26476-Article Text-87967-2-10-20191107 1
26476-Article Text-87967-2-10-20191107 1
(Vol 7 No. 2 Desember 2019) halaman 102-112 ISSN 2354-5690: E-ISSN 2579-3594
https://doi.org/10.29244/jai.2019.7.2.102-112
email: 1)[email protected]
(Diterima 18 Juli 2019/Disetujui 15 Agustus 2019)
ABSTRACT
Indonesian palm oil plantation industry is confronted with sustainability issues that potentially restrict
trade access in theglobal market. Smallholders are actors who have an important role in palm oil
plantation sustainable development. Theory of Planned Behavior (TPB) and past behavior are used as the
theoretical basis to see the influence of attitude toward sustainability, subjective norm, perceived
behavioral control and past behavior toward smallholders' intention to implement sustainable palm oil
production practices. This study aims to analyze differences in smallholders' intention to implement
sustainable palm oil production practices between independent farmers and plasma farmers. The study
sample consisted of 121 independent farmers and 121 plasma farmers wich is spread across Kampar
Regency. Data collection was done by distributing questionnaires and analyzed using Structural
Equation Modeling (SEM) with Partial Least Square (PLS) program. The result of this study indicates
that attitude toward sustainability, subjective norm, perceived behavioral control and past behavior have
a positive and significant effect on plasma farmers' intention to implement sustainable palm oil
production practices, whereas subjective norm has no effect on the independent farmers' intention to
implement sustainable palm oil production practices.
Keywords: independent farmer, plasma farmer, smallholder’s intention, sustainable palm oil, a theory of
planned behavior
ABSTRAK
Industri perkebunan kelapa sawit di Indonesia dihadapkan dengan berbagai isu keberlanjutan
yang dapat menghambat akses perdagangan di pasar global. Petani kelapa sawit merupakan
aktor yang memiliki peranan penting dalam pembangunan perkebunan kelapa sawit
berkelanjutan. Theory of Planned Behavior (TPB) dan perilaku masa lalu digunakan sebagai
landasan teori untuk melihat pengaruh sikap terhadap keberlanjutan, norma subjektif, persepsi
pengendalian perilaku dan perilaku masa lalu terhadap niat petani swadaya dan petani plasma
untuk menerapkan praktik-praktik produksi kelapa sawit berkelanjutan. Sampel penelitian
terdiri atas 121 orang petani swadaya dan 121 orang petani plasma yang tersebar di Kabupaten
Kampar. Pengumpulan data dilakukan dengan penyebaran kuesioner dan dianalisis
menggunakan Structural Equation Modeling (SEM) dengan program Partial Least Square (PLS).
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sikap terhadap keberlanjutan, norma subjektif,
persepsi kontrol perilaku dan perilaku masa lalu berpengaruh signifikan terhadap niat petani
plasma untuk menerapkan praktik-praktik produksi kelapa sawit berkelanjutan. Sedangkan
pada petani swadaya, variabel norma subjektif tidak memiliki pengaruh terhadap niat petani
menerapkan praktik-praktik produksi kelapa sawit berkelanjutan.
Kata kunci: petani plasma, petani swadaya, kelapa sawit berkelanjutan, perilaku petani, teori
perilaku terencana
102
Fitri Yutika, Eko Ruddy Cahyadi, Heti Mulyati Perilaku Petani Pola Swadaya dan Plasma…
103
Fitri Yutika, Eko Ruddy Cahyadi, Heti Mulyati Perilaku Petani Pola Swadaya dan Plasma…
serta persepsi adanya power pada faktor pengaruh sikap, norma subjektif persepsi
tersebut (control belief) (Ajzen 2005). pengendalian perilaku dan perilaku masa
Niat petani terhadap keberlanjutan lalu terhadap niat petani kelapa sawit pola
dapat diprediksi dengan menggunakan TPB swadaya dan pola plasma dalam melakukan
karena kemampuannya dalam menangani praktik-praktik produksi berkelanjutan di
perilaku kompleks yang menggambarkan kabupaten Kampar.
