Flowrenza, Pengaruh Safety Talk terhadap Tingkat Pemahaman K3 pada Pekerja Dimoderasi dengan Gender Instruktur Safety Talk
135
Pengaruh Safety Talk terhadap Tingkat Pemahaman K3 pada Pekerja
Dimoderasi dengan Gender Instruktur Safety Talk
Ghea Flowrenza1, Feri Harianto2
1
Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya
Email:
[email protected],
[email protected] Abstract
Abstract. Safety talk is one of efforts to prevent work accidents in construction projects by giving
education about Occupational Health and Safety (OHS). However, it cannot be confirmed whether
safety talk actually takes effect on OHS’s comprehension level on workers or not. Other than that,
does safety talk’s instructor’s gender take effect on worker’s OHS’s comprehension level or not.
Knowing that the majority of construction workers are males who tend to pay more attention to
female when on a construction site. This study aims to determine the effect of safety talk moderated
by the gender of the instructor on the level of OHS understanding among workers. This research is
a pre-experimental design using cross-section data. Data were collected using a questionnaire
with respondents being masons and workers, the sample size was 60 people. The analysis used is
moderated regression, the independent variable is safety talk, the dependent variable is the level of
OHS understanding, and the moderating variable is gender. The results of this study indicate that
safety talk has a significant effect on the level of understanding of OHS (T count = 16.804> T
table = 2.0017). The gender of female safety talk instructors is better than men in providing a level
of understanding of OHS, this can be seen an increase in the R square value of 5.95%.
Keywords: Gender, OHS comprehension, Safety talk
Abstrak. Safety talk merupakan salah satu upaya pencegahan kecelakaan kerja pada proyek
konstruksi dengan cara memberikan edukasi Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3). Namun,
tidak diketahui secara pasti apakah safety talk memang dapat berpengaruh terhadap tingkat
pemahaman K3 pada pekerja atau tidak. Selain itu, apakah gender instruktur safety talk dapat
mempengaruhi tingkat pemahaman K3 pada pekerja. Mengingat mayoritas pekerja konstruksi
adalah pria, yang cenderung lebih memperhatikan wanita dalam lingkungan proyek. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui pengaruh safety talk dengan dimoderasi jenis kelamin instruktur
terhadap tingkat pemahaman K3 pada pekerja. Penelitian ini bersifat pre-experimental design
menggunakan cross-section data. Pengambilan data dilakukan menggunakan kuesioner dengan
respondennya adalah tukang dan pekerja, ukuran sampel sebesar 60 orang. Analisis yang
digunakan adalah regresi dengan dimoderasi, dengan variabel bebas adalah safety talk, variabel tak
bebas adalah tingkat pemahaman K3, dan variabel moderasi adalah gender. Hasil dari penelitian
ini menunjukkan bahwa safety talk berpengaruh signifikan terhadap tingkat pemahaman K3 (T
hitung = 16,804 > T tabel = 2,0017). Gender instruktur safety talk wanita lebih baik dari pria
dalam memberikan tingkat pemahaman K3, hal ini terlihat peningkatan nilai R square sebesar
5,95%.
Kata kunci: Gender, Tingkat pemahaman K3, Safety talk
1. Pendahuluan
Safety talk adalah suatu kegiatan dimana petugas menyampaikan materi tentang Kesehatan
dan Keselamatan Kerja (K3). Safety talk bertujuan untuk mengingatkan pekerja bahwa K3 sangat
penting [1]. Safety talk diharapkan dapat meningkatkan kesadaran akan pentingnya pencegahan
kecelakaan kerja dan K3 pada lingkungan proyek. Safety talk dilakukan sebagai salah satu upaya
pencegahan terjadinya kecelakaan kerja dengan cara memberi edukasi kepada pekerja tentang
Kesehatan dan Keselamatan Kerja. Namun, tidak dapat diketahui secara pasti apabila pekerja benar-
benar memahami materi yang disampaikan. Pada penelitian Enguire [2] menunjukan bahwa safety talk
memiliki pengaruh dalam peningkatan tingkat pengetahuan penggunaan APD pada pekerja.
