0% found this document useful (0 votes)
43 views11 pages

26476-Article Text-87967-2-10-20191107 1

This document summarizes a study analyzing the differences in intention to implement sustainable palm oil production practices between independent smallholder farmers and plasma farmers in Kampar Regency, Riau, Indonesia. The study used the Theory of Planned Behavior and past behavior as a theoretical framework. It analyzed how attitude toward sustainability, subjective norm, perceived behavioral control, and past behavior influence farmers' intention. The results found that for plasma farmers, all factors positively and significantly influenced intention, while for independent farmers, subjective norm did not influence intention. The study used questionnaires with 121 independent farmers and 121 plasma farmers. Data was analyzed using structural equation modeling.

Uploaded by

kiki anderi
Copyright
© © All Rights Reserved
We take content rights seriously. If you suspect this is your content, claim it here.
Available Formats
Download as PDF, TXT or read online on Scribd
0% found this document useful (0 votes)
43 views11 pages

26476-Article Text-87967-2-10-20191107 1

This document summarizes a study analyzing the differences in intention to implement sustainable palm oil production practices between independent smallholder farmers and plasma farmers in Kampar Regency, Riau, Indonesia. The study used the Theory of Planned Behavior and past behavior as a theoretical framework. It analyzed how attitude toward sustainability, subjective norm, perceived behavioral control, and past behavior influence farmers' intention. The results found that for plasma farmers, all factors positively and significantly influenced intention, while for independent farmers, subjective norm did not influence intention. The study used questionnaires with 121 independent farmers and 121 plasma farmers. Data was analyzed using structural equation modeling.

Uploaded by

kiki anderi
Copyright
© © All Rights Reserved
We take content rights seriously. If you suspect this is your content, claim it here.
Available Formats
Download as PDF, TXT or read online on Scribd
You are on page 1/ 11

Jurnal Agribisnis Indonesia (Journal of Indonesian Agribusiness)

(Vol 7 No. 2 Desember 2019) halaman 102-112 ISSN 2354-5690: E-ISSN 2579-3594
https://doi.org/10.29244/jai.2019.7.2.102-112

PERILAKU PETANI POLA SWADAYA DAN PLASMA TERHADAP


PRAKTIK PRODUKSI KELAPA SAWIT BERKELANJUTAN DI
KAMPAR, RIAU

Fitri Yutika1, Eko Ruddy Cahyadi2, Heti Mulyati3


1) Mahasiswa Program Magister Ilmu Manajemen, Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor
2) Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor
3) Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor

email: 1)[email protected]
(Diterima 18 Juli 2019/Disetujui 15 Agustus 2019)

ABSTRACT
Indonesian palm oil plantation industry is confronted with sustainability issues that potentially restrict
trade access in theglobal market. Smallholders are actors who have an important role in palm oil
plantation sustainable development. Theory of Planned Behavior (TPB) and past behavior are used as the
theoretical basis to see the influence of attitude toward sustainability, subjective norm, perceived
behavioral control and past behavior toward smallholders' intention to implement sustainable palm oil
production practices. This study aims to analyze differences in smallholders' intention to implement
sustainable palm oil production practices between independent farmers and plasma farmers. The study
sample consisted of 121 independent farmers and 121 plasma farmers wich is spread across Kampar
Regency. Data collection was done by distributing questionnaires and analyzed using Structural
Equation Modeling (SEM) with Partial Least Square (PLS) program. The result of this study indicates
that attitude toward sustainability, subjective norm, perceived behavioral control and past behavior have
a positive and significant effect on plasma farmers' intention to implement sustainable palm oil
production practices, whereas subjective norm has no effect on the independent farmers' intention to
implement sustainable palm oil production practices.

Keywords: independent farmer, plasma farmer, smallholder’s intention, sustainable palm oil, a theory of
planned behavior

ABSTRAK
Industri perkebunan kelapa sawit di Indonesia dihadapkan dengan berbagai isu keberlanjutan
yang dapat menghambat akses perdagangan di pasar global. Petani kelapa sawit merupakan
aktor yang memiliki peranan penting dalam pembangunan perkebunan kelapa sawit
berkelanjutan. Theory of Planned Behavior (TPB) dan perilaku masa lalu digunakan sebagai
landasan teori untuk melihat pengaruh sikap terhadap keberlanjutan, norma subjektif, persepsi
pengendalian perilaku dan perilaku masa lalu terhadap niat petani swadaya dan petani plasma
untuk menerapkan praktik-praktik produksi kelapa sawit berkelanjutan. Sampel penelitian
terdiri atas 121 orang petani swadaya dan 121 orang petani plasma yang tersebar di Kabupaten
Kampar. Pengumpulan data dilakukan dengan penyebaran kuesioner dan dianalisis
menggunakan Structural Equation Modeling (SEM) dengan program Partial Least Square (PLS).
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sikap terhadap keberlanjutan, norma subjektif,
persepsi kontrol perilaku dan perilaku masa lalu berpengaruh signifikan terhadap niat petani
plasma untuk menerapkan praktik-praktik produksi kelapa sawit berkelanjutan. Sedangkan
pada petani swadaya, variabel norma subjektif tidak memiliki pengaruh terhadap niat petani
menerapkan praktik-praktik produksi kelapa sawit berkelanjutan.

