ISSN : 2615-1537
E-ISSN : 2615-2371 Jurnal Perikanan Pantura (JPP) Volume 3 , Nomor 1, April 2020
ANALYSIS OF THE FEEDING OF FISH AND FISH SKIN WASTE TO THE
GROWTH AND RETENTION OF PROTEIN IN DUMBO CATFISH (Clarias gariepinus)
Muh. Tsabit Mubarok 1, Rahmad Jumadi 2, Andi Rahmad Rahim 2
1. Students of aquaculture study Program, Faculty of Agriculture University of
Muhammadiyah Gresik.
2. Lecturer of aquaculture Study Program, Faculty of Agriculture at Muhammadiyah Gresik
University.
Email:
[email protected]; +6285733775911
ABSTRACT
African catfish is the leading commodity in Indonesia, which has a speed of growth and
is resistant to adverse environmental conditions. Trash fish is a small-sized fish such as fish,
stingrays, rebon, turmeric fish and the like, Trash fish is also a fish that has a very low
economic value. Trash fish has a protein content of 28.28%. Fish skin is the result of sampling
from slaughtering animals in the form of body organs during the process of difficulty. Waste of
fish skins in the place of fish milling usually consists of several types of fish including grouper,
payus, cob, catfish, catfish, white fish and brass fish. Fish skin waste has 26.9% protein. The
purpose of this study was to determine the effect of trash fish feeding and fish skin waste
feeding on the growth and protein retention of African catfish (Clarias gariepinus). Knowing
the effect of feeding combined trash fish and fish skin waste on FCR of African catfish (Clarias
gariepinus). This study used a completely randomized design (CRD) consisting of 4 treatments
and 3 replications with the following measurements: (A - trash fish feed 5.3%), (B - fish skin
waste 5.77%), (C - (fish trash (50%) + fish skin waste (50%) with 5.55% administration, (K -
Pellet 100% Control 5%). Main parameters include Absolute weight growth (grams), Specific
growth rate (%), Length Absolute (cm), protein retention, survival and feed conversion ratio
(FCR), while supporting parameters include temperature, pH, DO, ammonia, salinity.Research
results were analyzed using SPSS version 17. Each data in the form of growth, survival and
feed conversion ratio (FCR) was analyzed using ANOVA (Analysis of Variance) with a
confidence level of 95%, if significance (P <0.05) continued with the Tukey test (HSD) to see
differences between treatments Water quality data and protein retention (% ) analyzed
descriptively based on literature The results of research with pe feed of trash fish and fish skin
as well as combination of trash fish (50%) + fish skin waste (50%), for the best absolute weight
is the treatment K (Control) with a value of 21.03 g. The best daily growth rate is in the
treatment K (Control) with a value of 1.96% / day. The absolute length rate is in the K (Control)
treatment with a value of 3.20cm. The best retention value is the treatment K (Control) with a
value of 36.32%. The lowest feed conversion ratio / FCR is control K at 1.78 g, while for the
best survival (%) is treatment B (fish skin waste) with 90% survival.
Keywords: Dumbo catfish (Clarias gariepinus), Rucah fish, waste fish skin, growth, protein
retention, survival and feed conversion ratio/(FCR).
