0% found this document useful (0 votes)
80 views8 pages

Hubungan Letak Lesi Dengan Derajat Spastisitas Pada Pasien Stroke Iskemik Di Rsud Ulin Banjarmasin

This document discusses a study analyzing the relationship between lesion location and spasticity degree in ischemic stroke patients. 30 patients were examined using the Modified Ashworth Scale. The study found 6 patients with cortical lesions, 16 with subcortical lesions, and 8 with basal ganglia lesions. Spasticity degrees were normal in 6 patients, moderate in 19 patients, and severe in 5 patients. Statistical analysis showed no significant relationship between lesion location and spasticity degree. The conclusion is that there is no relationship between lesion location and spasticity in ischemic stroke patients.

Uploaded by

nieko
Copyright
© © All Rights Reserved
We take content rights seriously. If you suspect this is your content, claim it here.
Available Formats
Download as PDF, TXT or read online on Scribd
0% found this document useful (0 votes)
80 views8 pages

Hubungan Letak Lesi Dengan Derajat Spastisitas Pada Pasien Stroke Iskemik Di Rsud Ulin Banjarmasin

This document discusses a study analyzing the relationship between lesion location and spasticity degree in ischemic stroke patients. 30 patients were examined using the Modified Ashworth Scale. The study found 6 patients with cortical lesions, 16 with subcortical lesions, and 8 with basal ganglia lesions. Spasticity degrees were normal in 6 patients, moderate in 19 patients, and severe in 5 patients. Statistical analysis showed no significant relationship between lesion location and spasticity degree. The conclusion is that there is no relationship between lesion location and spasticity in ischemic stroke patients.

Uploaded by

nieko
Copyright
© © All Rights Reserved
We take content rights seriously. If you suspect this is your content, claim it here.
Available Formats
Download as PDF, TXT or read online on Scribd
You are on page 1/ 8

Sandy, AA. dkk. Hubungan Letak Lesi dengan...

HUBUNGAN LETAK LESI DENGAN DERAJAT SPASTISITAS PADA


PASIEN STROKE ISKEMIK DI RSUD ULIN BANJARMASIN

Andi Ari Sandy1, Fakhrurrazy2, Didik Dwi Sanyoto3


1
Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas kedokteran,
Universitas Lambung Mangkurat
2
Departemen Neurologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Lambung Mangkurat/RSUD Ulin
Banjarmasin
3
Departemen Biomedik Fakultas Kedokteran, Universitas Lambung Mangkurat

Email korespondensi: [email protected]

Abstract: Ischemic stroke occurs due to decreased blood flow due to emboli or thrombosis that is
temporary or permanent in the cerebral arteries. Stroke has several symptoms such as facial
paralysis, limbs or spasticity and can cause death. Spasticity is affected by the location of the lesion.
The purpose of this study was to analyze the relationship between the location of the lesion with the
degree of spasticity in ischemic stroke patients at Banjarmasin District Hospital based on the
Modified Ashworth Scale (MAS). This research is an observational analytic and cross-sectional
approach. The MAS examination is carried out after the respondent fulfills the inclusion and
exclusion criteria. A total of 30 samples obtained by purposive sampling obtained 6 cortical lesions in
the patient, 16 subcortical lesions in the patient, and 8 in the basal ganglia lesion in 8 patients. The
degree of MAS in patients was found with the normal category of 6 patients, the moderate category of
19 patients, and the weight category of 5 patients. Analysis using the Kormogorov-Smirnoff
correlation test showed an insignificant value of p = 0.841. The conclusion that there is no
relationship between the location of the lesion with the degree of spasticity in ischemic stroke patients
at Ulin Hospital Banjarmasin.

Keywords: Ischemic stroke, location of the lesion, spasticity, Modified Ashworth Scale.