Kata kunci: petani plasma, petani swadaya, kelapa sawit berkelanjutan, perilaku petani, teori
perilaku terencana

102
Fitri Yutika, Eko Ruddy Cahyadi, Heti Mulyati Perilaku Petani Pola Swadaya dan Plasma…

PENDAHULUAN melakukan kampanye negatif terhadap


industri minyak sawit Indonesia. Kampanye
Perkebunan kelapa sawit di
tersebut mempengaruhi opini semua rantai
Indonesia menurut status pengusahaannya
pasok mulai dari konsumen, produsen,
diusahakan oleh perkebunan rakyat
industri dan kelembagaan pendukung,
(smallholders) sebanyak 42,3 persen.
hingga pemerintah (PASPI 2016). Isu
Berdasarkan data Direktorat Jenderal
keberlanjutan ini dapat menghambat akses
Perkebunan (DITJENBUN), perkebunan
pasar komoditas kelapa sawit di pasar
rakyat mengalami peningkatan luas areal
internasional.
perkebunan setiap tahunnya (DITJENBUN
Sertifikasi RSPO (Roundtable
2017). Luas areal perkebunan rakyat akan
Sustainable Palm Oil) dan ISPO (Indonesian
terus meningkat menjadi pemilik pangsa
Sustainable Palm Oil) merupakan standar dan
kepengusahaan kelapa sawit terbesar di
parameter global berkelanjutan untuk
Indonesia. Hal ini dikarenakan terbatasnya
produk-produk yang dihasilkan dari kelapa
lahan yang relatif luas di Indonesia, sehingga
sawit. RSPO dan ISPO memiliki Principles &
membatasi perusahaan besar untuk
Criteria (P&C) yang berfokus pada hukum,
memperluas areal lahan (GAPKI 2017).
ekonomi, lingkungan, kebutuhan sosial
Perkebunan rakyat diusahakan oleh petani
untuk produksi kelapa sawit berkelanjutan
pola plasma dan petani pola swadaya.
(Aikanathan et al. 2011). Di dalam P&C RSPO
Perusahaan inti membina dan
dan ISPO terdapat teknik budidaya dan
mengembangkan perkebunan plasma
pengelolaan kelapa sawit yang baik (Good
penyediaan sarana produksi, pemberian
Agriculture Practices/GAP), yang dapat
bimbingan teknis manajemen usaha,
mendukung pembangunan kelapa sawit
penguasaan dan peningkatan teknologi yang
berkelanjutan secara ekonomi, sosial dan
diperlukan bagi peningkatan efisiensi dan
lingkungan. Pembukaan lahan tanpa bakar,
produktifitas usaha (UU nomor 9 tahun
menggunakan pupuk organik, pengendalian
1995). Sedangkan petani swadaya
organisme pengganggu tanaman (OPT)
merupakan petani yang dengan inisiatif dan
secara organik, menggunakan bibit
biaya sendiri membuka dan mengelola lahan,
bersertifikat, mengikuti kelompok tani, dan
tidak terkait dengan perusahaan tertentu
menggunakan lahan bebas konflik
(Andoko et al. 2013). Petani swadaya murni
merupakan bagian dari praktik-praktik
sama sekali belum memiliki kelembagaan
keberlanjutan pada GAP.
KUD dan kelompok tani, yang disebabkan
Keputusan petani dalam
oleh lemahnya pembinaan oleh instansi,
mengimplementasikan GAP didasari oleh
akibat tidak terdatanya pekebun kelapa sawit
motif-motif dan pertimbangan-pertimbangan
murni (Hadi et al. 2009).
kompleks, yang bukan hanya berkaitan
Petani rakyat sebagai pelaku rantai
dengan aspek ekonomi melainkan lebih
pasok hulu memiliki peranan penting dalam
bersifat psikologis (Hansson et al. 2013).
menciptakan sistem rantai pasok yang
Ajzen mengemukakan Theory of Planned
terintegrasi dalam mengatasi isu
Behavior (TPB) yang menjelaskan tindakan
berkelanjutan dan meningkatkan
manusia dibimbing oleh 3 macam faktor,
produktivitas. Dewasa ini, industri kelapa
yaitu (1) keyakinan (belief) tentang hasil
sawit Indonesia dihadapkan dengan isu
perilaku dan evaluasi terhadap hasil perilaku
keberlanjutan yang menjadi tantangan bagi
(behavior belief), (2) keyakinan tentang
seluruh pelaku rantai pasok, khususnya
harapan normatif dari orang lain dan
petani rakyat sebagai produsen. Menurut
motivasi untuk menuruti dari adanya
Palm Oil Agribusiness Strategic Policy
harapan tersebut (normative belief), dan (3)
Institute (PASPI), sejumlah Lembaga
keyakinan tentang hadirnya faktor yang
Swadaya Masyarakat (LSM) anti sawit
memfasilitasi atau menghambat perilaku,

103
Fitri Yutika, Eko Ruddy Cahyadi, Heti Mulyati Perilaku Petani Pola Swadaya dan Plasma…

serta persepsi adanya power pada faktor pengaruh sikap, norma subjektif persepsi
tersebut (control belief) (Ajzen 2005). pengendalian perilaku dan perilaku masa
Niat petani terhadap keberlanjutan lalu terhadap niat petani kelapa sawit pola
dapat diprediksi dengan menggunakan TPB swadaya dan pola plasma dalam melakukan
karena kemampuannya dalam menangani praktik-praktik produksi berkelanjutan di
perilaku kompleks yang menggambarkan kabupaten Kampar.
mekanisme yang membuat orang
mendukung praktik-praktik berkelanjutan METODE
(Yazdanpanah et al. 2014, Menozzi et al. 2015,
LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN
Terano et al. 2015, Zeweld et al. 2017, dan
Penelitian ini dilakukan di
Wiratmadja 2017). Selain itu, pada saat
Kabupaten Kampar, Riau. Pemilihan lokasi
seseorang tidak mampu untuk mengakses
ini dilakukan dengan pertimbangan bahwa
sikap, maka perilaku masa lalu merupakan
kabupaten Kampar merupakan daerah
prediktor untuk perilaku selanjutnya
sentral penghasil kelapa sawit yang
Dharmmesta (2000). Perilaku masa lalu dapat
didominasi oleh perkebunan rakyat, dengan
digunakan sebagai prediktor untuk
jumlah tenaga kerja petani terbesar dan
mempengaruhi niat berperilaku individu,
tingkat produktivitas terendah di Provinsi
selain itu juga dapat melemahkan niat
Riau (Tabel 1). Penelitian ini dilakukan pada
berperilaku (Hagger et al. 2002). Penelitian ini
bulan Januari sampai Mei 2019.
bertujuan untuk menganalisis perbedaan

