NILAI NILAI ISLAM DAN MAKNA SERAKALAN BAGI MASYARAKAT
KENDAIK KEC. SUTI SEMARANG KAB. BENGKAYANG PADA
PROSESI PERNIKAHAN
Khalifatur Rahman
Prodi Pendidikan Agama Islam IAIN Pontianak
Email : [email protected]
Abstract
The randomness that is practiced at the wedding ceremony of the Kendaik Malay community is to read certain articles in the al-
Barzanji Book. This tradition is one of the real manifestations of cultural ritual traditions with religious nuances. which has
survived until now, especially in West Kalimantan. The purpose of this research is to analyze what factors are the causes of the
existence of the Serakalan tradition in the Kendaik Muslim community, describe the procedures for implementing the Serakalan
Reading Tradition, describe what efforts are made by traditional leaders and related communities in preserving the hoarse
tradition, analyzing values from the hoarse tradition. This research is descriptive with qualitative analysis. After the data is
obtained, then it is analyzed according to the technique in accordance with the nature of the data obtained. Primary data were
obtained through observation and interview techniques (primary data) from community leaders and Serakalan actors in
Kendaik. Secondary data were obtained through literature study which is closely related to the tradition of implementing Malay
customs in Kendaik. Based on the results of research in the field, it can be concluded that the most dominant factor causing the
persistence of the Serakalan tradition in the Kendaik Muslim Community wedding ceremony is a cultural factor, namely in the
form of a strong desire from the public in general to preserve the culture and customs itself, the religious spirit factor.
Key words : Serakalan, Wedding reception, Local cultural products
Latar Belakang Leaman, bahwa pada hakikatnya adalah
Tradisi Serakalan atau pembacaan sebuah era yang di dalamnya akal manusia
Kitab Barzanji pada setiap acara pesta memiliki peran utama dalam menentukan
pernikahan masyarakat Melayu muslim, segala aspek kepentingannya, sehingga
merupakan salah satu acara rutin yang masih peran agama yang pada masa lalu begitu
ada sampai hari ini. Era moderenitas yang dominan menjadi semakin tersingkir,
telah menghasilkan dan melahirkan bahkan cenderung ditiadakan fungsinya.
permasalahan baru yang dihadapi oleh umat Lebih jauh menurutnya bahwa, seiring
manusia termasuk umat Islam, sehingga dengan perkembangan waktu, modernitas
agama Islam sebagai suatu realitas budaya dengan salah satu agendanya yang
juga harus mampu menjawab perkembangan cenderung menyingkirkan dan meniadakan
modernitas. Era modernitas menurut Oliver fungsi agama dari realitas budaya manusia
atau bangsa sedang dipertanyakan, dan yang merupakan dua Ulama besar yang
bahkan tidak bisa dibenarkan lagi saat ini. pernah mengukir peradaban, Imam Basuni
Realitas ini disebabkan peran agama pada Imran banyak tulisannya tentang fiqh beliau
saat ini semakin meningkat seiring dengan berguru langsung dengan Muhammad
kesadaran masyarakat muslim untuk Abduh dan Rasyid Ridha, sedangkan Syekh
melestarikan dan memelihara tradisi lokal Ahmad Khatib Assambasi dikenal dengan
yang menjadi kebanggaan turun temurun tokoh pemersatu Tarekat Qadariah wa
atas dasar kesadaran mengaplikasikan nilai- Naqsyabandiah walaupun Tarekat beliau
nilai agama dalam khazanah budaya bangsa. justru berkembang di luar Sambas seperti di
Suryalaya dan Madura. Pelaksanaan Ritual
Pembacaan Assalai/Asyrakal atau
pembacaan serakalan dalam pesta
yang biasa di sebut dengan serakalan yang
pernikahan masyarakat Muslim di
dikenal masyarakat Melayu Kendaik yang
Kabupaten Sambas, biasanya dilakukan di
bertepatan di Kabupaten Bengkayang,
“Tarup” yaitu sebuah panggung yang
Kecamatan Suti Semarang, berasal dari satu
letaknya dibuat di depan rumah maupun di
pekerjaan yang sama yaitu membaca pasal
samping tuan rumah penyelenggara acara
tertentu dalam Kitab alBarzanji. Tradisi ini
pesta pernikahan. Biasanya panjang Tarup
merupakan salah satu bentuk nyata tradisi
tersebut dikenal dengan tuntong yang
ritual budaya yang bernuansa keagamaan
pertuntong panjangnya diukur dengan
yang bertahan sampai saat ini. Banyak
panjang papan kurang lebih berdiameter 4-5
faktor yang mendukung eksistensi
M2[ CITATION Fat \l 1033 ].