mekanisme yang membuat orang
mendukung praktik-praktik berkelanjutan METODE
(Yazdanpanah et al. 2014, Menozzi et al. 2015,
LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN
Terano et al. 2015, Zeweld et al. 2017, dan
Penelitian ini dilakukan di
Wiratmadja 2017). Selain itu, pada saat
Kabupaten Kampar, Riau. Pemilihan lokasi
seseorang tidak mampu untuk mengakses
ini dilakukan dengan pertimbangan bahwa
sikap, maka perilaku masa lalu merupakan
kabupaten Kampar merupakan daerah
prediktor untuk perilaku selanjutnya
sentral penghasil kelapa sawit yang
Dharmmesta (2000). Perilaku masa lalu dapat
didominasi oleh perkebunan rakyat, dengan
digunakan sebagai prediktor untuk
jumlah tenaga kerja petani terbesar dan
mempengaruhi niat berperilaku individu,
tingkat produktivitas terendah di Provinsi
selain itu juga dapat melemahkan niat
Riau (Tabel 1). Penelitian ini dilakukan pada
berperilaku (Hagger et al. 2002). Penelitian ini
bulan Januari sampai Mei 2019.
bertujuan untuk menganalisis perbedaan
Tabel 1. Luas area dan produksi kelapa sawit perkebunan rakyat Provinsi Riau tahun 2015
Luas kebun Produktivitas
Provinsi Riau Produksi (ton) Petani (KK)
TM (ha) (ton/ha)
Kabupaten Kampar 179.991 368.247 2.05 85,405
Kabupaten Rokan Hulu 163.147 647.501 3.97 69,225
Kabupaten Rokan Hilir 155.447 509.030 3.27 60,953
Kabupaten Siak 186.239 642.270 3.45 64,326
Kabupaten Pelalawan 115.604 452.530 3.91 40,165
Kabupaten Indragiri Hilir 73.841 198.322 3.68 31,209
Kabupaten Kuantan 61.131 165.931 2.71 42,303
Kabupaten Bengkalis 104.627 298.976 2.85 37,653
Kabupaten Dumai 24.581 80.388 3.27 10,092
Kota Pekanbaru 773 2.855 3.69 704
104
Fitri Yutika, Eko Ruddy Cahyadi, Heti Mulyati Perilaku Petani Pola Swadaya dan Plasma…
wawancara dengan teknik kuesioner antara petani dengan perusahaan swasta atau
terhadap sampel/responden. Sedangkan pemerintah sebagai inti, sedangkan petani
data sekunder merupakan data pendukung pola swadaya adalah petani yang mengelola
yang diperoleh dari studi kepustakaan, data kebun kelapa sawitnya secara mandiri.
statistik dan penelitian terdahulu yang Perusahaan inti membina dan
relevan dengan penelitian. mengembangkan perkebunan plasma,
penyediaan sarana produksi, pemberian
VARIABEL PENELITIAN bimbingan teknis manajemen usaha yang
Variabel dalam penelitian ini diperlukan bagi peningkatan efisiensi dan
menggunakan landasan Theory of Planned produktifitas kebun. Hal ini menyebabkan
Behavior (TPB) dan perilaku masa lalu. petani plasma hanya bergantung pada
Variabel sikap terhadap keberlanjutan program pengelolaan dari KUD dan tidak
dibentuk oleh komponen keyakinan perilaku mengambil keputusan sendiri untuk
dan evaluasi konsekuensi, variabel norma menambah perlakuan ekstra seperti pupuk
subjektif dibentuk oleh komponen keyakinan organik dan POPT secara organik. Sementara
normatif dan motivasi memetuhi, variabel petani swadaya memiliki kewenangan
persepsi pengendalian perilaku dibentuk sendiri untuk menentukan dan mengambil
oleh komponen keyakinan pengendalian dan keputusan pada pengelolaan usaha taninya.
