Pengembangan Media Pembelajaran Berbasis Audio Visual Tentang Pembuatan Koloid
Pengembangan Media Pembelajaran Berbasis Audio Visual Tentang Pembuatan Koloid
net/publication/309228218
CITATIONS READS
20 3,062
1 author:
SEE PROFILE
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
All content following this page was uploaded by Anjar Purba Asmara on 20 June 2017.
Abstract
This is a developing research of learning media which aimed to create media of audio
visual for the practicum of colloid and to get quality score of the media. The creating of
the media has been consulted by two experts of media and three peer reviewers. The
research instrument is questionnaire that contains aspects and criteria of quality scoring.
The scoring had been given by five chemistry teachers at excellent senior high school. The
result of the research is a audio visual media which burnt on CD. It contains practicum
about making of colloid by disperse method and condentation method. Based on the
scoring from reviewer 1, the media is classified to good quality with the mean score is
138.5. The media is classified to very good quality by scoring from reviewer 2. By testing in
classroom, colloid learning by using audio visual media gives more satisfy result than
learning without the media.
Keywords: Audio visual media; Coloid; Dispertion; Condensation
Abstrak
Penelitian pengembangan ini bertujuan untuk menyusun media audio visual tentang
praktikum pembuatan koloid sebagai media pembelajaran mandiri bagi siswa SMA/MA
dan mengetahui kualitas media yang telah disusun. Penyusunan media ini melibatkan
dua orang ahli media dan tiga orang peer reviewer. Instrumen penelitian ini berupa
angket yang berisi aspek dan kriteria penilaian kualitas media. Penilaian dilakukan oleh
reviewer yang terdiri dari lima orang guru kimia SMA unggulan. Hasil penelitian ini
berupa media audio visual yang disimpan dalam CD. Media pembelajaran ini terdiri dari
dua jenis praktikum, yaitu: pembuatan koloid secara dispersi dan pembuatan koloid
secara kondensasi. Berdasarkan penilaian reviewer 1, media ini mempunyai kualitas baik
(B) dengan skor rata-rata 138,5. Berdasarkan penilaian reviewer 2, media ini mempunyai
kualitas sangat baik (SB) dengan skor rata-rata 128,333. Pengujian penggunaan media ini
dalam pembelajaran menunjukkan bahwa pembelajaran menggunakan media audio
visual lebih berhasil dari pada pembelajaran tanpa media ini.
Kata Kunci: Media Audio Visual; Pembuatan Koloid; Dispersi; Kondensasi
Anjar Purba Asmara
PENDAHULUAN
Proses pembelajaran merupakan keterpaduan proses mengajar dan belajar.1
Proses mengajar merupakan penyampaian informasi dari fasilitator pengetahuan
kepada akseptornya. Selain sebagai penyampai informasi kepada siswa, fasilitator
pembelajaran juga sebagai pengatur proses pembelajaran dan lingkungan di dalam
kelas. Proses belajar dipengaruhi oleh faktor-faktor internal dan eksternal. Faktor
internal seperti sikap, pandangan hidup, perasaan senang dan tidak senang,
kebiasaan dan pengalaman pada diri peserta didik. Faktor eksternal merupakan
rangsangan dari luar diri siswa melalui indera yang dimilikinya, terutama
pendengaran dan penglihatan.
Media pembelajaran adalah salah satu contoh faktor eksternal yang dapat
dimanfaatkan untuk meningkatkan efisiensi belajar. Hal itu dapat tercapai karena
media pembelajaran dapat mengatasi berbagai hambatan, antara lain: hambatan
komunikasi, keterbatasan ruang kelas, sikap siswa yang pasif, pengamatan siswa
yang kurang seragam, sifat objek belajar yang kurang khusus sehingga tidak
memungkinkan dipelajari tanpa media, tempat belajar yang terpencil dan
sebagainya.2
Media pembelajaran menempati posisi yang strategis dalam proses
pembelajaran karena menjadi perantara informasi pengetahuan dari guru kepada
siswanya. Banyak manfaat yang diberikan media pembelajaran kepada siswa.
Sudjana & Rivai mengemukakan manfaat media antara lain: menarik perhatian
siswa sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar dan menjadi metode
alternatif dalam belajar karena siswa tidak semata-mata mendapatkan
pembelajaran dari satu sumber.3 Menurut Hamalik, manfaat media pembelajaran
antara lain: meletakkan dasar-dasar yang konkrit untuk berpikir, memperbesar
perhatian siswa, menumbuhkan pemikiran yang teratur dan kontinyu terutama
1
Ni Kadek Sinarwati, “Penerapan Pembelajaran Kooperatif Berdasarkan Tri Kaya Parisudha
untuk Meningkatkan Soft Skills Mahasiswa”, Jurnal Pendidikan dan Pengajaran, 46(3), Oktober 2013,
229-237, Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha, 2013, hal. 230.