1
ISSN : 2615-1537
E-ISSN : 2615-2371 Jurnal Perikanan Pantura (JPP) Volume 3 , Nomor 1, April 2020
ABSTRAK
Lele dumbo adalah komoditas unggulan di Indonesia yang memiliki kecepatan dalam
pertumbuhan serta tahan terhadap kondisi lingkungan buruk. Ikan rucah merupakan ikan yang
berukuran kecil antara lain ikan cucut, ikan pari, rebon, ikan kuniran dan sejenisnya, Ikan rucah
juga merupakan ikan yang memiliki nilai ekonomis yang sangat rendah. Ikan rucah memiliki
kandungan protein 28,28 %. Kulit Ikan merupakan hasil sampling dari pemotongan hewan yang
berupa organ tubuh pada saat proses pengulitan. Limbah kulit ikan yang ada ditempat
pengilingan ikan biasanya terdiri dari beberapa jenis ikan diantaranya kerapu, payus, tongkol,
lele, patin, ikan putihan dan ikan kuningan. Limbah kulit ikan memiliki protein 26,9 %. Tujuan
penelitian ini untuk mengetahui pengaruh pemberian pakan ikan rucah dan pemberian pakan
limbah kulit ikan terhadap pertumbuhan dan retensi protein ikan lele dumbo (Clarias
gariepinus). Mengetahui pengaruh pemberian pakan kombinasi ikan rucah dan limbah kulit
ikan terhadap FCR ikan lele dumbo (Clarias gariepinus). Penelitian ini menggunakan
rancangan acak lengkap (RAL) yang terdiri dari 4 perlakuan dan 3 ulangan dengan takaran
yaitu : (A - pakan ikan rucah 5,3% ), (B - limbah kulit ikan 5,77%), (C – (ikan rucah (50%) +
limbah kulit ikan (50%) dengan pemberian 5,55%), (K - Pellet 100% Kontrol 5%). Parameter
utama meliputi Pertumbuhan bobot Mutlak (gram), Laju pertumbuhan spesifik (%), Panjang
Mutlak (cm), Retensi protein, kelangsungan hidup dan rasio konversi pakan (FCR), sedangkan
parameter penunjang meliputi suhu, pH, DO, amoniak, salinitas. Data hasil penelitian dianalisis
menggunakan program SPSS versi 17. Setiap data berupa pertumbuhan, kelangsungan hidup
dan rasio konversi pakan (FCR) dianalisis menggunakan ANOVA (Analysis of Variance)
dengan tingkat kepercayaan 95%, jika signifiksian (P<0,05) dilanjutkan dengan uji Tukey
(HSD) untuk melihat perbedaan antara perlakuan. Data kualitas air dan retensi protein (%)
dianalisis secara deskriptif berdasarkan literatur. Hasil penelitian dengan pemberian pakan ikan
rucah dan kulit ikan serta kombinasi ikan rucah (50%) + limbah kulit ikan (50%), untuk bobot
mutlak yang terbaik adalah pada perlakuan K (Kontrol) dengan nilai sebesar 21,03g. Laju
pertumbuhan harian terbaik adalah pada perlakuan K (Kontrol) dengan nilai sebesar 1,96%/hari.
Laju panjang mutlak adalah pada perlakuan K (Kontrol) dengan nilai sebesar 3,20cm. Nilai
retensi terbaik adalah pada perlakuan K (Kontrol) dengan nilai sebesar 36,32%. Nilai Rasio
Konversi Pakan /FCR terendah adalah perlakuan K kontrol sebesar 1,78 g, sedangkan untuk
Kelangsungan hidup (%)terbaik adalah perlakuan B (limbah kulit ikan) dengan kelangsungan
hidup 90%.
Kata kunci : ikan lele dumbo (Clarias gariepinus), ikan rucah, limbah kulit ikan,
pertumbuhan, retensi protein, kelangsungan hidup dan rasio konversi pakan/(FCR).
I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Peningkatan jumlah populasi penduduk di Indonesia menyebabkan tingkat kebutuhan
konsumsi pangan meningkat, salah satunya kebutuhan akan protein. KKP. 21 Juli 2017,
Kementerian Kelautan dan Perikanan terus berupaya meningkatkan peran dalam menopang
ketahanan pangan nasional. Oleh karena itu, KKP memproyeksikan sampai dengan tahun 2019,
tingkat konsumsi ikan naik menjadi > 50 kg per kapita per tahun. Dengan target tersebut
setidaknya dibutuhkan suplai ikan sebanyak ± 14,6 juta ton per tahun, di mana sekitar 60 persen
dari angka tersebut akan bergantung pada hasil produksi perikanan budidaya.