kekuatan faktor pengendali, variabel
perilaku masa lalu dan variabel niat KARAKTERISTIK RESPONDEN
menerapkan praktik-praktik produksi kelapa Tabel 2 menunjukkan tidak terdapat
sawit berkelanjutan (GAP). Variabel-variabel perbedaan nyata (p>0.05) usia, pendidikan
tersebut diukur menggunakan kuesioner dan sumber penghasilan antara responden
dengan skala pengukuran 1 sampai 7. petani swadaya dan petani plasma. Usia
merupakan salah satu faktor yang
ANALISIS DATA mempengaruhi produktivitas bekerja. Usia
Pengolahan data dilakukan dengan produktif secara ekonomi dibagi menjadi 3
menggunakan program softwere Microsoft kelompok, yaitu kelompok usia belum
Office Excel 2013 dan Smart Partial Least Squre produktif (0-14 tahun), kelompok usia
(PLS). Teknik analisis data yang digunakan produktif (15-65 tahun), dan kelompok usia
dalam penelitian ini yaitu analisis deskriptif tidak lagi produktif (>65 tahun). Responden
statistika dan Structural Equation Modeling berada pada usia produktif, dengan rata-rata
(SEM). Hubungan antara prediktor TPB dan usia petani swadaya 49.66 tahun dan petani
perilaku masa lalu dengan niat untuk plasma 47.71 tahun. Artinya responden
menerapkan praktik-praktik keberlanjutan cukup potensial untuk melakukan kegiatan
akan dibahas, dibenarkan, dan diuji secara usaha taninya secara berkelanjutan.
empiris menggunakan teknik pemodelan Responden memiliki tingkat pendidikan
persamaan struktural (SEM) (Wiratmadja yang rendah, dengan rata-rata lama
2017 dan Terano et al. 2015). pendidikan petani swadaya 8.23 tahun dan
petani plasma 8.47 tahun. Hal ini
menunjukkan bahwa responden tidak
HASIL DAN PEMBAHASAN
memiliki ilmu dan wawasan mengenai
GAMBARAN UMUM SAMPEL pertanian berkelanjutan dari pendidikan
PENELITIAN formal. Sebagian besar sumber penghasilan
Responden dalam penelitian ini responden adalah dari usaha tani kelapa
terdiri atas dua jenis pola tani yaitu petani sawit. Rata-rata penghasilan petani swadaya
plasma sebanyak 121 orang (50%) dan petani dari kelapa sawit adalah 85 persen dan
swadaya sebanyak 121 orang (50%). Petani petani plasma 82 persen. baik pola swadaya
pola plasma merupakan program kerja sama (59%) maupun pola plasma (46%). Sumber
105
Fitri Yutika, Eko Ruddy Cahyadi, Heti Mulyati Perilaku Petani Pola Swadaya dan Plasma…
penghasilan tambahan bagi petani swadaya produksi dan kebutuhan hidup petani. Rata-
dan petani plasma adalah usaha dagang rata hasil panen dari kebun petani swadaya
warung atau toko, nelayan, karyawan adalah 1.54 ton/ha, sedangkan rata-rata hasil
perusahaan, serta buruh harian lepas. panen kebun petani plasma adalah 1.78
Tabel 2 juga menunjukkan terdapat ton/ha. Hal ini mengkonfirmasi pernyataan
perbedaan nyata (p<0.05) luas lahan, hasil Edram et al. (2007) bahwa produktivitas
panen dan usia tanaman kelapa sawit antara kebun swadaya lebih rendah dibandingkan
responden petani swadaya dan petani kebun plasma, sehingga membuat petani
plasma. Petani pola swadaya memiliki swadaya mensiasatinya dengan melakukan
bidang lahan lebih luas dibandingkan perluasan lahan. Seluruh kebun responden
dengan pola plasma. Rata-rata luas lahan yang terdata adalah tanaman menghasilkan
kelapa sawit petani swadaya adalah 4.95 (TM). Rata-rata sebaran usia tanaman kelapa
hektar, sedangkan rata-rata luas lahan kelapa sawit milik petani swadaya adalah 17.88
sawit petani plasma adalah 2.98 hektar. Sirait tahun, sedangkan rata-rata usia tanaman
et al. (2013) menyatakan bahwa minimum kelapa sawit petani plasma adalah 22.1
skala usaha untuk perkebunan kelapa sawit tahun. Hal ini menunjukkan bahwa
rakyat adalah 2 sampai 4 hektar. Berarti, responden petani swadaya memiliki kelapa
petani responden memiliki luas kebun yang sawit pada usia ekonomis (<25 tahun).
cukup untuk memenuhi kebutuhan input
106
Fitri Yutika, Eko Ruddy Cahyadi, Heti Mulyati Perilaku Petani Pola Swadaya dan Plasma…
oleh KUD sebagai pemasok pupuk dan kebutuhan perawatan kebun lainnya.