2
Nur Hadi Waryanto, “Penggunaan Media Audio Visual dalam Menunjang Pembelajaran”,
Makalah disampaikan dalam kegiatan Pengabdian Masyarakat untuk Guru‐guru MIPA SMA N 1, SMA
N 2 dan SMA N 3 Bantul, Universitas Negeri Yogyakarta, Yogyakarta, 18 Januari 2007, hal. 1.
3
Yunus Suherman, “Pengembangan Media Pembelajaran Bagi ABK”, Makalah
Disampaikan pada Diklat Profesi Guru PLB Wilayah X Jawa Barat Bumi Makmur, Lembang Bandung,
2008, hal. 69.
melalui gambar hidup, dan membantu efisiensi dan keragaman yang lebih banyak
dalam belajar.4
Salah satu jenis media pembelajaran berdasarkan unsur pokok yang
terkandung di dalamnya adalah media audio visual. Menurut Ronal Anderson,
media video adalah rangkaian gambar elektronis yang disertai oleh unsur suara
(audio) serta unsur gambar (visual) yang dituangkan dalam pita video (video tape).5
Rangkaian gambar elektronis tersebut kemudian diputar dengan suatu alat yaitu
video cassette recorder atau video player. Media jenis ini sangat relevan dengan
perkembangan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) saat ini. Hampir semua
informasi dalam segala bidang sudah dapat diubah dan ditampilkan dalam bentuk
digital termasuk bahan pembelajaran. Keadaan seperti ini memungkinkan siswa
dapat melakukan pembelajaran mandiri dengan perangkat TIK yang dimilikinya
tanpa batasan ruang dan waktu.
Kimia merupakan ilmu tentang materi dan perubahan yang terjadi di
dalamnya.6 Ilmu ini menjelaskan materi dari sudut pandang komponen terkecilnya,
yaitu atom dan molekul. Kajian ilmu ini berukuran mikroskopis sehingga sulit bagi
siswa untuk menggambarkan obyek yang dibicarakan. Menurut Tresna Sastrawijaya,
kurikulum ilmu kimia terlalu berat pada komponen teori sehingga melupakan
dimensi manusia dan sosial.7 Hal ini bisa menyebabkan siswa cepat bosan dan tidak
bersemangat dalam pembelajaran kimia. Problematika seperti inilah yang perlu
disiasati dengan media pembelajaran yang mampu menarik perhatian siswa dalam
memahami ilmu kimia.
Salah satu materi dalam pembelajaran kimia adalah koloid. Koloid merupakan
suatu campuran berfase dua, yaitu: fase pendispersi dan fase terdis-persi dengan
ukuran partikel terdispersi berkisar antara 1 nm sampai dengan 100 nm.8 Dilihat
dari definisinya, materi koloid ini sangat abstrak dan sulit untuk dipahami tanpa
adanya model untuk menggambarkan materi ini. Koloid sangat dekat dengan
kehidupan sehari-hari namun tidak jarang ada beberapa siswa masih merasa asing
4
Yunus Suherman, Pengembangan Media .... , hal. 69.
5
Nur Hadi Waryanto, Penggunaan Media ... , hal. 6.
6
Martin S. Sibelberg, Principles of General Chemistry 2nd Edition, New York: McGraw-Hill,
2007, hal. 9.
7
Widha Nur Agastya, “Pengembangan Media Audio Visual Materi Pokok Senyawa
Hidrokarbon bagi Siswa SMA/MA Kelas X Semster 2 Berdasarkan Standar Isi”, Skripsi tidak
diterbitkan, Yogyakarta: FST UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2009, hal. 3.