Pakan merupakan salah satu faktor terpenting dalam usaha budidaya, ketersediaan jumlah
pakan yang memadai memberikan kontribusi terbesar yaitu mencapai 60% sampai 70% dari
2
ISSN : 2615-1537
E-ISSN : 2615-2371 Jurnal Perikanan Pantura (JPP) Volume 3 , Nomor 1, April 2020
total biaya produksi (Handajani dan widodo, 2010), Mahalnya harga pakan akan menyebabkan
kurangnya minat pembudidaya, karena keuntungan yang didapatkan kurang maksimal. Ikan
rucah memiki kadungan asam amino esensial lebih lengkap daripada asam amino pakan pellet,
Menurut Naze (1979) dan Boorman (1980), kebutuhan asam amino esensial akan lebih lengkap
bila ikan diberi pakan yang berasal dari daging hewan atau ikan, terutama untuk ikan karnivora
dibandingkan pakan lainnya.
Sedangkan limbah ikan (kulit) merupakan limbah yang masih sangat sedikit
pemanfaatannya padahal didalam limbah ikan ini masih terdapat protein yang cukup tinggi
yang masih bisa dimanfaatkan sebagai tambahan pakan alternatif bagi pembudidaya. Kulit ikan
mengandung air 69,6%, protein 26,9%, abu 2,5% dan lemak 0,7% (Rusli, 2004). Pada
penelitian ini diharapkan dapat mengetahui manfaat dari ikan rucah dan limbah kulit ikan serta
kombinasi ikan rucah+limbah kulit ikan sehingga diharapkan dapat mengurangi penggunaan
dari pellet komersil yang harganya semakin mahal.
II TINJAUAN PUSTAKA
Habitat ikan lele dumbo adalah air tawar. Air yang paling baik untuk pertumbuhan lele
dumbo adalah air sungai, air sumur, air tanah dan mata air. Namun lele dumbo juga dapat
hidup dalam kondisi air yang rendah seperti dalam lumpur atau air yang memiliki kadar oksigen
yang rendah. Dilihat dari makanannya, lele dumbo termasuk hewan karnivora atau pemakan
daging. Pakan alami lele dumbo adalah cacing, kutu air, dan bangkai binatang. Lele dumbo
sangat agresif dalam memangsa makanan, karena apapun yang diberikan pasti dilahapnya. Hal
tersebut yang menyebabkan lele dumbo sangat cepat pertumbuhannya (Anonim, 2009).
Ikan rucah merupakan ikan yang berukuran kecil dan merupakan hasil sampingan oleh
nelayan antara lain ikan cucut, ikan pari, rebon, ikan kuniran dan sejenisnya, Ikan rucah juga
merupakan hasil samping pengolahan utama yang memiliki nilai ekonomis yang sangat rendah
yang dipandang tidak memiliki nilai ekonomis (Murtidjo, 2001). Ikan rucah memiliki kadar
protein yang tinggi sehingga dapat dijadikan sebagai pakan alternatif, pemanfaatan bahan baku
lokal yang cukup tersedia dengan harga yang terjangkau perlu di tempuh, guna menunjang
produktifitas yang diharapkan (Istanti, 2005).
Lapisan dermis merupakan jaringan pengikat yang cukup tebal dan mengandung
sejumlah serat-serat kolagen (Lagler, 1977). Kulit ikan mengandung air 69,6%, protein 26,9%,
abu 2,5% dan lemak 0,7% (Rusli, 2004). Judoamidjojo (1974) menyatakan bahwa kira-kira
80% dari bahan kering kulit terdapat dari protein yang banyak macamnya serta sangat kompleks
kompisisinya.
