0% found this document useful (0 votes)
121 views9 pages

Evaluasi Atribut Kesederhanaan Ketepatan Waktu Dan PDF

Copyright
© © All Rights Reserved
We take content rights seriously. If you suspect this is your content, claim it here.
Available Formats
Download as PDF, TXT or read online on Scribd
0% found this document useful (0 votes)
121 views9 pages

Evaluasi Atribut Kesederhanaan Ketepatan Waktu Dan PDF

Copyright
© © All Rights Reserved
We take content rights seriously. If you suspect this is your content, claim it here.
Available Formats
Download as PDF, TXT or read online on Scribd
You are on page 1/ 9

EVALUASI ATRIBUT KESEDERHANAAN, KETEPATAN WAKTU DAN STABILITAS

PADA SURVEILANS KESEHATAN HAJI

Riva Noviyanti
Departemen Epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga
Surabaya, Jawa Timur, Indonesia
Alamat Korespondensi :
Riva Noviyanti
Email: [email protected]

ABSTRACT
Every year, the Indonesian pilgrims reached 200 thousand people and the health risks were still
high. Hajj health surveillance are conducted to determine the progression of the disease in terms of place
and time in pilgrims, and used for prevention efforts. The purpose of this research was to evaluate the
attributes of surveilance performed by Dinkes Kota Surabaya in 2015. The research was done in Dinkes
Kota Surabaya. This research was descriptive and its implementation using interview techniques using
an instrument such as a questionnaire sheet. Respondents were a managing officer of health surveillance
program Hajj in Dinkes Kota Surabaya and at Puskesmas. Results from this study is the evaluation of the
attributes of surveillance shows that health Hajj surveillance systems in Dinkes Kota Surabaya in 2015
already meet the attributes of flexibility, timeliness, sensitivity, representativeness and acceptability. The
evaluation of the attributes of surveillance is not fulfilled on health Hajj surveillance systems in Dinkes
Kota Surabaya are attributes of simplicity, data quality and stability, while the positive predictive value
can not be calculated. Advice that can be given are making plans a schedule for examining prospective
pilgrims, monitoring the reporting and increasing the number of surveillance personnel.

Keywords: evaluation, atribute of surveillance, health hajj surveillance

ABSTRAK
Setiap tahunnya jemaah haji Indonesia mencapai 200 ribu orang lebih, dengan risiko kesehatan
yang masih tinggi. Surveilans kesehatan haji dilaksanakan untuk mengetahui perkembangan penyakit
menurut tempat dan waktu pada jemaah haji dan dimanfaatkan untuk upaya penanggulangan. Tujuan
penelitian ini untuk melakukan evaluasi atribut surveilans kesehatan haji di Dinas Kesehatan (Dinkes)
Kota Surabaya. Lokasi penelitian adalah Dinkes Kota Surabaya. Penelitian deskriptif ini dilaksanakan
dengan wawancara menggunakan instrumen berupa lembar kuesioner. Responden adalah petugas
program surveilans kesehatan haji di Dinkes Kota Surabaya dan di Puskesmas. Hasil dari penelitian
ini menunjukan bahwa sistem surveilans kesehatan haji di Dinkes Kota Surabaya tahun 2015 sudah
memenuhi atribut fleksibilitas, ketepatan waktu, sensitivitas, kerepresentatifan dan akseptabilitas. Atribut
surveilans kesehatan haji di Dinkes Kota Surabaya yang belum terpenuhi yaitu atribut kesederhanaan,
kualitas data dan stabilitas, sedangkan nilai prediktif positif tidak dapat dilakukan perhitungan. Disaran
diberikan adalah membuat rencana pemeriksaan calon jemaah haji dan dilakukan pemantauan laporan
serta penambahan jumlah tenaga surveilans terlatih.

Kata kunci: evaluasi, atribut surveilans, surveilans kesehatan haji

PENDAHULUAN kesehatan, bimbingan dan penyuluhan


Penyelenggaraan kesehatan haji kesehatan haji, pelayanan kesehatan,
merupakan rangkaian kegiatan pelayanan imunisasi, surveilans, Sistem Kewaspadaan
kesehatan haji yang meliputi pemeriksaan Dini dan Respon (SKDR) dan respon KLB,