8
Nivaldo J. Tro, Principles of Chemistry : A Molecular Approach, New Jersey: Pearson
Education, 2010, hal. 109.
dengan materi koloid ini karena terbatasnya media pembelajaran yang digunakan
dalam pembelajaran. Media audio visual dapat digunakan untuk memudahkan
siswa memahami konsep koloid dan menyadarkan siswa bahwa koloid sangat dekat
dengan kehidupan sehari-hari. Media ini mengandung komponen audio yang
dapat menyampaikan informasi pengetahuan seperti halnya penjelasan verbal di
kelas. Media ini juga mengandung video yang menampilkan gerakan dan animasi
dalam menjelaskan materi sehingga dapat membangkitkan kesan pada siswa dan
menarik perhatian mereka.9
PEMBAHASAN
Metode Penelitian
Penelitian ini termasuk ke dalam penelitian R&D (Research and
Development). Penelitian R&D merupakan penelitian yang bertujuan untuk
meghasilkan produk dan menguji keefektifan produk tersebut.10 Penelitian ini
menggunakan model pengembangan yang dijadikan dasar untuk mengembangkan
produk penelitian. Model pengembangan dapat berupa model konseptual, model
teoritik, dan model prosedural. Penelitian yang dilakukan ini menggunakan model
prosedural yang terdiri dari dua tahap, yaitu tahap pengembangan media audio
visual dan tahap penilaian media. Tahap pengembangan media dilakukan di
laboratorium kimia Jurusan Pendidikan Kimia Universitas Negeri Yogyakarta.
Tahap penilaian media dilakukan di lima SMA unggulan di Daerah Istimewa
Yogyakarta, jurusan pendidikan kimia UIN Ar-Raniry, dan penggunaannya di SMA
1 Wonosari.
Model Pengembangan
Model pengembangan dalam penelitian ini menggunakan model Allesi &
Trollip. Stephen Allesi & Stanley R. Trollip mendeskripsikan tahap-tahap dalam
model pengembangan yang meliputi:11
1) Tahap Perencanaan (Planning)
9
Fiskha Ayuningrum, Pengembangan Media Video Pembelajaran untuk Siswa Kelas X
pada Kompetensi Mengolah Soup Kontinental di SMK N 2 Godean, Skripsi tidak diterbitkan,
Yogyakarta: FT Universitas Negeri Yogyakarta, 2012, hal. 6.
10
Sugiyono, Metode Penelitian Tindakan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D,
Bandung: Alfabeta, 2009, hal. 59.
11
Fiskha Ayuningrum, Pengembangan Media .... , hal. 41.
Mulai
Pembuatan storyboard
on going on going
evaluation & Pengambilan gambar, rendering, dan evaluation &
improvisation editing video demonstrasi improvisation
Revisi Revisi
Media audio visual tervalidasi
sesuai sesuai
masukan masukan
Uji kelayakan pada reviewer
Selesai
Gambar 1. Alur penelitian pengembangan media audio visual tentang praktikum pembuatan
koloid.
Angket kedua dinilai oleh mahasiswa pendidikan kimia semester III terdiri dari 8
kriteria dan 31 indikator yang merupakan hasil penyesuaian instrumen penilaian
guru dengan kemampuan analisis mahasiwa.
Penelitian ini menggunakan analisis deskriptif dengan langkah-langkah
sebagai berikut :
(1)Pengubahan nilai reviewer dalam bentuk kualitatif menjadi kuantitatif, dengan
ketentuan sesuai pada Tabel 1.
12
Agus Dwi Ananto, Pengembengan Media Audio Visual tentang Praktikum Reaksi Redoks
dan Elektrokimia sebagai Media Pembelajaran Mandiri Bagi Siswa SMA/MA kelas XII Semester 1,
Skripsi tidak diterbitkan, Yogyakarta: Jurdik Kimia FMIPA UNY, 2008, hal. 37.
SK (Sangat Kurang) 1
K ( kurang ) 2
C ( cukup ) 3
B ( baik ) 4
SB (sangat baik ) 5
Rerata ideal (Mi), simpangan deviasi (SDi), dan skor ideal diperoleh dengan
rumus :
Mi = ½ (skor tertinggi + skor terendah)
SDi = 1/6 (skor tertinggi – skor terendah)
Skor ideal = Mi + 1,5 SDi
13
Agus Dwi Ananto, Pengembengan Media ... , hal. 41.
14
Agus Dwi Ananto, Pengembengan Media ... , hal. 42.