Tabel 1. Luas area dan produksi kelapa sawit perkebunan rakyat Provinsi Riau tahun 2015
Luas kebun Produktivitas
Provinsi Riau Produksi (ton) Petani (KK)
TM (ha) (ton/ha)
Kabupaten Kampar 179.991 368.247 2.05 85,405
Kabupaten Rokan Hulu 163.147 647.501 3.97 69,225
Kabupaten Rokan Hilir 155.447 509.030 3.27 60,953
Kabupaten Siak 186.239 642.270 3.45 64,326
Kabupaten Pelalawan 115.604 452.530 3.91 40,165
Kabupaten Indragiri Hilir 73.841 198.322 3.68 31,209
Kabupaten Kuantan 61.131 165.931 2.71 42,303
Kabupaten Bengkalis 104.627 298.976 2.85 37,653
Kabupaten Dumai 24.581 80.388 3.27 10,092
Kota Pekanbaru 773 2.855 3.69 704

Sumber : DITJENBUN (2017); TM: Tanaman Menghasilkan

SAMPEL PENELITIAN plasma. Sehingga total seluruh sampel


Populasi dalam penelitian ini adalah adalah 242 orang. Jumlah sampel yang
petani kelapa sawit pola swadaya dan pola digunakan dalam penelitian ini adalah 121
plasma di perkebunan rakyat Kabupaten orang petani swadaya dan 121 orang petani
Kampar. Jumlah minimal sampel ditentukan plasma. Teknik penentuan sampel dilakukan
berdasarkan rumus slovin dengan tingkat secara convenience, yaitu teknik pengambilan
kepercayaan 95 persen. Berdasarkan sampel berdasarkan kriteria yang telah
perhitungan jumlah minimal yang didapat, dirumuskan peneliti.
maka ditentukan proporsi sampel
berdasarkan persentase jumlah petani dari DATA PENELITIAN
masing-masing kecamatan dikali jumlah Data yang digunakan dalam
minimal sampel. Kemudian jumlah sampel penelitian ini adalah data primer dan data
tiap kecamatan dibagi 2 untuk menentukan sekunder. Data primer merupakan data yang
jumlah sampel petani swadaya dan petani diperoleh secara langsung melalui

104
Fitri Yutika, Eko Ruddy Cahyadi, Heti Mulyati Perilaku Petani Pola Swadaya dan Plasma…

wawancara dengan teknik kuesioner antara petani dengan perusahaan swasta atau
terhadap sampel/responden. Sedangkan pemerintah sebagai inti, sedangkan petani
data sekunder merupakan data pendukung pola swadaya adalah petani yang mengelola
yang diperoleh dari studi kepustakaan, data kebun kelapa sawitnya secara mandiri.
statistik dan penelitian terdahulu yang Perusahaan inti membina dan
relevan dengan penelitian. mengembangkan perkebunan plasma,
penyediaan sarana produksi, pemberian
VARIABEL PENELITIAN bimbingan teknis manajemen usaha yang
Variabel dalam penelitian ini diperlukan bagi peningkatan efisiensi dan
menggunakan landasan Theory of Planned produktifitas kebun. Hal ini menyebabkan
Behavior (TPB) dan perilaku masa lalu. petani plasma hanya bergantung pada
Variabel sikap terhadap keberlanjutan program pengelolaan dari KUD dan tidak
dibentuk oleh komponen keyakinan perilaku mengambil keputusan sendiri untuk
dan evaluasi konsekuensi, variabel norma menambah perlakuan ekstra seperti pupuk
subjektif dibentuk oleh komponen keyakinan organik dan POPT secara organik. Sementara
normatif dan motivasi memetuhi, variabel petani swadaya memiliki kewenangan
persepsi pengendalian perilaku dibentuk sendiri untuk menentukan dan mengambil
oleh komponen keyakinan pengendalian dan keputusan pada pengelolaan usaha taninya.
kekuatan faktor pengendali, variabel
perilaku masa lalu dan variabel niat KARAKTERISTIK RESPONDEN
menerapkan praktik-praktik produksi kelapa Tabel 2 menunjukkan tidak terdapat
sawit berkelanjutan (GAP). Variabel-variabel perbedaan nyata (p>0.05) usia, pendidikan
tersebut diukur menggunakan kuesioner dan sumber penghasilan antara responden
dengan skala pengukuran 1 sampai 7. petani swadaya dan petani plasma. Usia
merupakan salah satu faktor yang
ANALISIS DATA mempengaruhi produktivitas bekerja. Usia
Pengolahan data dilakukan dengan produktif secara ekonomi dibagi menjadi 3
menggunakan program softwere Microsoft kelompok, yaitu kelompok usia belum
Office Excel 2013 dan Smart Partial Least Squre produktif (0-14 tahun), kelompok usia
(PLS). Teknik analisis data yang digunakan produktif (15-65 tahun), dan kelompok usia
dalam penelitian ini yaitu analisis deskriptif tidak lagi produktif (>65 tahun). Responden
statistika dan Structural Equation Modeling berada pada usia produktif, dengan rata-rata
(SEM). Hubungan antara prediktor TPB dan usia petani swadaya 49.66 tahun dan petani
perilaku masa lalu dengan niat untuk plasma 47.71 tahun. Artinya responden
menerapkan praktik-praktik keberlanjutan cukup potensial untuk melakukan kegiatan
akan dibahas, dibenarkan, dan diuji secara usaha taninya secara berkelanjutan.
empiris menggunakan teknik pemodelan Responden memiliki tingkat pendidikan
persamaan struktural (SEM) (Wiratmadja yang rendah, dengan rata-rata lama
2017 dan Terano et al. 2015). pendidikan petani swadaya 8.23 tahun dan
petani plasma 8.47 tahun. Hal ini
menunjukkan bahwa responden tidak
HASIL DAN PEMBAHASAN
memiliki ilmu dan wawasan mengenai
GAMBARAN UMUM SAMPEL pertanian berkelanjutan dari pendidikan
PENELITIAN formal. Sebagian besar sumber penghasilan
Responden dalam penelitian ini responden adalah dari usaha tani kelapa
terdiri atas dua jenis pola tani yaitu petani sawit. Rata-rata penghasilan petani swadaya
plasma sebanyak 121 orang (50%) dan petani dari kelapa sawit adalah 85 persen dan
swadaya sebanyak 121 orang (50%). Petani petani plasma 82 persen. baik pola swadaya
pola plasma merupakan program kerja sama (59%) maupun pola plasma (46%). Sumber

