatan
orang-orang fasik dan terjadi dipenghujung kerajaan seribu tahun.
Berkof menolak akan penghakiman Allah seperti yang di atas. Ia dengan tegas
mengatakan bahwa Alkitab selalu mengatakan bahwa penghakiman terakhir
merupakan sebuah peristiwa tunggal. Alkitab mengajarkan bukan untuk menantikan
hari-hari tetapi hari penghakiman (Yoh. 5:28-29, Kis. 17:31; 2 Pet. 3:7).
Di samping itu, Berkof juga menghimbau untuk selalu memperhatikan bahwa
penghakiman bagi orang durhaka terjadi mengiringi parousia dan juga penampakan
Kristus (2 Tes. 1:7-10; 2 Pet. 3:4-7). Akhirnya, Allah tidak menghakimi bangsa-
bangsa sebagai bangsa di mana keputusan kekal dijatuhkan tetapi Allah hanya
menghakimi individu. Oleh karena itu, seseorang dapat memberikan tafsiran yang
dapat diterima dan konsisten terhadap Mat. 25:31-46 apabila ia menyakini bahwa
penghakiman yang disebutkan itu menunjuk kepada penghakiman universal bagi
semua orang dan dihakimi sebagai individu bukan bangsa.75

Referensi
[1] Bass, Clarence B. Backgrounds to Dispensationalism. Grand Rapids: Eerdmans, 1960.
[2] Chafer, Lewis Sperry. Dispensationalism. Dallas: Seminary Press, 1936.
[3] Chafer, Lewis Sperry. Systematic Theology. Texas: Dallas Seminary Press, 1947.
[4] Conner, Kevin J. & Ken Malmin. Interpreting The Scriptures. Malang: Gandum Mas, 2004.
[5] Enns, Paul. The Moody Handbook of Theology 2. Malang: SAAT, 2004.
[6] Hoekema, Anthony A. Alkitab dan Akhir Zaman. Surabaya: Momentum, 2004.
[7] Ladd, George Eldon. Theology Of the New Testament. Grand Rapids: Eerdmans, 1974.
[8] Menzies, & Stanley M. Horton, Doktrin Alkitab. Malang: Gandum Mas, 1998.
[9] Marantika, Chris. Eskatologi.Yogyakarta: Iman Press, 2004.
[10] Moulton, J.H. and George Milligan. The Vocabulary of the Greek Testament. Grand Rapids: Wm.
B. Eerdmans Publishing Co., 1949.
[11] Pentecost, J. Dwight. Things to Come. Findlay, Ohio: Dunham, 1958.
[12] Peter, Eddy Peter. Teologi Perjanjian Versus Dispensasionalisme.Tangerang: STT International
Philadelphia, 2004.
[13] Ramm, Barnard. Protestant Biblical Interpretation. Boston: W. A Wilde, 1956.
[14] Ryrie, Charles C. Dispensationalism Today. Chicago: Moody Press, 1965.
[15] The Oxford English Dictionary. Oxford University Press, 1933), III.
[16] Walvoord, John F. Major Bible Prophecies. Grand Rapids: Zondervan, 1991.
[17] Walvoord, John F. The Millennial Kingdom. Findlay Ohio: Dunham, 1958.

73
Ibid., 127.
74
Marantika, Eskatologi, 122-136.
75
Berkhof, Doktrin Akhir Zaman, 134-135.
| Dispensasionalisme Sebagai Metode Dalam Memahami Alkitab

View publication stats

You might also like