III METODE PENELITIAN
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November sampai Desember 2018 dilakukan diluar
ruangan (outdoor) di Desa Bunderan Kecamatan Sidayu Kabupaten Gresik. menggunakan
rancangan acak lengkap (RAL), dengan 4 perlakuan dengan 3 kali ulangan sehingga ada 12 unit
percobaan. Untuk menyamakan kadar protein yang terdapat pada pakan yaitu 30% maka perlu
dilakukan perhitungan dengan rumus V1 x N1 = V2 x N2 setelah dilakukan perhitungan
didapatkan bahwa untuk perlakuan A ikan rucah sebanyak 5,3% dari berat biomasa ikan, untuk
perlakuan B limbah kulit ikan sebanyak 5,77% dari berat biomasa ikan, untuk perlakuan C ikan
rucah 50%+limbah kulit ikan 50% sebanyak 5,55% dari berat biomasa ikan, dan untuk
perlakuan K kontrol pellet sebanyak 5% dari berat biomasa ikan.
3
ISSN : 2615-1537
E-ISSN : 2615-2371 Jurnal Perikanan Pantura (JPP) Volume 3 , Nomor 1, April 2020
Pertumbuhan bobot Mutlak
Pertumbuhan bobot Mutlak (gram), Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus),
Pertumbuhan berat mutlak dapat dihitung dengan menggunakan rumus (Effendie, 2002) :
Wm = Wt – W0
Keterangan :
Wm = Pertumbuhan Berat Mutlak (gram)
Wt = Bobot rata-rata ikan akhir (gram)
W0 = Bobot rata-rata ikan awal (gram)
Perhitungan kelangsungan hidup
Pengamatan kelangsungan hidup ikan lele dumbo yang mati dilakukan setiap hari. Sintasan
ikan lele dumbo dihitung dengan mengurangi jumlah ikan lele dumbo awal dengan jumlah ikan
lele dumbo akhir. Tingkat kelangsungan hidup ikan lele dumbo dapat di hitung menggunakan
rumus berikut (Effendie, 2002).
SR = Nt / N0 x 100%
Keterangan:
SR = Survival Rate (%).
Nt = Jumlah ikan lele yang hidup pada akhir penelitian.
No = Jumlah ikan lele pada awal penelitian.
FCR (Feed Convertion Ratio).
FCR yaitu berapa banyak pakan (kg) yang diberikan untuk menghasilkan 1 kg daging
ikan. Pada suatu usaha budidaya ikan lele dumbo pada umumnya nilai FCR dijadikan sebagai
salah satu tolak ukur keberhasilan baik secara teknis budi daya maupun secara finansial
(Effendie, 2002) :
F
𝐹𝐶𝑅 =
Wt − Wo
Keterangan:
F = Jumlah pakan yang diberikan selama pemeliharaan (g)
Wo = Berat total ikan saat awal penebaran (g)
Wt = Berat total ikan saat panen (g)
IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Bobot Mutlak (g)
Hasil pengamatan pertumbuhan bobot mutlak ikan lele dumbo (Clarias gariepinus)
terhadap pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan lele dumbo (Clarias gariepinus). yang
dilakukan selama 35 hari. Berdasarkan gambar dapat dilihat bahwa pertumbuhan bobot mutlak
ikan lele dumbo (Clarias gariepinus) tidak sama disemua perlakuan. Ikan lele dumbo yang
diberi pakan pellet perlakuan kontrol (perlakuan K) memiliki bobot mutlak sebesar 21,03 g.
pada perlakuan A dengan pemberian pakan ikan rucah (perlakuan A) memiliki bobot mutlak
sebesar 14,85 g, pada perlakuan B dengan pemberian pakan limbah kulit ikan (perlakuan B)
memiliki bobot mutlak sebesar 12,32 g, dan pada pemberian pakan berupa kombinasi ikan
rucah 50% dan limbah kulit ikan 50% (perlakuan C) memiliki bobot ikan lele dumbo sebesar
12,04 g.
4
ISSN : 2615-1537
E-ISSN : 2615-2371 Jurnal Perikanan Pantura (JPP) Volume 3 , Nomor 1, April 2020
Gambar 1. Histogram Bobot Mutlak ikan lele dumbo (Clarias gariepinus) selama 35 hari
penelitian.