©2016 FKM_UNAIR All right reserved. license doi: 10.20473/ijph.v11i1.2016.51-59


Received 19 July 2016, received in revised form 31 August 2016, Accepted 22 September 2016, Published online: 31 December
2016
52 The Indonesian Journal of Public Health, Vol. 11 No. 1, Desember 2016: 51–59

penanggulangan KLB dan musibah massal, Surabaya pada April hingga Juni 2016.
kesehatan lingkungan dan manajemen Responden sebanyak 13 orang yang terdiri
penyelenggaraan kesehatan haji (Keputusan dari 1 koordinator pelaksana surveians
Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. kesehatan haji di Dinkes Kota Surabaya
442 Tahun 2009). dan 12 orang petugas surveilans kesehatan
Berdasarkan data Dinkes Provinsi Jawa haji di Puskesmas. Puskesmas yang dipilih
Timur, jumlah jemaah haji sebanyak 222.096 menggunakan teknik multi stage cluster
(tahun 2010) meningkat pada sebanyak sampling (Nazir, 1988), yaitu Puskesmas
222.560 (tahun 2011) dan menurun sebanyak Mulyorejo, Puskesmas Pucang Sewu,
212.111 (tahun 2012). Jumlah jemaah Puskesmas Tambakrejo dan Puskesmas
risiko tinggi pada tahun 2010 hingga 2012 Sidotopo Wetan. Setiap puskesmas terdapat
mengalami peningkatan. Persentase jemaah tiga orang responden. Teknik pengumpulan
haji risiko tinggi pada tahun 2010 adalah data diperoleh melalui wawancara dengan
39,4% (tahun 2010), meningkat menjadi menggunakan instrumen kuesioner. Analisis
45,9% (tahun 2011) dan 71,41% (tahun 2012). dilakukan secara deskriptif dengan metode
Sedangkan jemaah haji Provinsi Jawa Timur content analysis yaitu hasil yang diperoleh
pada tahun 2013 sebanyak 27.357 jemaah dibandingkan dengan teori yang ada secara
dan sebanyak 48% jemaah memiliki kondisi narasi.
risiko tinggi.
Jemaah haji kota Surabaya pada tiga HASIL
tahun terakhir mengalami peningkatan, Gambaran Kesehatan Haji di Dinkes
sebanyak 1.331 (tahun 2013), sebanyak Kota Surabaya
1.558 (tahun 2014) dan sebanyak 2.235 Kesehatan haji di Dinkes Kota Surabaya
(tahun 2015). Peningkatan jumlah jemaah menunjukkan bahwa jumlah jemaah haji
haji berbanding lurus dengan peningkatan diperiksa pada tahap pertama sebanyak
jumlah jemaah haji risiko tinggi. Jemaah haji 2178 orang dan pada pemeriksaan tahap
dengan status risiko tinggi sebanyak 61,6% kedua sebanyak 2152 orang. Jumlah jemaah
(tahun 2013), meningkat sebanyak 73,3% haji yang diperiksa terbanyak terdapat di
(tahun 2014), dan 96,2% (tahun 2015). Puskesmas Dupak sebanyak 178 orang.
Berdasarkan uraian diatas, jumlah Berdasarkan jenis kelamin, jemaah haji kota
jemaah haji risiko tinggi dari tahun 2013 Surabaya didominasi oleh jemaah haji wanita
hingga 2015 meningkat sehingga evaluasi sebesar 53%, sedangkan berdasarkan usia
atribut surveilans terhadap pelaksanaan jemaah haji Kota Surabaya didominasi oleh
surveilans kesehatan haji di Dinkes Surabaya jemaah berusia 50-59 tahun yaitu sebanyak
perlu dilakukan untuk pengambilan 830 orang.
Jumlah jemaah haji Kota Surabaya yang
keputusan dan penanggulangan secara
mengalami risiko tinggi pada pemeriksaan
cepat. Tujuan penelitian secara umum adalah
tahap pertama sebanyak 1597 orang dan
mengevaluasi sistem surveilans kesehatan
didominasi oleh jemaah usia kurang dari
haji di Dinkes Kota Surabaya tahun 2015
60 tahun dan memiliki penyakit. Pada
berdasarkan atribut surveilans.
pemeriksaan tahap kedua jumlah jemaah haji
yang memiliki risiko tinggi sebanyak 1537
METODE PENELITIAN
orang dan didominasi oleh jemaah haji kurang
Penelitian deskriptif ini merupakan
dari 60 tahun dan memiliki penyakit.
penelitian evaluasi untuk menilai suatu
Berdasarkan tabel 1 penyakit terbanyak
program yang sedang atau telah berjalan
yang diderita oleh jemaah haji Kota
sehingga dapat digunakan untuk perbaikan
Surabaya adalah Disorders of lipoprotein
dan atau peningkatan program tersebut. metabolism and other lipidaemias, misalnya
Penelitian ini dilakukan di Dinkes Kota hiperkolesterol yaitu sebanyak 467 orang.
Riva Noviyanti, Evaluasi Atribut Kesederhanaan, Ketepatan Waktu… 53