ISSN : 2721-1878
DOI : 10.31284/j.jtm.2020.v1i2.1117
136 Jurnal Teknologi dan Manajemen, Vol 1, No 2, Juli 2020: 135–142
Sedangkan, pada penelitian Marsitaharjanti [3] menunjukkan bahwa safety talk tidak dapat
menimbulkan perubahan perilaku dalam penggunaan APD pada pekerja. Tingkat pemahaman dalam
Taksonomi Bloom berada di tengah-tengah antara tingkatan yang diuji pada kedua penelitian tersebut,
dengan urutan tingkat pengetahuan, tingkat pemahaman dan aplikasi. Tingkatan-tingkatan pada
Taksonomi Bloom hanya dapat tercapai apabila tingkatan sebelumnya telah tercapai terlebih dahulu
[4]. Sehingga, ada kemungkinan pekerja telah mencapai tingkat pemahaman namun belum mencapai
tingkat pemahaman sehingga belum dapat menerapkan dalam perilaku selamat saat bekerja.
Pada proyek konstruksi pekerja kebanyakan berjenis kelamin pria yang berdasarkan observasi
penulis, pekerja pria cenderung lebih memperhatikan wanita ketika memasuki lingkungan proyek. Hal
ini menimbulkan ketertarikan pada penulis untuk meneliti pengaruhnya dalam safety talk ketika di
instrukturi oleh instruktur dengan gender yang berbeda. Instruktur safety talk wanita memiliki
kemungkinan untuk dapat tingkat pemahaman yang lebih tinggi pada pekerja dari pada instruktur pria.
Hal ini didukung oleh kemampuan wanita yang lebih baik dalam berbicara dan mengolah kata-kata [5]
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh safety talk terhadap tingkat pemahaman K3
pada pekerja, dan pengaruh moderasi gender instruktur safety talk terhadap tingkat pemahaman K3
pada pekerja.
2. Metode
Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah metode kuantitatif dengan desain
penelitian pre-experimental design. Dilakukan treatment pada variabel namun variabel masih dapat
terpengaruh oleh faktor-faktor lain yang tidak diteliti [6]. Data yang digunakan bersifat cross sectional
yang berarti bahwa data diambil dalam kurun waktu tertentu [7]. Pengumpulan data dilakukan
menggunakan kuesoner yang disebarkan kepada pekerja yang mengikuti safety talk. Penyebaran
kuesioner dilakukan sebanyak dua kali yaitu setelah sesi safety talk dibawakan oleh instruktur wanita
dan setelah sesi safety talk dibawakan oleh instruktur pria. Instrumen pengukuran variabel safety talk
berdasarkan indikator pelatihan yang disesuaikan dengan proses pelaksanaan safety talk dan
menggunakan pendekatan indikator evaluasi kinerja dosen. Pendekatan ini dipikih karena konsep
kegiatan safety talk yang serupa dengan konsep pembelajaran dosen dan pelatihan yaitu terdapat
instruktur yang menyampaikan materi di depan banyak orang. Instrumen pengukuran variabel tingkat
pemahaman pada kuesioner didasarkan pada materi safety talk secara umum. Sampel penelitian
diambil sebanyak 30 sampel tiap sesi safety talk berdasarkan pertimbangan ukuran sampel [6].
Analisis data dilakukan dengan uji statistik menggunakan software SPSS. Analisis data menggunakan
uji regresi untuk mengetahui pengaruh variabel X terhadap variabel Y.
𝑌 = 𝛼 + 𝛽1 𝑋 (1)
Keterangan:
Y = Tingkat Pemahaman K3
𝛼 = Konstanta
𝛽1 = Koefisien Regresi
X = Safety Talk
Uji regresi moderasi dengan variabel dummy digunakan untuk mengetahui pengaruh dari
variabel X terhadap variabel Y dengan adanya moderasi dari variabel Z.
𝑌 = 𝛼 + 𝛽1 𝑋 + 𝛽2 𝐷 (2)
Keterangan:
Y = Tingkat Pemahaman K3
𝛼 = Konstanta
𝛽1 , 𝛽2 = Koefisien Regresi
X = Safety Talk
D = Gender
Flowrenza, Pengaruh Safety Talk terhadap Tingkat Pemahaman K3 pada Pekerja Dimoderasi dengan Gender Instruktur Safety Talk 137
3. Hasil dan Pembahasan
Deskripsi Responden
Responden pada penelitian ini terbagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok responden safety
talk instruktur wanita dan responden safety talk instruktur pria. Karakteristik responden ditinjau
berdasarkan jenis kelamin, umur, jabatan, lama bekerja dan pendidikan terakhir.