Peningkatan bobot mutlak ikan lele dumbo dapat disebabkan oleh jumlah nutrisi pakan
yang terkandung di dalamnya telah mencukupi. Pada perlakuan K jumlah nutrisi yang
terkandung dalam pakan pellet protein 30-33%, lemak 3-5%, serat 4-6%, abu 10-13%, dan
kadar air 11-13% telah terjadi keseimbangan nutrisi yang dibutuhkan untuk penambahan bobot
mutlak, tingginya angka penambahan bobot tubuh pada perlakuan K disebabkan oleh beberapa
faktor utama seperti faktor konsumsi pakan harian dan faktor dari bahan yang dikandung oleh
pakan pelet tersebut. Hal ini sesuai dengan pernyataan Mahyuddin (2008) yang menyatakan
bahwa tepung ikan memiliki kandungan protein yang tinggi, mineral dan fosfor bahkan
mengandung asam amino esensial yang sangat dibutuhkan oleh ikan. Hal ini juga diperkuat
oleh pernyataan Watanabe dalam Rostika (1997), yang menyebutkan bahwa ikan membutuhkan
kandungan protein yang tinggi untuk pertumbuhannya dan melalui pasokan protein yang tinggi
ikan bisa tumbuh dan berkembang dengan baik dan optimal.
Kelangsungan Hidup (%)
Hasil pengamatan Kelangsungan hidup (%) ikan lele dumbo (Clarias gariepinus)
dengan pemberian pakan jenis dan dosis pakan yang berbeda, dosis (A 5,3%), (B 5,77%), (C
5,55%), (K 5%) selama 35 hari Berdasarkan hasil pengamatan data histogram diatas dapat
dilihat kelangsungan hidup ikan lele dumbo (Clarias gariepinus) yang tertinggi terdapat pada
perlakuan B yaitu dengan tingkat kelangsungan hidup ikan sebesar 90% dan kelangsungan
hidup terendah pada perlakuan K control pellet dengan kelansungan hidup 73%, adapun data
hasil uji masing – masing perlakuan yaitu perlakuan K (Kontrol dengan dosisi 5%) sebesar 73
(%), perlakuan A (ikan rucah dengan dosisi 5,3%) sebesar 76,7 (%), perlakuan B (limbah kulit
ikan dengan dosisi 5,77%) sebesar 90 (%), perlakuan C (kombinasi ikan rucah 50%+limbah
kulit ikan 50% dengan dosis 5,55%) sebesar 76,7% (%).
Gambar 2. Histogram Kelangsungan Hidup (%) ikan lele dumbo (Clarias gariepinus) selama
35 hari penelitian.
5
ISSN : 2615-1537
E-ISSN : 2615-2371 Jurnal Perikanan Pantura (JPP) Volume 3 , Nomor 1, April 2020
Menurut Yurisman dan Heltonika (2010), faktor yang dapat mempengaruhi tinggi
rendahnya nilai derajad kelangsungan hidup suatu organisme adalah faktor biotik dan abiotik.
Faktor biotik antara lain kompetitor, kepadatan populasi, umur dan kemampuan organisme
dengan lingkungan sedangkan faktor abiotik seperti suhu, oksigen terlarut, pH dan kandungan
ammonia. Menurut Qossami (2017), kematian yang terjadi diduga disebabkan adanya ruang
gerak yang semakin mendasar semakin menyempit sehingga terjadi persaingan dalam berebut
pakan untuk hidup, akibat dari persaingan ini ikan mengalami stress sehingga menurunkan
asupan gizi ikan dan kemudian melemah selanjutnya mati. Tingkat kelangsungan hidup yang
rendah karena tingginya mortalitas. Menurut Wijayanti (2010) mortalitas dapat terjadi karena
ikan mengalami kelaparan berkepanjangan, akibat tidak terpenuhinya energi untuk
pertumbuhan dan mobilitas karena kandungan gizi pakan yang tidak mencukupi sebagai sumber
energi.