5 Y ≤ 72 Y ≤ 62 Sangat Kurang
15
Triyatun, Upaya Peningkatan Prestasi Belajar Fiqih melalui Metode Action Learning pada
Siswa Kelas II MI Nurul Huda Rejosari Kecamatan Bandongan Kabupaten Magelang Tahun
2011/2012, Skripsi tidak diterbitkan, Salatiga: STAIN Salatiga. 2012, hal.17.
lain dalam bidang yang sama, mengumpulkan data dari sumber lain yang berkaitan
dengan proyek penelitian yang dikerjakan, serta mempelajari faktor-faktor
deskriptif dan historis yang menjadi problematika selanjutnya.16 Langkah-langkah
tersebut dilakukan untuk memetakan bidang kajian yang perlu dikembangkan dan
atau diperbaiki. Referensi yang dipilih adalah referensi tentang materi koloid,
referensi pembuatan media pembelajaran, teknik pembuatan media audio visual,
teknik pengambilan dan pengeditan gambar video, dan teknik pembuatan animasi
menggunakan MacromediaFlash 8.0.
Video yang digunakan dalam media ini adalah video karya sendiri.
Pembuatan video mengikuti tiga tahap: tahap praproduksi, tahap produksi, dan
tahap pascaproduksi.17 Secara garis besar, tahap praproduksi merupakan langkah
perancangan yang meliputi konsep, isi, naskah dan grafis yang dituangkan dalam
storyboard. Storyboard merupakan sketsa gambar untuk menggiring khayalan
seseorang mengikuti gambar-gambar yang tersaji sehingga menghasilkan persepsi
yang sama dalam memahami ide cerita.18
Tahap produksi merupakan tahap pengambilan gambar/ shooting video.
Pengambilan gambar menggunakan Handycam Mini DV dengan teknik
pengambilan gambar eye level view yang berarti kamera sejajar dengan mata obyek
gambar.19 Teknik ini digunakan untuk menggiring siswa agar fokus pada
penjelasan dan demonstrasi model pada video. Tahap pascaproduksi terdiri dari
rendering (pemindahan file video dari kamera ke komputer), editing (penyeleksian
dan pemberian effeck pada video), penambahan animasi, dan video testing. Tahap
pascaproduksi dilaksanakan bertujuan untuk mempersiapkan video yang akan
dimasukkan ke program induknya yaitu MacromediaFlash 8.0.
16
Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta, 2000, hal. 78-79.
17
Muzahranu Zaumar & Ernadi,. Video Pembelajaran Sablon Manual Media Kertas sebagai
Referensi dalam Membuka Peluang Usaha (Studi Kasus : Andy Stempel), Naskah publikasi tidak
diterbitkan, Yogyakarta: STIMIK Amikom, 2012, hal. 6.
18
Anthony R. Curtis, How To Shoot and Edit Video, (online),
(http://www2.uncp.edu/home/acurtis/Courses/ResourcesForCourses/PDFs/How_To_Shoot_and_E
dit_a_Video.pdf, diakses pada tanggal 8 Desember 2014.
19
Muzahranu Zaumar & Ernadi,. Video Pembelajaran ... , hal. 6.
Gambar 2. Diagram alir (flow chart) dalam pemrograman media audio visual meggunakan
program MacromediaFlash.
(a)
(b) (c)
Gambar 3. Contoh tampilan media hasil pengembangan, (a) tampilan menu awal (home); (b)
salah satu video pembuatan koloid; dan (c) contoh soal evaluasi.
Susunan menu yang akan ditampilkan di program induk media audio visual
ditampilkan terlebih dahulu dalam flowchart seperti yang ditampilkan pada Gambar
2.20 Flowchart ini berisi tentang bagan urutan menu tampilan yang disajikan oleh
MacromediaFlash 8.0. Flowchart ini memudahkan penyusunan tampilan dan
pemahaman isi keseluruhan dari media audio visual ini. Pengembangan media ini
menggunakan MacromediaFlash 8.0 karena software ini memiliki kemampuan
menggambar sekaligus menganimasikannya, mudah dipelajari, animasi akan
ditampilkan lebih cepat dari program sejenis dan terlihat halus. Selain itu, flash
juga memiliki kemampuan untuk mengimpor file suara, video maupun file
gambar dari aplikasi lain.21
MacromediaFlash 8.0 memiliki bahasa pemrograman yang memudahkan
interaksi pengguna dengan program tersebut yang dinamakan Actionscript.
Pemrogramannya meliputi pengolahan teks memggunakan bantuan Text Tool pada
Toolbox, penggambaran obyek gambar menggunakan Fill dan Stroke, pembuatan
animasi menggunakan Animasi Motion Tween, penggunaan Navigation untuk
mengontrol perpindahan frame, pengimporan video demonstrasi menggunakan
menu Import Video, dan pembuatan soal evaluasi menggunakan QuizBuilder.