Tabel 1. Deskripsi Responden Berdasarkan Umur
Umur Responden Instruktur Pria Responden Instruktur Wanita
Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase
<20 th 6 20 % 3 10%
20 th – 30 th 17 57% 19 63%
>30 th 7 23% 8 27%
Total 30 100% 30 100%
Tabel 2. Deskripsi Responden Berdasarkan Jabatan
Jabatan Responden Instruktur Pria Responden Instruktur Wanita
Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase
Pekerja 22 73 % 20 67%
Karyawan 6 20% 7 23%
Supervisor 2 7% 3 10%
Total 30 100% 30 100%
Tabel 3. Deskripsi Responden Berdasarkan Lama Bekerja
Lama Bekerja Responden Instruktur Pria Responden Instruktur Wanita
Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase
< 1 th 4 13 % 4 13%
1 th – 3 th 9 30% 11 37%
3 th – 5 th 10 33% 9 30%
> 5 th 7 23% 6 20%
Total 30 100% 30 100%
Tabel 4. Deskripsi Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir
Pendidikan Responden Instruktur Pria Responden Instruktur Wanita
Terakhir
Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase
SD/SMP 11 37% 16 53%
SMA/Sederajat 14 47% 7 23%
Perguruan tinggi 5 17% 7 23%
(S1/S2)
Total 30 100% 30 100%
Berdasarkan Tabel 1, umur responden instruktur pria paling banyak berumur 20 th – 30 th
yaitu sebanyak 57%. Sama halnya dengan responden instruktur wanita paling banyak berumur 20 th –
30 th yaitu sebanyak 63%. Berdasarkan Tabel 2, jabatan responden instruktur pria paling banyak
dengan jabatan Pekerja yaitu sebanyak 73%. Sama halnya dengan responden instruktur wanita paling
banyak dengan jabatan Pekerja yaitu sebanyak 67%. Ditinjau berdasarkan lama bekerja responden
pada Tabel 3, instruktur pria paling banyak telah bekerja selama 3 th – 5 th yaitu sebanyak 33%. Lain
halnya dengan responden instruktur wanita paling banyak telah bekerja selama 1 th – 3 th yaitu
sebanyak 37%. Ditinjau berdasarkan pendidikan terakhir responden pada Tabel 4, instruktur pria
paling banyak adalah lulusan SMA/Sederajat yaitu sebanyak 47%. Lain halnya dengan responden
instruktur wanita paling banyak merupakan lulusan SD/SMP yaitu sebanyak 53%.
138 Jurnal Teknologi dan Manajemen, Vol 1, No 2, Juli 2020: 135–142
Hubungan Safety Talk terhadap Tingkat Pemahaman K3 (Sebelum Moderasi)
Pada Tabel 5, nilai korelasi (R) sebesar 0,908 yang menunjukkan bahwa safety talk memiliki
hubungan yang sangat kuat terhadap tingkat pemahaman K3, dan besarnya nilai R square sebesar
0,824. Hal ini menunjukkan bahwa pengaruh variabel X (safety talk) terhadap variabel Y (tingkat
pemahaman K3) adalah sebesar 82,4%. Sisanya sebesar 17,6% adalah dipengaruhi oleh variabel-
variabel lain yang mana tidak diteliti pada model regresi penelitian ini.
Tabel 5. Nilai Determinasi Sebelum Dimoderasi
Model R R Square Adjusted R Std. Error of the
Square Estimate
1 0,908 0,824 0,821 6,175
Pengaruh Safety Talk terhadap Tingkat Pemahaman K3 (Sebelum Moderasi)
Berdasarkan Tabel 6, nilai T hitung yang didapatkan adalah sebesar 16,498 > T tabel = 2,0017
sehingga dinyatakan bahwa safety talk memiliki pengaruh terhadap tingkat pemahaman K3.
Tabel 6. Nilai Koefisien Persamaan Regresi Sebelum Dimoderasi
Model Unstandardized Standardized t Sig
Coefficients Coefficients
B Std. Error Beta
Constant -9,053 5,750 -1,574 0,121
Safety Talk 1,296 0,079 0,908 16,498 0,000
Pada Tabel 7, nilai signifikansi yang didapatkan adalah 0,000 < 0,05 yang berarti variabel
safety talk signifikan atau berpengaruh terhadap tingkat pemahaman K3.