Rasio Konversi Pakan/FCR
Rasio konversi Pakan merupakan parameter afisiensi pemberian pakan. Nilai FCR (Food
Convertion Ratio) yang semakin kecil menunjukan pakan yang di konsumsi ikan lele dumbo
(Clarias gariepinus) lebih efisien digunakan untuk pertumbuhan, sebaliknya nilai Rasio
Konversi Pakan yang semakin tinggi menunjukan pakan yang di konsumsi kurang efisien. hasil
penelitian menunjukkan bahwa ikan lele dumbo (Clarias gariepinus) mengalami perbedaan
Rasio Konversi Pakan sebagaimana disajikan pada Gambar 3. Menunjukkan bahwa kisaran
Rasio Konversi Pakan / (FCR) selama penelitian ini adalah 1,78 – 3,38 (g), dengan Rasio
Konversi Pakan / (FCR) yaitu tertinggi pada perlakuan B (Dosis limbah kulit ikan 5,77%)
sebesar 3,39 (g), dan yang terendah pada perlakuan K (Dosis pellet 5%) yaitu 1,78 (g). Adapun
Rasio Konversi Pakan / FCR pada masing – masing perlakuan yaitu perlakuan K Kontrol (pellet
dosis 5%) sebesar 1,78 (g), perlakuan A ( ikan rucah Dosis 5,3%) sebesar 2,49 (g), perlakuan B
(limbah kulit ikanDosis 5,77%) sebesar 3,39 (g), dan perlakuan C (kombinasi ikan rucah
50%+limbah kulit ikan 50% dengan dosis 5,55%) sebesar 3,38 (g).
Gambar 3. Histogram Rasio Konversi Pakan/ (FCR) Ikan lele dumbo (Clarias gariepinus)
selama 35 hari penelitian.
Pakan yang banyak mengandung protein akan menjadi salah satu pemacu pertumbuhan
ikan. Keadaan lingkungan, kualias dan kuantitas pakan serta kondisi ikan mempengaruhi
pertumbuhan ikan. Sesuai dengan hasil penelitian Madinawati et al, (2011) pemberian jenis
pakan berupa pakan pellet pada ikan lele dumbo dapat memberikan nilai FCR yang rendah,
artinya seamikin efesien pakan tersebut diubah menjadi daging.
Santoso dan Verka (2011) menyatakan bahwa nilai efesiensi pakan berbanding terbalik
dengan konversi pakan dan berbanding lurus dengan berat tubuh ikan lele dumbo, sehingga
6
ISSN : 2615-1537
E-ISSN : 2615-2371 Jurnal Perikanan Pantura (JPP) Volume 3 , Nomor 1, April 2020
semakin tinggi nilai efesiensi pakan maka nilai FCR semakin rendah sehingga ikan lele dmbo
semakin efesien memanfaatkan pakan yang dikonsumsi untuk pertumbuhan. Semakin tinggi
nilai efesiensi pakan maka respon ikan terhadap pakan tersebut semakin baik yang ditandai
dengan pertumbuhan ikan yang cepat (Haryati et al, 2011).
Menurut Efendi (1997) faktor-faktor yang menentukan semua jenis ikan makan adalah
ukuran makanan, ketersediaan makanan, warna, tekstur makanan dan selera ikan terhadap
makanan. Faktor yang mempengaruhi jenis dan jumlah makanan yang dikonsumsi oleh suatu
spesies ikan adalah umur, tempat dan waktu. NRC (1993) menjelaskan bahwa besar kecilnya
rasio konversi pakan dipengaruhi oleh beberapa faktor tetapi yang terpenting adalah kualitas
dan kuantitas pakan, spesies, ukuran, tempat dan kualitas air.
UCAPAN TERIMAKASIH
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang tulus kepada:
1. Ibu Ir. Endah Sri Redjeki, M.P., M.Phil. selaku Dekan Fakultas Pertanian
2. Ir.Rahmad Jumadi, M.Kes selaku Dosen Pembimbing Pertama Program Studi Akuakultur
Universitas Muhammadiyah Gresik.