Abstrak: Stroke iskemik terjadi akibat penurunan aliran darah karena emboli atau trombosis
yang bersifat sementara atau permanen di arteri serebral. Stroke memiliki beberapa gejala seperti
kelumpuhan wajah, anggota badan atau spastisitas dan dapat menyebabkan kematian. Spastisitas
dipengaruhi oleh letak lesi. Tujuan penelitian ini untuk menganalisis hubungan antara letak lesi
dengan derajat spastisitas pada pasien stroke iskemik di RSUD Banjarmasin berdasarkan Modified
Ashworth Scale (MAS). Penelitian ini bersifat observational analitik dan pendekatan cross-sectional.
Pemeriksaan MAS dilakukan setelah responden yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi.
Sebanyak 30 sampel didapatkan secara purposive-sampling didapatkan lesi pada kortikal sebanyak 6
pasien, lesi pada subkortikal sebanyak 16 pasien, dan lesi pada ganglia basalis sebanyak 8 pasien.
Derajat MAS pada pasien ditemukan dengan kategori normal 6 pasien, kategori sedang 19 pasien, dan
kategori berat 5 pasien. Analisis menggunakan uji korelasi Kormogorov-Smirnoff menunjukkan nilai
tidak signifikan p=0,841. Kesimpulan bahwa tidak terdapat hubungan letak lesi dengan derajat
spastisitas pada pasien stroke iskemik di RSUD Ulin Banjarmasin.

Kata-kata kunci: Stroke iskemik, letak lesi, spastisitas, Modified Ashworth Scale.

153
Homeostasis, Vol. 3 No. 2, Agustus 2020: 153-160

PENDAHULUAN saluran kencing, kontraktur, deep vein


Stroke Iskemik mengacu kepada thrombosis, ulkus dekubitus, kurang
gangguan neurologik yang terjadi akibat asupan nutrisi dan spastisitas. Spastisitas
tersumbatnya aliran darah melalui sistem merupakan komplikasi stroke tersering.6
suplai pembuluh darah di otak. Menurut Spastisitas didefinisikan sebagai kelainan
WHO, stroke merupakan penyebab utama motorik yang ditandai oleh peningkatan
kematian di negara-negara maju.1 Data tonus otot tergantung pada otot dengan
South East Asian Medical Information refleks tendon yang berlebihan dan
Centre (SEAMIC) menyebutkan angka dihasilkan dari rangsangan berlebihan dari
kematian akibat stroke terbanyak di Asia peregangan refleks. Prevalensi spastisitas
Tenggara ada di Indonesia.2 Menurut data setelah stroke adalah antara 20-40% atau
Riskesdas Republik Indonesia tahun 2013 bahkan lebih tinggi. Spastisitas
menyebutkan ada sekitar 6,5 juta dipengaruhi salah satunya oleh letak lesi.6
kematian akibat stroke iskemik. Pada Letak lesi akan menimbulkan gejala
tahun yang sama diperkirakan ada sekitar dan tanda stroke beraneka ragam
1,2 juta penderita penyakit stroke iskemik. tergantung dari bagian lesi pada otak yang
Provinsi Kalimantan Selatan termasuk terkena.6 Salah satu contohnya jika area
dalam prevalensi tertinggi untuk kasus motorik primer/girus presentralis (area 4)
stroke yaitu sekitar 9,2% pada usia diatas dan korteks premotorik (area 6) terkena
15 tahun.3 Definisi stroke iskemik sangat lesi maka akan berdampak besar pada
tergantung pada usia dan jenis kelamin.3 fungsi motorik, mengingat area tersebut
Menurut Riskesdas 2013 dan sangat berkaitan erat dengan fungsi
penelitian Pane jenis kelamin laki-laki motorik. Fungsi motorik sendiri sangat
maupun perempuan memiliki peluang berkaitan erat dengan derajat spastisitas. 7
yang sama terkena stroke iskemik di usia Ada beberapa skala instrumen penilaian
(18-40 tahun) dengan jumlah rata-rata dalam mengukur derajat spastisitas, salah
100.000 penduduk usia muda atau sekitar satunya adalah Modified Ashworth Scale
20% dari keseluruhan penderita stroke (MAS).8 MAS adalah intrumen penilaian
iskemik di Indonesia.3,4 yang mencakup penilaian kekuatan tonus
Menurut World Health Organization, otot, tahanan minimal, gerakan sendi
batas usia pralansia dan lansia adalah fleksi-ekstensi, dan rigiditas pada sendi.8,9
antara 45 sampai diatas 65 tahun dan usia Penelitian ini bertujuan untuk
ini paling banyak terkena penyakit stroke mengetahui hubungan letak lesi dengan
uskemik.1 derajat spastisitas pada pasien astroke
American Stroke Association iskemik di RSUD Ulin Banjarmasin.
mengidentifikasikan stroke mengacu
kepada gangguan neurologik yang terjadi METODE PENELITIAN
akibat tersumbatnya aliran darah melalui Penelitian ini adalah penelitian
sistem suplai pembuluh darah di otak. observasional analitik, ditinjau dari segi
Stroke terbagi menjadi stroke hemoragik waktunya merupakan penelitian cross-
dan stroke iskemik. Stroke iskemik sendiri sectional, subjek penelitian yaitu seluruh
terjadi akibat penurunan aliran darah pasien stroke iskemik di ruang seruni dan
karena emboli atau trombosis yang bersifat stroke center di RSUD Ulin Banjarmasin
sementara atau permanen di arteri serebral. dengan jumlah responden sebanyak 30
Stroke memiliki beberapa gejala seperti orang dan masih dirawat di RSUD Ulin
kelumpuhan wajah atau anggota badan Banjarmasin. Teknik pengambilan sampel
bahkan dapat menyebabkan kematian.5 dengan cara purposive random sampling.
Stroke iskemik banyak menyebabkan Analisis data menggunakan uji
komplikasi yaitu edema otak, kejang Kormogorov-Smirnoff. Kriteria inklusi
epileptik, pneumonia aspirasi, infeksi penelitian ini adalah semua pasien stroke