pelaksanaan tradisi pembacaan serakalan
diantaranya adalah peran Tokoh adat [ CITATION Moh19 \l 1033 ]Hanya saja
setempat, Tokoh Agama, dan Tokoh saat ini memang kearifan lokal sudah mulai
Budaya. Uniknya tradisi Serakalan dalam terkikis. Salah satu yang menyebabkan
pesta pernikahan masyarakat, seolah-olah terkikis dan sulit untuk dikembangkannya
menjadi kewajiban yang tidak tertulis secara kembali kearifan lokal di tanah Indonesia
formal, baik dalam kitab-kitab Qonûn adalah karena ketakutan atau ketaatan
peninggalan kerajaan kerajaan Islam, dogmatis individu masyarakat Indonesia
maupun dalam tulisan-tulisan peninggalan pada ajaran agama formalnya, selain itu
ulama-ulam seperti Maharaja Imam Basuni kurangnya minat anak bangsa untuk
Imran dan Syekh Ahmad Khatib Assambasi melestarikanya yang lebih memilih acuh tak
acuh kepada budayanya, dan menganggap akan dapat dirasakan. Pembacaan Serakalan
bahwa budaya luar lebih keren dan bagus pada satu sisi dilakukan dengan membaca
untuk diikuti. Bagi masyarakat kita yang kitab Barzanji diiringi dengan tabuhan
mayoritas beragama Islam, budaya terlepas gendang. Para pembaca serakalan biasanya
dari agama dan agama bukanlah produk dari dilakukan secara bergantian. Tidak semua
kebudayaan, tentu saja hal ini tidak yang ada di tarup bisa melantunkan serakal,
sepenuhnya benar, kerena apabila manusia karena perlu latihan khusus dan iramanya
religius menyakini mereka diciptakan oleh pembacaannya juga berbeda dengan mengaji
Tuhan, maka Tuhanlah yang menciptakan biasa. Di dalam pembacaan serakalan
budaya karena manusia adalah ciptaan bisanya dibagi menjadi 3 bagian yaitu
Tuhan. Penalaran semacam ini perlu assalai, rawi dan asyrokal. Tiap tiap bagian
dikembangkan guna membangkitkan memiliki cara atau irama yang berbeda.
kembali minat untuk memelajari kearifan Pada sisi lain, sebagai pelengkap dari ritual
lokal daerahnya masing-masing. Kita pembacaan Serakalan setelah pembacaan
memerlukan sebuah paradigma baru dalam do’a maka paket budaya selanjutnya adalah
membaca kearifan lokal dengan perspektif tradisi Makan Besaprah atau besaprah.
yang berbeda. Hal tersebut tidak lain adalah Tradisi Makan Besaprah memiliki makna
untuk membuka tabir dan menyingkap tirai- duduk sama rendah berdiri sama tinggi,
tirai keluhuran nilai budaya lokal masing- budaya ini sangat kental dengan rasa
masing daerah sehingga tercipta kesadaran kebersamaan dan kesetiakawanan sosial,
yang akan membukakan jati diri sebuah duduk bersila sambil menikmati aneka rasa
bangsa yang berbudaya tinggi karena masakan yang disediakan[ CITATION Moh19 \l
kemajemukan kearifan lokalnya. Nilai 1033 ].
kearifan lokal akan memiliki makna apabila
[ CITATION Moh11 \l 1033 ]
tetap menjadi rujukan dalam mengatasi
Berdasarkan latar belakang di atas, maka
setiap dinamika kehidupan sosial, lebih-
peneliti tertarik untuk meneliti lebih lanjut,
lebih lagi dalam menyikapi berbagai
eksistensi Ritual Serakalan di Kendaik yang
perbedaan yang rentan menimbulkan
merupakan kampung halaman si peneliti,
konflik. Keberadaan nilai kearifan lokal
serta dampaknya terhadap aspek sosial dan
justru akan diuji ditengah-tengah kehidupan
budaya. Penelitian ini juga berasa semakin
sosial yang dinamis. Di situlah sebuah nilai
urgen disaat pengaruh globalisasi dan
modernitas yang sedikit demi sedikit, ini bermaksud untuk mendeskripsikan atau
perlahan tapi pasti mulai dirasakan menggambarkan objek masalah dalam
dampaknya terhadap pelestarian budaya penelitian sesuai dengan fakta. Penelitian
lokal yang selama ini berperan dalam yang bersifat deskriptif merupakan data
menyatukan hati dan perilaku anak bangsa terurai dalam bentuk kata-kata atau gambar-
dalam merajut persaudaraan dan kedamaian. gambar, bukan dalam bentuk angka-angka.
Hal ini dapata kita sadari bersama, semakin Bentuk penelitian yang digunakan dalam
hari semakin jarang kita temui bermain penelitian ini adalah bentuk kualitatif.
bersama menghabiskan hari harinya dengan Penelitian ini memerlukan data-data yang
bersosialisasi ataupun berinteraksi akibat jelas dan ditail untuk menganalisis masalah
dampak sikap egois dan individualis di penelitian. Menurut Moleong, penelitian
tambah penyakit hedonis yang semakin kualitatif adalah penelitian yang bermaksud
tumbuh subur seiring dengan perkembangan untuk memahami fenomena tentang apa
zaman dan pembangunan di Negara kita ini. yang dialami oleh subjek penelitian
misalnya perilaku, persepsi, motivasi,
Metode Penelitian
tindakan dll[ CITATION Mol041 \l 1033 ].