Tabel 1. Penyakit terbanyak yang diderita kesehatan (anamnesis), pemeriksaan


jemaah haji Kota Surabaya tahun fisik, pemeriksaan penunjang, penilaian
2015 kemandirian dan tes kebugaran. Jenis data
pada pemeriksaan tahap kedua diantaranya
Persen
Rang Kode Jumlah data riwayat kesehatan, kategori risti dan
Penyakit tase
king ICDX Kasus data status kesehatan.
(%)
1 E78 Disorders of 467 21,8 Sumber daya manusia dari surveilans
lipoprotein kesehatan haji di Dinkes Kota Surabaya
metabolism and terdiri dari koordinator surveilans kesehatan
other lipidaemias haji oleh Dinkes Kota Surabaya dan petugas
2 I10 Hypertensive 440 20,6 surveilans kesehatan haji di Puskesmas.
disease Petugas surveilans kesehatan haji di
3 R54 Senility 350 16,4 puskesmas merupakan tim yang dibentuk
4 E11 Non-insulin- 271 12,7 Puskesmas terdiri dari 5–7 orang. Pelaksana
dependent surveilans kesehatan haji di Puskesmas
diabetes memiliki tugas yang rangkap, bukan hanya
mellitus menjadi petugas surveilans kesehatan haji
5 E66 Obesity 121 5,7 namun juga sebagai dokter atau perawat
6 E78.5 Hyperlipidaemia, 106 4,9 atau pelaksana surveilans lain. Pelaksana
unspecified surveilans kesehatan haji di puskesmas
7 N39 Other disorders 64 2,9 pernah mendapatkan sosialisasi mengenai
of urinary siskohatkes.
system Sumber dana yang digunakan untuk
8 I51.7 Cardiomegaly 58 2,7 kegiatan surveilans kesehatan haji di Kota
Other Surabaya adalah berasal dari dana Anggaran
9 M06 rheumatoid 56 2,6 Pendapatan Belanja Daerah (APBD). Dana
arthhritis tersebut telah mencukupi untuk kegiatan
surveilans kesehatan haji.
Gambaran Sistem Surveilans Kesehatan Proses terdiri dari pengumpulan data,
Haji di Dinkes Kota Surabaya kompilasi data, analisis dan interpretasi
Sistem surveilans kesehatan haji di data, diseminasi informasi dan feedback.
Dinkes Kota Surabaya terdiri dari input, Pengumpulan data dilakukan oleh petugas
proses, dan output. Input terdiri dari data yang ada di puskesmas. Pengumpulan data
dan sumber daya yang ada dalam sistem yang dilakukan oleh puskesmas telah mampu
surveilans kesehatan haji. Sumber data dilakukan dengan baik dari segi kelengkapan
yang digunakan oleh Dinkes Kota Surabaya data. Kompilasi data telah dilakukan oleh
adalah data Siskohatkes. Data yang ada di petugas surveilans di puskesmas dan Dinkes
siskohatkes merupakan data yang terintegrasi Kota Surabaya dengan mengelompokkan
mulai dari identitas jemaah haji diisi oleh data menggunakan komputer.
kemenag, pelunasan diisi oleh bank, data Analisis data oleh Dinkes Kota
kesehatan diisi oleh puskesmas dan Kantor Surabaya dilakukan oleh tim surveilans
Kesehatan Pelabuhan. kesehatan haji. Analisis data yang dilakukan
Jenis data surveilans kesehatan haji menggunakan beberapa variabel sudah sesuai
untuk dilaporkan melalui siskohatkes adalah dengan kebutuhan. Variabel yang dibutuhkan
data pemeriksaan kesehatan tahap pertama meliputi proporsi jemaah haji berdasarkan
dan pemeriksaan kesehatan tahap kedua. jenis kelamin, usia, status kesehatan, kondisi
Jenis data pemeriksaan tahap pertama yang risti, dan penyakit 10 terbanyak. Hasil dari
dikumpulkan meliputi identitas, riwayat analisis data dibuat dalam bentuk tabel dan
54 The Indonesian Journal of Public Health, Vol. 11 No. 1, Desember 2016: 51–59

grafik. Interpretasi data dilakukan dalam Tabel 2. Rekapitulasi Jawaban Kuesioner