154
Sandy, AA. dkk. Hubungan Letak Lesi dengan...

iskemik di ruang rawat inap dan stroke HASIL DAN PEMBAHASAN


center di RSUD Ulin Banjarmasin yang Hasil dari pengambilan sampel
telah didiagnosis oleh dokter penanggung didapatkan jumlah responden berdasarkan
jawab pasien melalui hasil CT-Scan. usia, jenis kelamin, dan riwayat
pendidikan seperti terlihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Karakteristik responden berdasarkan usia, jenis kelamin, riwayat Pendidikan pada
pasien stroke iskemik di RSUD Ulin Banjarmasin.
Jumlah
Karakteristik
n %
1. Usia (Tahun)
17-25 1 3,3%
26-35 1 3,3%
36-45 4 13,4%
46-55 15 50%
56-65 6 20%
>65 3 10%
2. Jenis Kelamin
Laki-Laki 19 63,3%
Perempuan 11 36,7%
3. Riwayat Pendidikan
SD/MI 16 53,3%
SMP/MTs 6 20%
SMA/SMK 8 26,7%
4. Letak Lesi:
Kortikal 6 20%
Subkortikal 16 53,3%
Ganglia Basalis 8 26,7%
5. Letak Hemisfer:
Hemisfer Kanan 20 66,7%
Hemisfer Kiri 10 33,3%

Berdasarkan tabel 1 dapat dilihat faktor yaitu sebagai berikut: hipertensi,


bahwa responden dengan usia 46-55 tahun obesitas, kadar kolesterol yang tinggi, dan
lebih banyak mengalami stroke iskemik diabetes mellitus yang tidak terkontrol.12
dibandingkan dengan usia lainnya. Usia Menurut Mardjono umur merupakan faktor
merupakan salah satu faktor yang resiko stroke iskemik yang paling kuat,
berpengaruh terhadap kejadian stroke dengan meningkatnya umur maka
iskemik. WHO sendiri mengklasifikasikan meningkat pula kejadian stroke iskemik
lansia terdiri atas Pra lansia berusia 46 akut yang dapat memperluas infark dan
sampai 55 tahun dan lansia berusia 56 memperburuk neurologis.13
sampai 65 tahun atau lebih yang berpotensi Pada penelitian ini jenis kelamin
terkena stroke iskemik.10 Hasil ini laki-laki 19 responden (63,3%) lebih
sebanding dengan penelitian yang banyak terkena stroke dibandingkan
dilakukan Fauziah et al di RSUP Haji dengan perempuan 11 responden (36,7%).
Adam Malik Kota Medan. Dari 117 Hasil ini sebanding dengan penelitian yang
responden penyakit stroke iskemik dilakukan oleh Cindy et al di bangsal
didapatkan 77 responden (65,8%) berusia penyakit dalam dan Poliklinik Saraf RSUD
45-65 tahun dan 40 responden (34,2%) dr. Abdul Aziz Singkawang. Dari 33
berusia diatas 65 tahun.11 Menurut pasien penyakit stroke iskemik didapatkan
penelitian Alchuriyah usia tua lebih rentan 54,5% berjenis kelamin laki-laki dan
terkena stroke iskemik karena beberapa 45,5% perempuan. Hal ini menunjukkan