Metode adalah cara mengumpulkan, Berdasarkan pendapat diatas dapat
menganalisis, dan menyajikan data-data disimpulkan bahwa penelitian kualitatif
secara sistematis hingga mencapai tujuan disesuaikan dengan kenyataan yang
yang diinginkan. Metode yang digunakan didukung dengan data yang cukup serta
dalam penelitian ini adalah metode tidak terfokus pada jawaban yang dihitung
deskriptif. Menurut Sugiyono, Penelitian dengan angka. Pendekatan yang digunakan
deskriptif merupakan metode penelitian dalam penelitian ini adalah pendekatan
dengan cara mengumpulkan data-data sesuai etnografi. Istilah entografi dari kata etno
dengan yang sebenarnya, kemudian data- (bangsa) dan graphy(menguraikan).
data tersebut disusun, diolah dan dianalisis Etnografi yang akarnya antropologi, pada
untuk dapat memberikan gambaran dasarnya adalah penelitian mengenai cara
mengenai masalah yang ada[ CITATION orang-orang berinteraksi dan bekerja sama
Sug051 \l 1033 ]. Menurut Spradley melalui fenomena teramati dalam kehidupan
mengatakan analisis dalam penelitian jenis sehari-hari[ CITATION Win16 \l 1033 ]. Oleh
apapun, adalah merupakan cara berfikir. Hal sebab itu, etnografi merupakan salah satu
strategi penelitian kualitatif yang saat peneliti sedang melakukan observasi
didalamnya peneliti menyelidiki suatu langsung di Desa tersebut. Data yang
kelompok kebudayaan dilingkungan yang digunakan dalam penelitian ini adalah data
alamiah dalam periode waktu yang cukup yang berbentuk deskriptif, yang berkaitan
dalam pengumpulan data. Alasan peneliti dengan kesenian Srakalan. Data ini
menggunakan Pendekatan etnografi dalam diperoleh dari hasil observasi, wawancara,
penelitian ini adalah penelitian ini dan dokumentasi pada saat acara tersebut
bersangkutan dengan adat istiadat, tradisi dilaksanakan dan tentang proses
suatu budaya yaitu, tradisi Srakalan dari pengumpulan data. Observasi yang
dulu hingga saat ini, yang berkaitan dengan dilakukan oleh peneliti yaitu dengan
Srakalan pada acara resepsi pernikahan di mengamati langsung kelapangan dimana hal
Desa Kendaik, Kecamatan Suti Semarang hal yang diamati berkaitan dengan srakalan
Kabupaten Bengkayang[ CITATION Moh11 \l pada acara resepsi pernikahan yang ada di
1033 ]. Desa Kendaik, Kecamatan Suti Semarang,
Kabupaten Bengkayang. Dalam proses
Lokasi penelitian dilaksanakan di
pengumpulan data peneliti menggunakan
Desa Kendaik yang merupakan salah satu
observasi pasif, yang mana peneliti datang
desa yang berada dalam Wilayah Kabupaten
di tempat kegiatan orang yang diamati,
Bengkayang. Alasan peneliti memilih
tetapi tidak ikut terlibat dalam kegiatan
kelompok tersebut karena pada kelompok
tersebut. Adapun kegiatan yang dilakukan
kesenian Srakalan di Dusun ini, merupakan
peneliti dalam mengobservasi antara lain
kelompok yang masih aktif dalam kegiatan
sebagai berikut: 1. Mendatangi lokasi
Srakalan dan paling lengkap dibanding
penelitian 2. Mengamati alat musik yang
kelompok kesenian Srakalan di Desa
digunakan dan 3. Mendengar informasi yang
lainnya. Sumber data dalam penelitian ini
berkaitan dengan Srakalan pada acara
adalah kata-kata, tindakan, berkaitan dengan
resepsi pernikahan. Wawancara dilakukan
itu, sumber data dalam penelitian ini adalah
secara terstruktur dan tidak terstruktur,
hasil wawancara oleh beberapa tokoh
karena pertanyaan yang diberikan dapat
seniman yang pernah menjadi pelaku
dikembangkan lebih lanjut dan mendalam.
kesenian Srakalan. Adapun narasumber
Wawancara yang dilakukan dengan
dalam penelitian ini yaitu Supriyadi dan
informan-informan yaitu pemimpin
Romli. Sumber data yang diambil adalah
serakalan dan seniman lainnya. Wawancara Ahmad Muttaqien yang berjudul Barzanji
dengan narasumber utama Supriyadi Bugis dalam Peringatan Maulid: Studi
dilakukan pada tanggal 2 September 2020. Living Hadis di Masyarakat Bugis,
Wawancara yang dilakukan membahas Soppeng, Sul-Sel, dalam penelitian ini
mengenai asal usul grup srakalan yang ada terfokuskan pada bahwa hadis adalah
di Desa Kendaik. Pada tanggal 3 September sumber utama di dalam ajaran Islam dan
2020 peneliti menemui narasumber kedua telah dipraktikan di banyak budaya.