105
Fitri Yutika, Eko Ruddy Cahyadi, Heti Mulyati Perilaku Petani Pola Swadaya dan Plasma…

penghasilan tambahan bagi petani swadaya produksi dan kebutuhan hidup petani. Rata-
dan petani plasma adalah usaha dagang rata hasil panen dari kebun petani swadaya
warung atau toko, nelayan, karyawan adalah 1.54 ton/ha, sedangkan rata-rata hasil
perusahaan, serta buruh harian lepas. panen kebun petani plasma adalah 1.78
Tabel 2 juga menunjukkan terdapat ton/ha. Hal ini mengkonfirmasi pernyataan
perbedaan nyata (p<0.05) luas lahan, hasil Edram et al. (2007) bahwa produktivitas
panen dan usia tanaman kelapa sawit antara kebun swadaya lebih rendah dibandingkan
responden petani swadaya dan petani kebun plasma, sehingga membuat petani
plasma. Petani pola swadaya memiliki swadaya mensiasatinya dengan melakukan
bidang lahan lebih luas dibandingkan perluasan lahan. Seluruh kebun responden
dengan pola plasma. Rata-rata luas lahan yang terdata adalah tanaman menghasilkan
kelapa sawit petani swadaya adalah 4.95 (TM). Rata-rata sebaran usia tanaman kelapa
hektar, sedangkan rata-rata luas lahan kelapa sawit milik petani swadaya adalah 17.88
sawit petani plasma adalah 2.98 hektar. Sirait tahun, sedangkan rata-rata usia tanaman
et al. (2013) menyatakan bahwa minimum kelapa sawit petani plasma adalah 22.1
skala usaha untuk perkebunan kelapa sawit tahun. Hal ini menunjukkan bahwa
rakyat adalah 2 sampai 4 hektar. Berarti, responden petani swadaya memiliki kelapa
petani responden memiliki luas kebun yang sawit pada usia ekonomis (<25 tahun).
cukup untuk memenuhi kebutuhan input

Tabel 2. Karakteristik responden dan kebun sawit responden


Swadaya Plasma
Karakteristik P-value
Mean SD Mean SD
Usia (tahun) 49,66 10,49 47,71 10,27 0,072
Pendidikan (tahun) 8,23 3,98 8,47 4,32 0,327
Sumber penghasilan dari sawit (%) 85 19,57 82 18,76 0,114
Luas lahan (ha) 4,95 6,06 2,98 2,41 0,000*
Hasil panen (ton/ha) 1,54 0,41 1,78 0,35 0,000*
Usia tanaman sawit (tahun) 17,88 5,06 22,19 1,81 0,000*
Sumber : Data diolah (2019); SD : Standar Deviasi; *signifikan pada p<0.05

PERBEDAAN PERILAKU MASA LALU secara organik (3.81) dan mengikuti


DAN PERILAKU YANG kelompok tani (3.85). Keterbatasan uang dan
DIRENCANAKAN pengetahuan menyebabkan petani swadaya
Analisis uji beda dilakukan terhadap memiliki niat yang rendah untuk melakukan
perilaku masa lalu dan perilaku yang praktik pengendalian OPT secara organik.
direncanakan (niat) untuk menjelaskan Petani swadaya tidak mengerti
perubahan perilaku responden dalam mengendalikan OPT dengan meggunakan
menerapkan praktik-praktik keberlanjutan. musuh alami (parasitoid, predator dan agen
Tabel 3 menunjukkan bahwa terdapat hayati). Selain itu, petani swadaya juga masih
perubahan yang signifikan (p≤0.01) dan bergantung pada racun kimia untuk
positif antara perilaku masa lalu dan perilaku membasmi gulma. Petani swadaya juga
yang direncanakan oleh responden swadaya kurang tertarik untuk mengikuti kelompok
pada semua praktik-praktik produksi tani karena menurutnya, mengikuti
berkelanjutan (GAP). Artinya responden kelompok tani akan mengurangi pendapatan
swadaya memiliki kesiapan untuk berubah dari hasil kebun kelapa sawit. Hal ini
dalam aspek keberlanjutan perkebunan dikarenakan oleh biaya pengelolaan dan
kelapa sawit. Namun, terdapat niat yang perawatan kebun akan dipotong dari hasil
rendah pada praktik pengendalian OPT panen yang diterima petani tiap bulannnya

106
Fitri Yutika, Eko Ruddy Cahyadi, Heti Mulyati Perilaku Petani Pola Swadaya dan Plasma…

oleh KUD sebagai pemasok pupuk dan kebutuhan perawatan kebun lainnya.