155
Homeostasis, Vol. 3 No. 2, Agustus 2020: 153-160

laki laki lebih berisiko terhadap stroke hemisfer kiri dan kanan. Pada penelitian
iskemik karena perubahan gaya hidup ini letak lesi banyak pada daerah hemisfer
seperti pola makan yang buruk, konsumsi kanan (66,7%) dibandingkan pada
alkohol, kurang berolahraga, merokok dan hemisfer kiri (33,3%). Hal ini sama dengan
usia tua.14 Sofyan et al menyebutkan dalam hasil dari penelitian Prayoga et al yang
penelitiannya bahwa baik laki-laki atau mengatakan pada penelitiannya stroke
perempuan, setelah usia 55 tahun insidensi iskemik pada jenis kelamin laki-laki
akan meningkat dua kali tiap dekade.15 dengan lesi hemisfer kiri sebanyak 15
Riwayat Pendidikan juga responden (25,8%) dan stroke iskemik lesi
mempengaruhi angka kejadian stroke hemisfer kanan sebanyak 20 responden
iskemik. Dalam penelitian ini responden (34,5%) sedangkan stroke iskemik untuk
dengan riwayat pendidikan lulus SD lebih jenis kelamin perempuan dengan lesi
banyak terkena penyakit stroke iskemik. hemisfer kiri sebanyak 14 responden
Sofyan dalam penelitian menyebutkan (24,1%) dan lesi hemisfer kanannya
bahwa kategori tingkat Pendidikan sebanyak 9 responden (15,6%). Ada
responden yang terbanyak yaitu kategori perbedaan tingkat defisit neurologis pada
tingkat pendidikan dasar. Dapat stroke hemisfer kiri dan kanan. Defisit
disimpulkan bahwa responden dengan neurologis lesi hemisfer kiri lebih tinggi
tingkat pendidikan rendah cenderung dari pada lesi hemisfer kanan.16 Letak lesi
untuk terkena penyakit stroke iskemik.15 sendiri biasanya berpengaruh terhadap
Letak lesi pada responden stroke spastisitas yang dinilai dengan Modified
iskemik lebih banyak terjadi lesi pada Ashworth Scale.
daerah subkortikal (53,3%) dibandingkan Nilai Modified Ashworth Scale pada
pada daerah kortikal (20%). dan daerah kelompok responden penyakit stroke
ganglia basalis (26,7%). Hal ini terjadi iskemik dengan gangguan spastisitas
karena pada daerah subkortikal terdapat dengan rincian letak lesi pada kortikal
banyak pembuluh arteri yang sering subkortikal atau ganglia basalis dan
menyebabkan iskemik.. Letak lesi juga medulla spinalis. dapat dilihat pada table 2.
dapat dibedakan atas dua tempat antara

Tabel 2. Berdasarkan Letak Lesi Dengan Derajat Spastisitas Pada Pasien Stroke Iskemik di
RSUD Ulin Banjarmasin.
Derajat Spastisitas dengan MAS
Letak Lesi Derajat 0 Derajat 1, Derajat 1+
p
Jumlah n(%) Jumlah n (%) Jumlah n (%)
Kortikal 2 (6,6%) 4(13,3%) - 0.841
Subkortikal 4(13,3%) 8(26,7%) 4 (13,3%)
Ganglia Basalis - 7(23,4%) 1 (3,4%)