3. Dr. Andi Rahmad Rahim, S.Pi, M.Si.selaku Dosen Pembimbing Kedua Program Studi
Akuakultur Universitas Muhammadiyah Gresik.
4. Dosen Prodi Akuakultur, Fakultas Pertanian, Universitas Muhammadiyah Gresik yang telah
memberikan ilmu selama perkuliahan.
5. Teman – teman angkatan 2014 dan seluruh mahasiswa Program Studi Akuakultur yang telah
banyak membantu saya.
V.KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa, Bobot mutlak terbaik ikan lele
dumbo (Clarias gariepinus ) adalah pada perlakuan K (Kontrol) dengan nilai sebesar 21,03g.,
kelangsungan hidup ikan lele dumbo (Clarias gariepinus) yang tertinggi terdapat pada
perlakuan B yaitu dengan tingkat kelangsungan hidup ikan sebesar 90%, Nilai FCR ikan lele
dumbo (Clarias gariepinus) terbaik adalah pada perlakuan K (Kontrol) dengan nilai sebesar
1,78g
Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka saran yang dapat disampaikan adalah
Perlunya dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai pemanfaatan ikan rucang, limbah kulit ikan
dengan cara diolah menjadi dalam bentuk pellet dan di campur dengan komposisi bahan yang
lain sehingga kebutuhan nutrisi lebih komlek sesuai dengan kebutuhan ikan .
7
ISSN : 2615-1537
E-ISSN : 2615-2371 Jurnal Perikanan Pantura (JPP) Volume 3 , Nomor 1, April 2020
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2009. Clarias sp. http://images.google.co.id. Diakses 23 Desember 2009
Effendi, M. I. 2002. Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka Nusantara, Jakarta.
Handajani dan Widodo, 2010. Nutrisi Ikan. UMM Press Malang.
Haryati, E. Saade dan A. Pranata. 2011. Pengaruh Tingkat Substitusi Tepung Ikan dengan
Tepung Maggot Terhadap Retensi dan Efisiensi Pemanfaatan Nutrisi Pada Tubuh
Ikan Bandeng (Chanos Chanos Forsskål). Skripsi. Universitas Hasanuddin. Makassar
Judoamidjojo, M. 1974. Dasar Teknologi dan Kimia Kulit. Departemen Teknologi Hasil
Pertanian. FATEMETA. Institute Pertanian Bogor. Bogor.
Mahyudin, K. 2008. Panduan Lengkap Agribisnis Lele. Penebar Swadaya. Jakarta.
Murtidjo, B. A. 2001. Beberapa Metode Pengolahan Tepung Ikan. Kanisius. Yogyakarta. 77
hal.
Naze, T, 1979. Summary report on the requirement of essential amino acid for carp, p 145-
156. Fish nutrition and fish feed technology. Vol 1. I. H. Heenemann Gombh and Co.
Berlin
NRC. National Research Council. 1993. Nutrient Requirement of Fish. National Academic of
Science Perss. Washington DC.
Rusli, A. 2004. Kajian Proses Ekxtrasi Gelatin Dari Kulit Ikan Patin (Pangasius
Hypophthalmus) Segar. Thesis Sekolah Paska Sarjana IPB, Bogor. 85 pp.
Santoso, L., dan Veroka, S. 2011. Pemanfaatan Biji Koro Benguk (Mucuna prurient) sebagai
Subsitusi Tepung Kedelai pada Pakan Benih Ikan Patin Siam (Pabgasius
hyphothalamus). Berkala Perikanan Terubuk 3 (2) : 9 – 16 hal.
Watanabe T. 1988. Fish nutrition and marine culture. Department of Aquatic Bioscience.
Tokyo University of Fisheries. JICA
Wijayanti, K. 2010. Pengaruh pemberian pakan alami yang berbeda terhadap sintasan dan
pertumbuhan benih ikan palmas (Polypterus senegalus cuvier). [Skripsi].