Tabel 3. Uji beda perilaku masa lalu dan niat berperilaku di masa depan responden petani
swadaya
Perilaku Masa Perilaku yang
Uji Beda
Good Agriculture Practices Lalu direncanakan
(p-value)
Mean SD Mean SD
Membuka/membersihkan lahan tanpa bakar 5,47 1,36 6,85 0,57 0,000*
Menggunakan pupuk organik 4,36 2,09 5,42 1,43 0,000*
Mengendalikan organisme pengganggu 2,56 1,34 3,81 1,92 0,000*
tanaman (hama, penyakit dan gulma) secara
organik
Menggunakan bibit bersertifikat 3,38 1,80 5,93 1,41 0,000*
Mengikuti kelompok tani 1,17 0,94 3,85 2,17 0,000*
Menggunakan lahan bebas konflik/ sengketa 6,45 1,12 6,83 0,56 0,000*
Sumber : Data diolah (2019); SD : Standar Deviasi; *signifikan pada p≤0.01

Pada tabel 4 menunjukkan terdapat niat yang cenderung menurun (rata-rata 6.90
perubahan yang signifikan (p≤0.01) dan menjadi 6.50). Hal ini terjadi karena sebagian
positif antara perilaku masa lalu dan perilaku kecil petani plasma merasakan
yang direncanakan oleh responden plasma ketidakpuasan terhadap pola mitra yang
pada praktik-praktik produksi berkelanjutan diikutinya. Pemotongan biaya perawatan
(GAP). Namun, niat petani plasma pada oleh KUD setiap bulannya membuat petani-
praktik pengendalian OPT secara organik petani plasma yang memiliki luas kebun
tergolong rendah (3.91). Sama seperti petani kurang dari 2 hektar menerima pendapatan
swadaya, petani plasma juga masih yang kecil. Oleh karena itu petani plasma
bergantung pada racun kimia untuk harus meningkatkan skala usaha tani kelapa
membasmi gulma. Sedangkan untuk sawitnya dengan melakukan pelebaran
mengendalikan hama dan penyakit pada lahan. Tidak terdapat perubahan yang
tanaman kelapa sawit, petani plasma signifikan (p≥0.01) pada responden plasma
bergantung kepada pengelolaan dari dalam perencanaan perilaku menggunakan
perusahaan lewat KUD. Adanya gejala-gejala lahan bebas konflik. Hal ini terjadi karena 99
hama dan penyakit yang terlihat di kebun persen responden petani plasma sebelumnya
plasma secara langsung akan dilaporkan oleh telah menggunakan lahan bebas konflik dan
kelompok tani ke KUD. Pada praktik bersertifikat BPN.
mengikuti kelompok tani, terjadi perubahan

Tabel 4. Uji beda perilaku masa lalu dan niat berperilaku di masa depan responden petani
plasma
Perilaku Masa Perilaku yang
Uji Beda
Good Agriculture Practices Lalu direncanakan
(p-value)
Mean SD Mean SD
Membuka/membersihkan lahan tanpa bakar 6,26 1,36 6,91 0,57 0,000*
Menggunakan pupuk organik 3,81 2,09 5,28 1,43 0,000*
Mengendalikan organisme pengganggu 2,37 1,34 3,91 1,92 0,000*
tanaman (hama, penyakit dan gulma) secara
organik

107
Fitri Yutika, Eko Ruddy Cahyadi, Heti Mulyati Perilaku Petani Pola Swadaya dan Plasma…

Menggunakan bibit bersertifikat 5,52 1,80 6,05 1,41 0,000*


Mengikuti kelompok tani 6,90 0,94 6,50 2,17 0,003*,**
Menggunakan lahan bebas konflik/sengketa 6,90 1,12 6,95 0,56 0,078
Sumber : Data diolah (2019); SD : Standar Deviasi; *signifikan pada p≤0.01; **perubahan menurun

ANALISIS PERBANDINGAN NIAT


PETANI SWADAYA DAN PETANI Hasil pengujian path coefficient pada
PLASMA TERHADAP PRAKTIK model struktural petani swadaya dan petani
PRODUKSI KELAPA SAWIT plasma menunjukkan hasil yang berbeda.
BERKELANJUTAN DENGAN SEM-PLS Petani swadaya dan petani plasma memiliki
faktor-faktor yang berbeda dalam
Pengujian model struktural dengan mempengaruhi niatnya melakukan praktik-
PLS dilakukan untuk mengukur pengaruh praktik keberlanjutan. Gambar 1
variabel independen terhadap variabel menunjukkan bahwa pada petani swadaya,
dependen. Analisis outer model menunjukkan variabel sikap, persepsi dan perilaku masa
bahwa nilai R2 untuk model struktural petani lalu memiliki pengaruh yang positif dan
swadaya adalah 0.41 dan petani plasma 0.43. signifikan terhadap niat petani swadaya
Artinya variabel sikap, norma subjektif, untuk menerapkan praktik-praktik
persepsi dan perilaku masa lalu dapat berkelanjutan. Sedangkan variabel norma
menjelaskan dan mempengaruhi niat subjektif bukan merupakan prediktor yang
menerapkan GAP sebesar 41 persen pada dapat mempengaruhi niat petani swadaya
petani swadaya dan 43 persen pada petani untuk menerapkan praktik-praktik
plasma, sisanya 59 dan 57 persen dijelaskan berkelanjutan. Pada petani plasma, variabel
oleh variabel-variabel lain diluar model norma subjektif, persepsi pengendalian
penelitian. Pengujian path coefficient perilaku dan perilaku masa lalu memiliki
dilakukan untuk mengukur pengaruh antar pengaruh yang positif dan signifikan
variabel konstruk. Nilai t-statistik lebih dari terhadap niat petani plasma untuk
1.96 dengan alpha 5 persen menunjukkan menerapkan praktik-praktik berkelanjutan.
terdapat pengaruh antara variabel konstruk. Sedangkan variabel sikap tidak berpengaruh
Gambar 1 dan Gambar 2 menunjukkan terhadap niat petani plasma menerapkan
perbedaan hasil pengujian path coefficient praktik-praktik keberlanjutan (Gambar 2).
pada responden petani swadaya dan petani
plasma.