Pada tabel 2 dapat dilihat bahwa letak pada daerah kortikal dengan 2 responden
lesi pada daerah subkortikal terbanyak derajat 0 (6,6%), sedangkan untuk daerah
pada responden dengan skor derajat 1 ganglia basalis tidak terdapat responden
berjumlah 8 responden (26,7%). Kemudian dengan skor derajat 0. Untuk derajat 1+
daerah ganglia basalis dengan skor derajat terdapat 4 responden (13,3%) dengan lesi
1 berjumlah 7 responden (24,4%). pada daerah subkortikal, dilanjutkan
Selanjutnya pada daerah kortikal dengan dengan 1 responden (3,4%) pada daerah
skor derajat 1 berjumlah 4 responden ganglia basalis. Sedangkan untuk daerah
(13,3%). Selanjutnya pada derajat 0, lesi kortikal tidak terdapat responden dengan
daerah subkortikal terbanyak dengan skor derajat 1+. Hal ini terjadi karena
jumlah 4 responden (13,3%) dilanjutkan pada daerah subkortikal terdiri dari banyak

156
Sandy, AA. dkk. Hubungan Letak Lesi dengan...

arteri-arteri yang memungkinkan untuk Pada penelitian Steven menyebutkan


terlihat lebih jelas pada gambaran CT- bahwa penderita spastisitas yang diperiksa
Scan dibandingkan gambaran daerah dengan Modified Ashworth Scale 0 (tanpa
kortikal dan daerah ganglia basalis. spastisitas) didapatkan 46 orang pada hari
Menurut Suwantara hanya 15% variasi pertama dan berkurang menjadi 42 orang
kasus pasca stroke iskemik yang dapat pada hari ke-2. Pada hari ke-3 menjadi 33
dijelaskan oleh gangguan intelektual, orang. Pada minggu kedua terjadi
beratnya gangguan fisik, kualitas penurunan jumlah penderita semakin
dukungan sosial, ataupun usia, sedangkan banyak didapatkan 16 orang yang tanpa
50% kasus dapat dijelaskan oleh letak spastisitas. Jadi terjadi penurunan jumlah
lesi.17 Letak lesi berpengaruh pada responden penderita spastisitas pasca
spastisitas yang terjadi pada responden stroke tergantung sesuai kondisi
pasca stroke. Letak lesi juga akan responden. Bisa saja terjadi peningkatan
menunjukkan seberapa parah tingkatan atau bisa saja terjadi penurunan pada
dari derajat spastisitasnya dan dari bagian responden yang terkena spastisitas pasca
otak mana yang terkena lesi. Derajat stroke iskemik.20 Hal ini juga sesuai
spastisitas juga dipengaruhi oleh ada tidak dengan penelitian O’Dwyer et al bahwa
sebelumnya responden pernah mengalami responden yang mengalami hemiparesis
serangan stroke berulang atau untuk akibat serangan stroke dapat tidak terjadi
pertama kalinya dengan komplikasi yang spastisitas, yang artinya bisa saja
sangat berarti. responden dengan responden terkena stroke iskemik namun
hipertensi, hiperkolesterolemia, tidak mengalami spastisitas pasca kejadian
hipertrigliserida, dislipidemia, diabetes stroke iskemik.21 Namun hal ini berbeda
mellitus, dan penyakit jantung juga dengan pendapat Brunnstrom dan Bobath
mempunyai potensi untuk memperparah dimana spastisitas selalu terjadi bersama
dari spastisitas pasca stroke.17 dengan hemiparesis.18,19 Dan menurut
Menurut Brunnstrom dan Bobath Brunnstrom spastisitas akan muncul
stadium pertama merupakan periode meningkat sampai nyata dan akan
flaksid yang biasanya berlangsung 7-10 berkurang kembali sesuai kondisi
hari. Variasi terjadi menurut luas dan responden sampai dengan tahap pemulihan
lokasi lesi dan biasanya pada minggu responden.18
kedua spastisitas mulai timbul. Spastisitas Pemulihan ini mungkin berhubungan
terjadi akibat dari lesi pada susunan saraf dengan adanya perbaikan pada neuron otak
pusat. Lesinya dapat terjadi di otak atau di yang mengalami infark, nantinya
bagian medulla spinalis. Spastisitas dapat perbaikan ini membuat proses inhibisi dari
melibatkan anggota gerak atas dan anggota otak terhadap refleks regang mulai
gerak bawah. Pada anggota gerak bawah, membaik. Keadaan ini tentu akan
spastisitas dapat mengakibatkan beberapa menyebabkan berkurangnya derajat
perubahan anggota gerak bawah yang spastisitas. Keadaan ini biasanya terjadi
umumnya meliputi kaki equinovarus, kaki setelah terjadi spastisitas maksimal.
valgus, kekakuan lutut, dan adduksi Fellows et al dan Duncan menyebutkan
paha.18,19 spastisitas maksimal terjadi dalam waktu 1
Pada pengukuran derajat spastisitas sampai dengan 3 bulan. Perbedaan waktu
responden dengan menggunakan Modified timbulnya spastisitas maksimal dapat
Ashworth Scale banyak terdapat responden dipengaruhi banyak faktor. Salah satunya
spastisitas dengan derajat 1, bahkan setelah adalah program fisioterapi yang dilakukan
7 hari pasca stroke, sisanya responden oleh penderita. Selama dirawat penderita
dengan derajat 2, 1+, dan derajat 0 yang mendapat program yang sama namun
tidak menetap atau dapat berubah sesuai setelah dinyatakan boleh pulang, penderita
dengan kondisi responden.20 tidak lagi melakukan latihan yang teratur