bentuk deskripsi. Responden pad a At r ibut
Diseminasi (penyebaran) informasi Kesederhanaan
yang dilakukan oleh puskesmas melalui
Persentase
web siskohatkes. Diseminasi informasi Jawaban Frekuensi
(%)
oleh Dinkes Kota Surabaya berupa laporan
secara tertulis kepada atasan yaitu kepala Kemudahan
Penerapan definisi
Dinkes Kota Surabaya dan walikota
operasional risiko
Surabaya. Feedback dilakukan oleh Dinkes tinggi
Kota Surabaya kepada puskesmas berupa a. Ya 13 100
pertemuan evaluasi. b. Tidak 0 0
Output sistem surveilans kesehatan Pengisisan format
haji di Dinkes Kota Surabaya menghasilkan laporan
informasi epidemiologi berupa proporsi a. Sulit 3 23,07
jemaah haji berdasarkan jenis kelamin, usia, b. mudah 10 76,92
status kesehatan, kondisi risti, dan penyakit alur pelaporan
10 terbanyak. Informasi epidemiologi a. Sederhana
tersebut dalam bentuk laporan. b. Tidak 4 30,76
Sederhana 9 69,23
Atribut Surveilans Kesehatan Haji di
DinkesKota Surabaya
Kesederhanaan Atribut kesederhanaan dilihat dari
Atribut kesederhanaan dinilai dari aspek definisi operasional dari jemaah haji
sebuah sistem surveilans, terdapat beberapa risiko tinggi, menurut 100% dari 13 responden
indikator yang terkait diantaranya yaitu mudah untuk diterapkan. Berdasarkan hasil
kemudahan penerapan definisi operasional wawancara, responden menyatakan bahwa
jemaah haji risiko tinggi, tingkat kesulitan dalam pengisian format laporan yang
dalam pengisian format laporan dan alur diberikan dalam pelaksanaannya mudah
pelaporan. untuk dilakukan sebesar 76,92%. Hal ini
Atribut kesederhanaan dilihat dari disebabkan karena data diisikan sudah sesuai
aspek definisi operasional dari jemaah haji dengan yang dimasukkan ke siskohatkes,
risiko tinggi, menurut 100% dari 13 responden sedangkan sistem pelaporan yang ada
mudah untuk diterapkan. Berdasarkan sekarang sebagian menyatakan sederhana
hasil wawancara, responden menyatakan dalam pengaplikasiannya yaitu sebesar
bahwa dalam pengisian format laporan yang 30,76%, namun ada yang menyatakan bahwa
diberikan dalam pelaksanaannya mudah sistem pelaporannya tidak sederhana yaitu
untuk dilakukan sebesar 76,92%. Hal ini sebesar 69,23% karena belum terbiasa dengan
disebabkan karena data diisikan sudah sesuai sistem aplikasi yang baru dan pencatatan
dengan yang dimasukkan ke siskohatkes. dilakukan dua kali yaitu dengan tertulis di
Sistem pelaporan yang ada sekarang kertas dan di aplikasi siskohatkes.
sebagian menyatakan sederhana dalam Dapat disimpulkan bahwa hasil
pengaplikasiannya yaitu sebesar 30,76%, penilaian atribut kesederhanaan dalam
namun ada yang menyatakan bahwa sistem pelaksanaan surveilans kesehatan haji
pelaporannya tidak sederhana yaitu sebesar di Dinkes Kota Surabaya adalah belum
69,23% karena belum terbiasa dengan sistem memenuhi atribut kesederhanaan karena
aplikasi yang baru dan pencatatan dilakukan
sistem pelaporan masih dirasakan tidak
dua kali yaitu dengan tertulis di kertas dan
sederhana.
di aplikasi siskohatkes.
Riva Noviyanti, Evaluasi Atribut Kesederhanaan, Ketepatan Waktu… 55