Gambar 2. Hasil Path Coefficients model


Gambar 1. Hasil Path Coefficients model
struktural petani pola plasma
struktural petani pola swadaya Sumber : Data diolah (2019);
Sumber : Data diolah (2019); Keterangan: t-statistik (Original Sample)
Keterangan: t-statistik (Original Sample) *signifikan pada t-statistik >1.96 alpha 5%
*signifikan pada t-statistik >1.96 alpha 5%

108
Fitri Yutika, Eko Ruddy Cahyadi, Heti Mulyati Perilaku Petani Pola Swadaya dan Plasma…

Variabel sikap terhadap plasma memiliki perusahaan inti sebagai


keberlanjutan mempengaruhi niat petani pengelola dan pengambil keputusan dalam
swadaya dan tidak mempengaruhi niat semua aktivitas produksi kelapa sawit.
petani plasma. Hal ini menunjukkan bahwa Pengaruh sosial tersebut mempengeruhi
dari dalam diri petani swadaya menyadari petani plasma dalam merencanakan perilaku
dan meyakini pentingnya menerapkan (Wiratmadja 2017 dan Zeweld et al. 2017).
praktik-praktik keberlanjutan dalam aktivitas Petani swadaya memiliki keinginan untuk
produksi kelapa sawit. Penelitian yang melakukan praktik-praktik keberlanjutan
dilakukan oleh Menozzi et al. (2015), Terano namun pengaruh-pengaruh dari
et al. (2015) dan Zeweld et al. (2017) juga lingkungannya tidak memberikan nilai
menunjukkan bahwa niat melakukan praktik positif. Sehingga petani swadaya tidak
pertanian berkelanjutan dipengaruhi oleh memiliki pengaruh sosial untuk
sikap terhadap keberlanjutan. Sedangkan merencanakan perilakunya (Menozzi et al.
pada petani plasma, tidak terdapat faktor 2015 dan Terano et al. 2015).
keyakinan dari dalam diri untuk menerapkan Petani swadaya dan plasma
praktik keberlanjutan. Selama ini petani menyadari bahwa perilaku menerapkan
plasma menyerahkan kebunnya dikelola oleh praktik-praktik keberlanjutan memerlukan
uang, waktu dan pengetahuan. Harga pupuk
perusahaan, sehingga petani plasma menjadi
organik cenderung lebih mahal karena sulit
kurang peduli terhadap keberlanjutan kebun
didapatkan dan juga membutuhkan biaya
kelapa sawitnya. operasional lebih banyak. Pengendalian OPT
Petani swadaya meyakini bahwa secara manual dan organik harus
menggunakan pupuk organik dan menghabiskan biaya besar untuk menambah
pengendalian OPT secara organik dapat tenaga kerja, menambah mesin dan alat kerja,
melindungi kualitas tanah, meningkatkan dan bahan-bahan organik lainnya. Jika tidak,
kesuburan tanaman kelapa sawit dan membuat pupuk organik dan pengendalian
meningkatkan produktivitas kebun. OPT secara organik dapat dilakukan sendiri,
Sementara petani plasma cenderung namun diperlukan pengetahuan untuk
mengandalkan pupuk kimia yang disediakan mengerjakannya. Benih kelapa sawit yang
oleh koperasi, tanpa berinisiatif untuk bersertifikat harganya lebih mahal dan tidak
menambah pupuk dan pengendalian OPT mudah untuk mendapatkan benih yang asli,
secara organik. Selain itu petani swadaya maka diperlukan biaya besar dan
meyakini bahwa menggunakan bibit yang pengetahuan untuk mendapatkannya.
bersertifikat akan meningkatkan Semakin kuat faktor-faktor pengendali
produktivitas kelapa sawit. Berdasarkan data perilaku tersebut maka semakin tinggi niat
penelitian, sebagian besar petani plasma petani responden untuk menerapkan praktik-
telah menggunakan bibit bersertifikat. Hal ini praktik produksi. Niat melakukan praktik
dikarenakan oleh kerja sama yang dilakukan pertanian berkelanjutan dipengaruhi oleh
perusahaan inti dengan anggota plasma, persepsi pengendalian perilaku
sehingga perusahaan menanami kebun inti berkelanjutan (Terano et al. 2015, Wiratmadja
dan kebun plasma dengan benih yang 2017 dan Zeweld et al. 2017).
bersertifikat sebagai bagian dari standar Perilaku masa lalu mencerminkan
operasional perusahaan dan untuk menjaga kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan petani
produktivitas yang berkelanjutan. Sementara dalam aktivitas produksi kelapa sawitnya.
rata-rata petani swadaya hanya
Berdasarkan data penelitian, petani plasma
menggunakan bibit biasa yang diperoleh dari
pihak-pihak yang tidak berlisensi, sehingga dan swadaya kurang menerapkan praktik
petani swadaya memiliki produktivitas lebih penggunaan pupuk organik dan
rendah dibandingkan dengan petani plasma. pengendalian OPT secara organik. Petani
Variabel norma subjektif cenderung lebih suka menggunakan pupuk
berpengaruh signifikan terhadap niat petani kimia karena lebih mudah didapatkan serta
plasma dan tidak mempengaruhi niat petani mudah dan cepat diaplikasikan ke kebun
swadaya. Hal ini terjadi karena petani kelapa sawit. Pengendalian OPT dilakukan