157
Homeostasis, Vol. 3 No. 2, Agustus 2020: 153-160

dan terstruktur seperti waktu dirawat. menunjukkan infark iskemik atau


Perbedaan fisioterapi ini mugkin yang hemoragik terbatas pada ganglia basal,
menyebabkan perbedaan waktu timbulnya thalamus, atau white matter.
spastisitas maksimal. Adapun faktor lain Faktor yang mempengaruhi
yang dapat berpengaruh seperti stres, kemungkinan dari penelitan yaitu Modified
spasme otot, waktu timbulnya spastisitas, Ashworth Scale yang merupakan
dan terapi spastisitas.22,23 pemeriksaan spastisitas singkat kekakuan
Hasil analisis uji hubungan letak lesi atau kelenturan otot. Oleh karena itu,
dengan derajat spastisitas pada pasien perubahan halus atau kasar dalam Gerakan
stroke iskemik menggunakan Uji statistik motorik dan tonus otot di antara pasien lesi
dengan Chi-square p>0,05. Hal tersebut subkortikal mungkin terlewatkan.25
menunjukkan bahwa nilai p tidak Keterbatasan dalam penelitian ini
bermakna karena >0,05 sehingga hipotesis yaitu peneliti menggunakan satu instumen
yang diajukan tidak dapat diterima bahwa yaitu Modified Ashworth Scale (MAS).
tidak terdapat hubungan yang signifikan Selain itu, tidak ada melakukan
atau bermakna antara letak lesi dengan pemeriksaan pada gaya berjalan,
derajat spastisitas. Karena tidak bermakna ketidakbermaknaan penelitian ini
maka dilanjutkan dengan uji Kolmogorov- dipengaruh beberapa faktor seperti waktu
smirnoff. Pada uji Kolmogorov-smirnoff yang terlalu sedikit, pasien yang tidak
dengan 2 independent sample didapatkan kontrol kesehatan kembali, pasien awam
hasil test statistik p=0,841, yang artinya yang tidak mengerti dan tidak mau
nilai p lebih besar dari angka 0,05 yang mengonsumsi obat secara rutin, dan pasien
menandakan bahwa nilai p dalam yang meninggal saat sedang dirawat di
penelitian ini jadi tidak bermakna. Dahlan ruang seruni di RSUD Ulin Banjarmasin.
menyebutkan berdasarkan data dari ahli
statistik untuk kedokteran dan kesehatan, KESIMPULAN
jika pada uji chi-square 3x3 tidak Kesimpulan dari penelitian ini sebagai
memenuhi kaidah chi-square maka bisa adalah sebagian besar pasien di ruang
digunakan uji Kolmogorov-Smirnov untuk seruni RSUD Ulin Banjarmasin kelompok
2 sampel independen.24 kasus usia terdapat 50% penderita stroke
Lee dalam hasil penelitiannya yang berusia 46-55, kelompok jenis
mendapat nilai p=0,373 yang artinya nilai kelamin 63,3% penderita stroke terbanyak
p Lebih besar dari 0,05 dan penelitiannya adalah laki-laki, kelompok lesi anatomis
sehingga hipotesis yang diajukan tidak 53,3% lesi terbanyak di daerah
dapat diterima bahwa tidak terdapat subkortikal, kelompok hemisfer 66,7% lesi
hubungan yang signifikan.25 yang berarti pada pasien stroke iskemik terjadi pada
pada penelitiannya tidak ada hubungan hemisfer kanan. Derajat Modified
antara lokasi lesi dengan derajat Ashworth Scale juga menunjukkan derajat
spastisitas. Lee juga menyebutkan lesi 1 yang paling banyak terjadi pada pasien
pada otak yang spesifik mempengaruhi pasca stroke. Terdapat tidak signifikan
perkembangan atau pengurangan dari antara hubungan letak lesi dengan derajat
derajat spastisitas pada ektremitas atas atau spastisitas pada ruang seruni dan stroke
pada ektremitas bawah. Tetapi pada center di wilayah RSUD Ulin Banjarmasin
perkembangannya disini jika terjadi lesi diperoleh p=0,841 (p<0,05).
pada daerah otak tertentu lebih jelas Diharapkan kedepannya untuk para
terlihat spastisitas pada ektremitas bawah peneliti dengan penelitian yang sama atau
dibanding ektremitas atas.25 kreteria hampir sama dengan judul penelitian saya
inklusi yaitu pasien dimasukkan hanya jika agar menambah jumlah sampel agar
mereka memiliki lesi tunggal yang mudah dalam mencapai hasil yang
ditunjukkan oleh CT scan yang memuaskan. Para peneliti yang akan