Tabel 7. Analisis Varian Sebelum Dimoderasi
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig
Regression 10379,518 1 10379,518 272,172 ,000
Residual 2211,882 58 38,136
Total 12591,400 59
Maka hasil persamaan regresi linier sederhana adalah:
𝑌 = −9,053 + 1,296𝑋 (1)
Pada persamaan 1, memiliki arti bahwa safety talk memiliki pengaruh positif terhadap tingkat
pemahaman sehingga apabila terjadi peningkatan pada safety talk maka akan terjadi peningkatan pula
pada tingkat pemahaman K3. Koefisien regresi pada persamaan ini menunjukkan bahwa dalam setiap
kenaikan 1 skor pada safety talk akan dapat menaikkan skor tingkat pemahaman K3 pada pekerja
sebesar 1,296.
Hubungan Safety Talk terhadap Tingkat Pemahaman K3 (Setelah Moderasi)
Berdasarkan Tabel 8, nilai korelasi (R) adalah sebesar 0,934. Hal ini menunjukkan bahwa
safety talk dan gender secara bersamaan memiliki hubungan yang sangat kuat terhadap tingkat
pemahaman K3. Didapatkan nilai R Square sebesar 0,873. Hal ini menunjukkan bahwa pengaruh
variabel X (safety talk) terhadap variabel Y (tingkat pemahaman K3) dengan adanya moderasi dari
variabel Z (gender) adalah sebesar 87,3%. Sisanya sebesar 12,7% adalah dipengaruhi oleh variabel-
variabel lain yang mana tidak diteliti pada model regresi penelitian ini. Terjadi kenaikan nilai R
Square sebelum dan setelah moderasi yang menandakan bahwa variabel moderasi (Z) memperkuat
pengaruh variabel X terhadapa variabel Y.
Tabel 8. Nilai Determinasi Setelah Dimoderasi
Model R R Square Adjusted R Std. Error of
Square the Estimate
1 0,934 0,873 0,869 5,294
Flowrenza, Pengaruh Safety Talk terhadap Tingkat Pemahaman K3 pada Pekerja Dimoderasi dengan Gender Instruktur Safety Talk 139
Pengaruh Safety Talk terhadap Tingkat Pemahaman K3 (Setelah Moderasi)
Berdasarkan hasil uji regresi moderasi variabel dummy pada Tabel 9, didapatkan nilai
signifikansi sebesar 0,000 < 0,05. Sehingga dapat dinyatakan bahwa variabel X (safety talk) dan Z
(gender) secara bersama-sama berpengaruh terhadap variabel Y (tingkat pemahaman).
Tabel 9. Analisis Varian Setelah Dimoderasi
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig
Regression 10993,876 2 5496,938 196,132 ,000
Residual 2211,882 57 28,027
Total 12591,400 59
Berdasarkan uji regresi moderasi variabel dummy pada Tabel 10, didapatkan nilai T hitung
variabel safety talk adalah sebesar 11,804 > T tabel = 2,0024. Jadi, dapat dikatakan bahwa pada
analisis setelah variabel moderasi dimasukkan, variabel safety talk masih tetap berpengaruh terhadap
tingkat pemahaman K3. Nilai T hitung variabel gender adalah sebesar 4,682 > T tabel = 2,0024
sehingga variabel moderasi gender secara individu memiliki pengaruh terhadap tingkat pemahaman
K3. Didapatkan nilai Constant (𝛼) sebesar 5,927 dan nilai koefisien regresi pada variabel safety talk
adalah sebesar 1,034 dan variabel gender sebesar 8,328.