yaitu Romli peneliti juga mewawancarai Karenanya makalah ini berusaha untuk
narasumber kedua untuk menanyakan mengeksplorasi gagasan komunitas
keberadaan musik srakalan dan mengenai masyarakat Bugis baik makna Maulid
alat musik srakalan. Peneliti mewawancarai (perayaan kelahiran Nabi) dan bacaan dari
kembali narasumber utama Supriyadi pada Barzanji-Bugis serta menganalisa akulturasi
tanggal 5 September 2020 untuk melakukan di antara ajaran Islam dengan budaya Bugis
wawancara dan menghimpun data-data dalam bacaan Barzanji di perayaan
supaya lebih lengkap, jumlah anggota dalam Maulid[ CITATION Kha09 \l 1033 ] . Riset ini
grup srakalan, fungsi musik srakalan, pada menggunakan konsep akulturasi budaya
acara apa saja musik srakalan ditampilkan untuk mengeksplorasi secara mendalam dan
selain pada acara resepsi pernikahan. sekilas bagaimana ajaran Islam dan tradisi
Pertemuan terakhir merupakan proses lokal memproduksi praktik religi yang baru.
mengecek kembali data yang telah didapat Makalah ini berkesimpulan bahwa, pertama
melalui wawancara yang telah dilakukan barzanji bagi komunitas masyarakat Bugis
selama penelitian agar mendapatkan data adalah satu dari praktik religi yang dianggap
yang valid[ CITATION Sut07 \l 1033 ]. sebagai tradisi yang suci di dalam perayaan
Maulid. Kedua, barzanji Bugis dibaca saat
perayaan Maulid supaya masyarakat dapat
Kajian Pustaka memahami kitab barzanji secara mudah
1. Penelitian Terdahulu yang terdiri atas sīrah nabawiyyah (sejarah
nabi) dan satu dari fenomena living-hadis.
Ada beberapa penelitian yang
Penelitian kedua dilakukan oleh Sekar Ayu
dilakukan oleh peneliti terkait dengan
Aryani yang berjudul Healthy minded
masalah shalawat diba’i dan barzanji,
religious phenomenon in shalawatan: a
diantaranya penelitian yang dilakukan oleh
study on the three majelis shalawat in Java merupakan daya tarik terbesar bagi jamaah.
dalam penelitian ini terfokuskan pada Hal ini karena selain memiliki kedalaman
Majelis shalawat sebagai sebuah gerakan ilmu agama, para pemimpin karismatik
merupakan fenomena keagamaan yang tersebut juga diberkahi dengan kemerduan
marak di Indonesia khususnya Jawa. suara dan kemampuan bermusik, bahkan
Kehadirannya lebih sebagai spiritualitas humor cerdas juga sering muncul sehingga
urban namun tampil berbeda jika menjadi daya tarik tersendiri bagi jamaah.
dibandingkan majelis dzikir yang terlebih Kedua, dengan mengikuti majeliss halawat,
dahulu populer. Majelis shalawat tidak jamaah merasakan kebahagiaan dan
menunjukkan ciri sendu, muram, dan optimism dalam menatap kehidupan, mereka
tangisan seperti majelis dzikir, namun justru bersikap lebih ekstrovet, berteologi secara
memperlihatkan ciri bahagia, senang, dan lebih bebas, dan merasakan situasi yang
menikmati agama. Karakteristik beragama mendukung untuk perkembangan
yang demikian oleh Clark dan William keberagamaan mereka. Hal-hal tersebut
James disebut healthy mindedness. menandakan bahwa majelis shalawat
[ CITATION Var \l 1033 ]Penelitian ini memiliki karakter healthy-mindedness.
menelusuri apa saja karakteristik majelis Ketiga, motivasi jamaah dalam mengikuti
shalawat yang merupakan indikasi majlis shalawat, yaitu untuk mendapatkan
healthymindedness, kemudian mengungkap jalan keluar yang agamis, menguatkan
pula ragam motivasi yang mendorong silaturahim dan ukhuwah islamiyah, mencari
jamaah mengikuti majelis shalawat. ilmu (thalabul ‘ilmi), dan untuk mencapai
transformasi keagamaan[ CITATION Dep94 \l
Dengan menerapkan metode
1033 ].
kualitatif dan pendekatan Psikologi Agama,
dan dengan interview serta observasi 2. Teori teori
sebagai alat utama pengumpulan data,
Pembacaan Serakalan merupakan
penelitian ini menghasilkan beberapa
ritual yang tidak bisa dilepaskan dari tradisi
temuan. Pertama, sebagai sebuah aktifitas
masyarakat Melayu. Serakalan seperti satu
keagamaan, majelis shalawat cukup
kesatuan yang tidak bisa dipisahkan dari
bergantung dari peran sang tokoh utama
pesta pernikahan yang ada pada masyarakat
pemimpin majelis shalawat. Karisma Habib
Melayu Muslim di Kendaik. Bahkan sampai
Luthfi, Habib Syech, dan Cak Nun
si peneliti ini tidak menemukan satu tulisan dan Asyrokal diiringi dengan tabuhan tar
yang berbicara tentang apa hukuman dan dan gendang[ CITATION Rin \l 1033 ].