Tabel 3. Rekapitulasi Jawaban Kuesioner Fleksibilitas


pada atribut fleksibilitas oleh Sistem surveilans kesehatan haji
responden secara umum mengalami perubahan.
Persentase Perubahan tersebut diantaranya definisi
Jawaban Frekuensi
(%) operasional jemaah haji risiko tinggi (risti),
Perubahan definisi populasi jemaah haji yang diperiksa dan
operasional alur pelaporan. Hasil rekapitulasi jawaban
a. Terjadi kuesioner pada atribut fleksibilitas oleh
peningkatan
responden dapat dilihat pada tabel 3.
tenaga
- ya 0 0 Perubahan definisi operasional pada
- tidak 13 100 sistem surveilans kesehatan haji di Dinkes
b. Terjadi Kota Surabaya tahun 2015 tidak menyebabkan
peningkatan peningkatan terhadap tenaga, biaya dan
biaya
waktu karena pemeriksaan yang dilakukan
- ya 0 0
- tidak 13 100 pada jemaah dari tahun sebelumnya tidak
c. Terjadi berubah.
peningkatan Perubahan jumlah jemaaah haji yang
waktu diperiksa dan perubahan alur pelaporan
- ya 0 0
menyebabkan peningkatan tenaga yang
- tidak 13 100
dibutuhkan yaitu penambahan jumlah
Perubahan jumlah
jemaah yang diperiksa
tenaga pemeriksa dan tenaga IT untuk
a. Terjadi memasukan data ke siskohatkes. Adanya
peningkatan peningkatan jumlah jemaah yang diperiksa
tenaga juga menyebabkan peningkatan biaya yang
- Ya 2 15,3 dikeluarkan.
- Tidak 11 84,6
b. Terjadi
Sistem surveilans kesehatan haji
peningkatan tahun 2015 di Dinkes Kota Surabaya sudah
biaya f leksibel dalam menyesuaikan dengan
- Ya 2 15,3 perubahan. Perubahan ini menyebabkan
- Tidak 11 84,6 tidak terjadi peningkatan terhadap tenaga,
c. Terjadi
peningkatan
biaya dan waktu.
waktu
- Ya 2 15,3 Ketepatan Waktu
- Tidak 11 84,6 Pemeriksaan kesehatan haji tahap
Perubahan alur pertama dimulai tiga bulan sebelum
pelaporan keberangkatan dan pemeriksaan kesehatan
a. Terjadi peningkatan
tenaga tahap kedua dilaksanakan satu bulan sebelum
- Ya 3 23,07 keberangkatan. Hasil pemeriksaan pada
- Tidak 11 84,6 tahap pertama dan kedua oleh puskesmas
b. Terjadi peningkatan yang masuk dan dimasukkan ke aplikasi
biaya siskohatkes setiap setelah pemeriksaan
- Ya 0 0
- Tidak 13 100 selesai dilakukan. Pelaporan data dilakukan
c. Terjadi peningkatan sewaktu waktu atau sesegera mungkin
waktu setelah pemeriksaan kesehatan selesai
- Ya 3 23,07 dilakukan. Berdasarkan data di Dinkes
- Tidak 11 84,6 Kota Surabaya, pelaporan yang dilakukan
puskesmas sebelum 3 minggu sebelum
embarkasi berjumlah 1949 jemaah haji dan
56 The Indonesian Journal of Public Health, Vol. 11 No. 1, Desember 2016: 51–59

177 jemaah haji dilaporkan setelah 3 minggu 1597 dan sebanyak 1537 jemaah risiko tinggi
sebelum embarkasi, sehingga ketepatan pada tahap kedua. Namun, data mengenai
waktu pelaporan di Dinkes Kota Surabaya jemaah haji risiko tinggi yang benar-benar
adalah sebesar 91,6 %. Dapat disimpulkan risti tidak ada. Sehingga perhitungan nilai
bahwa surveilans kesehatan haji di Dinkes prediktif positif tidak dapat dilakukan.
Kota Surabaya sudah memenuhi target
ketepatan waktu pelaporan yaitu lebih dari Kerepresentatifan
80%. Laporan kegiatan surveilans kesehatan
haji dan karakteristik jemaah haji sudah
Sensitivitas sesuai dengan keadaan pada jemaah haji
Berdasarkan data Dinkes Kota dengan menggambarkan orang dan tempat
Surabaya tahun 2015 jemaah haji dengan pada jemaah haji. Dalam laporan kegiatan
risiko tinggi sebanyak 1597 orang pada sistem surveilans kesehatan haji karakteristik
pemeriksaan pertama dan 1568 orang orang digambarkan dengan kelompok jenis
memiliki penyakit. Pada pemeriksaan kelamin yaitu jemaah haji laki-laki sebesar
tahap kedua jemaah haji dengan risiko 47% dan jemaah haji perempuan sebesar
tinggi sebanyak 1537 orang dan 1526 orang 53%. Karakteristik orang yang digambarkan
memiliki penyakit. Dapat disimpulkan kelompok umur adalah 0,13% (kurang dari
bahwa sistem surveilans kesehatan haji tahun 19 tahun), 2,11% (20–29 tahun), 7,89 % (30-
2015 di Dinkes Kota Surabaya sudah sensitif 39 tahun), 27,82% (40–49 tahun), 38,10 %
dalam mendeteksi jemaah haji risiko tinggi. (50–59 tahun), dan 23,92 % (lebih dari 60
tahun). Karakteristik berdasarkan tempat
Kualitas Data adalah tempat pemeriksaan dilakukan
Atribut kualitas data dalam sistem diseluruh puskesmas di Kota Surabaya.
surveilans kesehatan haji belum terpenuhi. Sistem surveilans kesehatan haji di Dinkes
Data yang masuk dinyatakan lengkap Kota Surabaya sudah memenuhi atribut
dan terjamin kualitasnya karena data kerepresentatifan.
yang diperoleh benar-benar diambil dari
calon jemaah haji dan dilaporkan setelah Stabilitas
pemeriksaan ke aplikasi siskohatkes. Peralatan yang digunakan dalam
“Namun kevalidan data sulit untuk sistem surveilans kesehatan haji adalah
diukur karena masih adanya kasus yang tidak dengan menggunakan komputer kemudian
termonitor misalnya wanita usia subur yang dikirim menggunakan elektromedia dengan
hamil lolos dalam pemeriksaan” (Responden aplikasi siskohatkes. Waktu yang dibutuhkan
1). untuk pengumpulan dan penerimaan data
surveilans kesehatan haji adalah 5–6
Akseptabilitas bulan. Waktu tersebut digunakan untuk
Sistem su r veilans kesehat an pemeriksaan tahap pertama, kegiatan
haji di Dinkes Kota Surabaya sudah posbindu dan pemeriksaan tahap kedua.
dimanfaatkan oleh institusi diluar sistem. “Waktu yang dibutuhkan dalam
Institusi yang memanfaatkan diantaranya melakukan pengaturan terhadap data
adalah Kantor Kesehatan Pelabuhan dan seperti mentransfer atau memindahkan,
Kementerian Agama dengan mengakses web memasukkan, mengedit, menyimpan dan
siskohatkes. mem-back up adalah 30 sampai 40 menit tiap
satu jemaah haji. Waktu yang dibutuhkan
Nilai Prediktif Positif untuk mencetak atau menghasilkan data dari
Berdasarkan data Dinkes Kota siskohatkes selama 10 menit, jika terdapat
Surabaya jumlah jemaah haji risiko tinggi kerusakan pada komputer maupun aplikasi
Kota Surabaya pada tahap pertama sebanyak siskohatkes tiap koordinator surveilans
Riva Noviyanti, Evaluasi Atribut Kesederhanaan, Ketepatan Waktu… 57