109
Fitri Yutika, Eko Ruddy Cahyadi, Heti Mulyati Perilaku Petani Pola Swadaya dan Plasma…

secara instan dengan kimiawi. Secara umum untuk mendukung biaya perawatan kelapa
keberadaan hama dan penyakit pada sawit secara berkelanjutan. Upaya
tanaman kelapa sawit tidak disadari oleh peningkatan penghasilan ini dapat dilakukan
petani. Petani menganggap hal itu bukan dengan memanfaatkan kebun kelapa sawit
suatu masalah, sehingga tidak ada sebagai tempat peternakan, hal ini sekaligus
penanganan lebih lanjut. Pembasmian gulma mendukung pengadaan pupuk kandang dan
juga lebih sering dilakukan dengan minimalisasi gulma. Sedangkan keterbatasan
menyemprotkan racun kimia. Hal inilah waktu dapat diatasi jika memiliki cukup
yang menyebabkan petani memiliki niat uang untuk menggunakan bantuan teknologi
yang rendah untuk menggunakan pupuk maupun penambahan tenaga kerja.
dan pengendalian OPT secara organik di Sementara keterbatasan pengetahuan dapat
masa mendatang. Sebagian besar petani didukung dengan adanya pendidikan
plasma telah menggunakan bibit kelapa informal seperti program penyuluhan dan
sawit bersertifikat. Hal ini dikarenakan kerja sosialisasi lewat media massa (televisi, sosial
sama yang dilakukan perusahaan inti dan media, koran, dan lain-lain), hal ini juga akan
kebun plasma, sehingga perusahaan inti meningkatkan kesadaran dan sikap petani
menanami kebun inti dan kebun plasma terhadap keberlanjutan.
dengan benih berkualitas untuk menjaga Peningkatan perilaku keberlanjutan
produktivitas yang berkelanjutan. Sedangkan pada petani swadaya membutuhkan
petani swadaya kurang meyakini kualitas dukungan dari berbagai pihak, seperti
dari benih kelapa sawit yang ditanamnya perusahaan kelapa sawit, program
dahulu, karena diperoleh dari pihak-pihak penyuluhan dan pemerintah. Perusahaan
tidak terpercaya. Menozzi et al. (2015) yang kelapa sawit besar sebaiknya menjadi
menganalisis motivasi petani dalam normative referent/role model bagi petani
menerapkan praktik-praktik produksi swadaya dalam penerapan praktik-praktik
berkelanjutan, yaitu perilaku masa lalu keberlanjutan di kebun kelapa sawit. Dengan
mempengaruhi niat petani untuk melihat perusahaan besar melakukan
menerapkan sebuah perilaku. Dharmmesta praktik-praktik berkelanjutan, maka petani
(2000) juga menyatakan ketika seseorang swadaya akan merespon perilaku tersebut
tidak mampu menentukan sebuah sikap, sebagai sesuatu yang baik untuk dilakukan.
maka kebiasaan-kebiasaan di masa lalu akan Perilaku yang baik atau buruk di lingkungan
dilakukan di masa yang akan datang. sekitar akan menjadi stimulus bagi seseorang
untuk menentukan sebuah perilaku.
IMPLIKASI MANAJERIAL Sebaliknya, petani harus meningkatkan sikap
dan persepsinya terhadap praktik-praktik
Perbedaan pola swadaya dan plasma
keberlanjutan yang dilakukan oleh orang-
telah mempengaruhi niat petani kelapa sawit
orang di sekitarnya. Pemerintah dapat
di Kabupaten Kampar terhadap praktik-
memberikan dukungan terhadap petani
praktik produksi kelapa sawit berkelanjutan.
swadaya, meningkatkan harga sawit,
Meningkatkan sikap terhadap keberlajutan
memperkuat industri hilir, program subsidi
dan persepsi pengendalian perilaku dapat
peremajaan sawit rakyat dalam rangka
meningkatkan niat petani untuk menerapkan
peningkatan produktivitas perkebunan
praktik-praktik berkelanjutan. Petani
rakyat, menyempurnakan sistem
mengakui bahwa menerapkan praktik-
kelembagaan usaha tani melalui
praktik produksi berkelanjutan memerlukan
pembentukan kelompok tani dan KUD.
biaya yang lebih banyak, waktu yang lebih
Program penyuluhan dapat mendidik dan
lama, dan pengetahuan yang lebih tinggi.
menumbuhkan kesadaran petani kelapa
Untuk mengatasi keterbatasan biaya, petani
sawit akan pentingnya menerapkan praktik-
sebaiknya mencari sumber penghasilan lain
praktik keberlanjutan. Program penyuluhan