sangsi adat jika dalam pesta pernikahan
tidak dilaksanakan serakalan[ CITATION
wah20 \l 1033 ]. Serakalan itu sendiri
merupakan pembacaan Maulid Nabi
Muhammad Saw., yang terangkum dalam
Kitab bernama Berzanji. Adapun tata cara
pelaksanaan pembacaan Serakalan
dilakukan sebelum Kedua Mempelai
disandingkan yang biasanya diiringi dengan Tradisi Serakalan merupakan salah
Tabuhan Tanjidor, atau setelah prosesi satu gambaran budaya masyarakat yang
pernikahan dilaksanakan[ CITATION Nak001 \l menggambarkan kehidupan sosial
1033 ]. Para pembaca serakalan biasanya masyarakat yang rukun dan menunjukkan
dilakukan secara bergantian tidak semua rasa persatuan, sehingga masyarakat tidak
yang ada di tarup bisa melantunkan serakal, mudah untuk dipecah belah. Peran generasi
karena perlu latihan khusus dan irama muda sangat penting dalam melestarikan
pembacaannya juga berbeda dengan mengaji kebudayaan dan hal tersebut dapat
biasa. Di dalam pembacaan serakalan memberikan kontribusi yang sangat besar
bisanya dibagi menjadi 3 bagian yaitu dalam pembangunan bangsa, akan tetapi
assalai, rawi dan asyrokal. Tiap tiap bagian melihat fenomena saat ini terkait dengan
memiliki cara atau irama yang berbeda. banyaknya generasi muda khususnya yang
Pada bagian assalai, pembacaannya tidak paham ketika tradisi Serakalan
dilakukan secara bergantian dalam keadaan dilaksanakan, seperti ketika melantunkan
duduk dan diiringi dengan tabuhan gendang. syair-syair, para generasi muda hanya
Pada bagian pembacaan rawi biasanya mengikuti saja, mereka belum paham akan
dipilih atau ditunjuk orang tertentu. bacaan syair-syair yang dilantunkan
Pembacaan rawi pada tradisi awalnya tidak tersebut. Kekhawatiran yang terjadi jika hal
menggunakan alat musik seperti gendang ini berlangsung terus menerus maka bisa
dan Tar, seiring waktu pembacaan Assalai saja syair-syair yang dilantunkan pada
tradisi Serakalan pada masyaraka akan
menghilang, padahal syair-syair indah yang
dilantunkan pada tradisi Serakalan memiliki
nilai sastra yang tinggi. Melalui sastra,
masyarakat menyampaikan
pikirannya[ CITATION Soe921 \l 1033 ].
Demikian halnya dengan tradisi Serakalan
yang juga merupakan salah satu ciri khas
masyarakat Kendaik karena tradisi
Serakalan bermuatan religius yang masih
berkaitan dengan sastra dan menjadi tradisi
bagi masyarakat, antara tradisi dan sastra
keduanya sama-sama mengungkapkan
sebuah fenomena masyarakat. Dengan gaya
sastranya, tradisi ini memberikan keindahan Adapun, srakalan masih menjadi
pada setiap syair-syairnya, dalam syair-syair salah satu hal yang diperdebatkan diantara
inilah merupakan keunggulan sastranya. para ulama. Dimana sebagian ulama ada
Apabila syair-syair ini dilantunkan, syair yang membolehkan dan sebagian lagi
tersebut bagaikan sihir. Nilai-nilai dan menyatakan srakalan adalah bid’ah (hal
keindahan maknanya dengan ungkapan yang mengada-ngada). Untuk menganalisis
bahasanya dapat menyentuh hingga ke hal tersebut, maka kita perlu memperjelas
dalam jiwa, sehingga, nilai-nilai serta seperti apa kita mendefinisikan srakalan itu.
nasihat-nasihat yang disampaikan akan Jika kita mengartikan itu adalah acara dzikir
mudah dipahami[ CITATION SAr091 \l 1033 ]. maka tidak ragu lagi itu merupakan
perbuatan terlarang. Sebab dzikir dalam
Islam memiliki cara dan tata krama sendiri,
serta dhawabith syar’iyah (patokan-patokan
syariat) yang tidak boleh dilanggar, seperti:
berdzikir hendaknya dengan Al Quran atau
dengan dzikir-dzikir dari Rasulullah,
diperlukan penghayatan, tidak boleh
dinyanyikan, apalagi dengan gendang, tidak
boleh sebagai sarana pamer, harus jelas sering ditampilkan pada acara resepsi
pengucapannya jangan sampai mengubah pernikahan. Supriyadi yang merupakan
arti. Maka, kalau serakalan itu dianggap ketua dari Grup Srakalan di Desa Kendaik
dzikir, ia termasuk hal yang mengada-ada dan sampai sekarang masih aktif Srakalan
dalam syariat islam[ CITATION Agu12 \l 1033 ]. diberbagai acara pernikahan. Pada
pertemuan pertama peneliti mengupas latar
belakang Grup Srakalan yang dipimpin
Dan berdzikirlah kepada Tuhanmu dalam
Supriyadi. Peneliti pertama kali
hatimu dengan merendahkan diri dan rasa
mendapatkan data mengenai musik srakalan.