Tabel 10. Nilai Koefisien Persamaan Regresi Setelah Dimoderasi
Unstandardized Standardized t Sig
Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta
Constant 5,927 5,877 1,009 0,317
Safety Talk 1,034 0,088 0,724 11,804 0,000
Gender 8,328 1,779 0,287 4,682 0,000
Maka hasil persamaan regresi moderasi variabel dummy adalah:
𝑌 = 5,927 + 1,034𝑋 + 8,328𝐷 (2)
Persamaan ini menunjukkan bahwa pada setiap peningkatan 1 skor pada variabel safety talk
maka terjadi peningkatan sebesar 1,034 pada tingkat pemahaman. Koefisien regresi 𝛽2 didapatkan
bernilai positif sehingga variabel moderasi Z (gender) pada persamaan ini berpengaruh positif
terhadap variabel Y (tingkat pemahaman). Apabila terjadi peningkatan terhadap variabel gender maka
akan terjadi peningkatan sebesar 8,328 pada tingkat pemahaman. Pada persamaan tersebut apabila
dimasukkan skor kategori gender sebagai variabel dummy, yaitu 0 untuk pria dan 1 untuk wanita,
maka skor instruktur pria 𝑌 = 5,927 + (1,034 × 1) + (8,328 × 0) = 6,961, hal ini menunjukkan bahwa
pada sesi safety talk yang dibawakan oleh instruktur pria, setiap 1 skor pada safety talk menghasilkan
skor tingkat pemahaman sebesar 6,961. Sedangkan skor instruktur wanita 𝑌 = 5,927 + (1,034 × 1) +
(8,328 × 1) = 15,289, hal ini menunjukkan bahwa pada sesi safety talk yang dibawakan oleh instruktur
wanita, setiap 1 skor pada safety talk menghasilkan skor tingkat pemahaman sebesar 15,289.
Kategori Safety Talk
Berdasarkan analisis deskripsi variabel pada variabel X (safety talk) didapatkan rata-rata nilai
total sebesar 3,45 pada safety talk yang dibawakan oleh instruktur wanita. Nilai tersebut masuk dalam
rentang nilai 3,40 – 4,19 yang pada kategorinya termasuk dalam kategori baik. Sedangkan, pada safety
talk yang dibawakan oleh instruktur pria mendapatkan rata-rata nilai total sebesar 2,86. Nilai tersebut
termasuk dalam rentang nilai 2,60 – 3,39 yang pada kategorinya termasuk kategori cukup. Sehingga
dapat disimpulkan bahwa safety talk yang dibawakan oleh instruktur wanita dinilai lebih baik oleh
peserta safety talk ditinjau berdasarkan dimensi kepribadian instruktur, kemampuan komunikasi
instruktur, materi, peserta, dan tujuan safety talk.
140 Jurnal Teknologi dan Manajemen, Vol 1, No 2, Juli 2020: 135–142
Kategori Tingkat Pemahaman K3
Berdasarkan analisis deskripsi variabel pada variabel Y (tingkat pemahaman K3) didapatkan
rata-rata nilai total sebesar 3,44 pada safety talk yang dibawakan oleh instruktur wanita. Nilai ini
termasuk dalam rentang nilai 3,40 – 4,19 yang dikategorikan baik. Sedangkan, pada safety talk yang
dibawakan oleh instruktur pria mendapatkan rata-rata nilai total sebesar 2,63. Nilai tersebut masuk
dalam rentang nilai 2,60 – 3,39 yang dikategorikan cukup. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tingkat
pemahaman K3 pekerja yang dibentuk oleh safety talk yang dibawakan oleh instruktur wanita lebih
baik daripada tingkat pemahaman K3 pekerja pada safety talk yang dibawakan oleh instruktur pria.
Hubungan kategori variabel X (safety talk) dan variabel Y (tingkat pemahaman K3) diketahui
berbanding lurus, semakin tinggi nilai variabel X maka akan semakin tinggi pula nilai variabel Y.
Safety talk yang dibawakan oleh instruktur perempuan dalam kategori baik sehingga tingkat
pemahaman K3 pada pekerja yang dihasilkan juga masuk dalam kategori baik. Safety talk yang
dibawakan oleh instruktur pria termasuk dalam kategori cukup sehingga tingkat pemahaman pada
pekerja yang dihasilkan juga masuk dalam kategori cukup.