110
Fitri Yutika, Eko Ruddy Cahyadi, Heti Mulyati Perilaku Petani Pola Swadaya dan Plasma…

dari Badan Penyuluh Perkebunan (BPP) SARAN


setiap daerah kecamatan, selain melayani Penerapan praktik pertanian
kelompok tani dan perusahaan besar juga berkelanjutan pada perkebunan kelapa sawit
diharapkan dapat melayani petani swadaya. rakyat dapat ditingkatkan dengan
Program pendidikan informal tersebut melakukan kerja sama dengan berbagai
sangat dibutuhkan swadaya untuk pihak seperti perusahaan besar negara,
meningkatkan kesadaran dan perusahaan besar swasta dan program
kemampuannya melakukan praktik-praktik penyuluhan, serta dukungan dari
keberlanjutan, seperti pembuatan pupuk pemerintah. Perusahaan kelapa sawit dapat
organik dan program pendampingan petani menjadi normatif referent dalam menerapkan
dalam pengendalian OPT secara terpadu. praktik-praktik keberlanjutan. Pemerintah
dapat memberikan dukungan terhadap
petani rakyat khususnya petani swadaya,
KESIMPULAN DAN SARAN meningkatkan harga, memperkuat industri
KESIMPULAN hilir, program subsidi peremajaan sawit
Perbedaan pola swadaya dan plasma rakyat dalam rangka peningkatan
membedakan faktor-faktor pembentuk niat produktivitas perkebunan rakyat,
petani kelapa sawit di Kabupaten Kampar. menyempurnakan sistem kelembagaan usaha
Variabel sikap, persepsi pengendalian tani melalui pembentukan kelompok tani
perilaku dan perilaku masa lalu memiliki dan KUD. Program penyuluhan dapat
pengaruh signifikan terhadap niat petani mendidik dan menumbuhkan kesadaran
swadaya untuk menerapkan praktik-praktik petani kelapa sawit akan pentingnya
keberlanjutan pada kebun kelapa sawitnya. menerapkan praktik-praktik keberlanjutan.
Sedangkan pada petani plasma, variabel Program pendidikan informal seperti
sikap tidak memiliki pengaruh untuk penyuluhan sangat dibutuhkan petani rakyat
membentuk niat terhadap keberlanjutan. khususnya petani swadaya untuk
Namun, petani plasma memiliki norma meningkatkan kesadaran dan
subjektif, persepsi pengendalian perilaku dan kemampuannya melakukan praktik-praktik
perilaku masa lalu yang positif untuk keberlanjutan, pembuatan pupuk organik,
merencanakan perilaku keberlanjutan di dan program pendampingan petani dalam
kemudian hari. pengendalian OPT secara terpadu.
Dengan meningkatkan nilai norma Bagi peneliti selanjutnya, diharapkan
subjektif pada petani swadaya, yaitu dapat mengembangkan model dengan
pengaruh sosial dari lingkungan sekitar menambah referensi yang dapat mendukung
(petani lain, perusahaan besar, program penelitian ini sehingga dapat secara lebih
penyuluhan), maka petani swadaya dapat detail menjelaskan proses pembentukan
meningkatkan niatnya menerapkan praktik- perilaku keberlanjutan petani. Peneliti
raktik produksi kelapa sawit berkelanjutan. selanjutnya juga diharapkan dapat
Meningkatkan nilai sikap petani plasma melanjutkan penelitian ini dengan
terhadap keberlanjutan dengan pemahaman menganalisis sejauh mana peningkatan
akan manfaat-manfaat yang dapat diperoleh perilaku responden di periode berikutnya
dari praktik-praktik keberlanjutan, dapat atau setelah re-planting.
meningkatkan niat petani plasma untuk
menerapkan praktik-raktik produksi kelapa DAFTAR PUSTAKA
sawit berkelanjutan. Sehingga petani plasma
dan petani swadaya bersama-sama siap Ajzen I, Fishbein M. 2005. The influence of
attitudes on behavior. In Albarracin, D,
menuju produksi kelapa sawit berkelanjutan.
Johnson, BT, Zanna MP. (Eds), The

111
Fitri Yutika, Eko Ruddy Cahyadi, Heti Mulyati Perilaku Petani Pola Swadaya dan Plasma…

handbook of attitudes, Lawrence in Physical Activity: Predictive Validity


Erlbaum Associates. and the Contribution of Additional
Variables, Journal of Sport & Exercise
Andoko, Agus, Widodoro. 2013. Berkebun Psychology. 24, 3–32.
Kelapa Sawit si Emas Cair. Jakarta (ID):
PT Agro Media Pustaka. Hansson H, Ferguson R, Olofsson C,
Rantamäki-Lahtinen L. 2013. Farmers'
Aikanathan S, Chenayah S, Sasekumar A. motives for diversifying their farm
2011. Sustainable Agriculture: A Case business–The influence of family.
Study On The Palm Oil Industry. Journal of Rural Studies. 32, 240-250.
Malaysia Journal Of Science. 30(1), 66-75.
Menozzi D, Fioravanzi M, Donati M. 2015.
[BPS] Badan Pusat Statistik. 2015. Luas dan Farmer’s motivation to adopt
Produksi Perkebunan Rakyat Komoditi sustainable agricultural practices. Bio-
Sawit menurut Kecamatan Tahun 2013. based and Applied Economics. 4(2). 125-
[Diakses 2018 September 20]; Tersedia 147, doi: 10.13128/BAE-14776.
pada: http://kamparkab.bps.go.id/
statistictable/2015/05/17/13/luas-dan- Terano R, Mohamed Z, Shamsudin MN, Latif
produksi-perkebunan-rakyat-komoditi- IA. 2015. Factors influencing intention to
kelapa-sawit-menurut-kecamatan- adopt sustainable agriculture practices
tahun-2013. among paddy farmers in Kada,
Malaysia. Asian Journal Agriculture
[DITJENBUN] Direktorat Jenderal Research. 9(5), 268-275. doi:
Perkebunan. 2017. Statistik Perkebunan 10.3923/ajar.2015. 268.275
Indonesia 2015-2017: Kelapa Sawit.
Kementerian Pertanian (ID). [Diakses Wiratmadja I. 2017. Model Penerimaan
2018 Agustus 12]; Tersedia pada: Petani terhadap Teknologi Sistem
http://ditjenbun.pertanian.go.id/tinym Pertanian Organik di Kabupaten
cpuk/gambar/file/statistik/2017/Kelap Tasikmalaya. Jurnal Manajemen
a-Sawit-2015-2017. Teknologi. 16(1), 81-91.
doi:10.12695/jmt.2017.16.1.6.
Dharmmesta BS. 2000. Perilaku Mencoba
Beli: Sebuah Kajian Analitis Model Yazdanpanah M, Hayati D, Hochrainer-
Bagozzi Warshaw untuk Panduan Stigler S, Zamani GH. 2014. Under-
Peneliti. Jurnal Ekonomi Dan Bisnis standing farmers’ intention and
Indonesia. 12(3): 1– 27 behavior regarding water conservation
in the Middle-East and North Africa: A
[GAPKI] Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit case study in Iran. Journal of
Indonesia. 2017. Sawit dan Kebijakan Environmental Management. 135, 63-72.
Industrialisasi menuju 2050. [Diakses
2018 September 10]; Tersedia pada: Zeweld W, van Huylenbroeck G, Tesfay G,
https://gapki.id/news/3209/sawit- Speelman S. 2017. Smallholder farmers’
dan-kebijakan-industrialisasi-sawit- behavioral intentions towards
menuju-2050. sustainable agricultural practices.
Journal Environment Management. 187,
Hadi S, Rifai A, Qomar N. 2009. Industri 71-81
Kelapa Sawit Rakyat di Riau
Membangun Kemandirian Petani.
Pekanbaru (ID): UNRI Press.

Hagger MN, Chatzisarantis S, Biddle. 2002, A


Meta-Analytic Review of the Theories of
Reasoned Action and Planned Behavior

112

You might also like