Tabel 3. Uji beda perilaku masa lalu dan niat berperilaku di masa depan responden petani
swadaya
Perilaku Masa Perilaku yang
Uji Beda
Good Agriculture Practices Lalu direncanakan
(p-value)
Mean SD Mean SD
Membuka/membersihkan lahan tanpa bakar 5,47 1,36 6,85 0,57 0,000*
Menggunakan pupuk organik 4,36 2,09 5,42 1,43 0,000*
Mengendalikan organisme pengganggu 2,56 1,34 3,81 1,92 0,000*
tanaman (hama, penyakit dan gulma) secara
organik
Menggunakan bibit bersertifikat 3,38 1,80 5,93 1,41 0,000*
Mengikuti kelompok tani 1,17 0,94 3,85 2,17 0,000*
Menggunakan lahan bebas konflik/ sengketa 6,45 1,12 6,83 0,56 0,000*
Sumber : Data diolah (2019); SD : Standar Deviasi; *signifikan pada p≤0.01
Pada tabel 4 menunjukkan terdapat niat yang cenderung menurun (rata-rata 6.90
perubahan yang signifikan (p≤0.01) dan menjadi 6.50). Hal ini terjadi karena sebagian
positif antara perilaku masa lalu dan perilaku kecil petani plasma merasakan
yang direncanakan oleh responden plasma ketidakpuasan terhadap pola mitra yang
pada praktik-praktik produksi berkelanjutan diikutinya. Pemotongan biaya perawatan
(GAP). Namun, niat petani plasma pada oleh KUD setiap bulannya membuat petani-
praktik pengendalian OPT secara organik petani plasma yang memiliki luas kebun
tergolong rendah (3.91). Sama seperti petani kurang dari 2 hektar menerima pendapatan
swadaya, petani plasma juga masih yang kecil. Oleh karena itu petani plasma
bergantung pada racun kimia untuk harus meningkatkan skala usaha tani kelapa
membasmi gulma. Sedangkan untuk sawitnya dengan melakukan pelebaran
mengendalikan hama dan penyakit pada lahan. Tidak terdapat perubahan yang
tanaman kelapa sawit, petani plasma signifikan (p≥0.01) pada responden plasma
bergantung kepada pengelolaan dari dalam perencanaan perilaku menggunakan
perusahaan lewat KUD. Adanya gejala-gejala lahan bebas konflik. Hal ini terjadi karena 99
hama dan penyakit yang terlihat di kebun persen responden petani plasma sebelumnya
plasma secara langsung akan dilaporkan oleh telah menggunakan lahan bebas konflik dan
kelompok tani ke KUD. Pada praktik bersertifikat BPN.
mengikuti kelompok tani, terjadi perubahan
Tabel 4. Uji beda perilaku masa lalu dan niat berperilaku di masa depan responden petani
plasma
Perilaku Masa Perilaku yang
Uji Beda
Good Agriculture Practices Lalu direncanakan
(p-value)
Mean SD Mean SD
Membuka/membersihkan lahan tanpa bakar 6,26 1,36 6,91 0,57 0,000*
Menggunakan pupuk organik 3,81 2,09 5,28 1,43 0,000*
Mengendalikan organisme pengganggu 2,37 1,34 3,91 1,92 0,000*
tanaman (hama, penyakit dan gulma) secara
organik
107
Fitri Yutika, Eko Ruddy Cahyadi, Heti Mulyati Perilaku Petani Pola Swadaya dan Plasma…
108
Fitri Yutika, Eko Ruddy Cahyadi, Heti Mulyati Perilaku Petani Pola Swadaya dan Plasma…
109
Fitri Yutika, Eko Ruddy Cahyadi, Heti Mulyati Perilaku Petani Pola Swadaya dan Plasma…
secara instan dengan kimiawi. Secara umum untuk mendukung biaya perawatan kelapa
keberadaan hama dan penyakit pada sawit secara berkelanjutan. Upaya
tanaman kelapa sawit tidak disadari oleh peningkatan penghasilan ini dapat dilakukan
petani. Petani menganggap hal itu bukan dengan memanfaatkan kebun kelapa sawit
suatu masalah, sehingga tidak ada sebagai tempat peternakan, hal ini sekaligus
penanganan lebih lanjut. Pembasmian gulma mendukung pengadaan pupuk kandang dan
juga lebih sering dilakukan dengan minimalisasi gulma. Sedangkan keterbatasan
menyemprotkan racun kimia. Hal inilah waktu dapat diatasi jika memiliki cukup
yang menyebabkan petani memiliki niat uang untuk menggunakan bantuan teknologi
yang rendah untuk menggunakan pupuk maupun penambahan tenaga kerja.