Pengaruh Moderasi Gender
Berdasarkan analisis yang dilakukan terdapat peningkatan nilai R Square yaitu menjadi
sebesar 87,3% dari nilai R Square sebelumnya yaitu sebesar 82,4%. Hal ini menunjukkan bahwa
dengan adanya variabel gender, pada variabel safety talk terjadi peningkatan pengaruh terhadap
tingkat pemahaman K3. Pada koefisien regresi hasil menunjukkan signifikan sebelum moderasi
(1,296) dan setelah moderasi tetap signifikan (1,034). Maka dinilai gender berpengaruh positif
terhadap tingkat pemahaman K3. Berarti apabila terjadi kenaikan skor pada variabel gender, variabel
tingkat pemahaman juga akan mengalami kenaikan skor pula. Nilai skor tingkat pemahaman K3 pada
pekerja yang didapatkan dari persamaan regresi dengan memasukkan gender instruktur safety talk
mendapatkan hasil sebesar 6,961 pada instruktur ber-gender pria dan sebesar 15,289 pada instruktur
ber-gender wanita. Kategori safety talk yang dibawakan oleh instruktur wanita termasuk dalam
kategori baik (3,45) sedangkan safety talk yang dibawakan oleh instruktur pria termasuk dalam
kategori cukup (2,86). Tingkat pemahaman K3 pada pekerja yang dihasilkan pada sesi safety talk oleh
instruktur wanita masuk dalam kategori baik (3,44) sedangkan tingkat pemahaman K3 pada pekerja
pada sesi safety talk oleh instruktur pria termasuk dalam kategori cukup (2,63). Menurut kategorinya
safety talk yang dibawakan oleh instruktur wanita menghasilkan kategori tingkat pemahaman K3 yang
lebih baik daripada safsety talk yang dibawakan oleh instruktur pria. Sehingga dapat dikatakan bahwa
gender instruktur safety talk dapat memoderasi pengaruh safety talk terhadap tingkat pemahaman K3
pada pekerja. Variabel gender (wanita) dapat memperkuat pengaruh safety talk terhadap tingkat
pemahaman K3 pada pekerja.
4. Kesimpulan
Safety talk berpengaruh terhadap tingkat pemahaman K3 berdasarkan nilai T hitung = 16,804
> T tabel = 2,00017 dan nilai signifikansi = 0,000 < 0,05. Gender instruktur safety talk memoderasi
pengaruh safety talk terhadap tingkat pemahaman K3 pada pekerja. Skor tingkat pemahaman pekerja
saat safety talk dibawakan instruktur wanita lebih tinggi yaitu sebesar 15,289. Sedangkan skor tingkat
pemahaman pekerja saat safety talk dibawakan instruktur pria sebesar 6,961. Kategori safety talk oleh
instruktur wanita dalam kategori baik dengan tingkat pemahaman K3 pada pekerja juga dalam kategori
baik. Kategori safety talk oleh instruktur pria dalam kategori cukup dengan tingkat pemahaman K3
pada pekerja dalam kategori cukup pula. Safety talk yang dibawakan oleh instruktur wanita dapat
membentuk tingkat pemahaman pekerja yang lebih tinggi daripada safety talk yang dibawakan oleh
instruktur pria.
Flowrenza, Pengaruh Safety Talk terhadap Tingkat Pemahaman K3 pada Pekerja Dimoderasi dengan Gender Instruktur Safety Talk 141
Referensi
[1] Infrastructure Health & Safety Association, “Safety Talk (Revised Edition),” pp. 1, Ontario :
IHSA, 2019.
[2] Enguire, Fiffin Dealy,“Pengaruh Safety Talk terhadap Tingkat Pengetahuan Penggunaan APD
pada Karyawan Bagian Pengelasan di PT.INKA (Persero) Madiun ,” Surakarta : Fakultas
Kedokteran Universitas Sebelas Maret, 2013.
[3] Marsitaharjanti, Ignes, “Pengaruh Pemberian Safety Talk terhadap Perilaku Selamat
Penggunaan APD pada Pekerja Produksi PT.Lintech Duta Pratama,”Surabaya : Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga, 2013.
[4] Gunawan, Imam & Palupi, Anggraini Retno, “Taksonomi Bloom-Revisi Ranah Kognitif :
Kerangka Landasan Untuk Pembelajaran Pengajaran, dan Penilaian,” PGSD FIP PGRI
Madiun, 2012.
[5] Shaywitz, Bennet & Shaywitz, Sally, dkk, “Sex Differences in the Functional Organization of
the Brain for Language,”Nature 373(6515), pp. 607-609, 1995.
[6] Sugiyono, “Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D,” Bandung : Alfabeta, 2015.
[7] Widarjono, Agus, “Analisis Regresi dengan SPSS,” Yogyakarta : UPP STIM YKPN, 2018.
142 Jurnal Teknologi dan Manajemen, Vol 1, No 2, Juli 2020: 135–142
- Halaman ini sengaja dikosongkan -