158
Sandy, AA. dkk. Hubungan Letak Lesi dengan...

memeriksa atau yang telah memeriksa development and conciderations for


responden yang telah mengalami therapeutic intervention. PM R. 2015;7:60
spastisitas ringan, sedang, maupun berat 7.
lebih sering untuk mengingatkan 7. Baehr & Frotscher. Diagnosis Topik
Neurologis Duus. Anantomi, Fisiologi,
responden untuk mengontrol kesehatannya
Tanda, Gejala. Edisi 5. Jakarta. Penerbit
di rumah sakit ataupun tempat kesehatan Buku Kedokteran : EGC. 2017,
terdekat agar lebih tahu perkembangan 8. Mishra. C, Ganesh. G. Inter-Rater
atau penurunan dari fungsi motorik pasca Reliability of Modified Ashworth Scale in
kejadian stroke; dan untuk responden yang the Assesment of Plantar Flexsor Muscle
sudah mengalami hipertensi, kadar Spasticity in Patients with Spinal Cord
kolesterol tinggi, kadar gula darah tinggi Injury: Physiotherapy Research
untuk segera menjalani pengobatan secara International 2014:19(4):231-237.
rutin, stroke iskemik dan mengalami 9. Mesequer-Henerejos AB, Sanchez-Mecca
spastisitas berat diwajibkan untuk selalu J, Lopez-Pina JA, et al . Inter-and Intra-
berkonsultasi dengan dokter yang Rater Reliability of the Modified
bersangkutan agar peneliti bisa mengontrol Ashworth Scale: a Systematic Review and
meta-Analysis. Europe PMC.
dengan baik perkembangan atau
2017,54(4):576-590.
penurunan dari fungsi motorik si 10. World Health Organizations. Stroke
responden. Dokter juga memberikan Ischemic: Prevalence Stroke Ischemic
pelayanan terbaiknya untuk si responden 2014.http://www.who.int/stroke/topics/en/.
dan memberikan semangat pantang diakses pada 4 Desember 2018.
menyerah agar si responden giat untuk 11.Fauziah. I S, Jemadi, Hiswani.
sembuh. Karakteristik Penderita Stroke Iskemik
dengan Infark yang Rawat Inap di RSUP
DAFTAR PUSTAKA Haji Adam Malik [Skripsi]. Medan. Jurnal
1. World Health Organizations. Stroke Universitas Sumatera Utara. Vol 1. No.2;
Ischemic: Prevalence Stroke Ischemic 2014.
2014.http://www.who.int/stroke/topics/en/ 12.Alchuriyah. S, Wahjuni, CU. Faktor Resiko
. diakses pada 4 Desember 2018. Kejadian Stroke Usia Muda Pada Pasien
2. Venketasubramanian. N , B.W.Yoon, Rumah Sakit Brawijaya [Skripsi].
J.Pandian, et al. Stroke Epidemiology in Surabaya: Departemen Epidemiologi
South, East, South-East Asia: A Review. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Jornal List. Journal of Stroke. 2017 Sep; Airlangga; 2016.
19(3): 286-294.
3. Depkes RI. Riset kesehatan dasar 2013. 13. Mardjono, Mahar. Mekanisme gangguan
Jakarta: Badan Penelitian dan vascular susunan saraf dalam Neurologi
Pengembangan Kesehatan Kementerian klinis dasar edisi kesebelas. 2006. Dian
Kesehatan RI; 2013. Rakyat. 270-93
4. Pane TT, Bantas K. Perbedaan faktor 14. Cindy L, An An, Kahtan MI. Karakteristik
risiko kejadian stroke iskemik dan stroke Penderita Stroke Iskemik Di RSUD dr.
hemoragik pada pasien stroke rawat inap Abdul Aziz. [Skripsi]. Singkawang:
rumah sakit jantung dan pembuluh darah Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas
harapan kita tahun 2012 [Skripsi]. Jakarta : Kedokteran Universitas Tanjungpura;
FKM UI ; 2013. Jurnal Cerebellum Vol 2, No. 1; 2016.
5. Sacco RL, Kasner SE, Caplan LR, et al. 15. Sofyan AM, Yulieta IS, Hamra Y.
An Update Definition of Stroke For 21st Hubungan Umur, Jenis Kelamin, dan
Century A Statment For Healthcare Hipertensi Dengan Kejadian Stroke.
proffesionals. American Heart [Skripsi]. Kendari: Program Studi
Associaton/American Stroke Association. Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran,
2013; 10 : 2064-2089. Universitas Halu Oleo; 2012.
6. Wissel J, Verrier M, Simpson DM et al.
Post-stroke spasticity: predictors of early