dan pengendalian OPT secara organik di Sementara keterbatasan pengetahuan dapat
masa mendatang. Sebagian besar petani didukung dengan adanya pendidikan
plasma telah menggunakan bibit kelapa informal seperti program penyuluhan dan
sawit bersertifikat. Hal ini dikarenakan kerja sosialisasi lewat media massa (televisi, sosial
sama yang dilakukan perusahaan inti dan media, koran, dan lain-lain), hal ini juga akan
kebun plasma, sehingga perusahaan inti meningkatkan kesadaran dan sikap petani
menanami kebun inti dan kebun plasma terhadap keberlanjutan.
dengan benih berkualitas untuk menjaga Peningkatan perilaku keberlanjutan
produktivitas yang berkelanjutan. Sedangkan pada petani swadaya membutuhkan
petani swadaya kurang meyakini kualitas dukungan dari berbagai pihak, seperti
dari benih kelapa sawit yang ditanamnya perusahaan kelapa sawit, program
dahulu, karena diperoleh dari pihak-pihak penyuluhan dan pemerintah. Perusahaan
tidak terpercaya. Menozzi et al. (2015) yang kelapa sawit besar sebaiknya menjadi
menganalisis motivasi petani dalam normative referent/role model bagi petani
menerapkan praktik-praktik produksi swadaya dalam penerapan praktik-praktik
berkelanjutan, yaitu perilaku masa lalu keberlanjutan di kebun kelapa sawit. Dengan
mempengaruhi niat petani untuk melihat perusahaan besar melakukan
menerapkan sebuah perilaku. Dharmmesta praktik-praktik berkelanjutan, maka petani
(2000) juga menyatakan ketika seseorang swadaya akan merespon perilaku tersebut
tidak mampu menentukan sebuah sikap, sebagai sesuatu yang baik untuk dilakukan.
maka kebiasaan-kebiasaan di masa lalu akan Perilaku yang baik atau buruk di lingkungan
dilakukan di masa yang akan datang. sekitar akan menjadi stimulus bagi seseorang
untuk menentukan sebuah perilaku.
IMPLIKASI MANAJERIAL Sebaliknya, petani harus meningkatkan sikap
dan persepsinya terhadap praktik-praktik
Perbedaan pola swadaya dan plasma
keberlanjutan yang dilakukan oleh orang-
telah mempengaruhi niat petani kelapa sawit
orang di sekitarnya. Pemerintah dapat
di Kabupaten Kampar terhadap praktik-
memberikan dukungan terhadap petani
praktik produksi kelapa sawit berkelanjutan.
swadaya, meningkatkan harga sawit,
Meningkatkan sikap terhadap keberlajutan
memperkuat industri hilir, program subsidi
dan persepsi pengendalian perilaku dapat
peremajaan sawit rakyat dalam rangka
meningkatkan niat petani untuk menerapkan
peningkatan produktivitas perkebunan
praktik-praktik berkelanjutan. Petani
rakyat, menyempurnakan sistem
mengakui bahwa menerapkan praktik-
kelembagaan usaha tani melalui
praktik produksi berkelanjutan memerlukan
pembentukan kelompok tani dan KUD.
biaya yang lebih banyak, waktu yang lebih
Program penyuluhan dapat mendidik dan
lama, dan pengetahuan yang lebih tinggi.
menumbuhkan kesadaran petani kelapa
Untuk mengatasi keterbatasan biaya, petani
sawit akan pentingnya menerapkan praktik-
sebaiknya mencari sumber penghasilan lain
praktik keberlanjutan. Program penyuluhan
110
Fitri Yutika, Eko Ruddy Cahyadi, Heti Mulyati Perilaku Petani Pola Swadaya dan Plasma…
111
Fitri Yutika, Eko Ruddy Cahyadi, Heti Mulyati Perilaku Petani Pola Swadaya dan Plasma…
112