kesehatan haji di puskesmas memiliki back kerja pada tingkat keterampilan dan
up data secara tertulis” (Responden 1). keahlian tertentu sesuai dengan jenjang dan
Aplikasi siskohatkes pada awal kualifikasi jabatan atau pekerjaan (Peraturan
penggunaan pernah mengalami masalah Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi
tidak dapat diakses selama 2 minggu karena Republik Indonesia No.8 Tahun 2014). Jadi,
terdapat masalah di server. Penggunaan dengan pelatihan yang sudah diterima oleh
aplikasi siskohatkes sebelumnya petugas responden menyebabkan pengumpulan data
surveilans kesehatan haji mendapatkan menjadi lebih mudah.
sosialisasi yang diselenggarakan oleh Dinkes Berdasarkan hasil penelitian, Jenis
Kota Surabaya. data pemeriksaan tahap pertama yang
dikumpulkan meliputi identitas, riwayat
PEMBAHASAN kesehatan (anamnesis), pemeriksaan
Evaluasi Sistem Surveilans Kesehatan fisik, pemeriksaan penunjang, penilaian
Haji d i Di nkesKot a Surabaya kemandirian dan tes kebugaran. Jenis data
Tahun 2015 berdasarkan Atribut pada pemeriksaan tahap kedua adalah data
Kesederhanaan riwayat kesehatan, kategori risti dan data
Dalam menilai atribut kesederhanaan status kesehatan. Hal ini sudah sesuai dengan
dilihat dari kemudahan melakukan sesuai Pedoman Teknis Pemeriksaan Kesehatan
petunjuknya, kemudahan dalam pengisian Jemaah Haji (2011), yaitu pemeriksaan
format laporan dan kesederhanaan dalam kesehatan dilakukan sesuai protokol standar
alur pelaporan. Berdasarkan hasil penelitian, profesi kedokteran meliputi pemeriksaan
sistem surveilans kesehatan haji di Dinkes medis dasar yaitu anamnesis, pemeriksaan
Kota Surabaya tahun 2015 telah ditemukan fisik, pemeriksaan penunjang, penilaian
pengertian untuk pemeriksaan jemaah kemandirian dan tes kebugaran. Pemeriksaan
haji risiko tinggi pada sistem surveilans kesehatan di Puskesmas seluruhnya
kesehatan haji di Dinkes Kota Surabaya dilakukan oleh dokter dan perawat yang
sederhana dan mudah diterapkan. Petugas memiliki standar profesi kedokteran.
pemeriksa memiliki kemampuan dalam Alur pelaporan dalam sistem
pemeriksaan kesehatan dan pemeriksaan surveilans kesehatan haji tahun 2015 telah
yang dilakukan cukup detail sehingga menggunakan sistem aplikasi siskohatkes.
dapat mendeteksi jemaah yang risiko tinggi. Aplikasi siskohatkes pelaporan data,
Definisi jemaah haji risiko tinggi telah sesuai kompilasi data, analisis dan interpretasi
dengan format yang diperlukan siskohatkes data lebih mudah, langsung, cepat dan tidak
sehingga memudahkan dalam menentukan berbelit dan dilakukan dalam satu aplikasi,
kriteria risti. meski responden masih merasa belum
Sumber data sistem surveilans sederhana.
kesehatan haji mengenai risiko tinggi Kesederhanaan suatu sistem surveilans
berasal dari pemeriksaan tahap pertama dapat dilihat dari struktur yang sederhana
dan kedua yang dilakukan di Puskesmas dan dan mudah untuk dioperasikan. Suatu
dimasukkan kedalam aplikasi siskohatkes. sistem surveilans harus se-sederhana
Dalam penggunaan aplikasi siskohatkes mungkin, tetapi dapat mencapai tujuan.
sebelumnya dilakukan pelatihan di Dinkes Gambaran alur informasi dalam sistem
Kota Surabaya sehingga memudahkan dalam surveilans dapat menolong untuk menilai
memasukan data. kesederhanaan (Noor, 2008). Oleh karena
Pelatihan adalah keseluruhan kegiatan itu, sistem surveilans kesehatan haji di
untuk memberi, memperoleh, meningkatkan, Dinkes Kota Surabaya belum memilki sifat
serta mengembangkan kompetensi kerja, kesederhanaan.
produktivitas disiplin, sikap, dan etos
58 The Indonesian Journal of Public Health, Vol. 11 No. 1, Desember 2016: 51–59