takut, dan dengan tidak mengeraskan suara,
Beliau menjelaskan bahwa tradisi srakalan
di waktu pagi dan petang, dan janganlah
memang sudah ada sebelum belumnya,
kamu termasuk orang-orang yang lalai."
namun srakalan terdahulu belum
(QS. Al A’raf (7): 205)
menggunakan alat music sekitar pada tahun
70an hanya srakalan yang berbentuk
Namun, jika serakalan dinilai
lantunan syair zikir dan tidak menggunakan
sebagai seni (hiburan) dalam pesta
musik, namun setelah Sahrial(merupakan
perkawinan, maka itu boleh. Karena didalam
tokoh disana) menetap di Desa Kendaik,
Srakalan selain mendoakan, juga mengajak
beliau mulai memperkenalkan alat musik
orang untuk bershalawat. Bahkan Nabi
Srakalan yang ada ditempat asalnya yaitu
Muhammad Saw. pun sangat menyukai seni
dari Desa Sentebang Kecamatan Jawai
dan hiburan, selama itu tidak mengandung
Kabupaten Sambas pada grup Srakalan yang
unsur-unsur syirik dan menyekutukan Allah
ada di Desa Kendaik. Seiring berjalannya
Swt.
waktu grup Srakalan yang ada disana sampai
saat ini masih menggunakan alat
Bapak Supriyadi mengatakan bahwa
musik[ CITATION Sat16 \l 1033 ].
“Srakalan yang ada di Desa Kendaik tidak
hanya ditampilkan pada acara resepsi
pernikahan, namun juga sering ditampilkan 3. Pembahasan
diberbagai acara lainnya seperti syukuran
kelahiran anak, gunting rambut dan acara
lainnya. Serta bentuk penyajiannya juga
tidak berbeda, namun musik srakalan lebih
Menurut pendapat kedua narasumber tumbuhan. Bulan purnama juga dapat
yaitu Bapak Supriyadi dan Sofyan Hadi diartikan sebagai lahirnya Rasullah Saw
“makna yang terkandung dalam bait diatas dengan membawa kebaikan untuk seluruh
ialah. Semoga shalawat dan salam dari allah umat manusia. Menurut narasumber
kepada Nabi kita Muhammad. Semoga allah bintang-bintang memiliki gugusan,
memberikan rahmatnya dan kemuliaan bintangbintang yang dimaksud ialah para
kepada Muhammad. Dengan di sahabat nabi dan para pengikutnya.
lantunkannya ayat ayat sholawat oleh umat Kebaikan dan kelebihan Rasullah telah
islam pengikut Rasullah saw maka sholawat mengalahkan para pendahulunya. Makna
tersebut akan menjadi doa bagi Rasullah saw syair diatas ialah berisikan tentang telah
dan menjadi keberkahan untuk orang itu lahirnya Nabi Muhamma Saw yang
sendiri. Makna syair diatas ialah berisikan memberi kebaikan serta penerangan untuk
tentang Nabi Muhammad dan kemuliaan semua makhluk yang berada dimuka bumi,
yang dimiliki oleh Nabi Muhammad. Maka serta kelebihan dari Nabi Muhammad yang
apabila kita bershalawat kepada nabi sangat mulia dimata semua makhluk ciptaan
Muhammad kita akan mendapatkan Allah Swt.
keberkahan dan kemuliaan dimata Allah
Swt.
Rasullah Saw adalah perantara antara
umat manusia dan Allah Swt. Rasullah Saw
Bulan purnama telah timbul dengan
adalah penolong umat manusia membawa
cahaya yang sempurna di atas langit dan
pada kebaikan kebaikan membawa
mengalahkan seluruh isi yang ada di langit
kerberkahan kepada umatnya. Rasulllah Saw
sehingga planet lainya pun menjadi suram
adalah orang yang mampu meninggikan
termasuk bintang-bintang dan planet-planet
martabat umat islam dengan ajaran yang di
lainnya. Bulan purnama telah memberi
berikannya. Umat islam di selamatkan
penerangan kepada seluruh makhluk Allah
Rasullah Saw dari kebodohan dan di bawa
yaitu alam semesta termasuk semua
jalan yang terang menderang. Makna dari
makhluk hidup manusia, hewan dan
syair diatas ialah berisikan tentang Rasullah
Saw sangat di muliakan oleh umatnya Nabi Yang diberikan oleh Allah Swt. Dari makna
Muhammad adalah penolong bagi umatnya syair Asyroqol dapat disimpulkan bahwa
agar selalu taat kepada perintah Allah Swt. Adapun kesimpulan hasil penelitian ini
sebagai berikut. Serakalan adalah salah satu
kesenian tradisional yang berasal dari
Kalimantan Barat yang memliki syair yang
Allah Swt Maha Pengampun dari menceritakan tentang kelebihan dan
segala kesalahan dan semua dosa perjalanan berdakwah Nabi Muhammad
kemaksiatan yang di lakukan manusia Saw sehingga membangkitkan semangat
selama di dunia. Makna dari syair diatas para pembaca agar lebih mencintai dan
ialah berisikan tentang Allah suka mengagumi Nabi Muhammad
mengampuni. Allah senang memberi ampun, Saw[ CITATION Var \l 1033 ].
maka Tuhan Maha Pengampun atas aneka
Secara garis besar pengertian
kesalahan. Ayat-ayat dalam Surah Az-
berzanji, memiliki makna yang hampir sama
Zumar ini memberi harapan yang sangat
yaitu ibadah yang mengagung- agungkan
besar. Ini menandakan Tuhan berlaku adil.