Media yang sudah selesai dirangkai kemudian diubah ke bentuk file dengan tipe
*
exe dengan cara publish to .exe extension agar bisa dibuka di semua prosesor tanpa
.
20
Diadaptasi dari Fiskha Ayuningrum, Pengembangan Media .... , hal. 64.
21
Izham, Dedy, Cara Cepat Belajar Adobe Flash. (online),. http://www.unej.ac.id/files/pdf2/
BAB_1_Pengenalan-Adobe-Flash.pdf, diakses pada tanggal 8 Desember 2014.
Tabel 4. Data Skor Rata-rata Penilaian Reviewer Pertama tentang Kualitas Media
Audio Visual untuk Tiap-tiap Praktikum Pembuatan Koloid
Skor
Skor Rata-
Reviewer Prak. Dispersi Prak. Kondensasi
Total rata
Koloid Koloid
1 142 142 284 142
2 137 133 270 135
3 156 149 305 152,5
4 144 144 288 144
5 120 118 238 119
22
Nur Hadi Waryanto, “Penggunaan Media .... hal. 2.
and improvisation. Tujuannya untuk menjaga agar isi materi dan tampilan
medianya tetap aktual.
(a)
(b)
Gambar 4. Sebaran nilai hasil ulangan siswa (a) kelas eksperimen dan (b) kelas kontrol
Tabel 7. Hasil ulangan harian siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol
Nilai Persentase
Kelas Nilai Tertinggi Nilai Rata-rata
Terendah Ketuntasan
Eksperimen 93 55 76,864 86,364 %
Kontrol 86 58 72,727 72,727 %
Media yang dikembangkan ini termasuk ke dalam bentuk media audio visual
bergerak karena video menampilkan demonstrasi praktikum kimia. Materi yang
effect yang tepat.23 Secara umum, skor rata-rata untuk tiap aspek penilaian tidak
jauh berbeda dengan skor idealnya sesuai data Tabel 5. Hal ini menunjukkan
bahwa materi yang dikemas dalam media ini tepat untuk divideokan karena
mengandung pembelajaran proses. Skor yang berada di bawah skor ideal adalah
aspek tampilan dan aspek tampilan suara. Hal ini menunjukkan bahwa kelemahan
media audio visual ini berada pada segi tampilan medianya. Skor tampilan gambar
memiliki selisih kekurangan yang paling paling besar dibandingkan skor idealnya.
Proses editing dan compressing berkali-kali dapat mengurangi kualitas resolusi
gambar dan suara. Proses ini dilakukan untuk memenuhi kriteria durasi waktu
yang tidak melebihi 20 menit per prqktikum, format sajian yang mengutamakan
penjelasan materi, ketentuan teknis dalam shooting video yang mengedepankan
kejelasan pesan, dan penggunaan sound effect yang disesuaikan dengan tingkat
psikis siswa SMA.
Menurut Ronald Anderson (1994), tujuan pembelajaran menggunakan
media audio visual ini ada tiga, yaitu: tujuan kognitif, tujuan afektif, dan tujuan
psikomotorik.24 Menurutnya, tujuan kognitif untuk mengajarkan pengetahuan
tentang konsep materi pembelajaran dan cara memperoleh pengetahuan tertentu.
Materi pembelajaran dalam media ini telah dikemas dengan acuan standar
kompetensi dan kompetensi dasar yang digunakan guru dalam mengajar. Aspek
ini terukur oleh aspek penilaian A, C, G, dan H. Tujuan afektif untuk mengarahkan
sikap dan emosi yang positif yang terukur pada aspek penilaian B, D, dan E. Tujuan
psikomotorik untuk memberi contoh keterampilan kerja di laboratorium dan
memberikan umpan balik secara visual terhadap keterampilan siswa. Aspek yang
mengukur tujuan ini adalah aspek A, C, D, E, G, dan H.
Media yang telah melewati revisi tahap III lalu dinilai kelayakannya oleh
mahasiswa pendidikan kimia semester III. Mahasiswa memiliki posisi yang
strategis dalam perannya sebagai reviewer ini. Sebagai calon guru, mahasiswa
diasumsikan selalu berpikir kritis dengan idealisme pembelajaran yang baik
melalui media pembelajaran. Pemikiran mereka didukung dengan lingkungan
mereka yang dipenuhi dengan buku kajian pembelajaran. Sebagai pelajar,
mahasiswa mengetahui bagaimana media pembelajaran dapat dijadikan sumber
23
Agus Dwi Ananto, Pengembengan Media ... , hal. 11.