Evaluasi Sistem Surveilans Kesehatan Anal isis, interpretasi data dan


Haji di Dinkes Kota Surabaya Tahun diseminasi informasi
2015 berdasarkan Atribut Ketepatan Hasil penelitian menunjukkan analisis
Waktu dan interpretasi data telah dilakukan setelah
Hasil dari sistem surveilans kesehatan data telah terkumpul seluruhnya. Hasil
haji di Dinkes Kota Surabaya tahun 2015 analisis dan interpretasi disebarluaskan
mengenai atribut ketepatan waktu dapat kepada atasan dan walikota. Dalam menilai
dilihat dari beberapa hal berikut ini. ketepatan waktu juga mempertimbangkan
waktu yang dibutuhkan dalam proses
Pemeriksaan tahap pertama dan pelaporan kepada organisasi kesehatan yang
pemeriksaan tahap kedua bertanggung jawab dalam memberikan upaya
Pada pemeriksaan kesehatan haji pencegahan dan penanggulangan penyakit
tahap pertama dan tahap kedua dilakukan atau masalah kesehatan (Magnus, 2008).
sebelum keberangkatan jemaah haji. Seluruh Faktor yang mempengaruhi ketepatan
puskesmas di Surabaya setelah mendapatkan waktu adalah waktu pelaporan hasil
data mengenai jemaah yang akan berangkat laboratorium kepada dokter atau instansi
ke Tanah Suci mengundang jemaah untuk kesehatan masyarakat, waktu yang
melakukan pemeriksaan. Pemeriksaan tahap dibutuhkan dokter dalam pelaporan kasus
pertama dilaksanakan tiga bulan sebelum kepada instansi kesehatan masyarakat, waktu
keberangkatan yaitu tanggal 7 April dan yang dibutuhkan dalam mengidentifikasi
pemeriksaan tahap kedua dilaksanakan tren, KLB. Faktor yang mempengaruhi
satu bulan sebelum keberangkatan yang proses identifikasi adalah kesederhanaan dan
dilaksanakan serentak di Puskesmas penyampaian kejadian yang berhubungan
Surabaya yaitu tanggal 4–14 Agustus 2015. dengan kesehatan, susunan kepegawaian
Ketepatan waktu mengacu pada seberapa dari instasi kesehatan dan hubungan antara
cepat data dikelola dalam seluruh sistem instansi kesehatan dengan organisasi (CDC,
surveilans dan berapa banyak waktu yang 2001).
dibutuhkan di masing-masing langkah proses
(Klaucke, 1992) Evaluasi Sistem Surveilans Kesehatan
Haji di DinkesKota Surabaya Tahun
Pelaporan data 2015 berdasarkan Atribut Stabilitas
Pelaporan data yang dilakukan Sistem surveilans kesehatan haji di
puskesmas melalui aplikasi siskohatkes. DinkesKota Surabaya sudah menggunakan
Ketepatan waktu pelaporan di Dinkes sistem komputer dengan aplikasi siskohatkes
Kota Surabaya mencapai 91,6%. Ketepatan yang memudahkan dalam memasukkan
waktu pelaporan di Dinkes Kota Surabaya data, editing, menyimpan, dan back-up
memiliki target sebesar 80%, sehingga data. Sistem komputer dengan aplikasi
ketepatan waktu pelaporan sudah mencapai siskohatkes menjadi data terkumpul,
target yang di tetapkan oleh Dinkes Kota terkelola, teratur, tersimpan dengan baik
Surabaya. Ketepatan waktu juga dinilai dan mudah dioperasikan jika sewaktu waktu
dengan jarak antara kejadian suatu peristiwa dibutuhkan. Namun pada tahun 2015 aplikasi
kesehatan dengan pengiriman laporan siskohatkes yang digunakan dalam sistem
kepada pelayan kesehatan, identifikasi wabah surveilans pernah mengalami masalah yaitu
dan pelaksanaan pengendalian penyakit tidak dapat diakses selama 2 minggu. Oleh
berdasarkan laporan tersebut (Klaucke, karena itu, sistem surveilans kesehatan haji
1992). di Dinkes Kota Surabaya belum memenuhi
atribut stabilitas.
Riva Noviyanti, Evaluasi Atribut Kesederhanaan, Ketepatan Waktu… 59