Allah Swt., pujian dan penghormatan
kepada nabi Muhammad Saw. yang semasa
hidupnya memiliki kepribadian indah dan
mengharukan dan kisah-kisah hidup nabi
Muhammad Saw. sehingga dapat
disimpulkan bahwa kegiatan ini semata-
Sebuah keistimewahan untuk mata beribadah kepada Allah Swt dengan
Rasullah Saw yaitu orang yang sangat mengagung-agungkan nama-Nya dengan
terpuji, sempurna dalam keseluruhan tanpa tidak memiliki maksud lain selain
kecacatan. Mempunyai wajah yang berseri mengharap ridho Allah Swt. Selain itu
seri, bagi setiap orang yang melihat akan berzanji merupakan sebagai bentuk
sangat kagum akan indahan wajah yang di kecintaan kepada nabi Muhammad Saw.
milikinya. Maha besar Allah Swt Sholawat dijelaskan dapat mendatangkan
menciptakan Nabi Muhammad Saw. Makna kemudahan dalam menghadapi berbagai
dari syair diatas ialah berisikan tentang urusan, tercapai segala keinginan dan
kemuliaan yang dimiliki Nabi Muhammad hajatnya serta mempermudah rezeki
seseorang[ CITATION Wah15 \l 1033 ]. Selain justru serakalan ini menjadi salah satu
itu, berzanji (membaca kitab al Barzanji) rangkaian kegiatan resepsi pernikahan, dan
juga menjadi bagian yang tidak lepas dari hingga kini menjadi rangkaian acara wajib
perilaku ibadah orang, demikian juga dalam resepsi pernikahan. Ada juga
diba’an yang sudah berjalan ratusan tahun, sebagian masyarakat yang mengatakan
bahkan ketika membacakannya terdapat bahwa serakalan adalah untuk mengisi acara
ritual yang sangat sakral dan wajib resepsi pernikahan agar meriah. Memang
dijalankan yaitu berdiri dan tidak boleh Pada ritual atau acara lain, syair shalawat ini
menyender ke dinding yang disebut dengan menjadi bacaan pembuka ketika para jamaah
nama “Srakalan” ketika membaca bait dibaiyyah berdiri (mahallul qiyaam) dalam
“Asrokol Badru ‘Alaina”. hal ini sebagai melantunkan kidung berjanji (maulid al-
bentuk penghormtan kepada nabi barzanji). Hal ini merupakan wujud ekspresi
Muhammad Saw yang memiliki kepribadian ta'dzim yang berkaitan erat dengan peristiwa
indah dan mengharukan serta juga terdapat kedatangan rasulullah hijrah di madinah.
kisah kisah kehidupan nabi Muhammad Akan tetapi fenomena di Sambas ini justru
Saw[ CITATION ami98 \l 1033 ]. menjadi tradisi serakalan di setiap acara
syukuran. Dan menjadi tradisi wajib dalam
“Serakalan merupakan ritual
acara resepsi pernikahan. Tokoh masyarakat
keagamaan islam tradisional yang
mengatakan bahwa Acara Pernikahan adalah
mengkombinasikan syair syair pujian
acara yang sakral, merupakan majlis tempat
shalawat kepada Nabi SAWdalam arti lain
berkumpulnya sanak keluarga dan
ritual ini dapat disebut dengan marhabban
masyarakat bersuka cita jadi sudah
atau debaan (maulid adduba`iy), dan yang
sepatutnya pada acara Ini dilantunkan zikir
dibaca adalah shalawatan dari kitab al
dan shalawat ke atas junjungan nabi
Barzanji. “Serakalan dalam pesta pernikahan
Muhanamad saw. Serakalan ini dilakukan
diperkenalkan ke masyarakat Sambas kira-
oleh tamu undangan laki-laki. Perlu
kira pada tahun 1897. Selain sebagai
diketahui bahwa, tamu undangn laki-laki
shalawat ke atas junjungan Nabi
dan perempuan itu dipisah tempat duduknya.