24
Nur Hadi Waryanto, “Penggunaan Media .... hal. 7.
belajar yang baik karena kegiatan rutin dipenuhi dengan proses belajar. Dasar
inilah yang merujuk penelitian ini menggunakan jasa mahasiswa sebagai reviewer
selanjutnya.
Hasil penilaian mahasiswa menunjukkan bahwa media ini tergolong sangat
baik (SB). Skor yang diperoleh sebagaian besar melebihi skor ideal seperti yang
ditampilkan pada Tabel 6. Skor untuk aspek tampilan gambar dan tampilan suara
tetap lebih rendah dari skor ideal karena dalam editing tetap tidak bisa menghindari
pemampatan ukuran file. Pemampatan (compressing) ukuran file ini bertujuan
untuk memudahkan pengeksporan file video ke program MacromediaFlash 8.0 dan
menjaga agar jalannya pemutaran videonya tetap lancar dalam program tersebut.
Konsekuensi yang diperoleh dari tindakan ini adalah kulitas resolusi gambar dan
kualitas suaranya menjadi berkurang. Dari segi materi dan daya penilaian
pembelajaran, mahasiswa menilai media ini sangat baik untuk pembelajaran di
kelas bersama guru maupun mandiri oleh siswa.
Media hasil penilaian mahasiswa selajutnya digunakan dalam pembelajaran
kimia materi koloid di sekolah. Berdasarkan silabus kimia SMA 1 Wonosari, alokasi
waktu pembelajaran materi koloid sebanyak 10 jam pelajaran (5 kali pertemuan)
dimana 1 kali pertemuan akhir untuk ulangan harian. Media ini digunakan
sebanyak 3 kali pertemuan pada pembelajaran koloid di kelas eksperimen. Selain
digunakan sebagai alat bantu pembelajaran, media ini digunakan juga sebagai
sumber belajar siswa di rumah dan alat untuk latihan soal. Kelas kontrol
menggunakan pembelajaran konvensional dengan ceramah dan latihan soal dari
buku cetak. Pertemuan akhir diisi dengan ulangan harian dengan soal uraian yang
sudah tervalidasi sebelumnya.
Hasil ulangan harian menunjukkan bahwa pembelajaran materi koloid
dengan menggunakan media audio visual lebih berhasil dari pada pembelajaran
tanpa menggunakan media audio visual. Keberhasilan ini dilihat dari persentase
ketuntasan klasikal untuk kelas eksperimen (86,364 %) yang melebihi persentase
ambang batas keberhasilan pembelajaran sebesar 75 %. Sebaran nilai kelas
eksperimen juga lebih baik dari pada kelas kontrol seperti yang disajikan pada
Gambar 4. Sebaran nilai kelas eksperimen yang mayoritas di atas nilai 75
menunjukkan bahwa penggunaan media ini mampu membantu siswa menyimpan
pesan melalui bantuan indera penglihat dan pendengar. Pernyataan ini diperkuat
oleh Piran Wiroatmojo dan Sasonohardjo (2002) yang dikutip Agus Dwi Ananto
SIMPULAN
Penelitian ini telah berhasil menyusun media audio visual tentang praktikum
pembuatan koloid sebagai media pembelajaran bagi siswa SMA/MA Kelas XI
Semester 2. Berdasarkan penilaian reviewer 1, media ini mempunyai kualitas baik
(B) dengan skor rata-rata 138,5. Berdasarkan penilaian reviewer 2, media ini
mempunyai kualitas sangat baik (SB) dengan skor rata-rata 128,333. Pengujian
penggunaan media ini dalam pembelajaran menunjukkan bahwa pembelajaran
menggunakan media audio visual lebih berhasil dari pada pembelajaran tanpa
media ini.
DAFTAR PUSTAKA
Agastya, Widha Nur, Pengembangan Media Audio Visual Materi Pokok Senyawa
Hidrokarbon bagi Siswa SMA/MA Kelas X Semster 2 Berdasarkan Standar
Isi, Skripsi tidak diterbitkan, Yogyakarta: FST UIN Sunan Kalijaga
Yogyakarta, 2009.
Ananto, Agus Dwi, Pengembengan Media Audio Visual tentang Praktikum Reaksi
Redoks dan Elektrokimia sebagai Media Pembelajaran Mandiri Bagi Siswa
SMA/MA kelas XII Semester 1, Skripsi tidak diterbitkan, Yogyakarta: Jurdik
Kimia FMIPA UNY, 2008.