Suatu sistem surveilans yang memiliki dilengkapi literatur tentang surveilans


sifat stabilitas memiliki sifat reliabilitas kesehatan haji. Selain itu petugas yang
tinggi yaitu data terkumpul, terkelola, teratur, sudah mendapatkan pelatihan diwajibkan
tersimpan tanpa kecacatan dan memiliki untuk membagikan hasil pelatihan kepada
sifat availabilitas tinggi yaitu mudah untuk petugas surveilans kesehatan haji lainnya
dioperasikan ketika dibutuhkan (CDC, dan membuat jadwal rencana pemeriksaan
2001). jemaah haji agar pemeriksaan tidak
Pengukuran atribut stabilitas dalam bersamaan dengan pasien umum dan beban
sistem surveilans dilakukan melalui jumlah kerja dokter dan perawat menjadi lebih
kejadian yang tidak terjadwal sebelumnya ringan.
dalam kegiatan yang berhubungan dengan
data dan informasi misalnya kerusakan
DAFTAR PUSTAKA
komputer, biaya yang dikeluarkan dalam
Centers For Disease Control (CDC). 2001.
mengatasi permasalahan sistem, persentase
Updated Guidelines for Evaluating Public
waktu sistem berjalan secara penuh,
Health Surveillance System. MMWR,
waktu yang dibutuhkan sistem untuk
50(RR-13).
mengumpulkan dan menerima data, dan
Dinkes Provinsi Jawa Timur. 2014.
waktu yang dibutuhkan sistem untuk
Penyelenggaraan Kesehatan Haji Provinsi
melakukan manajemen data meliputi transfer,
Jawa Timur 2012-2014. Surabaya: Dinkes
entry, editing, menyimpan dan back up data
Provinsi Jawa Timur.
(CDC, 2001).
Kementerian Kesehatan RI. 2011. Pedoman
Teknis Pemeriksaan Kesehatan Jemaah
SIMPULAN Haji. Jakarta: Kementrian Kesehatan
Penilaian terhadap atribut surveilans RI.
menunjukan bahwa sistem surveilans Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan
kesehatan haji di Dinkes Kota Surabaya tahun Transmigrasi Republik Indonesia
2015 dapat memenuhi atribut fleksibilitas, Nomor 8 Tahun 2004 Tentang Pedoman
ketepatan waktu, sensitifitas, akseptabilitas Penyelenggaraan Pelatihan Berbasis
dan kerepresentatifan. Penilaian terhadap Kompetensi. Jakarta: Kementrian Tenaga
atribut surveilans menunjukkan bahwa Kerja dan Transmigrasi.
sistem surveilans kesehatan haji di Dinkes Keputusan Menteri Kesehatan Republik
Kota Surabaya tahun 2015 belum dapat Indonesia Nomor 442 Tahun 2009 Tentang
memenuhi atribut kesederhanaan, kualitas Pedoman Penyelenggaraan Kesehatan
data dan stabilitas, sedangkan penilaian Haji Indonesia. Jakarta: Kementrian
atribut nilai prediktif positif tidak dapat Kesehatan.
dihitung. Klaucke, D.N. 1992. Evaluating Public
Dinkes Kota Surabaya melakukan Health Surveillance Systems. United
pemantauan secara periodik mengenai States: Library of Congress.
pelaporan data yang dilakukan puskesmas Magnus, M. 2008. Buku Ajar: Epidemiologi
agar mengetahui puskesmas mana yang Penyakit Menular. Jakarta: Kedokteran
pelaporan datanya belum tepat waktu EGC.
sehingga dapat diberikan saran perbaikan, Nazir, M. 1988. Metode Penelitian.
Dinkes Kota Surabaya bekerja sama Darussalam: Ghalia Indonesia.
dengan KBIH se Kota Surabaya untuk Noor, N.N. 2008. Epidemiologi. Jakarta: PT
mensosialisasikan manfaat dari pemeriksaan Rineka Cipta.
kesehatan jemaah haji sehingga diharapkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik
jemaah dapat dilaksanakan tepat waktu, Indonesia Nomor 45 Tahun 2014 Tentang
Dinkes Kota Surabaya melakukan pelatihan Penyelenggaraan Surveilans Kesehatan.
kepada tenaga surveilans kesehatan haji
Jakarta: Kementrian Kesehatan.
mengenai surveilans kesehatan haji dan

You might also like