159
Homeostasis, Vol. 3 No. 2, Agustus 2020: 153-160

21.O’Dwyer NJ, Ada L, Neilson PD.


16. Prayoga M, Fibriani AR, Lestari N.
Spasticity and Muscle Contracture
Perbedaan Tingkat Defisit Neurologis
Following Stroke. Brain. 1996:119;1737-
Pada Stroke Iskemik Lesi Hemisfer kiri
1749.
Dan Kanan. [Skripsi]. Surakarta: Fakultas
22.Fellows SJ, Ross HF, Thilmann AF. The
Kedokteran Universitas Muhammadiyah
Imitation Of The Tendon Jerk As A Marker
Surakarta; 2015
Of Pathological Strecth Reflex Activity In
17. Suwantara JR. Depresi pasca-stroke : Human Spasticity. Neurol Neurosurg
epidemiologi , rehabilitasi dan psikoterapi Psychiatry. 1993:56;531-537.
Stroke. Fakultas Kedokteran Trisakti 23.Duncan PW. Measuring Recovery Of
2004; 23. Function After Stroke. In Goldstein LB.
18.Brunnstrom S. Movement Therapy in Restorative Neurology. Armonk, NY:
Hemiplegia; a neuropsychological Futura Publishing Co; 1998;10:225-40.
approach. New York, NY: Harper and 24.SPSS Indonesia:
Row; 1970 https://www.spssindonesia.com/2015/01/uji
19.Bobath B. Adult Hemiplegia: evaluation -chi-square-dengan-spss-lengkap.html
and Threathment. London, UK: Heinemann 25.Lee KB, Hong BY, Kim JS. et al. Which
Medical; 1990. Brain Lesion Produce Spasticity? An
20.Steven. Hubungan Derajat Spastisitas Observation Study on 45 Stroke Patients.
Maksimal Berdasarkan Modified Ashworth Departement of Rehabilitation Medicine.
Scale dengan Gangguan Fungsi Berjalan College of Medicine. The Catholic
pada Penderita Stroke Iskemik [Thesis] . University of Korea. South Korea. 2019
Universitas Diponegoro. Semarang. 2008.

160

You might also like