Muhammad saw, menurut salah satu tokoh
Tamu laki-laki biasanya ditempatkan pada
agama di daerah ini, serakalan ditakukan
tarup diluar rumah dan tamu perempuan di
sebagai acara tambahan dari pesta
dalam rumah mempelai. Pelaksanaan
pernikahan, yang kemudian lama kelamaan
Serakalan (pembacaan dzikir nazam) Pada Serakalan adalah kata serapan yang
intinya serakalan salah satu prosesi dalam diambil dari bahasa Arab “Asyraqa”
acara resepsi pernikaha nal yang pertama lengkapnya Asyraqal-Badru Alainaa yang
dilakukan adalah pembukaan acara dari artinya “telah hadir Rembulan di
panitia yang telah ditunjuk sebagai tengahtengah kita”. Kalimat ini menjadi
pembawa acara. Kemudian memberikan bacaan pembuka ketika para Jamaah
waktu kepada tuan rumah atau yang Dibaiyyah berdiri (mahallul qiyaam) dalam
mewakili untuk memberikan sambutan. Dan melantunkan kidung berjanji (Maulid
acara inti selanjutnya adalah serakalan AlBarzanji). Hal ini merupakan wujud
(pembacaan zikir nazam) yang dipimpin ekspresi ta’dzim yang berkaitan erat dengan
oleh panitia, dan pembacaannya ini diiringi peristiwa kedatangan Rasulullah hijrah di
dengan gendang atau rebana, dibaca dengan Madinah. Serakalan merupakan ritual
duduk sela membuat formasi seperti shaf keagamaan Islam tradisional yang
shalat memanjang dan saling berhadapan, mengkombinasikan syair-syair Pujian
dapat digambarkan kegiatannya adalah kepada Allah dan RasulNya. Dalam istilah
sebagai berikut: 1. Pembukaan 2. Sambutan lain ritual ini dapat pula disebut dengan
tuan rumah 3. Acara inti majlis serakalan. Marhabanan atau “debaan” (Maulid Ad-
Setelah itu bisa sampainya serakalan di Desa Diba’iy). Adapun makna syair Asyroqol
Kendaik ini ada seseorang datang yang yang mengandung pujian-pujian kepada nabi
bernama Edi Suryadi kemudian menetap Muhammad SAW silsilah keturunannya
disana lalu mengajarkan masyarakat sejak kehidupanya semasa kanak-kanak,
setempat apa itu serakalan dan bagaimana remaja, dan pemuda. hingga diangkat
proses berlangsungnya acara ini, setalah itu menjadi rasul, bacaan Asyroqol juga
serakalan disajikan untuk mengisi pesta mengisahkan sifat nabi Saw serta
pernikahan atau selamatan”. Ucap dari perjuangannya dalam menyiarkan agama
Bapak Romli dan Supriyadi. islam dan menggambarkan kepribadiannya
yang agung untuk diteladani oleh umat
manusia.
5. Daftar Pustaka
4. Kesimpulan
References
aminudin. (1998). studi tentang makna. Bandung: sinar baru.
Arpan, S. (2009). Saprahan Adat Budaya Melayu Sambas. Sambas: Arpan.
Depdikbud. (1993/1994). Adat Istiadat Kalimantan Barat. Pontianak: Depdikbud.
Faiza, M. (2019). KAJIAN KELOMPOK SHALAWAT DIBA’I DAN BARZANJI.
Khadziq. (2009). Islam Dan Budaya Lokal. Yogyakarta: Sukses Offset.
Moleong. (2004). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Mulyadi, M. (2011). PENELITIAN KUANTITATIF DAN KUALITATIF SERTA. JURNAL STUDI KOMUNIKASI DAN
MEDIA .
Mun`in, F. (n.d.). EKSISTENSI TRADISI PEMBACAAN ASSALAI/ASY’RAKAL.
reza, S. (2016). Kajian Musik Iringan Srakalan Pada Acara Resepsi Pernikahan Di Kecamatan Selakau
Kabupaten Sambas skripsi. Pontianak: Fkip UniversitasTanjungpura.
Rina Apriani, H. S. (n.d.). FUNGSI MUSIK SRAKALAN PADA ACARA RESEPSI PERNIKAHAN.
Setiyawan, A. (2012). BUDAYA LOKAL DALAM PERSPEKTIF AGAMA. ESENSIA .
shin, N. (2000). Musik dan Kosmos: Sebuah Pengantar Etnomusikologi. . Jakarta: Yayasan Obor
Indonesia.
Soedarsono. (1992). Pengantar Apresiasi Seni. Jakarta: Balai Pustaka.
Sugiyono. (2005). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D. . Bandung: Alfabet.
Tedi, S. (2007). Mengungkap Keragaman Budaya. Bandung: PT. Setia Purna Inves.
Varulian, I. A. (n.d.). MAKNA SYAIR ASYROQOL PADA TRADISI SERAKALAN DIACAR PESTA.
Wahab. (2015). Sapa And Base Communication Of Sambas Society: A Case Of Malay-Madurese Post
Conflict 1999-2014. INTERNATIONAL JOURNAL OF SCIENTIFIC & TECHNOLOGY RESEARCH
VOLUME 4, ISSUE 02, FEBRUARY 2015.
wahab, e. (2020). BUDAYA SAPRAHAN MELAYU SAMBAS: ASAL USUL, PROSESI,PROPERTI DAN
PENDIDIKAN AKHLAK. Arfannur: Journal of Islamic Education Volume 1, Nomor 1, 2020.
Windiani. (2016). MENGGUNAKAN METODE ETNOGRAFI DALAM PENELITIAN. Jurnal Sosiologi.